• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo,ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja ,namun diluar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.

d) Jenis jenis layanan bimbingan konseling 1. Layanan Orientasi

Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesutu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang “ asing”. Dalam kondisi keterasingan individu akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Dengan perkataan lain individu akan sulit melakukan hal-hal yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Ketidak mampuan bersosialisasi juga menimbulkan perilaku mal adaptif (perilku menyimpang) bagi individu. Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana atupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan individu (siswa) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek yang baru tersebut.

a) Tujuan layanan orientasi

Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi baru. Dengan perkataan lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru.

Secara lebih khusus, tujuan layanan orientasi berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu pelayanan bimbingan dan konseling. Dilihat dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang dijumpainya. Hal-hal yang baru dijumpai di olah oleh individu, dan digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan.Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar

terhindar dari hal-hal negatif yang dapat timbul apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungan yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memlihara potensi dirinya. Pemahaman tentang situasi yang

baru dan kemampuan konstruktif memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi pengentasan dan dalam membela hak-hak pribadi sendiri (Fungsi Advokasi). Lihat Priyatno (2004).

b) Isi Layanan Orientasi

Isi layanan orientasi adalah berbagai hal berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal-hal tersebut melingkupi bidang-bidang: (a) pengembangan pribadi, (b) pengembangan hubungan sosial, (c) pengembangan kegiatan belajar, (d) pengembangan karier, (e) pengembangan kehidupan berkeluarga, dan (f) pengembangan kehidupan beragama.

c) Teknik Layanan Orientasi

Proses layanan orientasi mulai dari perencanaan hingga akhir bisa dilaksanakan melalui berbagai teknik dalam format lapangan, klasikal, kelompok, individual, dan politik.

a. Pertama, format lapangan. Format ini ditempuh apabila peserta layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan. Melalui format ini, peserta (siswa) mengunjungi objek-objek yang dimaksud. Bagi siswa baru di sekolah dan madrasah, format ini biasanya dilakukan dimana siswa mengunjungi objek-objek tertentu seperti perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya.

b. Kedua, format klasikal. Dengan format ini, kegiatan layanan orientasi dilaksanakan di dalam kelas atau ruangan. Objek-objek yang menjadi isi layanan di bawa ke dalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, films, tampilan video, dan lain sebagainya. Isi layanan disajikan, dispersepsi, dicermati, didiskusikan, diperlakukan secara bebas dan terbuka.

c. Ketiga, format kelompok. Secara umum polanya sama dengan format klasikal, yaitu dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang. Melalui format ini lebih memungkinkan dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap objek layanan.

Selain itu, layanan ini juga dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil layanan dapat lebih optimal.

d. Keempat, format individual. Berbeda dengan format kelompok, format ini merupakan format khusus dilakukan terhadap individu-individu tertentu. Isi layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan.

e. Kelima,format politik. Dengan format ini, konselor atau pembimbing berupaya menghubungkan dan mengaktifkan pihak-pihak di luar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan dan menguntungkan peserta layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang terkait dengan isi layanan.

Oleh karena itu, masalah-masalah yang dihadapi individu beragam, maka layanan orientasi bisa mengombinasikan format-format di atas. Misalnya format politik dilaksanakan dalam perencanaan dan persiapan layanan dan bahkan juga selama pelaksanaannya. Format lapangan bisa dikombinnasikan dengan format klasikal bahkan format kelompok. Selain itu, format individual dapat merupakan tindak lanjut dari format layanan klasikal atau format kelompok.

Dengan format di atas, layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik: pertama, penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Kedua, pengamatan yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.

Ketiga, partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam susana dan

kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri. Keempat, studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Kelima, kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan. Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor, penyaji, nara sumber, dan peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.

d) Kegiatan Pendukung Layanan Orientasi

Kegiatan pendukung layanan orientasi dapat berupa: pertama, aplikasi instrumental dan himpunan data. Pengungkapan masalah individu melalui instrumen tertentu, misalnya tes dapat menjadi bahan pertimbangan untuk layanan orientasi terutama untuk menetapkan isi layanan dan sekaligus individu yang akan menajdi peserta layanan; begitu juga halnya himpunan data. Kedua, konferensi kasus.

Konferensi kasus harus dapat diarahkan untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang perlu dijadikan fokus atau isi layanan. Dalam konferensi kasus dapat juga langsung dibicarakan siapa peserta layanan dan aspek-aspek teknisnya. konferensi kasus dapat melibatkan pihak-pihak seperti konselor, kepala sekolah dan wakilnya, wali kelas, guru-guru tertentu, bahkan orang tua siswa juga bisa dilibatkan. Ketiga, kunjungan rumah. Untuk hal-hal tertentu apabila memang apabila memang diperlukan, konselor (pembimbing) bisa melakukan kunjungan rumah untuk lebih mendalami data siswa atau untuk kroscek data sesuai dengan kebutuhan layanan. Keempat, alih tangan kasus.

Kegiatan ini dilaksanakan apabila keadaan kurang terpenuhinya kebutuhan peserta layanan (siswa) oleh konselor, terutama kebutuhan di luar kewenangan konselor.

e) Pelaksanaan Layanan Orientasi

Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut :

1. perencanaa. Pada tahap ini ,hal-hal yang dilakukan adalah; (a) menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan, (b) menetapkan peserta layanan, (c) menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan, (d) menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media (e) menyiapkan kelengkapan administrasi.

2. pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah: (a) mengorganisasikan kegiatan layanan, (b) mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media.

3. evaluasi. Hal-hal yang dilakukan adalah: (a) menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan prosedur evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumen.

4. analisis hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) menetapkan standar analisis, (b) melakukan analisis, (c) menafsirkan hasil analisis.

5. tindak lanjut. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait, (c) melaksanakan rencana tindak lanjut.

6. laporan. Meliputi : penyusun laporan layanan orientasi, (b) mmenyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah), (c) mendokumentasikan laporan layanan.