• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMKN I PASIMASUNGU Kab.Kep.SELAYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMKN I PASIMASUNGU Kab.Kep.SELAYAR"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar

SRI HANDAYANI 10531206513

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Juli 2017

(2)

vii

selalu bersyukur atas nikmat yang allah berikan,jika kesulitan kita hilang itu bukan karena kita hebat atau karena kita memiliki apalagi semata mata kekuatan kita sendiri.Allah yang kasih kemudahan karena adanya doa dari orang tua,dari orang-orang terdekat,dari doa dan usaha kita

sendiri juga.”

Kupersembahkan karya tulis sederhana ini untuk keluarga ku, Terkhususnya Untuk kedua orang tua tercinta yang senantiasa membimbing, mengarahkan serta memenuhi segala kebutuhan materi

dan juga teruntuk masa depanku.

Tiada kata yang indah selain ucapan rasa syukur dan TERIMAKASIH untuk kalian

(3)
(4)
(5)

iv

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangandibawahini :

Nama : SRI HANDAYANI

Nim : 10531 2065 13

Jurusan : TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Judul : Persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN 1 Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain dan dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat saya bersedia menerima sanksi apa bila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Juli 2017

Yang membuat pernyataan,

Sri Handayani

(6)

v

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sri Handayani Nim : 10531 2065 13

Jurusan : Teknologi Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi.

4. Apabila perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 dilanggar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Juli 2017 Yang Membuat Perjanjian,

Sri Handayani

Diketahui Oleh :

Ketua JurusanTeknologi Pendidikan

Andi Adam,S.Pd.,M.Pd.

NBM : 972614

(7)

ix

tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Banyak pengalaman berharga yang dapat menjadi pelajaran bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.Tidak sedikit pula hambatan dan kesulitan yang didapatkan namun berkat ketabahan, kesabaran, keikhlasan, kerja keras dan kemauan yang disertai berdoa dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat di selesaikan dengan baik.

Pertama penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda (Muh.Zainal) dan Ibunda (Hadriyanti) yang melahirkan, mengasuh dan membesarkan penulis dengan penuh kasih saying serta senantiasa membimbing dan memberikan motivasi yang diiringi dengan doa guna keberhasilan penulis.

Selanjutnya penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.H.M.Basri,M,Si selaku pembimbing I dan Ibu Dra.Hj RoslenyBabo, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan mulai dari perencanaan sampai penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih yang takterhingga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr.H.AbdRahman Rahim S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,Erwin Akib,S.Pd,,M.Pd,PhD Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Adam, S.Pd, M.Pd. Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan serta para dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya di

(8)

x

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Pihak sekolah SMKN 1 Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar baik kepala sekolah,pihak guru dan pihak tata usaha yang sudah banyak membantu selama peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut dan ucapan terimakasih kepada Kakanda Ashar S.Pd, yang telah memberikan semangat dan dorongan agar terselesainya skripsi ini.Ucapan terimakasih juga kepada kanda Nasir S.Pd,M.Pd dan kanda Akram S.Pd,M.Pd juga rekan-rekan di HIMATEKPEN khususnya Muh.Rakib S.Pd,Adhli Mappiselle S.Pd dan rekan rekan di teknologi pendidikan khususnya angkatan 2013 kelas C

Penulis sadar bahwa Skripsi yang disusun dengan segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan penulis ini didalamnya masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi penulisan maupun penyusunan kata-katanya.Oleh karena itu,saran dan kritikan dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga jeripayah kita bernilai ibadah disisi Allah Swt, Amin.

Makassar, Juni 2017

Penulis

(9)

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I H.M.Basri dan Pembimbing II Hj.Rosleny Babo

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah siswa berpersepsi baik terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN 1 Paimasunggu Kab.Kep.Selayar ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN 1 Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Neg 1 Pasimasunggu Kab Kep Selayar yang berjumlah 178 orang dan sampel yang telah dihitung tersebut, diproporsionalkan secara merata keseluruh kelas XI di SMKN I Pasimasunggu.sehingga di dapat responden untuk setiap kelasnya dengan jumlah sampel sebesar 50 responden.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu (1)angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (2) teknik pengumpulan data dokumentasi yaitu alat pengumpul data yang digunakan untuk memperoleh data dari tempat penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian berupa data foto penelitian dan lokasi penelitian.Teknik analisis data penulis menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menunjukkan jawaban tinggi dan sangat tinggi di gabungkan maka terdapat 19 item.Pernyataan tersebut terbukti bahwa 19÷30×100= 63,3 %. Item sisanya yaitu 11 item (di gabungkan pilihan cukup rendah,rendah dan sangat rendah) maka memperoleh hasil 11÷30×100 = 36,7 % , jadi kesimpulan hipotesis dalam penelitian yang berbunyi”siswa berpersepsi baik terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN I Pasimasunggu Kab.Kep.Selayar.” di nyatakan di terima.

Kata Kunci : Persepsi Siswa,Bimbingan dan Konseling

(10)

v

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Persepsi .…... 9

2. Layanan Bimbingan dan Konseling ... 13

3. Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling... 58

B. Kerangka Pikir ... 59

C. Hipotesis . ... 60

BAB III METODE PENELITIAN... 61

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 61

B. Variabel Penelitian ... 61

C. Populasi dan Sampel ... 62

D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ... 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Hasil Penelitian ... 68

B. Analisis Deskriptif ... 68

C. Pembahasan... 74

D. Keterbatasan Peneliti... 75

(11)

v

DAFTAR PUSTAKA………..78 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

xiii Table 3.2 Sampel…….………..64 Table 4.1 Jumlah datal…….………..64 Table 4.2. Hasil perhitungan angket……….……… 69

(13)

1 A. Latar Belakang

Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu.Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya di lakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,tetapi harus di dukung oleh peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita citanya

Kempuan seperti ini tidak hanya menyangkut aspek akademis,tetapi juga mnyengkut aspek perkembangan pribadi,sosial,kematangan intelektual dan sistem nilai peserta didik.Berkaitan dengan pemikiran tersebut tampak bahwa pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang di harapkan dalam perkembangan diri yang sehat dan optimal.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan.akhlak muliadan keterampilan yang di perlukan dirinya,masyarakat bangsa dan negara.Tidak ada suatu negara maju memiliki mutu

(14)

pendidikan yang rendah.Seperti halnya di Jepang dan Amerika Serikat yang memusatkan sistem politiknya dalam bidang pendidikan yatu dengan cara menekan kan pendidikan sebagai prioritas utama dalam membangun negaranya.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalamkehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi,keluarga, kelompok maupun dalam berbangsa dan bernegara yang sedang membangun banyak di tentukan oleh kemajuan pendidikan.Kualitas manusia yang di hasilkan oleh pendidikan merupakan andalan bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional.Dari hal ini jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari setiap individu..Demikian halnya dengan kondisi tempat penelitian penulis yang menunjukkan masih adanya siswa yang prestasi belajarnya rendah,lamban dalam menerima pelajaran,bolos,dan terlambat datang ke sekolah.Berdasarkan hal tersebut di atas,terlihat banyaknya permasalahan peserta didik yang belum sepenuhnya dapat dipecahkan di sekolah.Ada pun permasalahan lain yang dihadapi oleh sebagian siswa antara lain masalah penyesuaian terhadap lingkungan kelas yang dalam hal ini teman-teman kelas,lingkungan sekolah dengan teman-teman dari tingkat maupun kelas lain ataupun dalam membina hubungan dengan keluarga dan masyarakat,namun yang menjadi masalah utama adalah yang berhubungan dengan prestasi belajar.

Hal ini merupakan tantangan bagi guru pembimbing sekolah untuk turut bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah tersebut.Sebagaimana diketahui bahwa guru pembimbing adalah salah satu tenaga pendidik yang bertugas seperti apa yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (1993:28) bahwa tugas guru pembimbing adalah

(15)

“menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak didik baik yang bersifat preventif,persevarif maupun yang bersifat kuratif atau korektif”.Pendapat ini mencakup segala aspek dalam memberikan bantuan terhadap anak didik.Bantuan yang lebih spesifik dan merupakan salah satu jenis layanan bimbingan di sekolah.Dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah,terkait beberapa kendala yang perlu mendapat perhatian untuk segera di tangani dan di atasi.Diantara nya adalah menyangkut persepsi siswa terhadap guru pembimbing.Dalam hal ini,guru pembimbing hendaknyaberusaha menelaah sifat serta sikap siswanya terhadap diri mereka,karena siswa juga memiliki sikap dan persepsi yang berbeda pula.Bimbingan yang di maksudkan untuk membantu siswa memperoleh kematangan diri dalam memperoleh pengetahuan sikap dan ketrampilan yang membuat siswa mencapai prestasi yang optimal.dengan demikian bimbingan adalah upaya untuk membentuk perkembangan kepribadian siswa. Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan di masa depan yang menuntut adanya reformasi program pendidikan dengan tuntutan dunia kerja,maka layanan bimbingan merupakan layanan yang membantu siswa mengenal bakat,minat dan kemampuannya serta memilih dan menyusaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karir.secara konseptual bimbningan sangat esensial bagi kemajuan perkembangan dan prestasi belajar siswa walaupun dalam kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bimbingan belum berjalan efektif.Hal ini terlihat berdasarkan pengamatan penulis di mana pihak-pihak lainmenganggap bimbingan kurang bermanfaat,bahkan terkadang dituding tidak memberikan kontribusi yang berarti terhadap kemajuan prestasi belajar siswa.Untuk itu perlu adanya pembentukan presepsi yang positifterhadap bimbingan agar dalam pelaksanaan bimbingan yang lebih berdaya guna.

(16)

Sistem pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utama secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa/ bimbingan dan konseling (Sunaryo, dalam Yusuf dan Juntika, 2010: 4). Salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia khususnya di sekolah-sekolah yaitu keberadaan bimbingan dan konseling.

Menurut Yusuf dan Juntika (2010: 83) “Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (konseli) untuk mencapai perkembangan yang optimal. Berangkat dari pengertian tersebut, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar memperoleh pencerahan diri (intelektual, emosional, sosial, moral- spiritual) sehingga mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif, dan mampu mencapai kehidupan yang bermakna (produktif dan kontributif), baik dirinya sendiri maupun orang lain (masyarakat)”.

Melihat realita yang ada sekarang dengan membandingkan konsep pendidikan yang bermutu dan tujuan bimbingan dan konseling, sangat jauh berbeda dengan apa yang diharapkan tentang konsep dan tujuan tersebut, bahkan melahirkan persepsi-persepsi negatif tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling, yakni pelaksanaan/pelayanan bimbingan dan konseling di pandang hanya untuk siswa yang bermasalah saja, dan juga bimbingan dan konseling dianggap sebagai polisi sekolah.

Permasalahan yang dialami oleh peserta didik di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Halangan ini terlebih lagi

(17)

disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Dalam kaitan ini, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan dan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di samping kegiatan pengajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan awal dan kenyataan yang ada di SMKN I Pasimasunggu terdapat berbagai persepsi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling, di antaranya bahwa pelaksanaan maupun pelayanan BK hanya melayani siswa yang mempunyai masalah, sebagai pendisiplin sekolah ataupun polisi sekolah, pada umumnya siswa hanya berhubungan dengan guru bimbingan dan konseling ketika mereka diundang oleh guru bimbingan dan konseling karena mendapat teguran atau hukuman karena melakukan pelanggaran. Disamping itu kinerja guru bimbingan dan konseling memberikan layanan bimbingan dan konseling dengan materi yang tidak bervariasi dan hanya dilakukan dengan metode ceramah sehingga membentuk persepsi siswa yang kurang tepat terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Dengan demikian persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat penting dibahas karena bimbingan dan konseling di sekolah akan dimanfaatkan tergantung bagaimana persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling,maka pada kondisi awal ini peneliti meminta pendapat beberapa guru dan siswa di SMKN I Pasimasunggu.Menurut Guru MS berpendapat bahwa bimbingan konseling di SMKN I Pasimasunggu belum berjalan secara efektif,menurut Guru WY Bimbingan konseling perlu di tingkatkan agar siswa mendapat bimbingan secara penuh sedangkan menurut guru AB berpendapat hampir sama dengan guru WY

(18)

bahwa bimbingan konseling perlu di tingkatkan agar siswa dapat tempat pemecahan masalah bukan malah sebaliknya.Sedangkan menurut pendapat beberapa siswa yang berinisal AF menyatakan bahwa dia tidak begitu memahami mengenai bimbingan dan konseling di sebabkan tidak adanya penjelasan awal mengenai fungsi guru bimbingan dan konseling.menurut siswa P menganggap guru bimbingan konseling itu menakutkan karena perannya sebagai guru yang memberi hukuman kepda siswa yang bermasalah sedangkan menurut siswa J bimbingan konseling hanya di berlakukan untuk siswa yang bermasalah saja.

Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu melakukan pengkajian lebih lanjut tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling melalui penelitian dengan judul “Persepsi siswa terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMKN 1 Pasimasunggu Kab.Kep. Selayar”

B. Identifikasi Masalah

1 Ada sebagian siswa yang belum memahami tujuan dan fungsi bimbingan konsling seutuhnya.

2 Ada sebagian siswa yang menganggap layanan bimbingan konseling sama dngan mata pelajaran lainnya. Namun ada yang beranggapan sebaliknya.

3 Minat berkonsultasi siswa SMKN 1 Pasimasunggu Kab.Kep, Selayar belum seluruhnya dapat diketahui.

(19)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :”Apakah siswa berpersepsi baik terhadap layanan Bimbingan dan konseling di SMKN I Pasimasunggu ?”

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMKN I Pasimasunggu Kab.Kep Selayar.

E. Manfaat Penelitian 1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis atau akademis, menambah masukan bagi peneliti tentang penerapan Bimbingan konseling yang baik dalam peningkatan mutu pendidikan.

2 Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi SMKN 1 Pasimasunggu untuk melaksanakan peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar dengan dengan pelakasanaan bimbingan dan konselingb.

b) Bagi guru, sebagai umpan balik tentang sistem pelaksanaan Bimbingan konseling yang diterapkan selama ini sehingga dapat melakukan pembenahan yang dianggap efektif

(20)

c) penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan pendidikan, khususnya bagaimana mengetahui persepsi siswa terhadap bimbingan dan konseling.

(21)

9 A. Kajian Pustaka

1. Persepsi a. Pengertian

Persepsi (peception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luasialah pandangan atau penegrtian, yaitu bagaimana seseorang memandangatau menagartikan sesuatu.Persepsi dapat didefenisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi

kepada rangsangan pancaindra atau data.

Menurut Jallaludin Rahmad dalam buku Psikologi Komunikasipersepsi adalah suatu pengalaman tentang objek peristiwa atau hubunganyang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkanpesan. Dengan demikian persepsi dapat disimpulkan persepsi itumerupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadapstimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehinggamerupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrateddalam diri indivdu.

Menurut Moskowitz dan Orgel (dalam Walgito, 2010: 100) “Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya”.

Branca mengatakan bahwa “Persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu

(22)

yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan objek” (dalam Walgito, 2010: 100). Davidoff (dalam Walgito: 2010, 100) “Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri”.

Menurut Desiderato (dalam Rakhmat, 2007:51), “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, motivasi, dan memori”.

Menurut Davidoff dan Rogers bahwa “Persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif

dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat individual” (dalam Walgito, 2010: 100).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu s

(23)

adar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Sepeti telah dipaparkan didepan bahwa dalam persepsi individumengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya,sehingga stimulus memiliki arti bagi individu yang bersangkutan.Dengan demikian stimulus merupakan salah satu faktor yang berperandalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalampersepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra ataureseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang dapatmempersepsi, tetapi juga datang dari dalam diri individu yangbersangkutan langsung dengan syaraf penerima yang bekerjasebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus yang datangdari luar individu.

2) Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.Disamping itu juhga ada syaraf sensoris sebagai alat untukmeneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susuanansyaraf, yaitu otak sebagai pusat krsadaran. Sebagai alat untukmengadakan respon diperlukan syaraf sensoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanyaperhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatupersiapan dalam rangka mengadakan

(24)

persepsi. Perhatianmerupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitaskepada sesuatu atau sekumpulan objek.

c. Proses Persepsi

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorangmerupakan fungsi dari cara memandang. Oleh karena itu untukmengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dari mengubahpersepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama yaitu

a) Seleksi adalah proses penyaringan oleh oleh indra terhadaprangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atausedikit.

b) Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi sehinggamempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi olehbeberapa faktor seperti pengalaman masa lalu, system nilai yangdianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi jugabergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakanpengategorian informasi yang diterimanya, yaitu prosesmereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

c) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuktingkah laku sebagai redaksi. Jadi persepsi adalah melakukanseleksi , interpretasi dan pembulatanterhadap informasi yangsampai.

d. Jenis persepsi

(25)

a) Persepsi positif, yaitu manifestinya berupa rasa senang sehinggadalam memberikan respon/reaksi selanjutnya akan menampakkankecenderungan untuk berbuat.

b) Persepsi negatif, yaitu manifestasinya berupa rasa tidak senangakan menampakkan kecenderungan reaksi untuk menghindari,menjauhi dan bisa menimbilkan antipasi atau cuek.

e. Prinsip persepsi

Organisasi dalam persepsi, mengikuti beberapa prinsip. Hal inidikemukakan oleh Ahmad Fauzi sebagai berikut:

a) Wujud dan latar

Objek-objek yang diamati disekitar kita selalu munculdengan wujud sedangkan hal lainnya disebut latar.

b) Pola pengelompokan

Hal-hal cenderung kita kelompokkan dalam persepsi kita.Bagaimana cara kita mengelompokkan dan menentukan,bagaimana kita mencermati hal-hal tersebut.

Berdasarkan prinsip di atas, dapat diketahui bahwa dalammengenal dunia luarnya dengan cara mengenal dirinya sesuai dengankeadaan sekitarnya.

2. Layanan Bimbingan Konseling a) Pengertian

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepadaseseorang atau sekelompok orang secara terus menerusdan sistematisoleh guru pembimbing agar

(26)

individu atau sekelompok orang menjadidiri pribadi yang mandiri. Sedangkan menurut Mogeadi dalam Winkel dan Hastutibimbingan merupakan sejenis pelayanan pada individu-individu agardapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat danmenyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapatmenyesuaikan diri dengan lingkungan.

Menurut Miller dalam Mapiere bimbingan adalah prosesindividu untuk mencapai pemahaman diri dan arah diri terutamauntuk membuat penyesuaian maksimum terhadap sekolah, rumahtangga dan masyarakat umum.

Dari pemaparan bimbingan yang telah diungkapkan di atassudah memberikan gambaran tentang bimbingan maka penulismengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud bimbinganadalah suatu proses pemberian bantuan terhadap seseorang baikindividu dan kelompok orang secara berkesinambungan, sistematis,terencana serta terarah pada tujuan agar dapat memahami dirinya

Koseling adalah terjemahan dari kata counseling mempunyai makna sebagai hubungan timbal balik antara dua individu di mana konselor membantu klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah masalahyang di hadapinya pada waktu yang akan datang(Natwijaya,1987).Selain itu Priyitno (2004) mendefinisikan konseling adalah bantuan yang di berikan oleh konselor terhadap klien dalam rangka pengetasan masalah klien.dalam suasana tatp muka yang di laksanakan interaksi langsung antara konselor dan klien.Pembahsan tersebut bersifat mendalam menyentuh hal hal penting tentang klien.

(27)

Dari pemaparan tentang pengertian konseling di atas maka dapat di simpulkan bahwa konseling adalah bantuan secara profesionalyang di berikan oleh konselor kepada klien secara tatp mua empat mata yang di laksanakan interaksi secara langsung dalam rangka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik,kemmapuan mengontrol diri dan mengarahkan diri iuntuk di manfaatkan olehnya dalam rangka pemecahan masalah dan emperbaki tingkah lakunya pada masa yang akan datang

b) Tujuan bimbingan konseling

Pelayanan bimbingan konseling bertujuan menjadikan kliendapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau padakonselor. Terdapat lima tujuan bimbingan konseling di sekolah yaitu:

1) Mengenal dirinya sendiri dan lingkungan.

Mengenal dirinya sendiri adalah dalam arti mengenalkekuatan serta kelemahan yang ada pada dirinya.Lingkungan dalam arti umum, yaitu lingkungan keluarga,sekolah, pekerjaan, masyarakat dan sebagainya. Denganmengenal diri sendiri dan lingkungan itu, diharapkan siswamelihat hubungan dan kemungkinan yang tersedia sertamemperkirakan apa yang dapat mereka capai sesuai dengandiri mereka.

2) Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secaradinamis.

Dengan mengenal kekurangan yang ada pada diri mereka,diharapkan mereka mau menerima apa adanya yang terdapatdalam diri mereka.

3) Untuk dapat mengambil keputusan tentang berbagai hal.

(28)

Misalnya, pemilihan jurusan yang akan mereka masuki.Kenyataan menunjukkan bahwa seseorang yang dapatmenentukan sendiri suatu hal tanpa di paksa oleh pihak lainakan memberikan kepuasan sendiri bagi dirinya.

4) Untuk dapat mengarahkan diri.

Bimbingan dan konseling juga bertujuan untuk mengarahkansiswa kepada

“sesuatu” sesuai dengan bakat, minat dankemampuan yang ada pada diri individu.

5) Untuk mewujudkan diri sendiri.

Dengan pengenalan diri dan lingkungan, denganpengambilan keputusan sendiri, mengarahkan diri akhirnyadiharapkan siswa dapat mewujudkan (merealisasikan)

dirinya sendiri.

c) Asas-asas bimbingan dan konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan prodesional sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, pelanggaran, dan penyikapan (yang meliputi unsure-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan) konselor terhadap kasus pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lain-lainya. Kaidah-kaidah tersebut didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu segi (antara lain bahwa layanan harus didasarkan atas data dan perkembangan klien),dan tuntutan optimalisasi proses penyelenggaraan layanan di segi lain (yaitu suasana konseling ditandai oleh adanya kehangatan,pemahaman,penerimaaan,kebebasan dan keterbukaan,serta sebagai sumber daya yang perlu diaktifkan). Asas bimbingan dan konseling yaituketentuan-

(29)

ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraann layanan itu. Apabila asas- asas itu diselenggarakan dan diikuti dengan baik,maka dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan;sebaliknya,apabila asas itu diabaikan atau dilanggar maka sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling,bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan,serta profesi bimbingan dan konseling itu sendiri.

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas ini dapat diterapkan yakni asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinan,asas kemandirian, asas kegiatanasas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan, dan asas tutwuri handayani.Untuk mendapatkan wawsan dan pemahaman yang memadai mengenai asas-asas bimbingan dan konseling diatas dijelaskan sebagai berikut :

1. Asas kerahasiaan

Pelayanan bimbingan dan konseling ada kalanya berhubungan dengan klien yang mengalami masalah. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan konseling kadang-kadang klient harus menyampaikan hal-hal yuang sangat pribadi/

rahasia, kepada konselor, oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari klientnya. Bagi klien yang bermasalah dan ingin menyelesaikan masalahnya akan sangat membutuhkan bantuan dari orang yang dapat

(30)

memnyimpan kerahasian masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disebarluaskan kepad pihak lain.Jika asas ini benar-benar dilaksanakan oleh konselor, maka konselor akan mendapat kepercayaan dari semua pihak dan mereka akan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya ,jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan ini dengan baik,maka hilanglah kepercayaan klien terhadap konselor,sehingga akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat atau diterima di hati klien dan para calon klien. Selain itu klien akan takut meminta bantuan pada konselor sebab khwatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan pembicaraan orang. Sementara itu ada kemungkinana klien akan menyebarluaskan pengalaman yang yang tidak menyenangkan ini kepada klien lain. Hal yang demikian dapat berdampak terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling selanjutnya,dan konselor tidak dapat dipercaya oleh klien. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling,dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

2. Asas kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan,baik dari pihak konselor maupun klien.Dengan ini keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling akan tercapai.kesukarelaan itu ada pada konselor maupun pada klien. Artinya klien secara sukarela tanpa cara terpaksa mau menyampaikan masalah yang ditanganinya dengan mengungkapkan secara terbuka hal-hal yang dialaminya,serta mengungkapkan segenap fakta,data dan seluk beluk

(31)

yang berkenaan dengan masalah yang dialaminya. Sementara konselor hendaknya dapat memberikan bantuan dnegan tidak terpaksa,atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dnegan ikhlas.

3. Asas keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan,baik dari pihak konselor maupun klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekadar bersedia menerima saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu,diharapkan masing pihak yang bersangkutan bersedia buka diri untuk kepentingan masalah.individu yang membutuhkan bimbngan diharapakan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan keterbukaan ini penelahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien dapat dilaksanakan Keterus terangan si klien akan terjadi jika klien tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan dan kesukarelaan maksudnya klien betul- betul mempercyai konselor dan benar – benar mengharapakan bantuan dari konselornya.

Keterbukaan disisni ditinjau dari 2 arah .dari pihak klien diharapakan pertama- tama membuka diri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh orang lain(dalam hal ini orang konselor)dan yang kedua mau membuka diri dalam arti mau menerima saran dan masukan lainnya dari pihak luar.dari pihak konselor keterbukaan terwujud dengan kesedian konselor menjawab pertanyaan- pertanyaan dari klien dan mengunkapkan diri konselor sendiri jika hal itu memang di kehendaki oleh klien.dalam hubungan suasana seperti itu masing- masing pihak bersifat

(32)

transparan(terbuka)terhadap pihak lainya.dengan keterbukaan ini penelahan masalah serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien semakin muda dipahami.

4. Asas kekinian

Masalah klien yang ditangani melalui kegiatan dan bimbingan dan konseling adalah masalah – masalah yang sedang dirasakan,bukan masalah yang pernah dialami pada masa lampau,dan juga bukan masalah yang mungkin dialami di masa yang akan datang .apabila ada hal tertentu yang menyangkut masa lampu dan atau masalah yang akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang di selenggrakan itu,pembahasan tersebut hanyalah merupakn latar belakang dan atau latar depan dari maslah yang dihadapi sekarang,sehingga masalah yang sedang dialami dapat terselesaikan.dalam usaha bersifat pencegahan,pada dasarnya pertanyaan yang perlu dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang sehingga kemungkinan yang tidak baik dapat di hindari.

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menundah-nundah pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya adanya siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberi bantuan. Konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan berbagai dalih. Konselor harus mendahulukan kepentingan klien dari pada yang lainnya. Jika konselor benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberi bantuannya maka harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk kepentingan klien.

(33)

5. Asas Kemandirian

Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain atau konselor. Ciri-ciri pokok dari individu yang setelah dibimbing dan dapat mandiri adalah sebagai berikut:

a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagai mana adanya b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri

d. Mengarahkan diri sendiri sendiri sesuai keputusan itu

e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi,minat,dan kemampuan yang dimilikinya

Kemandirian dengan ciri-ciri umum diatas haruslah di sesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling,dan hal itu didasari baik oleh konselor maupun klien. Dengan demikian,maka para konselor hendaknya senantiasa berusaha menghidupkan kemandirian pada diri klien,bukan justru menghidupkan ketergantungan klien pada konselor.

6. Asas kegiatan

Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya,melainkan harus dengan kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaknya membangkitkan semangat klien sehingga klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.

(34)

7. Asas kedinamisan

Upaya pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Perubahan itu tidak sekedar mengulang hal yang lama yang bersifat monoton melainkan perubahan yang menuju ke suatu pembaruan,sesuatu yang lebih maju,dinamis,sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacuh pada hal-hal; yang baru yang hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya.

8. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui klien memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak seimbang,serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan pada diri klien,juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan terjadinya aspek layanan yang satu dengan aspek layanan yang lainnya menjadi tidak serasi. Untuk terselenggaranya asas keterpaduan,konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien,serta sebagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan dan konseling.

9. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma- norma yang berlaku,baik ditinjau dari norma agama,adat,hukum atau negara,ilmu,

(35)

maupun kebiasaan sehari-hari. Asas ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur,tekhnik,dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Ditinjau dari permasalahan klien,barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggar norma- norma tertentu), namun justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah tingkah laku yang melanggar norma itu di arahkan kepada yang lebih bersesuaian dengan norma.

10. Asas Keahlian

Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, tekhnik dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan itu. Asas ini selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana bidang bimbingan dan konseling ), juga kepada pengalaman. Teori dan praktek bimbingan dan konselor perlu dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus benar- benar menguasai teori dan praktek konseling secara baik.

(36)

11. Asas Alih Tangan

Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling,asas ini jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun inidividu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan,maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.

Disamping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan konseling hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan, dan setiap masalah yang ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.

Hal terakhir itu secara langsung mengacu kepada batasan yang telah diuraikan pada BAB II ,bahwa bimbingan dan konseling hanya memberikan kepada individu-individu yang pada dasarnya normal (tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang terbebas dari masalah-masalah kriminal maupun perdata.

12. Asas Tutwuri Handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo,ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja ,namun diluar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.

(37)

d) Jenis jenis layanan bimbingan konseling 1. Layanan Orientasi

Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesutu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.Situasi atau lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang “ asing”. Dalam kondisi keterasingan individu akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi. Dengan perkataan lain individu akan sulit melakukan hal-hal yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Ketidak mampuan bersosialisasi juga menimbulkan perilaku mal adaptif (perilku menyimpang) bagi individu. Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana atupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan individu (siswa) memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek yang baru tersebut.

a) Tujuan layanan orientasi

Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi baru. Dengan perkataan lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru.

(38)

Secara lebih khusus, tujuan layanan orientasi berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu pelayanan bimbingan dan konseling. Dilihat dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang dijumpainya. Hal-hal yang baru dijumpai di olah oleh individu, dan digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan.Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar

terhindar dari hal-hal negatif yang dapat timbul apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungan yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memlihara potensi dirinya. Pemahaman tentang situasi yang

baru dan kemampuan konstruktif memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi pengentasan dan dalam membela hak-hak pribadi sendiri (Fungsi Advokasi). Lihat Priyatno (2004).

b) Isi Layanan Orientasi

Isi layanan orientasi adalah berbagai hal berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal-hal tersebut melingkupi bidang-bidang: (a) pengembangan pribadi, (b) pengembangan hubungan sosial, (c) pengembangan kegiatan belajar, (d) pengembangan karier, (e) pengembangan kehidupan berkeluarga, dan (f) pengembangan kehidupan beragama.

(39)

c) Teknik Layanan Orientasi

Proses layanan orientasi mulai dari perencanaan hingga akhir bisa dilaksanakan melalui berbagai teknik dalam format lapangan, klasikal, kelompok, individual, dan politik.

a. Pertama, format lapangan. Format ini ditempuh apabila peserta layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan. Melalui format ini, peserta (siswa) mengunjungi objek-objek yang dimaksud. Bagi siswa baru di sekolah dan madrasah, format ini biasanya dilakukan dimana siswa mengunjungi objek-objek tertentu seperti perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya.

b. Kedua, format klasikal. Dengan format ini, kegiatan layanan orientasi dilaksanakan di dalam kelas atau ruangan. Objek-objek yang menjadi isi layanan di bawa ke dalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, films, tampilan video, dan lain sebagainya. Isi layanan disajikan, dispersepsi, dicermati, didiskusikan, diperlakukan secara bebas dan terbuka.

c. Ketiga, format kelompok. Secara umum polanya sama dengan format klasikal, yaitu dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang. Melalui format ini lebih memungkinkan dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap objek layanan.

(40)

Selain itu, layanan ini juga dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil layanan dapat lebih optimal.

d. Keempat, format individual. Berbeda dengan format kelompok, format ini merupakan format khusus dilakukan terhadap individu-individu tertentu. Isi layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan.

e. Kelima,format politik. Dengan format ini, konselor atau pembimbing berupaya menghubungkan dan mengaktifkan pihak-pihak di luar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan dan menguntungkan peserta layanan. Pihak-pihak yang dihubungi tentu yang terkait dengan isi layanan.

Oleh karena itu, masalah-masalah yang dihadapi individu beragam, maka layanan orientasi bisa mengombinasikan format-format di atas. Misalnya format politik dilaksanakan dalam perencanaan dan persiapan layanan dan bahkan juga selama pelaksanaannya. Format lapangan bisa dikombinnasikan dengan format klasikal bahkan format kelompok. Selain itu, format individual dapat merupakan tindak lanjut dari format layanan klasikal atau format kelompok.

Dengan format di atas, layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik- teknik: pertama, penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Kedua, pengamatan yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.

Ketiga, partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam susana dan

(41)

kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri. Keempat, studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Kelima, kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan. Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor, penyaji, nara sumber, dan peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.

d) Kegiatan Pendukung Layanan Orientasi

Kegiatan pendukung layanan orientasi dapat berupa: pertama, aplikasi instrumental dan himpunan data. Pengungkapan masalah individu melalui instrumen tertentu, misalnya tes dapat menjadi bahan pertimbangan untuk layanan orientasi terutama untuk menetapkan isi layanan dan sekaligus individu yang akan menajdi peserta layanan; begitu juga halnya himpunan data. Kedua, konferensi kasus.

Konferensi kasus harus dapat diarahkan untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang perlu dijadikan fokus atau isi layanan. Dalam konferensi kasus dapat juga langsung dibicarakan siapa peserta layanan dan aspek-aspek teknisnya. konferensi kasus dapat melibatkan pihak-pihak seperti konselor, kepala sekolah dan wakilnya, wali kelas, guru-guru tertentu, bahkan orang tua siswa juga bisa dilibatkan. Ketiga, kunjungan rumah. Untuk hal-hal tertentu apabila memang apabila memang diperlukan, konselor (pembimbing) bisa melakukan kunjungan rumah untuk lebih mendalami data siswa atau untuk kroscek data sesuai dengan kebutuhan layanan. Keempat, alih tangan kasus.

Kegiatan ini dilaksanakan apabila keadaan kurang terpenuhinya kebutuhan peserta layanan (siswa) oleh konselor, terutama kebutuhan di luar kewenangan konselor.

(42)

e) Pelaksanaan Layanan Orientasi

Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut :

1. perencanaa. Pada tahap ini ,hal-hal yang dilakukan adalah; (a) menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan, (b) menetapkan peserta layanan, (c) menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan, (d) menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media (e) menyiapkan kelengkapan administrasi.

2. pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah: (a) mengorganisasikan kegiatan layanan, (b) mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media.

3. evaluasi. Hal-hal yang dilakukan adalah: (a) menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan prosedur evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumen.

4. analisis hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) menetapkan standar analisis, (b) melakukan analisis, (c) menafsirkan hasil analisis.

5. tindak lanjut. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait, (c) melaksanakan rencana tindak lanjut.

(43)

6. laporan. Meliputi : penyusun laporan layanan orientasi, (b) mmenyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah), (c) mendokumentasikan laporan layanan.

2. Layanan Informasi (information)

1. Makna Layanan Informasi

Menurut Winkel (1991) layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan.

Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.

Dalam menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya, individu memerlukan berbagai informasi baik untuk keperluan kehidupannya seahri-hari, sekarang, maupun untuk perencanaanya kehidupannya di masa depan, akibat tidak menguasai dan tidak mampu mengakses informasi. Melalui layanan bimbingan dan konseling individu dibantu memperoleh atau mengakses informasi.

2. Tujuan Layanan Informasi

Layanan informasi bertujuan agar individu (siswa) mengetahui menguasai informasi yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya. Selain itu, apabila merujuk kepada fungsi pemahaman, layanan informasi bertujuan agar individu memahami berbagai informasi dengan segala seluk

(44)

beluknya. Penguasaan akan berbagai informasi dapat digunakan untuk mencegah timbulnya masalah, pemecahan suatu masalah, untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu serta memungkinkan individu (peserta layanan) yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya.

Layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian.

Pemahaman dan penguasaan individu terhadap informasi yang diperlukannnya akan memungkinkan individu: (a) mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara objektif, positif, dan dinamis, (b) mengambil keputusan, (c) mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan yang di ambil, dan (d) mengaktualisasikan secara terintegrasi.

3. Isi Layanan Informasi

Jenis-jenis inforamsi yang menjadi isi layanan ini bervarisi. Demikian juga keluasan dan kedalamannya. Hal itu tergantung kepada kebutuhan para peserta layanan (tergantung kebutuhan siswa). Informasi yang menjadi isi layanan harus mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling sperti tersebut di atas yaitu: bidang pengembangan pribadi, bidang pengembangan sosial, bidang pengembangan kegiatan belajar, perencanaan karier, kehidupan berkeluarga, dan kehidupan beragama.

Secara lebih rinci, informasi yang menjadi isi layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah adalah pertama, informasi tentang perkembangan

(45)

diri. Kedua, informasi tentang hubungan pribadi, sosial, nilai-nilai (values) dan moral.

Ketiga, informasi tentang pendidikan kegiatan belajar, dan ilmu pengetahuan dan

teknologi, keempat, informasi tentang dunia karier dan ekonomi. Kelima, informasi tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan. Keenam, informasi tenatng kehidupan berkeluarga. Ketujuh, informamsi tentang agama dan kehidupan beragama beserta seluk beluknya.

4. Teknik Layanan Inforamsi

Layanan inforamsi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka oleh pembimbing atau konselor kepada seluruh siswa di sekolah madrasah. Berbagai teknik dan media yang bervariasi serta fleksibel dapat digunakan melalui format klasikal dan kelompok. Format mana yang akan digunakan tentu tergantung jenis informasi dan karakteristik peserta layanan. Beberapa teknik yang biasa digunakan untuk layanan informasi adalah:

1. ceramah, tanya jawab dan diskusi. Teknik ini paling umum digunakan dalam penyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui teknik ini, para peserta mendengarkan atau menerima ceramah dari pembimbing (konselor), selanjutnya diikuti dengan tanya jawab. Untuk pendalamannya dilakukan diskusi.

2. melalui media. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan

(46)

media elektronik seperti radio, tape recorder, film, televisi, internet, dan lain-lain. Dengan perkataan lain, penyampaian informasi bisa melalui media nonelektronik dan elektronik.

3. acara khusus. Layanan informasi melalui cara ini dilakukan berkenaan dengan acara khusus di sekolah atau madrasah; misalnya “ hari tanpa Asap Rokok”, “ Hari Kebersihan Lingkungan Hidup,” dan lain sebagainnya. Dalam acara hari tersebut, disampaikan berbagai informasi berkaitan dengan hari-hari tersebut dan dilakukan berbagai kegiatan yang terkait yang diikuti oleh sebagaian atau seluruh siswa di sekolah atau madrasah di mana kegiatan itu dilaksanakan.

4. narasumber. Layanan informasi juga bisa diberiakn kepada peserta layanan dengan mengundang narasumber (manusia sumber). Misalnya informasi tentang obat-obatan terlarang, psikotropika dan narkoba mengundang nara sumber dari Dinas Kesehatan, kepolisian, dan lain-lain yang terkait. Dengan demikian, informasi tidak menjadi monopoli konselor (pembimbing). Dengan perkataan lain tidak semua informasi diketahui oleh pembimbing, harus didatangkan atau diundang pihak lain yang mengetahui. Pihak-pihak mana yang akan diundang tentu disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan.

5. Kegiatan Pendukung Layanan Informasi

(47)

Beberapa kegiatan pendukung layanan informasi adalah pertama, aplikasi instrumentasi dan himpunan data. Kedua, konferensi kasus. Ketiga, kunjungan rumah.

Keempat, alih tangan kasus.

1. aplikasi instrumen dan himpunan data, instrumen untuk layanan informasi bisa disusun sendiri oleh pembimbing atau memanfaatkan instrument yang telah ada. Data hasil aplikasi instrument yang telah ada, termasuk data yang tercantum dalam himpunan data dapat dipergunakan untuk: (a) menetapkan informasi yang menjadi isi layanan informasi, (b) menetapkan calon peserta layanan, dan (c) menetapkan calon penyaji termasuk nara sumber yang akan diundang.

2. konferensi kasus. Konferensi kasus dihadiri oleh steakholders sekolah dan madrasah seperti kepala sekolah dan wakilnya, pembimbing, guru, wali kelas, orang tua, tokoh masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait.

Melalui konferensi kasus dapat dibicarakan berbagai aspek penyelenggaraan layanan informasi yang mencakup: (a) informasi yang dibutuhkan oleh subjek layanan, (b) subjrk calon peserta layanan, (c) penyaji layanan (termasuk nara sumber), (d) waktu dan tempat layanan, (e) rencana operasional.

3. kunjungan rumah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui pendapat orang tua dan kondisi kehidupan keluarga terkait dengan penguasaan informasi tertentu oleh anak atau anggota keluarga lainnya. Melalui

(48)

kunjungan rumah, konselor atau pembimbing dapat menetapkan informasi yang akan diikuti oleh siswa atau anggota keluarga yang bersangkutan serta meminta dukungan dan pasrtisipasi orang tua dalam pemberian layanan. Apabila sulit melakukan kunjungan rumah, bisa dilakukan dengan mengundang orang tua ke sekolah baik secara perorangan atau kelompok untuk berdsikusi dengan pembimbing (konselor) atau menghadiri konferensi kasus yang membahas layanan informasi.

4. alih tugas kasus. Setelah mengikut layanan informasi, mungkin ada di antara peserta (siswa) yang ingin mendalami informasi tertentu atau mengaitkan secara khusus informasi yang telah diterimanya dengan permasalahan yang dialaminya. Untuk itu diperlukan upaya lanjut.

Keinginan tersebut dapat diupayakan pemenuhannya oleh konselor.

Apabila keinginan yang diamksud berada di luar kewenangan konselor, maka upaya alih tugas kasus perlu dilakukan. Pembimbing (konselor) mengatur pelaksanaan alih tugas kasus tersebut bersama peserta (siswa) yang menghendaki upaya tersebut.

6. Pelaksanaan Layanan Inforamsi

Pelaksanaan layanan informasi menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:

pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan: (a) identifikasi kebutuhan akan informasi bagi calon peserta layanan; (b) menetapkan materi inforamsi sebagai isi layanan; (c) menetapkan subjek sasaran layanan; (d) menetapkan nara sumber; (e)

(49)

menyiapkan prosedur, perangkat, dan media layanan; dan (f) menyiapkan kelengkapan administrasi.Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: (a) mengorganisasikan kegiatan layanan, (b) mengaktifkan peserta layanan, dan (c) mengoptimalkan penggunaan metode dan media.Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan materi evaluasi, (b) menetapkan prosedur evaluasi, (c) menyusun instrumen evaluasi, (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi, dan (e) mengolah hasil aplikasi instrumen.Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakaup kegiatan: (a) menetapkan norma atau satandar evaluasi, (b) melakukan analisis, dan (c) menafsirkan hasil analisis.Kelima, tindak lanjut yang mencakup kegiatan: (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, (b) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait, dan (c) melaksanakan rencana tindak lanjut.Keenam, pelaporan yang mencakup kegiatan: (a) menyusun laporan layanan informasi, (b) menyampaikan laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah), dan (c) mendokumentasikan laporan.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

1. Makna Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih disekolah dan madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan utuk kelak memangku jabatan tertentu (lihat Winkel, 1991).Individu dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu sisi serasi atau (kondusif) mendukung perkembangannya dan disisi lain kurang serasi atau kurang mendukung (mismatch). Kondisi mismatch berpotensi

(50)

menimbulkan masalah pada individu (siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu ndividu yanag mengalami mismatch.

Layanan ini berusaha meminimalisasikan kondisi mismatch yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Di tempat yang cocok dan serasi serta kondusif diharapkan individu dapat mengembangkan diri secara optimal.

2. Tujuan Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bisa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan nonakademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan (Winkel, 1991). Dengan perkataan lain layanan penempatan dan penyaluran bertujuan agar siswa memperoleh tempat yang sesuai untuk pengembangan potensi dirinya.

Tempat yang dimaksud adalah lingkungan baik fisik maupun psikis atau lingkungan sosio emosional termasuk lingkungan budaya yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan siswa (Lihat Prayitno, 2004).

Merujuk kepada fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang mencerminkan tujuan secara lebih khusus, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut: pertama, fungsi pemahaman. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah agar siswa memahami potensi dan kondisi dirinya sendiri serta kondisi lingkungannya.Kedua, fungsi pencegahan. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mencegah

(51)

semakin parahnya masalah, hambatan dan kerugian yang dialami individu (siswa).

Atau mencegah berlarut-larutnya masalah yang dialami individu.Ketiga, fungsi pengentasan. Merujuk kepada fungsi ini, tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengangkat individu dari kondisi yang tidak baik kepada kondisi yang lebih baik. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi pencegahan di mana layanan ini berupaya mengatasi masalah siswa dengan menempatkannya pada kondisi yang sesuai (kondusif) dengan kebutuhannya. Apabila upaya ini berhasil, maka fungsi pencegahan akan tercapai.Keempat, fungsi pengembangan dan pemeliharaan. Merujuk kepada fungsi ini, maka tujuan layanan penempatan dan penyaluran adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memeliharanya dari hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan perkembangannya. Dan seterusnya sesuai dengan fungsi- fungsi yang telah dikemukakan pada bab terdahulu.

3. Isi Layanan Penempatan dan Penyaluran

Isi layanan penempatan dan penyaluran meliputi dua sisi, yaitu sisi potensi diri siswa itu sendiri dan sisi lingkungan siswa, pertama, sisi potensi siswa sendiri, mencakup: (a) potensi inteligensi, bakat, minat, dan kecenderungan-kecenderungan pribadi, (b) kondisi psikofisik seperti terlalu banyak bergerak (hiper aktif), cepat lelah, alergi terhadap kondisi lingkungan terntentu, (c) kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial, (d) kemampuan panca indra, dan (e) kondisi fisik seperti jenis kelamin, ukuran badan,dan keadaan jasmaniah lainnya. Kedua, kondisi lingkungan; mencakup: (a) kondisi fisik, kelengkapan dan tata letak serta susunannya,

(52)

(b) kondisi udara dan cahaya, (c) kondisi hubungan sosio emosional, (d) kondisi dinamis suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku, dan (e) kondisi statis seperti aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan.

4. Teknik Layanan Penempatan dan Penyaluran

Beberapa hal yang perlu dilakukan pembimbing atau konselor sebelum melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran adalah: (a) mengkaji potensi dan kondisi diri subjek layanan (siswa), (b) mengkaji mkondisi lingkungan dari lingkungan yang paling dekat dan mengacu kepada permasalahan subjek layanan, (c) mengkaji kesesuaian antara potensi dan kondisi diri siswa dengan kondisi diri siswa dengan kondisi lingkungannya serta mengidentifikasi permasalahan yang secara dinamis berkembang pada diri siswa, (d) mengkaji kondisi dan prospek lingkungan lain yang mungkin ditempati, (e) menempatkan subjek ke lingkungan baru.

Guna mengkaji potensi dan kondisi diri subjek seperti disebutkan di atas, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: pertama, studi dokumentasi terhadap hasil-hasil aplikasi instrumentasi dan himpunan data, kedua, observasi terhadap kondisi jasmaniah, kemampuan berkomunikasi, dan tingkah laku siswa, suasana hubungan sosioemosional siswa dengan siswa lainnya, dan kondisi fisik lingkungan. Ketiga, studi terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang diberlakukan.

Keempat,studi kondisi lingkungan yang prospektif dan kondisi bagi perkembangan siswa. Kelima, wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.

(53)

5. Kegiatan Pendukung Layanan Penempatan dan Penyaluran

Beberapa kegiatan pendukung layanan penempatan dan penyaluran adalah:

pertama, aplikasi instrumen dan himpunan data yang berguna untuk: (a) menetapkan

subjek sasaran layanan, dan (b) memperkaya bahan kajian terhadap potensi dan kondisi diri subjek beserta lingkungannya. Kedua,konferensi kasus. Ketiga, kunjungan rumah, dan keempat, alih tangan kasus.

6. Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran

Prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran aalah sebagai berikut: pertama, perencanaan yang mencakup: meliputi indentifikasi kondisi yang menunjukan adanya permasalahan pada diri siswa tertentu, (b) menetapkan siswa yang akan menjadi sasaran layanan, (c) menyiapkan prosedur, langkah-langkah dan perangkat serta fasilitas layanan, dan (d) menyiapkan perlengkapan administrasi.Kedua, pelaksanaan yang mencakup: yaitu, melakukan analisis terhdap berbagai kondisi yang terkait dengan permasalahan siswa sesuai prosedur dan langkah-langkah yang telah ditetapkan.Ketiga, evaluasi yang mencakup: yaitu, menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur evaluasi, menyusun instrumen evaluasi, dan mengolah hasil aplikasi instrumentasi.Keempat, analisis hasil evaluasi yang mencakup: yaitu, menetapkan standar evaluasi, melakukan analisis, dan menafsirkan hasil analisis.Kelima, tindak lanjut yang mencakup: yaitu, mengidentifikasi masalah yang perlu ditindaklanjuti, menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada siswa dan kepada pihak-pihak

Gambar

Tabel 4.1 : Jumlah data Jumlah item
Table 4.2 hasil perhitungan angket

Referensi

Dokumen terkait