• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ubi Jalar ( Ipomoea batatas L.)

Dalam dokumen Modul Bahan Ajar UB Distance Learning (Halaman 32-34)

UBI – UBIAN

3.2 Ubi Jalar ( Ipomoea batatas L.)

3.2.1 Latar Belakang

Ubijalar (Ipomoea batatas L.) bahan pangan sumber karbohidrat, mengandung vitamin A, C dan mineral. Dapat diolah menjadi bahan pangan olahan seperti selai, saos, juice dan bahan baku industri. Ubijalar ungu, banyak mengandung anthocyanin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubijalar dengan umbi berwarna kuning, banyak mengandung vitamin A.

Umur panen dataran rendah 3 – 5 bln; dataran tinggi 5 – 8 bln Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan makanan pokok masyarakat di Kawasan Timur Indonesia, khususnya Papua dan Papua Barat. Data Badan Pusat Statistik (2001) menunjukkan, ketersediaan rata-rata ubi jalar per kapita di Indonesia pada tahun 1990–1995 hanya mencapai 16 kg/tahun, sedangkan beras 124 kg/tahun. Untuk Papua, ketersediaan beras hanya 10 kg/tahun, sedangkan ubi jalar 90 kg/tahun. Pada tahun 2006, ketersediaan ubi jalar per kapita di Papua meningkat menjadi 147,17 kg/tahun, sedangkan konsumsi hanya 129,51 kg/tahun (Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Papua 2007).

3.2.2 Permasalahan

Penghasil utama ubi jalar di Indonesiaadalah Pulau Jawa dan Irian Jaya yang menempati porsi sekitar 59 %. Peluang perluasan areal panen masih sangat terbuka. Adanya perbaikan teknik budidaya danpenggunaan varietas unggul nasional, produktivitas bisa dinaikkan menjadi 30 ton per hektar. Ubi jalar bisa ditanam sepanjang tahun, baik secara terus menerus, bergantianmaupun secara tumpang sari. produksinya juga cukup tinggi hingga 20 ton per hektar (hudori, 2001).

Peranan usahatani ubi jalar memiliki prospek yang baik sebagai komoditas pertanian unggulan tanaman palawija. Potensi produksi bisa mencapai ± 25 - 40 ton per hektar dan saat ini ubi jalar merupakan tanaman ubi-ubian yang paling produktif. Menurut data BPS Indonesia (2014), luas panen dan produksi di Indonesia mencapai 157.000 ha dengan produksi 214.000 ton dan produktivitas mencapai 15 - 20 ton/ha yang merupakan penyumbang produksi terbesar di Indonesia. Sehingga diperlukan suatu teknologi untuk meningkatkan produksi ubi jalar.

Kendala yang sampai saat ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan ubi jalar, salah satu kendala yang dihadapi adalah pengetahuan dan keterampilan petani yang masih kurang dalam hal budidaya, pemeliharaan, hingga pasca panen. Khususnya dalam bidang pemeliharaan, seperti halnya produk pertanian pada umumnya, ubi jalar juga menghadapi masalah organisme pengganggu tanaman

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN - UB DistanceLearning 2014

(OPT). Serangga hama yang paling banyak merugikan adalah dari ordo Coleoptera, famili Curculionidae (Cylas formicarius).

Hasil penelitian Manikome (2011) menunjukkan rata-rata persentase serangan hama C.formicarius di desa Toraget Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa yakni 43,67%. Hama ini menyerang sejak tanaman di lahan dan berlanjut di tempat penyimpanan. Kerusakan C. formicarius terjadi pada bagian umbi. Umbi yang terserang terdapat lubang gerekan berisi kotoran berwarrna hijau dan bila di konsumsi terasa pahit (Jasson, dkk.1980). Kerusakan berkisar 5-70 % tergantung daerah dan cara bercocok tanam (Sutiharni, 1998). Lebih lanjut dilaporkan oleh Capinera (2003) dan Kalshoven (1981), Cylas formicarius merupakan hama ubi jalar yang menyerang tidak hanya di lapangan tapi juga menimbulkan kerusakan yang cukup nyata di tempat penyimpanan. Kehilangan hasil akibat serangan hama ini berkisar antara 10–80%, bergantung pada lokasi, jenis lahan, dan musim (Widodo et al. 1994). Lebih lanjut dikemukakan bahwa larva merusak umbi dengan masuk ke dalam umbi dan memakan umbi tersebut dengan membuat liang-liang gerekan. Umbi yang terserang berasa pahit dan akhirnya membusuk. Mikroorganisme di sekitar liang gerek dapat Menghasilkan senyawa furanterpen dan coumarin yang menyebabkan ubi menjadi pahit.

3.2.3 Teknologi Produksi

a. Penggunaan Varietas Unggul

Ubi jalar dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi jalar harus disesuaikan untuk peruntukannya. Beberapa varietas unggul ubi jalar yaitu : Varietas Sari, Varietas Sukuh, Varietas Jago, Varietas Kidal dan Varietas Ayamurasaki

Varietas Sari merupakan varietas unggul berumur genjah dan tahan kudis. Varietas Boko sesuai untuk dikonsumsi dalam bentuk rebus atau goreng karena rasa yang enak dan manis. Varietas Sukuh, Jago dan Kidal mempunyai kandungan bahan kering dan pati yang tinggi, sangat cocok untuk dibuat sebagai pati dan tepung. Varietas Ayamurasaki memiliki ciri umbi berwarna ungu. Untuk keripik dan untuk keperluan ekspor ke Jepang

a. Stek Batang Ubi Jalar

Satu batang ubi jalar dapat dipenggal menjadi 3 stek bibit, yaitu : 1. Penggalan pertama dari ujung batang (bibit nomor 1) (bagian

ujung merupakan bibit stek terbaik)

2. Penggalan kedua di bawahnya (bibit nomor 2) 3. Penggalan ketiga di bawahnya (bibit nomor 3)

Maksimal satu batang ubi jalar dapat diambil 3 stek untuk bibit. Panjang stek antara 20 – 25 cm dan memiliki 6 – 8 buku. Bibit stek yang baik terletak pada batang yang belum berakar dan masih muda. Bibit yang telah berakar, akar tanaman tersebut tidak akan

sanggup membentuk umbi yang bagus terutama akar yang telah tua dan sering terkena sinar matahari. Penggunaan bibit stek secara terus menerus sampai beberapa turunan akan mengakibatkan mutu dan hasil umbi mengalami penurunan karena terjadi dehidrasi. Selain itu juga rasa umbi semakin kurang enak karena semakin banyak seratnya.

b. Aplikasi Mulsa

Jika tanah lembab dan batang menempel pada permukaan tanah, akan terjadi pertumbuhan akar pada ruas-ruas batang. Akar tersebut dapat membentuk umbi tetapi ukurannya kecil-kecil. Terbentuknya umbi kecil dapat dihindari dengan cara melakukan pengangkatan batang. Dengan demikian akar yang tumbuh pada ruas batang tersebut akan putus sehingga tidak bisa tumbuh lagi, dan air – hara dari tanaman akan tersalurkan untuk pembentukan umbi yang diinginkan.

Petani Mojokerto, Magetan, Karanganyar melakukan pembalikan batang 1 -2 kali selama musim tanam. Pembalikan batang pertama dilakukan pada umur 60 – 70 hst. Di India, pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan 3 -5 kali selama musim tanam dan dilakukan setiap kali ada perlakukan pengairan.

c. Pengangkatan Batang

Pembalikan atau pengangkatan batang yang dilakukan lebih dari satu kali mampu memberikan panen yang tinggi. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian Balittan Malang, pembalikan batang justru menurunkan hasil 9 – 20% dibandingkan batang yang tidak dibalik.

4.

EVALUASI

4.1 Evaluasi pembelajaran Teknologi Tanaman Ubi-ubian dilakukan

Dalam dokumen Modul Bahan Ajar UB Distance Learning (Halaman 32-34)

Dokumen terkait