VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.2. Analisis Pendapatan Usaha Tempe
6.2.2. Uji Beda Terhadap Pendapatan dan Rasio R/C Usaha
Analisis pendapatan usaha tempe juga dilakukan uji beda terhadap pendapatan dan rasio R/C antara pengrajin anggota dan non anggota yang terdiri dari pendapatan atas biaya total dan rasio R/C atas biaya total menurut
68
keanggotaan pengrajin dan skala usaha. Hasil uji beda total biaya usaha tempe menurut keanggotaan pengrajin dapat dilihat pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7 Hasil uji beda pendapatan dan rasio R/C usaha tempe per kg output menurut keanggotaan pengrajin di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015
No. Keanggotaan Mean Std. Deviation Sig. (2- tailed)
Sig. (1- tailed)
Mean Difference 1. Pendapatan Atas Biaya Total
Anggota 1 390.93 185.988
0.001* 0.0005* 177.737 2. Pendapatan Atas Biaya Total
Non Anggota 1 213.19 207.863
3. Rasio R/C Atas Biaya Total
Anggota 1.1879 0.02586
0.000* 0.000* 0.02773 4. Rasio R/C Atas Biaya Total
Non Anggota 1.1601 0.03086
Keterangan: *signifikan pada taraf nyata (α) 1 persen Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
Data pada Tabel 6.7 secara rinci terdapat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12. Berdasarkan Tabel 6.7, pendapatan atas biaya total per kilogram tempe pengrajin anggota lebih besar dibanding pengrajin non anggota dapat dilihat dari
nilai sig. (1-tailed) sebesar 0.0005 yang lebih kecil dari nilai alfa (α) 0.01
sehingga menunjukkan tolak H0. Hal ini berarti secara statistik pendapatan atas
biaya total per kilogram tempe pengrajin anggota signifikan lebih besar dibanding
pengrajin non anggota pada taraf nyata (α) 1 persen. Perbedaan rata-rata (mean difference) antara pengrajin anggota dan non anggota tersebut sebesar Rp 177.737 per kilogram tempe. Dengan kata lain, rata-rata pendapatan atas biaya total pengrajin anggota lebih besar Rp 177.737 per kilogram tempe dibanding pengrajin non anggota.
Berdasarkan Tabel 6.7, rasio R/C pengrajin anggota dan non anggota
menghasilkan nilai sig. (1-tailed) sebesar 0.000 yang lebih kecil dari nilai alfa (α)
0.01 sehingga menunjukkan tolak H0. Hal ini berarti secara statistik rasio R/C atas
biaya total pengrajin anggota signifikan lebih besar dibanding pengrajin non
anggota pada taraf nyata (α) 1 persen. Perbedaan rata-rata (mean difference) antara pengrajin anggota dan non anggota tersebut sebesar 0.02773. Dengan kata lain, rata-rata rasio R/C atas biaya total pengrajin anggota lebih besar 0.02773 dibanding pengrajin non anggota.
Uji beda pendapatan atas biaya total usaha tempe terhadap masing-masing
69
dua sampel bebas. Pada Lampiran 15, tabel anova menunjukkan bahwa secara rata-rata pendapatan atas biaya total menurut skala usaha berbeda signifikan
secara statistik karena nilai sig. sebesar 0.000 yang lebih kecil dari nilai alfa (α)
0.01 sehingga menunjukkan tolak H0. Hasil uji beda pendapatan atas biaya total
usaha tempe terhadap masing-masing skala usaha dapat dilihat pada Tabel 6.8. Tabel 6.8 Hasil uji beda pendapatan atas biaya total usaha tempe per kg output
menurut skala usaha di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015 Perbandingan Skala Usaha Mean Difference Std. Error Sig. Pendapatan Atas Biaya Total Anggota
Skala II Skala I 144.667 63.033 0.090**
Skala III 373.333 124.302 0.018***
Skala III Skala I -228.667 122.514 0.200*
Pendapatan Atas Biaya Total Non Anggota
Skala II Skala I 109.475 55.940 0.148*
Skala III 409.625 42.989 0.000****
Skala III Skala I -300.150 54.916 0.000****
Pendapatan Atas Biaya Secara Keseluruhan
Skala II Skala I 139.668 45.670 0.010***
Skala III 443.764 61.273 0.000****
Skala III Skala I -304.096 57.769 0.000****
Keterangan: * signifikan pada taraf nyata (α) 20 persen **signifikan pada taraf nyata (α) 10 persen
***
signifikan pada taraf nyata (α) 5 persen
****signifikan pada taraf nyata (α) 1 persen
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 6.8, perbandingan pendapatan atas biaya total per kilogram tempe antar skala baik anggota, non anggota, maupun secara keseluruhan berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata masing-masing.
Nilai perbedaan rata-rata (mean difference), baik pada perbandingan antar skala
usaha pada usaha tempe anggota, non anggota, maupun secara keseluruhan menunjukkan bahwa usaha tempe skala II memiliki rata-rata pendapatan atas
biaya total terbesar dibandingkan skala I dan III karena perbedaan rata-rata (mean
difference) bertanda positif saat dibandingkan dengan skala I dan skala III. Semakin besar skala usaha pendapatan atas biaya total per kilogram tempe tidak semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan besaran total biaya per kilogram tempe yang tidak semakin rendah akibat besarnya biaya peralatan untuk mengangkut tempe pada skala III dan penggunaan kapasitas kendaraan tersebut belum optimal.
Uji beda rasio R/C atas biaya total usaha tempe terhadap masing-masing skala usaha pada Lampiran 18, tabel anova menunjukkan bahwa secara rata-rata rasio R/C atas biaya total menurut skala usaha berbeda signifikan secara statistik
70
karena nilai sig. sebesar 0.000 yang lebih kecil dari nilai alfa (α) 0.01 yang
sehingga menunjukkan tolak H0. Hasil uji beda rasio R/C atas biaya total usaha
tempe terhadap masing-masing skala usaha dapat dilihat pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9 Hasil uji beda rasio R/C atas biaya total usaha tempe per kg output menurut skala usaha di Kelurahan Kedung Badak tahun 2015
Perbandingan Skala Usaha Mean Difference Std. Error Sig. Rasio R/C Atas Biaya Total Anggota
Skala II Skala I 0.020 0.009 0.072**
Skala III 0.057 0.017 0.007***
Skala III Skala I -0.036 0.017 0.118*
Rasio R/C Atas Biaya Total Non Anggota
Skala II Skala I 0.019 0.009 0.165*
Skala III 0.061 0.011 0.000***
Skala III Skala I -0.043 0.009 0.000***
Rasio R/C Atas Biaya Total Secara Keseluruhan
Skala II Skala I 0.021 0.007 0.006***
Skala III 0.066 0.009 0.000***
Skala III Skala I -0.045 0.008 0.000***
Keterangan: *signifikan pada taraf nyata (α) 20 persen **signifikan pada taraf nyata (α) 10 persen ***signifikan pada taraf nyata (α) 1 persen Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan Tabel 6.9, perbandingan rasio R/C atas biaya total per kilogram tempe antar skala baik anggota, non anggota, maupun secara keseluruhan berbeda signifikan secara statistik pada taraf nyata masing-masing.
Nilai perbedaan rata-rata (mean difference), baik pada perbandingan antar skala
usaha pada usaha tempe anggota, non anggota, maupun secara keseluruhan menunjukkan bahwa usaha tempe skala II memiliki rata-rata rasio R/C atas biaya
total terbesar dibandingkan skala I dan III karena perbedaan rata-rata (mean
difference) bertanda positif saat dibandingkan dengan skala I dan skala III.
Sama halnya dengan pendapatan atas biaya total, semakin besar skala usaha rasio R/C atas biaya total tidak semakin tinggi. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh besaran total biaya per kilogram tempe yang tidak semakin rendah akibat besarnya biaya peralatan untuk mengangkut tempe pada skala III dan penggunaan kapasitas kendaraan tersebut belum optimal. Artinya bahwa
mobil pick up yang digunakan guna mengangkut tempe untuk dijual masih dapat
digunakan untuk hasil tempe yang lebih banyak lagi, sehingga biaya atas penggunaan kendaraan per kilogram tempe menjadi lebih rendah.
Secara keseluruhan, usaha tempe pengrajin anggota dengan skala II yang paling efisien dari segi biaya dan pendapatan karena memiliki nilai rasio R/C atas
71
biaya total yang paling besar di antara yang lain dan terbukti secara statistik. Hal tersebut dikarenakan dengan meningkatkan skala usaha dari skala I ke skala II dapat menurunkan total biaya dan meningkatkan pendapatan atas biaya total per kilogram tempe, namun jika meningkatkan hingga skala III dapat meningkatkan total biaya dan menurunkan pendapatan atas biaya total per kilogram tempe. Oleh karena itu, usaha tempe anggota pada skala II yang paling ideal dan efisien untuk dijalankan.