• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS

C. Komunikasi Antarpribadi Pemimpin Komunitas dengan Suster Yunior di Kongregasi FSE dalam Konteks Bimbingan Pribadi. Kongregasi FSE dalam Konteks Bimbingan Pribadi

2. Unsur-unsur Komunikasi Antapribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan sarana yang efektif untuk menjalin relasi yang akrab dan saling memperkembangkan diri. Untuk mencapai komunikasi yang efektif dalam pembinaan para suster yunior FSE, suster yunior dan pemimpin komunitas perlu mengoptimalkan lima unsur komunikasi antarpribadi. Menurut Supratiknya (1995) unsur-unsur komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:

Unsur-unsur penting dalam komunikasi antarpribadi meliputi: (1) unsur pembukaan diri, (2) unsur saling membangun kepercayaan, (3) saling mendengarkan sambil memahami, (4) saling mengungkapkan perasaan secara

verbal dan non verbal (5) saling menerima dan mendukung. Berikut ini peneliti akan menguraikan kelima unsur tersebut dan sekaligus mengkaitkannya dengan komunikasi antar suster dengan pemimpin komunitas dalam bimbingan pribadi.

a. Unsur Pembukaan Diri (self-disclosure)

Pembukaan diri (self-disclosure) artinya pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau memahami tanggapan kita di masa kini. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan, atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja disaksikan bersama (Supratiknya, 1995:14).

Membuka diri di sini mengandung dua sisi yang berlangsung serentak atau menunjukkan adanya hubungan timbal balik antar pengirim pesan dan penerima pesan. Membuka diri berarti bersikap realistik. Karena itu perlulah bersikap jujur, tulus dan otentik (Supratiknya,1995: 14–16). Selain itu membuka diri merupakan langkah pertama ke arah pemahaman diri dan pembuatan keputusan. Artinya seseorang itu berniat untuk mengubah perilaku yang menghambat ke perilaku lebih efektif. Semakin banyak informasi diketahui mengenai diri kita dan orang lain sebagai lawan bicara, komunikasi kita semakin jelas. Dengan demikian semakin orang membuka diri, semakin berkurang daerah tersembunyi dan daerah butanya (Supratiknya, 1995:17). Dengan mengurangi daerah tersembunyi, kita semakin mengenali diri kita dan mempunyai kesempatan untuk memperbaiki perilaku kita, misalnya perilaku yang kurang mendukung panggilan ke arah yang

34

lebih baik dan juga membuat kita semakin sehat secara psikologis. Membuka diri juga berarti terbuka terhadap aneka umpan balik dari orang lain yang dapat membantu meningkatkan pemahaman diri kita, yakni membuat kita sadar akan aspek-aspek diri serta konsekuensi perilaku kita yang tidak pernah kita sadari sebelumnya (Supratiknya, 1995: 20).

Dalam pembinaan melalui bimbingan pribadi diharapkan pemimpin komunitas dan suster yunior memiliki sikap terbuka, jujur dan realistis. Sikap-sikap ini memberi peluang bagi pemimpin komunitas dan suster yunior untuk saling memperkembangkan panggilan dalam kelima aspek pembinaan. Misalnya: suster yunior secara jujur dan tulus mengungkapkan kepada pemimpin komunitas tentang kesulitannya untuk bangun pagi sehingga ia kerap kali terlambat untuk doa bersama.

b. Unsur Saling Membangun Kepercayaan

Untuk membangun sebuah relasi, dua orang harus saling mempercayai. Saling percaya dibangun lewat resiko dan peneguhan, serta dihancurkan lewat resiko dan penolakan. Adapun langkah-langkah dalam membangun kepercayaan yaitu: pertama pribadi A mengambil resiko dengan megungkapkan pikiran,perasaan, dan reaksinya terhadap situasi kepada B. Kedua, pribadi B menanggapi pikiran, perasaan, dan reaksinya terhadap situasi A.Unsur saling membangun kepercayaan artinya pribadi B menunjukkan penerimaan, dukungan, dan kerja sama kepada pribadi A. Sedangkan pribadi A menanggapinya dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi terhadap situasi kepada pribadi B

(Supratiknya, 1995: 27). Jadi, mempercayai artinya: Pribadi A rela menghadapi resiko, menerima akibat menguntungkan atau merugikan dengan menjadikan diri rentan di hadapan orang lain. Tepatnya mempercayai meliputi: membuka diri dan rela menunjukkan penerimaan dan dukungan kepada orang lain. Sedangkan dipercaya berarti pribadi B rela menanggapi orang lain yang ambil resiko dengan cara menunjukkan jaminan bahwa orang lain tersebut akan menerima akibat-akibat yang menguntungkan (Supratiknya, 1995: 28).

Dalam konteks bimbingan pribadi, diharapkan pemimpin komunitas membantu suster yunior memiliki sikap mempercayai pemimpin komunitas dan sebaliknya pemimpin komunitas memiliki sikap dapat dipercayai oleh suster yunior sehingga memperlancarkan komunikasi antarpribadi dan besar kemungkinan komunikasi dapat mencapai tujuan. Dengan demikian pemimpin komunitas membantu suster yunior agar berkembang dalam panggilan sebagai suster FSE melalui kelima aspek pembinaan (Kepribadian, Kharisma, Fransiskan, Hidup religius dan Kerasulan).Misalnya: suster yunior secara jujur menceritakan kepada pemimpin komunitasnya tentang kesulitannya dalam berelasi dengan lawan jenis, sebaliknya pemimpin komunitas menanggapi secara tepat dengan menunjukkan penerimaan terhadap perasaan dan pikiran suster yunior. Suster yunior siap menanggung resiko atas keterbukaannya terhadap pemimpin komunitas.

36

c. Unsur Saling Mendengarkan Sambil Memahami

Unsur saling mendengarkan sambil memahami artinya pihak pengirim pesan dan penerima pesan mengembangkan pemahaman empatik yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian pada yang diungkapkan orang lain serta memahaminya dari sudut pandang pengirim pesan. Artinya sebelum mengutarakan sesuatu seseorang harus memperhatikan sudut pandang lawan komunikasi, apa yang diketahui oleh lawan komunikasinya tentang hal yang akan kita ungkapkan, informasi lebih lanjut mana yang dibutuhkan dan diinginkan oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang ia utarakan serta menerima pesan secara tepat (Supratiknya, 1995: 43, 46-47).

Dalam konteks bimbingan pribadi diharapkan pemimpin komunitas memiliki sikap empati (mendengarkan dengan penuh perhatian). Dengan sikap tersebut menjadi peluang yang besar bagi pemimpin komunitas dapat membantu suster yunior berkembang dalam panggilannya melalui kelima aspek pembinaan (Kepribadian, Kharisma, Fransiskan, Hidup religius dan Kerasulan). Misalnya: pemimpin komunitas mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika suster yunior menceritakan pergulatannya dalam hidup studinya.

d. Unsur Saling mengungkapkan Perasaan secara Verbal dan non Verbal.

Unsur mengungkapkan perasaan ada dua macam yaitu kemampuan mengungkapkan perasaan secara verbal dan secara nonverbal. Kemampuan mengungkapkan perasaan secara verbal artinya mengungkapkan perasaan dengan menggunakan kata-kata baik secara langsung mendeskripsikan perasaan yang kita

alami maupun tidak. Sedangkan secara non verbal adalah mengungkapkan perasaan dengan menggunakan bahasa isyarat selain kata-kata, misalnya: sorot mata, raut muka, nada suara, senyuman, kepalan tangan, menunduk, menggeleng kepala, mengangguk, menepuk bahu (Supratiknya1995: 63)

Dalam konteks bimbingan pribadi, pemimpin komunitas dan suster yunior diharapkan memiliki sikap saling mampu mengungkapkan perasaan secara verbal dan non verbal. Kemampuan saling mengungkapkan perasaan ini menjadi peluang bagi pemimpin komunitas untuk membantu suster yunior agar semakin berkembang dalam panggilan melalui kelima aspek pembinaan (Kepribadian, Kharisma, Fransiskan, Hidup religius dan Kerasulan). Misalnya: suster yunior mengeluh kepada pemimpin komunitas tentang kesulitannya dalam bekerja sama dengan susternya di tempat kerja. Sebaliknya pemimpin komunitas memandang suster yunior dengan penuh iba sambil menepuk bahunya sehingga suster yunior merasa dimengerti oleh pemimpin komunitasnya dan merasa diteguhkan.

e. Unsur Saling Menerima dan Mendukung

Unsur saling menerima dan mendukung menjadi hal yang penting dalam berkomunikasi agar menjadi efektif. Sikap menerima dan mendukung mendapat peluang untuk menolong orang sebagai lawan berbicara sehingga ia mampu melihat kesempatan yang baik untuk berkembang dan menyusun strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya. Sikap menerima dan mendukung menjadi ciri khas seorang konselor yang berperan sebagai penolong (Supratiknya, 1995:

38

Dalam konteks bimbingan pribadi diharapkan pemimpin komunitas memiliki sikap mau menerima dan mendukung suster yunior. Sikap menerima dan mendukung menjadi peluang bagi pemimpin komunitas membantu suster yunior agar semakin berkembang dalam panggilannya melalui kelima aspek pembinaan (Kepribadian, Kharisma, Fransiskan, Hidup religius dan Kerasulan). Misalnya: ketika suster yunior menceritakan kepada pemimpin komunitas bahwa ia sangat senang melayani orang-orang kecil dan menderita (misalnya: panti asuhan, orang kusta, orang sakit) akan tetapi ia merasa cita-citanya belum terkabul karena justru ia mendapat tugas di tempat yang lain, maka pemimpin komunitas menerima dan mendukung yang menjadi dambaannya akan tetapi, pemimpin komunitas juga memberikan bantuan kepada suster yunior agar mampu melihat bahwa dimana saja dan tugas apa saja yang dikerjakan merupakan semata pengabdian kepada Allah.

D. Integrasi Kelima Unsur Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan