• Tidak ada hasil yang ditemukan

orang-orang yang membutuhkan bantuan, bukan dipandang sebagai kewajiban yang bersifat ilzami 24 Penggunaan kata zakat pada ayat-ayat

C. Unsur-unsur Zakat

1. Muzakki

Muzakki dalam pengertian sederhana adalah orang yang wajib menge-luarkan zakat. Para ulama sepakat bahwa kewajiban mengemenge-luarkan zakat itu dibebankan kepada orang Islam yang memenuhi syarat, yaitu : (a) baligh, (b) berakal, (c) merdeka, dan (d) pemilik harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.129 128 M.A. Mannan. Islamic Ekonomic: Theory and Practice, (Sevenoaks: Hodder and Stoughton, 2008), hlm.

371

Mafhum mukhalafah dari ketentuan di atas: (a) non muslim, (b) anak-anak,

(c) orang yang tidak berakal, dan (d) budak, tidak dikenakan kewajiban untuk mengeluarkan zakat.

Selanjutnya, dikalangan para ulama terdapat perbedaan pandangan tentang harta anak-anak dan orang yang tidak berakal. Pertama, pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada kewajiban zakat dalam harta anak-anak dan orang yang tidak berakal. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa zakat merupakan

ibadah mahdah sama seperti ibadah shalat. Pelaksanaan ibadah mensyaratkan

niat, sementara anak-anak dan orang gila tidak dapat mewujudkan niat. Atas dasar ini, maka ibadah tidak diwajibkan kepada mereka sehingga mereka tidak di-khitabi dengan kewajiban zakat. Gugurnya kewajiban shalat dan zakat dari keduanya, karena ketiadaan niat tersebut.

Kedua, ada pandangan yang menyatakan bahwa kewajiban zakat dalam harta anak-anak dan orang yang tidak berakal. Alasan yang dikemukakan adalah karena keumuman nash, baik itu yang bersumber dari Quran maupun al-Hadits. Namun dasar yang digunakan dalam pendapat ini menunjukkan atas wajibnya zakat atas harta orang-orang kaya secara mutlak tanpa mengecualikan anak-anak dan orang yang tidak berakal.130

2. Penerima Zakat (Mustahik al-Zakat)

Mustahik al-Zakat, adalah orang-orang atau lembaga yang berhak

menerima zakat. Ketentuan siapa yang berhak menerima zakat ini, dijelaskan dengan tegas dalam QS.al-Taubah (9) : 60.

Zakat sebagai sebuah kewajiban agama dan sebagai salah satu lembaga ekonomi yang sangat potensial dalam mengurangi tingkat kemisikinan umat Islam, terhadapnya terdapat tiga unsur pokok yang terdiri dari : (a). Muzakki), (b). Mustahik al-zakat), dan (c). harta yang dizakatkan. Ketiga unsur di atas ditegas kan secara nyata dalam al-Quran dan al-Hadits.

Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang potensial, ketiga unsur yang terkait dengan zakat ini ditegaskan secara jelas dalam al-Quran dan al-Hadits,

130 Pembahasan tentang status anak-anak dan orang yang tidak berakal secara panjang lebar dan analitis kritis dikemukan oleh Yusuf Qardawi dalam Fiqh al-Zakat, hlm. 123-138.

maupun ijma’ Sahabat. Ketegasan ini menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu lembaga pengalihan harta dari satu pihak, yaitu muzakki ke pihak lain, yakni mustahik. Pengalihan harta ini merupakan keharusan. Oleh karena itu, mau tidak mau, suka atau tidak suka, wajib bagi muzakki untuk mengeluarkan zakat. Sementara bagi mustahik, menerima harta zakat merupakan hak baginya. Jadi dalam zakat ada hak dan kewajiban.

Pemberian atau pengalihan harta zakat dari muzakki ke mustahik terjadi ketika harta yang dimiliki orang yang berzakat telah memenuhi sejumlah persyaratan dikeluarkannya wajib zakat. Penetapan harta menjadi sumber atau obyek zakat terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi, yaitu : Pertama, harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan yang halal. Artinya, harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya jelas tidak dikenakan kewajiban zakat. Bahkan Imam Bukhari dalam shahih-nya secara spesifik dalam satu bab membahas bahwa zakat tidak akan diterima dari harta yang ghulul, kecuali dari hasil usaha yang halal dan bersih.131 Kedua, harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan, seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan, pembelian saham, dan lain-lain, baik dilakukan sendiri atau kolektif. Harta yang tidak berkembang atau tidak berpotensi untuk berkembang, maka tidak dikenakan kewajiban zakat. Ketiga, milik penuh, yaitu harta tersebut berada di bawah kontrol dan di dalam kekuasaan pemiliknya dan didalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain. Keempat, harta tersebut harus mencapai nishab, yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta itu terkena kewajiban zakat. Terkait dengan nishab ini Abu Hanifah berpendapat bahwa banyak atau sedikit hasil tanaman yang tumbuh di bumi, wajib dikeluarkan zakatnya,132 jadi tidak ada nishab-nya. Sedangkan Jumhur ulama mensyaratkan nishab. Persyaratan

nishab, merupakan suatu keniscayaan sekaligus merupakan kemaslahatan.

Kelima, sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, emas, perak, harus sudah berada atau dimiliki ataupun diusahakan oleh muzakki dalam tenggang waktu satu tahun. Zakat hasil pertanian, tidak terkait dengan

131 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Riyadh, Daar el-Salam, 2000), hlm. 273.

ketentuan haul, ia harus dikeluarkan pada saat memanen, jika mencapai

nishab.133

3. Harta yang Wajib Dizakatkan

Dalam penelitian yang dilakukan Yusuf Qardhawi ditemukan ada 3 ayat yang secara spesifik menjelaskan harta-harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Ketiga ayat itu, adalah : 1). QS. al-Taubah (9) : 34, 2). QS. al-An’am (6) : 141, 3), dan QS.al-Baqarah (2) : 267.

a). QS. Al-Taubah (9) : 34

ﮈ ﮇ ﮆ ﮅ ﮄ ﮃ ﮂ

ﮎ ﮍ ﮌ ﮋ ﮊ ﮉ

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkah kannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih” 134

b). QS. al-An’am (6) : 141

ﮤ ﮣ ﮢ ﮡ ﮠ ﮟ ﮞ

ﮪ ﮩ ﮨ ﮧ ﮦ ﮥ

ﯕ ﯔ ﯓ ﮱ ﮰ ﮯ ﮮﮭ ﮬ ﮫ

ﯡ ﯠ ﯟ ﯞ ﯝ ﯜﯛ ﯚ ﯙﯘ ﯗ ﯖ

Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang

133 A.A. Miftah. Zakat sebagai Hukum Diyani dan Qada’i dalam Negara Indonesia, (Disertasi Pasca Sarjana UIN SYAHIDA, Jakarta, 2005) hlm. 112

bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin.”135

c). QS. al-Baqarah (2) : 267

ﮜ ﮛ ﮚ ﮙ ﮘ ﮗ ﮖ ﮕ ﮔ ﮓ

ﮦ ﮥ ﮤ ﮣ ﮢ ﮡ ﮠﮟ ﮞ ﮝ

ﯓ ﮱ ﮰ ﮯ ﮮ ﮭ ﮬﮫ ﮪ ﮩ ﮨ ﮧ

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya”.136

Ayat-ayat al-Quran di atas menjelaskan bahwa zakat itu meliputi zakat emas dan perak, zakat tanaman dan buah-buahan, hasil usaha perdagangan, dan hasil bumi berupa barang tambang dan lainnya. Empat macam harta tersebut, jika dirinci adalah sebagai berikut: 1). Emas dan perak; 2). Hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan); 3). Harta perdagangan; 4). Hewan ternak, 5). Barang temuan dan barang tambang; dan 6). Madu. 137

Penjelasan al-Quran berkaitan dengan harta-harta yang wajib dikeluarkan zakatnya masih bersifat terbatas. Oleh karena itu penjelasan secara rinci dapat ditemukan dalam al-Hadits dan juga pendapat ulama madzhab. Harta-harta yang wajib dikeluarkan zakatnya tersebut adalah:

135 Lihat Quran in Word versi 1.10 136 Lihat Quran in Word versi 1.10

1. Emas dan Perak

Kewajiban zakat emas dan perak, selain di dasarkan pada al-Quran, sebagaimana dinyatakan dalam QS. al-Taubah (9) : 34, juga didasarkan pada al-Hadits dan pendapat ulama fiqh, antara lain pada hadits saheh riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah:

زيزعلا دبع انثدح ىوملاا كللم ادبع نب دممح نيثدح

بىا نع هيبا نع حلاص بىا نب ليهس انثدح راتخلما نبا

نمام: ملسو هيلع للها لىص للها لوسر لاق لاق ةريره

منهج ران فى هيلع مىحا لاا هتكاز ىدؤيلا نزك بحاص

138

) ملسم هاور (

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abd Malik al-Amawy, Abdul Aziz bin al-Mukhtar telah menceritakan kepadaku, Suhail bin Abi Saleh telah menceritakan kepada kami dari bapaknya dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seseorang yang memiliki harta simpanan (emas dan perak) dan tidak mengeluarkan zakatnya, kecuali harta tersebut akan dipanaskan kelak di neraka Jahannam” (HR. Muslim).

Jumhur ulama sepakat bahwa emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya, apabila telah mencapai nishab dan telah berlalu satu tahun.139 Wahbah al-Zuhaili, al-nuqud dalam bentuk emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya, baik al-nuqud dalam potongan yang dicetak, yang berbentuk bejana, maupun hiasan.140 Sayid Sabiq,141 zakat emas dan perak wajib hukumnya, apakah dalam bentuk mata uang, atau dalam bentuk batangan, jika mencapai nishab, telah berlalu satu tahun, dan terbebas dari utang serta kebutuhan pokok.

138 Imam Muslim. Saheh Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), vol II, hlm. 83

139 Abdurrahman al-Jaziiri. Al-Fiqh alaa Madzaahib al-Arba’ah, (Mesir: Maktabah al-Tijariyyah al-Kubra, t.t. ), hlm. 601

140 Wahbah al-Zuhaili. Al-Fiqh al-Islamy wa ‘Adillatuhu, (Damaskus: Daar el-Fikr, 1989), hlm. 793. 141 Sayid Sabiq. Fiqh al-Sunnah, (Kuwait: Daar el-Bayan, 1968), hlm. 409

Perhiasan yang terbuat dari emas dan perak, baik yang haram dipakai oleh laki-laki, atau bejana emas dan perak yang dijadikan tempat makan atau minum, para ulama mewajibkannya untuk di bayarkan zakatnya dengan bersandar pada hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Huzaifah bin Yaman, sebagai berikut:

اهناف امهف احص فى اوكلءات لاو ةضفلاو بهلذا ةينا فى اوبشرت لا

)ملسم و ىراخلبا ه اور ( ةرخ لاا فى مكل اينلدا فى مله

Janganlah kamu sekalian minum pada gelas yang terbuat dari emas dan perak, dan jangan pula makan pada piring keduanya. Sesungguhnya hal itu buat mereka (orang-orang musyrik) di dunia dan buat kamu sekalian di akhirat. (HR. Bukhari Muslim).142

Intan, mutiara dan permata, sekiranya dijadikan perhiasan, maka tidak ada zakat baginya.143 Sebab benda-benda tersebut tidak berkembang, tetapi sekedar perhiasan dan kesenangan bagi kaum perempuan yang diizinkan Allah untuk memakainya. Jumhur Ulama Syi’ah, intan, permata, dan mutiara tetap diwajibkan atasnya zakat, jika mencapai nishab. Pendapat ini di dasarkan pada keumuman lafadz dari QS. al-Taubah (9) : 103 bahwa zakat harus dikeluarkan dari setiap harta yang dimiliki.

Terkait dengan perhiasan dan intan, permata, dan mutiara yang diwajibkan zakatnya, Didin Hafidhuddin144 menilai, bahwa pendapat Syi’ah perlu mendapat perhatian. Sebab, dalam perspektif perekonomian modern sekarang ini, intan dan permata merupakan komoditas yang sangat mahal harganya, sehingga diperki rakan melampaui batas nishab emas dan perak. Namun dalam kenyataan kehi dupan sehari-hari, yang mempergunakan perhiasan intan, permata dan mutiara ini kebanyakan dari kelompok orang kaya.

142 Imam Bukhari. Shahih Bukhari, hlm. 129 143 Yusuf Al-Qardlawy. Fiqh al-Zakat, juz 1, hlm. 284

2. Hasil Pertanian (tanaman dan buah-buahan)

Hadits yang menjelaskan tentang kewajiban mengeluarkan zakat dari hasil pertanian, antara lain hadits riwayat Imam Bukhari, sebagai berikut:

نىبرخا لاق بهو نب للهادبع انثدح ميرم نبا ديعس نىثدح

هيبا نع للهادبع نب ملاس نع ىرهزلا نعديزي نب سنوي

اميف لاق ملسو هيلع للها لىص بيلن ا نع هنع للها ضير

حضلناب قيساموشرعلا ايثرع نكاول نويعلاو ءامسلا تقس

145

)ىراخلبا هاور ( شرعلا فصن

Telah menceritakan kepaku Sa’id bin Maryam, Abdullah bin Wahab telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Yunus bin Yazid telah mengin formasikan kepada saya dari al-Zukhriy dari Salim bin Abdullah dari ayahnya r.a. dari Nabi saw ia berkata: Tanaman yang dialiri air hujan atau sungai wajib dikeluarkan zakatnya sepersepuluh dan yang diairi dengan disirami, maka zakatnya separoh dari sepersepuluh atau lima persen”.(HR. Bukhari)

Hadits di atas menjelaskan bahwa ketentuan zakat hasil pertanian yaitu, 10 % jika diairi dengan air hujan, dan 5 % jika diairi dengan cara disiram. Sedangkan nishab zakat pertanian yaitu 60 sa’. Selanjutnya jika angka itu dikonversi dalam bentuk gram, maka menjadi 647 kg.146

Ketentuan di atas, didasarkan pada hadits Nabi riwayat Imam Bukhari

للها لىص للها لوسر نا هنع للها ضير يردلا ديعس بىا نع

ةقدص رملتا نم قسوا ةسخم نوداميف سيل لاق ملسو هيلع

147

) ىراخلبا هاور (

145 Imam Bukhari. Shahih Bukhari, hlm. 133 146 Lihat Yusuf Qardawi. Fiqh al-Zakat, hlm. 399-400 147 Imam Bukhari. Shahih Bukhari, hlm. 125

Dari Abi Sa’id al-Khudriy r.a. sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Tidak ada zakat kurma dibawah lima wasaq (HR. Bukhari).

Adapun panduan teknis cara penghitungan zakat pertanian adalah sebagai berikut:

a. Tarif zakat pertanian sebagaimana yang di sabdakan Rasulullah

saw., adalah : 10 % dari hasil pertanian yang menggunakan air

hujan, dan 5 % bagi yang menggunakan pengairan buatan;

b. Bahwa nishab zakat dari bagi hasil pertanian adalah 653 kg dalam