• Tidak ada hasil yang ditemukan

V DESKRIPSI UMUM PETERNAKAN KAMBING PERAH

5.1.2. Usaha Ternak Kambing Perah

Sistem pemeliharaan masih dilakukan secara sederhana dan terkesan seadanya. Pengusahaan ternak kambing masih terbatas sebagai usaha sambilan atau cabang usaha yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan pertanian, sehingga aktivitas kerja dan pembagian waktunya lebih banyak dicurahkan untuk kegiatan pokok sebagai petani. Hal ini dapat dilihat dari curahan waktu untuk usaha ternak kambing perah pada Tabel 3. Peternak menghabiskan waktu untuk pemeliharaan ternak kambing perah kurang lebih 3,6 jam sehari. Kegiatan membersihkan kandang dan peralatan tidak rutin dilakukan sehingga curahan tenaga kerja jumlahnya lebih sedikit. Tenaga kerja yang dipakai dalam kegiatan usaha ternak kambing perah merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Kegiatan yang biasa

35 dilakukan yaitu kegiatan membersihkan kandang dan peralatan, mengambil rumput/hijauan, memberi pakan dan minum, dan pemerahan.

Tabel 3. Curahan Waktu Tenaga Kerja pada Skala I (HKP/tahun)

No. Aktivitas Curahan Waktu

1. Membersihkan kandang+peralatan 6,10

2. Mengambil rumput/hijauan 114,37

3. Memberi pakan+minum 12,2

4. Pemerahan 6,10*

Total HKP/tahun 138,77

Keterangan : * estimasi

Curahan waktu untuk kegiatan pemerahan pada skala I merupakan waktu yang diestimasi. Rataan untuk memerah susu memerlukan waktu 10 menit setiap kali pemerahan. Dari data yang disajikan pada Tabel 3, terlihat bahwa curahan tenaga kerja untuk kegiatan mengambil rumput menunjukkan angka yang besar.

Hal ini dikarenakan peternak mengambil rumput/hijauan di tempat yang jauh dari kandang. Kegiatan untuk mengambil ampas tempe tidak diperhitungkan karena tidak menggunakan ampas tempe untuk pakan ternaknya. Hal ini berbeda dengan skala II dan skala III.

Orientasi usaha ternak kambing perah hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan sendiri, belum ke arah komersial. Petani memelihara kambing untuk menghasilkan keturunan/anak. Potensi kambing PE sebagai penghasil susu belum dimanfaatkan secara maksimal oleh peternak. Untuk menjaga kesuburan tanahnya, setiap minggu sekurang-kurangnya petani memungut hasil samping ini, baik untuk tanamannya sendiri ataupun dijual sebagai komoditi perdagangan yang cukup memberikan tambahan penghasilan. Sebagian besar pupuk kandang tersebut digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman pangan.

Sistem pemeliharaan ternak kambing perah skala I dilakukan secara intensif yaitu kambing dikandangkan terus menerus. Kandang yang digunakan model panggung karena lebih mudah dibersihkan dan sirkulasi udara di dalam kandang lebih baik. Luas kandang adalah 4,5 meter dengan empat sekat, sehingga rata-rata tiap sekat luasnya adalah 1,125 x 1 meter. Penyekatan kandang dilakukan untuk memisahkan ternak-ternak berdasarkan status fisiologi, sehingga

36 memudahkan dalam mengatur pemberian pakan dan menghindari kemungkinan perkawinan sedarah.

Peternak membangun kandang kambing persis di belakang rumah, dengan jarak antara kandang bangunan rumah tempat tinggal yaitu tiga meter. Posisi kandang seperti ini menyebabkan kandang menjadi lembab, karena kurang mendapat sinar matahari. Desain dan konstruksi kandang peternak skala I (kecil) cukup sederhana dengan menggunakan bahan yang tidak terlalu mahal namun tetap nyaman untuk tempat tinggal ternak. Kandang dibuat dengan satu pintu, sehingga untuk keluar masuknya ternak, tiap ruangan satu sama lain dihubungkan dengan pintu yang dibuat pada dinding sekat. Model ini kelemahannya lebih sulit dalam mengatur keluar masuknya ternak. Atap kandang dibuat dari plastik terpal.

Bahan atap seperti ini cukup nyaman bagi ternak, namun kekurangannya adalah mudah rusak. Dinding dan lantai terbuat dari bambu. Tempat pakan diletakkan di luar kandang yang menempel di sisi kandang, sehingga ternak bisa mengambil pakannya. Tempat minum yang biasa digunakan adalah ember plastik. Sumber air berasal dari sumur yang letaknya tidak jauh dari kandang.

Sistem perkawinan yang dilakukan berupa kawin alami dan tidak pernah melakukan perkawinan dengan menerapkan inseminasi buatan (IB). Kawin alami adalah kambing penjantan dikawinkan dengan kambing betina yang sedang birahi.

Untuk mencegah terjadinya inbreeding dilakukan dengan memisahkan kambing dewasa jantan dan betina. Sistem perkawinan seperti ini menuntut adanya pengetahuan peternak dalam mengenali tanda-tanda birahi, sehingga perkawinan dapat dilakukan pada saat yang tepat. Berdasarkan hasil wawancara, terungkap bahwa Bapak Rojak sudah mengetahui dengan tepat waktunya kambing untuk dikawinkan dan melahirkan. Frekuensi kelahiran cukup tinggi yakni tiga kali kelahiran dalam dua tahun dengan jumlah anak per kelahiran umumnya melahirkan dua anak.

Pakan yang diberikan peternak pada skala I hanya hijauan berupa rumput lapang sebagai sumber tenaga dan dedaunan sebagai sumber protein. Rataan jumlah pemberian rumput lapang sebanyak 5 kg per ekor per hari, sedangkan dedaunan (daun kacang-kacangan, daun ubi dan lain sebagainya) yang diberikan sebanyak 1,5 kilogram per ekor per hari. Sumber pakan diperoleh dari rumput

37 lapangan dan beberapa jenis leguminosa (kacang-kacangan) yang tersebar di sekitar tempat tinggal peternak. Pengambilan pakan hijauan ini diambil secara cut and carry. Hijauan tidak terlalu tua dan tidak terlalu basah agar kambing tidak mudah mencret. Hijauan tersebut dilayukan terlebih dahulu selama 2-3 jam terik matahari atau diinapkan selama sebelum diberikan kepada kambing. Jenis pakan yang diberikan sebelumnya dilakukan tes secara sederhana, dimana dari beberapa jenis rumput dan daun-daunan yang diberikan jika tidak dimakan oleh kambing berarti tidak disukai oleh kambing dan untuk seterusnya tidak diberikan lagi. Hijauan yang diberikan pada cempe lepas sapih sebanyak 2,5 kilogram per ekor, dedaunan 0,5 kilogram per ekor per hari. Jumlah pemberian pakan yang diberikan tergantung pada kondisi/status ternak tersebut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore pada pukul 09.00 dan 17.00 WIB.

Penyakit yang paling banyak menyerang pada saat penelitian adalah diare/mencret. Diare disebabkan oleh pakan rumput yang dimakan tercemar oleh penyakit tertentu. Ini diduga karena kondisi kandang yang terlalu lembab dan juga kesalahan pemberian pakan. Pengobatan dengan menggunakan obat manusia seperti diapet dengan dosis yang disesuaikan dengan bobot badan ternak.

Pengobatan secara tradisional yaitu dengan daun jambu biji tua atau pucuk daun pepaya. Atau diberi larutan air yang dicampur garam dan gula. Upaya pemeliharaan kesehatan ternak dilakukan sendiri oleh pemilik.

Peternak sudah memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk dalam usahataninya. Hal ini dikarenakan peternak sudah mengetahui cara pengolahan kotoran ternak walaupun masih sederhana. Pupuk kandang hasil dari kotoran ternak bagi peternak digunakan sendiri untuk lahan pertanian yang dimiliki.

Peternak membersihkan kotoran ternak dengan menggunakan sapu lidi dan menampung kotoran yang langsung jatuh ke kolong kandang ke dalam karung.

Pencatatan mengenai manajemen usaha ternaknya belum pernah dilakukan.

Peternak ini hanya mengandalkan daya ingatnya.

Berdasarkan jumlah populasi ternak kambing PE di Kabupaten Bogor (Lampiran 4), maka lokasi kandang yang berada di wilayah Kecamatan Caringin

38 merupakan daerah yang mempunyai populasi ternak kambing PE terbesar kedua setelah Kecamatan Cijeruk (404 ekor) dengan populasi 341 ekor.