• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUASANA PEMBELAJARAN DI PERSEKOLAHAN YAYASAN JOSEPH YEEMYE JAKARTA

C. Usulan Program Kegiatan dengan Katekese Model SCP

Dampak globalisasi nampak pada sikap dan tindakan manusia zaman sekarang ini yang cenderung mencari keuntungan dari macam-macam hal untuk dirinya sendiri, baik keuntungan sosial, ekonomis, politis ataupun psikologis (Martasudjita, 2006: 26). Bahkan kebahagiaan hidup seakan ditentukan oleh kesuksesan, ketenaran, nama baik, harga diri, kehormatan semata yang dapat dicari di dunia ini. Banyak orang menjalani kehidupan menurut “semangat kesuksesan”. Akibatnya, setiap orang diliputi semangat persaingan, jegal-jegalan, main kasar, menjatuhkan nama orang lain, korupsi, manipulasi dan akhirnya akibat terburuknya orang mengandalkan hidup pada hal-hal duniwi dan tidak lagi mengandalkan hidup pada Tuhan sang penguasa dunia ini (Martasudjita, 2006: 27).

Kepemimpinan dipahami sebagai suatu fungsi pengabdian bagi kepentingan bersama. Kepala sekolah dalam menjalankan tugas pelayanan perlu memahami dan mendalami makna dan spiritualitas kepemimpinan. Dengan

memahami dan mendalami makna dan spiritualitas kepemimpinan ini diharapkan kepala sekolah dapat mewujudnyatakan fungsi pelayanan dalam tugas perutusan.

Katekese sebagai pembinaan dan komunikasi iman dapat menjadi sarana untuk mengembangkan penghayatan iman serta pengembangan sikap dan kemampuan praktis. Untuk itu usulan program katekese model Shared Christian Praxis dipilih sebagai upaya untuk meningkatkan peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan tugas perutusan. Dalam usulan program katekese ini pembahasan meliputi latar belakang penyusunan program, usukan tema dan tujuan katekese, rumusan tema dan tujuan, penjabaran program katekese, petunjuk pelaksanaan program katekese, dan contoh persiapan katekese model SCP.

1. Latar belakang

Berdasarkan data-data hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan pada kepala sekolah dan staf di persekolahan Yayasan Joseph Yeemye Jakarta, ditemukan bahwa para kepala sekolah menyadari peran penting kepemimpinan dalam menciptakan suasana pendidikan yang kondusif. Para kepala sekolah dan staf juga menyadari bahwa keberhasilan dalam kepemimpinan tidak terletak pada kuasa semata tetapi pada semangat pelayanan dan pengabdian yang tulus bagi pengembangan karya kerasulan. Namun dialami bahwa ada kemorosotan dalam penghayatan semangat pelayanan. Bahkan ada pendapat mengatakan bahwa kepemimpinan cenderung di hayati sebagai karier semata. Maka sebagai wujud tanggung jawab kepemimpinan untuk mengembangkan dan mengusahakan kemajuan karya perndidikan Yayasan Joseph di Jakarta, para kepala sekolah memiliki harapan untuk menyediakan diri terlibat aktif dalam berbagai

program-program pengembangan intelktual maupun skill menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh, mengembangkan kualitas kepemimpinan melayani dengan semangat kesiapsediaan menjalankan tugas perutusan.

Katekese model SCP dipilih karena bersifat dialogis partisipatif. Dalam proses berkatekse peserta diberikan kebebasan untuk saling mengkomunikasikan pengalaman dan memperkaya iman (Sumarno Ds, 2005: 14). Shared Christian Praxis sangat menggarisbawahi peran peserta sebagai subjek yang bebas dan bertanggung jawab. dialog antar subjek tidak hanya terjadi antar peserta dengan pendamping tetapi juga antar peserta sendiri, dan peserta dengan situasi hidup masyarakat setempat (Groome, 1997: 1). Dengan demikian SCP dapat menjadi sarana pembinaan untuk membantu para kepala sekolah Yayasan Joseph Yeemye Jakarta meningkatkan peranan kepemimpinan. Selain itu katekese Shared Christian Praxis dapat menjadi wadah komunikasi iman bagi para kepala sekolah untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan makna dan spiritualitas kepemimpinan.

2. Usulan Tema dan Tujuan katekese

Tema utama yang penulis usulkan adalah “Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Karya Pendidikan Yayasan Joseph Yeemye Jakarta”. Tema ini dipilih berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara para kepala sekolah dan staf Yayasan Joseph Yeemye. Hasil tersebut menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran penting bagi kemajuan dan pengembangan mutu pendidikan di sekolah. Dalam lembaga pendidikan kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan. Pelaksanaan program-program sekolah di dukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Laju perkembangan zaman turut memberi pengaruh pada profesionalitas kepemimpinan. Para kepala sekolah Yayasan Joseph Yeemye Jakarta membutuhkan pendampingan iman untuk meningkatkan peran kepemimpinan. Selain itu penyegaran iman untuk mengembangkan spiritualitas kepemimpian. Tema utama bertujuan membantu meningkatkan kesadaran dan peran kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan karya pendidikan di sekolah, sehingga semakin meningkatkan semangat kepemimpinan bagi pelayanan karya kerasulan Yayasan Joseph Yeemye Jakarta. Tema ini dibagi dalam dua sub tema. Pembagian ini dimaksudkan agar spiritualitas dan peran kepemimpinan dapat diolah dan direfleksikan secara mendalam sehingga semakin terhayati dan terwujud dalam hidup dan karya pelayanan. Pembagian ini juga disesuaikan dengan program pembinaan yang telah diatur Yayasan Joseph Yeemye Jakarta. Sub tema pertama adalah “Spiritualitas Kepemimpinan yang Melayani dalam karya kerasulan di sekolah” bertujuan untuk membantu kepala sekolah dalam meningkatkan kesadaran mereka, sehingga mampu menjalankan tugas panggilan dalam semangat mengabdi dan melayani Allah dan sesama. Sub tema kedua adalah “peran kepemimpinan kepala sekolah yang melayani sebagai hamba dalam karya pendidikan”, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan peran kepemimpinan yang melayani sebagai hamba bukan sebagai penguasa yang minta dilayani sehingga dalam karya kerasulan semakin bersemangat untuk terlibat aktif melayani Tuhan dan sesama demi pengembangan kerajaan Allah.

3. Rumusan Tema dan Tujuan Tema umum Tujuan umum Tema 1 Tujuan 1 Tema 2 Tujuan 2 : : : : : :

Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Karya Pendidikan Yayasan Joseph Yeemye Jakarta

Membantu meningkatkan kesadaran dan peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan di sekolah, sehingga meningkatkan semangat kepemimpinan bagi pelayanan karya kerasulan di sekolah.

Spiritualitas Kepemimpinan yang Melayani dalam Karya Kerasulan di Sekolah.

Membantu kepala sekolah dalam meningkatkan kesadaran dan penghayatan spiritualitas pelayanan mereka, sehingga mampu menjalankan tugas kepemimpinan dalam semangat melayani Allah dan sesama.

Peran kepemimpinan kepala sekolah yang melayani dengan murah hati dalam karya pendidikan.

Membantu kepala sekolah untuk menghidupi semangat kepemimpinan melayani sehingga semakin sadar akan peranan kepemimpinan mereka dalam mengembangkan karya kerasulan Yayasan Joseph Yeemye.

5. Petunjuk Pelaksanaan Program katekese

Program pendampingan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) ini dilaksanakan bagi para kepala sekolah dan staf yang berkarya di Yayasan Joseph Yeemye Jakarta. Materi-materi dalam program ini merupakan satu rangkaian yang berkesinambungan, maka perencanaan program ini disajikan secara berkesinambungan dalam dua tahap. Tahap pertama direncanakan pada bulan Maret dan tahap kedua dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2010. Program ini dikemas dalam bentuk rekoleksi akhir pekan (Sabtu dan Minggu) dengan menggunakan 5 (lima) langkah model Shared Christian Praxis. Pelaksanaan program pendampingan ini dilakukan oleh penulis yang bekerja sama dengan Ketua Yayasan Joseph Perwakilan Jakarta dan Pastor Pendamping.

6. Contoh Persiapan Katekese Model SCP dalam Bentuk Rekoleksi

a. Identitas 1) Tema 2)Tujuan 3)Peserta : : :

Spiritualitas Kepemimpinan yang Melayani dalam karya kerasulan di sekolah

Membantu kepala sekolah dalam meningkatkan kesadaran dan penghayatan spiritualitas pelayanan mereka, sehingga mampu menjalankan tugas kepemimpinan dalam semangat melayani Allah dan sesama.

Para kepala sekolah dan Staf Karyawan Yayasan Joseph Yeemye Jakarta

4)Model 5)Tempat 6)Hari/tanggal 7)Waktu 8)Metode 9)Sumber Bahan 10) Sarana : : : : : :

Shared Christian Praxis Aula SMIP Rex Mundi

Sabtu, 13 Maret 2010 – Minggu, 14 Maret 2009 Sabtu: 16.00 -19.00 dan Minggu: 07.45-13.00 Informasi, nonton VCD, diskusi, sharing, tanya jawab, refleksi, pleno, bernyanyi

•Darminta, J. (1993). Mengabdi dalam Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 15-47 •Martasudjita, E. (2001). Kepemimpinan

Transformatif. Yogyakarta: Kanisius. Hal 4-60 •Martasudjita, E. (2003). Pelayanan yang Murah

hati. Yogyakarta: Kanisius. Hal 40-76

•Martasudjita, E. (2006a). Spiritualitas Pelayanan Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Hal 51-54

VCD Mother Theresa, teks Mrk. 10: 35-45, teks lagu, kertas flap, spidol, laptop, LCD.

11)Jadwal Rekoleksi Para Kepala Sekolah Yayasan Joseph Yeemye Jakarta

¾ Sabtu, 13 Maret 2010

16.45-17.00 Pembuka

17.00-17.45 Langkah I Nonton Film “Mother Theresa” 17.45-18.30 Proses Sharing Pengalaman (Sr. Margaretha JMJ) 18.30-19.15 Langkah II Refleksi (Sr. Margaretha JMJ)

¾ Minggu, 14 Maret 2010

07.30-08.00 Doa Pagi bersama

08.00-08.15 Rangkuman langkah I dan II (Sr. Margaretha JMJ) 08.15-09.00 Informasi singkat proses kegiatan sepanjang hari ini 09.00-10.00 Langkah III (Pastor Pendamping)

10.00-10.15 snack

10.15-11.30 Langkah IV (Sr. Paulina P, JMJ) 11.30-12.00 Langkah V (Sr. Paulina P, JMJ) 12.00-13.00 Perayaan Ekaristi

13.00-selesai Makan Siang

b. Pemikiran Dasar

Dalam kenyataan hidup sekarang ini globalisasi telah membawa dampak pada semangat hidup orang modern sekarang ini yang ditandai dengan berbagai ambisi untuk hidup sukses, berhasil, berprestasi, berpengaruh, dan terpandang. Namun hidup yang berambisi menyembunyikan bahaya besar dalam hidup manusia, terutama hidup pelayanan. Dewasa ini istilah “pelayanan” sudah terlalu biasa diucapkan. Bahkan kata pelayanan sering udah tidak punya arti yang bergema di hati banyak orang. Semangat pelayanan telah luntur dan bahkan telah raib dari hidup banyak orang. Segala sesuatu diukur dengan uang. Bila orang sudah punya uang, tampaknya semua bisa dibeli dengan uang. Hampir semua kelompok masyarakat, dari pejabat tinggi hingga rakyat jelata mengenal tradisi suap atau istilah sucinya “menyampaikan tanda terima kasih”. sikap yang mengutamakan uang. Prestasi, balas jasa, kuasa dan koneksi (KKN)

mengungkapkan mentalitas yang amat diwarnai oleh sikap persaingan dan individualistik. Akibatnya hubungan antar manusia zaman ini mudah tidak tulus lagi dan serba ada “apa-apanya”. Orang melakukan sesuatu bagi orang lain demi upah, balas jasa atau keuntungan pribadi. Tentu tidak semua orang bersikap demikian. Tetapi tentunya harus diakui bahwa warna dan suasana serba minta imbalan dan balas budi sangat terasa dalam pergaulan masyarakat zaman ini. Suasana penuh pamrih ini terbalut bersama dengan gaya hidup konsumeris dan hedonis (serba cari kenikmatan). Sementara itu semangat persaingan dan individual manusia moderen menyuburkan kekerasan, kekejaman, dan kebengisan terhadap orang tertentu, kelompok tertentu. Para pemimpin pemerintahan ataupun pemimpin publik dimana-mana suka mengatakan bahwa mereka adalah pelayan. Padahal pemimpin negeri ini pada umumnya lebih mementingkan diri dan kelompok sendiri.

Injil Markus 10:35-45 menguraikan pentingnya mengutamakan pelayanan dari pada kedudukan atau jabatan. Dalam mengikuti Yesus untuk menjadi yang terbesar ia harus menjadi pelayan bagi orang lain. Kita sebagai orang-orang yang terpanggil dan terpilih menjadi pengikut Kristus melaksanakan hakekat panggilan itu yaitu melayani sebagai hamba. Menjadi hamba berarti bersedia menderita. Soal status dan kedudukan dalam kemuliaan di kanan dan kiri Yesus merupakan urusan Bapa, yang berhak memberikan hanyalah Bapa pemilik segalanya. Kita hidup di dunia ini untuk melayani orang lain dengan cara apa pun yang mungkin bagi kita untuk kita lakukan dalam hidup kita setiap hari entah dimana pun kita bertugas atau berada. Melayani tidak mesti dengan melakukan hal-hal yang besar, yang hebat, tetapi cukup dimulai dengan hal-hal yang sederhana saja. Dalam keluarga

misalnya; ayah terlambat istirahat malam karena membantu meringankan pekerjaan ibu, atau anak-anak tidak jadi pergi bermain karena membantu membersihkan rumah atau merapikan pakaian orang tua. Juga di tempat kerja kita dapat menjadi pelayan bagi satu sama lain dengan melakukan hal-hal yang sederhana untuk meringankan beban teman kerja kita. Kata kunci untuk melayani disini adalah kepedulian, hanya dalam melayani orang lainlah kita mencapai kepenuhan sebagai pribadi. Untuk melayani dan menjadi hamba itu memang tidak mudah tetapi apa bila kita percaya dan mendekatkan diri pada Tuhan kita akan mempu menjadi hamba diantara orang-orang yang kita layani.

Dari pertemuan ini kita berharap akan semakin mampu menyadari sudah sejauh mana keterbukaan kita sebagai seorang Kristiani untuk melayani orang lain. Melayani orang lain dengan ketulusan hati merupakan suatu perwujudan iman kita kepada Allah sebagai seorang Kristiani yang melakukan kehendak Allah, yakni melayani bukan untuk di layani, sehingga mereka yang kita layani dapat mengalami Allah yang lembut hati rela melayani orang yang membutuhkan, dan potensi orang lain dapat mekar dengan indahnya.

c. Pengembangan Langkah SCP 1) Pembuka (± 15 menit) a) Kata Pengantar

Bapa-ibu kepala sekolah yang terkasih dalam nama Yesus Kristus Tuhan dan Juru selamat kita, saat ini kita berkumpul di tempat ini untuk mengalami iman kita akan Yesus Kristus yang dengan rela sudi datang melayani, memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Tema rekoleksi yang akan kita

renungkan malam ini sampai besok adalah: “Spiritualitas kepemimpinan yang melayani dalam karya kerasulan di sekolah”. Untuk itu kita diajak meneladan Yesus yang rela melayani banyak orang. Kepemimpinan Yesus bukan terletak pada kehebatan dan kekuasaanNya tetapi pada kerendahan hatiNya, solider dengan yang menderita, sakit dan tersingkir, lewat kepemimpinan yang manusiawi ia membangkitkan iman, harapan dan cinta manusia pada Bapa. Semoga pendalaman ini dapat membantu kita semua untuk meningkatkan kesadaran dan penghayatan spiritualitas pelayan, sehingga mampu menjalankan tugas panggilan dalam semangat mengabdi dan melayani Allah dan sesama.

Untuk mendalami lebih jauh tentang semangat kepemimpinan yang melayani maka akan ditayangkan slide tentang pelayanan. Oleh karena itu marilah kita awali pertemuan ini dengan lagu pembukaan

b) Lagu Pembukaan: “Utuslah RohMu ya Tuhan” PS. No. 448

c) Doa Pembukaan

Allah Bapa yang mahabaik, kami bersyukur atas rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami sampai saat ini, secara khusus kami juga mengucapkan banyak terimakasih karena pada kesempatan ini kami juga Kau kumpulkan dalam satu ikatan persaudaraan dalam Kristus yang telah sudi melayani banyak orang demi keselamatan manusia. Saat ini kami akan bersama-sama menggali, merefleksikan, sejauh mana kami sungguh menghayati hakikat panggilan hidup kami sebagai pengikut Kristus, dalam pelayanan karya kerasulan di sekolah. Bimbing dan hantarlah kami agar semakin mampu menyadari dan menghayati spiritualitas pelayanan serta terus memperbaiki dan

memperkembangkan diri kami dengan melayani Dikau dan sesama. Bantulah kami agar Yesus sang hamba yang sejati itu, sungguh menjadi teladan, kekuatan dan sumber hidup pelayanan kami dalam menjalankan tugas kerasulan kami sebagai murid Kristus. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

d) Lagu penutup: (Kidung Ekaristi no. 25) Bukan karna kemampuanmu Bukan karna kepandaianmu Bukan karna fasih lidahmu Kau dipilih dan dipanggil-Nya

Bukan karna kebaikanmu Bukan karna manis wajahmu Bukan karna kekayaanmu Ku dipilih, dan dipakai-Nya

Bila engkau dapat itu karena-Nya

Bila engkau dipakai semua dari pada-Nya Semua karena anugerah-Nya

Diberikan kepada kita, semua anugerah-Nya Bagi kita yang dipakai-Nya

2) Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Faktual Peserta (± 90 menit)

¾ Pendamping memutarkan VCD “Mother Theresa” peserta menonton dengan saksama.

¾ Pendamping meminta kepada para peserta untuk menceritakan secara garis besar cerita film tersebut.

¾ Inti dari cerita bergambar tersebut adalah:

Mother Theresa adalah sosok yang mengagumkan kita semua. Mother Theresa mengagumkan bukan karena kuasanya, kehebatannya atau kepandaiannya, melainkan karena sikap dan semangat kesederhanaannya, kerendahan hatinya, keberaniannya, dan imannya yang dalam pada Allah. Sebagai pribadi dan pemimpin ia memiliki keteguhan hati, ia tidak terpengaruh pada harta

kekayaan, kuasa dan kehormatan. Ia menghayati hidup dan semangat kepemimpinannya sebagai seorang pelayan dan abdi yang menjalankan hidup dan tugas kepemimpinan yang dianugerahkan Tuhan kepada dirinya.

¾ Pengungkapan pengalaman peserta diajak untuk mengamati dan mendalami pelayanan suster Teresa dan suster-susternya, dengan tuntunan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

• Manakah kesulitan-kesulitan berkaitan dengan kepemimpinan pelayanan Mother Theresa?

• Ceritakanlah kesulitan-kesulitan bapak-ibu melaksanakan kepemimpinan untuk melayani orang lain, berkaitan dengan tugas dan fungsi kepemimpinan di tempat kerja!

¾ Rangkuman

Dalam pelayanan yang dilakukan oleh Mother Teresa melambangkan pelayanan sebagai hamba yang dengan sungguh memberi arti pada semua orang yang dilayaninya. Ia melihat penderitaan sesama yang ada disekitarnya dengan hati yang penuh cinta bersedia melayani dengan tanpa perhitungan. Dengan melayani berarti Mother Theresa itu bersedia menderita seperti Yesus yang mengorbankan diri demi pelayanan kepada orang lain.

Sekarang ini semangat pelayanan dalam kepemimpinan sangat memprihatinkan banyak orang. Para pemimpin menjalankan kepemimpinan demi meraih sukses dan prestasi. Bahkan tak jarang orang mengukur kepemimpinan dengan nilai tunjangan professional yang akan diperoleh, sehingga pelayanan dan pengabdian menjadi kabur dan kurang ihayatai dalam menjalankan tugas-tugasnya. Keprihatina-keprihatinan ini tentu mengajak kita untuk melihat dan

memikirkan model sosok kepemimpinan yang melayani kepentingan banyak orang. Melayani dengan penuh kesabaran dan cinta, melayani tanpa mengharapkan pamrih, melayani dengan penuh kesetiaan.

3) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta(± 30 menit)

¾ Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman berdasarkan film Mother Theresa, dengan dibantu beberapa pertanyaan sebagai berikut:

• Bagaimana cara-cara bapak dan ibu tela berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menjalankan tugas pelayanan sebagai pemimpin?

¾ Rangkuman

Sebagai pribadi yang sudah secara khusus dipanggil untuk melayani, ia merasa ada sebuah daya yang mengerakan suster itu untuk membantu melayani orang yang sakit itu dengan penuh kesabaran dan cinta. Daya yang mengerakkan suster-suster tersebtut untuk melayani tidak lain adalah Roh Allah sendiri, dimana dengan penuh rasa solider Yesus menjelma menjadi manusia dan menjadi hamba yang siap sedia melayani orang lain yang menderita.

Sesuai dengan hakekat panggilan hidup kita sebagai mahluk sosial dan sebagai pengikut Kristus, kita melayani semua orang yang membutuhkan bukan saja dalam keluarga kita tetapi di dalam masyarakat. Kita sebagai pengikut Kristus dibutuhkan sikap sebagai seorang hamba yang dapat melayani dengan tulus hati pada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Untuk melayani orang lain kita mesti bebas dari rasa cinta diri. melayani dengan penuh kebebasan dan kesadaran akan hakekat panggilan kita sebagai orang Kristen membuat orang lain sungguh dapat merasakan bahagia dan terbebaskan dari kesulitan, dan teristimewa

orang tersebut merasakan kehadiran Tuhan yang Mahabaik itu lewat pelayanan kita.

4) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani (± 60 menit)

¾ Pendamping meminta kesediaan peserta untuk membacakan teks Kitab Suci Injil Markus 10:35-45

¾ Peserta diberi waktu sebentar untuk membaca ulang secara teks Kitab Suci dan untuk mendalami dibantu dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut: • Ayat-ayat mana yang menunjukkan sikap, ajaran dan semangat Yesus tentang

kepemimpinan yang melayani?

• Manakah sikap kepemimpinan yang mau ditunjukkan Yesus dalam pelayanan sebagai pemimpin?

¾ Peserta diajak untuk menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban.

¾ Pendamping memberikan interprestasi atau tafsir bacaan Kitab suci dari Injil Markus 10 : 35-45 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungannya dengan tema dan tujuan.

Ayat-ayat yang menunjukkan sikap-sikap melayani orang lain yakni ayat 43, 44, dan 45. Dalam ayat-ayat tersebut dimana Yesus menanggapi ambisi para murid tersebut yakni Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, untuk mendapatkan kedudukan di tempat istimewa di samping kanan dan kiri Yesus. Menanggapi ambisi para murid tersebut Yesus menasihati mereka semua, supaya lebih mengutamakan pelayanan daripada kedudukan. Berbeda dengan orang-orang lain yang cenderung mengejar kedudukan atau kekuasaan, menjadi murid-murid

Yesus harus berlomba-lomba untuk saling melayani satu sama lain. sebab kebesaran orang Kristen tidak ditentukan oleh kedudukan atau kekuasaan, melainkan oleh pelayanan atau pengabdian terhadap sesama. Oleh karena itu, barang siapa ingin menjadi besar dan terkemuka, ia harus bersedia menjadi pelayan atau hamba bagi sesama (43-44). Dalam hal ini, orang Kristen harus meneladan Yesus, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Pelayan dan hamba ialah manusia yang aktivitasnya tidak terpusat pada dirinya sendiri melainkan pada orang lain yang dilayaninya.

Tata tertib kehidupan yang harus menjadi pegangan para pengikut Kristus ialah kasih yang terungkap dalam bentuk pelayanan. Yang harus dipikirkan bukan status atau kedudukan, melainkan tugas melayani, mengabdi, dan bagaimana sikap hati dalam memberikan pelayanan kepada sesama yang membutuhkan. Dalam kehidupan setiap hari sebagai manusia yang mempunyai tanggung jawab dalam keluarga jabatan memang penting tetapi jabatan hanya sebagai sarana dan yang utama adalah bagaimana sikap hati kita dalam melayani orang lain yang membutuhkan.

Sikap-sikap yang ditanamkan oleh Yesus kepada para murid-Nya agar mereka mampu menjadi pelayan bagi orang lain, yakni para murid harus mempunyai sikap rendah hati, dan tidak menganggap remeh orang lain. Yesus menetapkan hukum fundamental bagi semua pengikut-Nya yakni; Menjadi pelayan dan hamba untuk semuanya. Yesus tahu bahwa manusia ingin berperan sebagai yang benar dan pertama di antara orang lain. Yesus mengakui kerinduan manusia akan kebesaran, tetapi Ia mengarahkannya kepada tujuan yang baru,

yakni kepada pelayanan/perhambaan yang dipilih dengan bebas dan dengan penuh kesadaran. Dalam hidup sehari-hari jabatan sangat diperlukan namun jabatan itu sebagai sarana dan bukan sebagai tujuan. Karena sebagai murid Kristus pengorbanan untuk melayani orang lain yang membutuhkan lebih mulia dari pada berlomba-lomba mencari kehormatan. Sikap seorang hamba atau pelayan tergantung secara menyeluruh dari majikannya. Pelayanan menurut Yesus tidak pernah mengeksploitasi sesamanya, tetapi berbuat apa saja supaya segala potensi sesamanya dapat mekar dengan indahnya.

5) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit Peserta (± 30 menit)

Dalam pertemuan ini kita sudah menemukan sikap-sikap kepemimpinan mana yang dinasehatkan Yesus kepada murid-murid-Nya dan juga kepada para