• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUMSI DASAR

8. Masalah Kapasitas

2.3. Pengertian BPJS

2.3.3 Wewenang BPJS Ketenagakerjaan

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud diatas, BPJS Ketenagakerjaan berwenang untuk :

a. Menagih pembayaran iuran;

b. Menempatkan dan jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, sulvbilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai;

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial;

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengeni besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu kepada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah;

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan; f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya;

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan

h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan jaminan sosial.

Kewenangan menagih pembayaran iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenai sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS Ketenagakerjaan memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

Berdasarkan ketentuan pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, ruang lingkup program BPJS Ketenagakerjaan meliputi :

a. Jaminan kecelakaan kerja; b. Jaminan hari tua; dan

c. Jaminan kematian.

Jaminan kerja yang diatur dalam pasal 8 sampai dengan pasal 11 Undang-undang No.3 Tahun 1992. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan Kecelakaan Kerja. Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah:

a. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang menerima upah maupun tidak;

b. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan;

c. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan,

Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (6) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992, yaitu kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Dari ketentuan itu dapat dijabarkan bahwa ruang lingkup JKK meliputi kecelakaan dan sakit akibat kerja. Kecelakaan kerja apabila mengalami kecelakaan pada saat perjalanan menuju tempat kerja, di tempat kerja, atau perjalanan dari tempat kerja. Sakit akibat kerja apabila timbulnya penyakit setelah

pekerja menjalankan pekerjaan relative dalam jangka waktu yang lama. Saat terjadinya dapat dilihat dalam penjelasan dibawah ini:

Kecelakaan yang terjadi saat hubungan kerja antara lain adalah : 1. Pada waktu kerja

a. Yang termasuk dalam kecelakaan pada waktu kerja ialah kecelakaan yan terjadi dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan pulan dari tempat kerja ke umah melalui jalan yang ditempuh dan wajar.

b. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas, kewajiban dan tanggung jawab sehari – hari yang diberikan oleh perusahaan tempat kerja maupun diluar tempat kerja selama waktu kerja. c. Kecelakaan yang terjadi diluar jam kerja tetapi masih dalam waktu kerja

seperti jam istirahat sebagaimana diatur dalam undang – undang.

d. Kecelakaan yang terjadi dalam tugas di luar kota / negeri, yaitu selama perjalanan dari rumah/tempat kerja menuju tempat dan perjalanan pulang kembali sesuai dengan surat tugas yang diberikan dan selama menjalankan tugas/pekerjaan ditempat tujuan. Semua kecelakaan kerja yang terjadi di tempat penugasan / pendidikan merupakan kecelakaan kerja, diluar itu termasuk kecelakaan kerja hanya terbatas selama yang bersangkutan berangkat dari tempat penginapan / pemondokan menuju tempat kerja sampai pulang kembali, kecuali dapat dibuktikan bahwa kecelakaan yang

terjadi di luar pengertian tersebut ada hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab yang bersangkutan.

e. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur yang harus dibuktikan dengan surat perintah lembur.

f. Perkelahian di tempat kerja dapat dianggap kecelakaan kerja. 2. Di luar waktu kerja

a. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan olahraga yang harus dibuktikan dengan surat tugas dari perusahaan.

b. Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang merupakan tugas dari perusahaan dan harus dibuktikan dengan surat tugas. c. Kecelakaan yang terjadi di sebuah perkemahan yang berada di lokas kerja

serta yang bersangkutan bebas dari setiap urusan pekerjaan. 3. Meninggal mendadak

Suatu kasus meinggal mendadak dapat dikategorikan akibat kecelakaan kerja dalam hubungan kerja akibat tenaga kerja karena suatu alasan, baik di lokasi kerja dalam perjalanan ke dan dari lokasi kerja, tanpa sempat mengalami rawat inap atau mengalami rawat inap, tetapi tidak melebihi 24 jam terhitung sejak pada jam ditangani dokter/para medis, langsung meninggal dunia. ( sumber: Jamsostek, Brosur, 2001. Hlm. 12 – 13 ).

Program jaminan sosial tenaga kerja ( Jamsostek ) mempunyai landasan yang berisikan dasar pertimbangan sebagai berikut: bahwa pada tanggal 17 Februari 1992 telah dikeluarkan Undang – Undang No. 3 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Kemudian Undang – undang No. 3 tahun 1992 tersebut diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 14 dan penjelasannya diumumkan dalam tambahan Lembaran Negara nomor 3468.

Dasar – dasar hukum program jaminan sosial tenaga kerja berlandaskan pada : 1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 27 ayat (2) Undang – undang

Dasar 1945.

2. Undang – undang No. 3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya Undang – Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia ( Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 4 ).

3. Undang – undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja ( Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912 ).

4. Undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ( Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2918 ).

5. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 39 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3201 ).