• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ya, sank, memang setiap itu harus diatur agar masyarakat nanti ya,

agaknya memang memaksa tapi sebelum ada peraturan daerah makanya kita ada launching ke masyarakat, masukan, ada uji publik, kajian akademis, itu prosesnya panjang.

Baktiono memberikan pengingkaran terhadap sifat memaksa peraturan dengan pernyataan adanya launching ke masyarakat.

30.08-30.13

NS: O jadi menunggu aturan dulu? (B: iya) Kalau Anda merasa ini penting seharusnya tidak perlu menunggu aturan (B: Saya..) yang Anda ciptakan sendiri kan?

Najwa membentuk pengingkaran bahwa Baktiono merasa gagasan tersebut penting, namun belum dilaksanakan karena menunggu aturan.

31.10-31.22

NS: Pak Iwan dari catatan kami selama Anda aaa menjadi Bupati begitu kurang lebih sebelas tahun ada banyak eksperimen yang Anda

Najwa memberikan pengingkaran terhadap terhadap banyak eksperimen yang dilakukan dengan proposisi berhasil.

75

Universitas Kristen Petra lakukan yang, yang tidak biasa tetapi

justru behasil.

40.03-40.17

GF: Walaupun ada juga teori yang mengatakan the living law of the people itu, hukum yang hidup di tengah masyarakat, tapi di negara yang berbhineka seperti ini, itu kan tidak perlu dibuat perda, mungkin bimbingan dari tokoh agama, bimbingan dari pemuka-pemuka agama.

Gamawan memberikan

pengingkaran terhadap the living law of the people dengan proposisi negara Indonesia sebagai negara yang berbhineka.

I. Kalimat aktif

Waktu Teks Keterangan

01..03-01.10

NS: Semenjak otonomi daerah muncul perda lokal berbagai rupa, menawarkan jalan cepat meraih ketaatan masyarakat.

Najwa menonjolkan perda menawarkan jalan cepat.

01.15-01.20 NS: Ada perda hasil aspirasi publik, atau meladeni kegenitan elit.

Najwa menonjolkan perda meladeni kegenitan elit

01.24-01.29 NS: Isinya ada yang pantas dipuji, sebagian lain, mengundang caci.

Najwa menonjolkan perda mengundang caci

03.17-03.29

SY: Dia harus menjaga daripada fitnah daripada orang lain a kar’na (NS: okei.) apabila mengundang fitnah dari orang lain yang melihat, berarti perbuatan itu dilarang dalam Islam.

Suaidi menonjolkan perdan perempuan harus menjaga fitnah dari orang lain.

03.30-03.36

NS: Duduk mengangkang, itu otomatis akan mengundang fitnah, dari mana alur logikanya?

Najwa menonjolkan duduk

mengangkang otomatis

mengundang fitnah, 03.37-03.59 SY: Iya, mengundang fitnah dalam,

dalam istilahnya adalah dia

Suaidi menonjolkan perempuan menyerupai laki-laki

76

Universitas Kristen Petra menyerupai laki-laki.

04.32-04.51

NS: Jadi ini lebih kental nuansa, menurut Anda syariat Islam menyebutkan perempuan tidak boleh duduk mengangkang?

Najwa menonjolkan menurut Suaidi perempuan tidak boleh duduk mengangkang.

04.52-05.32

SY: Islam aaa menyatakan aaa berbuatlah sesuatu yang memang dianjurkan dalam Islam.

Suaidi menonjojlkan Islam sebagai sumber larangan duduk mengangkang.

05.33-05.47

SY: Cara duduk perempuan, kesopanan, yaitu membawa marwa dan martabat perempuan itu diatur dalam Islam makanya di Aceh berlaku yaitu budaya Aceh dan Aceh yang islami.

Suaidi menonjolkan cara duduk perempuan membawa marwa dan martabat.

06.19-06.35

NS: Duduk mengangkang itu aaa otomatis tidak sopan. Sa, saya ingin membaca seruan bersama yang Anda tanda tangani. “Sebagai wujud upaya pemerintah Lhokseumawe mencegah maksiat secara terbuka.“ Ini aaa, apakah dengan duduk mengangkang akan terjadi maksiat secara terbuka?

Najwa menonjolkan duduk mengangkang otomatis tidak sopan dan menonjolkan pemerintah Lhokseumawe mencegah maksiat.

07.01-07.33

NS: Kalau saya bertanya Anda, Anda kan ini yang membuat peraturan ini. Apakah ini memang didasarbelakangi kekhawatiran Anda kar’na tidak bisa meihat perempuan duduk mengangkang di sepeda motor atau kar’na apa?

Najwa menonjolkan Suaidi pembuat aturan.

07.34-07.51

NS: Jadi Anda, jadi Pak Walikota merasa warga atau pria di Lhokseumawe rata-rata keimanannya

Najwa menonjolkan Suaidi merasa keimanan warganya lemah.

77

Universitas Kristen Petra lemah ya sehingga kalau melihat (SY:

tidak mengatakan seperti itu) NS: Kalau kemudian secara spesifik disebut untuk mencegah maksiat dan tadi saya tanyakan karena khawatir yang imannya lemah akan tergoda melihat perempuan duduk mengangkang di sepeda motor, jadi?

09.26-09.38

SY: Kesopanan yang memang ditegaskan dalam budaya Aceh dan adat Aceh yang Islami itu ditegaskan, itu budaya Aceh pada kaum perempuan harus melakukan sesuatu dengan kesopanan…

Suaidi menonjolkan perempuan melakukan sesuatu dengan sopan.

14.00-14.03

SY: Kita juga mementingkan kes’lamatan. Kes’lamatan dalam artinya luas.

Suaidi menonjolkan pemerintah mementingkan keselamatan.

18.33-18.38

NS: Kalau ada yang menilai ini lebih ke ajang pembuktian seorang walikota yang baru enam bulan menjabat setelah sebelumnya menjadi wakil walikota.

Najwa menonjolkan penilaian perda ajang pembuktian pekerjaan walikota baru.

19.38-19.45

NS: Jadi memang sesungguhnya Anda melihat ini lebih ke urusan privat, urusan antara manusia dengan Tuhannya?

Najwa menonjolkan Suaidi sebagai pelaku melihat urusan mengangkang sebagai urusan privat.

20.38-20.44

NS: Oke, Anda menyamakan dilarang korupsi dengan dilarang duduk ngangkang ya.

Najwa menonjolkan Suaidi sebagai pelaku menyamakan dilarang ngangkang dengan dilarang korupsi.

20.45-21.00

NS: Aa, ada yang menilai ini lebih karena bargaining politik, Anda ketika dulu diangkat Anda mendapat

Najwa menonjolkan penilaian bargaining politik

78

Universitas Kristen Petra dukungan dari kelompok-kelompok

tertentu, ini upaya Anda untuk membalas budi dan upaya Anda untuk mengkompensasi (SY: oh, itu tidak) hubungan yang diberikan dulu ketika menjadi walikota.

22.55-23.12

B: Ya, kami pribadi waktu itu juga bersama teman-teman anggota komisi D DPRD Kota Surabaya di, kami cukup prihatin ya kalau lihat begitu banyak warga kota Surabaya namanya bermacam-macam tapi tidak mengidentikkan sebagai warga kota Surabaya.

Baktiono menonjolkan nama orang Surabaya sebagai pelaku tidak mengeidentikkan warga Surabaya.

25.10-25.15

NS: Jadi menilai aaa menurut Anda itu penting dari sekedar nama? Mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dari sekedar nama?

Najwa menonjolkan Baktiono sebagai pelaku mempertahankan budaya dari sekedar nama.

29.47-29.50

NS: Kevin Stevano itu juga kalau ada yang menilai itu juga budaya barat tu Pak Baktiono.

Najwa menonjolkan penilaian kevin stevano sebagai budaya barat.

30.08-30.13

NS: O jadi menunggu aturan dulu? (B: iya) Kalau Anda merasa ini penting seharusnya tidak perlu menunggu aturan (B: Saya..) yang Anda ciptakan sendiri kan?

Najwa menonjolkan Baktiono menunggu aturan.

34.06-34.19

NS: Bupati Kampar, Riau, Jefry Noer, mengusulkan peraturan larangan menonton televisi dan wajib megaji pada jam setengah 7 hingga setengah 8 malam. Menurut Bupati, aturan ini membuat suasana margib di Kampar

Najwa menonjolkan Jefry sebagai pelaku pembuat usulan.

79

Universitas Kristen Petra lebih kusyuk.

40.29-40.39 NS: Banyak perda telah tersesat ketika mempublikkan urusan privat.

Najwa menonjolkan perda sebagai pelaku mempublikkan urusan privat.

40.40-40.44 NS: Aturannya bisa sangat terlibat, mengurusi lakon dan moral individu.

Najwa menonjolkan perda sebagai pelaku sangat terlibat mengurusi lakon dan moral individu.

40.45-40.48 NS: Gemar mengatur aurat warga, lalai membuat rakyat sejahtera.

Najwa menonjolkan perda sebagai pengatur aurat warga dan lalai membuat rakyat sejahtera.

40.49-40.53

NS: Terjebak menjual moralitas agama, dengan selera dan harga suka-suka.

Najwa menonjolkan perda sebagai penjual moralitas agama.

40.54-40.59 NS: Semata menjadi jalan instan, mendongkrak politik pencitraan.

Najwa menonjolkan perda sebagai jalan instan mendongkrak politik pencitraan.

41.00-41.05

NS: Perda seharusnya memajukan kesalehan sosial, bukan memformalkan ritual.

Najwa menonjolkan perda sebagai pelaku menformalkan ritual.

41.06-41.11 NS: Membela hidup bersama, bukan meruncingkan yang berbeda.

Najwa menonjolkan perda sebagai pembela hidup bersama dan peruncing perbedaan.

41.12-41.18 NS: Hukum itu alat rekayasa sosial, bukan ajang pembakuan moral.

Najwa menonjolkan hukum sebagai pelaku pembakuan moral.

J. Kalimat pasif

Waktu Teks Keterangan

01.24-01.29 NS: Isinya ada yang pantas dipuji, sebagian lain, mengundang caci.

Najwa menonjolkan pendapat isi perda pantas dipuji.

06.01-06.18

SY: A aa itu itu sudah memang kodratnya orang laki-laki (NS: duduk mengangkang?). Orang laki-laki

Suaidi menonjolkan marwa, martabat dan kesopanan perempuan yang harus dijaga.

80

Universitas Kristen Petra memang dia agak nampaknya kasar,

tetapi kelembutan, aaa mara dan martabat perempuan itu kan memang yang harus, kesopanan yang harus dijaga.

15.39-15.52

SY: Ya itulah yang perlu di di dipahami oleh mungkin ada dari warga Aceh yang memang pertanyaan yang tadi yang bahwa dalam Islam memang diatur, dalam adat Aceh pun segitu rupa.

Suaidi menonjolkan kondisi darurat harus dipahami.

18.39-18.44

NS: Ini lebih ke ego pribadi walikota yang mau dilihat berhasil melakukan sesuatu? Benarkah itu?

Najwa menonjolkan pendapat Suaidi mau dilihat berhasil.

19.46-19.49

NS: Berarti kalau urusan privat tidak perlulah diatur dalam ranah publik Pak Walikota.

Najwa menonjolkan pendapat urusan privat tidak perlu diatur.

20.03-20.16

NS: Karena tadi Anda katakana itu urusan mereka dengan Tuhannya, berarti sesungguhnya ini memang sesuatu yang tidak perlu diatur (SY: urusan, urusan saya…) dalam masalah publik (SY: adalah..) karena ini urusan privat.

Najwa menonjolkan pendapat duduk mengangkang tidak perlu diatur.

28.57-29.02

NS: Tapi menurut Anda ini memang sesuatu yang harus diatur dalam sebuah peraturan daerah? Hal-hal seperti ini?

Najwa menonjolkan pendapat Baktiono nama bayi perlu diatur.

29.18-29.20 NS: Hmm. Jadi mulai dari hal yang paling gampang diatur?

Najwa menonjolkan pendapat nama bayi paling mudah diatur.

81

Universitas Kristen Petra K. Bentuk deduktif

Time Keterangan

02.05-06.18 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu pentingnya larangan duduk mengangkang.

06.19-09.52 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu pembahasan duduk mengangkang mengundang maksiat.

11.14-15.32 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu hubungan duduk mengangkang dengan keselamatan warga.

15.53-17.08 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu kondisi darurat duduk mengangkang.

17.09-18.32 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu sanksi bagi pelanggaran aturan larangan duduk mengangkang.

20.45-21.19 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu aturan duduk mengangkang sebagai bentuk bargaining politik.

22.46-25.24 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu kepenting raperda aturan nama bayi.

25.25-27.25 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu teknis pengaturan nama bayi yang sedang dirancang.

27.26-28.56 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu sanksi pelanggaran aturan nama bayi.

28.57-29.34 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu aturan nama bayi mencampuri urusan privat warga.

30.19-30.46 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu optimisme komisi D atas pelaksanaan aturan nama bayi.

30.55-34.05

Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu aturan yang mewajibkan PNS Bualemo menginap ke rumah warga miskin dan ke penjara.

34.06-36.54 Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu aturan wajib mengaji dan mematikan televisi di Kampar.

37.08-39.20 Mata Najwa menempatkan ide pokok di awal yaitu evaluasi mendagri terhadap perda-perda pasca otonomi daerah.

82

Universitas Kristen Petra mendagri terhadap perda yang mengundang pro & kontra.

L. Bentuk induktif

Teks/Time Keterangan

00.56-01.34 Najwa menempatkan ide pokok di akhir yaitu judul Balada Perda.

18.33-20.44 Najwa menempatkan ide pokok di akhir yaitu urusan duduk mengangkang merupakan urusan privat.

29.35-30.18 Najwa menempatkan ide pokok di akhir yaitu Baktiono tidak melaksanakan raperda yang dia buat.

M. Proposisi awal

Waktu Teks Keterangan

01.15-01.20 NS: Ada perda hasil aspirasi publik, atau meladeni kegenitan elit.

Ada perda hasil asprasi publik diletakkan di awal sebagai kondisi pembanding.

01.24-01.29 NS: Isinya ada yang pantas dipuji, sebagian lain, mengundang caci.

Isi yang pantas dipuji diletakkan di awal sebagai kondisi pembanding.

41.00-41.05

NS: Perda seharusnya memajukan kesalehan sosial, bukan memformalkan ritual.

Perda seharusnya memajukan kesalehan sosial diletakkan di awal sebagai kondisi pembanding yang ideal.

41.06-41.11 NS: Membela hidup bersama, bukan meruncingkan yang berbeda.

Membela hidup bersama diletakkan di awal menjadi kondisi pembanding.

41.12-41.18 NS: Hukum itu alat rekayasa sosial, bukan ajang pembakuan moral.

Hukum itu alat rekayasa sosial diletakkan di awal menjadi kondisi pembanding.

N. Proposisi akhir

Waktu Teks Keterangan

83

Universitas Kristen Petra

atau meladeni kegenitan elit. akhir sehingga terlihat kontras (lebih rendah) dari proposisi awal yang ideal.

01.24-01.29 NS: Isinya ada yang pantas dipuji, sebagian lain, mengundang caci.

Sebgaian lain mengundang caci diletakkan di akhir untuk menunjukkan kontras dan terlihat rendah dibandingkan dengan kondisi dalam proposisi awal.

41.06-41.11 NS: Membela hidup bersama, bukan meruncingkan yang berbeda.

`Bukan memformalkan ritual di akhir untuk dibandingkan dengan kondisi ideal sehingga terkesan di masa kini perda yang ada dibuat untuk memformalkan ritual.

41.06-41.11 NS: Membela hidup bersama, bukan meruncingkan yang berbeda.

Meruncingkan perbedaan diletakkan diakhir untuk dibandingkan dengan kondisi ideal sehingga perda saat ini terkesan meruncingkan perbedaan.

41.12-41.18 NS: Hukum itu alat rekayasa sosial, bukan ajang pembakuan moral.

Bukan ajang pembakuan moral diletakkan di akhir untuk dibandingkan dengan kondisi ideal sehingga terkesan perda saat ini menjadi ajang pembakuan moral.

O. Kata ganti

Waktu Teks Keterangan

02.13-02.17

NS: Apa latar belakang seruan, yang rencananya akan dijadikan peraturan wali kota ini?

Najwa mengganti peraturan daerah dengan peraturan wali kota.

02.30-02.47

SY: Kita lihat aaa, aaa kita tanya dulu sama semua kita, khususnya yang di Lhokseumawe dan di Aceh. Penting gak budaya? Penting gak adat? Penting gak syariat Islam di Aceh?

Suaidi mengasosiasikan dirinya dengan Najwa dan semua audiens dengan kata ganti kita.

84

Universitas Kristen Petra 04.32-04.51

NS: Itu, itu menurut Anda syariat Islam itu yang seperti apa ya Pak Wali (SY: sya..) karena kalau misalnya kita melihat pandangan ketua PBNU atau ketua Muhammadiyah aaa dua-duanya merasa tidak ada tuh syariat Islam tidak boleh duduk mengangkang.

Najwa mengasosiasikan dirinya dengan semua orang menggunakan kata ganti kita.

07.52-07.58

SY: Kita buat suatu himbauan, aturan, aaa sebenarnya ini untuk untuk budaya dan adat sudah ditentukan dalam dalam…

Suaidi menggunakan kata kita untuk memberikan kesan bukan dia sendiri yang membuat larangan duduk mengangkang.

11.19-11.25

W1: Emmm sebenarnya kurang setuju kar’na itu lebih, lebih ke situasi dan kondisi kita sebagai pengendara.

Warga pertama menggunakan kata ganti kita untuk mewakili para pengendara yang terkena larangan mengangkang.

11.53-12.00

W2: Sebenarnya gak s’tuju ya. Selain susah kalau duduk nyamping, kan kalo kita cewek susah duduk nyamping, t’rus pegel juga.

Warga kedua menggunakan kata kita cewek untuk mengasosiasikan diri dengan para perempuan yang mengendarai motor.

12.16-12.31

W2: Jadi orang Aceh itu kita kayaknya gak perlu munafik lah gitu kar’na masih banyak juga tempat-tempat di Aceh yang sebenarnya melanggar syariat, kenapa gak tempat-tempat seperti itu diperbaiki baru larangan-larangan yang lain.

Warga kedua menggunakan kata ganti "kita" untuk mengasosiasikan diri dengan warga Aceh.

12.32-12.34 NS: Pak Walikota, tanggapan dari warga Anda.

Najwa menggunakan kata "warga Anda" bukan "warga Lhokseumawe"

13.02-13.12

SY: Saya lihat s’karang mungkin dari, dari kemaren-kemaren, mungkin data dari kepolisian menunjuk kita boleh

Suaidi menggunakan kata kita untuk memberikan kesan semua orang setuju bahwa lebih banyak

85

Universitas Kristen Petra tahu bahwa yang banyak kecelakaan

itu adalah orang yang memang duduk mengangkang.

kecelakaan terjadi pada orang duduk mengangkang.

13.51-13.59

NS: Lebih pentingkah (SY: gak, gak pernah) jadi Anda tidak merasa lebih penting kes’lamatan, tidak lebih pentingkan kes’lamatan warga Anda kota Lhokseumawe dibandingkan dengan aturan ini?

Najwa memberikan keterangan kepunyaan dengan kata ganti"warga Anda.

22.55-23.12

B: Ya, kami pribadi waktu itu juga bersama teman-teman anggota komisi D DPRD Kota Surabaya di, kami cukup prihatin ya kalau lihat begitu banyak warga kota Surabaya namanya bermacam-macam tapi tidak mengidentikkan sebagai warga kota Surabaya.

Baktiono menggunakan kata kami untuk menyatakan komisi D DPRD Surabaya. Dia tidak membuat raperda sendirian.

23.50-23.58

B: Ya itu masih ada nama Indonesianya gitu tapi coba lihat kita banyak s’kali, begitu juga hampir hilang nama-nama itu..

Baktiono menggunakan kata kita untuk menimbulkan kesan semua orang setuju dengan pendapatnya.

30.23-30.33

B: Kar’na ini kami launching memang ada pro kontra. Kalau kontra semua ya kami optimis. Kar’na ada pro kontra perlu juga pemahaman pada seluruh warga yang masih belum paham akan inisiatif kami ini.

Baktiono menggunakan kata kami untuk menunjukkan anggiota komisi D DPRD Surabaya. Dia tidak bekerja sendirian.

34.34-34.51

JF: Magrib itu biasanya kita pergi ke Surau atau ke Masjid kita abis sholat, magrib itu aaa magrib ke isa itu kita mengaji. Habis itu kita masuk sholat isa kita langsung ya sholat isa.

Jefry menggunakan kata ganti kita untuk menunjukkan bahwa semua orang pergi mengaji saat magrib.

86

Universitas Kristen Petra 35.11-35.31

JF: Oleh sebab itulah kita memandang perlu ooo kalau begitu kita aaa pemda mesti care, mesti care, makanya kita ini perkuat dengan perda. Magrib mengaji dan mematikan televisi yaa magrib sampai isa.

Jefry menggunakan kata ganti kita untuk menunjukkan bahwa semua orang setuju perlunya perda wajib mengaji.

P. Leksikon

Waktu Teks Keterangan

01.24-01.29 NS: Isinya ada yang pantas dipuji, sebagian lain, mengundang caci.

Mata Najwa memilih kata mengundang caci, yang lebih bersifat sinis, daripada mengundang kontra atau mengundang protes.

40.45-40.48 NS: Gemar mengatur aurat warga, lalai membuat rakyat sejahtera.

Mata Najwa memilih kata lalai daripada gagal. Kata “lalai” tidak

sekedar menggambarkan

ketidakberhasilan mencapai tujuan, tetapi tidak berhasil karena tidak hati-hati atau tidak berhasil karena mengerjakan hal lain.

41.06-41.11 NS: Membela hidup bersama, bukan meruncingkan yang berbeda.

Mata Najwa memilih kata meruncingkan perbedaan daripada membuat perbedaan, sehingga menimbulkan kesan lebih ekstrim.

Q. Grafis

Waktu Teks Grafis

87

88

Universitas Kristen Petra 01.35-02.04 Teaser Larangan Mengangkang di Lhokseumawe

89

Universitas Kristen Petra 06.01-06.18

SY: A aa itu itu sudah memang kodratnya orang laki-laki (NS: duduk mengangkang?). Orang laki-laki memang dia agak nampaknya kasar, tetapi kelembutan, aaa mara dan martabat perempuan itu kan memang yang harus, kesopanan yang harus dijaga.

06.19-06.35

NS: Duduk mengangkang itu aaa otomatis tidak sopan. Sa, saya ingin membaca seruan bersama yang Anda tanda tangani. “Sebagai wujud upaya pemerintah Lhokseumawe mencegah maksiat secara terbuka.“ Ini aaa, apakah dengan duduk mengangkang akan terjadi maksiat secara terbuka?

07.01-07.33

NS: Kalau saya bertanya Anda, Anda kan ini yang membuat peraturan ini. Apakah ini memang didasarbelakangi kekhawatiran Anda kar’na tidak bisa meihat perempuan duduk mengangkang di sepeda motor atau kar’na apa?

07.34-07.51

NS: Jadi Anda, jadi Pak Walikota merasa warga atau pria di Lhokseumawe rata-rata keimanannya lemah ya sehingga kalau melihat (SY: tidak mengatakan seperti itu) Kalau kemudian secara spesifik disebut untuk mencegah maksiat dan tadi saya tanyakan karena khawatir yang imannya lemah akan tergoda melihat perempuan duduk mengangkang di sepeda motor, jadi?

90

Universitas Kristen Petra 08.06-08.22

SY: jadi mencegah itu dalam pandangan para ulama, para ulama, tokoh budaya, tokoh Islam, dia kalau bisa aaa apa namanya mengundang fitnah.dalam artinya gini. Fitnah seseorang…

09.57-11.13

Eksperimen Penguasa Dalam Negeri 09.57-11.13

09.57-11.13

09.57-11.13

91

Universitas Kristen Petra 09.57-11.13

09.57-11.13

15.33-15.38

NS: Baik Pak Walikota ini ada tulisan kecuali dengan kondisi terpaksa atau darurat. Ini kondisi terpaksa seperti apa yang boleh tidak duduk ngangkang?

17.46-17.53

NS: Dalam bayangan Anda sanksinya administratifkah atau dalam bayangan seorang Walikota begitu apa kemungkinan-kemungkinan sanksinya itu apa saja?

21.27-22.30

Eksperimen Penguasa Luar Negeri

92

Universitas Kristen Petra 21.27-22.30

21.27-22.30

21.27-22.30

21.27-22.30

37.54-38.07

GF: Nah di tahun 2009, kita sudah mengevaluasi sekitar 3000 perda, itu dari 3000 perda di eh 2010 itu ya, itu 407 kita batalkan.

38.08-38.24

GF: Terus 2011 kita evaluasi lagi 9000 perda. Ya kita evaluasi, lebih produktif lagi kita. nah itu kita batalkan 351 perda, kita batalkan.

93

Universitas Kristen Petra 38.24-38.32 GF: Di 2012 kita evaluasi lagi 3000 perda. Itu

173 kita batalkan.

38.33-38.40 GF: Tahun depan, tahun ini 2013 kita akan mengevaluasi 2500 perda lagi,

38.41-38.4 GF: dan terakhir tahun 2014 2500 perda lagi.

38.43-38.54

GF: Jadi sekarang sudah 15000 yang kita evaluasi selama 3 tahun terakhir. Ya itu dulu perlu dipahami dan 931 kita batalkan, dari 15000 itu.

38.55-39.03

GF: Nah ukuran apa yang jadi ukuran untuk pembatalan itu. Yang pertama perda itu tidak boleh melawan aturan yang lebih tinggi.

39.28-39.45

GF: Nah kalo yang aneh-aneh saya lihat perda-perda yang aaa yang cenderung apa, bias gender, diskriminatif, karena aaa persoalan terkait dengan keyakinan, kepercayaan atau agama dan sebagainya itu.

94

Universitas Kristen Petra 40.03-40.17

GF: Walaupun ada juga teori yang mengatakan the living law of the people itu, hukum yang hidup di tengah masyarakat, tapi di negara yang berbhineka seperti ini, itu kan tidak perlu dibuat perda, mungkin bimbingan dari tokoh agama, bimbingan dari pemuka-pemuka agama.

40.29-40.39 NS: Banyak perda telah tersesat ketika mempublikkan urusan privat.

40.40-40.44 NS: Aturannya bisa sangat terlibat, mengurusi lakon dan moral individu.

40.45-40.48 NS: Gemar mengatur aurat warga, lalai membuat rakyat sejahtera.

40.49-40.53 NS: Terjebak menjual moralitas agama, dengan selera dan harga suka-suka.

40.54-40.59 NS: Semata menjadi jalan instan, mendongkrak politik pencitraan.

95

Universitas Kristen Petra 41.00-41.05 NS: Perda seharusnya memajukan kesalehan

sosial, bukan memformalkan ritual.

41.06-41.11 NS: Membela hidup bersama, bukan meruncingkan yang berbeda.

41.12-41.18 NS: Hukum itu alat rekayasa sosial, bukan ajang pembakuan moral.

R. Metafora

Waktu Teks Keterangan

00.56-01.02

NS: Selamat malam, selamat datang di Mata Najwa. Saya