• Tidak ada hasil yang ditemukan

Museum Dirgantara Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Museum Dirgantara Indonesia"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ATMOSFER

LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN 2013/2014

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

Gilang Iqbal Noegraha

10408001

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(2)
(3)
(4)

PENDIDIKAN FORMAL

Pendidikan Nama Instansi Tahun Ajaran

SD SD Negeri 1 Purwakarta 1996 - 2002

SMP SMP Negeri 7 Purwakarta 2002 -2005

SMA SMA Negeri 1 Purwakarta 2005 - 2008

Perguruan Tinggi

Universitas Komputer

Indonesia

(Jurusan Teknik Arsitektur) Bandung

2008 - 2014 JenisKelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Golongan Darah : B

Alamat : Gg. Cempaka 1 No. 12

RT.33/04 Purwakarta

Telepon : 082121787824

(5)

Pelatihan Komputer SMA Negeri 1 Purwakarta 2006

Pelatihan Bahasa Asing SMA Negeri 1 Purwakarta 2007

PENGALAMAN ORGANISASI Pramuka SD Negeri 1 Purwakarta

Pramuka SMP Negeri 1 Purwakarta

Pengurusan OSIS SMA Negeri 1 Purwakarta

Anggota HIMA Arsitektur

PENGALAMAN KERJA

CV. ARCHICON - MAJALENGKA

TIM GAMBAR UNIKOM – PEMBANGUNAN GEDUNG BARU UNIKOM

PT. SIMA INTERIOR - JAKARTA

CV. YUDIKARIKARSA UTAMA - BANDUNG

(6)

 Microsoft Office  Auto Cad  Photoshop  Corel Draw

 Google Sketch Up  3ds Max

 Ecotect Analysis  VectorWorks

2. Komunikasi Berbahasa

(7)

KATA PENGANTAR ... ii

1.3 Masalah Perancangan ... 4

1.4 Pendekatan Perancangan ... 4

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan ... 5

1.6 Kerangka Berpikir ... 6

1.7 Skematik Penulisan ... 7

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Deskripsi Umum ... ………8

2.1.1Lokasi ... 9

2.2 Program Kegiatan... 10

2.3 Alur Kegiatan ... 12

2.4 Kebutuhan Ruang... 13

2.5 Studi Bandung Proyek Sejenis ... 16

BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema ... 29

3.2 Penjabaran Tema ... 30

(8)

4.3 Kesimpulan... 57

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar ... 58

5.2 Rencana Tapak ... 59

5.3 Konsep Bangunan ... 60

5.4 Konsep Pendukung ... 61

5.4.1 Skenario Kunjungan ... 61

5.4.2 Konsep Bangunan ... 62

BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Peta Situasi ... 64

6.2 Gambar-gambar Perancangan ... 64

6.3 Foto Maket ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(9)

Ahamdulillah, puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT,

Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan tidak lupa sholawat

serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,

keluarga dan paras ahabat. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Starta (S1) dengan membuat Tugas Akhir berupa desain

dan laporan.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir berupa desain

dan laporan tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami, baik dalam

menyangkut waktu dan pengumpulan data. Sebagai rasa hormat dan

bangga penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

 Allah SWT.

 BapakRahy R Sukardi, Ir., MT yang telah membimbing serta memberikan arahan yang baik hingga selesai, selama Tugas Akhir

ini berlangsung.

 Ibudan Ayah yang telah member dukungan serta doa selama ini.  Rekan-rekan yang telah membantu serta mendukung hingga

terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Akhirnya, penulis hanya bias berdoa kepada Allah SWT, semoga

segala bantuan dan jasa baik dari berbagai pihak akan mendapatkan

balasan yang berlipat ganda.

Bandung, Juli 2013

(10)

DAFTAR PUSTAKA

 Neufert, Ernst (1996), Architects Data Third Edition, Bousmaha Baiche. School of Architecture, Oxford Brookes University.

 D. K. Ching, Francis (2000), Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan,

Edisi Kedua, Erlangga.

 Vail Coleman, Laurence (1950), Museum Buildings, American

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai manusia yang hidup di masa sekarang ini kita tidak bisa

lepas dari sejarah masa lalu yang penuh perjuangan, sejarah

terbentuknya negara Indonesia, sejarah yang membuat negara ini bisa

merdeka lepas dari para penjajah. Kita tidak bisa melupakan begitu saja

perjuangan para pahlawan yang telah berjuang dan mempersatukan

Indonesia sebagai negara kepulauan. Sejarah perjuangan Indonesia pada

masa lalu erat kaitannya dengan kota Bandung dan pesawat terbang.

Pesawat terbang merupakan sarana transportasi paling penting bagi

pembangunan ekonomi dan pertahanan di Indonesia, mengingat bahwa

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan kondisi geografis

yang sulit untuk diakses tanpa sarana transportasi yang memadai. Dari

kondisi tersebut muncul pemikiran bahwa sebagai negara kepulauan

Indonesia berada dalam posisi untuk memiliki industri maritim dan

penerbangan. Hal ini yang mendorong lahirnya industri pesawat terbang di

Indonesia. Dan kota Bandung menjadi salah satu kota yang punya peran

penting dalam perjuangan bangsa Indonesia dan juga lahirnya sejarah

kedirgantaraan Indonesia.

Sejarah kedirgantaraan Indonesia ada kaitannya dengan legenda

pewayangan yang berkembang dalam bagian hidup kebudayaan dan

masyarakat Indonesia serta munculnya figur Gatotkaca dalam kisa

Bratayuda yang dikarang Mpu Sedah serta figur Hanoman dalam kisah

Ramayana adalah personifikasi pemikiran manusia Indonesia untuk bisa

terbang. Keinginan ini terus terpupuk dalam jiwa dan batin manusia

Indonesia sesuai dengan perkembangan jaman. Pada jaman

Pemerintahan Kolonial Belanda masih belum terpikirkan untuk membuat

program perancangan pesawat terbang, namun telah melakukan

(12)

2 evaluasi teknis dan keselamatan untuk pesawat yang dioperasikan di

kawasan tropis, Indonesia. Hubungan erat antara kedirgantaraan

Indonesia dengan kota Bandung yaitu, pada tahun 1930 di Sukamiskin

Bandung dibangun Bagian pembuatan Pesawat Udara yang memproduksi

pesawat-pesawat buatan Canada AVRO-AL, dengan modifikasi badan

dibuat dari tripleks lokal. Pabrik ini kemudian dipindahkan ke Lapangan

Udara Andir (kini Lanud Husein Sastranegara). Yang kemudian menjadi

lokasi perusahaan pesawat terbang yang semula diberi nama Industri

Pesawat Terbang Nurtanio, lalu diubah menjadi Industri Pesawat Terbang

Nasional, dan sekarang berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia.

Dari situ mulai berkembang kemajuan kedirgantaraan Indonesia

yang kemudian melahirkan perusahaan Dirgantara Indonesia yang

berlokasi di kota Bandung. Bahkan pada masa jaya perusahaan tersebut

mempunyai pekerja sampai 16.000 orang. Ini yang membuat sejarah

Indonesia tidak bisa terlepas dari peran penting kota Bandung dan sejarah

kedirgantaraan Indonesia. Bandar Udara Husein Sastranegara merupakan

Bandar udara yang berlokasi di kota Bandung dan merupakan saksi

sejarah kedirgantaraan negara Indonesia. Selain untuk penerbangan

pesawat komersial, di area Bandar Udara Husein Sastranegara ini juga

terdapat pusat latihan TNI AU dan juga hanggar-hanggar milik PTDI. Di

tempat ini juga sering di gelar pameran tahunan dirgantara indonesia yang

menampilkan koleksi pesawat milik Indonesia, atraksi pesawat terbang

dengan keahlian para penerbang dari TNI AU.

Selain sejarah kedirgantaraan Indonesia dan peranan erat kota

Bandung dengan dirgantara Indonesia, kita juga tidak bisa lepas dari

perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa mereka demi

membela tanah air Indonesia, banyak dari para pahlawan yang berjuang

merupakan pahlawan dirgantara Indonesia. Perjuangan pahlawan

dirgantara Indonesia dalam membantu penyerangan untuk merebut

(13)

3 dirgantara tersebut kemudian nama-nama para pahlawan dijadikan

sebagai nama bandar udara yang ada di Indonesia.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh

melupakan sejarah masa lalu dimana para pahlawan berjuang membela

kemerdekaan dan sejarah tentang kedirgantaraan di Indonesia. Jangan

karena kita sudah menjadi negara yang merdeka kemudian kita

melupakan apa yang telah pahlawan Indonesia berikan untuk negara

Indonesia. Namun yang jadi permasalahan disini adalah masih kurangnya

bangunan museum khususnya museum untuk mengenang para pahlawan

dirgantara Indonesia. Museum dirgantara hanya terdapat di Jakarta dan

Yogyakarta dan itupun lebih bersifat militer, sedangkan di kota yang

mempunyai peranan penting dengan kedirgantaraan Indonesia masih

belum ada. Sudah sewajarnya jika kota Bandung dijadikan sebagai kota

Dirgantara Indonesia. Maka saya berkeinginan untuk merancang

“Museum Dirgantara Indonesia” yang didalamnya berisi sejarah dari masa ke masa tentang kedirgantaraan Indonesia, perpustakaan umum,

memorial park untuk mengenang para pahlawan dirgantara Indonesia,

dan juga fasilitas pendukung lainnya.

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud

Maksud dari perancangan ini adalah untuk :

1. Membuat satu wadah yang dapat memberikan pengetahuan

dan sejarah mengenai kedirgantaraan Indonesia dari masa ke

masa.

2. Mewadahi dan memberi ruang untuk kegiatan yang berkaitan

dengan dirgantara, seperti pameran tahunan Bandung Air

Show.

3. Membuat dan merancang tempat untuk mengenang para

(14)

4 1.2.2 Tujuan

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk :

1. Memberi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum sejarah

kedirgantaraan Indonesia agar kita tidak melupakan begitu saja

sejarah dan pahlawan dirgantara.

2. Sebagai wadah untuk koleksi dan barang-barang yang

berkaitan dengan dirgantara Indonesia untuk pengetahuan

masyarakat umum supaya timbul rasa bangga dan cinta akan

tanah air Indonesia, dan rasa memiliki bangsa ini melalui

sejarah dirgantara Indonesia.

3. Menjadikan kota Bandung sebagai kota Dirgantara Indonesia,

melalui sejarah kedirgantaraan dan bukti-bukti yang masih ada.

1.3 Masalah Perancangan

1. Merancangsebuahbangunan yang

dapatmenampungdanmewadahibenda-bendaberukuranbesartanpaadapembatasataupenghalangpadaruan

gdalam

1.4 Pendekatan Perancangan

Pendekatan yang dilakukan untuk perancangan Museum

Dirgantara Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Studi lapangan terhadap lahan proyek mencakup kondisi sekitar

lahan, studi lingkungan fisik, bangunan dan suasana yang ada di

sekitar tapak.

2. Studi banding museum dirgantara di Jakarta dan Yogyakarta.

3. Studi literatur mengenai bangunan museum, bangunan memorial,

bangunan publik, dan exhibition hall.

4. Mempelajari standar-standar yang harus diperhatikan seputar

pesawat terbang dan barang-barang sejarah.

5. Mempelajari masalah yang selalu timbul pada bangunan museum,

(15)

5 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan

Ruang lingkup dan batasan meliputi fungsi massa bangunan dalam

tapak dan pengolahan lingkungan sekitar Museum Dirgantara

Indonesiaadalah sebagai berikut :

Kebutuhan Ruang Usulan massa dan ruangan

 Area pajang koleksi pesawat dan koleksi pendukung lainnya

 Ruang yang dapat menampung lebih dari 20 pesawat terbang

 Pencahayaan ruangan yang baik dengan tata lampu untuk setiap koleksi

 Diorama Bandar Udara Husein Sastranegara dan bangunan sekitar

 Ruang khusus yang menyajikan diorama

dengan teknologi yang dapat

menggerakan pesawat dan mobil agar terlihat nyata

 Perpustakaan  Ruang perpustakaan dan ruang baca yang menyediakan buku tentang kedirgantaraan dan buku umum

Exhibition Hall  Ruang yang dipergunakan untuk acara pameran, baik seputar kedirgantaraan atau pameran umum

Mini Theatre  Ruang untuk menyajikan video-video dokumenter seputar sejarah dirgantara

Memorial Park  Taman dengan monumen atau tugu bertuliskan nama-nama pahlawan dirgantara

(16)

6

Pelajar,

Mahasiswa,

Masyarakat

Umum

1.6 Kerangka Berpikir

MUSEUM

Wadah untuk memberikan pengetahuan sejarah indonesia dan pengetahuan kedirgantaraan

Menampilkan koleksi-koleksi peninggalan sejarah yang jarang dilihat seputar dirgantara Indonesia

STUDI BANDING KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS

DESAIN

(17)

7 1.7 Skematika Penulisan

Sistematika Penulisan

Sistematika laporan dari Perancangan Museum Dirgantara

Indonesia ini adalah sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Pada Bab I, memuat latar belakang, maksud, tujuan, masalah

perancangan, pendekatan perancangan, ruang lingkup dan batasan,

kerangka berpikir dalam “Museum Dirgantara Indonesia” dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II. DESKRIPSI PROYEK

Pada Bab II, memuat penjelasan mengenai proyek secara umum,

program kegiatan, kebutuhan ruang, studi banding dan studi literatur.

BAB III. ELABORASI TEMA

Pada Bab III, memuat tentang pengertian tema, hubungan tema

dengan rancangan proyek yang dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan

bentuknya (interpretasi tema).

BAB IV. ANALISIS

Pada Bab IV, memuat tentang data, analisis tapak dan guidelines.

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

Pada Bab V, memuat konsep perancangan.

BAB VI. HASIL PERANCANGAN

Pada Bab VI, memuat dan menjelaskan hasil perancangan

(18)

8

BAB II

DESKRIPSI UMUM

2.1 Deskripsi Umum

Proyek

: Museum Dirgantara Indonesia

Tema

:Atmosfer

Sifat Proyek

: Fiktif

Fungsi

: Edukasi, Rekreasi, Sejarah

Lokasi

: Jl. Abdulrachman Saleh, Bandung

Luas Lahan

: ± 3,8 ha

KDB

:50 %

KLB

:1,5

GSB

:8 m

Pemilik

: TNI-AU

Sumber Dana

: TNI-AU

(19)

9 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 2. Lokasi Site

Batas Lahan Perancangan

 Sebelah Utara :SD dan TK Angkasa, Landasan Bandar Udara Husein Sastranegara

 Sebelah Selatan :Pertokoan, Permukiman  Sebelah Timur :SMP Angkasa

 Sebelah Barat :Perumahan Dinas TNI-AU

2.1.1Lokasi

Tapak berlokasi di kawasan Bandar Udara Husein Sastranegara

yang merupakan kawasan dirgantara dan memiliki sejarah panjang

munculnya kedirgantaraan di Indonesia.

Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan agar Museum Dirgantara

Indonesia menjadi satu kesatuan kawasan di Bandar Udara Husein

Sastranegara. Karena di lokasi ini terdapat landasan pesawat terbang,

hanggar-hanggar milik PT. Dirgantara Indonesia, dan merupakan area

latihan TNI Angkatan Udara. Dengan begitu pengunjung yang datang bisa

mendapatkan suasana yang lebih mengesankan yang di dapat dari

kawasan dirgantara dengan aktifitas Bandar Udara yang selalu sibuk

(20)

10 2.2 Program Kegiatan

Program kegiatan pada perancangan Museum Dirgantara Indonesia ini

dibagi menjadi 3 kategori kegiatan, yaitu :

a) Kegiatan Pengunjung

b) Kegiatan Pengelola

c) Kegiatan Servis

Keterangan dari setiap kategori adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Pengunjung

Kegiatan Perkiraan Waktu

Melihat sejarah dirgantara 30 – 60 menit

Melihat diorama sejarah dirgantara 30 menit

Melihat miniatur bandara di Indonesia 30 menit

Melihat objek pameran 30 menit

Melihat koleksi pendukung (pakaian, medali) 15 menit

Exhibition Hall 60 – 120 menit

Ruang Multimedia / Mini Theatre 15 menit

Ruang Simulator 15 menit

Ruang Balairung 15 menit

Taman Dirgantara 60 – 120 menit

Perpustakaan >60 menit

Foodcourt Museum 60 – 120 menit

Souvenir Shop 45 menit

Sholat ≤ 15 menit

(21)

11 b) Kegiatan Pengelola

Kegiatan Perkiraan Waktu

Ticketing 8 jam

Penerima Tamu ± 4 jam

Monitoring 8 jam

Administratif 8 jam

Informasi 8 jam

Rapat Pengelola ± 1 jam

Istirahat ± 1 jam

c) Kegiatan Servis

Kegiatan Perkiraan Waktu

Membersihkan Museum ± 3 jam

Membersihkan Objek-objek pameran ± 3 jam

Mengecek perangkat Mechanical Electrical ± 3 jam

Mengecek sistem miniatur bandara ± 3 jam

Membersihkan diorama ± 2 jam

Mempersiapkan dan Merapihkan Perpustakaan ± 2 jam

(22)

12 2.3 Alur Kegiatan

Pengunjung

Pengelola

Service

DATANG MASUK KEGIATAN

MUSEUM PULANG (Sumber : Dok. Pribadi)

Tabel 2. Alur Pengunjung

(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 3. Alur Pengelola

(23)

13 2.4 Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang terbagi kedalam beberapa bagian, yaitu :

a) Kebutuhan Ruang Pengunjung

b) Kebutuhan Ruang Pengelola

c) Kebutuhan Ruang Servis dan Perawatan Museum

Keterangan dari setiap kategori adalah sebagai berikut :

a) Kebutuhan Ruang Pengunjung Kebutuhan Parkir Pengunjung :

Parkir Kendaraan Bus 12 x 3,5 m

Parkir Kendaraan Roda Empat (mobil) 2,75 x 5 m

Parkir Kendaraan Roda Dua (motor) 0,8 x 1,5 m

Parkir Sepeda 0,8 x 1,5 m

Kebutuhan Ruang Parkir :

Kebutuhan Ruang Luasan

(m²)

Kebutuhan Ruang Luar :

Kebutuhan Ruang Luasan

(m²) Jumlah Total (m²)

Entrance 200 1 200

(24)

14 Kebutuhan Ruang Dalam :

Kebutuhan Ruang Luasan

(m²) Jumlah Total (m²)

Kebutuhan Ruang Fasilitas Pengunjung :

Kebutuhan Ruang Luasan

(m²) Jumlah Total (m²)

b) Kebutuhan Ruang Pengelola

Kebutuhan Parkir Pengelola :

Kebutuhan Ruang Luasan

(25)

15 Kebutuhan Ruang Pengelola :

Kebutuhan Ruang Luasan

(m²) Jumlah Total (m²)

c) Kebutuhan Ruang Servis dan Perawatan Museum

Kebutuhan Ruang Luasan

(m²) Jumlah Total (m²)

R. Mekanikal 30 1 30

R. Elektrikal 30 1 30

R. Mekanikal Elektrikal

Simulator

10 2

20

Gudang 20 1 20

Parkir Servis 13,75 4 55

Kebutuhan Ruang Drainase dan Sanitasi :

Kebutuhan Ruang Luasan

(m²) Jumlah Total (m²)

Septictank 20 1 20

(26)

16 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 3. Entrance Museum Satriamandala 2.5 Studi Banding Proyek Sejenis

1. Museum Satriamandala

Lokasi : Jl. Gatot Subroto no. 14, Jakarta

Museum Satria Mandala adalah museum sejarah perjuangan

Tentara Nasional Indonesia yng terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

Museum ini diresmikan pada tahun 1972 oleh mantan presiden Indonesia,

Soeharto ini awalnya adalah rumah dari salah satu istri mantan presiden

Indonesia, Soekarno, yaitu istrinya yang bernama Ratna Sari Dewi

Soekarno. Dalam museum ini ditemui berbagai koleksi peralatan perang di

Indonesia, dari masa lampau sampai modern, salah satunya adalah

pesawat terbang Cureng yang pernah diterbangkan oleh Marsekal Udara

Agustinus Adi Sucipto.

Ruang-ruang museum satriamandala :

- Ruang Panji-Panji

- Ruang Diorama

- Ruang Jenderal Besar TNI Soedirman

- Ruang Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo

(27)

17

Suasana Parkir Kendaraan Parkir Kendaraan

- Ruang Jenderal Besar TNI Soeharto

- Ruang Diorama II, Koleksi Kontingen Garuda, Koleksi Tanda

Pangkat dan Jasa, serta Brevet TNI

- Ruang foto TNI dalam era pembangunan

- Ruang Senjata

- Ruang Diorama III

- Ruang Diorama IV

- Ruang Seragam TNI

- Ruang Balairung Pahlawan

- Koleksi Kendaraan Tempur

- Dermaga Mini Armada RI dan Koleksi Kapal Perang

- Taman Dirgantara

- Museum Waspada Purbawisesa

Parkir Kendaraan

Parkir kendaraan di museum satriamandala dapat menampung bus

sekitar 45 unit, mobil 40 unit, dan motor 200 unit. Parkir kendaraan

dikelilingi oleh koleksi museum yang dipajang di taman sekeliling tempat

parkir sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung yang

datang. Pos tiket letaknya jauh dari pintu masuk museum, pos tiket berada

(28)

18

Ruang Panji-Panji Naskah Proklamasi

Bendera Kesatuan

Pengunjung di Ruang Diorama Ruang Diorama 1

memperhatikan pos tiket tersebut mereka harus berjalan kaki kembali ke

pintu masuk.

Ruang Panji-Panji

(29)

19

Ruang Jenderal Soedirman Atribut Jenderal Soedirman

Ruang Jenderal Soeharto Ruang Koleksi Atribut TNI

Diorama Ruang Koleksi Atribut TNI dan Polisi

Ruang diorama I terletak di koridor awal setelah ruang panji-panji.

Diorama ini menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada

(30)

20

Ruang Senjata Koleksi Senjata TNI

Ruang Diorama 3 Suasana Ruang Diorama

Pesawat diTaman Dirgantara Koleksi Pesawat TNI AU

(31)

21

Taman Dirgantara Pesawat buatan Indonesia

Ruang Diorama 4 Diorama Peristiwa Dirgantara

Ruang Seragam Prajurit Suasana Ruang Seragam Prajurit

(32)

22

Patung Pahlawan Suasana Ruang Balairung

Area Kendaraan Tempur Mobil Panser TNI

(Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 4. Entrance Museum Dirgantara Mandala Ruang Balairung

2. Museum Dirgantara Mandala

(33)

23 Museum TNI AU diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh

panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Rusmin Nuryadin

berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit, Jakarta. Kemudian

Museum dipindahkan dan diintegrasikan dengan museum di Ksatrian AAU

di pangkalan Adisutjipto, Yogyakarta, dan tanggal 29 Juli 1978 diresmikan

sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.

Museum TNI AU memiliki lebih dari 10.000 koleksi komponen

Alutsista dan 40 pesawat terbang dari negara barat sampai timur, serta

terdapat koleksi berupa diorama-diorama, foto-foto, lukisan-lukisan,

tanda-tanda kehormatan.

Ruang-ruang museum dirgantara mandala :

- Ruang Utama

- Ruang Kronologi I dan II

- Ruang Alutsista

- Ruang Paskhas

- Ruang Diorama

- Ruang Minat Dirgantara

Koleksi pesawat Museum Dirgantara Mandala :

- Pesawat PBY-5A (Catalina)

- Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi

Indonesia)

- Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang

- Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader

- Helikopter 360 buatan AS

- Pesawat P-51 Mustang buatan AS

- Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang

- Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia

- Pesawat TS-8 Dies buatan AS

(34)

24

Lobby Museum Dirgantara Mandala Pesawat buatan Indonesia

Suasana Ruang Pajang Pesawat Milik TNI AU

Atribut Mobil Panser TNI

(35)

25 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 5. Museum of Aviation Belgrade 3. Museum of Aviation Belgrade

Lokasi : Surcin, Belgrade Nikola Tesla Airport, Serbia

Museum ini mempunyai lebih dari 200 pesawat terbang yang

dahulu pernah digunakan oleh angkatan udara Yugoslavia, angkatan

udara Serbia, dll. Beberapa dari koleksi pesawat terbang yang ada di

museum ini juga pernah menjadi pesawat komersil dan pesawat pribadi.

Koleksi paling berharga disimpan di bangunan geodesic glass, dengan

tambahan pesawat terbang dipajang di sekitar halaman museum.

Pesawat USAF F-117 Nighthawk dan Fighting Falcon yang hancur

juga dipajang di museum ini, keduanya jatuh tertembak hingga hancur

saat NATO bombing of Yugoslavia pada tahun 1999.

Selain pesawat terbang, di museum ini juga dipajang

koleksi-koleksi lainnya, seperti :

- 130 mesin pesawat terbang

- Radar

- Roket tempur

- Peralatan Aeronautical

- 20,000 lebih buku tentang pesawat dan dokumentasi

(36)

26

Ruang Pajang Museum Koleksi Pesawat

Suasana Ruang Pajang Museum Rongsokan Pesawat Tempur

Ruang Seragam Prajurit Ruang Koleksi Senjata

Bentuk museum ini sangat unik karena berbentuk seperti balon,

dengan pesawat-pesawat di sekeliling bangunan. Bangunan dengan

keliling darai kaca sehingga suasana ruang luas seperti angkasa dapat

(37)

27 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 6. Museum of Aviation Polish

Ruang Koleksi Pesawat Lobby Museum

4. Polish Aviation Museum Lokasi : Krakow, Polandia

Museum Polish Aviation atau The Muzeum Lotnictwa merupakan

salah satu museum penerbangan terbesar di dunia. Museum ini berada

pada bangunan bersejarah dan hangar pesawat di Krakow, Polandia.

Pada 2005, kompetisi arsitektur muncul untuk bangunan baru dari

museum penerbangan ini. Konsep bangunan baru dari museum ini adalah

The idea of flying dan The spirit of the place, konsep tersebut diambil

(38)

28

Ruang Multimedia Ruang Pajang Seragam

(39)

29 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 7. Atmosfer Bumi

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1 Pengertian

Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 pasal

1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan,

pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya

manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya

perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah

sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani

masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh,

merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati

diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan

(40)

30 Atmosfer ialah lapisan gas dengan ketebalan ribuan kilometer yang

terdiri atas beberapa lapisan yang berfungsi melindungi bumi dari radiasi

dan pecahan planet lain. Atmosfer mempunyai peranan penting dalam

mengatur keseimbangan di bumi. Maka, pengambilan tema atmosfer

kedirgantaraan ini karena sebuah museum dapat memberikan sebuah

wadah atau ruang yang dapat menampung salah satu ketertarikan dalam

hal ini adalah kedirgantaraan. Perancang mencoba untuk memunculkan

suasana kedirgantaraan dalam museum ini agar pengunjung dapat

merasakan setiap cerita dan kegiatan yang dilakukan di dalam museum.

3.2 Penjabaran Tema

Dalam menghadirkan suatu arsitektur sangat erat hubungannya

antara keterkaitan faktor manusia dan faktor lingkungan. Dari ketiga hal

tersebut yaitu arsitektur, manusia, dan lingkungan dapat membentuk

suatu suasana atau atmosfer guna menghadirkan suatu desain yang baik.

Pembentukan suasana tersebut sangat tepat apabila digunakan pada

bangunan yang memiliki nilai Historical sebagai penunjang aktifitas atau

karakter dari arsitektur tersebut. Salah satu bangunan yang memiliki

fungsi historical adalah sebuah Museum. Untuk itu dengan pertimbangan

tersebut dengan melihat bahwa pada proyek Museum Dirgantara

Indonesia sangat berkaitan dengan pembentukan suasana, lebih tepatnya

nuansa angkasa.

Untuk dapat menghasilkan sebuah atmosfer khususnya seputar

kedirgantaraan, maka yang paling penting untuk diperhatikan adalah

elemen arsitektur yang ada pada sebuah perancangan bangunan. Elemen

arsitektur yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Garis

Garis dapat menjadi pembentuk sebuah kesan bila diterapkan pada

bagian tertentu di bangunan. Pada bangunan Museum Dirgantara

(41)

31 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 9. Bentuk Lingkaran (Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 8. Elemen Garis

garis vertikal dan horisontal. Garis horisontal memberikan kesan

aktif pada bangunan Museum sedangkan untuk garis vertikal

memberikan kesan yang kokoh dan tinggi.

2. Bentuk

Bentuk yang digunakan sebagai massa bangunan adalah bentuk

lingkaran yang nantinya akan mengalami banyak

transformasi/perubahan. Bentuk lingkaran menunjukkan karakter

yang enerjik yang erat kaitannya dengan aktifitas di dalam museum

dan kesan stabil sebagai bentukan. Selain itu sifatnya yang

(42)

32 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 10. Bentuk Bangunan 3. Ukuran

Ukuran yang dimaksud dalam tema Museum Dirgantara Indonesia

lebih menekankan pada skala yang dimaksudkan untuk

memberikan kesan pada pengunjung. Skala Monumental dipilih

karena dirasa cocok untuk memberikan kesan agung dan besar.

Nantinya bangunan Museum Dirgantara Indonesia akan memiliki

bangunan dengan skala yang monumental.

3.3 Interpretasi Tema

Beberapa penerapan yang dilakukan pada Museum Dirgantara, antara

lain :

1. Bentuk Bangunan

Bentukan yang dipilih untuk menciptakan sebuah atmosfer dalam

bangunan Museum Dirgantara Indonesia ini adalah bentuk

lingkaran. Bentuk lingkaran merupakan bentuk yang dinamis yang

memiliki arah pandang ke segala arah. Kemudian pada bagian

fasade bangunan ditambahkan permainan garis, khususnya garis

(43)

33 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 11. Space Truss

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 12. Sistem Struktur 2. Struktur

Untuk menunjang bentukan lingkaran pada bangunan museum,

dan untuk menghasilkan pandangan yang luas ke arah luar, dan

juga untuk menciptakan ruang dalam yang bebas tanpa batas dan

penghalang digunakan sistem struktur Space Truss. Sistem

Struktur ini dapat digunakan pada bangunan bentang lebar

(44)

34 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 13. Sistem Struktur 2

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 14. Material Kaca 3. Cangkang (dinding dan atap)

Nuansa angkasa yang coba dihadirkan pada Museum Dirgantara

Indonesia ini didukung oleh aplikasi dari cangkang bangunan yang

transparan. Keliling bangunan menggunakan material kaca

sehingga pandangan pengunjung museum tidak dibatasi oleh

(45)

35 (Sumber : Dok. Pribadi)

Gambar 15. Geodesic Glass

Dengan material kaca, keliling bangunan menjadi transparan

sehingga pengunjung dapat memperhatikan setiap koleksi-koleksi

pesawat dengan latar dibelakangnya adalah sebuah langit.

(46)

36

BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisis Fungsional a. Organisasi Ruang

Keterkaitan dan hubungan ruang-ruang pada lahan perancangan

museum dirgantara dapat dilihat pada skema diatas, ada 7 point yang

saling terhubung satu dengan yang lainnya. Skema menunjukkan bahwa

bangunan utama, perpustakaan, dan kafetaria tidak saling terhubung

secara langsung, melainkan dihubungkan melalui entrance. Kafetaria dan

juga Taman Dirgantara bisa diakses langsung dari area parkir tanpa harus

melalui entrance.

Parkir Entrance Bangunan Utama

Perpustakaan

Taman Dirgantara

Kafetaria

Area Servis

(47)

37

b. Pemintakatan

Keterangan :

: Zona Bangunan Utama

: Zona Industri, jasa, dan retail

: Zona Perumahan Dinas TNI AU

: Zona Pendidikan

: Zona Permukiman

Dalam skala makro pembagian zona daerah sekitar lokasi

perancangan adalah sebagai berikut :

1. Zona Bangunan Utama, merupakan zona dimana bangunan

museum dirgantara berdiri.

2. Zona Industri, jasa, dan retail, merupakan bangunan yang

berada disekitar zona bangunan utama yang memiliki fungsi

industri dan usaha.

(48)

38

3. Zona Perumaha Dinas TNI AU, merupakan area dimana

digunakan sebagai perumahan khusus TNI AU. Zona ini tidak

bisa dipindahkan oleh karena masuk ke dalam kawasan TNI

AU.

4. Zona Pendidikan, bangunan yang berdiri di sekitar bangunan

dengan fungsi sekolah dari mulai TK, SD, SMP, SMA, dan juga

Universitas Nurtanio (sekolah penerbangan).

5. Zona Permukiman, merupakan daerah permukiman penduduk

yang berada di sekitar zona bangunan utama.

c. Pemintakatan Site :

Keterangan :

: Zona Taman Dirgantara

: Zona Entrance dan Bangunan Utama

: Zona Parkir Museum

(49)

39

d. Program Ruang

ENTRANCE R. SIMULATOR

R. MINIATUR R. DIORAMA R. PAMERAN

R. MULTIMEDIA

R. BALAIRUNG

PERPUSTAKAAN

R. PENGELOLA

KAFETARIA

SOUVENIR

(50)

40

e. Persyaratan Teknis

(Sumber : Neufert)

(51)

41

(Sumber : Neufert)

(52)

42

(53)

43

(54)

44

(55)

45

(56)

46

(57)

47

(58)

48

(Sumber : Neufert)

(59)

49

(60)

50

(61)

51

4.3 Kesimpulan

Berdasarkan analisa diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

yang dapat menjadi informasi lanjutan dalam proses perancangan,

kesimpulan tersebut antara lain :

1. Lokasi yang dipilih memiliki potensi yang baik karena akan menjadi

satu kesatuan kawasan dirgantara, TNI AU, PT. Dirgantara

Indonesia dan lapangan udara Husein Sastranegara

2. Infrastruktur yang berada di sekitar lokasi sangat menunjang untuk

proses pengembangan selanjutnya.

3. Jalan Pajajaran dan Jalan Abdurahman Saleh, keduanya dapat

dijadikan sebagai akses masuk museum sehingga dapat

mengurangi kemacetan yang sering terjadi di jalan Abdurahman

(62)

58

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1 KonsepDasar

Konsep dasar Museum Dirgantara Indonesia ini dibagi menjadi

dua, konsep secara bangunan dan juga konsep secara kegiatan

pengguna bangunan sendiri. Konsep ini saling berkaitan satu dengan

lainnya. Konsep yang diterapkan untuk bangunan sangat mendukung

untuk program kegiatan museum nantinya. Pada konsep bangunan itu

sendiri ada dua yaitu dinamis dan connection. Keduanya berkaitan erat

dengan konsep alur sirkulasi di tapak, ruang dalam bangunan dan juga

konsep bentuk bangunan.

Dinamis, bentuk massa bangunan dibuat secara dinamis mengikuti

alur kegiatan pengunjung dan secara visual pengunjung dapat melihat

dengan leluasa serta menawarkan keindahan bentuk bangunan yang unik,

hal ini menggambarkan fleksibilitas ruang dilihat dari benda-benda yang

dipamerkannya.

(63)

59

Yang berhubungan erat dengan konsep dinamis pada museum ini

adalah konsep bentuk, konsep ruang, dan juga konsep struktur. Bentuk

bangunan Museum Dirgantara Indonesia dirancang dengan bentuk yang

dinamis dilihat dari bagian luar bangunan. Konsep bentuk ini mengacu

juga terhadap tema yang diambil yaitu atmosfer atau nuansa angkasa.

Jadi ada kaitannya dengan bagaimana menciptakan kesan tersebut

melalui bentuk bangunan dilihat dari bagian luar dan bagian dalam

museum itu sendiri yang ada pada Museum Dirgantara Indonesia juga

harus menghasilkan alur yang dinamis sehingga urut-urutan ruang dan

wahana yang ada di dalam bangunan menjadi hidup dan tidak

membosankan. Konsep struktur yang terakhir adalah menciptakan sistem

struktur yang dapat mendukung kedua konsep sebelumnya dengan

sangat baik. Yang diperlukan adalah bagaimana mendapatkan ruang

dalam yang luas tanpa batasan dan juga penghalang namun tetap dapat

menahan keliling bangunan dengan kokoh.

Kemudian konsep ruang Connection, tapak dan tata massa

bangunan disusun dengan memperhatikan interaksi ruang luar berupa

open space, plaza, dan ruang dalam menjadi satu kesatuan yang saling

berhubungan. Skywalk dibagian dalam bangunan juga mendukung

terjadinya koneksi antar ruang dalam supaya alur sirkulasi manusia tetap

berjalan dengan baik dan dinamis.

5.2 RencanaTapak

Konsep yang coba diterapkan pada tapak melihat pada orientasi

eksisting pada lokasi site yang mengarah pada dua jalan yang mengapit

(64)

60

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 40. Gubahan Massa 5.3 KonsepBangunan

Konsep bentuk bangunan adalah bentukan dasar lingkaran yang

diambil dari bentuk bola mata. Bentuk dasar lingkaran kemudian

ditransformasikan menjadi bentuk yang lebih dinamis. Pemilihan bola

mata karena mata merupakan indera manusia yang digunakan untuk

melihat dan merasakan sebuah ruangan. Dengan konsep yang diambil

dari mata ini, pengunjung melihat dan merasakan langsung nuansa

angkasa yang coba ditampilkan pada bangunan Museum. (Sumber : Dok. Pribadi)

(65)

61

5.4 Konsep Pendukung

Selain beberapa konsep yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada

konsep pendukung yang ditambahkan untuk mendukung kegiatan yang

ada di dalam Museum Dirgantara Indonesia. Konsep yang pertama

merupakan konsep skenario yang coba diatur untuk pengunjung yang

datang untuk mendapatkan tour sesuai kebutuhan dan keinginan

pengunjung. Konsep selanjutnya adalah pendukung kegiatan melihat dan

memperhatikan koleksi-koleksi museum dengan menggunakan interactive

media.

5.4.1 Skenario Kunjungan

Skenario pertama diperuntukkan untuk pengunjung dengan jumlah

1-4 orang. Pengunjung dengan jumlah yang sedikit diberikan pilihan untuk (Sumber : Dok. Pribadi)

(66)

62

kunjungan dengan waktu singkat hanya beberapa jam sesuai dengan

keinginan pengunjung.

Untuk skenario kedua, diperuntukkan untuk rombongan dengan

jumlah peserta kunjungan lebih dari 10 orang. Untuk kunjungan dengan

jumlah peserta banyak, disediakan tour guide yang menemani selama

aktifitas di Museum Dirgantara Indonesia. Khusus untuk rombongan

urut-urutan kegiatan disajikan oleh pihak dari Museum karena tour guide akan

menjelaskan semua mengenai kedirgantaraan.

5.4.2 Interactive Media

Interactive media merupakan alat baru yang digunakan pada

museum. Alat ini membantu untuk memberi penjelasan kepada setiap

pengunjung mengenai koleksi-koleksi yang ada di museum. Setiap

pengunjung yang menggunakan alat ini tidak lagi harus membaca

keterangan yang ada di depan setiap koleksi, hanya dengan menekan (Sumber : Dok. Pribadi)

(67)

63

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 41. Interactive Media

daftar pada layar atau memfoto barcode yang ada pada bagian depan

koleksi, pengunjung akan mendengarkan penjelasan lengkap mengenai

(68)

64

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 42. Siteplan

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 43. Bird View

BAB VI

HASIL PERANCANGAN

6.1 PetaSituasi

Petasituasimenggambarkankeseluruhantapak.Lokasitapakberada di kawasanlandasanudaraHuseinSastranegaratepatnya di Jl. AbdulrahmanSaleh, Bandung.

(69)

65

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 44. Transformasi Bentuk

(70)

66

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 46. Eksterior 1

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 47. Eksterior 2

(71)

67

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 49. Sistem Struktur

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 50. Sistem Struktur 2

(72)

68

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 52. Foto Maket 1

(73)

69

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 54. Foto Maket 3

(74)

70

(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 56. Foto Maket 5

Gambar

Gambar 7. Atmosfer Bumi (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 10. Bentuk Bangunan (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 11. Space Truss
Gambar 13. Sistem Struktur 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penerangan pada ruang yang tidak terkena cahaya alami yang masuk ke ruangan , dibutuhkan pencahayaan buatan yaitu dengan beberapa jenis lampu yang

Untuk menunjang suplai komponen produksi pesawat terbang, PTDI menghadapi kondisi pemasok yang didominasi beberapa perusahaan. Sejauh ini bidang rekayasa, rancang dan

Sistem pencahayaan pada setiap ruang sudah sesuai dengan Feng Shui aliran bentuk, dari segi pencahayaan alami (lampu) dan buatan (matahari), khususnya cahaya matahari

1) Ambrient Lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini

Kategori must be (kondisi sirkulasi udara nyaman, kondisi ruangan yang tidak bising, tata letak ruangan baik dan rapi, penyediaan koleksi buku lengkap, koleksi

Ruangan pada rencana alih fungsi Gedung Astaka untuk mencapai standar tingkat pencahayaan ruang tidak dapat hanya menggunakan sistem pencahayaan alami saja namun harus

 METODE PENCAHAYAAN ALAMI YANG DITERAPKAN PADA INTERIOR RUANGAN Ruang yang saya pilih untuk dijadikan contoh penerapan pencahayaan alami yang baik pada interior ruang adalah ruang

Pencahayaan lampu di ruang penyimpanan dokumen rekam medis yang ada di Puskesmas Kasembon masih kurang baik, padahal dalam ruang penyimpanan dokumen rekam medis kondisi pencahayaan yang