RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Banyu Tri Nur Arafat
Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 05 Oktober 1993
Jenis Kelamin : Laki - laki
Nomor Telepon : 0896098599793
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Gunnungleutik III
SMP Negeri 1 Ciparay
SMA Negeri 1 Ciparay
Data Orang Tua
Nama Ayah : Tatan Witarsa
Tempat / tanggal lahir : Bandung, 13 Maret 1956
Pekerjaan : Pensiunan POLRI
Agama : Islam
Alamat : Kp. Liosari RT.001/006
Desa Gunnungleutik
Kecamatan Ciparay
Kabupaten Bandung
Nama Ibu : Enni Rochaeni
Tempat / tanggal lahir : Bandung, 11 Oktober 1959
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Liosari RT.001/006
Desa Gunnungleutik
Kecamatan Ciparay
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang maha pengasih lagi penyayang
yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Perancangan etika pengendara sepeda motor terhadap pejalan kaki ini disusun
sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program
Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
Pada perancangan ini penulis ingin mengajak para pengendara sepeda motor agar
menaati peraturan lalu lintas dan menghargai pejalan kaki serta pengguna jalan lain
agar tercipta rasa nyaman, aman, dan tertib saat berlalu lintas. Penulis berharap
penyusunan dari Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat ataupun kepada yang ingin melakukan studi lebih lanjut mengenai etika
berkendara.
Pada proses melakukan karya tulis ini penulis di bantu oleh banyak pihak. Berkat
bantuan dan bimbingan mereka, penulis dapat melakukan penelitian dan
menyelesaikan tugas akhir ini.
Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini,
khususnya kepada:
Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya kepada penulis selaku mahasiswa
tingkat akhir selama mengerjakan tugas akhir ini. Bapak Taufan Hidayatullah, S.Sn,
M.Ds. selaku dosen pembimbing, terima kasih telah memberikan motivasi, koreksi
dan dorongan dalam menjalankan Laporan Tugas Akhir yang tentunya tidak dapat
diukur oleh materi. Terimakasih kepada bapak Wira Mahardika Putra, S.Ds, M.M
selaku wali dosen, terima kasih banyak atas kesabarannya dan apa yang sudah
diberikan selama ini selama menjabat sebagai wali dosen. Terimakasih kepada
pihak kepolisian selaku sumber yang telah membantu penulis mendapatkan data.
Ucapan terima kasih banyak yang tak terhingga oleh penulis diucapkan kepada Ibu
yang selalu mendukung penulis untuk mencapai keberhasilan. Tak lupa terima
kasih kepada teman-teman dari DKV 5, Freeday Team, Bangku Sekar, BKC
Ciparay yang telah banyak membantu dan sabar untuk membantu penulis
menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis sangat berharap tugas akhir yang disusun dapat membantu para pembaca
dapat memahami pentingnya hak pejalan kaki maupun pengguna jalan lain. Penulis
menyadari adanya banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini walaupun
penulis telah berusaha dengan maksimal, oleh karena itu penulis menerima saran
dari para pembaca dengan senang hati.
Bandung, / /2016
Penulis,
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN KAMPANYE ETIKA PENGENDARA SEPEDA
MOTOR TERHADAP HAK PEJALAN KAKI MELALUI MEDIA CETAK
DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016
oleh:
Banyu Tri Nur Arafat NIM. 51912177
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR ISI I.1 Latar Belakang Masalah ……….. I.2 Identifikasi Masalah ……… I.3 Rumusan Masalah ……… I.4 Batasan Masalah ……….. I.4.1 Batasan Subjek ………... I.4.2 Batasan Objek ………... I.4.3 Batasan Keterangan tempat ………... I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan ………
BAB II. ETIKA PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP HAK
PEJALAN KAKI ………...
II.1 Etika ………...
II.2 Etika Berlalu Lintas ………
II.3 Pengendara Sepeda Motor ……….. II.4 Pengguna Jalan/Sarana Jalan ……….. II.4.1 Desain dan Fungsi trotoar ………...
II.4.2 Desain dan Fungsi Zebra Cross………..
II.5 Peraturan Lalu Lintas ………. II.5.1 Undang-Undang LLAJ Tentang Hak Pejalan Kaki ……….
II.5.2 Faktor Penyebab kecelakaan Lalu Lintas ……… II.5.3 Akibat Melanggar Lalu Lintas ……… II.5.4 Opini Pengendara ………
II.5.5 Opini Masyarakat ………
II.6 Analisis ………..
II.7 Hasil Penelitian ………..
II.7.1 Observasi ………...
II.7.2 Wawancara ………..
II.7.3 Sumber Data ………
II.8 Resume ………...
II.9 Solusi yang Mengarah Pada Solusi Perancangan ………..
BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL………
BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI………. IV.1. Media Utama ………... IV.2. Teknis Produksi Media ……… IV.2.1. Tahap Konsep dan Sketsa ………. IV.2.1. Tahap Eksekusi Visual ……….. IV.3. Tahap Akhir ………. DAFTAR PUSTAKA ………... LAMPIRAN ……….
45
45
45
45
47
51
61
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Cangara, Hafied. (2010). “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Danisworo, Muhammad, 1991, Perancangan Urban, Perancangan Arsitek. Diktat
Kuliah. Bandung: Pasca Sarjana ITB.
Funk & wagnals. (1980). “The New Funk & Wagnals Illustrated Wildlife
Encyclopedia Vol 9”.
Junaedi, Ahmad. (2003). “Perancangan Logo”. Bandung:PT. Tesapura Bandung. Lwin, May, and Aitchison, Jim. (2002). “Clueless In Advertising”. New Jersey:
Prentice Hall
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2013).“Media Pengajaran”.Jakarta: Sinar Baru
Algesindo.
Rahajo, Rinto. (2014).“Tertib Berlalu Lintas”.Yogyakarta: Shafa Media.
Sihombing, Danton. (2001). “Tipografi Dalam Desain Grafis”. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Sugiyama, Kotaro and Andree, Tim. (2000). The dentsu way. Singapore: McGraw
Hill Publishing.
Sumber Jurnal Internet
Arindah, Ulfa. (2015). “Etika Dalam Berkendara”. 03 April 2016. Diambil dari: https://www.academia.edu/13115610/ETIKA_DALAM_BERKENDARA
Bobsusanto. (2015). “15 Pengertian Etika Menurut Para Ahli Lengkap”. Diambil dari: http://www.seputarpengetahuan.com/2015/10/15-pengertian-etika-menurut-para-ahli-terlengkap.html. (25 Juli 2016).
Ir. Wobowo Gunawan. (1992). “Standart Perancangan Geometrik Jalan Perkotaan”. Diambil dari: https://id.scribd.com/doc/36788713/Perencanaan-Geometrik-Untuk-Jalan-Perkotaan-SNI
PALU (Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura Kota Palu)”, Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi Volume I No. 2, Palu.
Rusyanto, Edo. (2012). “Kasus Mabuk Saat Berkendara di Jakarta”. 31 Oktober 2015. Diambil dari: https://edorusyanto.wordpress.com/2011/11/29/urusan-ngoceh-aja-bisa-triliunan-rupiah/
Sudarmaji, dan Purwandari Suci, 2014, “Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki (Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan Zebra Cross) Di Kota Surakarta”. Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 2 Tahun 2014, Surakarta.
Sumber Artikel Internet
Abdur, Zaki. (2015). “5 Kebiasaan Orang Indonesia Yang Sangat Sulit Untuk Dihilangkan”. Diambil dari: http://www.teoope.com/2015/06/5-kebiasaan-orang-indonesia-yang-sangat.html. (02 November 2015).
Anonim. (2006). “Trotoar, Oh Trotoar”. Diambil dari: https://sukawi.wordpress.com/2006/04/07/trotoar-oh-trotoar/. (02 November 2015).
Chandrap. (2013). “RIP Zebra cross”. Diambil dari: http://www.kaskus.co.id/thread/52241c3d3ecb178e47000007/rip-zebra-cross-di-indonesia/. (02 November 2015).
Fadli, Rakhmad. (2015). “Menyulap Wajah Kota Dengan Trotoar”. Diambil dari:
http://www.kompasiana.com/fadlirakhmad/menyulap-wajah-kota-dengan-trotoar_552a65d7f17e61f706d623d2. (02 April 2016).
Hardinoto, Indah. (2015). “Hak-hak pejalan kaki/pedestrian terenggut oleh
beberapa hal berikut ini”. Diambil dari:
http://www.wovgo.com/2015/12/10/hak-hak-pejalan-kakipedestrian-terenggut-oleh-beberapa-hal-berikut-ini/.(02 April 2016).
Honda Supra Medan, (2014). “Memahami Etika Dan Sopan Santun Di Jalan Raya”,
Idha Susanty, 2012. Pengertian media reklame billboard, baliho, megatron, dan videotron”. http://mediareklame76.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-media-reklame-billboard.html.
http://kamuslengkap.com/kamus/sunda-indonesia/arti-kata/piraku
Dokumen Resmi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. 2009.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tentang Prasarana Lalu-lintas Jalan. 1993.
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Etika menjadi tolak ukur dalam menghadapi berbagai perbedaan moral yang ada di
masyarakat. Sehingga masyarakat dapat berargumentasi secara rasional dan kritis
serta dapat mengambil sikap wajar dalam menghadapi sesamanya. Etika memiliki
cakupan yang sangat luas dalam kehidupan manusia. Etika dalam masyarakat
berkembang sesuai dengan adat istiadat, kebiasaan, nilai dan pola perilaku manusia
terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
Tidak hanya di masyarakat, etika di jalan pun menjadi penting karena bersangkutan
dengan hak sesama pengguna jalan yang lain, dalam hal ini adalah pejalan kaki
yang sangat lemah apabila berada di jalan dibandingkan dengan kendaraan
bermotor. Tidak hanya pengendara sepeda motor yang menggunakan jalan,
pengguna jalan seperti pejalan kaki, serta orang yang cacat pun punya hak untuk
menggunakan jalan.
Setiap hari ada banyak orang yang menggunakan kendaraan bermotor untuk
bepergian dari suatu tempat ke tempat yang lain. Semua kendaraan berjejal-jejalan
di jalan umum yang terbatas sehingga banyak orang yang terburu-buru dan menaiki
trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki. Selain itu, fungsi trotoar sudah
banyak disalahgunakan menjadi tempat parkir liar dan tempat berdagang. Bahkan
di kota besar seperti Jakarta tak hanya trotoar yang di gunakan pengendara sepeda
motor, penyebrangan jalan pun kerap digunakan pengendara sepeda motor untuk
menghindari kemacetan.
Setiap pengendara atau pengguna jalan wajib menaati peraturan lalu lintas demi
keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Pengendara yang baik seharusnya
mengutamakan keselamatan pribadi maupun keselamatan orang lain, dengan
menaati peraturan berlalu lintas maka angka kecelakaan di jalan akan berkurang.
Indonesia memiliki prioritas pengguna jalan yang harus di dahulukan hak nya di
jalan seperti kendaraan pemadam kebakaran yang akan bertugas memadamkan api,
mobil Presiden dan tamu Negara, serta mobil-mobil instansi keamanan Negara
seperti POLRI (Polisi Republik Indonesia) dan TNI (Tentara Nasional Indonesia).
Selain itu pejalan kaki dan pesepeda juga harus di prioritaskan hak nya.
Semakin banyaknya pengendara terutama pengendara motor di Indonesia
menyebabkan jalan-jalan terutama di kota besar menjadi semakin macet dan lalu
lintas menjadi kacau. Banyak pengendara motor yang menaiki trotoar yang
seharusnya menjadi hak pejalan kaki, dan berhenti di zebra cros.
Berdasarkan masalah di atas maka sangat penting untuk merancang kampanye
sosial dalam rangka mempersuasi kepada individu dan/atau kelompok pengendara
sepeda motor sebagai pengguna jalan untuk tertib berlalu lintas dan menjaga etika
di jalan raya ketika mengemudi demi menjaga keselamatan sesama pengguna jalan
dan pejalan kaki.
I.2 Identifikasi masalah
Agar suatu penelitian lebih terarah dan jelas tujuannya maka perlu dijelaskan
indentifikasi masalahnya. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan
di atas, masalah tersebut dapat di identifikasi sebagai berikut:
Prioritas utama pejalan kaki yang kurang dihargai oleh pengendara sepeda
motor.
Etika berkendara pengendara motor yang masih sangat buruk.
Pengendara belum sadar pentingnya aturan berlalu lintas, membuat mereka
merasa paling benar di jalan.
Peraturan lalu lintas masih di langgar para pengendara motor.
Kampanye ajakan taat berlalu lintas tidak diapresiasi oleh pengendara
sepeda motor.
Lalu lintas yang padat serta sedang terburu-buru menyebabkan pengendara
I.3 Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Bagaimana cara agar para pengendara motor sadar akan pentingnya hak
pejalan kaki?
Bagaimana cara menanamkan etika berkendara yang baik terhadap
pengendara motor?
I.4 Batasan Masalah
Berdasarkan pendapat di atas, Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Pengendara sepeda motor yang yang merebut fasilitas pejalan kaki (trotoar
dan zebra cross).
I.4.1 Batasan Subjek
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun
lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai
kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian inilah terdapat objek
penelitian. Batasan subjek masalah adalah para pengendara motor baik itu
perempuan, laki-laki, dewasa, remaja yang beretika buruk dalam berkendara
kendaraan bermotor terhadap pejalan kaki.
I.4.2 Batasan Objek
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang menjadi
pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat,
kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan
penilaian, sikap pro-kontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan bisa juga berupa
proses. Objek Masalah dari masalah di atas adalah etika pengendara motor yang
I.4.3 Batasan Keterangan Tempat
Batasan tempat dari masalah perilaku buruk pengendara sepeda motor ini daerah
Bandung bagian selatan.
I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan
Setelah mengetahui pentingnya peraturan berlalu lintas maka pengendara, penegak
hukum, dan masyarakat menjadi peran penting dalam terciptanya lalu lintas yang
aman, nyaman, dan tertib.
Tujuan dari perancangan adalah sebagai berikut:
Menarik perhatian para pengendara agar sadar dari dalam hati untuk
menghargai hak pejalan kaki sebagai pengguna jalan.
Agar para pengendara sepeda motor menaati peraturan lalu lintas demi
kenyamanan dan ketertiban bersama.
Manfaat dari perancangan adalah sebagai berikut:
Terbangunya suatu sikap toleran terhadap hak pejalan kaki jika para
pengendara sepeda motor tidak manaiki trotoar sehingga para pejalan kaki
akan merasa nyaman, aman saat berjalan di trotoar.
Pengguna jalan lain yang berhak menggunakan jalan pun tidak akan merasa
BAB II. ETIKA PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP HAK PEJALAN KAKI
II.1 Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional diiperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan
lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat kita. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan
prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Menurut H.A Mustafa (seperti dikutip bobsusanto, 2015) Mengungkapkan etika
sebagai ilmu yang menyelidiki terhadap perilaku mana yang baik dan yang buruk
dan juga dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah diketahui
oleh akal pikiran. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Etika memiliki cakupan yang sangat luas dalam kehidupan manusia. Etika dalam
masyarakat berkembang sesuai dengan adat istiadat, kebiasaan, nilai dan pola
perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam
mengucapkan salam ketika bertamu, meminta maaf saat melakukan kesalahan,
hormat kepada orang yang lebih tua, menghargai sesama dan masih banyak lagi.
II.2 Etika Berlalu lintas
Etika berlalu lintas yaitu pedoman sikap atau aturan yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain di dalam berlalu lintas. Tidak hanya dalam kehidupan
sehari-hari, namun dalam berlalu lintas pun etika sangat penting diterapkan. Dalam
berlalu lintas kita harus mempunyai tenggang rasa terhadap pengguna jalan lain
baik itu pengendara lain maupun pejalan kaki, serta pengguna jalan lainya. Etika
berkendara berisi bagaimana cara pengemudi bersikap di jalan raya. Dalam
berkendara, pengemudi harus menjaga keselamatanya sendiri, pengendara lain,
serta pengguna jalan lainya. Sehingga seluruh pengguna jalan dapat beraktifitas
dengan baik, benar, aman, nyaman. (hondacommunity.net. 2014. Selengkapnya di
daftar pustaka).
II.3 Pengendara Sepeda Motor
Manusia Sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau pengendara.
Pengendara yang mengendalikan kendaraan, baik itu sepeda, Sepeda motor,
ataupun mobil. Kendaraan yang dimaksud adalah kendaraan yang digunakan oleh
pengendara di jalan raya. Kendaraan ini mempunyai karakteristik yang berkaitan
dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan yang
membutuhkan ruang lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu
lintas. Banyak istilah nama untuk setiap pengendara kendaraan seperti pengendara
delman yaitu kusir, pengendara sepeda yaitu pesepeda, pengendara mobil yaitu
supir, pengendara becak yaitu tukang becak, dan masih banyak lagi. Tak hanya
pengendara kendaraan yang menggunakan jalan, pengguna jalan seperti pejalan
kaki, serta orang yang cacat pun punya hak untuk menggunakan jalan. (Raharjo
Rinto, 2014, h. 15).
Pengendara sebagai pengguna jalan seharusnya menjadi pelopor taat berlalu lintas
seperti yang dikatakan Undang-undang No.22 Tahun 2009 yaitu tertib, lancar,
dengan hak dan kewajiban pengguna jalan. Tanpa adanya etika berlalu lintas, maka
pengemudi akan mengemudikan kendaraan dengan seenaknya sendiri tanpa
memperdulikan keselamatan orang lain, lalu lintas di jalan tidak akan beraturan,
sehingga rawan terjadi kecelakaan, serta akan terjadi kemacetan parah.
Perlu disadari bersama bahwa dalam penggunaan fasilitas jalan kita tidak sendirian,
namun berkendara bersama dengan banyak orang karena kita hidup bermasyarakat.
Cakupan masyarakat tentu sangat luas, dan pasti memiliki pemikiran yang berbeda
dan cenderung memikirkan kepentingan pribadi. Tanpa adanya etika berlalu lintas
akan sering terjadi kecelakaan di jalan raya. Kejadian ini disebabkan oleh
kurangnya rasa tenggang rasa antar pengguna jalan, pengendara cenderung egois
karena ingin cepat sampai tujuan. Jika ini dibiarkan terus-menerus maka akan
semakin meningkat angka kecelakaan di Indonesia khususnya di Jawa Barat dan
DKI Jakarta yang menjadi daerah terbesar pengguna jalan. Oleh karena itu perlu
adanya pemahaman serta pelaksanaan etika berlalu lintas.
Sudah terlalu banyak peraturan yang mengatur lalu lintas, akan tetapi tidak
serta-merta menurunkan angka kecelakaan di jalan raya. Persyaratan bagi pengemudi
kendaraan bermotor untuk memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dari kepolisian
juga belum efektif menurunkan angka kecelakaan. Faktanya, bukan mahir tidak
mahirnya pengendara dalam berkendara. Banyak faktor lain berpengaruh dalam
kecelakaan, diantaranya pengemudi, kendaraan, melanggar rambu, cuaca, dan lain
sebagainya.
II.4 Pengguna Jalan/Sarana Jalan
Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan
kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah
satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan
pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan
gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.
banyak pengendara motor yang tidak merasa ragu untuk melaju di atas trotoar tanpa
memperdulikan pejalan kaki.
II.4.1 Desain dan Fungsi Trotoar
Gunawan (1992) menjelaskan “trotoar memiliki pengertian sebagai bagian jalan
yang disediakan untuk pejalan kaki. Umumnya ditempatkan sejajar dengan jalur
lalu lintas, dan harus terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik.” Pengertian
tersebut mengatakan bahwa antara trotoar merupakan tempat berjalan kaki yang
berada bersebalahan dengan jalan raya, keadaan trotoar dan jalan raya harus
memiliki batas yang memisahkan keduanya. Pemisah yang dibuat tersebut
digunakan untuk keamanan pejalan kaki agar pemakai jalan raya tidak memasuki
wilayah trotoar dan dapat membahayakan pejalan kaki. Menurut Iswanto (2006),
Trotoar merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan
aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat
meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Trotoar
juga dapat memicu interaksi sosial antar masyarakat apabila berfungsi sebagai suatu
ruang publik.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa trotoar merupakan tepian jalan
yang disediakan dan digunakan untuk pejalan kaki, jalan ini berada di pinggir jalan
dan memiliki ketinggian tertentu serta terpisah dari jalur lalu lintas. Dapat dikatakan
bahwa segala sesuatu yang berada di trotoar kemudian menghalangi pejalan kaki
tidak diperbolehkan karena tidak sesuai dengan fungsi dan tempatnya.
Setiap jalan raya sudah seharusnya disertai dengan fasilitas trotoar. Selain memberi
rasa aman dan nyaman kepada pejalan kaki juga mampu merubah wajah jalan
menjadi lebih enak dipandang. Karena keberadaan trotoar merupakan salah satu
elemen penting pada sebuah jalan. Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya
sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk
menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Menurut keputusan Direktur
Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 yang
untuk pejalan kaki yang terletak didaerah manfaat jalan, yang diberi lapisan
permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan
pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.
II.4.2 Desain dan Fungsi Zebra Cross
Salah satu jenis fasilitas pejalan kaki adalah penyeberangan zebra atau zebra cross.
Zebra cross adalah fasilitas umum untuk penyeberangan bagi pejalan kaki sebidang
yang dilengkapi dengan memberi ketegasan/batas dalam melakukan lintasan. Zebra
cross ditempatkan dijalan dengan jumlah aliran penyeberangan jalan atau arus
kendaraan yang relatif rendah sehingga penyeberang masih mudah memperoleh
kesempatan yang aman untuk menyeberang. (John J. Fruin dalam Mashuri dan
Ikbal, 2013)
Bila tidak ada Zebra Cross tentunya membuat sulit dalam menyeberang,
membutuhkan kesabaran dan keberanian untuk menembus lajur kendaraan yang
tengah melaju di jalan raya. Ada resiko pastinya yang menanti jika kamu salah
dalam bertindak, yaitu tertabrak dengan kendaraan yang sedang melintas.
Menurut B. Untung Sudianto dalam Sudarmadji (2014) keseimbangan
penyediaan-permintaan fasilitas pejalan kaki dapat diwujudkan dengan membangun fasilitas
baru atau memperbaiki fasilitas yang ada, dan memberi pinalti kepada pengguna
jalan yang belum/tidak memprioritaskan sirkulasi pejalan kaki di fasilitasnya.
II.5 Peraturan Lalu Lintas
Situasi sosial masyarakat sangat erat hubunganya dengan etika berkendara,
pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas dapat dengan mudah dijumpai. Dalam
keseharian mudah untuk menemukan pengendara berhenti melewati marka jalan
saat lampu merah mengatur lalu lintas menyala, menerobos lampu merah, memakai
jalur pejalan kaki atau trotoar, bahkan ada sebagian pengendara yang nekat menaiki
penyebrangan layang. Secara otomatis kesadaran terhadap etika berkendara masih
sangat kurang. Berikut contoh pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung
Gambar II.1 Pengendara Melewati Zebra Cross. Sumber: Dokumentasi Pribadi (02/05/2016)
Gambar II.3 Menerobos Lampu Merah. Sumber:
http://s.kaskus.id/images/2015/11/11/6687674_201511111117050779.png (Diakses pada 24/03/2016)
Gambar II.4 Menaiki Jembatan Penyebrangan Jalan.
Sumber: http://s.kaskus.id/images/2015/01/16/6432317_20150116065923.jpg (Diakses pada 24/03/2016)
Etika dalam berkendara yang kurang diperparah oleh kondisi fisik dan psikis
pengendara. Berdasarkan data kepolisian pengemudi hanya dapat tetap fokus
berkendara selama delapan jam per hari, dengan catatan harus istirahat setiap empat
jam. (Raharjo 2014:40)
Kondisi lalu lintas semakit kacau, cara agar para pengendara patuh terhadap aturan
dilakukan. Pemerintah bersama DPRD mengesahkan Undang-undang No 22 Tahun
009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).
II.5.1Undang-Undang LLAJ Tentang Hak Pejalan Kaki
Sudah terlalu banyak peraturan yang mengatur tentang lalu lintas dan fasilitas jalan
yang seharusnya dipatuhi oleh pengguna jalan, baik itu pengendara maupun pejalan
kaki. Terkait dengan hak pejalan kaki telah diatur dalam undang-undang lalu lintas
dan angkutan jalan pasal 25 dan 28 yang berbunyi:
Undang-undang LLAJ dalam Pasal 25 ayat (1) huruf h bahwa setiap jalan yang
digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan,
yang salah satunya berupa fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan
jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan.
Pasal 28 ayat (2) UU LLAJ, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan.
Dari dua pasal di atas dikatakan pelengkap jalan yang berada di jalan dan di luar
badan jalan, dalam hal ini trotoar berada di luar badan jalan sebagai pelengkap jalan
yang tidak boleh ada gangguan sebagaimana di maksud pasal 28 ayat (2) tersebut.
II.5.2Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas
Raharjo Rinto (2014) menyatakan bahwa: Faktor yang menyebabkan pelanggaran
lalu lintas sangat penting untuk di telaah agar tercipta satu kondisi yang nyaman
dan selalu merasa aman dalam berkendara. Ada dua faktor utama yang membuat
para pengendara melakukan pelanggaran lalu lintas, yaitu:
1. Faktor Intern (Dalam)
Faktor ini adalah faktor intern adalah faktor penyebab yang ada dalam
pengendara itu sendiri saat mengendarai kendaraanya. Ketika peraturan lalu
lintas dibuat demi keselamatan para pengguna jalan, sebagian besar
semisal saat pengendara sepeda motor sedang terjebak macet lalu muncul
celah untuk bisa menggunakan trotoar maka pengendara itu akan
melakukannya karena ada dorongan dari psikologisnya.
2. Faktor Ekstern (Luar)
Faktor ini pun sangat besar pengaruhnya bagi para pengendara. Faktor
ekstern adalah faktor dari luar yang timbul karena ada suatu dorongan
melakukan pelanggaran. Satu contoh ketika pengendara lain berhenti di atas
jalur penyabrangan pejalan kak kemudian orang lain mengikutinya karena
tidak ada yang melakukan tindakan.
Hal diatas dikuatkan oleh hasil wawancara dengan pengendara sepeda motor yang
menaiki trotoar dan petugas kepolisian yaitu pengendara sepeda motor yang
melakukan pelanggaran lalu lintas menaiki trotoar adalah dengan kesengajaan.
Sikap sengaja berarti melakukan sesuatu dengan sadar dan tidak ada paksaan dari
orang lain. Bila pengendara sepeda motor melakukan pelanggaran lalu lintas karena
kesengajaan, maka akan merugikan orang lain.
II.5.3 Akibat Melanggar Lalu Lintas
Semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor semakin banyak juga
pelanggaran yang dilakukan menyebabkan angka kecelakan semakin meningkat.
Kepolisian Daerah Jawa Barat (POLDA JABAR) mencatat sebanyak 3.049 kasus
kecelakan terjadi di tahun 2015 ini, menurut Dirlantas Kombes Pol Sugihardi
Kendaraan roda dua masih mendominasi angka kecelakaan di Jawa barat.
penyebab kecelakaan pada pengendara sepeda motor terbagi menjadi 4 faktor.
(Riyanto 2014:79)
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan
karena kelalaian atau melanggar aturan lalu lintas. Berikut table angka
Tabel II.1 Faktor kecelakaan oleh manusia. Sumber: https://www.edorusyanto.wordpress.com
Jenis Persentase (%) Fluktuasi (%)
Lengah 37.10 22.37
Menggunakan HP 1.67 1288.88
Mabuk 1.31 790.90
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan diakibatkan oleh pengendara yang cenderung kurang
memperhatikan perawatan terhadap kendaraan sendiri sehingga kendaraan
mendadak rusak saat sedang dikendarai.
3. Faktor jalan
Faktor jalan merupakan faktor yang sering terjadi karena tekstur jalan yang
berlubang.
4. Faktor cuaca
Faktor cuaca adalah faktor alam yang tidak bisa dihindari selain dari
kewaspadaan masing-masing pengendara, missal hujan membuat jalan
menjadi licin.
II.5.4 Opini Pengendara
Para pelanggar lalu lintas di Jawa Barat khusus nya di Bandung sebagian besar
berbondong-bondong menjadi pelanggar lalu lintas. Dari hasil wawancara
pengendara motor mereka melanggar karena terburu-buru dan mengikuti orang
lain, selain itu dengan tidak adanya petugas yang memantau mereka pun menjadi leluasa melakukan pelanggaran lalu lintas. “Karena saya terburu-buru polisi juga tidak ada, cuaca juga semakin panas takut item” demikian kata salah seorang pelanggar lalu lintas yang menerobos lampu merah di salah satu perempatan di
Bandung.
Sebenarnya banyak yang menyatakan bahwa peraturan lalu lintas harus dipatuhi
agar selamat dalam perjalanan. Salah satu pengendara yang baik mengatakan “Alhamdulilah saya jarang melalukan pelanggaran, karena saya ingin melihat lalu lintas Indonesia yang teratur tidak seperti sekarang yang kacau”. Seharusnya
pengendara yang taat aturan harus diapresiasi dan di ikuti pengendara lain bukan
mengikuti pengendara yang tidak taat aturan.
II.5.5 Opini Masyarakat
Masyarakat tentu tidak ingin melihat para pengendara yang tidak menaati peraturan
lalu lintas karena akan merugikan mereka ketika ada pengendara yang menaiki
trotoar dan mengganggu pejalan kaki. Salah satu mahasiswi Universitas Negeri
yang ada di Bandung beropini “Saya sering terganggu sama pengendara yang naik
ke trotoar, buat apa ada jalan raya kalau masih naik trotoar? Kalau tidak mau macet lebih baik jalan kaki saja!”. Masyarakat pun mengeluhkan ketika para pelanggar ini merasa benar dengan kesalahanya, bukanya mengakui kesalahan
justru cenderung melawan saat diberi tahu tentang kesalahanya. Tentu ini menjadi
tugas penegak hukum agar pengendara yang tidak taat peraturan menjadi jera dan
tidak membuat pelanggaran lagi. Masyarakat pun harus membantu menertibkan
para pelanggar lalu lintas jika disana tidak ada petugas agar tercipta kondisi aman
II.6 Analisis
Metode penelitian pengendara motor dilakukan dengan cara observasi, kuesioner,
dan wawancara dengan sumber data terkait pengendara motor seperti satusn lalu
lintas POLRI dan pengendar motor.
Analisa data diperlukan dalam sebuah penelitian, baik itu penelitian kuantitatif
maupun kualitatif. Meskipun ada perbedaan teknik analisisnya hal ini jangan
dijadikan kendala dalam meyelesaikan sebuah penelitian. Pengumpulan data
seringkali harus dihentikan sesaat karena diperlukan untuk melakukan umpan balik
mengadakan perbaikan. Untuk memberikan masukan bagi perbaikan adata yang
telah dikumpulkan perlu di analisis dan diinterpretasikan.
Dari kasus yang telah ditemukan di atas tentang etika pengendara sepeda motor
yang menaiki trotoar dan merebut hak pejalan kaki maka terdapat pelanggaran dari
undang-undang LLAJ dalam Pasal 25 ayat (1) huruf h bahwa setiap jalan yang
digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan,
yang salah satunya berupa fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan
jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan. Ini artinya, sebagai salah satu
fasilitas pendukung jalan, trotoar juga merupakan perlengkapan jalan. Masih
berkaitan dengan trotoar sebagai perlengkapan jalan, berdasarkan Pasal 28 ayat (2)
UU LLAJ, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan
gangguan pada fungsi perlengkapan jalan. Sudah tertera dalam undang-undang
bahwa trotoar bukan diperuntukan selain dari pejalan kaki.
Menurut Danisworo (1991), trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang dibuat
terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya terletak bersebelahan atau
berdekatan. Pengertian ini sesuai dengan Ogden (1996) yang menyatakan, footpath
atau side walk berarti jalur pejalan kaki yang mengambil bagian dari jalan
kendaraan atau jalur yang terpisah khusus untuk pejalan kaki saja, tetapi ada jalur
pejalan kaki yang digunakan bersama-sama dengan jalur sepeda. Shirvani (1985)
menyatakan trotoar merupakan elemen perancangan Kota yang penting, yaitu
membentuk hubungan antar aktivitas pada suatu lokasi. Trotoar merupakan
pejalan kaki adalah sebagai pengguna utama jalur tersebut bukan kendaraan
bermotor atau yang lainnya. (sukawi.wordpress.com, 2006 selengkapnya di daftar
pustaka)
II.7 Hasil Penelitian
Dalam memperoleh data yang valid maka harus ada beberapa sumber untuk
diwawancara ataupun dimintai data untuk penelitian karena pendapat yang diambil
dari sudut pandang satu sumber akan berdeda dengan sudut pandang sumber lainya.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah obervasi lapangan, mencari fakta masalah,
dan wawancara kepada pihak POLRI.
II.7.1 Observasi
Observasi yang dalam proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
mengenai gejala-gejala yang diteliti menjadi salah satu dari teknik pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang direncanakan dan dicatat secara
sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya
(validitasnya).
Dari observasi yang sudah dilakukan di berbagai jalan di Kota Bandung seperti
Jalan Sukarno-Hatta, jembatan Dayeuhkolot, Jalan Pajajaran, dan Jalan Buahbatu
ternyata benar masih adanya perilaku buruk pengendara motor. Dari pelanggaran
yang dilakukan pengendara sepeda motor ada yang melakukan pelanggaran secara
masal dan ada juga yang melakukanya karena kemacetan di jam-jam tertentu (jam
sibuk kantor). Berikut adalah gambar dari pengendara yang tidak menaati peraturan
Gambar II.5 Pengendara Motor Mengambil Hak Pejalan Kaki. Sumber: Dokumentasi Pribadi (10/05/2016)
II.7.2 Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab antara seseorang yang bertanya dengan
narasumber agar memperoleh pendapat mengenai sesuatu hal yang diperlukannya
untuk tujuan tertentu, dari seseorang atau pihak lain dengan cara tanya jawab.
Berikut hasil wawancara mengenai perilaku buruk pengendara motor dengan
narasumber yang berbeda:
Hasil wawancara dengan Staf Lantas POLRES Bandung yaitu BRIPKA Teteng
Suhendra. Wawancara dilakukan pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 14.00
WIB.
1. Apakah sering terjadi kemacetan di daerah ini pak?
Ya kemacetan biasanya terjadi ketika pagi pukul 06.00-09.00 dan sore hari pukul 16.00-19.00 saat bubar kerja.
2. Menurut bapak bagaimana kesadaran pengendara motor terhadap aturan berlalu-lintas?
Kesadaran para pengendara motor dalam hal peraturan berlalu lintas masih sangat kurang, kita bisa melihat saat pagi para pengendara pelajar yang sudah membawa motor dan tidak memiliki SIM serta tidak memakai helm. Kita bisa menindak tetapi prioritas kami saat pagi adalah mengurai kemacetan, terpaksa hanya saya peringatkan tanpa tilang.
3. Jenis pelanggaran apa saja yang sering dilakukan pengendara motor?
banyak, misalnya berputar di tempat yang ada rampu tidak boleh putar arah, tidak memakai helm, bahkan ketika macet banyak yang menaiki trotoar. 4. Menurut bapak mengapa pengendara sepeda motor banyak yang menaiki
trotoar?
Ya itu tadi kurang nya kesadaran masyarakat dalam aturan berlalu lintas, jika terburu-buru dlam keadaan macet mereka akan menaiki trotoar agar cepat sampai.
5. Bagaimana cara menyikapi para pengendara sepeda motor ini?
Kami satuan lantas Polres Bandung akan melakukan upaya preventif, yaitu upaya dari pihak polantas untuk mencegah pelanggaran lalu lintas, dan upaya represif untuk menindak para pelanggar lalu lintas.
Akibatnya adalah kesemrawutan jalan yang mengakibatkan kemacetan jalan, lalu lintas tidak rapi, mengambil hak pejalan kaki serta hak pengendara lain. Akibat fatalnya adalah kecelakaan lalu lintas.
Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan kurangnya kesadaran
masyarakat dalam aturan berlalu lintas.
Hasil wawancara dengan humas club motor YM3CI (Yamaha Mio M3 Club
Indonesia) Bandung yaitu Firman Rahmat Firdaus. Wawancara dilakukan pada
tanggal 04 Desember 2015 pukul 20.00 WIB.
1. Apakah anda sering berkendara dengan sepeda motor?
Setiap hari saya menggunakan motor untuk bekerja, mengantar adik, atau berkumpul dengan teman komunitas
2. Apakah anda sering melihat pengendara motor yang melanggar?
Sangat sering, seperti tidak memakai helm dan menerobos lampu merah. Bahkan ada juga yang menaiki trotoar.
3. Menurut anda, mengapa pengendara sering melanggar aturan lalu-lintas? Menurut saya banyak faktornya, seperti terburu-buru, kurang sosialisasi tentang aturan lalu lintas.
4. Apakah anda sering melakukan pelanggaran?
Tergantung situasi saya berkendara, jika jarak dekat saya lalai memakai helm.
5. Pelanggaran apa yang sering anda lakukan?
Saya sering membonceng orang tetapi tidak dipakaikan helm. 6. Apakah anda pernah menaiki trotoar?
Pernah.
7. Bagaimana perasaan anda saat menaiki trotoar?
Sebenarnya kalua ada pejalan kaki saya tidak akan naik trotoar, tapi jika trotoar kosang saya naik trotoar.
8. Apakah anda pernah merasakan saat berjalan di trotoar ada motor yang naik trotoar?
Tidak pernah, saya kan pengguna motor 9. Apakah anda pernah di tilang?
10. Bagaimana proses tilang yang anda jalankan?
Saya datang dalam sidang untuk menghindari oknum polisi yang tidak bertanggung jawab.
Dari hasil wawancara di atas, responden berpendapat bahwa responden tidak pernah
merasakan haknya di ambil oleh pengendara sepeda motor karena responden tidak
pernah mengambil hak pejalan kaki karena saat responden menaiki trotoar, di sana
tidak ada pejalan kaki.
II.7.3 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh adalah dari pihak kepolisian di bagian lalu lintas
wilayah hukum POLRES (Polisi Resort) Bandung. Narasumber yang dapat
dimintai data dan pendapat adalah staf lantas POLRES Bandung yaitu BRIPKA
Teteng Suhendar (40 Tahun) dan Firman Rahmat Firdaus (21 Tahun). Daerah atau
lalu lintas yang meneliti perilaku buruk pengendara motor adalah daerah Bojong
Soang Kabupaten Bandung. Berikut foto yang diambil untuk dokumentasi
penelitian:
Gambar II.8. Pos Polisi Bojong Soang. Sumber: Dokumentasi Pribadi (15/12/2015)
Gambar II.10. Pengendara Berhenti di zebra Cross. Sumber: Dokumentasi Pribadi (02/05/2016)
II.8 Resume
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pengendara sepeda motor dapat
disimpulkan bahwa pelanggar pengendara sepeda motor menginterpretasikan
berdasarkan pemikiranya sendiri bukan berdasarkan peraturan undang-undang
tentang lalu lintas, karena tidak ada peraturan yang menyatakan bahwa trotoar dapat
di gunakan pengendara sepeda motor jika tidak ada pejalan kaki.
II.9 Solusi yang Mengarah Pada Solusi Perancangan
Berdasarkan resume di atas maka perlu dilakukanya kampanye sosial terhadap
pengendara sepeda motor yang masih merebut hak dari pejalan kaki yaitu trotoar
dan zebra cross. Masih banyaknya pengendara sepeda motor yang berkendara di
atas trotoar dan kurangnya sosialisasi kepada pengendara sepeda motor mengenai
pentingnya menghargai pejalan kaki. Kampanye sosial ini mengedepankan hak
pejalan kaki yang mempunyai hak menggunakan trotoar dan zebra cross, hal ini
dikuatkan juga oleh Danisworo (1991), trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang
dibuat terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya terletak bersebelahan atau
berdekatan. Pengertian ini sesuai dengan Ogden (1996) yang menyatakan, footpath
atau side walk berarti jalur pejalan kaki yang mengambil bagian dari jalan
kendaraan atau jalur yang terpisah khusus untuk pejalan kaki saja, tetapi ada jalur
pejalan kaki yang digunakan bersama-sama dengan jalur sepeda. Shirvani (1985)
menyatakan trotoar merupakan elemen perancangan Kota yang penting, yaitu
membentuk hubungan antar aktivitas pada suatu lokasi. Trotoar merupakan
subsistem linkage dari jalur jalan suatu Kota. Trotoar akan semakin penting bila
pejalan kaki adalah sebagai pengguna utama jalur tersebut bukan kendaraan
bermotor atau yang lainnya. Kedua pernyataan tersebut menjadi landasan untuk
dibuat kampanye sosial bagi pengendara sepeda motor yang masih merebut hak
BAB III . STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III. 1 Strategi Perancangan
Dalam perancangan media kampanye sosial ini diperlukan adanya strategi
perancangan sebagai panduan agar media-media yang dihasilkan dapat mencapai
tujuan, target dan segmentasi dari program ini. Strategi komunikasi pada tema ini
dilakukan dengan cara kampanye. Kampanye merupakan salah satu cara untuk
menyampaikan informasi yang pada akhirnya mampu merubah prilaku khalayak
secara konkret dan terukur. Solusi berupa manipulasi foto tentang etika pengendara
sepeda motor terhadap hak pejalan kaki karena sejauh ini kampanye sosial yang
dilakukan masih kurang efektif dalam mengurangi pelanggaran terhadap hak
pejalan kaki ini. Dengan adanya kampanye sosial menggunakan media foto atau
gambar diharapkan para pengendara sepeda motor mengerti dan pelanggaranpun
berkurang.
III.1.1. Khalayak Sasaran
Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak
tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya proses komunikasi sangat ditentukan
oleh khalayak (Cangara, 2010, h.157).
Pengendara sepeda motor yang memiliki kesibukan di pagi maupun sore hari sangat
tepat menjadi khalayak sasaran karena pada pagi dan sore hari volume kendaraan
di jalan raya bertambah, pengendara tersebut adalah pegawai kantor dan anak
sekolah.
III.1.2. Tujuan Komunikasi
Agar pengendara sepeda motor menghargai hak pejalan kaki dalam fasilitas yang diberikan untuk pejalan kaki..
Agar pengendara sepeda motor tidak menjadi egois karna menggunakan
III.1.3. Pendekatan Komunikasi
Permasalahan yang terjadi dari pengendara sepeda motor yang menggunakan
trotoar adalah karena adanya sifat egois atau mementingkan diri sendiri yang
mengakibatkan kerugian bagi pejalan kaki. Maka dari itu perlu dirancang
pendekatan kampanye agar pengendara sepeda motor tidak menggunakan trotoar
maupun zebra cross demi kenyamanan, keselamatan, dan ketertiban bersama.
Berikut pendekatan verbal dan visual:
A. Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal dilakukan dengan cara menggunakan strategi bahasa yang tepat,
yaitu dengan Bahasa Indonesia yang menggunakan majas sindiran untuk
pengendara sepeda motor agar mereka merasa malu jika menggunakan fasilitas bagi
pejalan kaki, ataupun dengan bahasa yang membuat pengendara sepeda motor
menjadi takut apabila akan mengambil hak pejalan kaki. Dengan kata sindiran
sebagai kata mengambil hak pejalan kaki menjadi ibarat para kriminal lain yang
mengambil hak orang lain, hal ini akan berdamak pada psikologi target audien yang
akan merasa malu jika mengambil hak pejalan kaki.
B. Pendekatan Visual
Visual untuk kampanye etika pengendara terhadap hak pejalan kaki akan
didominasi dengan gambar trotoar, zebra cross, dan jalan raya karena kampanye ini
bertujuan bagi pengendara sepeda motor yang melintas di jalan. Suasana visual
yang disampaikan dalam kampanye ini adalah suasana yang ringan dengan disisipi
Gambar III.1. Contoh Visual. Sumber:
https://1.bp.blogspot.com/-_Vmy57BFJno/VyDjFllbrlI/AAAAAAAAAb0/W8KUKlc3brgpmEZZkTEqxvjo5 VQhxn2dgCLcB/s1600/000224-3D_ZebraCross-5.jpg
(diakses pada 13/05/2016)
Memasukan visual pengendara sepeda motor yang seakan-akan menggilas pejalan
kaki, diwakili oleh garis TKP (tempat kejadian perkara) sehingga seperti hal nya
kejadian tindak kriminal. Sisipan humor dalam visual kampanye ini terlihat dengan
adanya garis TKP berbentuk polisi yang siap menghadang pengendara sepeda
motor dihadapannya.
III.1.4. Materi Pesan
Dalam perancangan kampanye ini terdapat dua unsur pesan yang akan disampaikan,
yaitu:
Merubah pola pikir pengendara sepeda motor agar dapat mengurangi sifat
egois masing-masing individu untuk tidak mengambil hak pejalan kaki. Merubah perilaku pengendara sepeda motor agar tidak lagi mengambil hak
pejalan kaki seperti trotoar dan zebra cross.
Menanamkan etika berkendara yang baik kedalam hati pengendara sepeda
III.1.5. Gaya Bahasa
Menggunakan Bahasa Indonesia yang cenderung tidak baku karena agar
pengendara sepeda motor mudah memahami makna yang terdapat dalam kampanye
sosial ini. Menggunakan majas sindiran yang menyatakan sindiran secara langsung
kepada target audien serta penggabungan dari berbagai majas dalam
memvisualisasikan kampanye ini.
Gaya Bahasa dari majas sindiran dengan tujuan membuat pengendara
sepeda motor menjadi malu yaitu sehingga pengendara sepeda motor
merasa dirinya kriminal jika menggunakan fasilitas pejalan kaki.
III.1.6. Target Audien
Target audien sudah menjadi poin penting untuk sebuah kampanye sosial karena
bertujuan untuk mempengaruhi target audience agar berubah dalam perilaku yang
buruk menjadi perilaku yang baik. Dalam menentukan target audience harus
detentukan secara demografis, geografis, psikografis.
Demografis
Usia : 17-30 tahun.
Status ekonomi : -
Jenis kelamin : Laki – laki dan perempuan
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Mahasiswa dan Mahasiswi (Universitas)
Pekerjaan : Pelajar – mahasiswa – Karyawan
Warga negara : Indonesia
Geografis
Secara geografis target audien yang bertempat tinggal kota Bandung Jawa
Barat, karena pelanggar yang menggambil hak pejalan kaki di Kota
Bandung masih sangat banyak.
Psikografis
Secara psikografis semua orang mempunyai kesibukan seperti pegawai atau
siswa sekolah yang mengendarai sepeda motor karena dalam kesibukan
Setelah mengetahui target audien yang dituju, maka dapat menentukan strategi
kampanye seperti apa untuk target audien. Setelah melakukan observasi lapangan
di Kota Bandung mengenai etika pengendara yang merebut hak pejalan kaki dan
wawancara yang dilakukan terhadap beberapa pengendara dan petugas polisi akan
memudahkan proses pembuatan kampanye sosial ini. Sebagian pengendara sepeda
motor yang menggunakan trotoar atau berhenti di zebra cross melakukanya dengan
keinginan hati sendiri karena ada beberapa hal yang membuat pengendara sepeda
motor menjadi terburu-buru. Pemahaman tentang hak daripada pejalan kaki sangat
penting dipahami oleh para pengendara sepeda motor yang masih menggunakan
trotoar dan zebra cross.
III.1.6.1. Constumer Insight
Menurut kamus pengertian dasar “insight” adalah “a clear, deep, and sometimes sudden understanding of a complicated problem or situation, or the ability to have
such an understanding”. Ini bisa diartikan sebagai sesuatu yang diperhatikan
customer, yang diperlukan customer, yang tidak disukai customer, yang dihindari
customer, dan lain sebagainya. Dalam kampanye sosial ini terdapat beberapa hal
penting yaitu:
Pengendara sepeda motor yang tidak ingin mengantri dalam kemacetan
sehingga menggunakan trotoar sebagai jalurnya.
Pengendara sepeda motor ingin berhenti digaris paling depan sehingga
berhenti diatas zebra cross agar ketika lampu hijau maju pertama.
III.1.6.2 Constumer Journey
Consumer Journey merupakan data yang didapat dari keseharian target audien. Hal
ini penting dilakukan agar kampanye tentang etika pengendara sepeda motor yang
merebut hak pejalan kaki ini dapat tersampaikan berdasarkan keseharian dari target
Tabel III.1. Tabel Aktifitas target audien. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Waktu Aktifitas Point of Contact
04.30 – 05.30 Bangun, sholat, mandi, berpakaian.
Kamar tidur, kamar mandi, rumah
05.30 – 06.00 Sarapan, mempersiapkan perlengkapan kerja/sekolah. Memanaskan sepeda motor.
Televisi, buku, koran, keadaan rumah, helm, jaket, pintu, luar rumah, jalan.
06.00 – 06.30 Berangkat kerja/sekolah Sepeda motor, helm, jalan raya, persimpangan jalan, macet, gedung-gedung, orang-orang, dll.
07.00 – 11.00 Sampai kantor/sekolah, kerja/belajar, istirahat.
Lingkungan kantor/sekolah, tempat parkir, ruangan kerja/kelas, buku, tema-teman.
11. 00 – 12.30 Istirahat, cek HP, sholat, makan.
Sosial media, kantin, makanan, minuman, mading, masjid. raya, persimpangan, macet, minuman, mesjid, kantin, tempat parkir, gerbang, jalan raya, kamar tidur, lemari, peralatan solat
18.00 – 21.00 Istirahat, makan, cek HP, menonton tv, tidur.
III.1.7 Strategi Kreatif
Penelitian ini menggunakan strategi pendekatan AISAS (Attention, Interest, Action,
Share) sebagai pola baru interaksi yang menghubungkan target audiens dengan
suatu ide atau gagasan. Sugiyama dkk. (2000) berpendapat bahwa AISAS adalah
model yang dirancang untuk melakukan pendekatan secara efektif kepada target
audiens dengan melihat perubahan perilaku yang terjadi khususnya ter-kait dengan
latar belakang kemajuan teknologi internet.
Pada penelitian ini, teori AISAS dapat dijabarkan sebagai berikut:
Attention (Perhatian)
Attention bertujuan untuk menarik perhatian target audien untuk melihat
lebih dalam pesan dari kampanye ini dengan visual dan headline yang
terdapat dalam media. Menggunakan billboard sebagai media penyampaian
yang diletakan di persimpangan jalan agar ketika pengendara sepeda motor
berhenti di lampu merah akan mudah melihat pesan yang disampaikan
dalam kampanye ini. Interest (ketertarikan)
Setelah perhatian terlah didapatkan oleh target audien, maka dilanjutkan
dengan media posteragar pengendara sepeda motor lebih tertarik dan ingin
mencari apa yang ingin sidampaikan kampanye ini lebih dalam.
Search (pencarian)
Ketertarikan yang cukup akan menggiring audien pada tahap pencarian
informasi melalui media komunikasi yang tersedia, dalam kampanye ini
menggunakan media sosial facebook karena target audien dengan umur 17
sampai 30 masih menggunakan media sosial ini. Action (Aksi)
Pada tahapan ini, audiens mencoba untuk tidak memakai trotoar karena
merasa malu akan sindiran dari visual yang terdapat pada media brosur atau
flyer. Dalam tahap ini, media kampanye brosur atau flyer sudah harus
disebar karena untuk melihat hasil atau dampak yang terjadi dari kampanye
tersebut.
Adapun tahapan terakhir adalah penekanan pada tingkat pengalaman audien
terhadap dari kampanye ini sebagai testimoni yang dibagi oleh audien
kepada lingkarannya dengan media sticker yang ditempelkan di mepeda
motor ataupun ditempat yang sering dilihat oleh pengendara sepeda motor
lain.
Copywriting Headline
Headline kampanye ini menggunakan majas sindiran yaitu “JALAN kita BERBEDA” maksud dari headline ini merupakan sebuah bentuk kalimat sindiran bagi pengendara sepeda motor yang menggunakan
trotoar karena trotoar adalah fasilitas yang diberikan bagi pejalan kaki.
Tagline
Tagline dari kampanye ini adalah “JANGAN AMBIL JALAN KAMI” kami disini adalah pejalan kaki yang merasa HAK nya diambil oleh
pengendara sepeda motor yang menggunakan trotoar.
III.1.8. Strategi Media
Komunikasi melalui media merupakan salah satu strategi dalam penyampaian
informasi, media sangat mempengaruhi dalam menyampaikan informasi, media
sebagai alat pendukung perantara dan sarana serta saluran alat komunikasi untuk
menyampaikan pesan kepada target audien dengan perencanaan yang tersusun dan
berharap tanggapan dari penerima sasaran.
Billboard
Billboard adalah salah satu dari bentuk promosi iklan luar ruang (outdoor
advertising) selain baliho, megatron, vegatron, dll. Ukurannya cukup besar
dan sering di jumpai di tempat yang sering dilewati banyak orang. (Opick,
2015. Selengkapnya di daftar pustaka)
Menggunakan media billboard yang ditempatkan di pesimpangan jalan agar
para pengendara sepeda motor dapat fokus melihat pesan yang disampaikan.
Pertimbangan memakai media ini karena saat lampu merah menyala
Poster
Poster adalah sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan
warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang
lewat tetapi cukup lama menanamkan perhatian orang yang lewat tetapi
cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya (Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, 2010: 51). Poster berisi pesan yang lebih merinci
setelah media billboard, umumnya ditempel di dinding karena untuk
membaca dan memahami nya lebih membutuhkan waktu.
Media sosial (facebook)
Media sosial (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial
secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial
berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi
(sharing), dan membangun jaringan (networking). (Romel, 2014.
Selengkapnya di daftar pustaka).
Media sosial sangat berguna dalam kampanye ini karena target audien yang
berumur 17 sampi 30 masih sangat sering menggunakan media sosial
khusus nya facebook, ketika target audien ingin mencari tau lebih di dalam
media sosial maka dengan facebook dan hastag #savetrotoar
#savepedestrian akan muncul halaman kampanye tentang etika pengendara
sepeda motor terhadap hak pejalan kaki ini.
Brosur
Menurut definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak
dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5
halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul.
Media brosur atau flyer mempunyai ukuran yang lebih kecil dan konten
yang lebih banyak dari media yang lain, oleh karenya itu media ini sangat
cocok dibagikan kepada pengendara sepeda motor. Selain itu media ini
Sticker
Media sticker lebih memudahkan tersebarnya pesan dalam kampanye ini
karena sticker dapat tertempel di sepeda motor atau tempat yang mudah
terlihat oleh pengendara sepeda motor. Media ini pun dapat menentukan
seberapa jauh kampanye ini tersampaikan dilihat dari pengendara yang
menempelkan sticker di sepeda motor nya.
III.1.9. Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media
Strategi penyebaran media berguna untuk mengetahui jadwal kampanye yang
disampaikan kepada target audien. Berikut jadwal penyebaran media.
Tabel III.2. Jadwal Penyebaran Media. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Media Tempat
JULI 2016 AGUSTUS 2016
Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4
Billboard
Ditempatkan di persimpangan
jalan agar menjadi fokus ketika
pengendara sepeda motor sedang
berhenti di lampu merah
Poster Ditempatkan di dinding yang berada disamping jalan
Brosur (Flyer)
Dibagikan kepada pengendara
sepeda motor yang sedang berhenti
dipersimpangan jalan
Sticker
Diberikan kepada pengendara
sepeda motor maupun pejalan kaki
agar tersebar dengan cepat
III.2 Konsep Visual
Konsep visual merupakan konsep yang dimulai dari pendekatan verbal dan
diwujudkan dalam bentuk visual. Dalam konsep visual untuk kampanye etika
pengendara sepeda motor terhadap hak pejalan kaki ini disesuaikan dengan target
cepat di pahami. Pentingnya keselarasan layout desain, huruf, nuansa yang
dimaksudkan untuk memperkuat pesan yang akan disampaikan melalu media ini.
III.2.1 Format Desain
Format yang digunakan adalah lanskap agar dapat dilihat dengan maksimal dan
besar, karena mata manusia adalah memanjang horizontal makan format lanskap
sangat pas untuk dilihat disbanding format potrait. Diempatkan khusus untuk media
billboard dengan tujuan untuk pengendara sepeda motor yang sedang berhenti di
persimpangan lampu merah.
Gambar III.3. Format Desain Media Poster. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
III.2.2 Tata Letak (Layout)
Menurut Terry (1966) layout dipandang sebagai proses penentuan kebutuhan akan
ruang dan tentang penggunaan tuangan secara terperinci guna meniapkan susunan
yang praktis dari faktor-faktor fisik. Agar desain untuk kampanye ini lebih menarik
maka tata letak sangat penting, berikut format tata letak dalam format desain
Gambar III.4. Tata Letak Headline. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar III.5. Tata Letak Tagline. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar III.7. Tata Letak Logo Instansi Terkait. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
III.2.3 Studi Jenis Huruf
Danton (2001) mengatakan “Sebuah rancangan tipografi yang isi pesannya memiliki korelasi dengan periode waktu tertentu sebaiknya memunculkan
fenomena-fenomena yang hadir pada zaman tersebut dengan menampilkan karakteristik huruf yang menjadi perwakilan visual dari sebuah masa.” (h. 70). Dari penjelasan tersebut maka korelasi tipografi sangat penting bagi kepentingan visual.
Texture Road
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 0123456789
!@#$%^&*()-_+=
Huruf Utama pada media dalam kampanye ini mengambil font texture road karena
terlihat lebih cocok dipadukan dengan visual nya. Huruf ini digunakan untuk
headline dan tagline.
Huruf untuk text box dalam kampanye ini menggunakan huruf OCR A std karena
struktur huruf nya seperti mesin tik yang digunakan untuk BAP (Berita Acara
Perkara) di dalam instansi kepoisian mengingat bisual dari kampanye ini adalah
merebut hak pejalan kaki.
III.2.4 Studi Illustrasi
Dalam new Encyclopedia (funk & wagnals) illustration is pictorial material
appearing with text and amplifying or enchancing it, although illustration may be
maps, charts, diagrams, or objects related in some mannerdirectly, inderctly,
symbolically. (Ilustrasi adalah materi gambar yang ditampilkan dengan teks dan
memperjelas atau memperindah/ membuat lebih menarik. Juga dapat berupa peta
diagram hiasan, mereka biasanya ditampilkan dalam bentuk pemandangan,
manusia, atau hubungan objek-objek dalam beberapa jenis secara tidak langsung
dengan symbol). Tokoh/model
Tokoh dalam kampanye ini menggunakan model dan bukan pelanggar yang
sesungguhnya.
Latar
Gambar III.9. Latar Billboard.
Sumber: http://bgfons.com/upload/asphalt_texture428.jpg (diakses pada 11/06/2016)
Gambar III.10. Latar Poster.
Properti
Gambar III.11. Trotoar.
Sumber: https://rinaldimunir.files.wordpress.com/2013/10/231020133608.jpg (diakses pada 08/06/2016)
Gambar III.12. Garis TKP.
Gambar III.13. Zebra Cross.
Sumber: http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2010/12/22/article-1340876-0C8F79DE000005DC-616_634x286.jpg
(diakses pada 26/07/2016)
Gambar III.14. Ikon pengendara Sepeda Motor.
Sumber: http://www.clker.com/cliparts/D/T/2/c/n/x/motorcycle-icon-md.png (diakses pada 26/07/2016)
III.2.5 Studi Warna
Pada dasarnya warna adalah suatu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke
mata manusia. Hal ini menyebabkan kerucut-kerucut warna pada retina bereaksi,
yang memungkinkan timbulnya gejala warna pada objek-objek yang dilihat
sehingga dapat mengubah presepsi manusia. (Junaedi, 2003:14). Warna yang
dipilih untuk media dalam kampanye ini adalah CMYK (Cyan, Magenta, Yelow,
Hitam
C: 75% M: 68% Y: 67% K:90%
Warna hitam sebagai warna aspal di jalan yang juga warna dominan di jalan raya,
selain aspal warna hitam juga dapat mewakili warna ban, jejak, garis trotoar, dan
lain-lain.
Abu-abu
C: 66% M: 59% Y: 59% K:42%
C: 57% M: 51% Y: 54% K:21%
Warna abu mewakili tembok dan alas trotoar yang membedakan antara jalan raya
dan trotoar, warna abu juga dapat mewakili polusi udara. Merah
C: 26% M: 98% Y: 97% K:23%
Warna merah khusus untuk ruang henti khusus bagi sepeda motor atau zona selamat
sekolah yang sudah mulai diterapkan di setiap sekolah yang berlokasi di pinggir
Putih
C: 0% M: 0% Y: 0% K:0%
Warna putih mewakili zebra cross dan garis TKP yang ada dalam kampanye
BAB IV. MEDIA & TEKNIS PRODUKSI
IV. 1 Media Utama
Media utama dalam perancangan tugas akhir ini adalah Billboard yang tempatkan
di persimpangan jalan sehingga pengendara sepeda motor dapat melihat dan fokus
terhadap pesan dari kampanye ini. Media utama ini berukuran 5 m x 10 cm namun
dicetak menggunakan skala 1:10 menjadi 500 cm x 100 cm. Dicetak menggunakan
bahan flexioutdoor.
IV. 2 Teknis Produksi Media
Perancangan media kampanye ini dibuat melalui beberapa proses pencarian
referensi, pencarian ide, pembuatan sketsa, dan diproses menggunakan media
digital dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS6 untuk tahapan akhir
yaitu Billboard sebagai media dari attention dan beberapa media pendukung.
IV. 2.1 Tahap Konsep dan Sketsa Konsep
Terkait target audien yang berumur 17-30 konsep yang digunakan adalah
konsep visual yang cenderung fiktif atau tidak terlalu terpaku pada kenyataan.
Selain visual, juga menggunakan text bahasa Indonesia tidak baku.
Sketsa
Setelah tahap konsep maka dilakukan tahap sketsa untuk mencari illustrasi dan
Gambar IV.1. Sketsa Attention. (Dokumentasi Pribadi)
IV.2.2 Tahap Eksekusi Visual
Pada tahap eksekusi visual gaya digital imaging editing atau manupulasi foto yaitu
menggabungkan foto satu dengan foto yang lainya untuk mendapatkan foto yang
baru dan lebih menarik. Tahap edit menggunakan software adobe photoshop CS6.
Memotret model untuk dijadikan objek dari kampanye, angle pun harus difikirkan
secara matang agar dapat menyatu dengan foto lain yang akan digabungkan.
Gambar IV.3. Objek. (Dokumentasi Pribadi)
Setelah memotret, lalu mempersiapkan objek lain dan edit menggunakan software
Adobe Photodop CS6. Langkah selanjutnya mengedit cahaya agar terlihat menyatu