ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG
PENGEMBANGAN KELANGSUNGAN PUSKESMAS SWADANA DI PUSKESMAS KEDATON DAN PUSKESMAS TAMIN
(2004 – 2012)
Oleh
ARI TEGUH HARYONO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
ANALYSIS OF GOVERNMENT POLICY DEVELOPMENT IN PUBLIC HEALTH CONCERN HEALTH self-finance TAMN KEDATON AND
HEALTH CENTERS (2004 – 2012)
By
Ari Teguh Haryono
The purpose of this study was to determine the effect of the variable cost of treatment, care, continuity of patient satisfaction with the development of self-financing community health centers in health centers and health centers Kedaton Tamin data used is primary data. hypothesis testing is done to test the approach of factor analysis and classical assumption by using SPSS 16.0.
Based on the results of hypothesis testing (T test) between the independent variables, namely the cost of treatment (X1), service (X2), patient satisfaction (X3) with the dependent variable is the development of community health centers (Y), can be known only service factor, these factors have a relationship
significantly to the development of continuity of phc. While the cost of treatment along with factors of patient satisfaction factors had no significant effect in influencing the development of continuity clinic. Through this study suggested that the health center concerned about its development ministry, to stay ahead of the technology used, and the latter is the standard used in the health world.
ABSTRAK
ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENGEMBANGAN KELANGSUNGAN PUSKESMAS SWADANA DI PUSKESMAS
KEDATON DAN PUSKESMAS TAMIN (2004 – 2012)
Oleh
Ari Teguh Haryono
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel biaya pengobatan, pelayanan, kepuasan pasien terhadap pengembangan
kelangsungan puskesmas swadana di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin Data yang digunakan ialah data primer. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan uji analisis faktor dan uji asumsi klasik dengan menggunakan SPSS 16.0.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (uji t) antara variabel-variabel bebas yaitu biaya pengobatan(X1), pelayanan (X2), kepuasan pasien (X3) dengan variabel terikat yaitu pengembangan puskesmas (Y), dapat diketahui hanya factor pelayanan,faktor tersebut mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
pengembangan kelangsungan Puskesmas. Sedangkan faktor biaya pengobatan beserta faktor kepuasan pasien tidak berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi pengembangan kelangsungan puskesmas. Melalui penelitian ini disarankan agar Puskesmas memperhatikan masalah pelayanannya mengenai pengembangannya, selalu terdepan dalam teknologi yang digunakan, dan terakhir ialah standar yang digunakan dalam dunia kesehatan
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penulisan ... 10
D. Kerangka Pemikiran ... 10
E. Hipotesis ... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Puskesmas ... 14
B. Penyelenggaraan Puskesmas Menjadi Unit Swadana Daerah 17
C. Puskesmas Unit Swadana……….. 18
D. Teori Biaya……… 21
E. Teori Kepuasan………. 22
F. Teori Pelayanan ... 22
G. Penelitian Terdahulu ... 24
III. METODE PENELITIAN ... 25
A. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Pengumpulan Data ... 27
D. Skala Pengukuran ... 28
E. Alat Analisis………. 28
F. Gambaran Umum………... 34
G. Gambaran Umum Responden……… 36
1. Jenis Kelamin………. 37
2. Umur……….. 38
3. Pendapatan………... 39
4. Fasilitas Penggunaan Pasien……….. 40
IV. Hasil Perhitungan Dan Pembahasan……… 41
A. Hasil Validitas dan Reabilitas..………. 41
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Pengobatan (X1). 41 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan (X2)……. 43
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Pasien (X3) 45
4. Uji Validitas dan Reliabiltas Variabel Pengembangan Puskesmas (Y) 46 B. Hasil Pengujian Asumsi Klasik……….... 48
2. Uji Autokorelasi……….. 49
3. Uji Heteroskedastisitas……… 49
C.Hasil Pengujian Regresi……….. 50
D. Hasil Uji F……….. 52
E. Hasil Uji T……….. 54
V. Kesimpulan Dan Saran ... 56
A.Kesimpulan………... 56
B. Saran………. 57
DAFTAR PUSTAKA
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap orang yang
harus disediakan oleh pemerintah. Tiap seluruh warga masyarakat / setiap orang
berhak dapat pelayanan publik secara menyeluruh tentang pelayanan kesehatan
yang baik. Pelayanan kesehatan memiliki tujuan utama yaitu memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2004).
Dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, khususnya dalam
pelayanan kesehatan ini, setiap warga berhak untuk mendapatkannya, semua
pelayanan kesehatan sudah mendapatkan subsidi untuk setiap warga, khusus yang
kurang mampu, selain itu pemerintah juga memberikan alokasi dana seperti
seberapa banyak dana yang di butuhkan,dan sesuai dengan anggaran yang telah di
sediakan, distribusi, Distribusi merupakan suatu proses penyampaian barang atau
jasa dari produsen ke konsumen, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut
diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility)
2
Dalam menciptakan ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek penting yang
terlibat didalamnya, yaitu :
1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of
distribution/marketing channel).
2. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution).
Dan stabilisasi untuk pengembangan pelayanan kesehatan, kemantapan,
kestabilan, keseimbangan, menciptakan suatu nasional yg dinamis bukanlah
semata-mata tugas pemerintah dan aparatnya, melainkan tugas segenap anggota
masyarakat juga
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh pihak
orang per orang tetapi juga oleh keluarga, kelompok bahkan masyarakat. Untuk
dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang harus dilakukan, salah
satu diantaranya yang dinilai cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
Pembiayaan merupakan salah satu unsur strategis dalam pembangunan dan
pelayanan kesehatan dan sebagai salah satu faktor yang menunjang
kesinambungan kegiatan. Selain pembiayaan, penunjang kesinambungan kegiatan
adalah sumber daya manusia, sarana, teknologi, peran serta masyarakat.
Kenaikan pembiayaan kesehatan disebabkan oleh:
(1) Biaya operasi yang meningkat karena biaya proses pelayanan dan harga bahan
yang naik.
(2) Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap pelayanan sehingga laju
pertambahan penduduk melebihi laju pengadaan fasilitas, tenaga dokter,
(3) Kemajuan teknologi kedokteran dengan perlengkapan canggih yang butuh
biaya mahal.
(4) Bergesernya pola penyakit ke arah penyakit campuran atau yang butuh
pelayanan lebih spesialisasi dan peralatan lebih canggih.
(5) Berkembangnya komponen seperti AC, TV, kulkas, dan lain-lain.
(6) Askes yang makin berkembang walau masih terbatas jangkauannya.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Tujuan menyelenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting untuk meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia
Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu kepada
masyarakat yang diberikan di berbagai institusi kesehatan masyarakat, yang terdiri
dari : Pusat Kesehatan Mayarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Perawatan, Puskesmas Keliling atau Terapung atau penempatan tenaga medis dan
paramedis secara merata di puskesmas. Sebagai pengguna jasa kesehatan,
masyarakat merupakan faktor yang menentukan dalam memperluas dan
meningkatkan jangkauan suatu mutu pelayanan kesehatan sehingga masyarakat
makin memperoleh kesempatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
mandiri, sebagaimana tercantum dalam:
1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H tentang hak azasi manusia
4
2. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang memuat pasal
yang mengatur hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Menurut Sadono Sukirno (2000;233) Total Penerimaan (TR) adalah seluruh
jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari menjual barang yang
diproduksinya.
Dimana : TR = PxQ
Keterangan : TR = Total Revenue/Total Penerimaan
P = Harga tarif
Q = Jumlah permintaan konsumen
Bila diterapkan untuk produk jasa maka Total Revenue adalah seluruh jumlah
pendapatan yang diterima dari pemberian pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas.
Pungutan pelayanan kesehatan adalah penerimaan dari produk jasa yang terbentuk
dari banyaknya jumlah orang yang meminta jasa pelayanan kesehatan dikali
dengan besar tarif pelayanan kesehatan itu sendiri dalam hal ini Puskesmas.
Hingga saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.
Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan
Puskesmas pembantu serta Puskesmas keliling. Kecuali itu untuk daerah yang
jauh sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
Tercatat mulai tahun 2002 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277
unit, Puskesmas Pembantu 21.587 unit, Puskesmas Keliling 5.084 unit (Perahu
fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459 unit tidak
dilengkapi dengan fasilitas rawat inap .
Sedangkan di Kota Bandar Lampung sendiri, sarana dan prasarana yang ada
sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
terdiri atas :
a. Puskesmas (induk) berjumlah 29 unit.
b. Puskesmas perawatan berjumlah 12 unit.
c. Puskesmas pembantu berjumlah 73 unit.
d. Puskesmas keliling berjumlah 28 unit.
e. Posyandu berjumlah 582 unit.
f. Puskesmas Swadana 10 unit.
Arus reformasi juga terjadi di bidang kesehatan berbagai bentuk pergeseran
paradigma sedang berlangsung dan ini memerlukan penyesuaian konsep-konsep
pembangunan kesehatan, termasuk puskesmas. Ini dikarenakan karena semakin
terbatasnya dana yang di berikan dalam APBD. Seperti salah satunya adalah
dengan menjadikan Puskesmas menjadi Puskesmas Swadana yang diberi
kebebasan mengelola dan membiayai Puskesmas secara mandiri tanpa harus
diberi bantuan dari pemerintah maupun bantuan lain sehingga Puskesmas tidak
perlu lagi menyetor sebagian hasil retribusinya kepada kas daerah. Puskesmas
yang ada di Bandar Lampung sudah menjadi Puskesmas Swadana sejak Januari
2003 hingga sekarang. Anggaran Puskesmas Swadana ini sumbernya berasal dari
6
pemungutan tarif Puskesmas berdasarkan Perda No. 8 tahun 1997 tentang
retribusi pelayanan kesehatan.
Mengenai obat-obatan, di Puskesmas Swadana di dapat dari obat Inpres, ASKES,
BKKBN, dan obat lainnya. Sementara obat yang belum mencapai kebutuhan, baik
jumlah maupun macamnya, setelah statusnya menjadi Puskesmas Swadana,
puskesmas tersebut berusaha memenuhi kebutuhan obat melalui pengadaan
sendiri dengan memanfaatkan tenaga fungsional Puskesmas.
Hal ini disebabkan Puskesmas Swadana sudah diberi kewenangan mengelola
anggaran sendiri tapi masih mendapat bantuan Pemda setempat, Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung. Karena masih mendapatkan obat, Puskesmas Swadana di
Bandar Lampung masih dibebankan untuk menyumbang PAD setiap tahunnya.
Namun 75% dananya dikembalikan lagi ke Puskesmas Swadana karena sebagian
obat diadakan sendiri. Namun diharapkan nanti Puskesmas Swadana yang ada di
Bandar Lampung tidak lagi mendapat jatah bantuan obat dari pemerintah Bandar
Lampung. Untuk tahun-tahun sekarang Puskesmas Swadana masih di wajibkan
menyetorkan 25% pendapatan mereka ke Pemerintah Daerah bertujuan untuk
mendapatkan bantuan obat-obatan, untuk selanjutnya Puskesmas Swadana tidak
diwajibkan untuk menyetorkan pendapatan mereka 25% pertahunnya dan tidak
menerima bantuan obat-obatan.
Mengingat keterbatasan yang dimiliki, maka hanya dibatasi menjadi 2 Puskesmas
yang dijadikan sampel yaitu Puskesmas Perawatan Kedaton dan Puskesmas
Tamin. Alasan memilih kedua Puskesmas tersebut dikarenakan adalah Puskesmas
yang tersedia, dan lain sebagainya sehingga memungkinkan untuk dijadikan
sampel penelitian.
Tabel 1. Jumlah Penerimaan Puskesmas Perawatan Kedaton dan Puskesmas Tamin tahun 2004 - 2012.
No Tahun Penerimaan (Rp)
Kedaton
Penerimaan (Rp) Tamin 1. 2004 22.812.000 18.529.000 2. 2005 22.910.000 18.899.000 3. 2006 24.231.000 19.340.000 4. 2007 24.567.000 19.887.000 5. 2008 26.119.000 20.019.000 6. 2009 27.008.000 22.924.000 7. 2010 27.889.000 23.780.000 8. 2011 28.989.000 23.886.000 9. 2012 29.791.000 24.556.000 10 Jumlah 234.791.000 191.820.000 Sumber : Puskesmas Perawatan Kedaton, dan Puskesmas Tamin, 2013
Tabel di atas menjelaskan jumlah penerimaan Puskesmas Kedaton dari tahun ke
tahun terjadi peningkatan penerimaan. Jumlah penerimaan terbesar pada tahun
8
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Puskesmas Perawatan Kedaton Tahun 2004 - 2012
No Tahun Jumlah Kunjungan Kunjungan Umum Kunjungan Askes Kunjungan JPS-BK/Jamkesmas Jamkesda/Gratis 1. 2004 51574 16563 29885 5126 2. 2005 51610 16577 29899 5134 3. 2006 51654 16594 29922 5138 4. 2007 51704 16612 29949 5143 5. 2008 51740 16628 29956 5156 6. 2009 51814 16652 29974 5188 7. 2010 51883 16664 29988 5231 8. 2011 51957 16689 29996 5272 9. 2012 52066 16693 30041 5332 Sumber : Puskesmas Perawatan Kedaton, 2013
Tabel 3 menjelaskan jumlah kunjungan Puskesmas Perawatan Kedaton selama 9
tahun terakhir. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kunjungan.
Khususnya di kunjungan kartu askes, JPS-BK, Jamkesmas, Jamkesda/gratis.
Berdasarkan Dinas Kesehatan, pemerintah mengambil kebijakan menjadikan
Puskesmas Swadana, ini dikarenakan karena semakin terbatasnya dana yang di
berikan dalam APBD. Seperti salah satunya adalah dengan menjadikan
Puskesmas menjadi Puskesmas Swadana yang diberi kebebasan mengelola dan
membiayai Puskesmas secara mandiri tanpa harus diberi bantuan dari pemerintah
maupun bantuan lain sehingga Puskesmas tidak perlu lagi menyetor sebagian hasil
retribusinya kepada kas daerah. Pelaksanaan pemungutan tarif Puskesmas
berdasarkan Perda No. 8 tahun 1997 tentang retribusi pelayanan kesehatan.
Sedangkan untuk Puskesmas Tamin yang memiliki wilayah kerja seluas 203,1
hektar, yang meliputi 6 Kelurahan, yaitu Kelurahan Tanjung Karang, Kelurahan
Enggal, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Gunung Sari, Kelurahan Penengahan
Tabel 3. Jumlah Kunjungan Pasien Puskesmas Tamin Tahun 2004 sampai tahun 2012
Sumber : Puskesmas Tamin, 2013
Tabel 3 menjelaskan jumlah kunjungan Puskesmas Perawatan Tamin selama 9
tahun terakhir. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kunjungan.
Khususnya di kunjungan kartu askes, JPS-BK, Jamkesmas, Jamkesda/gratis.
Dari beberapa uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti dan menulis
dengan judul. “Analisis Kebijakan Pemerintah Tentang Pengembangan Kelangsungan Puskesmas Swadana Di Puskesmas Kedaton Dan Puskesmas Tamin”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas, dan dengan
memperhatikan potensi yang dimiliki dari kedua Puskesmas tersebut, maka
permasalahannya adalah :
1. Apakah Program Puskesmas Swadana tersebut dapat berkelanjutan untuk
masa akan datang sehingga nantinya akan mampu untuk dijadikan
Swadana penuh, yang artinya akan mencari pembiayaan sendiri tanpa
bantuan dari pemerintah.
No Tahun Jumlah
10
2. Apakah biaya pengobatan di Puskesmas Swadana sesuai dengan pelayanan
yang diberikan oleh Puskemas tersebut.
3. Apakah pelayanan di Puksesmas Swadana sudah optimal sesuai dengan
standarisasi pelayanan di dunia kesehatan.
4. Apakah pasien mendapatkan kepuasan berobat di Puskesmas Swadana
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Potensi kelangsungan Puskesmas Swadana di Bandar Lampung.
2. Biaya pengobatan yang sesuai dengan pelayanan di Puskesmas Swadana.
3. Untuk mengetahui apakah pelayanan di Puskesmas Swadana sudah
optimal sesuai dengan standarisasi pelayanan di dunia kesehatan.
4. Untuk mengetahui kepuasan pasien berobat di Puskesmas Swadana.
D. Kerangka Pemikiran
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta mempertinggi kesadaran
akan pentingnya hidup sehat. Pengelolaan kesehatan yang terpadu dikembangkan
untuk mendorong peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dalam
pembangunan kesehatan.
Pengelolaan kesehatan yang terpadu dikembangkan untuk mendorong peran serta
masyarakat, termasuk dunia usaha dalam pembangunan kesehatan. Pengadaan dan
didirikannya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) oleh Pemerintah dengan
mengindahkan prinsip kemanusiaan dan kepatuhan. Puskesmas didirikan oleh
Pemerintah berdasarkan ekonomi kemasyarakatan/pemerintahan (Ekonomi
Publik) yang bertujuan peningkatkan sumber daya manusia, kesejahteraan dan
kehidupan sehat, dan tujuan utamanya bukanlah untuk profit (mengejar
keuntungan semata).
Sadono Sukirno (1985, hal 51) mengatakan bahwa permintaan seseorang atau
suatu masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara
faktor-faktor tersebut adalah harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain
yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rata-rata
masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat,
jumlah penduduk dan ramalan keadaan masa depan. Sedangkan penawaran barang
oleh seseorang ditentukan oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos
produksi, dan tingkat teknologi yang dipakai.
Jasa merupakan barang yang bisa dirasakan, sehingga faktor-faktor yang
mempengaruhi barang sama dengan yang mempengaruhi jasa. Adapun
faktor-faktor atau indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dari program Swadana
Puskesmas adalah pendapatan Puskesmas yang di dapat dari tarif karcis masuk
Puskesmas, tingkat waktu tunggu pelayanan, keamanan dan kenyamanan, sarana
pendukung, serta kinerja. Dan untuk menghitung tingkat keberhasilan tersebut
dengan menggunakan Model Kendall (W) dalam alat analisis..
Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan masyarakat, maka penting
12
Karena dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, Puskesmas harus
mampu mengadakan sumber daya baru dalam rangka mendukung pelayanan yang
ada maupun yang diperbesar dan mempunyai kemungkinan untuk mengadakan
tambahan penerimaan untuk mencukupi kebutuhan akibat adanya program
kesehatan yang semakin meningkat dan penerimaan dari alokasi lain seperti
APBD yang semakin sedikit.
Gambar1. Kerangka Berfikir Sumber : Pengolahan Data, 2013
Melihat dari kerangka berfikir diatas untuk mengetahui perkembangan Puskesmas
Swadana dilihat dari 3 faktor, yaitu biaya pengobatan, pelayanan, dan kepuasan
pasien. Karena ketiga faktor tersebut adalah sebagai faktor utama yang sangat
mempengaruhi tentang kelangsungan pengembangan Puskesmas Swadana. Pengembangan Puskesmas (Y) Biaya
Pengobatan ( X1)
Pelayanan (X2)
E. Hipotesis
1. Diduga biaya pengobatan berpengaruh signifikan yang positif terhadap
perkembangan Puskesmas Swadana
2. Diduga pelayanan Puskesmas Swadana berpengaruh signifikan yamg positif
terhadap perkembangan Puskemas Swadana tersebut.
3. Diduga kepuasan pasien berpengaruh signifikan yang positif terhadap
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. . Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat. Disamping bertanggung
jawab terhadap kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan terpadu, juga
membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok (Depkes, 1997). Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu Kecamatan atau
sebagian dari Kecamatan. Sasaran penduduk yang dilayani oleh Puskesmas
rata-rata 30.000 orang dengan ditunjang unit pelayanan kesehatan yang lebih
sederhana yaitu Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan Pondok Bersalin
Desa (Depkes, 1997).
Pengertian Puskesmas menurut Azrul Azwar (1988 : 61) adalah unit pelaksanaan
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan masyarakat, serta sebagai pusat pelayanan kesehatan, tingkat pertama
untuk masyarakat di wilayah kerjanya yang dalam melaksanakan berbagai
Dari beberapa pengertian Puskesmas di atas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas
merupakan kerjasama antara unit-unit fungsional dalam suatu wilayah tertentu
serta mempunyai tujuan bersama, yaitu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan
kesehatan di wilayah kecamatan.
Dari uraian singkat tentang pengertian diatas jelas bahwa Puskesmas adalah satu
satuan organisasi yang diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan
kesehatan di wilayah Kecamatan.
2. Misi Puskesmas
Ada 4 misi Puskesmas, yaitu :
1. Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain agar
memperhatikan aspek kesehatan, yaitu agar pembangunan tersebut mendorong
lingkungan dan perilaku masyarakat agar semakin sehat.
2. Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat.
Puskesmas selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya di
bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk
hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,
dan terjangkau. Puskesmas harus selalu berupaya untuk menjaga agar cakupan
dan kuallitas layanannya tidak menurun, bahkan kalau bisa selalu ditingkatkan
16
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya. Puskesmas selalu berupaya agar derajat kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat tetap terpelihara bahkan semakin
meningkat seiring dengan derap pembangunan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas (Keputusan Menteri Kesehatan RI).
3. Kedudukan dan Fungsi Puskesmas
Didalam hirarki pelayanan masyarakat, Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang secara administratif adalah merupakan perangkat
Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II. Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat dan membina peran
serta masyarakat di wilayah kerjanya.
Sedangkan fungsi Puskesmas menurut Suyono Yahya, 1987, dalam laporan
tahunan Dinas Kesehatan Tingkat I Lampung 2013 adalah :
“Dalam rangka meningkatkan kemampuan setiap orang/keluarga untuk dapat
memecahkan masalah kesehatannya sendiri dalam mewujudkan hidup sehat
dengan sasaran untuk peningkatan dan pemanfaatan upaya kesehatan, tidak hanya
dilakukan pada hirarkhi-hirarkhi profesional saja tetapi perlu dikembangkan
jaringan pelayanan masyarakat dan keluarga yang akan menampung saat-saat
tinggal landasnya pembangunan kesehatan seperti Puskesmas”.
Dengan fungsi yang seperti ini Puskesmas diharapkan dapat mengatur,
yang ada di wilayah kerjanya. Lebih lanjut diharapkan pula kiranya Puskesmas
dapat bertindak sebagai pusat rujukan untuk setiap pelayanan kedokteran dasar
yang berlangsung di wilayah kerjanya, misalnya pelayanan Poliklinik, Balai
Pengobatan, Pelayanan Bidan, Pengobatan Tradisional dan ataupun Pos Pelayanan
Terpadu.
Menurut sifatnya Puskesmas dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Puskesmas Swadana
Puskesmas Swadana yang diberi kebebasan mengelola dan membiayai Puskesmas
secara mandiri tanpa harus diberi bantuan dari pemerintah maupun bantuan lain
sehingga Puskesmas tidak perlu lagi menyetor sebagian hasil retribusinya kepada
kas daerah
2. Puskesmas Non Swadana.
Puskesmas non swadana ialah puskesmas yang diberi bantuan keseluruhan dari
pemerintah, maupun bantuan obat-obatan dan lainnya sehingga Puskesmas
menyetor hasil retribusinya kepada kas daerah.
B. Penyelenggaraan Puskesmas Menjadi Unit Swadana Daerah
Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan diperlukan adanya inovasi yang
dapat menanggulangi keterbatasan anggaran, sehingga sedikit demi sedikit
Puskesmas dapat mengurangi ketergantungannya terhadap APBN dan APBD.
Sebagai upaya terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah
menetapkan Unit Kerja Daerah tertentu menjadi Unit Swadana Daerah, yaitu
dapat menggunakan langsung penerimaan fungsionalnya tanpa disetor terlebih
18
Terhadap hal tersebut, telah dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 92
tahun 1993 tentang Penetapan dan Penatausahaan Serta Pertanggungjawaban
Keuangan Unit Swadana Daerah yang telah memberi peluang Puskesmas
ditetapkan menjadi Unit Swadana Daerah. Dengan dibentuknya Puskesmas
menjadi Unit Daerah, maka diharapkan akan lebih meningkatkan kinerja
pengelolaan keuangannya.
C. Puskesmas Unit Swadana
I Pengertian
Puskesmas Swadana dapat diartikan sebagai Puskesmas yang diberi wewenang
dapat mengelola sendiri penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasional
secara langsung dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Depkes, 1998).
Upaya mengelola langsung penerimaan fungsional dan memobilisasi potensi
pembiayaan dari masyarakat untuk mendukung peningkatan mutu, bukan agar
Puskesmas mandiri secara total dalam aspek pembiayaan. Puskesmas tidak dapat
mandiri secara penuh secara pembiayaan karena semua pelayanan dikenai tarif
II Tujuan, Sasaran dan Manfaat yang diharapkan dari Puskesmas Unit Swadana
Daerah
a. Tujuan
Tujuan yang diharapkan adalah meningkatkan mutu kesehatan Puskesmas
melalui pemanfaatan fungsinya secara langsung, meningkatkan jangkauan
pelayanan baik masyarakat mampu maupun tidak mampu, meningkatkan
pengembangan SDM dan profesionalisme staf Puskesmas, meningkatkan
manajemen Puskesmas termasuk keuangan.
b. Sasaran yang dituju
o Peningkatan mutu pelayanan
o Peningkatan kemampuan pembiayaan :
1. Peningkatan penerimaan dana swadana untuk biaya operasional dan
pemeliharaan diluar belanja pegawai dan investasi.
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan pembiayaan yang berasal dari
sumber daya keuangan.
c. Terlaksananya pengelolaan keuangan secara terpadu :
Terlaksannya sistem pembiayaan terpadu yang meliputi penganggaran,
pelaksanaan, akuntansi dengan sistem pembukuan berpasangan dan
pelaporan keuangan.
d. Pengembangan sumber daya manusia :
1. Peningkatan kesejahteraan sumber daya manusia aparatur unit
swadana.
2. Pendidikan dan pelatihan di bidang managemen dan teknis
20
3. Terlaksananya pembinaan disiplin kerja.
e. Peningkatan produktifitas kerja.
f. Pelayanan fungsi sosial melalui penyediaan fasilitas sosial, penyediaan
biaya keringanan sampai dengan cuma-cuma dan mengupayakan adanya
subsidi silang.
III Persyaratan Puskesmas Unit Swadana
Puskesmas untuk menjadi Unit Swadana harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Penerimaan fungsional yaitu unsur biaya yang diperlukan bagi produksi jasa
yang diminta masyarakat. Puskesmas mempunyai penerimaan fungsional
yang memenuhi unsur biaya produksi jasa yang diminta oleh masyarakat
yaitu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Penerimaan dari pelayanan kesehatan tersebut tetap dan terus menerus.
Pemberian pelayanan kesehatan tidak merupakan usaha yang bertujuan
mencari keuntungan.
Pemberian pelayanan kesehatan dapat lebih meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
Perubahan menjadi Unit Swadana Daerah tidak akan mengubah tugas, fungsi,
formasi dan anggaran belanja pegawai.
Walaupun demikian tidak semua Puskesmas dapat menjadi Unit Swadana Daerah,
karena perubahan status menjadi Puskesmas Unit Swadana mempunyai
konsekuensi bertambahnya kewajiban sesuai peraturan sehingga hanya Puskesmas
yang memenuhi kriteria yang dapat diusulkan sebagai Puskesmas Unit Swadana
D. Teori Biaya
Harga dapat memberikan kinerja uang yang memuaskan (Kotler 2005).
Menghadapi situasi seperti ini pengusaha harus segera menentukan dasar
pertimbangan yang paling tepat dalam menetapkan harga. Penetapan harga dan
persaingan harga telah dinilai sebagai masalah utama yang dihadapi oleh faktor
internal yang disesuaikan dengan strategi bauran pemasaran sebagai satu
kesatuan. Faktor eksternal perusahaan yang mempengaruhi harga adalah tawaran
dan harga pesaing serta kondisi ekonomi seperti tingkat inflasi, suku bunga
perbankan, resesi maupun kebijakan pemerintah.
Pada dasarnya komponen retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai
retribusi jasa umum yang terdiri dari komponen:
Biaya investasi,
Biaya pemeriksaan dan tindakan medis,
Biaya pengobatan,
Biaya penginapan dan konsumsi,
Biaya pengadaan kartu,
Biaya kegiatan rutin dan pemeliharaan.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi adalah:
1 Pelayanan rawat jalan kesehatan dan pelayanan rawat jalan rujukan Puskesmas.
2. Pelayanan rawat jalan tindakan khusus: perawatan sederhana, sedang dan besar
22
E. Teori Kepuasan
Menurut Day (dalam Lupiyoadi & Hamdani, 2006), kepuasan pelanggan adalah
dikonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja
lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Adapun
menurut Engel, et.al (dalam Tjiptono), 2001:146), kepuasan pelanggan merupakan
evaluasi purna jual dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya mem-
berikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan.
Sementara menurut Kotler (2002:36), secara umum kepuasan adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kotler
(2002:43), menekankan tiga hal penting dalam membangun kepuasan pelanggan,
antara lain : mutu, pelayanan dan nilai.
F. Teori Pelayanan
Keberhasilan perusahaan dalam memberikan layanan yang berkualitas kepada
para pelanggannya, dalam empat perusahaan) berusia 25 tahun ke atas,
disimpulkan bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL sebagai berikut
(Parasuraman, dkk, 1998) : Dimensi Pertama, dari kualitas pelayanan menurut
konsep SERVQUAL adalah berwujud (tangible) yaitu kemampuan suatu
perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.
Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat
sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi
jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-lain),
perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan
pegawainya. Karena pelayanan tidak bisa dilihat, dicium, ataupun diraba, maka
aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan. Tangible yang
baik akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek
tangible ini merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan
pelanggan. Oleh karena itu penting bagi pelaku bisnis atau perusahaan untuk
mengetahui seberapa jauh aspek tangible yang paling tepat, yaitu masih
memberikan impresi yang positif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan yang terlalu tinggi. Kepuasan
pelanggan terhadap pelayanan juga ditentukan oleh dimensi Kedua, yakni
kehandalan (reliability), yaitu dimensi yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan
waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang
simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi secara spesifik, serta memiliki waktu
24
G. Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Variabel Yang Digunak an Alat Analisis Hasil penelitian
1. Solikhah Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Minat Pasien Dalam Pemanfaatan Ulang Pelayanan Pengobatan Di puskesmas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasaan pasien dengan minat pasien dalam pemanfaatan ulang pelayanan pengobatan di Puskesmas Kepuasa n pasien dan minat pasien Uji statistic product moment Secara umum responden puas terhadap pelayanan pengobatan di Puskesmas sebesar 88,7%, ada hubungan positif bermakna anatara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien
2 Linda
Nur Susila dan Nur Hidayati Pengaruh Pelayanan Dan Biaya Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pasien Puskesmas Wonogiri 2 Kabupaten Wonogiri a. Mengetahui secara empiris pengaruh pelayanan dan biaya terhadap kepuasan pasien Puskesmas Wonogiri 2 Kabupaten Wonogiri. b. Mengetahui secara empiris pengaruh pelayanan, biaya dan kepuasan terhadap loyalitas pasien Puskesmas Wonogiri 2 Kabupaten Wonogiri Loyalitas Pelanggan , Kepuasan Pelanggan , Kualitas Pelayanan ,Biaya / Harga Uji Instrume n Penelitian , Uji Linearitas , Analisis Jalur ( Path analysis ) Bahwa dengan kebijakan menjadi unit swadana pendapatan Puskesmas Unit Swadana meningkat cukup tinggi dimana Puskesmas Lima Kaum I tertinggi peningkatan pendapatannya dari Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin di
Bandar Lampung. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini ialah semua pasien
yang berobat pada tahun 2012.
B. Populasi dan Sampel. 1. Populasi.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
diteliti dan kemudian ditarik kesimpulan bahwa populasi pengunjung (pasien) di
Puskesmas Swadana di Puskesmas Kedaton sebesar 52066 pasien dan di
Puskesmas Tamin sebesar 37272 pasien. Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien Puskesmas Swadana di Puskesmas Kedaton
dan Puskesmas Tamin
2. Sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Jumlah populasi yang terlalu besar tidak memungkinkan peneliti meneliti
seluruhnya. Untuk mendapatkan responden yang dapat mewakili populasi maka
dalam penelitian ini ditentukan jumlah sampel melalui rumus berikut :
26
Keterangan :
B = bound of error sebesar 90%, jadi B = 0,1
n = besarnya sampel
N = besarnya populasi
P = rasio dari unsur-unsur sampel yang memenuhi criteria
D = standar penyimpangan
(Nazir, 1983)
Maka didapatkan jumlah sampel untuk Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin
sebesar :
n = 99,988808
n = 100
Dalam penelitian ini tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara acak
sederhana (Simple Random Sampling). Yaitu siapa saja pasien yang kebetulan
digunakan menjadi sampel sebagai sumber data. Adapun alasan menggunakan
tekhnik ini karena semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk menjadi anggota sampel.
C. Pengumpulan Data
1. Data primer
a. Data kelangsungan lokasi Puskesmas, cara pengumpulan data dengan
memakai kuesioner yang telah dipersiapkan
b. Data potensi provider, yang diteliti gedung dilihat kenyamanan dan
kebersihan, variasi jasa pelayanan, jam buka pelayanan, dan hari buka
pelayanan. Cara pengumpulan data dengan observasi dengan daftar isian.
c. Data pelanggan, dengan cara wawancara dengan pelanggan setelah
dilayani.
2. Data sekunder
a. Data pendapatan, biaya, cost recovery, kebijakan tarif, pelanggan (sumber
pembiayaan). Data dikumpulakan dengan observasi, telah dan mencatat
dokumen-dokumen dan lainnya yang terkait di Puskesmas Unit Swadana.
Data dan biaya bersumber dari retribusi Puskesmas.
b. Data SDM, dengan observasi, telah dan mencatat dari dokumen
kepegawaian Puskesmas dengan menggunakan daftar isian.
c. Data jumlah Puskesmas di Bandar Lampung. Data bersumber dari Dinas
28
D. Skala Pengukuran.
Skala pengukuran menurut Sugiyono dalam Hasan (2002:70) adalah kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval
yang ada di dalam alat ukur. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dalam penelitian ini skala
pengukuran yang digunakan adalah jenis skala Likert. Menurut Hasan (2002:72)
Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variable penelitian
(fenomena social spesifik) sperti sikap, pendapat dan persepsi social seseorang
atau kelompok orang.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat kepuasan, biaya, pelayanan pasien
dalam berobat maka digunakan skala Likert. Pemberian bobot skor diukur dengan
skala Likert dengan rentang satu sampai lima (Hasan,2002:72) yang dijabarkan
sebagai berikut :
Jawaban sangat baik/sangat setuju, dengan skor 5.
Jawaban cukup baik/setuju, dengan skor 4.
Jawaban sedang/ragu-ragu, dengan skor 3.
Jawaban kurang baik/tidak setuju, dengan skor 2.
Jawaban sangat tidak baik/sangat tidak setuju, dengan skor 1.
E. Alat Analisis
1. Pengujian Valditas dan Reliabilitas
Validitas dan rliabilitas. Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori pengukuran
sikap. Dimana dalam melakukan pengujian ini cukup memenuhi kevalidan
pelaksanaan program yang bertujuan dalam penelitian kesini harus memenuhi
validitas isi dan kontruksi.
UJi validitas dilakukan untuk menemukan kesahihan dan keandalan instrument
penelitian. Pengujian dilakukan dengan teknik analisis korelasi produk moment
(Arikunto, 2002:)
r =
Keterangan:
N = Banyaknya pasangan data
X = Varibel pertama
Y = Variabel kedua
= Jumlah
Sedangkan uji reliabilitas pada dasarnya untuk mengetahui sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang
menghasilkan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki
tingkat reliabilitas yang baik. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan
kaidah alpha cronbach, karena instrumen yang digunakan mempunyai tentang
nilai, dengan rumus (Arikunto,2002,152)
r= Keterangan:
30
K = Yang disebut sebagai indeks korelasi dua belahan instrument
= Jumlh butir varians
= Varians total
Selanjutnya indeks relibialitas diinterpretasikan dengan menggunakan table
interpretasi r untuk menyimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan cukup atau
[image:38.595.108.515.327.415.2]tidak reliable. Nilai interpretasi reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Interpretasi Nilai r
Besarnya nilai Interpretasi
0,800-1,00 Sangat Kuat
0,600-0.800 Kuat
0,400-0,600 Sedang
0,200-0,400 Rendah
0,000-0,200 Sangat Rendah
Tabel 4. Interpretasi Nilai r Sumber : Sugiyono,2007: 183
2. Pengujian Regresi
Setelah melewati proses sebelumnya, data yang didapatkan disiapkan untuk
selanjutnya dimasukkan dalam proses regresi dengan bantuan program SPSS 16
for window, dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana
Y = Kelangsungan Puskesmas
X1 = Biaya Pengobatan
X2 = Pelayanan
X3 = Kepuasan Pasien
Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan efisien (Best Linear
Unbias Estimator /BLUE) dari suatu persamaan regresi berganda dengan metode
kuadrat terkecil (Least Squares), perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui
model regresi yang dihasilkan dengan jalan memenuhi persyaratan asumsi klasik
yang meliputi :
a. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghazali (2005:91) Uji asumsi Multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independent.
Jika terjadi korelasi variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
terdapat masalah Multikolinieritas atau disebut independen yang nilai korelasi
antara sesame variabel independen sama dengan nol.
Sedangkan untuk mengetahui gejala tersebut dapat dideteksi dari besarnya VIF
(Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Apabila nilai VIF tidak
melebihi angka 4 atau 5 maka model regresi bebas dari masalah multiko (Hines
dan Douglas, 1999:490). Dan suatu model regresi dikatakan baik apabila tidak
terdapat gejala Multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Tujuannya untuk menguji apakah dalam sebuah regresi linier berganda ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terjadi autokorelasi
32
Menurut Singgih (2005:219), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi ,
melalui model Durbin Watson yang dapat dilakukan melalui program SPSS,
dimana secara umum dapat diambil patokan yaitu:
Jika angka D-W dibawah -2, berarti autokorelasi positif.
Jika angka D-W dibawah +2, berarti autokorelasi negatif.
Jika angka D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghazali (2005:105) tujuan dari asumsi regresi linier berganda.
Heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
lain jika tetap maka disebut homokedasitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas.
Menurut Suliyanto (2005:73), untuk mendeteksi gejala Heteroskedastisitas,
melalui metode park gleyser dengan menggunakan program SPSS. Melalui
metode ini jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha-nya (0,05), maka
dapat dipastikan model tidak mengandung unsure Heteroskedastisitas. Dikatakan
tidak terjadi Heteroskedastisitas apabila: t-hitung <t-tabel atau sig-t> .
4. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji F adalah metode pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas secara bersamaisama terhadap variabel terikat (Ghozali,2007).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Jika nilai F hitung lebih besar
semua variabel independen secara simultan signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
b. Uji T
Uji instrument digunakan untuk mengetahui masing-masing sumbangan variabel
bebas secara parsial terhadap varabel terikat, menggunakan uji masing-masing
koefisien regresi mempunyai pengaruh yang bermakna atau tidak terhadap
variabel terikat, Sugiyono (2005:233)
Dimana :
r = koefisien Regresi
n = Jumlah Responden
34
F. Gambaran Umum
a. Puskesmas Perawatan Kedaton
Puskesmas Kedaton berdiri pada tanggal 2 Mei 1970 yang awalnya dikenal
dengan nama Health Center (HC) Kedaton. HC ini didirikan berdasarkan
permintaan Kepala Negeri Balau yang menyadari akan pentingnya pelayanan
kesehatan. Menurut Surat Keputusan Gubernur pada tahun 1982 Nomor
6/09/HC/1982 (SK Gubernur TK I Lampung), HC Kedaton membawahi beberapa
Puskesmas antara lain Puskesmas Natar, Karang Anyar, Way Galih dan
Puskesmas Tanjungan sampai tahun 1985. Pada bulan Maret 1985 HC Kedaton di
ubah statusnya dari pelaksanaan teknis menjadi Puskesmas. Hal ini berdasarkan
ketetapan Dinas Kesehatan Tingkat II Kota Madya Bandar Lampung.
1. Data Program Puskesmas
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka kegiatan
pelayanan kesehatan tersebut tidak terlepas dari kegiatan usaha pokok
sebagaimana tercantum di dalam mikro planning Puskesmas Perawatan Kedaton.
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
b. Keluarga Berencana (KB)
c. Usaha peningkatan gizi
d. Kesehatan lingkungan
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
f. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
g. Pengobatan
h. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
i. Perawatan Kesehatan Masyarakat (PERKEMAS)
j. Kesehatan gigi dan mulut
k. Laboratorium
l. Pencatatan dan pelaporan
m. Imunisasi
n. Pembinaan olahraga
o. Usia lanjut
p. Kesehatan mata
q. Pembinaan pengobatan tradisional
36
b. Gambaran Umum Puskesmas Tamin
Puskesmas Tamin ini sebenernya dahulu lebih banyak dikenal sebagai puskesmas
simpur. Puskesmas ini didirikan pada tahun 1958, yang semula berada di Jalan
Kartini No.24, karena perkembangan penduduk sangat pesat maka pada tahun
1970 Puskesmas Tamin atau Simpur di pindah ke Jalan Tamin No.121, Kelapa
Tiga. Dari tahun 1958-1967 masih merupakan balai pengobatan yang semua
alatnya dari WHO dan UNICEF yang semula dimiliki oleh kota praja. semua
inventaris berasal dari kota praja yang diawasi oleh Dewan Pertimbangan Daerah
atau Badan Pekerja Harian atau dokter kota dan laporan diserahkan kepada
keresidenan Lampung.
G.Identitas Responden
Analisis Berdasarkan Tanggapan Responden
Penelitian dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang
pasien di Puskesmas Perawatan Kedaton dan 100 orang pasien di Puskesmas
Tamin yang sedang berobat. Penentuan sampel ini dengan menggunakan system
random sampling.
Berikut adalah beberapa tanggapan responden atas beberapa pertanyaan pada
kuesioner yang diberikan. Berdasarkan penyebaran kuisioner terhadap 100
responden yaitu mereka yang menjadi pasien Puskesmas Perawatan Kedaton dan
1. Jenis Kelamin
Tabel 5. Jenis Kelamin Pasien/Responden di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas
Tamin
Jenis Kelamin Pasien Puskesmas Kedaton dan Pasien
Puskesmas Tamin
Pria 41
Wanita 59
Jumlah Responden 100
Sumber : Data diolah, 2013
Menurut tabel 4 menunjukkan bahwa jenis kelamin responden dalam hal berobat
di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin tidak jauh berbeda, pria di
Puskesmas Kedaton dan Pasien Puskesmas Tamin 41 orang yang memiliki
persentase sebesar 41% dan wanita berjumlah 59 orang yang memiliki persentase
sebesar 59%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin wanita
paling banyak berobat di Puskesmas Swadana di Puskesmas Kedaton dan
38
[image:46.595.116.389.142.382.2]2. Umur.
Tabel 6.Umur pasien/responden di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin.
Umur Pasien Puskesmas
Kedaton dan Puskesmas Tamin
< 20 tahun 14
21-30 tahun 23
31-40 tahun 23
41-50 tahun 28
> 51 tahun 12
Jumlah Responden 100
Sumber : Data diolah, 2013
Menurut tabel 5 menunjukkan bahwa umur < 20 tahun mempunyai responden
sebanyak 14 orang (14%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin, 11 orang
(11%). Umur 21-30 tahun mempunyai responden sebanyak 23 orang (23%) di
Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Umur 31-40 tahun mempunyai
responden sebanyak 23 orang (23%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas
Tamin. 41-50 tahun mempunyai responden sebanyak 28 orang (28%) di
Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. > 51 tahun mempunyai rsponden
sebanyak 12 orang (12%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berobat di Puskesmas Swadana,
Puskesmas Kedaton maupun Puskesmas Tamin lebih banyak yang berumur 21-30
3. Pendapatan
Tabel 7. Pendapatan Pasien/Responden di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas
Tamin.
Pendapatan Pasien Puskesmas Kedaton dan
Puskesmas Tamin
< 500.000 11
500.000 – 1.000.000 28 1.000.000 – 2.000.000 39
> 2.000.000 22
Jumlah Responden 100
[image:47.595.108.394.167.368.2]Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 6 menjelaskan bahwa pasien yang berpendapatan < 500.000 mempunyai
responden sebanyak 11 orang (11%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas
Tamin. Pendapatan 500.000 – 1.000.000 mempunyai responden sebanyak 28
orang (28%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Pendapatan 1.000.000
– 2.000.000 mempunyai responden sebanyak 39 orang (39%) di Puskesmas dan
Puskesmas Tamin. Pendapatan > 2.000.000 mempunyai responden sebanyak 22
orang (22%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa pasien dengan tingkat pendapatan 1.000.000-2.000.000
40
4. Fasilitas Penggunaan Pasien.
Tabel 8. Fasilitas Penggunaan Pasien di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas
Tamin.
Fasilitas Penggunaan Pasien
Pasien Puskesmas Kedaton
Biaya 28
ASKES 33
Jamkesmas/Jamkesda 39
Jumlah Responden 100
[image:48.595.107.393.168.313.2]Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 7 menjelaskan bahwa pasien yang datang untuk berobat dengan biaya
mempunyai responden sebanyak 28 orang (28%) di Puskesmas Kedaton dan
Puskesmas Tamin. Pasien yang datang berobat dengan menggunakan kartu
ASKES mempunyai responden sebanyak 33 orang (33%) di Puskesmas Kedaton
dan Puskesmas Tamin. Pasien yang datang berobat dengan menggunakan kartu
Jamkesmas/Jamkesda mempunyai responden sebanyak 39 orang (39%) di
Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa pasien yang datang berobat menggunakan kartu Jamkesmas/Jamkesda
IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Validitas dan Reliabilitas.
Untuk perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen item masing-masing
variabel pada penelitan yang dilakukan menggunakan program SPSS 16.0 for
Windows. Keseluruhan uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :
[image:49.595.109.515.348.521.2]1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Pengobatan (X1)
Tabel 9 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Pengobatan (X1)
Correlations
X1 X1.1 Pearson Correlation .735**
.000 100 Sig. (2-tailed)
N
X1.2 Pearson Correlation .809** .000 100 Sig. (2-tailed)
N
Alpha 0,811
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Diolah, 2013.
Keterangan :
X1 = Biaya Pengobatan.
X1.1 = Item 1 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena harga obat sangat
Terjangkau
X1.2 = Item 2 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena biaya berobat yang
42
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara item
terhadap variable biaya (X1), dikatakan valid karena berada dibawah probabilitas
0,05 sebesar 0,00. Koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha Cronbach
dapat diketahui alphanya sebesar 0,811 yang berarti alphanya diatas 0,60 sehingga
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan (X2).
Tabel 10 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan (X2).
Correlations
X2 X2.1 Pearson Correlation .456**
Sig. (2-tailed) .000
N 100
X2.2 Pearson Correlation .640** Sig. (2-tailed) .000
N 100
X2.3 Pearson Correlation .524** Sig. (2-tailed) .000
N 100
X2.4 Pearson Correlation .667** Sig. (2-tailed) .000
N 100
X2.5 Pearson Correlation .456** Sig. (2-tailed) .000
N 100
X2.6 Pearson Correlation .640** Sig. (2-tailed) .000
N 100
X2.7 Pearson Correlation .524** Sig. (2-tailed) .000
N 100
X2.8 Pearson Correlation .667** Sig. (2-tailed) .000
N 100
Alpha 0,736
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data Diolah, 2013.
Keterangan :
44
X2.1 = Item 1 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena perhatian
Puskesmas Swadana terhadap keluhan kesehatan pasien.
X2.2 = Item 2 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena proses pelayanan
berobat yang mudah dan cepat
X2.3 = Item 3 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena penangan
pelayanan dalam jasa di Puskesmas Swadana membuat pasien
merasakan kenyamanan dalam penanganan
X2.4 =Item 4 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena pelayanan
yang baik sehingga pasien berminat untuk kembali berobat di
Puskesmas Swadana
X2.5 = Item 5 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena
pelayanan yang ramah dan baik
X2.6 = Item 6 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena citra Puskesmas
Swadana yang baik
X2.7 = Item 7 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena perhatian
pelayanan Puskesmas Swadana kepada keluhan kesehatan pasien
X2.8 = Item 8 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena pelayanan hari dan
jam yang non stop operasional Puskesmas sehingga
mempermudah anda ingin berobat
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara item
terhadap Variable Pelayanan (X2), dikatakan valid karena berada dibawah
probabilitas 0,05 sebesar 0,00. Koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha
Cronbach dapat diketahui alphanya sebesar 0,736 yang berarti alphanya diatas
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Pasien (X3). Tabel 11 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Pasien (X3).
Correlations
X3 X3.1 Pearson Correlation .362**
Sig. (2-tailed) .000
N 100
X3.2 Pearson Correlation .411** Sig. (2-tailed) .000
N 100
X3.3 Pearson Correlation .332** Sig. (2-tailed) .001
N 100
X3.4 Pearson Correlation .492** Sig. (2-tailed) .000
N 100
X3.5 Pearson Correlation .629** Sig. (2-tailed) .000
N 100
Alpha 0,604
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Diolah, 2012.
Keterangan :
X3 = Kepuasan Pasien
X3.1 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena merasakan kepuasan
berobat di Puskesmas Swadana.
X3.2 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena akses sangat muda
dalam menuju ke Puskesmas Swadana.
X3.3 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena lokasi Puskesmas
Swadana berada pada tempat yang strategis.
46
alatnya yang sesuai dengan standarisasi pengobatan dan kebutuhan.
X3.5 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena citra Puskesmas
Swadana yang sudah sesuai dengan standarisasi pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara item
terhadap Variable Kepuasan Pasien (X3), dikatakan valid karena berada dibawah
probabilitas 0,05 sebesar 0,00. Koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha
Cronbach dapat diketahui alphanya sebesar 0,604 yang berarti alphanya diatas
0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi tersebut reliable.
[image:54.595.110.501.362.555.2]4. Uji Validitas dan Reliabiltas Variabel Pengembangan Puskesmas (Y). Tabel 12 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengembangan Puskesmas (Y).
Correlations
Y Y1.1 Pearson Correlation .738**
Sig. (2-tailed) .000 100 N
Y1.2 Pearson Correlation .736** .000 100 Sig. (2-tailed)
N
0,780 Alpha
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber Data Diolah, 2013.
Keterangan :
Y = Pengembangan Puskesmas
Y1.1 = Item 1 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena Perkembangan
Y1.2 = Item 2 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena
Puskesmas sudah sesuai dengan standar pelayanan kesehatan
sekarang.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara item
terhadap Variable Pengembangan Puskesmas (Y), dikatakan valid karena berada
dibawah probabilitas 0,05 sebesar 0,00. Koefisien reliabilitas dengan
menggunakan alpha Cronbach dapat diketahui alphanya sebesar 0,780 yang
berarti alphanya diatas 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi tersebut
reliable.
B. Hasil Pengujian Asumsi Klasik. 1. Uji Multikolinieritas.
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya koreasi antara peubah bebas. Jika terjadi korelasi maka
dinamakan terdapat problem Multikolinieritas (Multikol). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara peubah bebas. Untuk mendeteksi
adanya multikolinieritas dapat dilihat dari VIF (variance inflation factor) dan
tolerance (Singgih Santoso,2002:112). Pedoman suatu model yang bebas
Multikolinieritas yaitu mempunyai nilai VIF < 5. Dari hasil analisi diperoleh nilai
48
Tabel 13 : Hasil Uji Multikolinieritas
Varibel Bebas VIF Keterangan
Biaya Pengobatan (X1) 1.043 Non Multikolinieritas
Pelayanan (X2) 1.044 Non Multikolinieritas
Kepuasan Pasien (X3) 1.008 Non Multikolinieritas Sumber : Data Diolah, 2013.
Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas seperti yang tercantum pada tabel
12, dapat diketahui bahwa masing-masing peubah mempunyai nilai VIF kurang
dari 5. Sehingga dapat dikatakan model regresi yang digunakan adalah bebas
multikolinieritas.
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena obervasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi
ke observasi lainya. Dengan kata lain, masalah ini sering kali ditemukan apabila
kita menggunakan data runtut waktu. Hal ini disebabkan “gangguan” pada
seorang individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya
(Ananta,1987:74). Pemeriksaan Autokorelasi menggunakan metode
Durbin-Watson, dimana jika nilai DW diantara -2 sampai 2, maka asumsi tidak terjadi
Tabel 14 : Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb Mod
el
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1 .808a .653 .642 .93499 1.196 a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Biaya pengobatan (X1), Pelayanan (X2), Kepuasan Pasien (X3)
b. Dependent Variable: Y Sumber : Data Diolah,2013.
Dari perhitungan diperoleh nilai DW sebesar 1.196, karena nilai ini berada
diantara -2 dan 2, maka asumsi tidak terjadinya autokorelasi terpenuhi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model ini regresi terjadi
ktidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank
Spearman yaitu mengkorelasikan antara absolute residual hasil regresi dengan
semua variabel bebas. Bila signifikan hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 maka
persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas dan sebaliknya
berarti non Heteroskedastisitas atau homoskedasitas. Hasil uji heterokedastisitas
ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 15 : Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Bebas R Sig Keterangan
Biaya pengobatan (X1) 0.128 0,203 Homoskedasitas
Pelayanan (X2) 0.807 0,000 Homoskedasitas
[image:57.595.110.517.605.719.2]50
C. Hasil Pengujian Regresi.
Setelah melewati proses analisis faktor, data yang didapatkan disiapkan untuk
selanjutnya dimasukkan dalam proses regresi dengan bantuan program SPSS 16
for windows, dengan persamaan berikut :
Dimana :
Y = Pengembangan Puskesmas
X1 = Biaya Pengobatan
X2 = Pelayanan
X3 = Kepuasan Pasien
Setelah proses pengolahan dengan analsis regresi yang menggunakan alat bantu
SPSS 16 for windows, maka didapatkan hasil-hasil analisis yang ada di tabel
[image:58.595.113.506.474.657.2]berikut ini :
Tabel 16 : Hasil Uji Regresi
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant
)
-2.254 1.968 -1.146 .255
X1 .055 .134 .025 .409 .684 X2 .280 .021 .811 13.19
3
.000
X3 .021 .055 .023 .385 .701 a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Diolah,2013.
Dengan melihat tabel diatas, maka dapat disimpulkan koefisien-koefisien akan
Pengembangan Puskesmas = -2.254 + 0,55 Biaya Berobat + 0,280 Pelayanan +
0,021 Kepuasan Pasien
Interpretasi dari regresi diatas adalah sebagai berikut:
1. Konstanta (α)
Ini berarti jika semua variabel bebas memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel
terikat (pengembangan puskesmas) sebesar -2,254.
2. Variabel Biaya Pengobatan (X1) Terhadap Variabel Pengembangan
Puskesmas
Nilai koefisien variabel motivasi untuk variabel X1 sebesar 0,055. Ini
menunjukkan bahwa variabel biaya pengobatan mempunyai pengaruh yang
siginifikan terhadap pengembangan puskesmas. Hal ini mengandung arti
bahwa setiap kenaikan variabel biaya pengobatan satu satuan maka variabel
pengembangan puskesmas (Y) akan naik sebesar 0,055 dengan asumsi bahwa
variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
3. Variabel Pelayanan (X2) Terhadap Variabel Pengembangan Puskesmas
Nilai koefisien variabel biaya pengobatan untuk variabel X2 sebesar 0,280. Ini
menunjukkan bahwa variabel pelayanan mempunyai pengaruh yang
siginifikan terhadap pengembangan puskesmas Hal ini mengandung arti
bahwa setiap kenaikan variabel pelayanan satu satuan maka variabel
pengembangan puskesmas (Y) akan naik sebesar 0,280 dengan asumsi bahwa
variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
4. Variabel Kepuasan Pasien (X3) Terhadap Variabel Pengembangan Puskesmas.
Nilai koefisien Biaya Pengobatan X3 sebesar 0,021. Hal ini mengandung arti
52
Pengembangan Puskesmas (Y) akan naik sebesar 0,021 dengan asumsi bahwa
variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
D. Hasil Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan
yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar
daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa
semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
[image:60.595.111.500.388.542.2]Untuk analisisnya dari output SPSS dapat dilihat dari tabel berikut ini
Tabel 17 Hasil Uji F
ANOVAb Model Sum of
Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regressio n
157.786 3 52.595 60.163 .000a
Residual 83.924 96 .874 Total 241.710 99
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data Diolah,2013.
Dari Tabel diperoleh nilai Fhitung sebesar 60,163 dengan nilai probabilitas
(sig)=0,000. Nilai Fhitung (60,163) > Ftabel (2,46), dan nilai sig. lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,05; maka H0 diterima, berarti secara
bersama-sama (simultan) variabel biaya pengobatan, pelayanan,dan kepuasan
pasien berpengaruh signifikan terhadap pengembangan puskesmas.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa
dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Santosa&Ashari,
2005:125).
Dalam bahasa sehari-hari adalah kemampuan variabel bebas untuk berkontribusi
terhadap variabel tetapnya dalam satuan persentase. Nilai koefisien ini antara 0
dan 1, jika hasil lebih mendekati angka 0 berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas. Tapi jika hasil
mendekati angka 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Untuk analisisnya dengan menggunakan output SPSS dapat dilihat pada tabel
[image:61.595.118.465.443.557.2]berikut ini.
Tabel 18. Hasi Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate 1 .808a .653 .642 .93499 a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b. Dependent Variable: Y Sumber : Data Diolah,2013
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa variabel biaya pengobatan,
pelayanan,dan kepuasan pasien berpengaruh sebesar 65,3% terhadap
pengembangan puskesmas. Sedangkan sisanya sebesar 34,7% dipengaruhi
variabel lain yang tidak diteliti. Karena nilai R Square di atas 5% atau cenderung
mendekati nilai 1 maka dapat disimpulkan kemampuan variabel-variabel
54
E. Hasil Uji T Tabel 19. Hasi Uji T.
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant
)
-2.254 1.968 -1.146 .255
X1 .055 .134 .025 .409 .684 X2 .280 .021 .811 13.19
3
.000