• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENGEMBANGAN KELANGSUNGAN PUSKESMAS SWADANA DI PUSKESMAS KEDATON DAN PUSKESMAS TAMIN (2004 – 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENGEMBANGAN KELANGSUNGAN PUSKESMAS SWADANA DI PUSKESMAS KEDATON DAN PUSKESMAS TAMIN (2004 – 2012)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG

PENGEMBANGAN KELANGSUNGAN PUSKESMAS SWADANA DI PUSKESMAS KEDATON DAN PUSKESMAS TAMIN

(2004 – 2012)

Oleh

ARI TEGUH HARYONO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF GOVERNMENT POLICY DEVELOPMENT IN PUBLIC HEALTH CONCERN HEALTH self-finance TAMN KEDATON AND

HEALTH CENTERS (2004 – 2012)

By

Ari Teguh Haryono

The purpose of this study was to determine the effect of the variable cost of treatment, care, continuity of patient satisfaction with the development of self-financing community health centers in health centers and health centers Kedaton Tamin data used is primary data. hypothesis testing is done to test the approach of factor analysis and classical assumption by using SPSS 16.0.

Based on the results of hypothesis testing (T test) between the independent variables, namely the cost of treatment (X1), service (X2), patient satisfaction (X3) with the dependent variable is the development of community health centers (Y), can be known only service factor, these factors have a relationship

significantly to the development of continuity of phc. While the cost of treatment along with factors of patient satisfaction factors had no significant effect in influencing the development of continuity clinic. Through this study suggested that the health center concerned about its development ministry, to stay ahead of the technology used, and the latter is the standard used in the health world.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENGEMBANGAN KELANGSUNGAN PUSKESMAS SWADANA DI PUSKESMAS

KEDATON DAN PUSKESMAS TAMIN (2004 – 2012)

Oleh

Ari Teguh Haryono

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel biaya pengobatan, pelayanan, kepuasan pasien terhadap pengembangan

kelangsungan puskesmas swadana di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin Data yang digunakan ialah data primer. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan uji analisis faktor dan uji asumsi klasik dengan menggunakan SPSS 16.0.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (uji t) antara variabel-variabel bebas yaitu biaya pengobatan(X1), pelayanan (X2), kepuasan pasien (X3) dengan variabel terikat yaitu pengembangan puskesmas (Y), dapat diketahui hanya factor pelayanan,faktor tersebut mempunyai hubungan yang signifikan terhadap

pengembangan kelangsungan Puskesmas. Sedangkan faktor biaya pengobatan beserta faktor kepuasan pasien tidak berpengaruh signifikan dalam mempengaruhi pengembangan kelangsungan puskesmas. Melalui penelitian ini disarankan agar Puskesmas memperhatikan masalah pelayanannya mengenai pengembangannya, selalu terdepan dalam teknologi yang digunakan, dan terakhir ialah standar yang digunakan dalam dunia kesehatan

(4)
(5)
(6)
(7)

Halaman

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Kerangka Pemikiran ... 10

E. Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Puskesmas ... 14

B. Penyelenggaraan Puskesmas Menjadi Unit Swadana Daerah 17

C. Puskesmas Unit Swadana……….. 18

D. Teori Biaya……… 21

E. Teori Kepuasan………. 22

F. Teori Pelayanan ... 22

G. Penelitian Terdahulu ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Pengumpulan Data ... 27

D. Skala Pengukuran ... 28

E. Alat Analisis………. 28

F. Gambaran Umum………... 34

G. Gambaran Umum Responden……… 36

1. Jenis Kelamin………. 37

2. Umur……….. 38

3. Pendapatan………... 39

4. Fasilitas Penggunaan Pasien……….. 40

IV. Hasil Perhitungan Dan Pembahasan……… 41

A. Hasil Validitas dan Reabilitas..………. 41

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Pengobatan (X1). 41 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan (X2)……. 43

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Pasien (X3) 45

4. Uji Validitas dan Reliabiltas Variabel Pengembangan Puskesmas (Y) 46 B. Hasil Pengujian Asumsi Klasik……….... 48

(8)

2. Uji Autokorelasi……….. 49

3. Uji Heteroskedastisitas……… 49

C.Hasil Pengujian Regresi……….. 50

D. Hasil Uji F……….. 52

E. Hasil Uji T……….. 54

V. Kesimpulan Dan Saran ... 56

A.Kesimpulan………... 56

B. Saran………. 57

DAFTAR PUSTAKA

(9)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap orang yang

harus disediakan oleh pemerintah. Tiap seluruh warga masyarakat / setiap orang

berhak dapat pelayanan publik secara menyeluruh tentang pelayanan kesehatan

yang baik. Pelayanan kesehatan memiliki tujuan utama yaitu memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Tahun 2004).

Dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, khususnya dalam

pelayanan kesehatan ini, setiap warga berhak untuk mendapatkannya, semua

pelayanan kesehatan sudah mendapatkan subsidi untuk setiap warga, khusus yang

kurang mampu, selain itu pemerintah juga memberikan alokasi dana seperti

seberapa banyak dana yang di butuhkan,dan sesuai dengan anggaran yang telah di

sediakan, distribusi, Distribusi merupakan suatu proses penyampaian barang atau

jasa dari produsen ke konsumen, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut

diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility)

(10)

2

Dalam menciptakan ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek penting yang

terlibat didalamnya, yaitu :

1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of

distribution/marketing channel).

2. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution).

Dan stabilisasi untuk pengembangan pelayanan kesehatan, kemantapan,

kestabilan, keseimbangan, menciptakan suatu nasional yg dinamis bukanlah

semata-mata tugas pemerintah dan aparatnya, melainkan tugas segenap anggota

masyarakat juga

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh pihak

orang per orang tetapi juga oleh keluarga, kelompok bahkan masyarakat. Untuk

dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang harus dilakukan, salah

satu diantaranya yang dinilai cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan

kesehatan.

Pembiayaan merupakan salah satu unsur strategis dalam pembangunan dan

pelayanan kesehatan dan sebagai salah satu faktor yang menunjang

kesinambungan kegiatan. Selain pembiayaan, penunjang kesinambungan kegiatan

adalah sumber daya manusia, sarana, teknologi, peran serta masyarakat.

Kenaikan pembiayaan kesehatan disebabkan oleh:

(1) Biaya operasi yang meningkat karena biaya proses pelayanan dan harga bahan

yang naik.

(2) Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap pelayanan sehingga laju

pertambahan penduduk melebihi laju pengadaan fasilitas, tenaga dokter,

(11)

(3) Kemajuan teknologi kedokteran dengan perlengkapan canggih yang butuh

biaya mahal.

(4) Bergesernya pola penyakit ke arah penyakit campuran atau yang butuh

pelayanan lebih spesialisasi dan peralatan lebih canggih.

(5) Berkembangnya komponen seperti AC, TV, kulkas, dan lain-lain.

(6) Askes yang makin berkembang walau masih terbatas jangkauannya.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Tujuan menyelenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

berperan penting untuk meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia

Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut diselenggarakan

berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu kepada

masyarakat yang diberikan di berbagai institusi kesehatan masyarakat, yang terdiri

dari : Pusat Kesehatan Mayarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu, Puskesmas

Perawatan, Puskesmas Keliling atau Terapung atau penempatan tenaga medis dan

paramedis secara merata di puskesmas. Sebagai pengguna jasa kesehatan,

masyarakat merupakan faktor yang menentukan dalam memperluas dan

meningkatkan jangkauan suatu mutu pelayanan kesehatan sehingga masyarakat

makin memperoleh kesempatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara

mandiri, sebagaimana tercantum dalam:

1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H tentang hak azasi manusia

(12)

4

2. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang memuat pasal

yang mengatur hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Menurut Sadono Sukirno (2000;233) Total Penerimaan (TR) adalah seluruh

jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari menjual barang yang

diproduksinya.

Dimana : TR = PxQ

Keterangan : TR = Total Revenue/Total Penerimaan

P = Harga tarif

Q = Jumlah permintaan konsumen

Bila diterapkan untuk produk jasa maka Total Revenue adalah seluruh jumlah

pendapatan yang diterima dari pemberian pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas.

Pungutan pelayanan kesehatan adalah penerimaan dari produk jasa yang terbentuk

dari banyaknya jumlah orang yang meminta jasa pelayanan kesehatan dikali

dengan besar tarif pelayanan kesehatan itu sendiri dalam hal ini Puskesmas.

Hingga saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.

Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan

Puskesmas pembantu serta Puskesmas keliling. Kecuali itu untuk daerah yang

jauh sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.

Tercatat mulai tahun 2002 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277

unit, Puskesmas Pembantu 21.587 unit, Puskesmas Keliling 5.084 unit (Perahu

(13)

fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459 unit tidak

dilengkapi dengan fasilitas rawat inap .

Sedangkan di Kota Bandar Lampung sendiri, sarana dan prasarana yang ada

sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung

terdiri atas :

a. Puskesmas (induk) berjumlah 29 unit.

b. Puskesmas perawatan berjumlah 12 unit.

c. Puskesmas pembantu berjumlah 73 unit.

d. Puskesmas keliling berjumlah 28 unit.

e. Posyandu berjumlah 582 unit.

f. Puskesmas Swadana 10 unit.

Arus reformasi juga terjadi di bidang kesehatan berbagai bentuk pergeseran

paradigma sedang berlangsung dan ini memerlukan penyesuaian konsep-konsep

pembangunan kesehatan, termasuk puskesmas. Ini dikarenakan karena semakin

terbatasnya dana yang di berikan dalam APBD. Seperti salah satunya adalah

dengan menjadikan Puskesmas menjadi Puskesmas Swadana yang diberi

kebebasan mengelola dan membiayai Puskesmas secara mandiri tanpa harus

diberi bantuan dari pemerintah maupun bantuan lain sehingga Puskesmas tidak

perlu lagi menyetor sebagian hasil retribusinya kepada kas daerah. Puskesmas

yang ada di Bandar Lampung sudah menjadi Puskesmas Swadana sejak Januari

2003 hingga sekarang. Anggaran Puskesmas Swadana ini sumbernya berasal dari

(14)

6

pemungutan tarif Puskesmas berdasarkan Perda No. 8 tahun 1997 tentang

retribusi pelayanan kesehatan.

Mengenai obat-obatan, di Puskesmas Swadana di dapat dari obat Inpres, ASKES,

BKKBN, dan obat lainnya. Sementara obat yang belum mencapai kebutuhan, baik

jumlah maupun macamnya, setelah statusnya menjadi Puskesmas Swadana,

puskesmas tersebut berusaha memenuhi kebutuhan obat melalui pengadaan

sendiri dengan memanfaatkan tenaga fungsional Puskesmas.

Hal ini disebabkan Puskesmas Swadana sudah diberi kewenangan mengelola

anggaran sendiri tapi masih mendapat bantuan Pemda setempat, Dinas Kesehatan

Kota Bandar Lampung. Karena masih mendapatkan obat, Puskesmas Swadana di

Bandar Lampung masih dibebankan untuk menyumbang PAD setiap tahunnya.

Namun 75% dananya dikembalikan lagi ke Puskesmas Swadana karena sebagian

obat diadakan sendiri. Namun diharapkan nanti Puskesmas Swadana yang ada di

Bandar Lampung tidak lagi mendapat jatah bantuan obat dari pemerintah Bandar

Lampung. Untuk tahun-tahun sekarang Puskesmas Swadana masih di wajibkan

menyetorkan 25% pendapatan mereka ke Pemerintah Daerah bertujuan untuk

mendapatkan bantuan obat-obatan, untuk selanjutnya Puskesmas Swadana tidak

diwajibkan untuk menyetorkan pendapatan mereka 25% pertahunnya dan tidak

menerima bantuan obat-obatan.

Mengingat keterbatasan yang dimiliki, maka hanya dibatasi menjadi 2 Puskesmas

yang dijadikan sampel yaitu Puskesmas Perawatan Kedaton dan Puskesmas

Tamin. Alasan memilih kedua Puskesmas tersebut dikarenakan adalah Puskesmas

(15)

yang tersedia, dan lain sebagainya sehingga memungkinkan untuk dijadikan

sampel penelitian.

Tabel 1. Jumlah Penerimaan Puskesmas Perawatan Kedaton dan Puskesmas Tamin tahun 2004 - 2012.

No Tahun Penerimaan (Rp)

Kedaton

Penerimaan (Rp) Tamin 1. 2004 22.812.000 18.529.000 2. 2005 22.910.000 18.899.000 3. 2006 24.231.000 19.340.000 4. 2007 24.567.000 19.887.000 5. 2008 26.119.000 20.019.000 6. 2009 27.008.000 22.924.000 7. 2010 27.889.000 23.780.000 8. 2011 28.989.000 23.886.000 9. 2012 29.791.000 24.556.000 10 Jumlah 234.791.000 191.820.000 Sumber : Puskesmas Perawatan Kedaton, dan Puskesmas Tamin, 2013

Tabel di atas menjelaskan jumlah penerimaan Puskesmas Kedaton dari tahun ke

tahun terjadi peningkatan penerimaan. Jumlah penerimaan terbesar pada tahun

(16)

8

Tabel 2. Jumlah Kunjungan Puskesmas Perawatan Kedaton Tahun 2004 - 2012

No Tahun Jumlah Kunjungan Kunjungan Umum Kunjungan Askes Kunjungan JPS-BK/Jamkesmas Jamkesda/Gratis 1. 2004 51574 16563 29885 5126 2. 2005 51610 16577 29899 5134 3. 2006 51654 16594 29922 5138 4. 2007 51704 16612 29949 5143 5. 2008 51740 16628 29956 5156 6. 2009 51814 16652 29974 5188 7. 2010 51883 16664 29988 5231 8. 2011 51957 16689 29996 5272 9. 2012 52066 16693 30041 5332 Sumber : Puskesmas Perawatan Kedaton, 2013

Tabel 3 menjelaskan jumlah kunjungan Puskesmas Perawatan Kedaton selama 9

tahun terakhir. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kunjungan.

Khususnya di kunjungan kartu askes, JPS-BK, Jamkesmas, Jamkesda/gratis.

Berdasarkan Dinas Kesehatan, pemerintah mengambil kebijakan menjadikan

Puskesmas Swadana, ini dikarenakan karena semakin terbatasnya dana yang di

berikan dalam APBD. Seperti salah satunya adalah dengan menjadikan

Puskesmas menjadi Puskesmas Swadana yang diberi kebebasan mengelola dan

membiayai Puskesmas secara mandiri tanpa harus diberi bantuan dari pemerintah

maupun bantuan lain sehingga Puskesmas tidak perlu lagi menyetor sebagian hasil

retribusinya kepada kas daerah. Pelaksanaan pemungutan tarif Puskesmas

berdasarkan Perda No. 8 tahun 1997 tentang retribusi pelayanan kesehatan.

Sedangkan untuk Puskesmas Tamin yang memiliki wilayah kerja seluas 203,1

hektar, yang meliputi 6 Kelurahan, yaitu Kelurahan Tanjung Karang, Kelurahan

Enggal, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Gunung Sari, Kelurahan Penengahan

(17)

Tabel 3. Jumlah Kunjungan Pasien Puskesmas Tamin Tahun 2004 sampai tahun 2012

Sumber : Puskesmas Tamin, 2013

Tabel 3 menjelaskan jumlah kunjungan Puskesmas Perawatan Tamin selama 9

tahun terakhir. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kunjungan.

Khususnya di kunjungan kartu askes, JPS-BK, Jamkesmas, Jamkesda/gratis.

Dari beberapa uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti dan menulis

dengan judul. “Analisis Kebijakan Pemerintah Tentang Pengembangan Kelangsungan Puskesmas Swadana Di Puskesmas Kedaton Dan Puskesmas Tamin”.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas, dan dengan

memperhatikan potensi yang dimiliki dari kedua Puskesmas tersebut, maka

permasalahannya adalah :

1. Apakah Program Puskesmas Swadana tersebut dapat berkelanjutan untuk

masa akan datang sehingga nantinya akan mampu untuk dijadikan

Swadana penuh, yang artinya akan mencari pembiayaan sendiri tanpa

bantuan dari pemerintah.

No Tahun Jumlah

(18)

10

2. Apakah biaya pengobatan di Puskesmas Swadana sesuai dengan pelayanan

yang diberikan oleh Puskemas tersebut.

3. Apakah pelayanan di Puksesmas Swadana sudah optimal sesuai dengan

standarisasi pelayanan di dunia kesehatan.

4. Apakah pasien mendapatkan kepuasan berobat di Puskesmas Swadana

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Potensi kelangsungan Puskesmas Swadana di Bandar Lampung.

2. Biaya pengobatan yang sesuai dengan pelayanan di Puskesmas Swadana.

3. Untuk mengetahui apakah pelayanan di Puskesmas Swadana sudah

optimal sesuai dengan standarisasi pelayanan di dunia kesehatan.

4. Untuk mengetahui kepuasan pasien berobat di Puskesmas Swadana.

D. Kerangka Pemikiran

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta mempertinggi kesadaran

akan pentingnya hidup sehat. Pengelolaan kesehatan yang terpadu dikembangkan

untuk mendorong peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dalam

pembangunan kesehatan.

Pengelolaan kesehatan yang terpadu dikembangkan untuk mendorong peran serta

masyarakat, termasuk dunia usaha dalam pembangunan kesehatan. Pengadaan dan

(19)

didirikannya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) oleh Pemerintah dengan

mengindahkan prinsip kemanusiaan dan kepatuhan. Puskesmas didirikan oleh

Pemerintah berdasarkan ekonomi kemasyarakatan/pemerintahan (Ekonomi

Publik) yang bertujuan peningkatkan sumber daya manusia, kesejahteraan dan

kehidupan sehat, dan tujuan utamanya bukanlah untuk profit (mengejar

keuntungan semata).

Sadono Sukirno (1985, hal 51) mengatakan bahwa permintaan seseorang atau

suatu masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara

faktor-faktor tersebut adalah harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain

yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rata-rata

masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat,

jumlah penduduk dan ramalan keadaan masa depan. Sedangkan penawaran barang

oleh seseorang ditentukan oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos

produksi, dan tingkat teknologi yang dipakai.

Jasa merupakan barang yang bisa dirasakan, sehingga faktor-faktor yang

mempengaruhi barang sama dengan yang mempengaruhi jasa. Adapun

faktor-faktor atau indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dari program Swadana

Puskesmas adalah pendapatan Puskesmas yang di dapat dari tarif karcis masuk

Puskesmas, tingkat waktu tunggu pelayanan, keamanan dan kenyamanan, sarana

pendukung, serta kinerja. Dan untuk menghitung tingkat keberhasilan tersebut

dengan menggunakan Model Kendall (W) dalam alat analisis..

Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan masyarakat, maka penting

(20)

12

Karena dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, Puskesmas harus

mampu mengadakan sumber daya baru dalam rangka mendukung pelayanan yang

ada maupun yang diperbesar dan mempunyai kemungkinan untuk mengadakan

tambahan penerimaan untuk mencukupi kebutuhan akibat adanya program

kesehatan yang semakin meningkat dan penerimaan dari alokasi lain seperti

APBD yang semakin sedikit.

Gambar1. Kerangka Berfikir Sumber : Pengolahan Data, 2013

Melihat dari kerangka berfikir diatas untuk mengetahui perkembangan Puskesmas

Swadana dilihat dari 3 faktor, yaitu biaya pengobatan, pelayanan, dan kepuasan

pasien. Karena ketiga faktor tersebut adalah sebagai faktor utama yang sangat

mempengaruhi tentang kelangsungan pengembangan Puskesmas Swadana. Pengembangan Puskesmas (Y) Biaya

Pengobatan ( X1)

Pelayanan (X2)

(21)

E. Hipotesis

1. Diduga biaya pengobatan berpengaruh signifikan yang positif terhadap

perkembangan Puskesmas Swadana

2. Diduga pelayanan Puskesmas Swadana berpengaruh signifikan yamg positif

terhadap perkembangan Puskemas Swadana tersebut.

3. Diduga kepuasan pasien berpengaruh signifikan yang positif terhadap

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. . Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat. Disamping bertanggung

jawab terhadap kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan terpadu, juga

membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan

pokok (Depkes, 1997). Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu Kecamatan atau

sebagian dari Kecamatan. Sasaran penduduk yang dilayani oleh Puskesmas

rata-rata 30.000 orang dengan ditunjang unit pelayanan kesehatan yang lebih

sederhana yaitu Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan Pondok Bersalin

Desa (Depkes, 1997).

Pengertian Puskesmas menurut Azrul Azwar (1988 : 61) adalah unit pelaksanaan

fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat

pembinaan masyarakat, serta sebagai pusat pelayanan kesehatan, tingkat pertama

untuk masyarakat di wilayah kerjanya yang dalam melaksanakan berbagai

(23)

Dari beberapa pengertian Puskesmas di atas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas

merupakan kerjasama antara unit-unit fungsional dalam suatu wilayah tertentu

serta mempunyai tujuan bersama, yaitu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan

kesehatan di wilayah kecamatan.

Dari uraian singkat tentang pengertian diatas jelas bahwa Puskesmas adalah satu

satuan organisasi yang diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan

kesehatan di wilayah Kecamatan.

2. Misi Puskesmas

Ada 4 misi Puskesmas, yaitu :

1. Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan.

Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain agar

memperhatikan aspek kesehatan, yaitu agar pembangunan tersebut mendorong

lingkungan dan perilaku masyarakat agar semakin sehat.

2. Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat.

Puskesmas selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya di

bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk

hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,

dan terjangkau. Puskesmas harus selalu berupaya untuk menjaga agar cakupan

dan kuallitas layanannya tidak menurun, bahkan kalau bisa selalu ditingkatkan

(24)

16

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya. Puskesmas selalu berupaya agar derajat kesehatan

individu, keluarga dan masyarakat tetap terpelihara bahkan semakin

meningkat seiring dengan derap pembangunan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas (Keputusan Menteri Kesehatan RI).

3. Kedudukan dan Fungsi Puskesmas

Didalam hirarki pelayanan masyarakat, Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang secara administratif adalah merupakan perangkat

Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II. Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat

pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, memberikan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat dan membina peran

serta masyarakat di wilayah kerjanya.

Sedangkan fungsi Puskesmas menurut Suyono Yahya, 1987, dalam laporan

tahunan Dinas Kesehatan Tingkat I Lampung 2013 adalah :

“Dalam rangka meningkatkan kemampuan setiap orang/keluarga untuk dapat

memecahkan masalah kesehatannya sendiri dalam mewujudkan hidup sehat

dengan sasaran untuk peningkatan dan pemanfaatan upaya kesehatan, tidak hanya

dilakukan pada hirarkhi-hirarkhi profesional saja tetapi perlu dikembangkan

jaringan pelayanan masyarakat dan keluarga yang akan menampung saat-saat

tinggal landasnya pembangunan kesehatan seperti Puskesmas”.

Dengan fungsi yang seperti ini Puskesmas diharapkan dapat mengatur,

(25)

yang ada di wilayah kerjanya. Lebih lanjut diharapkan pula kiranya Puskesmas

dapat bertindak sebagai pusat rujukan untuk setiap pelayanan kedokteran dasar

yang berlangsung di wilayah kerjanya, misalnya pelayanan Poliklinik, Balai

Pengobatan, Pelayanan Bidan, Pengobatan Tradisional dan ataupun Pos Pelayanan

Terpadu.

Menurut sifatnya Puskesmas dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Puskesmas Swadana

Puskesmas Swadana yang diberi kebebasan mengelola dan membiayai Puskesmas

secara mandiri tanpa harus diberi bantuan dari pemerintah maupun bantuan lain

sehingga Puskesmas tidak perlu lagi menyetor sebagian hasil retribusinya kepada

kas daerah

2. Puskesmas Non Swadana.

Puskesmas non swadana ialah puskesmas yang diberi bantuan keseluruhan dari

pemerintah, maupun bantuan obat-obatan dan lainnya sehingga Puskesmas

menyetor hasil retribusinya kepada kas daerah.

B. Penyelenggaraan Puskesmas Menjadi Unit Swadana Daerah

Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan diperlukan adanya inovasi yang

dapat menanggulangi keterbatasan anggaran, sehingga sedikit demi sedikit

Puskesmas dapat mengurangi ketergantungannya terhadap APBN dan APBD.

Sebagai upaya terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah

menetapkan Unit Kerja Daerah tertentu menjadi Unit Swadana Daerah, yaitu

dapat menggunakan langsung penerimaan fungsionalnya tanpa disetor terlebih

(26)

18

Terhadap hal tersebut, telah dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 92

tahun 1993 tentang Penetapan dan Penatausahaan Serta Pertanggungjawaban

Keuangan Unit Swadana Daerah yang telah memberi peluang Puskesmas

ditetapkan menjadi Unit Swadana Daerah. Dengan dibentuknya Puskesmas

menjadi Unit Daerah, maka diharapkan akan lebih meningkatkan kinerja

pengelolaan keuangannya.

C. Puskesmas Unit Swadana

I Pengertian

Puskesmas Swadana dapat diartikan sebagai Puskesmas yang diberi wewenang

dapat mengelola sendiri penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasional

secara langsung dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Depkes, 1998).

Upaya mengelola langsung penerimaan fungsional dan memobilisasi potensi

pembiayaan dari masyarakat untuk mendukung peningkatan mutu, bukan agar

Puskesmas mandiri secara total dalam aspek pembiayaan. Puskesmas tidak dapat

mandiri secara penuh secara pembiayaan karena semua pelayanan dikenai tarif

(27)

II Tujuan, Sasaran dan Manfaat yang diharapkan dari Puskesmas Unit Swadana

Daerah

a. Tujuan

Tujuan yang diharapkan adalah meningkatkan mutu kesehatan Puskesmas

melalui pemanfaatan fungsinya secara langsung, meningkatkan jangkauan

pelayanan baik masyarakat mampu maupun tidak mampu, meningkatkan

pengembangan SDM dan profesionalisme staf Puskesmas, meningkatkan

manajemen Puskesmas termasuk keuangan.

b. Sasaran yang dituju

o Peningkatan mutu pelayanan

o Peningkatan kemampuan pembiayaan :

1. Peningkatan penerimaan dana swadana untuk biaya operasional dan

pemeliharaan diluar belanja pegawai dan investasi.

2. Meningkatkan efisiensi penggunaan pembiayaan yang berasal dari

sumber daya keuangan.

c. Terlaksananya pengelolaan keuangan secara terpadu :

Terlaksannya sistem pembiayaan terpadu yang meliputi penganggaran,

pelaksanaan, akuntansi dengan sistem pembukuan berpasangan dan

pelaporan keuangan.

d. Pengembangan sumber daya manusia :

1. Peningkatan kesejahteraan sumber daya manusia aparatur unit

swadana.

2. Pendidikan dan pelatihan di bidang managemen dan teknis

(28)

20

3. Terlaksananya pembinaan disiplin kerja.

e. Peningkatan produktifitas kerja.

f. Pelayanan fungsi sosial melalui penyediaan fasilitas sosial, penyediaan

biaya keringanan sampai dengan cuma-cuma dan mengupayakan adanya

subsidi silang.

III Persyaratan Puskesmas Unit Swadana

Puskesmas untuk menjadi Unit Swadana harus memenuhi syarat sebagai berikut :

 Penerimaan fungsional yaitu unsur biaya yang diperlukan bagi produksi jasa

yang diminta masyarakat. Puskesmas mempunyai penerimaan fungsional

yang memenuhi unsur biaya produksi jasa yang diminta oleh masyarakat

yaitu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

 Penerimaan dari pelayanan kesehatan tersebut tetap dan terus menerus.

 Pemberian pelayanan kesehatan tidak merupakan usaha yang bertujuan

mencari keuntungan.

 Pemberian pelayanan kesehatan dapat lebih meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat.

 Perubahan menjadi Unit Swadana Daerah tidak akan mengubah tugas, fungsi,

formasi dan anggaran belanja pegawai.

Walaupun demikian tidak semua Puskesmas dapat menjadi Unit Swadana Daerah,

karena perubahan status menjadi Puskesmas Unit Swadana mempunyai

konsekuensi bertambahnya kewajiban sesuai peraturan sehingga hanya Puskesmas

yang memenuhi kriteria yang dapat diusulkan sebagai Puskesmas Unit Swadana

(29)

D. Teori Biaya

Harga dapat memberikan kinerja uang yang memuaskan (Kotler 2005).

Menghadapi situasi seperti ini pengusaha harus segera menentukan dasar

pertimbangan yang paling tepat dalam menetapkan harga. Penetapan harga dan

persaingan harga telah dinilai sebagai masalah utama yang dihadapi oleh faktor

internal yang disesuaikan dengan strategi bauran pemasaran sebagai satu

kesatuan. Faktor eksternal perusahaan yang mempengaruhi harga adalah tawaran

dan harga pesaing serta kondisi ekonomi seperti tingkat inflasi, suku bunga

perbankan, resesi maupun kebijakan pemerintah.

Pada dasarnya komponen retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai

retribusi jasa umum yang terdiri dari komponen:

 Biaya investasi,

 Biaya pemeriksaan dan tindakan medis,

 Biaya pengobatan,

 Biaya penginapan dan konsumsi,

 Biaya pengadaan kartu,

 Biaya kegiatan rutin dan pemeliharaan.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi adalah:

1 Pelayanan rawat jalan kesehatan dan pelayanan rawat jalan rujukan Puskesmas.

2. Pelayanan rawat jalan tindakan khusus: perawatan sederhana, sedang dan besar

(30)

22

E. Teori Kepuasan

Menurut Day (dalam Lupiyoadi & Hamdani, 2006), kepuasan pelanggan adalah

dikonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja

lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Adapun

menurut Engel, et.al (dalam Tjiptono), 2001:146), kepuasan pelanggan merupakan

evaluasi purna jual dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya mem-

berikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan.

Sementara menurut Kotler (2002:36), secara umum kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya

terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kotler

(2002:43), menekankan tiga hal penting dalam membangun kepuasan pelanggan,

antara lain : mutu, pelayanan dan nilai.

F. Teori Pelayanan

Keberhasilan perusahaan dalam memberikan layanan yang berkualitas kepada

para pelanggannya, dalam empat perusahaan) berusia 25 tahun ke atas,

disimpulkan bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL sebagai berikut

(Parasuraman, dkk, 1998) : Dimensi Pertama, dari kualitas pelayanan menurut

konsep SERVQUAL adalah berwujud (tangible) yaitu kemampuan suatu

perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.

Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat

(31)

sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi

jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-lain),

perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan

pegawainya. Karena pelayanan tidak bisa dilihat, dicium, ataupun diraba, maka

aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan. Tangible yang

baik akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek

tangible ini merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan

pelanggan. Oleh karena itu penting bagi pelaku bisnis atau perusahaan untuk

mengetahui seberapa jauh aspek tangible yang paling tepat, yaitu masih

memberikan impresi yang positif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan

tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan yang terlalu tinggi. Kepuasan

pelanggan terhadap pelayanan juga ditentukan oleh dimensi Kedua, yakni

kehandalan (reliability), yaitu dimensi yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan

terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan

waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang

simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi secara spesifik, serta memiliki waktu

(32)

24

G. Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Variabel Yang Digunak an Alat Analisis Hasil penelitian

1. Solikhah Hubungan Kepuasan Pasien Dengan Minat Pasien Dalam Pemanfaatan Ulang Pelayanan Pengobatan Di puskesmas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasaan pasien dengan minat pasien dalam pemanfaatan ulang pelayanan pengobatan di Puskesmas Kepuasa n pasien dan minat pasien Uji statistic product moment Secara umum responden puas terhadap pelayanan pengobatan di Puskesmas sebesar 88,7%, ada hubungan positif bermakna anatara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien

2 Linda

Nur Susila dan Nur Hidayati Pengaruh Pelayanan Dan Biaya Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pasien Puskesmas Wonogiri 2 Kabupaten Wonogiri a. Mengetahui secara empiris pengaruh pelayanan dan biaya terhadap kepuasan pasien Puskesmas Wonogiri 2 Kabupaten Wonogiri. b. Mengetahui secara empiris pengaruh pelayanan, biaya dan kepuasan terhadap loyalitas pasien Puskesmas Wonogiri 2 Kabupaten Wonogiri Loyalitas Pelanggan , Kepuasan Pelanggan , Kualitas Pelayanan ,Biaya / Harga Uji Instrume n Penelitian , Uji Linearitas , Analisis Jalur ( Path analysis ) Bahwa dengan kebijakan menjadi unit swadana pendapatan Puskesmas Unit Swadana meningkat cukup tinggi dimana Puskesmas Lima Kaum I tertinggi peningkatan pendapatannya dari Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin di

Bandar Lampung. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini ialah semua pasien

yang berobat pada tahun 2012.

B. Populasi dan Sampel. 1. Populasi.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang

memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

diteliti dan kemudian ditarik kesimpulan bahwa populasi pengunjung (pasien) di

Puskesmas Swadana di Puskesmas Kedaton sebesar 52066 pasien dan di

Puskesmas Tamin sebesar 37272 pasien. Adapun yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien Puskesmas Swadana di Puskesmas Kedaton

dan Puskesmas Tamin

2. Sampel.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Jumlah populasi yang terlalu besar tidak memungkinkan peneliti meneliti

seluruhnya. Untuk mendapatkan responden yang dapat mewakili populasi maka

dalam penelitian ini ditentukan jumlah sampel melalui rumus berikut :

(34)

26

Keterangan :

B = bound of error sebesar 90%, jadi B = 0,1

n = besarnya sampel

N = besarnya populasi

P = rasio dari unsur-unsur sampel yang memenuhi criteria

D = standar penyimpangan

(Nazir, 1983)

Maka didapatkan jumlah sampel untuk Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin

sebesar :

n = 99,988808

n = 100

Dalam penelitian ini tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara acak

sederhana (Simple Random Sampling). Yaitu siapa saja pasien yang kebetulan

(35)

digunakan menjadi sampel sebagai sumber data. Adapun alasan menggunakan

tekhnik ini karena semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama

untuk menjadi anggota sampel.

C. Pengumpulan Data

1. Data primer

a. Data kelangsungan lokasi Puskesmas, cara pengumpulan data dengan

memakai kuesioner yang telah dipersiapkan

b. Data potensi provider, yang diteliti gedung dilihat kenyamanan dan

kebersihan, variasi jasa pelayanan, jam buka pelayanan, dan hari buka

pelayanan. Cara pengumpulan data dengan observasi dengan daftar isian.

c. Data pelanggan, dengan cara wawancara dengan pelanggan setelah

dilayani.

2. Data sekunder

a. Data pendapatan, biaya, cost recovery, kebijakan tarif, pelanggan (sumber

pembiayaan). Data dikumpulakan dengan observasi, telah dan mencatat

dokumen-dokumen dan lainnya yang terkait di Puskesmas Unit Swadana.

Data dan biaya bersumber dari retribusi Puskesmas.

b. Data SDM, dengan observasi, telah dan mencatat dari dokumen

kepegawaian Puskesmas dengan menggunakan daftar isian.

c. Data jumlah Puskesmas di Bandar Lampung. Data bersumber dari Dinas

(36)

28

D. Skala Pengukuran.

Skala pengukuran menurut Sugiyono dalam Hasan (2002:70) adalah kesepakatan

yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval

yang ada di dalam alat ukur. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dalam

pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dalam penelitian ini skala

pengukuran yang digunakan adalah jenis skala Likert. Menurut Hasan (2002:72)

Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variable penelitian

(fenomena social spesifik) sperti sikap, pendapat dan persepsi social seseorang

atau kelompok orang.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat kepuasan, biaya, pelayanan pasien

dalam berobat maka digunakan skala Likert. Pemberian bobot skor diukur dengan

skala Likert dengan rentang satu sampai lima (Hasan,2002:72) yang dijabarkan

sebagai berikut :

 Jawaban sangat baik/sangat setuju, dengan skor 5.

 Jawaban cukup baik/setuju, dengan skor 4.

 Jawaban sedang/ragu-ragu, dengan skor 3.

 Jawaban kurang baik/tidak setuju, dengan skor 2.

 Jawaban sangat tidak baik/sangat tidak setuju, dengan skor 1.

E. Alat Analisis

1. Pengujian Valditas dan Reliabilitas

Validitas dan rliabilitas. Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori pengukuran

sikap. Dimana dalam melakukan pengujian ini cukup memenuhi kevalidan

(37)

pelaksanaan program yang bertujuan dalam penelitian kesini harus memenuhi

validitas isi dan kontruksi.

UJi validitas dilakukan untuk menemukan kesahihan dan keandalan instrument

penelitian. Pengujian dilakukan dengan teknik analisis korelasi produk moment

(Arikunto, 2002:)

r =

Keterangan:

N = Banyaknya pasangan data

X = Varibel pertama

Y = Variabel kedua

= Jumlah

Sedangkan uji reliabilitas pada dasarnya untuk mengetahui sejauh mana hasil

suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang

menghasilkan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki

tingkat reliabilitas yang baik. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan

kaidah alpha cronbach, karena instrumen yang digunakan mempunyai tentang

nilai, dengan rumus (Arikunto,2002,152)

r= Keterangan:

(38)

30

K = Yang disebut sebagai indeks korelasi dua belahan instrument

= Jumlh butir varians

= Varians total

Selanjutnya indeks relibialitas diinterpretasikan dengan menggunakan table

interpretasi r untuk menyimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan cukup atau

[image:38.595.108.515.327.415.2]

tidak reliable. Nilai interpretasi reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai Interpretasi

0,800-1,00 Sangat Kuat

0,600-0.800 Kuat

0,400-0,600 Sedang

0,200-0,400 Rendah

0,000-0,200 Sangat Rendah

Tabel 4. Interpretasi Nilai r Sumber : Sugiyono,2007: 183

2. Pengujian Regresi

Setelah melewati proses sebelumnya, data yang didapatkan disiapkan untuk

selanjutnya dimasukkan dalam proses regresi dengan bantuan program SPSS 16

for window, dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana

Y = Kelangsungan Puskesmas

X1 = Biaya Pengobatan

X2 = Pelayanan

X3 = Kepuasan Pasien

(39)

Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan efisien (Best Linear

Unbias Estimator /BLUE) dari suatu persamaan regresi berganda dengan metode

kuadrat terkecil (Least Squares), perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui

model regresi yang dihasilkan dengan jalan memenuhi persyaratan asumsi klasik

yang meliputi :

a. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghazali (2005:91) Uji asumsi Multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas

(independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independent.

Jika terjadi korelasi variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

terdapat masalah Multikolinieritas atau disebut independen yang nilai korelasi

antara sesame variabel independen sama dengan nol.

Sedangkan untuk mengetahui gejala tersebut dapat dideteksi dari besarnya VIF

(Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Apabila nilai VIF tidak

melebihi angka 4 atau 5 maka model regresi bebas dari masalah multiko (Hines

dan Douglas, 1999:490). Dan suatu model regresi dikatakan baik apabila tidak

terdapat gejala Multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Tujuannya untuk menguji apakah dalam sebuah regresi linier berganda ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terjadi autokorelasi

(40)

32

Menurut Singgih (2005:219), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi ,

melalui model Durbin Watson yang dapat dilakukan melalui program SPSS,

dimana secara umum dapat diambil patokan yaitu:

 Jika angka D-W dibawah -2, berarti autokorelasi positif.

 Jika angka D-W dibawah +2, berarti autokorelasi negatif.

 Jika angka D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghazali (2005:105) tujuan dari asumsi regresi linier berganda.

Heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan

lain jika tetap maka disebut homokedasitas dan jika berbeda disebut

Heteroskedastisitas.

Menurut Suliyanto (2005:73), untuk mendeteksi gejala Heteroskedastisitas,

melalui metode park gleyser dengan menggunakan program SPSS. Melalui

metode ini jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha-nya (0,05), maka

dapat dipastikan model tidak mengandung unsure Heteroskedastisitas. Dikatakan

tidak terjadi Heteroskedastisitas apabila: t-hitung <t-tabel atau sig-t> .

4. Uji Hipotesis

a. Uji F

Uji F adalah metode pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas secara bersamaisama terhadap variabel terikat (Ghozali,2007).

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Jika nilai F hitung lebih besar

(41)

semua variabel independen secara simultan signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

b. Uji T

Uji instrument digunakan untuk mengetahui masing-masing sumbangan variabel

bebas secara parsial terhadap varabel terikat, menggunakan uji masing-masing

koefisien regresi mempunyai pengaruh yang bermakna atau tidak terhadap

variabel terikat, Sugiyono (2005:233)

Dimana :

r = koefisien Regresi

n = Jumlah Responden

(42)

34

F. Gambaran Umum

a. Puskesmas Perawatan Kedaton

Puskesmas Kedaton berdiri pada tanggal 2 Mei 1970 yang awalnya dikenal

dengan nama Health Center (HC) Kedaton. HC ini didirikan berdasarkan

permintaan Kepala Negeri Balau yang menyadari akan pentingnya pelayanan

kesehatan. Menurut Surat Keputusan Gubernur pada tahun 1982 Nomor

6/09/HC/1982 (SK Gubernur TK I Lampung), HC Kedaton membawahi beberapa

Puskesmas antara lain Puskesmas Natar, Karang Anyar, Way Galih dan

Puskesmas Tanjungan sampai tahun 1985. Pada bulan Maret 1985 HC Kedaton di

ubah statusnya dari pelaksanaan teknis menjadi Puskesmas. Hal ini berdasarkan

ketetapan Dinas Kesehatan Tingkat II Kota Madya Bandar Lampung.

1. Data Program Puskesmas

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka kegiatan

pelayanan kesehatan tersebut tidak terlepas dari kegiatan usaha pokok

sebagaimana tercantum di dalam mikro planning Puskesmas Perawatan Kedaton.

(43)

a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

b. Keluarga Berencana (KB)

c. Usaha peningkatan gizi

d. Kesehatan lingkungan

e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

f. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)

g. Pengobatan

h. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

i. Perawatan Kesehatan Masyarakat (PERKEMAS)

j. Kesehatan gigi dan mulut

k. Laboratorium

l. Pencatatan dan pelaporan

m. Imunisasi

n. Pembinaan olahraga

o. Usia lanjut

p. Kesehatan mata

q. Pembinaan pengobatan tradisional

(44)

36

b. Gambaran Umum Puskesmas Tamin

Puskesmas Tamin ini sebenernya dahulu lebih banyak dikenal sebagai puskesmas

simpur. Puskesmas ini didirikan pada tahun 1958, yang semula berada di Jalan

Kartini No.24, karena perkembangan penduduk sangat pesat maka pada tahun

1970 Puskesmas Tamin atau Simpur di pindah ke Jalan Tamin No.121, Kelapa

Tiga. Dari tahun 1958-1967 masih merupakan balai pengobatan yang semua

alatnya dari WHO dan UNICEF yang semula dimiliki oleh kota praja. semua

inventaris berasal dari kota praja yang diawasi oleh Dewan Pertimbangan Daerah

atau Badan Pekerja Harian atau dokter kota dan laporan diserahkan kepada

keresidenan Lampung.

G.Identitas Responden

Analisis Berdasarkan Tanggapan Responden

Penelitian dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang

pasien di Puskesmas Perawatan Kedaton dan 100 orang pasien di Puskesmas

Tamin yang sedang berobat. Penentuan sampel ini dengan menggunakan system

random sampling.

Berikut adalah beberapa tanggapan responden atas beberapa pertanyaan pada

kuesioner yang diberikan. Berdasarkan penyebaran kuisioner terhadap 100

responden yaitu mereka yang menjadi pasien Puskesmas Perawatan Kedaton dan

(45)
[image:45.595.108.386.169.256.2]

1. Jenis Kelamin

Tabel 5. Jenis Kelamin Pasien/Responden di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas

Tamin

Jenis Kelamin Pasien Puskesmas Kedaton dan Pasien

Puskesmas Tamin

Pria 41

Wanita 59

Jumlah Responden 100

Sumber : Data diolah, 2013

Menurut tabel 4 menunjukkan bahwa jenis kelamin responden dalam hal berobat

di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin tidak jauh berbeda, pria di

Puskesmas Kedaton dan Pasien Puskesmas Tamin 41 orang yang memiliki

persentase sebesar 41% dan wanita berjumlah 59 orang yang memiliki persentase

sebesar 59%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin wanita

paling banyak berobat di Puskesmas Swadana di Puskesmas Kedaton dan

(46)

38

[image:46.595.116.389.142.382.2]

2. Umur.

Tabel 6.Umur pasien/responden di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin.

Umur Pasien Puskesmas

Kedaton dan Puskesmas Tamin

< 20 tahun 14

21-30 tahun 23

31-40 tahun 23

41-50 tahun 28

> 51 tahun 12

Jumlah Responden 100

Sumber : Data diolah, 2013

Menurut tabel 5 menunjukkan bahwa umur < 20 tahun mempunyai responden

sebanyak 14 orang (14%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin, 11 orang

(11%). Umur 21-30 tahun mempunyai responden sebanyak 23 orang (23%) di

Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Umur 31-40 tahun mempunyai

responden sebanyak 23 orang (23%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas

Tamin. 41-50 tahun mempunyai responden sebanyak 28 orang (28%) di

Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. > 51 tahun mempunyai rsponden

sebanyak 12 orang (12%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berobat di Puskesmas Swadana,

Puskesmas Kedaton maupun Puskesmas Tamin lebih banyak yang berumur 21-30

(47)

3. Pendapatan

Tabel 7. Pendapatan Pasien/Responden di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas

Tamin.

Pendapatan Pasien Puskesmas Kedaton dan

Puskesmas Tamin

< 500.000 11

500.000 – 1.000.000 28 1.000.000 – 2.000.000 39

> 2.000.000 22

Jumlah Responden 100

[image:47.595.108.394.167.368.2]

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 6 menjelaskan bahwa pasien yang berpendapatan < 500.000 mempunyai

responden sebanyak 11 orang (11%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas

Tamin. Pendapatan 500.000 – 1.000.000 mempunyai responden sebanyak 28

orang (28%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Pendapatan 1.000.000

– 2.000.000 mempunyai responden sebanyak 39 orang (39%) di Puskesmas dan

Puskesmas Tamin. Pendapatan > 2.000.000 mempunyai responden sebanyak 22

orang (22%) di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa pasien dengan tingkat pendapatan 1.000.000-2.000.000

(48)

40

4. Fasilitas Penggunaan Pasien.

Tabel 8. Fasilitas Penggunaan Pasien di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas

Tamin.

Fasilitas Penggunaan Pasien

Pasien Puskesmas Kedaton

Biaya 28

ASKES 33

Jamkesmas/Jamkesda 39

Jumlah Responden 100

[image:48.595.107.393.168.313.2]

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 7 menjelaskan bahwa pasien yang datang untuk berobat dengan biaya

mempunyai responden sebanyak 28 orang (28%) di Puskesmas Kedaton dan

Puskesmas Tamin. Pasien yang datang berobat dengan menggunakan kartu

ASKES mempunyai responden sebanyak 33 orang (33%) di Puskesmas Kedaton

dan Puskesmas Tamin. Pasien yang datang berobat dengan menggunakan kartu

Jamkesmas/Jamkesda mempunyai responden sebanyak 39 orang (39%) di

Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Tamin. Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa pasien yang datang berobat menggunakan kartu Jamkesmas/Jamkesda

(49)

IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Validitas dan Reliabilitas.

Untuk perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen item masing-masing

variabel pada penelitan yang dilakukan menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows. Keseluruhan uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :

[image:49.595.109.515.348.521.2]

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Pengobatan (X1)

Tabel 9 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Pengobatan (X1)

Correlations

X1 X1.1 Pearson Correlation .735**

.000 100 Sig. (2-tailed)

N

X1.2 Pearson Correlation .809** .000 100 Sig. (2-tailed)

N

Alpha 0,811

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Diolah, 2013.

Keterangan :

X1 = Biaya Pengobatan.

X1.1 = Item 1 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena harga obat sangat

Terjangkau

X1.2 = Item 2 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena biaya berobat yang

(50)

42

Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara item

terhadap variable biaya (X1), dikatakan valid karena berada dibawah probabilitas

0,05 sebesar 0,00. Koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha Cronbach

dapat diketahui alphanya sebesar 0,811 yang berarti alphanya diatas 0,60 sehingga

(51)
[image:51.595.109.520.144.604.2]

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan (X2).

Tabel 10 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan (X2).

Correlations

X2 X2.1 Pearson Correlation .456**

Sig. (2-tailed) .000

N 100

X2.2 Pearson Correlation .640** Sig. (2-tailed) .000

N 100

X2.3 Pearson Correlation .524** Sig. (2-tailed) .000

N 100

X2.4 Pearson Correlation .667** Sig. (2-tailed) .000

N 100

X2.5 Pearson Correlation .456** Sig. (2-tailed) .000

N 100

X2.6 Pearson Correlation .640** Sig. (2-tailed) .000

N 100

X2.7 Pearson Correlation .524** Sig. (2-tailed) .000

N 100

X2.8 Pearson Correlation .667** Sig. (2-tailed) .000

N 100

Alpha 0,736

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Data Diolah, 2013.

Keterangan :

(52)

44

X2.1 = Item 1 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena perhatian

Puskesmas Swadana terhadap keluhan kesehatan pasien.

X2.2 = Item 2 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena proses pelayanan

berobat yang mudah dan cepat

X2.3 = Item 3 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena penangan

pelayanan dalam jasa di Puskesmas Swadana membuat pasien

merasakan kenyamanan dalam penanganan

X2.4 =Item 4 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena pelayanan

yang baik sehingga pasien berminat untuk kembali berobat di

Puskesmas Swadana

X2.5 = Item 5 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena

pelayanan yang ramah dan baik

X2.6 = Item 6 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena citra Puskesmas

Swadana yang baik

X2.7 = Item 7 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena perhatian

pelayanan Puskesmas Swadana kepada keluhan kesehatan pasien

X2.8 = Item 8 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena pelayanan hari dan

jam yang non stop operasional Puskesmas sehingga

mempermudah anda ingin berobat

Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara item

terhadap Variable Pelayanan (X2), dikatakan valid karena berada dibawah

probabilitas 0,05 sebesar 0,00. Koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha

Cronbach dapat diketahui alphanya sebesar 0,736 yang berarti alphanya diatas

(53)
[image:53.595.117.493.146.462.2]

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Pasien (X3). Tabel 11 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepuasan Pasien (X3).

Correlations

X3 X3.1 Pearson Correlation .362**

Sig. (2-tailed) .000

N 100

X3.2 Pearson Correlation .411** Sig. (2-tailed) .000

N 100

X3.3 Pearson Correlation .332** Sig. (2-tailed) .001

N 100

X3.4 Pearson Correlation .492** Sig. (2-tailed) .000

N 100

X3.5 Pearson Correlation .629** Sig. (2-tailed) .000

N 100

Alpha 0,604

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Diolah, 2012.

Keterangan :

X3 = Kepuasan Pasien

X3.1 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena merasakan kepuasan

berobat di Puskesmas Swadana.

X3.2 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena akses sangat muda

dalam menuju ke Puskesmas Swadana.

X3.3 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena lokasi Puskesmas

Swadana berada pada tempat yang strategis.

(54)

46

alatnya yang sesuai dengan standarisasi pengobatan dan kebutuhan.

X3.5 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena citra Puskesmas

Swadana yang sudah sesuai dengan standarisasi pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara item

terhadap Variable Kepuasan Pasien (X3), dikatakan valid karena berada dibawah

probabilitas 0,05 sebesar 0,00. Koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha

Cronbach dapat diketahui alphanya sebesar 0,604 yang berarti alphanya diatas

0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi tersebut reliable.

[image:54.595.110.501.362.555.2]

4. Uji Validitas dan Reliabiltas Variabel Pengembangan Puskesmas (Y). Tabel 12 : Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengembangan Puskesmas (Y).

Correlations

Y Y1.1 Pearson Correlation .738**

Sig. (2-tailed) .000 100 N

Y1.2 Pearson Correlation .736** .000 100 Sig. (2-tailed)

N

0,780 Alpha

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber Data Diolah, 2013.

Keterangan :

Y = Pengembangan Puskesmas

Y1.1 = Item 1 = Pasien berobat di Puskesmas Swadana karena Perkembangan

(55)

Y1.2 = Item 2 = Pasien berminat berobat di Puskesmas Swadana karena

Puskesmas sudah sesuai dengan standar pelayanan kesehatan

sekarang.

Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara item

terhadap Variable Pengembangan Puskesmas (Y), dikatakan valid karena berada

dibawah probabilitas 0,05 sebesar 0,00. Koefisien reliabilitas dengan

menggunakan alpha Cronbach dapat diketahui alphanya sebesar 0,780 yang

berarti alphanya diatas 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi tersebut

reliable.

B. Hasil Pengujian Asumsi Klasik. 1. Uji Multikolinieritas.

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya koreasi antara peubah bebas. Jika terjadi korelasi maka

dinamakan terdapat problem Multikolinieritas (Multikol). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara peubah bebas. Untuk mendeteksi

adanya multikolinieritas dapat dilihat dari VIF (variance inflation factor) dan

tolerance (Singgih Santoso,2002:112). Pedoman suatu model yang bebas

Multikolinieritas yaitu mempunyai nilai VIF < 5. Dari hasil analisi diperoleh nilai

(56)
[image:56.595.102.511.114.226.2]

48

Tabel 13 : Hasil Uji Multikolinieritas

Varibel Bebas VIF Keterangan

Biaya Pengobatan (X1) 1.043 Non Multikolinieritas

Pelayanan (X2) 1.044 Non Multikolinieritas

Kepuasan Pasien (X3) 1.008 Non Multikolinieritas Sumber : Data Diolah, 2013.

Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas seperti yang tercantum pada tabel

12, dapat diketahui bahwa masing-masing peubah mempunyai nilai VIF kurang

dari 5. Sehingga dapat dikatakan model regresi yang digunakan adalah bebas

multikolinieritas.

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena obervasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi

ke observasi lainya. Dengan kata lain, masalah ini sering kali ditemukan apabila

kita menggunakan data runtut waktu. Hal ini disebabkan “gangguan” pada

seorang individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya

(Ananta,1987:74). Pemeriksaan Autokorelasi menggunakan metode

Durbin-Watson, dimana jika nilai DW diantara -2 sampai 2, maka asumsi tidak terjadi

(57)
[image:57.595.109.466.114.252.2]

Tabel 14 : Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb Mod

el

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson 1 .808a .653 .642 .93499 1.196 a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

Biaya pengobatan (X1), Pelayanan (X2), Kepuasan Pasien (X3)

b. Dependent Variable: Y Sumber : Data Diolah,2013.

Dari perhitungan diperoleh nilai DW sebesar 1.196, karena nilai ini berada

diantara -2 dan 2, maka asumsi tidak terjadinya autokorelasi terpenuhi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model ini regresi terjadi

ktidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank

Spearman yaitu mengkorelasikan antara absolute residual hasil regresi dengan

semua variabel bebas. Bila signifikan hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 maka

persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas dan sebaliknya

berarti non Heteroskedastisitas atau homoskedasitas. Hasil uji heterokedastisitas

ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 15 : Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Bebas R Sig Keterangan

Biaya pengobatan (X1) 0.128 0,203 Homoskedasitas

Pelayanan (X2) 0.807 0,000 Homoskedasitas

[image:57.595.110.517.605.719.2]
(58)

50

C. Hasil Pengujian Regresi.

Setelah melewati proses analisis faktor, data yang didapatkan disiapkan untuk

selanjutnya dimasukkan dalam proses regresi dengan bantuan program SPSS 16

for windows, dengan persamaan berikut :

Dimana :

Y = Pengembangan Puskesmas

X1 = Biaya Pengobatan

X2 = Pelayanan

X3 = Kepuasan Pasien

Setelah proses pengolahan dengan analsis regresi yang menggunakan alat bantu

SPSS 16 for windows, maka didapatkan hasil-hasil analisis yang ada di tabel

[image:58.595.113.506.474.657.2]

berikut ini :

Tabel 16 : Hasil Uji Regresi

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant

)

-2.254 1.968 -1.146 .255

X1 .055 .134 .025 .409 .684 X2 .280 .021 .811 13.19

3

.000

X3 .021 .055 .023 .385 .701 a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Diolah,2013.

Dengan melihat tabel diatas, maka dapat disimpulkan koefisien-koefisien akan

(59)

Pengembangan Puskesmas = -2.254 + 0,55 Biaya Berobat + 0,280 Pelayanan +

0,021 Kepuasan Pasien

Interpretasi dari regresi diatas adalah sebagai berikut:

1. Konstanta (α)

Ini berarti jika semua variabel bebas memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel

terikat (pengembangan puskesmas) sebesar -2,254.

2. Variabel Biaya Pengobatan (X1) Terhadap Variabel Pengembangan

Puskesmas

Nilai koefisien variabel motivasi untuk variabel X1 sebesar 0,055. Ini

menunjukkan bahwa variabel biaya pengobatan mempunyai pengaruh yang

siginifikan terhadap pengembangan puskesmas. Hal ini mengandung arti

bahwa setiap kenaikan variabel biaya pengobatan satu satuan maka variabel

pengembangan puskesmas (Y) akan naik sebesar 0,055 dengan asumsi bahwa

variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.

3. Variabel Pelayanan (X2) Terhadap Variabel Pengembangan Puskesmas

Nilai koefisien variabel biaya pengobatan untuk variabel X2 sebesar 0,280. Ini

menunjukkan bahwa variabel pelayanan mempunyai pengaruh yang

siginifikan terhadap pengembangan puskesmas Hal ini mengandung arti

bahwa setiap kenaikan variabel pelayanan satu satuan maka variabel

pengembangan puskesmas (Y) akan naik sebesar 0,280 dengan asumsi bahwa

variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.

4. Variabel Kepuasan Pasien (X3) Terhadap Variabel Pengembangan Puskesmas.

Nilai koefisien Biaya Pengobatan X3 sebesar 0,021. Hal ini mengandung arti

(60)

52

Pengembangan Puskesmas (Y) akan naik sebesar 0,021 dengan asumsi bahwa

variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.

D. Hasil Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan

yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar

daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa

semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

[image:60.595.111.500.388.542.2]

Untuk analisisnya dari output SPSS dapat dilihat dari tabel berikut ini

Tabel 17 Hasil Uji F

ANOVAb Model Sum of

Squares

Df Mean Square

F Sig.

1 Regressio n

157.786 3 52.595 60.163 .000a

Residual 83.924 96 .874 Total 241.710 99

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Diolah,2013.

Dari Tabel diperoleh nilai Fhitung sebesar 60,163 dengan nilai probabilitas

(sig)=0,000. Nilai Fhitung (60,163) > Ftabel (2,46), dan nilai sig. lebih kecil dari

nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,05; maka H0 diterima, berarti secara

bersama-sama (simultan) variabel biaya pengobatan, pelayanan,dan kepuasan

pasien berpengaruh signifikan terhadap pengembangan puskesmas.

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan

(61)

akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa

dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Santosa&Ashari,

2005:125).

Dalam bahasa sehari-hari adalah kemampuan variabel bebas untuk berkontribusi

terhadap variabel tetapnya dalam satuan persentase. Nilai koefisien ini antara 0

dan 1, jika hasil lebih mendekati angka 0 berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas. Tapi jika hasil

mendekati angka 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Untuk analisisnya dengan menggunakan output SPSS dapat dilihat pada tabel

[image:61.595.118.465.443.557.2]

berikut ini.

Tabel 18. Hasi Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate 1 .808a .653 .642 .93499 a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y Sumber : Data Diolah,2013

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa variabel biaya pengobatan,

pelayanan,dan kepuasan pasien berpengaruh sebesar 65,3% terhadap

pengembangan puskesmas. Sedangkan sisanya sebesar 34,7% dipengaruhi

variabel lain yang tidak diteliti. Karena nilai R Square di atas 5% atau cenderung

mendekati nilai 1 maka dapat disimpulkan kemampuan variabel-variabel

(62)

54

E. Hasil Uji T Tabel 19. Hasi Uji T.

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant

)

-2.254 1.968 -1.146 .255

X1 .055 .134 .025 .409 .684 X2 .280 .021 .811 13.19

3

.000

Gambar

Tabel 1.  Jumlah Penerimaan Puskesmas Perawatan Kedaton dan Puskesmas     Tamin tahun 2004 - 2012
Tabel 2.  Jumlah Kunjungan Puskesmas Perawatan Kedaton Tahun 2004 - 2012
Tabel 3. Jumlah Kunjungan Pasien Puskesmas Tamin Tahun 2004 sampai tahun                2012
Gambar1. Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aturan yang jelas dalam mengemukakan metode terutama dalam aspek analisis data ang menggambarkan teknis analisis yang kita gunakan untuk memandu pembaca dalam memahami

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui tentang pengaruh Pygmalion keluarga dan masyarakat pada anak dalam proses belajar , motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS

Penulis juga mendidentifikasikan biaya produksi per unit yang dikeluarkan perusahaan untuk produk winton sling armchair dan proses produksi yang dilakukan PT Indo

11. - Tulislah tanggal, bulan dan tahun penerimaan Formulir Penilaian Prestasi Kerja oleh atasan Pejabat Penilai kemudian dibubuhkan tanda tangan, nama dan NIP

The women members of the group of cashew have been motivated for the formation of business groups, engineering tools kacip to finally get a chance distribution

Agar lebih optimal penggunaan saringan, saringan lebih awet dan kualitas air baku tetap terjaga dengan baik, maka proses penyaringan ini perlu disempurnakan

Since this study describes politeness strategies the customer service representatives use, the method of the study is descriptive research, specifically a case study, in which

Tulisan ini bertujuan untuk mengukur dampak perubahan arus modal masuk maupun arus modal keluar oleh investor nonresiden terhadap peruba- han yield dan volatilitas yield