• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KEKUATAN PAVING BLOCK PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN BAHAN ADDITIVE ISS 2500 (IONIC SOIL STABILIZER) UNTUK JALAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KEKUATAN PAVING BLOCK PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN BAHAN ADDITIVE ISS 2500 (IONIC SOIL STABILIZER) UNTUK JALAN LINGKUNGAN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRACT

STUDY OF PAVING BLOCK POWER POST-COMBUSTION USING ADDITIVE ISS 2500 (IONIC SOIL STABILIZER) TO THE

ENVIRONMENT ROAD

By :

YOKA PRATIWI

Paving blocks are environmentally friendly construction because it has physical properties which have pores that can minimize the flow of water on the surface of the soil and increase absorption. Paving blocks can be defined as a composition of building materials made of a mixture of portland cement or adhesive materials like hydraulic, water and aggregate (stone dust / sand) with or without other ingredients that do not reduce the quality of concrete bricks. However, in this study the process of manufacture of paving blocks using alternative materials such as soil mixed with a solution of additive materials ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer). Soil samples tested in this study is derived from clay of Karang Anyar, South Lampung. Variations in levels of the mixture used were 0.6 ml, 0.9 ml, 1.2 ml, with a curing time of 7 days and with the treatment before combustion and after combustion paving block. From the results of physical testing soil, based on soil samples AASHTO methods can be classified into class A-7-6 were included into the group, while the argillaceous soil based USCS can be classified as fine-grained soil and included in the CL group.

The results found out that the paving block using ground with ISS 2500 additive solution does not meet the ISO paving blocks. However, the increasing number of additional levels of additive solution mixture can increase the compressive strength of paving blocks without burning and the combustion process as shown on 3 levels with the addition of a mixture of a solution of 1.2 ml.

(3)

ABSTRAK

STUDI KEKUATAN PAVING BLOCK PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN BAHAN ADDITIVE ISS 2500 (IONIC SOIL

STABILIZER) UNTUK JALAN LINGKUNGAN

Oleh :

YOKA PRATIWI

Paving block merupakan konstruksi yang ramah lingkungan karena memiliki sifat fisik yang mempunyai pori-pori dimana dapat meminimalisasi aliran air pada permukaan dan memperbanyak penyerapan dalam tanah. Paving blok dapat didefinisikan sebagai suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat (abu batu/pasir) dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton. Akan tetapi, dalam penelitian ini proses pembuatan paving block menggunakan bahan alternative berupa campuran tanah dengan bahan larutan additive ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer).

Sampel tanah yang diuji pada penelitian ini yaitu tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Variasi kadar campuran yang digunakan adalah 0.6 ml, 0.9 ml, 1.2 ml, dengan waktu pemeraman 7 hari serta dengan perlakuan sebelum pembakaran dan setelah pembakaran paving block. Dari hasil pengujian fisik tanah, berdasarkan metode AASHTO sampel tanah dapat diklasifikasikan kedalam golongan A-7-6 yang termasuk kedalam golongan tanah berlempung sedangkan berdasarkan USCS dapat diklasifikasikan sebagai tanah berbutir halus dan termasuk ke dalam kelompok CL.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pembuatan paving block menggunakan tanah dengan larutan additive ISS 2500 tidak memenuhi SNI paving block . Akan tetapi, semakin banyaknya penambahan kadar campuran larutan additive dapat meningkatkan nilai kuat tekan paving block tanpa pembakaran dan dengan proses pembakaran hal ini ditunjukkan pada kadar campuran 3 dengan penambahan larutan 1.2 ml.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

3. Klasifikasi Paving Block……….. 8

4. Keuntungan Dalam Penggunaan Paving Block……… 10

B. Tanah ... 11

1. Pengertian Tanah ……….. 11

(8)

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah ……… 29

2. Pengujian Kuat tekan dan Daya Serap Air ... 39

D. Urutan Pelaksanaan Penelitian ... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Pengujian terhadap Sampel Tanah Asli ... . 43

B. Klasifikasi Tanah Asli ……..………. 46

C. Hasil Pengujian Pemadatan Tanah Campuran ... 48

D. Hasil Pengujian Paving Block Sesuai Kadar Campuran ... 50

1. Uji Kuat tekan ……….. ... 50

2. Uji Daya Serap Air ……….. ... 58

3. Uji Berat Jenis ……….. ... 61

4. Uji Batas-batas Konsistensi (Atterberg) ……….. ... 62

E. Perbandingan Nilai Kuat Tekan Campuran Lainnya ... 66

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kekuatan fisik paving block (SNI 03-0691-1996) ... 7

Tabel 2. Sistem klasifikasi tanah unified (Bowles, 1991) ... 14

Tabel 3. Tanah berbutir kasar AASHTO ... 15

Tabel 4. Tanah berbutir halus AASHTO ... 15

Tabel 5. Ukuran butiran sistem klasifikasi AASHTO ... 20

Tabel 6. Analisis laporan kimia (Transway Internusa, 2005) ... 22

Tabel 7. Jumlah sampel masing-masing kadar campuran ... 28

Tabel 8. Data hasil pengujian sampel tanah asli (Sari, 2013) ... 44

Tabel 9. Hasil data pengujian batas atterberg tanah asli ... 45

Tabel 10. Nilai kadar air optimum dan berat isi kering maksimum ... 49

Tabel 11. Nilai kuat tekan sebelum pembakaran kadar campuran 1 : tanah + larutan 0.6 mL ... 51

Tabel 12. Nilai kuat tekan sebelum pembakaran kadar campuran 2 : tanah + larutan 0.9 mL ... 52

Tabel 13. Nilai kuat tekan sebelum pembakaran kadar campuran 3 : tanah + larutan 1.2 mL ... 52

Tabel 14. Nilai kuat tekan setelah pembakaran kadar campuran 1 : tanah + larutan 0.6 mL ... 54

Tabel 15. Nilai kuat tekan setelah pembakaran kadar campuran 2 : tanah + larutan 0.9 mL ... 54

Tabel 16. Nilai kuat tekan setelah pembakaran kadar campuran 3 : tanah + larutan 1.2 mL . ... 54

(10)

Tabel 18. Nilai daya serap air kadar campuran 2 : tanah + larutan 0.9 mL .. 59

Tabel 19. Nilai daya serap air kadar campuran 3 : tanah + larutan 1.2 mL .. 59

Tabel 20. Hasil pengujian berat jenis tanah campuran ... 62

Tabel 21. Hasil pengujian batas cair (LL) tanah campuran ... 63

Tabel 22. Hasil pengujian batas plastis (PL) tanah campuran ... 63

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Nilai-nilai batas atterberg untuk subkelompok tanah ... 17

Gambar 2. Molekul air dipolar dalam lapisan ganda (Hardiyatmo, 1992) 14 Gambar 3. Partikel tanah yang bersifat negatif dalam keadaan kering ... 23

Gambar 4. Tanah dalam kondisi basah ... 23

Gambar 5. Ikatan ionik ISS 2500 pada tanah ... 24

Gambar 6. Diagram alir penelitian ... 42

Gambar 7. Diagram plastisitas USCS ... 47

Gambar 8. Rentang dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) untuk kelompok tanah (Das, 1995) ... 48

Gambar 9. Hubungan antara nilai kuat tekan rata-rata paving block sebelum pembakaran dengan kadar campuran ... 52

Gambar 10. Hubungan antara nilai kuat tekan rata-rata paving block setelah pembakaran dengan kadar campuran ... 55

Gambar 11. Hubungan antara nilai kuat tekan paving block sebelum pembakaran dan setelah pembakaran dengan kadar campuran ... 57

Gambar 12. Hubungan kadar campuran dengan nilai daya serap air rata-rata ... 60

Gambar 13. Hubungan nilai kuat tekan paving block sebelum pembakaran menggunakan tanah yang sama dengan campuran ISS 2500 dan campuran fly ash + semen + pasir ... 66

(12)

DAFTAR NOTASI

ω = Kadar Air

Gs = Berat Jenis

LL = Batas Cair

PI = Indeks Plastisitas PL = Batas Plastis

q = Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan

Ww = Berat Air

Wc = Berat Container

Wcs = Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n

W1 = Berat Picnometer

W2 = Berat Picnometer + Tanah Kering

W3 = Berat Picnometer + Tanah Kering + Air

W4 = Berat Picnometer + Air

Wci = Berat Saringan

(13)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi saat ini dalam pembangunan mengalami kemajuan yang cukup pesat, termasuk pembangunan insfrastruktur yang di bangun diatas lahan – lahan hijau, seperti lapangan parkir, perumahan, dan jalan, sehingga berdampak menggurangi lahan terbuka hijau itu sendiri. Hal tersebut dianggap perlu karena semakin daerah tersebut mengalami kemajuan maka harus diimbangi dengan perkembangan infrastruktur yang memadai.

Dengan adanya bangunan-bangunan yang berdiri saat ini maka secara otomatis disekitar daerah bangunan tersebut akan dilakukan perkerasan dimana untuk memperlancar akses sarana ke bangunan tersebut. Hal ini yang terkadang kurang diperhatikan, tanpa melihat dampak dari perkerasan yang dilakukan secara terus menerus yang mengakibatkan terjadi banjir disekitar daerah bangunan tersebut karena air susah untuk diserap ke dalam tanah pada saat musim hujan.

(14)

teknologi saat ini orang – orang banyak melakukan inovasi-inovasi yang membantu sarana/prasarana khususnya dalam perkerasan yang kedap dengan air diganti dengan perkerasan jalan yang ramah lingkungan yang dapat menyerap air sekaligus mampu menjalankan fungsi dalam konstruksi seperti penggunaan perkerasan dengan paving block. Paving block ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah dalam perkerasan yang dapat digunakan untuk di daerah-daerah seperti perkantoran, perumahan, lapangan parkir baik di mall, hotel ataupun di pelabuhan.

Paving block merupakan konstruksi yang ramah lingkungan karena memiliki sifat fisik yang mempunyai pori-pori dimana dapat meminimalisasi aliran air pada permukaan dan memperbanyak penyerapan dalam tanah. Sedangkan perkerasan dari beton maupun aspal bersifat kedap air, sehingga air hujan tidak dapat meresap kedalam tanah yang mengakibatkan air hujan akan mengalir diatas jalan itu sendiri.

Adapun keuntungan dalam penggunaan paving block ini, yaitu diantaranya pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat diproduksi secara massal, tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat pengerjaan, pemeliharaan mudah serta murah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar apabila terjadi kerusakan di salah satu paving block.

(15)

bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton (SNI 03-0691-1996). Pada penelitian ini material utama yang akan digunakan adalah tanah lempung, dimana berdasarkan teori bahwa tanah lempung mengandung silika, alumina, dan zat lainnya. Sebagai campuran menggunakan larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer) merupakan bahan additive yang sangat baik untuk meningkatkan kondisi tanah yang jelek dalam stabilisasi tanah secara elektro-kimiawi. Tanah lempung dapat distabilisasi dengan mencampur zat additive larutan ISS 2500 (Ionic Soil Stabilizer), maka tanah lempung dipilih sebagai bahan utama dari pembuatan paving block.

Dalam proses pembuatan paving block jenis ini dilakukan beberapa tahapan setelah pencetakan yaitu pengeringan dan pembakaran, di mana paving block ini sudah dicampurkan terlebih dahulu dengan larutan ISS 2500. Setelah pembakaran dilakukan pengujian kuat tekan untuk mengetahui kekuatan paving block pasca pembakaran dan daya serap air dengan menggunakan campuran ISS 2500 (ionic soil stabilizer). Diharapkan penelitian yang dilakukan dengan bahan yang belum biasa digunakan ini dapat menghasilkan paving block yang baik kualitasnya sehingga hasil yang di dapat dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam bidang teknik sipil.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan melakukan campuran sederhana ini akankah, paving block

(16)

ISS 2500 (ionic soil stabilizer) dapat memenuhi standar mutu yang berlaku.

2. Untuk melihat layak tidaknya paving block pada penelitian ini dengan membandingkan paving block konvensional ditinjau dari nilai kuat tekan yang dihasilkan.

C. BATASAN MASALAH

Berikut ini ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini yaitu : 1. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung di desa Karang

Anyar, Lampung Selatan.

2. Bahan pencampur yang digunakan adalah larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

3. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah dan Laboratorium Bahan dan Konstruksi Teknik Sipil Universitas Lampung, meliputi :

a. Pengujian tanah asli yang digunakan sebagai bahan material paving block

b. Pengujian kekuatan dan daya serap air pada paving block

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian antara lain :

(17)

2. Mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanis tanah lempung yang berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PAVING BLOCK

1. Pengertian Paving Block

Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut (SNI 03-0691-1996).

(19)

2. Syarat Mutu Paving Block

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan mutu paving block dimana harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Sifat Tampak

Paving block memiliki bentuk yang sempurna, tidak boleh mengalami retak-retak atau pun cacat, serta bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan tangan.

b. Bentuk dan Ukuran

Dalam hal ini bentuk dan ukuran paving block untuk lantai bergantung dari persetujuan antara pemakai dan produsen. Dimana produsen akan memberikan penjelasan mengenai bentuk, ukuran, dan konstruksi pemasangan paving block untuk lantai.

c. Sifat Fisik

Paving block untuk lantai harus mempunyai kekuatan fisik sebagai berikut :

Tabel 1. Kekuatan Fisik Paving Block

(20)

3. Klasifikasi Paving Block

Dari klasifikasi paving block ini didasarkan pada bentuk, tebal, kekuatan dan warna yaitu sebagai berikut :

a. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk

Adapun beberapa macam bentuk paving block yang diproduksi, namun diambil secara garis besar bentuk paving block dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

Paving block bentuk segiempat (rectangular)  Paving block bentuk segibanyak

Dalam hal pemakaian dari bentuk paving block itu sendiri dapat disesuaikan dengan keperluan. Baik keperluan konstruksi perkerasan pada jalan dengan lalulintas sedang sampai berat (misalnya: jalan raya, kawasan indrustri, jalan umum lainnya), karenanya dalam penggunaan paving block bentuk segiempat lebih cocok.

(Kuipers, 1984 dalam Artiyani, 2010) dalam penelitiannya berkesimpulan bahwa pemakaian bentuk segiempat untuk lalulintas sedang dan berat lebih cocok karena sifat pengunciannya yang konstan serta mudah dicungkil apabila sewaktu-waktu akan diadakan perbaikan. Untuk keperluan konstruksi ringan (misalnya: trotoar plaza, tempat parkir, jalan lingkungan) dapat menggunakan segiempat maupun segibanyak.

b. Klasifikasi Berdasarkan Ketebalan

(21)

masing-masing ketebalan paving block dapat disesuaikan dengan kebutuhan sebagai berikut :

Paving block dengan ketebalan 60 mm, diperuntukkan bagi beban lalulintas ringan yang frekuensinya terbatas pada pejalan kaki dan kadang-kadang sedang.

Paving block dengan ketebalan 80 mm, diperuntukan bagi beban lalulintas sedang yang frekuensinnya terbatas pada pick up, truck, dan bus.

Paving block dengan ketebalan 100 mm, diperuntukkan bagi beban lalulintas berat seperti: crane, loader, dan alat berat lainnya. Paving block dengan ketebalan 100 mm ini sering dipergunakan di kawasan indrustri dan pelabuhan.

Dari klasifikasi paving block diatas bukan berdasarkan dimensi, mengingat banyaknya variasi bentuk dari paving block. Dimensi paving block untuk bentuk rectangular berkisar antara 105 mm x 210 mm. (Hackel, 1980 dalam Artiyani, 2010) dalam penelitiannya yang berkaitan dengan dimensi paving block tidak terlalu berpengaruh pada penampilannya sebagai perkerasan untuk kepentingan lalu-lintas.

c. Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan

(22)

memiliki kuat tekan karakteristik antara 300 kg/cm2 sampai dengan 350 kg/cm2.

d. Klasifikasi Berdasarkan Warna

Selain bentuk yang beragam paving block juga memiliki warna, diman dapat menampakkan keindahan juga digunakan sebagai pembatas seperti pada tempat parkir. Warna paving block yang ada di pasaran adalah merah, hitam dan abu-abu.

(Artiyani, 2010)

4. Keuntungan Penggunaan Paving block

Adapun keuntungan dari penggunaan paving block adalah sebagai berikut :

a. Dalam pelaksanaan mudah, karena tak perlu memiliki keahlian khusus serta tidak memerlukan alat berat dalam pemasangan

b. Dapat diproduksi secara massal, untuk mendapatkan mutu yang tinggi diperlukan tekanan pada saat percetakan.

c. Pemeliharaan mudah dan murah, karena dapat dipasang kembali setelah dibongkar jika terjadi kerusakan di salah satu paving block yang rusak.

d. Tahan terhadap beban vertikal dan horizontal yang disebabkan oleh rem atau kecepatan kendaraan berat.

(23)

f. Pada saat pengerjaan tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu.

g. Mempunyai nilai estetika yang unik terutama jika didesain dengan bentuk dan warna yang indah.

B. TANAH

1. Pengertian Tanah

Tanah dalam pandangan teknik sipil adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar (bedrock) (Hardiyatmo, 2006).

Tanah adalah campuran bahan padat berupa partikel-partikel kecil air dan udara yang mengandung hara dan dapat menumbuhkan tumbuhan-tumbuhan (Mistscherlich, 1920, dalam Purnomo (2013)).

Tanah merupakan benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik (pelapukan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembetukan (Sarief, 1986, dalam Purnomo (2013)).

(24)

lemah antara partikel – partikel tanah disebabkan oleh karbonat dan oksida yang tersenyawa diantara partikel – partikel tersebut, atau dapat juga disebabkan oleh adanya material organik. Bila hasil dari pelapukan tersebut berada pada tempat semula maka bagian ini disebut sebagai tanah sisa (residu soil). Hasil pelapukan terangkut ke tempat lain dan mengendap di beberapa tempat yang berlainan disebut tanah bawaan (transportation soil). Media pengangkut tanah berupa gravitasi, angin, air, dan gletsyer. Pada saat akan berpindah tempat, ukuran dan bentuk partikel – partikel dapat berubah dan terbagi dalam beberapa rentang ukuran.

Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan dan pencairan es dalam batuan sedangkan proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen dan karbondioksida (Wesley , 1977).

(25)

2. Klasifikasi Tanah

Pada sistem klasifikasi tanah yaitu pengelompokkan tanah sesuai dengan perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. Tujuan dari klasifikasi tanah adalah untuk menentukkan dan mengidentifikasi tanah, untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, dan berguna untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan tanah dari suatu daerah dengan daerah lainnya dalam bentuk suatu data dasar (Bowles, 1989).

Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan diantaranya yaitu sebagai berikut :

a. Sistem Unifed (Unified Soil Classification / USCS )

Pada sistem ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu :

 Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan no.200. Sifat teknis tanah ini ditentukan oleh ukuran butir dan gradasi butiran. Tanah bergradasi baik/seimbang memberikan kepadatan yang lebih baik dari pada tanah yang berbutir seragam.

 Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan no. 200. Tanah ini ditentukan oleh sifat plastisitas tanah, sehingga pengelompokan berdasar plastisitas dan ukuran butir.

(26)

Tabel 2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified

Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks

Kerikil G Gradasi baik W

Gradasi buruk P

Pasir S Berlanau M

Berlempung C

Lanau M

Lempung C wL < 50 % L

Organik O wL > 50 % H

Gambut Pt

Sumber : Bowles, 1991.

Keterangan :

 G = Untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil (gravelly soil)

 S = Untuk pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy soil)

 M = Untuk lanau inorganik (inorganic silt)

 C = Untuk lempung inorganik (inorganic clay)

 O = Untuk lanau dan lempung organik

 Pt = Untuk gambut (peat) dan tanah dengan kandungan organik tinggi

 W = Untuk gradasi baik (well graded)

 P = Gradasi buruk (poorly graded)

 L = Plastisitas rendah (low plasticity)

(27)

b. Sistem Klasifikasi AASHTO

Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Official) ini dikembangkan dalam tahun 1929 sebagai Public Road Administrasion Classification System. Berdasarkan sifat tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu :

 Kelompok tanah berbutir kasar (<35% lolos saringan no.200). Tabel 3. Tanah Berbutir Kasar

Kode Karakteristik Tanah

A – 1 Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit atau tanpa butir halus, dengan atau tanpa sifat plastis.

A – 2 Terdiri dari pasir halus dengan sedikit sekali butir halus lolos saringan no.200 dan tidak plastis.

A – 3 Kelompok batas tanah berbutir kasar dan halus dan merupakan campuran kerikil/pasir dengan tanah berbutir halus cukup banyak (<35%),

 Kelompok tanah berbutir halus (>35% lolos saringan no.200) Tabel 4. Tanah Berbutir Halus

Kode Karakteristik Tanah

(28)

A – 5 Tanah lanau yang mengandung lebih banyak butir – butir plastis, sehingga sifat plastisnya lebih besar dari A – 4.

A – 6 Tanah lempung yang masih mengandung butiran pasir dan kerikil, tetapi sifat perubahan volumenya cukup besar.

A – 7 Tanah lempung yang lebih bersifat plastis dan mempunyai sifat perubahan yang cukup besar.

Adapun sistem klasifikasi AASHTO ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut :

 Ukuran Butir

Tabel 5. Ukuran butir sistem klasifikasi AASHTO

Kerikil Tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3 in) dan yang tertahan pada ayakan No. 10 (2 mm).

Pasir Tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang tertahan pada ayakan No. 200 (0.075 mm).

Lanau dan Lempung Tanah yang lolos ayakan No. 200.

 Plastisitas

(29)

kurang, sedangkan lempung dipakai jika bagian – bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisnya sebesar 11 atau lebih.

Gambar 1. Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah

C. TANAH LEMPUNG

1. Definisi Tanah Lempung

(30)

Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang. Di Amerika bagian barat, untuk lempung yang keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang bersabun atau seperti terbuat dari lilin disebut

“gumbo”. Sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak (Terzaghi, 1987).

Menurut (Bowles, 1991) tanah lempung dapat didefinisikan sebagai deposit yang mempunyai partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih dari 50%.

Lempung atau tanah liat adalah patikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silica dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, aluminium adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktifitas panas bumi (Wikipedia.org, 2013).

2. Sifat – Sifat Mineral Lempung

Adapun sifat – sifat mineral lempung yaitu :  Pengaruh Air

(31)

menjadi lebih besar. Air berfungsi sebagai penentu sifat plastisitas dari lempung. Satu molekul air memiliki muatan positif dan muatan negatif pada ujung yang berbeda (dipolar). Fenomena hanya terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida (Ccl 4) yang jika dicampur lempung tidak akan terjadi apapun.

Pertemuan antara molekul air dan partikel lempung akan menimbulkan lekatan yang sangat kuat, sebab air akan tertarik secara elektrik dan air akan berada disekitar partikel lempung yang disebut air lapis ganda, yaitu air yang berada pada lapisan air resapan. Lapisan air inilah yang menimbulkan gaya tarik menarik antar partikel lempung yang disebut unhindered moisture film.

Molekul bersifat dipolar, yang berarti memiliki muatan positif dan negatif pada ujung yang berlawanan. Sehingga dapat tertarik oleh permukaan lempung secara elektrik dalam 3 kasus, yaitu :

1. Tarikan antar permukaan negatif dan partikel lempung dengan ujung positif dipolar.

2. Tarikan antara kation – kation dalam lapisan ganda dengan muatan negative dari ujung dipolar. Kation – kation ini tertarik oleh permukaan partikel lempung yang bermuatan negatif. 3. Andil atom – atom hydrogen dalam molekul air, yaitu ikatan

(32)

Gambar 2. Molekul air dipolar dalam lapisan ganda (Hardiyatmo, 1992)

Jadi jelaslah bahwa semakin luas permukaan spesifik tanah lempung, air yang tertarik secara elektrik disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda jumlahnya akan semakin besar. Air lapisan ganda inilah yang menyebabkan sifat plastis pada tanah lempung.

Hidrasi

(33)

D. LARUTAN ISS 2500 (IONIC SOIL STABILIZER)

Larutan ISS 2500 ini sangat baik untuk meningkatkan kondisi tanah atau material tanah jelek dalam stabilisasi tanah secara elektro-kimiawi. Stabilisasi tanah itu sendiri adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat – sifat tanah dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikan kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser.

Stabilisasi dengan larutan ISS 2500 ini merupakan stabilisasi yang memadatkan tanah secara ionisasi pertukaran ion ISS 2500 dengan ion partikel tanah sehingga partikel air tidak dapat menyatu dengan partikel tanah lagi dan ikatan partikel tersebut akan lebih padat dan kuat, bahan merupakan bahan kimia yang larut didalam air.

Maka dari itu, dalam hal pembuatan paving block ini menggunakan campuran ISS 2500 diharapkan material utama dalam pembuatan paving block ini sendiri adalah tanah lempung agar menjadi lebih padat dan memperbaiki sifat tanah itu tersebut ketika dilakukan pencetakan paving block.

 Produk bahan larutan ISS 2500 ini dapat meningkatkan : 1. Kepadatan

2. CBR (kekuatan menahan beban) 3. Densitas

 Produk bahan larutan ISS 2500 ini juga dapat mengurangi : 1. Pemuaian dan kelembaban

(34)

5. Indeks plastisitas / PI (tingkat penyerapan air)

 Adapun keuntungan dari ISS 2500 adalah sebagai berikut : 1. Hemat biaya

2. Pemeliharaan jalan mudah dan sederhana 3. Aplikasi mudah

4. Meningkatkan standar jalan 5. Tidak ada masa perawatan

 Komposisi kimia ISS 2500 (ionic soil stabilizer) adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengujian telah dilakukan di Laboratorium yang telah terakreditasi secara internasional dan sesuai dengan International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC). Untuk laporan analisis kimia berdasarkan SGS South Africa (Pty) Ltd Agricultural & Food Services (SANAS Accredited Laboratory T0114) SGS Reference No. 2712, yaitu :

Tabel 6. Analisis Laporan Kimia

Analysis Performed Units Method Result

(35)

 Adapun cara kerja ISS 2500 (ionic soil stabilizer) adalah sebagai berikut: 1. Tanah lempung memiliki partikel - partikel halus yang terdiri dari

lempengan – lempengan kecil dengan susunan yang beraturan mengandung ion positif (+) permukaannya dan ion negatif (-) bagian tepinya. Dalam kondisi kering ikatan antar ion pada bagian tepi cukup kuat untuk membentuk tanah lempung dalam satu kesatuan sehingga mudah menyerap air. Terlihat pada Gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Partikel tanah yang bersifat negatif dalam keadaan kering

2. Ketika hujan turun partikel air yang positif (+) akan membentuk ikatan ionik dengan partikel yang negatif (-). Terlihat pada Gambar 4 dibawah ini.

(36)

3. Secara komposisi kimianya, ISS 2500 memiliki kemampuan yang sangat besar untuk melakukan pertukaran ion dimana ion positif (+) membentuk ikatan ionik secara permanen dengan partikel tanah sehingga partikel air (+) tidak dapat menyatu dengan partikel tanah lagi. Terlihat pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5. Ikatan ionik ISS 2500 pada tanah

E. AIR

Air merupakan cairan jernih yang tidak berbau, tidak berwarna, serta mengandung hidrogen dan oksigen didalamnya yang sangat dekat dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk itu air memiliki banyak fungsi, salah satunya air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton.

(37)

1. Air yang keruh sebelum digunakan harus diendapkan selama minimal 24 jam atau jika bisa, disaring terlebih dahulu.

2. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat, klorida dan bahan lainnya yang dapat merusak beton. Dianjurkan menggunakan air yang dapat diminum.

F. JALAN LINGKUNGAN

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Tanimart.wordpress, 2009)

Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah dan hanya untuk kendaraan – kendaraan kecil. Untuk kawasan perumahan didisain oleh developer saat membuat tata ruang, sehingga status tanahnya milik negara yang disediakan sebagai prasarana untuk umum. Pembangunan jalan, perbaikan dan pemeliharaan dapat dilakukan oleh warga sekitar lingkungan dan / atau oleh siapa saja. (Wikipedia.org, 2013)

(38)

dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan, pariwisata di kawasan perkotaan (Undang-Undang No.38 tahun 2004).

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. BAHAN – BAHAN PENETILIAN

1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung Selatan. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

4. Cetakan paving block yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran : 20 cm x 10 cm x 6 cm.

B. METODE PENCAMPURAN SAMPEL TANAH

Pada metode pencampuran sampel tanah untuk setiap masing-masing variasi campuran yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Sampel tanah di campur dengan larutan additive ISS 2500 dimana larutan tersebut sudah tercampur pada air yang dibutuhkan untuk mencetak paving block, dengan kadar campuran, yaitu :

(40)

c. Campuran 3 terdiri dari 1,2 mL tanah + air + larutan 1,2 mL.

2. Sampel tanah yang sudah tercampur rata siap untuk dicetak dengan menggunakan cetakan paving block yang berukuran 20cm x 10cm x 6cm, kemudian diperam selama 7 hari.

3. Setelah diperam selama 7 hari, paving block dibakar pada tempat pembakaran yang biasa digunakan pada proses pembakaran batu bata, dengan waktu pembakaran sama dengan pembakaran batu bata.

4. Jumlah sampel untuk masing-masing campuran, diperlihatkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Jumlah Sampel Masing-Masing Kadar Campuran

Kadar Campuran Pembakaran Sebelum (buah)

Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung. Adapun pengujian – pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

(41)

c. Pengujian Batas Atterberg d. Pengujian Berat Jenis e. Pengujian Berat Volume f. Pengujian Pemadatan Tanah

 Pengujian kekuatan dan kelayakan paving block : a. Pengujian Kuat Tekan

b. Pengujian Daya Serap Air

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah

Pengujian sifat fisik tanah dilakukan berdasarkan Standar PB 0110 – 76 atau ASTM-4318. Pengujian – pengujian yang dilakukan diantaranya :

a. Pengujian Analisa Saringan

Tujuan pengujian analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan di atas saringan No. 200 (Ø 0,075 mm).

Langkah Kerja :

1. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar airnya.

(42)

3. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar selama kira-kira 15 menit.

4. Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atasnya.

Perhitungan :

 Berat masing-masing saringan (Wci)

 Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atas saringan (Wbi)

 Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci

 Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai  Wtot)

 Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan (Pi)

 Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :

(43)

b. Uji Kadar Air

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering.

Cara Kerja berdasarkan ASTM D-2216 :

1. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji kedalam cawan dan menimbangnya.

2. Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu 110oC selama 24 jam.

3. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung prosentase kadar air.

c. Pengujian Batas Atterberg

Maksud dan tujuan dari batas-batas atterberg adalah untuk menentukan angka-angka konsistensi atterberg yaitu :

 Batas susut / Shringkage limit (Ws)

 Batas plastis / Plastic limit ( Wp)

 Batas cair / liquid limit ( Wl)

Tujuan uji ini adalah untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus.

1. Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair.

(44)

a. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan menggunakan saringan no. 40

b. Mengatur tinggi jatuh mangkuk casagrande setinggi 10 mm. c. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan no. 40

sebanyak 150 gram, kemudian diberi air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan kedalam mangkuk casagrande dan meratakan permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas.

d. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan membagi benda uji dalam mangkuk cassagrande tersebut dengan menggunakan grooving tool

e. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang 13 mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus berada diantara 10 – 40 kali.

f. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah dibawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan.

Perhitungan :

(45)

 Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar air

 Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar  Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke 25

2. Batas Plastis (Plastic limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat.

Cara kerja berdasarkan ASTM D 4318 :

a. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan no. 400

b. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm sampai retak-retak atau putus-putus

c. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang

d. Menentukan kadar air benda uji Perhitungan :

(46)

Plastic Index (PI) :

PI = LL – PL

d. Pengujian Berat Jenis

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah yang lolos saringan No. 200 dengan menggunakan labu ukur. Cara kerja berdasarkan ASTM D -854 :

1. Menyiapkan benda uji dan mengoven pada suhu 60oC sampai dapat digemburkan atau dengan pengeringan matahari

2. Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan saringan No. 200 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih dahulu

3. Mencuci labu ukur dengan air suling dan mengeringkannya. 4. Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong

5. Mengambil sampel tanah antara 25 – 30 gram

6. Memasukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan air suling sampai menyentuh garis batas labu ukur.

7. Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di dalam butiran tanah dengan menggunakan pompa vakum

8. Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat hasilnya dalam temperatur tertentu.

(47)

e. Pengujian Berat Volume

Sesuai dengan ASTM D-2937, pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume tanah basah dalam keadaan asli (undisturb sample), yaitu perbandingan antara berat tanah dan volume tanah. Cara Kerja :

1. Membersihkan dan menimbang ring contoh

2. Memberikan oli pada ring contoh agar tanah tidak melekat pada ring.

3. Mengambil sampel tanah dengan menekan ring ke dalam sampel tanah sehingga ring masuk ke dalam sampel tanah. 4. Meratakan permukaan tanah dengan pisau.

5. Menimbang ring dan tanah Perhitungan :

 Berat ring (Wc)

 Volume ring bagian dalam (V)  Berat ring dan tanah (Wcs)  Berat tanah (W) = Wcs – Wc  Berat volume (γ)

V

W

(48)

f. Pengujian Pemadatan Tanah Modified Proctor

Tujuannya adalah untuk menentukan kepadatan maksimum tanah dengan cara tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air dengan kepadatan tanah.

Cara kerja berdasarkan ASTM D 698-78 :

1. Penambahan air

a. Mengambil tanah sebanyak 12,5 kg dengan menggunakan karung goni lalu dijemur

b. Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan tangan

c. Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No. 4 d. Butiran tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 5 bagian, masing-masing 2,5 kg, masukkan masing-masing bagian kedalam plastik dan ikat rapat-rapat.

e. Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah untuk menentukan kadar air awal

(49)

g. Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang ditambahkan untuk setiap 2,5 kg tanah, penambahan air dilakukan dengan selisih 3 %.

h. Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam plastik dapat dihitung dengan rumus :

i. Wwb =

j. W = Berat tanah

k. Wb = Kadar air yang dibutuhkan l. Penambahan air : Ww = Wwb – Wwa

m.Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2,5 kg sampel diatas pan dan mengaduknya sampai rata dengan tembok pengaduk

2. Pemadatan tanah

a. Menimbang mold standar beserta alas

b. Memasang coller pada mold, lalu meletakkannya di atas papan. c. Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air

sesuai dengan penambahannya

(50)

e. Melepaskan coller dan meratakan permukaan tanah pada mold dengan menggunakan pisau pemotong

f. Menimbang mold berikut alas dan tanah didalamnya

g. Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian tanah (alas dan bawah) dengan menggunakan 2 container untuk pemeriksaan kadar air (w)

h. Mengulangi langkah kerja b.2 sampai b.7 untuk sampel tanah lainnya, maka akan didapatkan 6 data pemadatan tanah

Perhitungan kadar air :

 Berat cawan + berat tanah basah = W1 (gr)  Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr)  Berat air = W1 – W2 (gr)

 Berat cawan = Wc (gr)

 Berat tanah kering = W2 – Wc (gr)  Kadar air (w) =

Perhitungan berat isi :

 Berat mold = Wm (gr)

 Berat mold + sampel = Wms (gr)  Berat tanah (W) = Wms – Wm (gr)  Volume mold = ¼**d2*t (cm3)  Berat volume = W/V (gr/cm3)  Kadar air (ω)

(51)

γd =

2. Pengujian Kuat Tekan dan Daya Serap Air a. Uji Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan pada paving block adalah untuk mendapatkan besar beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh paving block. Alat uji yang digunakan adalah mesin desak. Pengujian ini dapat dilakukan dengan meletakkan benda uji pada alat uji dimana dibawah dan diatas benda uji diletakkan pelat baja kemudian jalankan mesin desak dan dicatat gaya tekan maksimumnya.

Kuat tekan paving block dihitung dengan menggunakan persamaan : Kuat tekan =

Dimana :

F = Beban tekan maksimum yang menyebabkan beban hancur ( N )

A = Luas penampang beban ( m² )

b. Uji Daya Serap Air

(52)

Perhitungan :

Daya serap air dirumuskan sebagai berikut :

Daya serap air (%) =

x 100%

dimana :

Wb = Berat sampel setelah direndam air (gr) Wk = Berat sampel kering (gr)

D. URUTAN PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Sebelum melakukan pencampuran, tanah asli sudah terlebih dahulu diuji sifak fisik dari hasil percobaan analisis saringan dan batas atterberg dimana mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi tanah USCS. 2. Pada hasil pengujian pemadatan pada setiap kadar campuran, grafik

hubungan berat volume kering dan kadar air untuk mendapatkan nilai kadar air optimum yang akan digunakan untuk membuat sampel campuran paving block.

(53)

4. Melakukan proses pengeringan paving block secara bertahap agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung dengan memasang penutup plastik. Proses pengeringan dengan panas sinar matahari terlalu menyengat dapat mengakibatkan retakan-retakan pada paving block. Jika Paving block sudah kering paving block dibalik. Proses pengeringan ini dilakukan 2 hari saja dan selanjutnya dilakukan 5 hari pemeraman untuk menyempurnakan pengeringan pada paving block.

5. Melakukan pembakaran yang dilaksanakan ditempat pembakaran batu bata sesuai dengan waktu yang digunakan pada tempat proses pembakaran.

6. Melakukan Pengujian kuat tekan pada paving block untuk mendapatkan besarnya beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh paving block. Alat uji yang digunakan adalah mesin CTM. Pengujian ini dapat dilakukan dengan meletakkan benda uji pada alat uji dimana dibawah dan diatas benda uji diletakkan pelat baja kemudian jalankan mesin CTM dan dicatat gaya tekan maksimumnya. Uji kuat tekan dilakukan pada masa pemeraman selama 7 hari pada tiap masing-masing kadar campuran.

(54)

Pengambilan Sampel Tanah Asli

Pengujian Sifat Fisik Tanah Asli :

1. Berat Jenis 3. Analisa Saringan

2. Batas atterberg 4. Kadar Air

Cek Syarat Tanah Lempung

Pembuatan Benda Uji :

1. Tanah + air + Larutan 0.6 mL

2. Tanah + air + Larutan 0.9 mL

Pencetakan sampel paving block

Pemeraman selama 7 hari Ya

Tidak

Gambar 6. Diagram Alir Penelitian 1. perendaman selama

24 jam Uji Kuat Tekan

Analisis Hasil

Kesimpulan

Selesai Mulai

Uji Kuat Tekan Sampel Sebelum Pembakaran

Pembakaran Sampel

(55)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan pada paving block campuran tanah dan larutan additive ISS 2500, maka dapat didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan sistem klasifikasi USCS sampel tanah yang digunakan termasuk dalam kelompok CL yaitu lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung kurus, lempung berkerikil, dan menurut sistem klasifikasi AASHTO sampel tanah termasuk kedalam golongan A-7-6 dalam arti termasuk kedalam golongan tanah berlempung.

2. Untuk nilai kuat tekan tertinggi yang dihasilkan oleh paving block campuran tanah dengan larutan additive ISS 2500 berada pada campuran 3 dan nilai terendah pada campuran 1. Peningkatan nilai kuat tekan ini sangat dipengaruhi oleh pernambahan campuran larutan yang diberikan. 3. Nilai kuat tekan paving block tanah campuran tanah dengan larutan

(56)

kg/cm2, dan belum mampu memenuhi kriteria nilai kuat tekan minimal menurut SNI 03-0691-1996 yaitu sebesar 85 kg/cm2.

4. Paving block setelah pembakaran memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar dibandingkan sebelum pembakaran, dengan nilai kuat tekan rata – rata tertinggi adalah sebesar 52.32 kg/cm2, sedangkan sebelum pembakaran nilai kuat tekan rata – rata tertinggi sebesar 15.12 kg/cm2. 5. Pada nilai daya serap air paving block tanah campuran ISS 2500 ini

sesuai kriteria SNI 03-0691-1996 yaitu sebesar 3% - 10%..

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya mengenai paving block dengan menggunakan campuran tanah disarankan beberapa hal dibawah ini sebagai bahan pertimbangan yaitu sebagai berikut :

1. Pada proses pengujian sifat fisik tanah perlu ketelitian agar memperoleh hasil data yang lebih akurat dan sesuai dengan yang diperlukan, serta ketelitian pada saat proses pencampuran dan pencetakan paving block agar diharapkan dapat memperoleh hasil yang didapat dan sesuai kriteria spesifikasi SNI paving block.

2. Pada saat melakukan pengujian sebaiknya terlebih dahulu melakukan pembersihan alat atau mesin di laboratorium, karena hal ini dapat mempengaruhi hasil yang akan diperoleh serta pada pengujian kuat tekan sesuai pada SNI .

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. UPT Percetakan Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Badan Standardisasi Nasional. 1996. Standar Nasional Indonesia 03-0691 – 1996: Kekuatan Fisik Paving Block. Jakarta

Anonim. 2009. PLPG UNILA. 2009. Teknologi Paving block.

Artiyani, A. 2010. Pemanfaatan Abu Pembakaran Sampah Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Paving Block. Jurnal Spectra Institut Teknologi Nasional. Malang. http://www.itn.ac.id/images/berita/spektra/spectra_16-Menggunakan Campuran Material Tanah Lempung Dan Pasir Serta Semen Untuk Jalan Lingkungan. Universitas Lampung. Skipsi

Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2004, Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan. Jakarta

(58)

Wesley L. D. 1977. Mekanika Tanah. Penerbit Badan Pekerjaan Umum, Jakarta. Wikipedia. 2013. Pengertian Lempung http://www.id.wikipedia.org/

wiki/Lempung.

Gambar

Tabel 1. Kekuatan Fisik Paving Block
Tabel 2.  Sistem Klasifikasi Tanah Unified
Tabel 4. Tanah Berbutir Halus
Tabel 5. Ukuran butir sistem klasifikasi AASHTO
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik diberi tugas individu atau kelompok untuk memahami ataupun medalami materi ajar dalam satuan waktu yang telah ditentukan. 4

Dari berbagai media sosialisasi yang telah kita pelajari bersama di atas, menurut kamu media manakah yang paling efektif dalam memengaruhi perilaku anggota masyarakat?

untuk melakukan penelitian yang sama yang berjudul “ ANALISIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL , GOAL ORIENTATION DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN

Rotasi tumpangsari legum-legum-legum dan pupuk kandang mampu meningkatkan kandungan N, P dan C organik di dalam tanah dibandingkan dengan pola tanam tumpangsari

Kesimpulan yang ingin disampaikan penulis mengenai kegiatan ini adalah Sebaiknya kualitas informasi yang diberikan kepada media lebih ditingkatkan

Citra resolusi tinggi yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit Quickbird, citra satelit GeoEye-1 dan foto udara ultralight. Data tersebut dipilih

The purpose of this research is to see how online business communication conducted by student of Communication and Informatics Faculty of the University

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa dengan menerapkan model pembelajaran Explisit Instructions