• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Tindakan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Dan Tindakan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN DOKTER GIGI

DALAM MEMILIH BAHAN TUMPATAN DIREK

UNTUK GIGI POSTERIOR PADA PRAKTIK

DOKTER GIGI UMUM

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ZULKADRI HABIBI AMIN NIM: 070600051

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(2)

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2014

Zulkadri Habibi Amin

Pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan

direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan.

ix + 54 halaman

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi gigi terus meningkat dan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi khususnya terhadap pemilihan bahan tumpatan direk. Dokter gigi perlu untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan tindakan ini agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan.

Penelitian ini dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang dokter gigi umum di 21 kecamatan Kota Medan dan cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan. Pengolahan data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

(3)

dengan jenis praktik perorangan tergolong dalam kategori baik, 47,82% cukup dan sebanyak 55,56% dokter gigi dengan jenis praktik bersama tergolong dalam kategori baik dan 52,18% cukup. Hasil penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan pada klas I gigi posterior diperoleh data 90% dokter gigi memilih bahan tumpatan resin komposit dengan alas an indikasi klinis. Pada klas II gigi posterior diperoleh data 50% dokter gigi memilih bahan tumpatan resin komposit dengan alasan indikasi klinis. Pada klas V gigi posterior diperoleh data 76% dokter gigi memilih bahan tumpatan glass ionomer cement dengan alasan indikas iklinis.

Pengetahuan dokter gigi umum yang praktik di Kota Medan termasuk dalam kategori baik dan untuk tindakan restorasi klas I dan klas II sebagian besar dokter gigi menggunakan bahan tumpatan resin komposit, sedangkan untuk restorasi klas V sebagian besar dokter gigi menggunakan bahan tumpatan glass ionomer cement dengan alasan indikasi klinis.

Daftar rujukan : 28 (2000-2012)

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, April2014

Pembimbing Tanda Tangan

1. Nevi Yanti, drg., M. Kes ... NIP : 19631127 199203 2 004

2. Widi Prasetia, drg ...

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

(6)

TIM PENGUJI

KETUA : Nevi Yanti, drg., M. Kes

ANGGOTA : 1. Widi Prasetia, drg

2. Cut Nurliza, drg., M. Kes

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Doa yang tiada terputus dan tulus dari penulis kepada ayahanda M. Isya Amin (Alm.), rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada Ibunda Herwina Haraphy Siregar, adik penulis Siti Yuni Fadlina Amin dan Ade Ulfa Amin atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Cut Nurliza, drg., M.Kes., selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku tim penguji, atas keluangan waktu, saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Nevi Yanti, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing utama dan tim penguji, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, nasihat dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Widi Prasetia,drg., selaku dosen pembimbing kedua dan tim penguji, atas keluangan waktu dan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Darwis Aswal,drg., selaku tim penguji atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Ariyani, drg., selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(8)

8. Kakanda Efril, Mitra, Vay, Oki, Wahyu, Daru, dan Adinda Budi,Lailan, Tya, Rizka, Dimas, Rasyid, Aulia, Rasyid, Arga, Sarah, Ade, Indy, Raja atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat penulis Roni, Kiki, Fachri, Hardi, Tasya, Coni, Tika, Uta, Nuria serta teman-teman stambuk 2007 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 29 April 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 6

2.2 Tindakan ... 10

2.3 RestorasiDirek ... 12

2.3.1 Amalgam ... 12

2.3.2 Resin Komposit ... 15

2.3.3 Glass Ionomer Cement ... 21

2.4 KerangkaKonsep ... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 25

3.2 Waktu Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 25

(10)

3.5 Cara Sampling ... 26

3.6 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 27

3.7 Cara Pengumpulan Data ... 29

3.8 Pengolahan Data ... 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 PengetahuanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanUsiadan Lama Praktek ... 31

4.2 PengetahuanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanJenisKelamin ... 32

4.3 PengetahuanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanJenisPraktek ... 33

4.4 TindakanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanUsiadan Lama Praktek ... 34

4.5 TindakanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanJenisKelamin ... 37

4.6 TindakanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanJenisPraktek ... 40

BAB 5 PEMBAHASAN ... 43

5.1 PengetahuanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan ... 43

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi jumlah ukuran sampel penelitian ... 27

2. Variabel penelitian dan defenisi operasional ... 27

3. Variabel penelitian dan defenisi operasional ... 28

4. Pengetahuan doktergigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan usia dan lama praktik ... 31

5. Pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan jenis kelamin ... 32

6. Pengetahuan doktergigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan jenis praktik ... 33

7 Pemilihan bahan pada restorasi klas I dan alasan pemilihan bahan ... 34

8 Pemilihan bahan pada restorasi klas II dan alasan pemilihan bahan ... 35

(12)

10 Pemilihan bahan pada restorasi klas I dan alasan pemilihan bahan ... 37

11 Pemilihan bahan pada restorasi klas II dan alasan pemilihan bahan ... 38

12 Pemilihan bahan pada restorasi klas V dan alasan pemilihan bahan ... 39

13 Pemilihan bahan pada restorasi klas I dan alasan pemilihan bahan ... 40

14 Pemilihan bahan pada restorasi klas II dan alasan pemilihan bahan ... 41

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktek dokter gigi umum di kota Medan

2 Surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi USU

(14)

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi gigi terus

meningkat dan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi khususnya terhadap pemilihan bahan tumpatan direk. Dokter gigi perlu untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan tindakan ini agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalam memilih bahan

tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross

sectional yang melibatkan 100 orang dokter gigi umum di 21 kecamatan Kota Medan dan cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan. Pengolahan data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Dari jumlah sampel 100 orang dokter gigi, 50% dokter gigi kelompok usia

31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun, 40,74% kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun serta 9,26% kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 15 tahun memiliki pengetahuan dengan kategori baik. 38,89% dokter gigi laki-laki tergolong dalam kategori baik, 41,3% cukup dan sebanyak 61,1% dokter gigi perempuan tergolong dalam kategori baik dan 58,7% cukup. 44,44% dokter gigi dengan jenis praktik perorangan tergolong dalam kategori baik, 47,82% cukup dan sebanyak 55,56% dokter gigi dengan jenis praktik bersama tergolong dalam kategori baik dan 52,18% cukup. Hasil penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan pada klas I gigi posterior diperoleh data 90% dokter gigi memilih bahan tumpatan resin komposit dengan alas an indikasi klinis. Pada klas II gigi posterior diperoleh data 50% dokter gigi memilih bahan tumpatan resin komposit dengan alasan indikasi klinis. Pada klas V gigi posterior diperoleh data 76% dokter gigi memilih bahan tumpatan glass ionomer cement dengan alasan indikas iklinis.

Pengetahuan dokter gigi umum yang praktik di Kota Medan termasuk dalam kategori baik dan untuk tindakan restorasi klas I dan klas II sebagian besar dokter gigi

menggunakan bahan tumpatan resin komposit, sedangkan untuk restorasi klas V sebagian besar dokter gigi menggunakan bahan tumpatan glass ionomer cement dengan alasan indikasi klinis.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pasien dan dokter gigi mempunyai berbagai pilihan dalam memilih bahan material dan prosedur dalam merawat lesi karies atau gigi yang hilang.Perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan perkembangan bahan material semakin meningkat dan beragam.Dalam beberapa tahun terakhir, dokter gigi diuntungkan dari peningkatan yang signifikan dalam perkembangan bahan estetik, termasuk keramik dan senyawa plastik.Namunkehadiran dari bahan material baru ini tidak menghilangkan kegunaan dari bahan restorasi tradisional seperti amalgam.1

Bahan tumpatan dibedakan menjadi 2 jenisyaitu bahan tumpatan direk dan bahan tumpatan indirek.Bahan tumpatan direk adalah bahan yang diletakkan segera kedalam kavitas gigi setelah dibersihkan dalam satu kali kunjungan.Yang termasuk bahan tumpatan direk adalah amalgam, resin komposit dan glass ionomer cement.

Amalgam merupakan campuran beberapa logam, yaitu air raksa, perak, seng, tembaga dan beberapa logam lainnya yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanis amalgam.Sampai saat ini amalgam adalah bahan tumpatan yang paling umum digunakan dan merupakan salah satu bahan tumpatan yang tertua.1,2

(16)

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat

dibicarakan sampai saat ini.1,2,3

Resin komposit adalah suatu bahan tumpatan yang terdiri dari polimer ditambah dengan bahan pengisi keramik. Untuk merekatkan bahan pengisi keramik ke matriks resin plastis, bahan pengisi dilapisi dengan silane dan bahan adhesif.Resin komposit umumnya digolongkan kedalam tiga tipe utama berdasarkan ukuran, jumlah dan komposisi bahan pengisi anorganik yaitu konvensional komposit, mikrofil komposit dan hibrid komposit. Saat ini perkembangan pada komposisi komposit menghasilkan beberapa tipe kategori hibrid termasuk flowable, packable, dan nanofill komposit.1,2,3

Indikasi resin komposit digunakan untuk pit dan fisur sealant, lesi awal klas I

dan II menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi gigi klas I dan II

ukuran sedang, restorasi klas V dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif

terhadap logam. Keuntungan dari resin komposit adalah estetik, preparasi minimal,

konduktivitas thermal yang rendah, dapat digunakan pada gigi anterior dan posterior,

melekat pada struktur gigi dan dapat diperbaiki. Kelemahan bahan ini adalah dapat

menyebabkan terjadinya karies sekunder akibat polimerisasi shrinkage dan memiliki

prosedur yang sulit dalam pengerjaannya.2

Glass ionomer cement merupakan bahan tumpatan terdiri atas bubuk dan liquid, bubuknya berupa bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan liquidnya adalah asam poliakrilat. Material ini mampu berikatan secara fisiko kimia dengan jaringan gigi, memiliki koefisien termal yang sama dengan dentin, dan dapat melepas fluoride yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya karies sekunder dimana fluoride tersebut mengandung kalsium atau strontium aluminosilikat.1,2

(17)

rendah, dan sensivitas air pada waktu pengerasan memberikan efek terhadap sifat fisik dan estetik.2,3

Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan

tumpatan.Makhija,4menyatakan bahwa pemilihan bahan restorasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karies gigi, pengetahuan dan kemampuan klinis seorang dokter gigi, serta permintaan pasien.Penelitian yang dilakukan melibatkan dua bahan tumpat yaitu amalgam dan resin komposit.Hasilnya penggunaan amalgam lebih sering dilakukan daripada resin komposit oleh dokter gigi pada penambalan lesi karies posterior. Penelitian yang dilakukan pada 700 dokter gigi di Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa dari 5.908 kasus restorasi molar, 36 persen (2.104 kasus) menggunakan tambalan amalgam dan hanya 7 persen (400 kasus) menggunakan tambalan resin komposit.4

Dalam penelitian Gilmour,6 menunjukkan bahwa 61 persen dokter gigi menyatakan penggunaan amalgam berkurang sejak 5 tahun terakhir, 75 persen menyatakan penggunaan resin komposit posterior meningkat.5

Burke,7mengatakan bahwa pemilihan bahan tumpat oleh dokter gigi dipengaruhi oleh indikasi klinis, iklan dari majalah dokter gigi, informasi dari majalah dokter gigi, permintaan estetik pasien, permintaan pasien terhadap bahan tumpat tertentu, kondisi finansial pasien, dan saran dosen kedokteran gigi. Penelitian tersebut juga menunjukkan 100 persen responden menyatakan indikasi klinis merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhadap pemilihan bahan material, 99 persen permintaan estetik pasien, 95 persen permintaan pasien dan 92 persen karena kondisi finansial pasien.6

(18)

harus diketahui dan dimiliki oleh seorang dokter gigi.Penelitian para ahli sebelumnya juga menunjukkan pemilihan bahan tumpatan yang akan digunakan memiliki faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih bahan tumpat yang akan digunakan.

Penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan direk untuk gigi posterior tersebut pada praktik dokter gigi khususnya dokter gigi di Indonesia belum pernah dilakukan sehingga belum ada data yang menunjukkan bagaimana tingkat pengetahuan dan tindakan dokter gigi terhadap pemilihan bahan tumpatan direk untuk gigi posterior.Padahal saat ini profesi dokter gigi sudah semakin berkembang dengan ditandai dengan meningkatnya jumlah dokter gigi dan perkembangan ilmu kedokteran gigi.Jumlah dokter gigi yang meningkat dapat meningkatkan pelayanan terhadap upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

Dari latar belakang diatas maka dianggap perlu untuk dilakukan survei mengenai tingkat pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigiumum di Kota Medan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana pengetahuan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di KotaMedan ?

2. Bagaimana tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di KotaMedan ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan.

(19)

I.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mendapatkan data mengenai pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktikdokter gigi umum di Kota Medan.

2. Menjadi masukan bagi dokter gigi umum dalam melakukan pemilihan terhadap bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi di Kota Medan.

3. Mengetahui faktor lain yang dapat mempengaruhi pemilihan bahan restorasi direk pada gigi posterior padapraktik dokter gigi umum di Kota Medan.

4. Menjadi dasar penelitian bagi penelitian berikutnya.

5. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut khususnya dalam bidang restorasi.

6. Menjadi masukan untuk Fakultas Kedokteran Gigi USU dalam kurikulum pendidikan.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.Benyamin bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam tiga ranah/kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga ranah tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).14,17

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuanterjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuandiperoleh melalui mata dan telinga.Proses yang didasarioleh pengetahuan kesadaran dan sikappositif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknyaapabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran makatidak akan berlangsung lama

Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.14,17

b. Memahami (comprehension)

(21)

menangkap makna dan arti bahan yang diajarkan, yang ditujukan dalam bentuk kemampuan menguraikan inti pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.14,17

c. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata.Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan, dan mendemonstrasikan.14,17

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.14,17

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.14,17

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau telah disusun misalnya mendukung, menentang, dan merumuskan.14,17

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.14,17

(22)

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan keperoranganan dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.14,17

b. Informasi / Media Massa

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu yang mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data.14,17

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.14,17

c. Sosial budaya dan ekonomi

(23)

akanmenentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.14,17

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.14,17

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.14,17

f. Usia

(24)

Pengetahuan dapat diperoleh dengan beberapa cara yaitu: 1. Cara tradisional

a. Cara coba salah (Trial dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakankemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabilakemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.14,17

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yangdikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpaterlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baikberdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaransendiri.14,17

c. Pengalaman perorangan

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalamanyang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yangdihadapi pada masa yang lalu.14,17

d. Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telahmenggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupundeduksi.14,17

2. Cara modern

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebihsistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitianilmiah, atau metodelogi penelitian.14,17

2.2 Tindakan

Tindakan merupakan suatu sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata yang didukung oleh suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan, yaitu:

a. Persepsi (perception)

(25)

b. Respon terpimpin (guide response)

Respon terpimpin adalah suatu kebolehan dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.Respon terpimpin merupakan indikator praktik tingkat kedua.14,17

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan maka ia telah mencapai praktik tingkat tiga.14,17

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.14,17

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yangdiketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).18

Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP”. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif. 18

(26)

2.3 Restorasi Direk

Restorasi direk memiliki pengertian restorasi yang dilakukan langsung pada rongga mulut.Ciri khas bahan restorasi direk adalah bahan tersebut dimasukkan pada kavitas gigi yang telah dipreparasi oleh dokter gigi ketika menghilangkan karies.Bahan restorasi direk meliputi amalgam, resin komposit, glass ionomer cement.1,2,6

Restorasi direk diindikasikan pada gigi dengan kerusakan yang belum cukup luas, sehinggastruktur gigi yang masih ada dapat digunakan sebagai tempat meletakkan material restorasi tersebut. Kontraindikasi pemakaian restorasi direk adalah gigi dengan kavitas yang cukup luas sehingga memerlukan pembuatan crown, inlay, onlay, veneer atau bridge yaitu restorasi yang diperlukan untuk melindungi permukaan oklusal, restorasi yang dilakukan pada gigi yang telah banyak kehilangan jaringan, dan restorasi yang diperlukan untuk melindungi gigi dari kemungkinan fraktur mahkota akar pada gigi pasca perawatan endodonti yang menjadi lemah dan memerlukan perlindungan maksimal. 1,2

2.3.1 Amalgam

Amalgam merupakan campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi, yaitu sebuah proses ketika powder alloy dan cairan merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu – abu.1,2

A. Klasifikasi Amalgam

(27)

1. Low copper, lathe cut 2. Low copper, spherical 3. High copper, lathe cut 4. High copper, spherical

5. High copper campuran Ag-Sn-Cu 6. High copper campuran Ag-Cu

B. Sifat Amalgam 1. Sifat fisik

a. Stabilitas Dimensional

Amalgam mempunyai stabilitas dimensional jangka panjang, memiliki nilai thermal diffusivity (penyebaran panas) yang tinggi dan dapat terjadi proses abrasi pada saat mastikasi makanan.Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya, kontraksinya yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder. 2,8

2. Sifat kimia

Pada bahan amalgam dapat terjadi korosi.Korosi adalah kerusakan pada metal akibat terjadi reaksi kimia/elektrokimia dengan lingkungannya. Bahan amalgam juga sangat mudah terjadi perubahan warna (diskolorasi) setelah jangka waktu pemakaian yang lama. Oleh karena sifat ini amalgam tidak digunakan untuk tambalan gigi anterior karena nilai estetisnya yang kurang baik.8

3. Sifat mekanik

(28)

4. Sifat biologis

Merkuri yang terkandung dalam amalgam tidak berbahaya bagi pasien, namun berbahaya bagi dokter gigi (operator), staff, dan lingkungan sekitar apabila sisa amalgam dibuang di sembarang tempat.Hingga kini isu tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.1,2,3Namun keamanan pemakaian amalgam juga disampaikan oleh British Dental Association yang menyatakan “hingga saat ini, riset yang telah dilakukan secara ekstensif telah gagal membuktikan adanya hubungan antara pemakaian amalgam dan penurunan kesehatan secara umum. Beberapa negara yang membatasi pemakaian amalgam lebih beralasan untuk membatasi level merkuri pada lingkungan”. Department of Health’s Committe on toxicity European Commision juga menyatakan dental amalgam aman dari resiko terjadinya keracunan sistemik dan hanya ditemui beberapa hipersensitivitas dari pemakaian dental amalgam.9 Badan kesehatan dunia World Health Organisation (WHO), Food And Drug Administration (FDA) juga menyatakan bahwa dental amalgam aman digunakan sebagai bahan restorasi. Persatuan dokter gigi Amerika Serikat (ADA) pada tahun 1983, telah mengeluarkan pernyataan mengenai amannya penggunaan amalgam.10

C. Keuntungan dan Kekurangan Amalgam

Keuntungan bahan amalgam yaitu manipulasi mudah, ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut, memliki high compressive strength dan dapat beradaptasi di dalam rongga mulut.2,3

(29)

dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi.Kurang konservatif dan preparasi lebih sulit.2,3

D. Indikasi dan Kontraindikasi Amalgam

Amalgam diindikasikan pada restorasi klas I dan II yang moderat hingga luas (menerima beban kunyah yang besar dan perluasan ke akar).restorasi klas V, restorasi sementara dan foundation(untuk meningkatkan resistensi dan retensi crown atau onlay logam). Sedangkan kontraindikasi amalgam adalah pada restorasi klas I dan klas II yang kecil hingga sedang dan tidak diindikasikan pada penambalan yang memerlukan estetik.2,3

E. Teknik Manipulasi

Tahapan teknik manipulasi terdiri dari pembuatan desain kavitas, triturasi, pengisian amalgam, Carving, Burnish dan Finishing.2,3

2.3.2 Resin komposit

Penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Dewasa ini, bahan restorasi resin komposit secara umum telah menjadi pilihan bagi para dokter gigi untuk merestorasi lesi karies pada daerah servikal sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan dengan stuktur gigi.1,2,19

(30)

A. Klasifikasi Resin Komposit

Sistem klasifikasi dalam beberapa tahun terakhir berdasarkarkan pada bentuk partikel, bentuk distribusi dan persentase bahan pengisi resin. Klasifikasi yang diperkenalkan oleh Lutz dan Philips,2 tahun 1983 terdiri atas:

1. Resin komposit makrofil

Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-10 µm. Resin komposit

tipe ini mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur. Kejelekan klinis yang utama dari resin komposit makrofil adalah terjadinya permukaan yang kasar setelah dipolish.

2. Resin komposit mikrofil

Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04µm. Resin komposit

tipe ini mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, dapat dipolish dengan baik dan warnanya stabil.

3. Resin komposit hybrid

Resin komposit hybrid merupakan gabungan makrofil dan mikrofil sehingga mempunyai ukuran filler yang beraneka ragam. Resin komposit ini mempunyai karakteristik gabungan dari resin komposit makrofil dan mikrofil. Resin komposit tipe ini mempunyai kehalusan permukan dan kekuatan yang baik.

Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler nya, yaitu :

1. Resin komposit flowable

Resin komposit ini memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga 44-54 %.

2. Resin komposit packable

(31)

Sistem Adhesif Resin Komposit

Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke substansi lainnya. Permukaan atau substansi yang berlekatan disebut adherend.Adhesif adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang menggabungkan dua substansi hingga mengeras, dan mampu memindahkan suatu kekuatan dari satu permukaan ke permukaan lainnya. Bahan perekat atau bonding agent adhesive system adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan, dan dapat menyebarluaskan beban melalui perlekatannya.19

Berdasarkan perkembangannya, sistem adhesif dibagi dalam beberapa generasi, yaitu:2,19

1. Generasi ke-1 dari sistem adhesif diperkenalkan oleh Buonocore et al. (1956) dengan menggunakan asam gliserofosforik dimetakrilat (mengandung resin) yang dilekatkan ke dentin yang telah di etsa dengan asam hidroklorik. 2,19

2. Generasi ke-2 menggunakan ester fosfat yang merupakan derivat metakrilat. Sistem ini menggunakan interaksi ion antara grup fosfat yang bermuatan negatif dengan kalsium yang bermuatan positif. Beberapa contoh sistem bonding generasi ke-2 yaitu Bondlite (Kerr Corporation) dan Prisma Universal Bond (Dentsply).2,19

3. Generasi ke-3 lebih difokuskan pada pembuangan atau modifikasi smear layer dengan pengetsaan pada permukaan dentin oleh asam fosforik yang memungkinkan penetrasi bahan adhesif tipe ester fosfat ke tubulus dentin. Misalnya XR Bond.2,19

(32)

tag. Beberapa contoh sistem bonding generasi ke-4 yaitu All-Bond 2 (Bisco), OptiBond FL (Kerr Corporation), dan Scocthbond Multi Purpose (3M ESPE).2,19

5. Sistem adhesif generasi ke-5 terdiri dari dua sistem yang berbeda yaitu One-bottle system merupakan kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan setelah pengetsaan email dan dentin secara simultan dengan asam phospor 35-37 % selama 15-20 detik. Misalnya Gluma Coomfort Bond, OptiBond Solo, EasyBond, Prime & Bond NT (Dentsply), Single Bond (3M Dental Product). Sedangkan, self-etching primer merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin adhesif. Beberapa contoh bahan adhesif Self-etching primer antara lain Clearfil Liner Bond 2V, Clearfil Liner Bond II, Unfil Bond (GC Product).2,19

6. Sistem adhesif generasi ke-6 adalah Sel-etching primer atau two-step self-etch adhesive merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitifitas dan untuk mencegah kolapsnya kolagen.2,19

7. Sistem adhesif generasi ke-7 merupakan perkembangan dari sistem adhesif self-etch yang menggabungkan bahan etsa, primer, dan adhesif dalam satu botol, tanpa adanya tahap-tahap aplikasi ataupun pencampuran bahan primer dan bahan adhesif, sistem ini dikenal dengan one-step self-etch system atau single solution. Contohnya Prompt L-Pop (3M Dental Product), iBondTM.2,19

Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat dibagi atas empat kategori yaitu:19

1. Total-etch adhesive system

Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa,antara lain : a. Three-step total-etch adhesive

Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan dengan tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif.

b. Two-step total-etch adhesive

(33)

tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif.19

2. Self-etch adhesive system

Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa. Bahan etsa dan primer digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain:

a. Two-step self-etch adhesive

Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif.

b. One-step self-etch adhesive

Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga hanya terdiri dari satu tahap aplikasi.One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah.19

B. Sifat Bahan Resin Komposit

Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain:

1. Sifat fisik

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini.

2. Sifat mekanis

(34)

C. Keuntungan dan KekuranganResin Komposit

Keuntungan resin komposit antara lain estetik sangat memuaskan, sistem perlekatan ke enamel yang sangat baik, resin komposit hanya membutuhkan preparasi gigi yang minimal, ketahanan pemakaian yang baik dan memiliki kondisi thermal yang rendah.2,3,4

Kekurangan dari resin komposit antara lainmaterial ini membutuhkan tahapan-tahapan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang cukup mendalam dari dokter gigi.Pada saat penambalan diperlukan isolasi daerah kerja yang cukup kering karena kontaminasi saliva dapat mempengaruhi sifat-sifat jangka panjang dari resin komposit, seperti kekuatan dan daya tahannya.Sifat resin yang hidrofilik dan dapat menyerap air lebih banyak. Pengerjaan bahan ini lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama, serta dapat menyebabkan karies sekunder.2,3,4

D. Indikasi dan Kontraindikasi Resin Komposit

Restorasi resin komposit diindikasikan pada restorasi kelas I,II,III,IV,V dan VI serta diindikasikan sebagai tambalan sementara.Sedangkan kontraindikasi resin komposit antara lainpada restorasi dimana isolasi daerah kerja sulit dilakukan.Dokter gigi tidak memiliki kemampuan klinis yang memadai untuk melakukan restorasi komposit.Pada lesi yang meluas sampai permukaan akar dan pada pasien yang memiliki resiko karies tinggi.

E. Teknik Manipulasi Resin Komposit

(35)

2.3.3 Glass Ionomer Cement (GIC)

Bahan material yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent,22 pada tahun 1971 ini terdiri atas bubuk dan liquid, bubuknya berupa bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan liquidnya adalah asam poliakrilat. Material ini mampu berikatan secara fisiko kimia dengan jaringan gigi, memiliki koefisien termal yang sama dengan dentin, dan dapat melepas fluoride yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya karies sekunder.2,3

Material glass ionomer cement sering digunakan untuk merestorasi gigi bukan akibat karies, seperti erosi atau abrasi pada gigi di dekat tepi gusi, untuk restorasi gigi sulung dengan masa penambalan yang singkat jangka waktunya dan digunakan untuk liner cavitas atau basis tambalan dengan maksud melindungi pulpa gigi terutama pada kavitas yang dalam.Glass ionomer cement juga digunakan untuk pit dan fissure sealent, yang diindikasikan pada pasien dengan fissure yang dalam dan pada pasien dengan perkembangan karies yang tinggi. Glass ionomer cement juga berfungsi baik untuk sementasi restorasi mahkota dan jembatan.2,3

A. Klasifikasi Glass Ionomer Cement Klasifikasi glass ionomer cement terdiri atas: 1. Tipe I - Luting

Bahan ini digunakan pada sementasi mahkota, bridge, inlay, aplikasi ortodonti. Tingkat pengerasan bahan ini termasuk kedalam fast set. Perbandingan bubuk dan cairan 1,5 : 1. Gambaran umumnya radiopaque.Ketebalan film 20 mikro atau kurang.2,3

2. Tipe II - Restoratif a. Tipe II.1 Restoratif estetik

(36)

b. Tipe II.2 Restoratif diperkuat

Bahan ini digunakan saat dimana meningkatkan sifat fisik sangat dibutuhkan, sedangkan pertimbangan estetik tidak dibutuhkan.Setting rate bahan ini cepat, dan perbandingan bubuk dan cairan bahan ini adalah 3:1.2,3

3. Tipe III :lining atau basis. a. Lining

Bahan ini digunakan dengan selapis tipis dibawah tambalan logam sebagai barier thermal. Perbandingan bubuk dan cairan bahan ini sebesar 1,5:1.2,3

b. Basis – pengganti dentin

Bahan ini digunakan sebagai kombinasi dengan bahan resin komposit dalam teknik laminasi. Setting rate bahan ini cepat dan perbandinga bubuk dan cairan sebesar 3:1.2,3

B. Sifat BahanGlass Ionomer Cement

Glass ionomer cement melepaskan fluoride ke email gigi yang dapat menghambat terjadinya karies lanjutan. Glass ionomer cement juga bersifat biokompatibel. Glass ionomer cement menghasilkan reaksi dengan pulpa lebih besar dari ZOE namun lebih sedikit dari zinc phosphate cement.2,3Kekuatan kompresif 24 jam glass ionomer cement berkisar antara 90 hingga 230 MPA. Glass ionomer cementyang berikatan dengan dentin memiliki nilai-nilai kekuatan untuk saling mengikatantara1 sampai 3 MPa. Kekuatan ikatan glass ionomer cement tidak terlalu kuat, mungkin karena sensitivitas glass ionomer cement pada kelembapan selama proses setting.2,3

C. Keuntungan dan Kekurangan Glass Ionomer Cement

(37)

antikaries.Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh) serta bahan ini tidak mudah larut.2,3

Kekurangan glass ionomer cement antara lain adalahkekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti gigi molar.Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli.Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain.2,3

D. Indikasi dan KontraindikasiGlass Ionomer Cement

Pada gigi permanen glass ionomer cement diindikasikan untuk restorasi klas V dan restorasi pada gigi yang abrasi atau erosi. Pada gigi desidui diindikasikan untuk restorasi gigi klas I - klas V, karies rampan dan karies botol, sebagai bahan perekat atau luting (luting agent), serta untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Sedangkan kontraindikasi glass ionomer cement antara lain pada daerah dengan tekanan yang besar seperti preparasi klas I, klas II dan klas IV, pada kasus pengganti kusp dan pada daerah yang memerlukan estetik.2,3

E. Teknik manipulasi Glass Ionomer Cement

(38)

KERANGKA KONSEP

Dokter Gigi Umum Kota Medan

PENGETAHUAN

TINDAKAN 1. Berdasarkan Umur

dan lama praktik 2. Berdasarkan Jenis

Kelamin

3. Berdasarkan Jenis Praktek

(39)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah crosssectional dan jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian survei deskriptif yaitu penelitian dengan tujuan mengumpulkan data untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif dan menghasilkan gambaran data dalam bentuk persentase.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2013 di 21 kecamatan Kota Medan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah dokter gigi umum yang praktik di kotaMedan yaitu sebanyak 523 orang.

3.4 Besar Sample

Penentuan besar sample berdasarkan estimasi proporsi dengan persepsi mutlak. Prakiraan proporsi berdasarkan hasil penelitian Burke,9 pada tahun 2001 menunjukkan proporsi dokter gigi yang melakukan tindakan restorasi komposit pada gigi posterior sebesar 92 persen. Besar sample dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :15

NZ(1- )2 P (1-P)

(40)

Keterangan

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan = deviasi baku alfa = 5% = 1,96

p = provorsi pengetahuan = 0,92

d = limit dari eror atau presisi absolut (5%) = 0,05 N = populasi = 523 orang

Perhitungan :

n = 93

Berdasarkan perhitungan diperoleh sampel minimal 93 responden.Pada penelitiam ini ditentukan besar sampel 100 responden.

3.5 Cara Sampling

(41)

Tabel 1. Komposisi jumlah ukuran sampel penelitian

PEMBAGIAN DOKTER GIGI JUMLAH UKURAN

SAMPEL

(a) (b) = (a)/523 x 100

LINGKAR DALAM 322 62

LINGKAR LUAR 201 38

TOTAL 523 100

Keterangan:

Lingkar dalam = Terdiri dari 7 kecamatan di Kota Medan yaitu kecamatan Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur dan Medan Kota.

Lingkar luar = Terdiri dari 14 kecamatan di kota Medan yaitu kecamatan Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Perjuangan,Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan, Medan Tuntungan dan Medan Selayang.

3.6Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Variabel penelitian dan defenisi operasional dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 2. Variabel penelitian dan defenisi operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Cara Ukur Skala

Pengukuran Variabel

(42)

1. Usia dan

Tabel 3. Variabel penelitian dan defenisi operasional

No Variabel Defenisi

(43)

untuk gigi posterior restorasi direk, no

2. Tindakan Segala aktivitas dan perbuatan yang

Peneliti memperoleh data dari sekretariat PDGI Medan berupa daftar identitas dokter gigi praktikumum di kota medan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan.

(44)

3.8 Pengolahan Data

(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2013 di 21 kecamatan Kota Medan dengan jumlah dokter gigi sebanyak 523 orang. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 120 kuesioner dan kuesioner yang dikembalikan kepada peneliti sebanyak 100 kuesioner.

Kuesioner yang diperoleh oleh peneliti tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa bentuk kategori. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden dokter gigi laki-laki adalah 40% (n=40) dan responden dokter gigi perempuan adalah 60% (n=60). Berdasarkan usia dan lama praktik, diperoleh jumlah responden dengan usia 25-30 tahun dengan lama praktik < 5 tahun sebanyak 36% (n=36), usia 30-40 tahun dengan lama praktik 6-15 tahun sebanyak 44% (n=44) dan usia > 40 tahun dengan lama praktik >15 tahun sebanyak 20 % (n=20). Berdasarkan jenis praktik sebanyak 54% (n=54) dokter gigi praktik bersama dan 44% (n=44) dokter gigi praktik perorangan serta seluruh dokter gigi pernah mengikuti seminar/kursus ilmiah mengenai bahan tumpatan direk.

(46)

4.1 Pengetahuan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan Berdasarkan Usia Dan Lama Praktik

Berdasarkan usia dan lama praktik, hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.Pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan usia dan lama praktik

Berdasarkan Usia dan Lama Praktik (Tahun)

Kategori Pengetahuan Baik

(>80%)

Cukup (60%-79%)

Kurang (< 60%)

N % N % N %

Usia 25-30, lama praktik < 5 22 40,74 14 30,43 0 0

Usia 31-40, lama praktik 6-15 27 50 17 36,95 0 0

Usia > 40, lama praktik > 15 5 9,26 15 32,62 0 0

Total 54 100 46 100 0 0

(47)

4.2 Pengetahuan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan Jenis Kelamin Kategori Pengetahuan

Baik (>80%)

Cukup (60%-79%)

Kurang (< 60%)

N % N % N %

Laki-laki 21 38,89 19 41,3 0 0

Perempuan 33 61,11 27 58,7 0 0

Total 54 100 46 100 0 0

(48)

4.3Pengetahuan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan Berdasarkan Jenis Praktik

Berdasarkan jenis praktik, hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan jenis praktik

Berdasarkan Jenis Praktik Kategori Pengetahuan

Baik (>80%)

Cukup (60%-79%)

Kurang (< 60%)

N % N % N %

Perorangan 24 44,44 22 47,82 0 0

Bersama 30 55,56 24 52,18 0 0

Total 54 100 46 100 0 0

(49)

4.4 Tindakan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan Berdasarkan UsiaDan Lama Praktik

Berdasarkan usia dan lama praktik, hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.Pemilihan bahan tumpatan pada klas I gigi posterior dan alasan pemilihan bahan

(50)

4. Kemampuan Melakukan posterior diperoleh data 91,67% dokter gigi dari kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun, 88,63% dari kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun dan sebanyak 90% dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun memilih menggunakan bahan resin komposit. Alasan pemilihan bahan 91,67% dokter gigi dari kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun, 100% dokter gigi

(51)

Jumlah tahun dan sebanyak 60% dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun memilih menggunakan bahan resin komposit. Alasan pemilihan bahan 100% dokter gigi dari kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun, 93,18% dokter gigi dari kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun dan sebanyak 85% dokter gigi dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun dikarenakan indikasi klinis (Tabel 8).

Tabel 9. Pemilihan bahan tumpatan pada klas V gigi posterior dan alasan pemilihan bahan

(52)

Jumlah posterior diperoleh data 80,56% dokter gigi dari kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun, 79,54% dari kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun dan sebanyak 60% dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun memilih menggunakan bahan glass ionomer cement. Alasan pemilihan bahan 94,44% dokter gigi dari kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun, 100% dokter gigi dari kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun dan sebanyak 100% dokter gigi dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun dikarenakan indikasi klinis (Tabel 9).

4.5 Tindakan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan Berdasarkan Jenis Kelamin

(53)

Tabel 10.Pemilihan bahan tumpatan pada klas I gigi posterior dan alasan pemilihan bahan

No. Bahan Tumpatan Laki-laki Perempuan

N % N %

1. Amalgam 0 0 2 3,33

2. Resin Komposit 37 92,5 53 88,33

3. GIC 3 7,5 5 8,34

Alasan Pemilihan Bahan

1. Indikasi Klinis 38 95 57 95

2. Permintaan Pasien 30 75 55 91,67

3. Kondisi Finansial Pasien 32 80 50 83,33

4. Kemampuan Melakukan Prosedur Penambalan

40 100 60 100

Hasil penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan pada klas I gigi posterior diperoleh data 92,5% dokter gigi laki-laki memakai bahan tumpatan resin komposit,7,5%glass ionomer cement dan3,33% dokter gigi perempuan memakai bahan tumpatan amalgam,88,33% resin komposit, 8,34% glass ionomer cement (Tabel 10).

Tabel 11. Pemilihan bahan tumpatan pada klas II gigi posterior dan alasan pemilihan bahan

No. Bahan Tumpatan Laki-laki Perempuan

N % N %

1. Amalgam 15 37,5 28 46,67

2. Resin Komposit 20 50 30 50

3. GIC 5 12,5 2 3,33

Alasan Pemilihan Bahan

(54)

2. Permintaan Pasien 33 82,5 52 86,67

3. Kondisi Finansial Pasien 36 90 55 91,67

4. Kemampuan Melakukan Prosedur Penambalan

40 100 60 100

Hasil penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan pada klas II gigi posterior diperoleh data 37,5% dokter gigi laki-laki memakai bahan tumpatan amalgam, 50% resin komposit,12,5% glass ionomer cement dan 46,67% dokter gigi perempuan memakai bahan tumpatan amalgam,50% resin komposit, 3,33% glass ionomer cement (Tabel 11).

Tabel 12. Pemilihan bahan tumpatan pada klas V gigi posterior dan alasan pemilihan bahan

No. Bahan Tumpatan Laki-laki Perempuan

N % N %

1. Amalgam 0 0 0 0

2. Resin Komposit 10 25 14 23,33

3. GIC 30 75 46 76,67

Alasan Pemilihan Bahan

1. Indikasi Klinis 40 100 57 95

2. Permintaan Pasien 33 82,5 54 90

3. Kondisi Finansial Pasien 33 82,5 53 88,33

4. Kemampuan Melakukan Prosedur Penambalan

40 100 60 100

(55)

komposit,75% glass ionomer cement dan23,33% dokter gigi perempuan memakai bahan tumpatan resin komposit, 76,67% glass ionomer cement (Tabel 12).

4.6 Tindakan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan Berdasarkan Jenis Praktik

Berdasarkan jenis praktik, hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 13. Pemilihan bahan tumpatan pada klas I gigi posterior dan alasan pemilihan bahan

No. Bahan Tumpatan Praktik

Perorangan

Praktik Bersama

N % N %

1. Amalgam 0 0 2 3,7

2. Resin Komposit 43 93,47 47 87,05

3. GIC 3 6,53 5 9,25

Alasan Pemilihan Bahan

1. Indikasi Klinis 43 93,47 51 94,44

2. Permintaan Pasien 38 82,60 40 74,07

3. Kondisi Finansial Pasien 36 78,26 40 74,07

4. Kemampuan Melakukan Prosedur Penambalan

46 100 54 100

(56)

Tabel 14. Pemilihan bahan tumpatan pada klas II gigi posterior dan alasan pemilihan bahan

No. Bahan Tumpatan Praktik

Perorangan

Praktik Bersama

N % N %

1. Amalgam 15 32,62 18 33,33

2. Resin Komposit 25 54,34 35 64,81

3. GIC 6 13,04 1 1,85

Alasan Pemilihan Bahan

1. Indikasi Klinis 44 95,65 52 96,29

2. Permintaan Pasien 35 76,08 33 61,11

3. Kondisi Finansial Pasien 38 82,60 40 74,07

4. Kemampuan Melakukan Prosedur Penambalan

46 100 54 100

(57)

Tabel 15. Pemilihan bahan tumpatan pada klas V gigi posterior dan alasan pemilihan bahan

No. Bahan Tumpatan Praktik

Perorangan

Praktik Bersama

N % N %

1. Amalgam 0 0 0 0

2. Resin Komposit 10 21,73 14 25,93

3. GIC 36 78,27 40 74,07

Alasan Pemilihan Bahan

1. Indikasi Klinis 44 95,56 51 94,44

2. Permintaan Pasien 38 82,60 42 77,78

3. Kondisi Finansial Pasien 35 76,08 40 74,07

4. Kemampuan Melakukan Prosedur Penambalan

46 100 54 100

(58)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1Pengetahuan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktek Gigi Umum Di Kota Medan

Hasil penelitian mengenai pengetahuan dokter gigi dalam memilih tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di kota medan menunnjukkan sebanyak 54% dokter gigi tergolong dalam kategori baik dan 46% cukup. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keaktifan dokter gigi dalam mendapatkan informasi mengenai bahan tumpatan direk baik melalui pendidikan dan seminar-seminar ilmiah yang diikuti oleh dokter gigi tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian dimana seluruh dokter gigi pernah mengikuti seminar ilmiah mengenai bahan tumpatan direk. Faktor dari media massa seperti jurnal-jurnal ilmiah, majalah kedokteran gigi, media internet dan promosi-promosi bahan tumpatan direk juga mempengaruhi pengetahuan dokter gigi tersebut dimana hal hal tersebut menambah pengetahuan dokter gigi mengenai bahan tumpatan direk.

Berdasarkan usia dan lama praktik, 40,74% dokter gigi kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun terdapat memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan30,43% cukup (Tabel 4). Hal ini disebabkan dikarenakan faktor usia yang masih muda dan baru selesai menjalani pendidikan di fakultas kedokteran gigi, sehingga pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan terbaru mengenai bahan tumpatan direk. Oleh karena itu kelompok usia dan lama praktik ini dapat menjawab pertanyaan mengenai bahan tumpatan direk dengan baik.14,17

(59)

misalnya dengan membaca jurnal-jurnal ilmiah, memperoleh informasi dari majalah kedokteran gigi, internet, promosi-promosi bahan tumpatan direk dan mengikuti seminar-seminar ilmiah.9,14,17

Pada kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 15 tahun terdapat 9,26% dokter gigi memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan 32,62% cukup (Tabel 4). Hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor usia dan pengalaman dokter gigi. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya namun penurunan kualitas kemampuan dapat terjadi dengan semakin bertambahnya usia.14 Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan pendapat ahli yaitu Notoatmodjo,14 dimana pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pendidikan, informasi/media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. 14-18

Hasil penelitian tentang pengetahuan dokter gigi dalam memilih tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di kota medan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan sebanyak 38,89% dokter gigi laki-laki tergolong dalam kategori baik, 41,3% cukup dan sebanyak 61,11% dokter gigi perempuan tergolong dalam kategori baik dan 58,7% cukup (Tabel 5).Dari hasil yang didapat pengetahuan dokter gigi laki-laki dan perempuan baik tentang bahan tumpatan direk untuk gigi posterior. Hal ini disebabkan dokter gigi laki laki dan perempuan aktif untuk mendapatkan pendidikan dan mencari informasi mengenai perkembangan bahan tumpatan direk yang didapat dari dengan membaca jurnal-jurnal ilmiah, memperoleh informasi dari majalah kedokteran gigi, internet, promosi-promosi bahan tumpatan direk dan mengikuti seminar-seminar ilmiah.9,14Hal ini dibuktikan dengan seluruh dokter gigi laki-laki dan perempuan pernah mengikuti seminar mengenai bahan tumpatan direk.

(60)

jenis praktik menunjukkan sebanyak 41,44% dokter gigi dengan jenis praktik perorangan tergolong dalam kategori baik, 47,82% cukup dan sebanyak 55,56% dokter gigi dengan jenis praktik bersama tergolong dalam kategori baik dan 52,18% cukup (Tabel 6).Dari hasil yang didapat pengetahuan dokter gigi dengan praktik bersama lebih baik daripada praktik perorangan tentang bahan tumpatan direk untuk gigi posterior.Hal ini disebabkan pada praktek bersama, interaksi dokter gigi untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan pengetahuan lebih sering terjadi.Hubungan sosial yang dibangun dan pengaruh lingkungan yang positif pada praktek bersama dapat meningkatkan pengetahuan seorang dokter gigi.Pengaruh pendidikan juga berpengaruh, hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian dimana seluruh dokter gigi pernah mengikuti seminar mengenai bahan tumpatan direk.9,14

Hasil tersebut sesuai dengan pendapat dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli.Menurut Notoatmodjo,14 pada tahun 2007 mengemukakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pendidikan, informasi/media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.14 Burke,9tahun 2003 juga menyatakan faktor lain yang berpengaruh besar terdapat pengetahuan dokter gigi mengenai bahan tumpatan direk yaitu informasi/media massa mengenai bahan tumpatan direk yang didapatkan dari jurnal-jurnal ilmiah, majalah kedokteran gigi, media internet, buku, dan promosi-promosi bahan tumpatan direk.9

5.2. Tindakan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktek Gigi Umum Di Kota Medan

(61)

88,63% dari kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun dan90% dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun memilih menggunakan bahan resin komposit. Alasan pemilihan bahan 91,67% dokter gigi dari kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun, 100% dokter gigi dari kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun dan 100% dokter gigi dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun dikarenakan indikasi klinis (Tabel 7). Pemilihan bahan tumpatan pada klas II gigi posterior diperoleh data 50% dokter gigi dari kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun, 45,45% dari kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun dan 60% dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun memilih menggunakan bahan resin komposit. Alasan pemilihan bahan 100% dokter gigi dari kelompok usia 2530 tahun dan lama praktik -< 5 tahun, 93,18% dokter gigi dari kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun dan85% dokter gigi dari kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 5 tahun dikarenakan indikasi klinis (Tabel 8).

Secara teorinya, restorasi klas I dan klas II diindikasikan untuk bahan amalgam dan resin komposit.Namun, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dokter gigi dari seluruh kelompok umur cenderung untuk memilih memakai bahan resin komposit daripada bahan amalgam.Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang dilakukan, dokter gigi sebagian besar memilih menggunakan bahan resin komposit daripada menggunakan bahan amalgam. dokter gigi memilih menggunakan bahan resin komposit karena kualitas bahan resin komposit semakin berkembang, kekuatan bahan tersebut terhadap tekanan pengunyahan semakin tinggi, memiliki warna yang sama dengan gigi sehingga dapat digunakan sebagai bahan tumpatan pada gigi posterior dan anterior. Pencapaian estetik yang bagus merupakan kelebihan utama dari resinkomposit.1,3Sehingga pemakaian bahan amalgam sebagai bahan restorasi pada klas I dan klas II semakin menurun.

Gambar

Tabel 1. Komposisi jumlah ukuran sampel penelitian
Tabel 3. Variabel penelitian dan defenisi operasional
Tabel 4.Pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi
Tabel 5. Pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk  untuk gigi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kertas ini membincangkan bagaimana pendidikan alam sekitar yang boleh diajar di peringkat sekolah boleh melahirkan warga yang ‘celik alam sekitar’ dan mencintai

Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan, kecukupan energi dan hidden hunger dengan status gizi balita.. Diharapkan adanya konsultasi atau penyuluhan gizi seimbang

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hedonic Shopping Value dan Fashion Involvement tidak berpengaruh terhadap perilaku Impulse Buying pada Matahari Department Store di

 Overall MDRO Infection/Colonization Incidence Density Rate = Number of 1 st LabID Events per patient per month among those with no documented prior evidence of previous

&#34;The Impact of Personal Psychology and Behavior Factors on the Innovation Assimilation. of Secure System Development&#34;, American Journal of Industrial

Dari hasil penelitian, maka diharapkan kepada pihak Puskesmas agar dapat meningkatkan dimensi mutu pelayanan diantaranya yaitu menerapkan kedisiplinan kepada

[r]

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG. 2017.. Fahmi