• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran kadar Malodialdehid (MDA) dalam urin perokok dan bukan perokok pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran kadar Malodialdehid (MDA) dalam urin perokok dan bukan perokok pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tahun 2013"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

URIN PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA

MAHASISWA FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA PADA TAHUN 2013

Laporan Penelitian ini di tulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Tommy Wibowo

NIM: 1110103000058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Assalamualaikumwarohmatullah Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT yang menguasai seluruh semesta alam ini,

yang telah mencurahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa

menyusun proposal penelitian ini tanpa ada halangan dan rintangan yang berarti.

Sholawat serta salam saya persembahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,

yang telah membimbing kita dari zaman zahiliyah menuju zaman yang penuh

dengan ilmu pengetahun. Penulis menyadari, tanpa bimbingan dari berbagai pihak

maka penilitian ini tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1.

Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,

DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan

Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Dr. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan

di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

3.

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D dan dr. Hari Hendarto, Sp. PD, Ph.D

selaku dosen pembimbing penelitian yang selalu membimbing dan

mengarahkan dalam berjalannya penelitian ini.

4.

drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset

yang tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera

menyelesaikan penelitian.

5.

Bu Endah Wulandari Ssi, M. Biomed dan Pak Kris sebagai dosen kami yang

turut membimbing berjalannya penelitian ini.

(6)

v

ini bisa saya lalui.

7.

Siti Halimah sebagai bagian dari hidup saya yang selalu memberikan

semangat, doa dan motivasi sehingga membuat saya selalu semangat dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini.

8.

Angger Aminda Noorcipta Johar sahabat yang selalu membimbing dan

memberi saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan laporan ini.

9.

Mbak Ai serta team laboratorium yang selalu setia menemani dan sangat

membantu dalam proses pengujian di laboratorium.

10.

Terimakasih banyak kepada teman- teman team riset (Rico Irawan, Nurlya

khanifa, Meliansari, dan Fifin Fitrian) dalam hal ini telah mensuport dan

memberikan masukan sehingga proses riset penelitian ini selesai.

11.

Seluruh sejawat PSPD 2010 dan juga seluruh teman serta sahabat yang tentu

tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan

ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT meridhoi dan berkenan

memasukkannya sebagai amal jariyah di Akhirat kelak. Amiin.

Ciputat, September 2013

(7)

vi

Malondialdehid (MDA) Dalam Urin Perokok dan Bukan Perokok Pada

Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.

Malondialdehid (MDA) merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang

menggambarkan ketidakseimbangan antara radikal bebas dan kadar antioksidan

dalam membran sel tubuh, yang memicu terjadinya stres oksidatif. Kondisi ini

menyebabkan kerusakan pada DNA, sel dan jaringan tubuh. Tujuan dari

penelitian deskriptif analitik ini adalah mengetahui kadar MDA urin perokok dan

bukan perokok pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan

menggunakan rancangan

cross sectional

. Dengan menggunakan metode TBARs,

kadar MDA urin pada responden perokok dan bukan perokok diukur dengan

spektrofotometer, dan data dianalisa menggunakan

uji mann_whitney.

Hasil

penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dimana kadar

MDA urin pada perokok yang lebih tinggi dibandingkan bukan perokok dengan

p-value

= 0,009

Kata kunci : Malondialdehid (MDA), Radikal bebas, Urin, Perokok.

ABSTRACT

Tommy Wibowo. Medical Education Study Program.

Profile of

Malondialdehyde (MDA) level in Smoker and Non-Smoker

s Urine of

Student of FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

Malondialdehyde (MDA) is an end product of lipid peroxide which shows the

imbalance between free radicals and antioxidants in cell membrane which causes

oxidative stress. This conditions provoke DNA, cells and tissue damages. The aim

of this descriptive analytical research was to know MDA levels in Smoker and

Non-

Smoker’s Urine

of Student of FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, which

used cross sectional design. By using TBARs methods, MDA levels in Smoker

and Non-

Smoker’s urine

were calculated by using spectrofotometer. The data

were analyzed using

Mann_whitney.

This research concluded the differences in

MDA levels in Smoker

s Urine which is higher than Non-Smoker

s Urine, and it

was statistically significant (

p-value = 0,009

).

(8)

vii

LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN ... i

LEMBAR PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ...

vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesis ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.4.1. Tujuan Umum ... 3

1.4.2. Tujuan Khusus ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. LANDASAN TEORI ... 5

2.1. Tinjauan pustaka ... 5

2.1.1. Rokok ... 5

2.1.2. Faktor Penyebab atau pendorong perilaku merokok ... 6

2.1.3. Dampak dari perilaku merokok ... 7

2.1.4. Kandungan dan bahaya rokok ... 7

2.2. Radikal bebas ... 8

2.3. Malondialdehid (MDA) ... 9

2.4. Antioksidan ... 11

2.5. Urin Pagi hari porsi tengah ... 11

2.5.1. Cara pengambilan urin porsi tengah ... 11

2.6. Metode pemeriksaan MDA ... 12

2.6.1. TBARs ... 12

(9)

viii

2.8. Kerangka Konsep ... 14

2.9. Definisi Operasional... 15

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 16

3.1. Desain Penelitian ... 16

3.2.Waktu dan Tempat penelitian ... 16

3.3. Populasi dan Sampel ... 16

3.4. Jumlah Sampel ... 16

3.5. Kriteria Sampel ... 17

3.5.1. kriteria inklusi ... 17

3.5.2. kriteria eksklusi ... 17

3.5.3. Alur Penelitian ... 17

3.6. Managemen Data ... 18

3.6.1. Teknik pengumpulan data ... 18

a. Data Primer ... 18

b. Data sekunder ... 19

c. Identifikasi Variabel ... 19

3.6.2. Pengolahan data ... 19

a. Analisis data ... 19

b. Analisis Univariat ... 19

3.6.3. Analisis Bivariat ... 19

3.6.4. Penyajian Data ... 20

3.6.5. Etika Penelitian ... 20

Bab. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1. Karakteristik Responden ... 21

4.1.1. distribusi mahasiswa perokok berdasarkan usia ... 21

4.1.2. distribusi mahasiswa bukan perokok berdasarkan usia ... 21

4.2. Perbandingan kadar MDA Perokok dan Bukan Perokok ... 22

(10)

ix

4.2.3. kadar MDA Perokok dan Bukan Perokok ... 23

4.3. Uji kemaknaan ... 23

4.3.1. uji Normalitas ... 23

4.3.2. Hasil Uji statistik (

Mann_whitney test

) ... 24

4.4. Pembahasan ... 25

4.5. Keterbatasan Penelitian ... 25

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN 1 ... 29

LAMPIRAN 2 ... 33

LAMPIRAN 3 ... 35

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut Dedi Dwitagama (2007) setiap rokok yang dinyalakan mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dan bisa menyebabkan kematian. Bahan kimia tersebut berupa bahan radioaktif (Polonium-201), bahan- bahan yang digunakan dalam cat (Acetone),pencuci lantai (Ammonia), racun serangga (DDT) dan gas beracun (Hydrogen Cyanide). Di antara 4000 bahan kimia tersebut, racun yang sangat berbahaya adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar diduga bisa memicu terjadinya kanker, nikotin memberikan efek penenang namun apabila kecanduan akan beresiko terkena serangan penyakit jantung dan stroke, sedangkan karbon monoksida adalah gas yang beracun yang biasa dikeluarkan dari asap kendaraan yang menyebabkan pasokan oksigen untuk jantung berkurang karena berikatan dengan hemoglobin darah. Data WHO 2003 menyebutkan bahwa dari kurang lebih 1,1 miliar perokok aktif, 4 juta orang diantaranya meninggal per tahun, disebabkan oleh rokok.1 Dan data dari WHO 2008 juga menyebutkan bahwa dari 100 juta kematian di 20 negara, 5,4 juta orang meninggal setiap tahunnya dan perkiraan pada tahun 2030 dimana akan bertambah menjadi 8 juta orang meninggal setiap tahunnya.2

Radikal bebas adalah suatu atom yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sehingga bersifat labil dan sangat reaktif serta dapat menyerang molekul di sekitarnya. Radikal bebas seperti radikal hidroksil (OH-), radikal superoksida (O2-), radikal nitrit oksida (NO-), dan radikal lemak peroksil

(ROO-) merupakan salah satu senyawa peroksidan yang umumnya berperan dalam reaksi kerusakan tubuh. Sumber terbesar dari spesies radikal bebas adalah reaksi reduksi oksidasi yang melibatkan O2. Pada umumnya radikal bebas bersifat

(12)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jens Lykkesfeldt (2004) melaporkan sementara bahwa perokok memiliki konsentrasi MDA plasma lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Namun, pada perokok juga didapatkan memiliki asupan rendah sayur-sayuran dan buah-buahan serta konsentrasi antioksidan plasma yang lebih rendah. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil yang signifikan pada kadar MDA plasma perokok. Dari hasil penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa rokok dan kadar plasma antioksidan yang rendah mempengaruhi peningkatan peroksidasi lipid.2 Survei terbaru menunjukan bahwa rokok adalah pemicu utama peningkatan MDA plasma dan F2-isoprostanes, dua biomarker umum dari proses peroksdasi lipid (Blok et al. 2002).5,6

Analisis MDA merupakan analisis radikal bebas secara tidak langsung dan merupakan analisis yang memiliki kepekaan cukup tinggi dan mudah diaplikasikan dalam menentukan jumlah radikal bebas yang terbentuk. Jumlah radikal bebas yang berlebih mengakibatkan peningkatan proses peroksidasi lipid sehingga MDA yang dihasilkan juga meningkat. Analisis radikal bebas secara langsung sangat sulit dilakukan, karena senyawa radikal sangat tidak stabil, bersifat elektrofil dan reaksinya pun berlangsung sangat cepat. Uji TBARs (

Thiobarbituric Acid Reactive Substance), merupakan salah satu uji yang paling awal dan paling sering digunakan untuk mengukur proses peroksidasi lipid asam lemak tidak jenuh. Uji TBARs dapat menilai stres oksidatif berdasarkan reaksi asam tiobarbiturat dengan MDA. Setelah protein diendapkan kemudian direaksikan dengan asam tiobarbiturat menghasilkan kromofor berwarna merah muda yang di baca pada spektrofotometer dengan gelombang 532 nm.4,6,7

Penelitian ini menggunakan sampel urin karena darah hanya berisi sejumlah MDA yang beredar dalam tubuh pada waktu tertentu. Sebaliknya, jumlah MDA dalam urin dapat digunakan untuk menilai total output MDA.5,12

[image:12.595.91.562.67.708.2]

Alasan peneliti mengambil judul tentang Gambaran MDA Dalam Urin Perokok dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 karena belum ada penelitian yang menyebutkan tentang gambaran MDA pada urin perokok dan bukan perokok dari kalangan Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menjadi penting dilakukan

Komentar [a1]: Oleh siapa?

(13)

karena berusaha menggambarkan kadar MDA pada mahasiswa kedokteran dan ilmu kesehatan yang notabene mengerti dan memahami tentang radikal bebas, rokok, dan dampaknya terhadap tubuh.

1.2. Rumusan Masalah

Ditinjau dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Bagaimana gambaran kadar Malondialdehid (MDA) dalam urin perokok dan bukan perokok pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.3. Hipotesis

Kadar Malondialdehid (MDA) dalam urin perokok lebih tinggi dibanding urin bukan perokok

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran MDA dalam urin perokok dan bukan perokok pada `mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013.

1.4.2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran kadar MDA dalam urin perokok dan bukan perokok.

2. Mengetahui adakah perbedaan yang signifikan antara kadar MDA dalam urin perokok dan bukan perokok.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

 Menerapkan keilmuan yang telah dipelajari dan memanfaatkannya dalam mengembangkan riset keilmuan kedokteran.

(14)

2. Bagi institusi

 Memberikan kontribusi dalam pengembangan penelitian di lingkungan UIN dan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Memberikan kontribusi kepada sivitas akademika UIN mengenai aplikasi pemeriksaan Biokimia kedokteran dalam menghadapi persoalan kesehatan di Masyarakat.

3.Bagi keilmuan

 Memberikan informasi mengenai kadar MDA dalam urin perokok dan bukan perokok

 Menjadi referensi awal bagi peneliti dan praktisi medis yang tertarik dalam bidang ilmu Biokimia Kedokteran

4.Bagi Sosial

 Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan..

(15)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Rokok

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, rokok adalah sebuah lintingan kertas kretek yang berbahan baku dari tembakau yang telah diolah.15 Rokok biasanya dihisap oleh konsumen dengan cara dibakar ujungnya, dibiarkan membara dan dihisap dari ujung yang lain. Ada beberapa jenis rokok yang sering digunakan para konsumen rokok.9

Menurut Sitepoe (1997), rokok diklasifikasikan berdasarkan bahan baku dasar atau isi di bagi tiga jenis yaitu rokok putih, rokok kretek dan rokok klembak. Rokok putih adalah rokok yang mempunyai bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi perasa untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok kretek adalah rokok yang mempunyai bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi perasa untuk mendapatkan efek rasa dan aroma cengkeh, sedangkan rokok klembak adalah rokok yang memiliki bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi perasa untuk mendapatkan efek rasa dan aroma yang diinginkan konsumen.9

Berdasarkan penggunaan filter, rokok dibagi menjadi dua jenis yakni Rokok Filter (RF) dan Rokok Non Filter (RNF). Rokok Filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. Sedangkan Rokok Non Filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.9

(16)

menghisap 10-20 batang per hari, sedangkan perokok berat menghisap lebih dari 20 batang per hari.9

2.1.2. Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, artinya perilaku merokok disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok)9

Menurut Mu’tadin (dalam Nasution, 2007), faktor penyebab seorang remaja merokok adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian dan pengaruh iklan.9

a. Pengaruh orang tua.

Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif. Orang tua yang merokok bisa menjadi contoh yang paling kuat bagi anak dalam memutuskan merokok.

b. Pengaruh teman.

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman- teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.

c. Faktor kepribadian.

Orang mencoba merokok adalah karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit, membebaskan diri dari kebosanan.

d. Pengaruh iklan.

(17)

2.1.3.Dampak dari Perilaku Merokok

Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:1 1. Dampak positif.

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan- keadaan yang sulit.

2. Dampak negatif.

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu berbagai jenis penyakit, sehingga boleh di katakan merokok tidaklah menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku merokoklah yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain: penyakit kardiovaskular, neoplasma, saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan fertilitas dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliopia, kulit menjadi keriput atau kering, serta polusi udara dalam ruangan sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan.1,2

2.1.4. Kandungan Asap dan Bahaya Rokok

(18)

2.2. Radikal bebas

Salah satu penyebab kerusakan sel atau jaringan adalah meningkatnya kadar radikal bebas, sebagai akibat dari suatu keadaan yang disebut stress oksidatif. Radikal bebas merupakan produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi dan metabolisme sel, sistem biologik endogen dan eksogen. Berbagai proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat menghasilkan radikal bebas yang berbahaya dan faktor lingkungan seperti polusi udara, merokok, paparan zat kimia dan radiasi sinar ultra violet dapat menginisiasi pembentukan radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit paling luar. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan radikal bebas secara kimiawi sangat reaktif.3,14

Stres oksidatif didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terdapatnya ketidakseimbangan antara proses oksidasi oleh radikal bebas dan proses penetralan oleh antioksidan dalam tubuh. Pada keadaan stress oksidatif terbentuk

Reactive Oxygen Species (ROS) yang terdiri dari radikal bebas oksigen (super oksida) dan derivatnya (radikal hidroksil) yaitu O2-, OH- dan H2O2. Sebagaimana

sifat radikal bebas, ROS bersifat aktif dan selalu mencari elektron lain agar dapat berpasangan dan dapat menyebabkan kerusakan sel, disfungsi membran, modifikasi protein, inaktifasi enzim dan pecahnya rantai DNA. Kerusakan struktur intraseluler secara langsung mempengaruhi pengaturan metabolisme sel. ROS dapat menyerang molekul- molekul pada membran sel dan jaringan, sebagai contoh, disrupsi membran lisosom menyebabkan pelepasan enzim-enzim hidrolitik lisosom yang selanjutnya menyebabkan kerusakan intraseluler dan memperkuat kemampuan radikal bebas dalam menginduksi kerusakan sel.3,6,14

Radikal bebas oksigen yang terbentuk akan bekerja sebagai mediator proses patofisiologis. Contoh proses patofisiologi yang memperlihatkan hubungan meningkatnya radikal bebas dengan terjadinya kerusakan jaringan antara lain iskemia dan proses inflamasi.6,13

(19)

rokok yang terbentuk dengan adanya ion- ion logam transisi, akan mengalami pemecahan dan degenerasi rantai desoksiribose. Efek mutagenik radikal superoksida yang terbentuk selama aktifasi sel-sel fagosit pada inflamasi jaringan kronik dapat mendorong terjadinya sel kanker. Zat-zat kimia karsinogen dapat mengalami aktivasi metabolik menjadi produk antara radikal bebas, bila terbentuk dekat dengan DNA akan bereaksi dengan DNA tersebut dan terjadi aktivitas karsinogenik.9,3,6

2.3. Malondialdehida (MDA)

Akibat serangan radikal bebas akan terbentuk produk oksidatif yang sering digunakan sebagai marker untuk menilai stress oksidatif. Dengan mengukur kadar marker di dalam tubuh dapat diketahui kondisi patologis yang terjadi pada tubuh seseorang. Biomarker dapat ditemukan dalam darah, urin, dan cairan tubuh lainnya. Beberapa marker petanda yang digunakan antara lain malondialdehid, 4-hidroksenal akibat peroksidasi lipid, isoprostan akibat kerusakan asam arakidonat, 8-hidroksiguanin dan thiaminglikol akibat kerusakan DNA.6

Menurut Bird dan Draper (1984), MDA merupakan produk hasil peroksidasi lipid dalam tubuh dan sebagai indeks akhir oksidatif dalam makanan. Di dalam material biologi, MDA terdapat dalam bentuk bebas dan sebagai kompleks dengan unsur pokok lainnya di dalam jaringan. MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas melalui reaksi ionisasi di dalam tubuh dan sebagai produk samping biosintesis prostaglandin. Senyawa aldehida seperti MDA diketahui bersifat toksik terhadap sel. Konsentrasi MDA dalam material biologi digunakan secara luas sebagai indikator dari kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh sekaligus merupakan indikator keberadaan radikal bebas.6,4,13

(20)

jumlah radikal bebas yang terbentuk. Analisa radikal bebas secara langsung sangat sulit dilakukan, karena radikal bebas ini sangat tidak stabil. Reaksi ini berlangsung sangat cepat sehingga pengukuranya sangat sulit bila dalam bentuk senyawa radikal bebas.6,13

MDA merupakan salah satu produk final dari peroksidasi lipid. Senyawa ini terbentuk akibat degradasi radikal bebas hidroksil (OH-) terhadap asam lemak tak jenuh yang nantinya ditransformasi menjadi radikal yang sangat reaktif. Proses terbentuknya MDA dapat dijelaskan sebagai berikut, radikal bebas oksigen(O2) diproduksi melalui reaksi enzimatik dan non-enzimatik. Sel-sel tubuh yang dapat membentuk radikal bebas oksigen dan H2O2 adalah

polimorfonuklir, monosit dan makrofag.3,6

Radikal bebas yang terbentuk akan bereaksi dengan SOD dan ion Cu+2 menjadi H2O2. H2O2 banyak diproduksi di mitokondria dan mikrosom serta

mempunyai kemampuan menembus membran sel. Sebagai sistem pertahanan tubuh, H2O2 dapat diubah menjadi H2Odan O2 oleh enzim katalase. Hidrogen

peroksida ini merupakan oksidan yang kuat oleh karena dapat bereaksi dengan berbagai senyawa. Selain itu, H2O2 oleh enzim glutation peroksidase diubah pula

menjadi H2O. Pada stress oksidatif, radikal bebas oksigen yang terbentuk tentu

berlebihan, begitu juga dengan H2O2, sehingga sistem proteksi tubuh seperti

enzim katalase dan glutation peroksidase tidak dapat lagi menetralkan semua radikal bebas oksigen yang terbentuk.6

Selanjutnya jika H2O2 bereaksi dengan Fe+2 dan Cu+2 maka terbentuklah

radikal bebas hidroksil yang sangat reaktif. Membran sel terdiri dari banyak komponen penting yaitu fosfolipid, glikolipid yang keduanya mengandung asam lemak tak jenuh dan kolesterol. Asam lemak tak jenuh ini sangat peka terhadap radikal bebas.6

(21)

2.4. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies oksigen reaktif/spesies nitrogen reaktif (ROS/RNS) dan juga radikal bebas, sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskular dan penuaan. Dengan kata lain, antioksidan adalah senyawa yang dapat melawan dan menetralisir radikal bebas dan memperbaiki kerusakan oksidatif pada molekul biologis. Adapun sumber-sumber antioksidan berasal dari antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami adalah antioksidan yang berasal dari tumbuhan yang sering dikonsumsi dan telah diisolasi. Antioksidan yang terdapat dalam tumbuhan mempunyai kandungan vitamin C, vitamin E, polifenol, karoten, bioflavonoid, katekin dan resveratrol. Sedangkan antioksidan sintetik adalah antioksidan yang digunakan dalam bahan makanan sebagai penjaga mutu dan pencegahan dari perubahan sifat kimia makanan akibat proses oksidasi yang terjadi, terutama pada saat penyimpanan. misalnya adalah Butylated Hidroxyanisol (BHA), Butylated Hidroxytoluene (BHT), dan lain-lain.6

2.5.Urin pagi hari porsi tengah

Urin porsi tengah adalah sampel urin yang diambil saat bangun dari tidur pagi hari dengan cara membuang urin beberapa mililiter pertama dan terakhir serta menampung urin yang keluar diantara dua waktu tersebut sampai mencukupi volume yang ditentukan.

2.5.1. Cara pengambilan urin porsi tengah

a. siapkan wadah/ pot urin steril yang ditutupi oleh plastik alumunium foil agar urin tidak terkena cahaya.

(22)

c. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan bagian luar wadah. Tulis nama identitas penderita pada wadah tersebut dan dikerjakan di laboratorium biokimia.16

2.6. Metode Pemeriksaan MDA 2.6.1. TBARs

Uji TBARs (Thiobarbituric Acid Reactive Substances), merupakan salah satu uji yang paling sering digunakan untuk mengukur proses peroksidasi lipid asam lemak tidak jenuh. Uji TBARs dapat menilai stress oksidatif berdasarkan reaksi asam thiobarbiturat dengan senyawa radikal bebas (MDA), yang menghasilkan kromogen berwarna merah muda yang dibaca di spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm. Tes TBA selain mengukur kadar MDA yang terbentuk karena proses peroksidasi lipid juga mengukur produk aldehid lainnya termasuk non-volatil yang terjadi akibat panas yang ditimbulkan pada saat pengukuran kadar MDA plasma. Kadar MDA dapat di periksa baik di plasma, jaringan maupun urin.6,12

2.6.2. Spektrofotometer.

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitan absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Pada setiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung senyawaan atau warna yang terbentuk. Spektrofotometer juga digunakan sebagai alat untuk mengetahui konsentrasi larutan dengan menggunakan prinsip spektrofotometer. Spektrofotometer bekerja dengan rapi pada urin yang telah dilarutkan dengan pelarut pembanding tertentu ditempatkan dalam sebuah kuvet (tempat sampel urin), dan kemudian berkas sinar monokromatis dengan panjang gelombang 532 nm dilewatkan melalui kuvet tersebut. Lalu, cahaya ditangkap oleh sensor untuk diukur intensitasnya.9

2.6.3. HPLC ( High Performance Liqiud Chromatography)

(23)

lipid sehingga pada pengukuran akan menimbulkan positif palsu yang berakibat nilai duga positif yang rendah dan telah dilaporkan dapat meningkatkan spesifisitas pada pemeriksaan kadar MDA plasma.6

2.7. Kerangka Teori

Sumber : John A. Ambrose, MD, FACC,Rajat S. Barua, MD, PHD. Journal of the American College of Cardiology. The Pathophysiology of Cigarette Smoking

and Cardiovascular Disease. 2004.1

Perokok aktif Perokok pasif

Fase tar, Gas CO dan Nikotin (radikal bebas eksogen)

Aktivasi radikal bebas endogen dan aktivasi neutrofil, monosit dan sel T. Komponen tersebut berdeposit di paru

MDA >> didalam plasma darah Peningkatan lipid peroksidasi Stress oksidatif ( O2-, H2O2, ONOO-)

Penyaring didalam Glomerulus

MDA tersaring di dalam Glomerulus MDA di ekskresikan bersamaan

(24)

2.8. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah kadar MDA di urin sebagai variabel dependen, sedangkan status perokok dan tidak perokok sebagai variabel independen.

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak ditelit

Sumber : dimodifikasi dari : Leily Amalia, Ikeu Ekayanti. Level of Plasma

Malondialdehid (MDA) among Extension Students of Bogor Agriculture

University. 2007.

Radikal Eksogen Radikal Endogen

- polutan: asap kendaraan, asap pabrik, asap rokok, asap rumah tangga dan sinar UV.

Perokok :

- Mahasiswa FKIK UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta

- Lama merokok : lebih dari 6 bulan

- Jumlah rokok : lebih dari 5 batang per hari

Sakit, stress, mempunyai riwayat penyakit, olahraga berlebih, dll.

Bukan Perokok :

Mahasiswa FKIK yang belum pernah sama sekali merokok

Radikal bebas dalam tubuh (OH-, ROO-, NO-) dan apabila ROS > antioksidan endogen.

↑Peroksida lipid

Stres oksidatif

Kerusakan oksidatif sel

(25)

2.9. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Peng ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

1. Status

merokok merupaka n variabel independe nt Kelompok mahasiswa FKIK UIN yang merokok aktif Peneli ti Dengan menyebar kan kuisioner kepada mahasiswa FKIK UIN

Perokok Ringan yaitu perokok yang merokok lebih dari 5 batang /hari. Perokok Sedang yaitu perokok yang merokok 10- 20 batang per hari.

Perokok Berat yaitu perokok yang merokok > 20 batang /hari.

Kategori k

2. Kadar

Malondial dehid merupaka n variabel dependent Malondiald ehid (MDA) merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang merupakan parameter dari stress oksidatif Peneli ti Pengukura n langsung (spektrofot ometer) Spektrofotometer dengan panjang gelombang Perhitungan kadar MDA = ,

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar Malondialdehid (MDA) dalam urin perokok dan bukan perokok pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian dengan judul Gambaran Kadar Malondialdehid (MDA) dalam Urin Perokok dan Bukan Perokok dilaksanakan di laboratorium Biokimia dan Patologi Klinik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan April s/d Agustus 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan sampel penelitian adalah mahasiswa perokok dan bukan perokok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah menandatangani lembar persetujuan untuk mengikuti penelitian. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling.

3.4. Jumlah Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang responden, terdiri dari 15 mahasiswa perokok dan 15 mahasiswa bukan perokok, yang telah bersedia menandatangani surat persetujuan menjadi responden penelitian. Besar sampel yang diambil didapatkan dari kuisioner yang telah disebarkan kepada Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(27)

3.5. Kriteria Sampel 3.5.1. Kriteria Inklusi

 Mahasiswa (laki- laki) FKIK UIN yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 5- 6 batang per hari.

 Mahasiswa (laki- laki) FKIK UIN yang tidak pernah merokok sama sekali.

 Telah menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti penelitian.

3.5.2. Kriteria Eksklusi

 Mengalami infeksi virus, bakteri dan jamur.

 Memiliki riwayat penyakit paru, jantung, hati, ginjal.

 Sering mengkonsumsi makanan berlemak.

 Mengkonsumsi suplemen vitamin rutin setiap hari.

 Seorang atlit ( Berolahraga teratur, lebih 3x/minggu)

3.5.3. Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Pengumpulan populasi

Penentuan sampel sesuai kriteria

Informed concent

Bersedia

Pengambilan sampel urin Tidak bersedia

Pengukuran kadar Malondialdehid (MDA) dalam urin dengan

spektrofotometer

Pengolahan data

Pengelolaan SPSS

(28)

3.6. Managemen Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer

Data kadar Malondialdehid (MDA) dalam urin yang di ukur dengan menggunakan alat spektrofotometer.

Prosedur Analisis kadar MDA dalam Urin

Urin porsi tengah pagi hari 1 mL

Tambahkan Larutan TCA 10% dingin sebanyak 1 mL

Sentrifugasi 5000 rpm

Mengendap Mengambil supernatan

Menambahkan 0,75 mL TBA 0,67%

Memasukkan tabung dalam penangas air mendidih selama 10 menit

Dinginkan

Membaca pada panjang gelombang 532 nm

Perhitungan kadar MDA = A/ε,

ε=153.000M-cm-1

(29)

a. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini adalah data mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang masih aktif, yang diperoleh dari bagian administrasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b.Identifikasi Variabel

 Variabel independent: status merokok

 Variabel dependent: kadarMalondialdehide(MDA).

3.6.2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilakukan proses editing, yaitu memeriksa data hasil pengisian pencatatan oleh peneliti. Setelah proses editing selesai, tahap selanjutnya adalah proses men-entry data ke perangkat komputer lalu dilakukan

coding yaitu mengkategorikan data serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar bersih, baru dilakukan analisis lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data. Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data:

3.6.3 Analisis Data a. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan kadar MDA mahasiswa perokok dan mahasiswa bukan perokok, dengan menyajikan data dalam bentuk diagram pie dan tabel.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini merupakan suatu analisis untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen dengan melakukan uji T (independent). Uji T (independent) dilakukan untuk menganalisis variabel status merokok yang bersifat kategorik dengan kadar malondialdehide yang bersifat numerik.

data Editing data Entry data ke computer

(30)

Melalui uji statistik T (independent) akan diperoleh nilai p, di mana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua

variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

Menggunakan uji T (independent) karena kedua data (status perokok) merupakan 2 kelompok yang berbeda.

3.6.4. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Data disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian untuk selanjutnya dipresentasikan.

3.6.5. Etika Penelitian

[image:30.595.96.537.113.777.2]
(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden

Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia menjadi responden penelitian adalah sebanyak 30 mahasiswa, dengan karakteristik sebagai berikut :

Diagram 4.1. Distribusi Mahasiswa Perokok Berdasarkan Usia

Diagram 4.2. Distribusi Mahasiswa Bukan Perokok Berdasarkan Usia Pada penelitian ini, seluruh responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok usia yaitu usia 18-19, usia 20, dan usia 21-22 tahun. Dari kelompok usia tersebut, didapatkan hasil bahwa mahasiswa perokok yang berusia 18-19 tahun sejumlah 3 orang (20%), mahasiswa kelompok usia 20 tahun sejumlah 5 orang (33%), sedangkan kelompok usia 21-22 tahun sejumlah 7 orang (47%).Sementara itu, pada mahasiswa bukan perokok didapatkan hasil yaitu pada

18-19 tahun 20%

20 tahun 33% 21-22 tahun

47%

18-19 tahun 33%

20 tahun 33% 21-22 tahun

(32)

kelompok usia 18-19 tahun, usia 20 tahun, serta kelompok usia 21-22 tahun, masing-masing berjumlah 5 orang (33 %).

4.2. Perbandingan Kadar MDA Perokok dan Bukan Perokok 4.2.1. Kadar MDA Perokok

Pada penelitian ini, kadar MDA urin tertinggi yaitu 5,47 x 10-6 sedangkan kadar MDA urin terendah yaitu 1,43 x 10-6 (grafik lampiran 6). Terdapat variasi kadar MDA urin pada mahasiswa perokok, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya faktor perancu antara lain mengkonsumsi buah, sayur dan vitamin, serta aktivitas olahraga yang dilakukan, meskipun tidak rutin.

4.2.2. Kadar MDA Bukan Perokok

Kadar MDA urin pada mahasiswa bukan perokok tertinggi adalah 4,51 x 10-6, sedangkan kadar MDA urin terendah yaitu 0,11 x 10-6 (grafik lampiran 6). Terdapat variasi kadar MDA urin pada mahasiswa bukan perokok, hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya faktor perancu, antara lain seringkali terpapar asap rokok dan kendaraan bermotor, stres dan aktifitas berlebihan ataupun mengkonsumsi makanan yang berlemak.

4.2.3. Kadar MDA Perokok dan Bukan Perokok

Pada penelitian ini didapatkan hasil kadar rata-rata MDA urin pada mahasiswa perokok dan bukan perokok sebagai berikut :

Diagram 4.3. Kadar Rata-rata MDA Urin pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok 0 1 2 3 4 5

Perokok Bukan Perokok

(33)

Berdasarkan diagram 4.3. didapatkan hasil bahwa kadar rata-rata MDA urin pada mahasiswa perokok adalah 2,61 x 10-6, sedangkan kadar MDA urin mahasiswa bukan perokok didapatkan rerata yaitu 1,26 x 10-6, dengan demikian kadar MDA urin perokok lebih tinggi dibandingkan MDA urin bukan perokok. Perbedaan usia yang terlalu jauh dapat mempengaruhi kadar malondialdehid (MDA), akibat adanya faktor-faktor perancu yang muncul dengan bertambahnya usia seseorang. Dalam penelitian ini peneliti mengambil responden dengan usia antara 18-22 tahun, sehingga meningkatkan validitas dari penelitian ini sebagaimana yang telah tertera dalam grafik diatas.

4.3. Uji Kemaknaan 4.3.1. Uji normalitas

Sebelum melakukan uji statistik, harus dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu dengan menggunakan Test Of Normality. Pada tes normalitas, jika jumlah sampel yang menjadi objek penelitian berjumlah kurang dari 50 (n< 50) , maka di anjurkan untuk menggunakan uji Shapiro – Wilk.17

Tabel 4.1. Gambaran Distribusi Normalitas Data kadar MDA Urin pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

No Variabel p-value Keterangan

1 MDA Perokok 0,001 Distribusi data tidak normal 2 MDA Bukan Perokok 0,003 Distribusi data tidak normal

[image:33.595.92.536.118.711.2]
(34)

4.3.2. Hasil Uji statistik

Dengan menggunakan uji mann-whitney maka akan diperoleh nilai p, dimana penelitian ini tingkat kemaknaannya sebesar 0,05. Penelitian antara dua

variabel dikatakan bermakna jika mempunyai P ≤ 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Haditerima dan dikatakan tidak bermakna jika nilai p > 0,05 yang berarti H0

[image:34.595.95.538.104.740.2]

diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4.2 Gambaran Deskriptif Kadar MDA Urin Perokok dan Bukan Perokok

Status perokok Mean SD p-value N Kadar MDA

Perokok 2,6 x 10-6 1,8 x 10-6

0,009

15 Non-perokok 1,2 x 10-6 1,4 x 10-6 15

Berdasarkan tabel 4.2. didapatkan bahwa hasil uji analisis statistik

Mann_whitney menggunakan SPSS versi 16.0 for windows yang dilakukan oleh peneliti pada kelompok perokok dan bukan perokok adalah p-value = 0,009, yang berarti bahwa hasilnya bermakna. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar MDA urin perokok dan bukan perokok dengan menggunakan uji Mann_whitney.

4.4. Pembahasan

Hasil uji analisis statistik dengan menggunakan uji Mann_whitney. menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kadar MDA urin mahasiswa perokok dan bukan perokok, dimana p-value = 0,009.

Penelitian ini menggunakan alat spektrofotometer dengan reagen TBA, karena TBARs pada tubuh manusia merupakan produk yang tidak spesifik, sehingga dapat bereaksi dengan aldehid lain termasuk malondialdehid (MDA). Metode HPLC dan spektrofotometer adalah salah satu metode yang dapat memisahkan ikatan MDA-TBA dengan Kromogen yang dapat menjadi faktor pengganggu, sehingga akan meningkatkan sensitifitas, spesifisitas, dan

(35)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jens Lykkesfeldt, 2004, yang menyebutkan bahwa kadar MDA urin perokok dan bukan perokok menunjukkan perbedaan yang signifikan, melalui analisis data menggunakan One-Way ANOVA, dengan two-tailed p-value < 0,05. Penelitian tersebut juga melaporkan rendahnya kadar antioksidan pada perokok meskipun tidak bermakna secara statistik.2

4.5. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan penelitian cross sectional yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat.

2. Penelitian dilakukan hanya pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah program studi Pendidikan Dokter, Farmasi, dan Kesehatan Masyarakat dari angkatan 2010-2012, dan tidak dilakukan pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan dikarenakan sebagian besar adalah Mahasiswi. Hal ini menyebabkan jumlah sampel menjadi terbatas. 3. Metode pemeriksaan MDA urin dengan spektrofotometer memberikan

(36)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kadar rata-rata MDA urin pada mahasiswa perokok adalah 2,61 x 10-6, sedangkan kadar MDA urin mahasiswa bukan perokok didapatkan rerata yaitu 1,26 x 10-6, dengan demikian kadar MDA urin perokok lebih tinggi dibandingkan MDA urin bukan perokok.

2. Karena uji normalitas shapiro-wilk menunjukan hasil p < 0,05 maka uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji Man-whitney, dan didapatkan p = 0,009. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar rata-rata MDA urin pada mahasiswa perokok dibandingkan mahasiswa bukan perokok

5.2. Saran

1. Pengukuran kadar MDA urin sebaiknya menggunakan kontrol standar, dan dikonfirmasi dengan metode pemeriksaan lain yaitu HPLC.

2. Sebelum pengambilan sampel urin sebaiknya responden tidak makan dan minum terlebih dahulu karena akan mempengaruhi kadar MDA urin. 3. Memperluas ruang lingkup penelitian dari jumlah sampel serta menambah

(37)

Daftar Pustaka

1. Dedi Dwitagama (2007). Kandungan Rokok (Online),

http://dedidwitagamawordpres. Diakses tanggal 1 Februari 2011.

2. WHO (2008a). WHO report on the global tobacco epidemic, the MPOWER package. Geneva, World Health Organization.

3. Halliwell, B dan Gutteridge, J.M.C. Free Radical in Biology and Medicine, Oxford University Press,. New York. 2000.

4. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Ed 27. Jakarta: EGC; P. 134, 639, 640. 2009

5. Jens Lykkesfeldt (2004). Plasma malondialdehyde is induced by smoking: a study with balanced antioxidant profiles. 92, 203-206. The Authoris 2004.

6. Janero DR (1990) Malondialdehyde and thiobarbituric acid-reactivity as diagnostic indexes of lipid-peroxidation and peroxidative tissue-injury. Free Radic. Biol. Med. 9: 515-540. ACTA UNIVERSITATIS UPSALIENSIS UPPSALA 2000.

7. Mihara M, Uchiyama M (1981) Evaluation of thiobarbituric acid (TBA) value as an index of lipid-peroxidation in CCl4-intoxicated rat-liver. Yakugaku Zasshi-J. Pharm. Soc. Jpn. 101: 221-226, 31: 605-611.

(38)

9. Anthom Wiyanto P. Hubungan Antara Kadar Malondialdehid dengan Hematuria Mikroskopik Perokok Sehat. Semarang 1998.

10.Sandra Hermanto, M.Si. Mengenal Lebih Jauh Tekhnik Analisa Kromatografi dan Spektroskopi. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.

11.John A. Ambrose, MD, FACC,Rajat S. Barua, MD, PHD. Journal of the American College of Cardiology. The Pathophysiology of Cigarette Smoking and Cardiovascular Disease. 2004.

12.Leily Amalia, Ikeu Ekayanti. Effectiveness of Various Antioxidant Supplements on Reducing Oxidative Status (Level of Plasma Malondialdehid (MDA) among Extension Students of Bogor Agriculture University). 2007.

13.Wojciech W, Teresa W, Bozena P. F2-Isoprostones Biomarkers Of Lipid

Peroxidation: Their Utility In Evaluation Of Oxidative Stress Induced By Toxic Agens. International Journal Of Occupational Medicine and Environmental Helath, Vol 15, 19-27. 2002

14.Halliwell B. Reactive Oxygen Species in living systems: source, biochemistry and 1.role in human disease.: P. 14S-21S. Am J Med 1991; (sept 30).

15.Departemen pendidikan nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. ed. IV,. Penerbit: PT Gramedia pustaka Jakarta, 2008.

16.Kuntaman. Pengambilan, Penyimpanan dan pengiriman Spesimen untuk Pemeriksaan Mikrobiologi. Departemen Mikrobiologi FKUA. 2007.

(39)

Lampiran 1 Kuesioner bagi Mahasiswa untuk pendataan

Nama : Usia : Program studi: Jenis kelamin:

1. Apakah anda seorang perokok ? YA ⃝ TIDAK ⃝ Jika YA lanjut ke pertanyaan berikut :

2. Berapa lama anda merokok ?

– 10 tahun -20 tahun

3. Kapan anda mulai merokok ?

4. Apakah jenis rokok yang anda hisap ?

5. Berapa batang anda merokok dalam 1 hari ?

-20 batang

6. Berapa sering anda mengkonsumsi sayur dan buah ?

-3 kali seminggu

(40)

Jika, YA berapa kali dalam satu minggu ? 8. Berapa rutin anda berolahraga ?

-3 kali seminggu

9. Apakah saat ini anda menderita demam, batuk, pilek, diare, penyakit infeksi lain atau perdarahan?

YA ⃝ TIDAK ⃝

10. Apakah anda memiliki riwayat penyakit jantung, paru, atau kencing manis ?

(41)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Perkenalkan nama saya Tommy wibowo, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ingin memberitahukan kepada teman-teman mahasiswa sekalian bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul

Gambaran Kadar malondialdehid (MDA) yang Perokok dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013“. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbandingan kadar malondialdehid (MDA) dalam Urin perokok dan bukan perokok di kalangan mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya hanya akan mencatat identitas teman-teman (nama, umur, jenis kelamin, prodi) dan akan merahasiakan identitas tersebut. Setelah itu saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan merokok teman-teman dengan menggunakan kuesioner yang terlampir.

Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu teman-teman mahasiswa sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(42)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( Inform Consent )

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Usia : Prodi : Jenis Kelamin : Alamat : No. Hp :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peneliti Jakarta, / / 2013 Peserta penelitian

(43)

Lampiran 2

Tabel. Karakteristik responden dan hasil penghitungan kadar malondialdehid (MDA) dalam Urin

Perokok Usia Jenis kelami n

Hasil spektrofotometer

Rumus Hasil kadar MDA 1 22 tahun L 1,126 153000 7,36 x 10-6

2 21 tahun L 0.736 153000 4,80 x 10-6

3 21 tahun L 0,400 153000 2,61 x 10-6

4 21 tahun L 0,838 153000 5,47 x 10-6

5 22 tahun L 0,284 153000 1,85 x 10-6

6 20 tahun L 0,139 153000 0,90 x 10-6

7 20 tahun L 0,219 153000 1,43 x 10-6

8 20 tahun L 0,255 153000 1,66 x 10-6

9 19 tahun L 0,353 153000 2,30 x 10-6

10 20 tahun L 0,301 153000 1,96 x 10-6

11 20 tahun L 0,312 153000 2,03 x 10-6

12 21 tahun L 0,225 153000 1,47 x 10-6

13 21 tahun L 0,261 153000 1,70 x 10-6

14 18 tahun L 0,280 153000 1,83 x 10-6

15 18 tahun L 0,264 153000 1,72 x 10-6

Tidak Perokok

Usia Jenis kelamin

Hasil spektrofotometer

Rumus Hasil kadar MDA 16 18 tahun L 0,730 153000 4,77 x 10-6

17 18 tahun L 1,033 153000 6,75 x 10-6

18 21 tahun L 0,175 153000 1,14 x 10-6

19 18 tahun L 0.864 153000 5,64 x 10-6

20 21 tahun L 0,691 153000 4,51 x 10-6

21 22 tahun L 0,454 153000 2,96 x 10-6

22 20 tahun L 0,315 153000 2,05 x 10-6

23 20 tahun L 0,29 153000 1,89 x 10-6

24 19 tahun L 0,964 153000 6,30 x 10-6

25 20 tahun L 1,105 153000 7,22 x 10-6

26 21 tahun L 0,28 153000 1,83 x 10-6

27 22 tahun L 0,216 153000 1,41 x 10-6

28 20 tahun L 0,624 153000 4,07 x 10-6

29 20 tahun L 0,964 153000 6,30 x 10-6

[image:43.595.94.533.124.657.2]
(44)

0 1 2 3 4 5 6 7 8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

kad ar MD A U ri n (x 10 -6 Responden

kadar MDA perokok

0 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Kadar MD A U ri n (x 10 -6) Responden

(45)
(46)

Histogramm

.001

(47)
(48)

Lampiran 4 Riwayat Penulis Identitas:

Nama : Tommy Wibowo Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, tanggal lahir :Air sugihan, 30 oktober 1991 Agama :Islam

Alamat :Desa Mulyo Asih Rt.002/Rw.003 Kec. Keluang Kab. Musibanyuasin Prov. Sumatera selatan. 30754

e-mail :tommywibowo65@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

 1997-2003 :SD Negeri 1 Mulyo Asih kecamatan keluang

 2003-2006 :Madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Qodratullah, Langkan KM35 Banyuasin III

 2006-2009 :Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Qodratullah Langkan KM35 Banyuasin III

 2010-sekarang :Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Riwayat Organisasi :

 2008-2009 :Bendahara Ikatan Santri Pondok Pesantren Qodratullah (ISTIQO)

 2011-2013 :wakil ketua ASSHOF MUBA

 2010-2013 :Anggota BEMJPD dalam bidang kesenian dan olahraga

Gambar

gambaran MDA pada urin perokok dan bukan perokok dari kalangan Mahasiswa
tabel dan
Tabel 4.1. Gambaran Distribusi Normalitas Data kadar MDA Urin pada
Tabel 4.2 Gambaran Deskriptif Kadar MDA Urin Perokok dan Bukan Perokok
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional , yaitu untuk mengidentifikasi badan keton pada urin pasien diabetes mellitus tipe 2 di poli Endokrin

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui gambaran

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian secara cross sectional (potong lintang) untuk mengetahui korelasi antara kadar profil lipid

Peranan Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral Control (PBC) Terhadap lntensi Berhenti Merokok Pada.. Perokok Mahasiswa UIN Syarif Hida

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan studi cross-sectional untuk mengetahui gambaran mikroorganisme yang ditemukan di dalam cairan pembersih lensa kontak

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan studi cross-sectional untuk mengetahui gambaran mikroorganisme yang ditemukan di dalam cairan pembersih lensa kontak

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional yang mengukur variabel pada waktu bersamaan untuk mengetahui gambaran Status gizi pada balita

METODE Dalam penelitian ini menggunakan rancangan jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional study yaitu variabel independent dan dependent