Bahwa yang bertanda tangan dibawah
ini,
penulis dan pihak
perusahaantempat penelitian, bersedia:
*Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan
sesuaiilengan peraturan
yang berlaku,untuk
kepentingan riset danpendidikan".
Bandung
(D Agustus 2012Penulis,
C,$'
Nerissa Airyiana Nim:21208902
Petusahaan,
1
?t.g"cp
F+f
tsdg
ffi'va-
q
#\"?
\
[\
\ "'l'
:ll//\
rDX
5ffi5'
NipAiim:
Cataten:
Bilr
keberatan dengan di-online-kan data perusahaan diB
vanq.mencantum data oerusahaan (pengecualian khusus data perusahaan,
The Influence Of Economic Value Added (EVA), Total Asset Turnover Ratio (TATO), And Debt to Equity Ratio (DER) On Stock Price At PT Unilever Indonesia Tbk.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Program Strata Satu Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
NERISSA ARVIANA
21208902
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
Nama
Nim
Program
Studi
JenjangFakultas
Dekan Fakultas Ekonomi
Total Asset
(TATO),
dan Rasio Hutang (DER) Terhadap HargaSaham pada PT Unilever Indonesia
Tbk
NerissaAniana
21208902
Manajemen Strata 1 Ekonomi
Bandung, Agustus 2012
Menyetujui,
Mengetahui,
NIP:41
Ketua Program Studi Manajemen
iv
the Share Price at PT. Unilever Indonesia Tbk. ". Advisor: Prof. Dr.Hj. Ria Ariawati Ratna, Ms., Ak.
Economic value added, total asset turnover ratio and debt ratio is important in a company. Given the economic value added, the company will be able to provide benefits to the company mainly to its shareholders. Asset turnover ratio also supports the company in getting the revenue from sales, if sales of the company's rapid rotation it will be fast as well in profit. Debt ratio is also very important in the passage of a company because of the huge debt the company's shareholders would not benefit greatly, in other words the company must pay its debts to the company goes well the new shareholders to share the profits.
The method used in this study is descriptive and verifikatif. The unit of analysis is PT Unilever Indonesia Tbk. using financial statement data for 12 years, ie from the year 1999-2010. Verifikatif analysis used was multiple regression analysis, correlation, coefficient of determination, and hypothesis testing (t test and f test) with SPSS 16.0 for windows.
The results and discussion show that the partial EVA significant effect on the stock price of PT Unilever Indonesia Tbk. TATO is partially affected but no significant effect on stock prices, and partially DER significant effect on stock prices. While simultaneously EVA, TATO and DER significantly affect the stock price of PT Unilever Indonesia Tbk.
v
Pembimbing: Prof. Dr.Hj. Ria Ratna Ariawati, Ms., Ak.
Pertambahan nilai ekonomi, rasio perputaran total asset, dan rasio hutang itu penting dalam suatu perusahaan. Dengan adanya pertambahan nilai ekonomi maka perusahaan akan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan terutama kepada para pemegang saham. Rasio perputaran asset juga mendukung suatu perusahaan dalam mendapatkan pendapatan dari hasil penjualan, jika penjualan perusahaan tersebut perputarannya cepat maka akan cepat juga dalam mendapatkan keuntungan. Rasio hutang juga sangat penting dalam berjalannya suatu perusahaan karena dengan rasio hutang yang besar maka pemegang perusahaan tidak akan mendapatkan keuntungan yang besar, dengan kata lain perusahaan harus membayarkan hutang-hutangnya agar perusahaan tersebut berjalan dengan baik baru para pemegang saham dapat membagikan hasil keuntungannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif. Unit analisisnya adalah PT Unilever Indonesia Tbk. menggunakan data laporan keuangan selama 12 tahun, yaitu dari tahun 1999-2010. Analisis verifikatif yang digunakan adalah analisis regresi berganda,korelasi, koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis (uji t dan uji f) dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa secara parsial EVA berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk. tetapi TATO secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham, dan DER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan EVA, TATO dan DER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk.
vi
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang Maha
pengasih dan penyayang yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada
waktunya dengan judul
“Pengaruh Pertambahan Nilai Ekonomi (EVA), Rasio
Perputaran Asset (Asset Turnover Ratio), dan Rasio Hutang (DER) terhadap
Harga Saham pada PT. Unilever Indonesia Tbk.”
.
Penulisan laporan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat sidang guna
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Universitas
Komputer Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari
semua pihak demi perbaikan penulis dan pengetahuan di masa yang akan datang.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah mendukung dan membantu penulis dalam pembuatan penelitian ini.
Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku rektor Universitas Komputer
vii
bimbingan, masukan, pengarahan, dan saran.
3.
Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4.
Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si., selaku ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Koputer Indonesia,
5.
Isniar Budiarti, SE.,M.Si, selaku Dosen Wali Mn4-Karyawan angkatan 2008.
6.
Segenap staff dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Manajemen
dan staff Seretariat Jurusan Manajemen.
7.
Orang tua serta keluarga yang telah memberian bantuan serta dukungan serta
doa sehingga penulis tetap semangat untuk menyelesaian penelitian ini.
8.
Jeffri Fernandes H. yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan
dan juga yang selalu mengingatkan untuk menyelesaian penelitian ini
sehingga penulis dapat menyelasaikan laporan penelitian ini.
9.
Teman-teman MN-4Karyawan terima kasih atas bantuan dan kebersamaan
viii
membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis berharap
laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Bandung, Juli 2012
ix
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
MOTTO ...iii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACK ...v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GRAFIK ...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 8
1.2.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 10
x
2.1.1 Economic Value Added (EVA) ... 12
2.1.2 Rasio Perputaran Total Asset ... 18
2.1.3 Debt To Equity Ratio ... 18
2.1.4 Saham ... 19
2.1.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham...20
2.1.5 Penelitian Terdahulu Dan Jurnal ... 20
2.2 Kerangka Pemikiran ... 28
2.2.1 Hubungan Antara Pertambahan Nilai Ekonomi Dengan Harga saham ... 30
2.2.2 Hubungan Antara Total Asset Turnover Dengan Harga Saham ...31
2.2.3 Hubungan Antara Rasio Hutang Dengan Harga Saham ...31
2.2.4 Hubungan Antara EVA, TATO, DER Terhadap Harga Saham ....32
2.3 Hipotesis ... 34
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Objek Penelitian ... 35
3.2 Metode Penelitian ... 36
3.2.1 Desain Penelitian ... 37
3.2.2 Operasional Variabel ... 39
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 40
xi
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 42
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 42
3.2.5.2 Uji Hipotesis ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...49
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ...49
4.1.1 Sejarah Perusahaan ...49
4.1.1.1 Perluasan Unilever Indonesia ...50
4.1.1.2 Visi PT Unilever Indonesia Tbk. ...54
4.1.1.3 Misi PT Unilever Indonesia Tbk. ...55
4.1.1.4 Tujuan dan Prinsip ...55
4.1.2 Struktur Organisasi ...57
4.1.3 Job Description ...61
4.1.3.1 Desain Organisasi ...63
4.1.4 Aktivitas Perusahaan ...65
4.2 Analisis Deskriptif ...71
4.2.1 Perkembangan EVA pada PT Unilever Indonesia Tbk. ...71
4.2.2 Perkembangan Rasio Perputaran Total Asset PT Unilever Indonesia TBk.. ...74
xii
4.3.1 Analisis Pengaruh EVA, TATO, dan DER Terhadap Harga
Saham Pada PT Unilever Indonesia Tbk. ...81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...94
5.1 Kesimpulan ...94
5.2 Saran ...95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 100
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pasar modal adalah salah satu cara untuk melaksanakan pembangunan
suatu negara karena pasar modal dapat menggalang dana jangka panjang dan
pasar modal dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di bursa.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1995 tanggal 10
November 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek, yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Pasar modal yang berkembang dapat meningkatkan investor untuk
menanamkan modalnya. Penanaman modal dapat berupa: saham, obligasi.
Dengan berinvestasi maka diharapkan akan mendapatkan keuntungan di masa
depan, bagi investor keuntungan tersebut dapat berupa deviden dan capital gain
yang sangat mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan modalnya.
Perkembangan harga saham di pasar modal merupakan salah satu indikator
yang menentukan investor dalam berinvestasi. Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK, 2007 No. 3) menyatakan bahwa dengan meningkatnya jumlah perusahaan
yang menjual surat berharga di pasar modal, laporan keuangan interim menjadi
semakin diperlukan. Harga saham ini dipengaruhi faktor fundamental dan teknikal
yang berpengaruh secara langsung terhadap perubahan naik atau turunnya harga
Menurut Husnan (2003: 303) analisis fundamental memperkirakan harga
saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor dengan cara
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham
dimasa akan datang dan menerapkan hubungan faktor tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.
Adanya kenaikan dan penurunan harga saham yang terjadi pada suatu
perusahaan dapat diukur dengan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya yaitu dalam membayar biaya-biaya operasional, hutang,
dan bunga pinjaman serta pengembalian modal dalam bentuk deviden atau capital
gain. Capital gain adalah selisih dari nilai jual dan beli pada saat investor menjual
saham sedangkan menurut Baridwan (2000:434), deviden merupakan pembagian
kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang
dimiliki.
Sebelum menanamkan investasinya, investor perlu mengetahui kondisi
keuangan suatu perusahaan tersebut. Untuk mengetahui kondisi keuangan perlu
adanya laporan keuangan yang dianalisis pada perhitungan rasio – rasio keuangan.
Menurut Syamsuddin (2000:37) analisis laporan keuangan perusahaan pada
dasarnya merupakan perhitungan rasio – rasio untuk menilai keadaan keuangan
perusahaan di masa lalu,saat ini dan kemungkinannya dimasa depan.
Menurut Mamduh dan M. Hanafi (2004: 36) teryata relatif lebih luas
dimana pengelompokkan rasio keuangan menjadi lima, yaitu: rasio likuiditas
(rasio lancar dan rasio quick), rasio aktivitas (rata- rata umur piutang, perputaran
(total utang terhadap total asset /aktiva, times interest earned, fixed charged
coverage),rasio profitabilitas (profit margin, return on asset, return on equity),
rasio pasar (price earning ratio, devident yield, rasio pembayaran deviden).
Menurut Ridwan S. Sundjaya dan Inge Barlian (2003:131), analisis rasio
keuangan dapat digolongkan menjadi lima macam. Yaitu: rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio hutang, rasio profitabilitas dan rasio pasar.
Menurut Hendrata (2001:4) berdasarkan alat analisis rasio keuangan, para
pemegang saham cenderungan akan menjual sahamnya jika rasio keuangan suatu
perusahaan itu buruk, tapi jika rasio keuangan suatu perusahaan itu baik maka
para pemegang saham akan mempertahankan sahamnya. Demikian juga untuk
para calon investor, jika rasio keuangan suatu perusahaan itu buruk, maka mereka
akan cendurung untuk tidak investasi, tapi jika rasio keuangan suatu perusahaan
itu baik maka para calon investor akan menginvestasikan modalnya.
Menurut Bolten dan Weigand (1998:77-84 dalam Mulyono 2000:100)
mengatakan bahwa ekspetasi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar di
masa mendatang berpengaruh positif terhadap harga saham. Variasi harga saham
ditentukan oleh banyak faktor, ada faktor internal (dari dalam) dan ada faktor
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi harga saham:
1. Kemampuan perusahaan dalam menggelola modal yang ada (solvability).
2. Kemampuan manajemen dalam menggelola kegiatan operasional
perusahaan (growth opportunities).
3. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitability).
4. Prospek marketing dari bisnis dan hak-hak investor atas dana yang
diinvestasikan dalam perusahaan (asset utilization).
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham:
1. Kurs
2. Inflasi
3. Suku bunga deposito
4. Keadaan ekonomi
5. Keadaan politik
Faktor-faktor internal dan eksternal membentuk sebuah kekuatan pasar yang
berpengaruh pada transaksi saham sehingga harga saham mengalami
kemungkinan pergerakkan yang fluktuatif.
Akibat adanya ketidakpuasan atas kelemahan kelemahan dari analisis rasio
keuangan yang sudah ada, maka berkembanglah teori-teori baru dan metode baru
yang keluar dari Stern Stewart dan Co. Of New York City mencetuskan konsep
baru dalam menilai kinerja perusahaan yang dikenal dengan EVA. Jika di
Indonesia dikenal dengan nama NITAMI (Nilai Tambah Ekonomis). EVA
mempunyai konsep bahwa kekayaan hanya diukur ketika sebuah perusahaan
kinerja keuangan yang berbasis nilai yang menggambarkan jumlah absolut dari
nilai pemegang saham yang dapat dihasilkan atau dirusakkan pada suatu periode
tertentu.
Rasio perputaran total asset adalah salah satu rumus yang terdapat dalam
rasio aktifitas yang berguna untuk menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan
dalam menggunakan omset untuk memperoleh penjualan(Agus Sartono,
2000:113-125).
Rasio hutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders equity (pemegang
saham ekuitas) yang dimiliki perusahaan.
Di Indonesia perusahaan-perusahaan dala pengembangannya membutuhkan
modal usaha. Salah satu yang dilakukan untuk mendapatkan modal itu didapat
dari penanaman modal melalui pasar modal. Di Indonesia perusahaan-perusahaan
yang sifatnya sudah terbuka (go publik) merupakan perusahaan yang menjual
sahamnya kepada investor dan membiarkan sahamnya diperdagangkan di pasar
saham, salah satunya adalah PT Unilever Indonesia Tbk..
PT Unilever Indonesia Tbk. adalah salah satu perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan telah menghimpun data-data keuangannya agar
dipublikasikan. PT Unilever Indonesia Tbk. merupakan suatu perusahaan yang
bergerak di bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan
makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan
produk-produk kosmetik. Rangkaian Produk Unilever Indonesia mencangkup
Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue
Band, Royco, Bango, dan lain-lain.
Berikut ini adalah tabel dari pertambahan nilai ekonomi, rasio perputaran
total asset, dan rasio hutang terhadap harga saham yang terdapat pada perusahaan
[image:18.612.126.493.304.538.2]PT Unilever Indonesia Tbk.
Tabel 1.1
Tingkat Pertambahan Nilai Ekonomi, Rasio Perputaran Total Asset,
Dan Rasio Hutang
TAHUN EVA (Rp) TATO (X)
DER (%) Rata-rata Harga Saham Penutupan
(Rp) 1999 158.824.286.459,12 2.29 99 6.219,23 2000 261.028.529.326,15 2,16 58 920,93 2001 268.756.836.213,51 2,24 54 161,99 2002 297.155.995.630,78 2,26 52 203,94 2003 470.151.734.955,20 2,37 62 1.209,59 2004 493.742.926.979,19 2,45 58 3.546,05 2005 562.901.884.868,15 2,60 76 4.003,61 2006 765.693.332.110,90 2.45 94 4.585,43 2007 862.358.379.355,74 2.35 98 6.419,10 2008 1.013.758.938.337,97 2,39 109 7.026,25 2009 1.405.077.482.666,38 2.43 101 9.440,71 2010 1.508.243.668.208,92 2,26 115 14.876,93
Sumber: PT Unilever Indonesia Tbk. Data diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 terjadi
penurunan pada struktur hutang sebesar 54% tetapi harga saham pada tahun
tersebut juga ikut turun dari Rp 920,93 menjadi Rp 161,99 yang seharusnya pada
saat tersebut harga saham perusahan bisa meningkat karena perusahaan dapat
membayarkan hutang-hutangnya. Pada tahun 2005 terjadi kenaikan pada DER
rasio hutang yang meningkat yang berarti perusahaan belum bisa membayarkan
hutang-hutangnya. Pada tahun 2008 juga terjadi kenaikan pada DER tetapi harga
sahamnya juga mengalami peningkatan dan sangat lebih terlihat pada tahun 2010
dengan TATO yang menurun yang menunjukkan bahwa mengalami penurunan
dalam penjualan dan DER meningkat sebesar 115% tetapi harga sahamnya sangat
tinggi dari tahun sebelumnya dari Rp 9440,71 menjadi Rp 14.876,93. Hal ini tidak
sesuai dengan teori bahwa EVA yang meningkat membuat harga saham akan
meningkat juga, TATO yang meningkat karena penjualan perusahaan yang
meningkat akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan dapat
meningkatkan harga saham dan DER yang menurun dapat meningkatkan harga
saham suatu perusahaan karena dengan perusahaan dapat membayar
hutang-hutangnya maka harga saham tersebut akan baik dan para investor akan
menanamkan modalnya untuk berinvestasi.
Dengan adanya fakta-fakta di atas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul “Pengaruh Pertambahan Nilai Ekonomi (EVA), Rasio Perputaran
Asset (Asset Turnover Ratio), dan Rasio Hutang (DER) terhadap Harga
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat diidentifikasikan
masalah yaitu pada tahun 2001 terjadi penurunan pada struktur hutang sebesar
54% tetapi harga saham pada tahun tersebut juga ikut turun dari Rp 920,93
menjadi Rp 161,99. Pada tahun 2005 terjadi kenaikan pada DER sebesar 76%
tetapi harga saham naik sebesar Rp 457,55. Pada tahun 2008 juga terjadi kenaikan
pada DER tetapi harga sahamnya juga mengalami peningkatan dan pada tahun
2010 TATO yeng mengalami penurunan dan DER yang meningkat sebesar 115%
tetapi harga sahamnya sangat meningkat dari tahun sebelumnya dari Rp 9440,71
menjadi Rp 14.876,93. EVA yang meningkat akan membuat harga saham akan
meningkat juga karena investor melihat adanya pertambahan nilai ekonomi suatu
perusahaan tersebut dalam memberikan hasil dari pengembalian atas investasinya,
TATO yang meningkat karena perputaran penjualan yang cepat dalam suatu
perusahaan tersebut, ada kemungkinan dari produk yang laku di pasaran atau
harga yang murah di pasaran, dengan perputaran penjualan yang cepat maka ada
didapat keuntungan yang besar pula, dan itu akan berpengaruh terhadap harga
saham yang meningkat juga dan membuat para investor ingin menanamkan
modalnya untuk berinvestasi yang berharap di masa datang akan mendapatkan
keuntungan. DER yang menurun dapat meningkatkan harga saham suatu
perusahaan karena dengan perusahaan dapat membayar hutang-hutangnya. DER
mungkin membagikan keuntungan kepada pemegang saham bukan membayar
hutang–hutang perusahaan tersebut.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas maka penulis
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pertambahan nilai ekonomi pada PT Unilever Indonesia Tbk.
2. Bagaimana rasio perputaran aset pada PT Unilever Indonesia Tbk.
3. Bagaimana rasio hutang (DER) pada PT Unilever Indonesis Tbk.
4. Bagaimana harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk.
5. Seberapa besar pengaruh pertambahan nilai ekonomi, rasio perputaran
aset, dan rasio hutang (DER) terhadap harga saham secara simultan dan
parsial pada PT Unilever Indonesia Tbk.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis bermaksud untuk meneliti
dan menguji adanya pengaruh pertambahan nilai ekonomi, rasio perputaran aset,
dan rasio hutang terhadap harga saham pada PT Unilever Indonesia Tbk.,
sehingga dapat mencapai tujuan dari penelitian, yaitu untuk:
1. Mengetahui pertambahan nilai ekonomi pada PT Unilever Indonesia Tbk.
2. Mengetahui rasio perputaran aset pada PT Unilever Indonesia Tbk.
3. Mengetahui rasio hutang (DER) pada PT Unilever Indonesia Tbk.
5. Mengetahui besarnya pengaruh pertambahan nilai ekonomi, rasio
perputaran aset, dan rasio hutang terhadap harga saham secara simultan
dan parsial pada PT Unilever Indonesia Tbk.
1.4 Kegunaan penelitian
1.4.1 Praktis
Bagi investor
Pertambahan nilai ekonomi, rasio perputaran aset, dan rasio hutang dapat
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi karena keduanya
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengembalian
modal atas investasi yang dilakukan pada perusahaan tersebut.
Bagi perusahaan
Aspek pertambahan nilai ekonomi, rasio perputaran aset, dan rasio hutang
dapat digunakan sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan
semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional perusahaan.
1.4.2 Akademis
Bagi penulis
Diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan mengenai pertambahan nilai ekonomi, rasio perputaran
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 lokasi penelitian
Penelitian dilakukan oleh penulis di PT. Unilever Indonesia Tbk. dengan
pengambilan data melalui website PT. Unilever Indonesia Tbk.
(www.unilever.co.id) yang berisi data laporan keuangan yang diteliti oleh penulis.
[image:23.612.89.550.315.464.2]1.5.2 Waktu penelitian
Tabel 1.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
N o
Uraian Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Mengajukan
usulan penelitian
2 Pengambilan data
3 Analisis data 4 Penyusunan
laporan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Economic Value Added (EVA)
Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan (2002:249), EVA
merupakan jumlah uang bukan rasio yang diperoleh dengan mengurangkan beban
modal (capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit).
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2001:1), metode EVA di Indonesia
dikenal dengan metode Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI) merupakan suatu
sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu
perusahaan yang menyatakan, bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika
perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya
modal (cost of capital). EVA merupakan tolak ukur kinerja keuangan dengan
mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya
modal (S. David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001:831).
Dari definisi di atas, dapat dismpulkan bahwa EVA merupakan suatu
metode yang dipakai dalam suatu perusahaan untuk mengukur untuk menciptakan
nilai tambah suatu perusahaan yang dihitung melalui pengurangan laba bersih
Menurut Rudianto (2006:348) tolak ukur EVA adalah sebagai berikut:
a. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan bahwa telah
terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
b. Apabila EVA = 0, menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi juga tidak mengalami
kemajuan secara ekonomi.
c. Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi
proses nilai tambah.
[image:25.612.129.505.371.654.2]Sehingga hal tersebut diatas akan lebih mudah diterjemahkan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tolak Ukur EVA
Nilai EVA Pengertian Laba Perusahaan EVA > 0 Ada nilai ekonomis lebih, setelah
perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif
EVA = 0 Tidak ada nilai ekonomis lebih, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif
EVA < 0 Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sebagimana nilai yang diharapkan ekspektasi return saham tidak dapat tercapai.
Dari uraian singkat diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya
pendekatan EVA(Economic Value Added) berfungsi sebagai:
• Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi.
•Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional
ekonomisnya.
•Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan memperhatikan
secara adil para penyandang dana atau pemegang saham.
EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan
beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi
2. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan hanya yang menjadi persoalan
adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak
dan analisa yang lebih mendalam.
3. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding
seperti standar industri atau perusahaan lain sebagaimana konsep penilaian
dengan menggunakan analisa ratio. Dalam prakteknya data pembanding ini,
seringkali tidak tersedia.
Meskipun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun teknik ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan EVA antara lain:
1. Sulit menentukan biaya modal secara obyektif. Hal ini disebabkan dana untuk
investasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan tingkat biaya modal yang
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan
pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor – faktor lain terkadang
justru lebih dominan.
3. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan
EVA secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang
transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya.
4. EVA jarang dipakai dalam praktik
5. EVA hanya mengukur salah satu keberhasilan bisnis. Semakin banyak
perusahaan yang menggunakan EVA sebagai suatu alat untuk mengukur
kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur penciptaan nilai. Perusahaan
– perusahaan tersebut percaya bahwa penggunaan EVA akan membuat
kepentingan manajer semakin sesuai dengan kepentingan pemilik modal.
EVA mengukur besarnya nilai yang diciptakan oleh suatu perusahaan karena
berbeda dengan pengukuran akuntansi tradisional, EVA memperhitungkan
biaya modal atas investasi yang dilakukan. Dengan diperhitungkannya biaya
modal, EVA mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan
nilai bagi pemilik modal. Namun demikian, dalam prakteknya EVA dapat
menimbulkan masalah, terutama karena diperlukannya estimasi atas tingkat
biaya modal. Untuk itu dalam menerapkan EVA, kita harus selalu memonitor
Langkah-langkah dalam menentukan EVA:
a. Penghitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Nopat adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi
pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non
cash bookkeeping entries seperti biaya penyusutan.
= ℎ ℎ +
b. Menghitung Invested Capital
Invested Capital adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan terlepas dari
kewajiban jangka pendek, pasiva-pasiva yang tidak menanggung bunga
seperti hutang, upah yang akan jatuh tempo, dan pajak yang akan jatuh
tempo.Invested capital sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham,
seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga
hutang, dan kewajiban jangka panjang lainnya.
= ℎ + ℎ +
c. Menentukan Capital Cost Rate (WACC/ Weighted Average Cost of Capital)
WACC adalah jumlah biaya dari setiap komponen modal hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham ditimbang
berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai
pasar.
Dengan cara:
1. Menghitung Tingkat Modal dari Hutang (D)
( ) = ℎ
ℎ
2. Menghitung Biaya Hutang Jangka Pendek (rd)
( ) =
ℎ
3. Menentukan Pajak Penghasilan (T)
( ) =
4. Menghitung Tingkat Modal dari Ekuitas (E)
( ) =
ℎ
5. Menghitung Biaya Modal (re)
( ) = 1
d. Menghitung Capital Charges
Capital Charges adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para
investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan.
ℎ =
e. Menghitung Nilai EVA
EVA adalah laba yang tersisa setelah dikurangi biaya modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut.
Menurut Brigham (2006:69) menyatakan bahwa EVA menyajikan suatu
ukuran yang baik mengenai samapi sejauh mana perusahaan memberikan
tambahan pada nilai pemegang saham. Oleh karenanya, jika manajer berfokus
pada EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa mereka telah
menjalankan operasi dengan cara yang konsisten dengan tujuan untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
2.1.2 Rasio Perputaran Total Asset (Total asset Turnover)
Rasio perputaran total asset adalah salah satu rumus yang terdapat dalam
rasio aktifitas yang berguna untuk menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan
dalam menggunakan omset untuk memperoleh penjualan (Agus Sartono,
2000:113-125).
Rasio perputaran total aktiva, mengukur perputaran dari seluruh aktiva
perusahaan (Brigham,2006:100).
Rumus :
= ( )
( )
2.1.3 Debt To Equity Ratio
Debt to Equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders equity
Menurut Darsono (2005: 54), Debt to Equity Ratio adalah rasio yang
menunjukan persentase penyedian dana oleh pemegang saham terhadap pemberi
pinjaman”.
Rumus:
=
2.1.4 Saham
Menurut Mohamad Samsul (2006:45) saham adalah tanda bukti memiliki
perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham.
Menurut R. Agus Sartono (2001:41) harga saham adalah nilai
sekarang/present value dari aliran kas yang diharapkan diterima.
Menurut Jogiyanto (2000:8) harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertenru yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.
Menurut Sawidji Widoatmojo (1996:46), harga saham dibedakan menjadi
3, yaitu:
a. Harga nominal
Harga yang tercntum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
b. Harga perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
c. Harga pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham:
Faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Bunarto (2006:22), yaitu:
1. Faktor fundamental, memberikan informsi tentang kinerja perusahaan dan
faktor yang dapat mempengaruhinya, meliputi kemampuan manajemen
dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan, dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
2. Faktor teknis, menggambarkan pasaran suatu efek baik secara individu
maupun secara kelompok dalam menilai harga saham, seperti
perkembangan kurs, keadaan pasar modal, volume dan frekuensi transaksi
suku bunga, serta kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga
saham perusahaan.
2.1.5 Penelitian Terdahulu Dan Jurnal
1. Penelitian Mohd. Ihsan yang berjudul “Pengaruh Current Ratio, Total
Asset Turnover, Debt To Equity Ratio dan Return On Investment Terhadap
Harga Saham Industri Apparel Di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitiannya
berdasarkan hasil uji statistik f, terbukti bahwa variabel CR, TATO, DER
berdasarkan hasil uji t, ROI memberi pengaruh signifikan terhadap harga
saham.
2. Penelitian Angrawit Kusumawardani yang berjudul “Analisis pengaruh
EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada harga saham dan dampaknya
terhadap kinerja perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode
2005-2009”. Hasil penelitiannya Dari hasil perhitungan AMOS, EPS, PER,
ROE, FL, DER, CR, ROA terhadap harga saham berdampak dengan
kinerja perusahaan sebesar -112.9%.
3. Penelitian Widyatmini dan Michael V. Damanik yang berjudul “Pengaruh
Pertambahan nilai ekonomis dan analisis fundamental terhadap harga
saham (studi pada sektor industri perdagangan retail).”. Hasil
penelitiannya Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke empat belas
variabel bebas secara bersama – sama seluruhnya berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham, tetapi secara parsial hanya NPM dan EPS
yang berpengaruh secara signifikan.
4. Penelitian Meita Rosy yang berjudul “Analisis pengaruh antara Economic
value added (EVA) dan market value added (MVA) terhadap harga saham
pada perusahaan sektor LQ45 di bursa efek indonesia (BEI) periode
2007-2008”. Hasil penelitiannya hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial tidak terdapat pengaruh antara EVA terhadap harga saham,
sedangkan MVA dengan harga saham terdapat pengaruh secara parsial. Uji
korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara EVA dengan
5. Penelitian A. Sakir yang berjudul “Pengaruh economic value added (EVA)
terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di JII BEI”. Hasil
penelitiannya hasil perhitungan nilai EVA perusahaan Jakarta Islamic
Index di BEI dapat diketahui bahwa perusahaan yang terdaftar di JII
selama periode 2002-2006 memiliki nilai EVA positif (EVA>0). Artinya,
perusahaan yang terdaftar di JII telah mampu memenuhi harapan para
penyandang dana/investor atas tingkat pengembalian modal yang
diinvestasikan pada perusahaan. Dengan nilai EVA perusahaan yang
positif akan mengakibatkan kepercayaan investor meningkat karena
perusahaaan telah mampu memberikan tingkat return yang diinginkan oleh
pemegang saham/investor.
6. Penelitian Noer Sasongko dan Nila Wulandari yang berjudul “Pengaruh
EVA dan rasio – rasio profitabilitas terhadap harga saham”. Hasil
penelitiannya Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa EPS berpengaruh
terhadap harga saham, namun ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
7. Penelitian Ucok Saut Timbul dan Dr. Widyo Nugroho, MM. yang berjudul
“Analisis pengaruh EVA, ROA, ROE dan persentase kepemilikan modal
saham asing terhadap harga saham perbankan di BEI”. Hasil penelitiannya
Hasil EVA, ROA dan persentase kepemilikan modal saham asing
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, namun ROE
8. Penelitian Raja lambas J Panggabean yang berjudul “Analisis
perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap harga saham LQ45 di
BEJ.” Hasil penelitiannya EVA dalam perusahaan LQ45 mempunyai
korelasi yang signifikan dengan harga saham, ROE dalam perusahaan
LQ45 tidak mempunyai korelasi yang signifikan terhadap harga sahamnya.
9. Penelitian Ina Rinati yang berjudul “Pengaruh NPM, ROA, dan ROE
terhadap Harga saham”. Hasil penelitiannya Hasil penelitiannya bahwa
secara serempak NPM, ROA dan ROE memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham, sedangkan secara arsial hanya ROA saja yang
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
10. Penelitian Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani yang berjudul
“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham”. Hasil
penelitiannya Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut
[image:35.612.124.555.530.707.2]mempunyai korelasi yang cukup lemah terhadap harga saham.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu Dan Jurnal Yang Terkait
N O
PENELITI JUDUL HASIL PENELITIAN
PERSAMAAN PERBEDAAN
1 Mohd. Ihsan Dalam jurnal Percikan Vol 96. Edisi Januari 2009 Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt To Equity Ratio dan Return On Investment Terhadap Berdasarkan uji f, CR, TATO, ROI, DER secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, untuk uji t, CR,DER
Harga Saham Industri Apparel Di Bursa Efek Jakarta tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham variabel dependen
2 Angrawit Kusumawardani dalam Jurnal Universitas Gunadarma Analisis pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada harga saham dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2005-2009 Dari hasil perhitungan AMOS, EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA terhadap harga saham berdampak dengan kinerja perusahaan sebesar -112.9% Sama-sama menggunakan DER sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen Dalam penelitian Angrawit EPS,PER, ROE, FL, CR,ROA sebagai variabel independen dan kinerja perusahaan sebagai variabel z
4 Meita Rosy Dalam Jurnal Universitas Gunadarma Analisis pengaruh antara Economic value added (EVA) dan market value added (MVA) terhadap harga saham pada perusahaan sektor LQ45 di bursa efek indonesia (BEI) periode 2007-2008
hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh antara EVA terhadap harga saham, sedangkan MVA dengan harga saham terdapat pengaruh secara parsial. Uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara EVA dengan MVA dengan harga saham, karena tingkat keeratan korelasi lemah Sama-sama menggunakan Pengaruh economic value added sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen Adanya tambahan variabel independen yaitu meneliti MVA
5 A. Sakir Dalam Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Vol. 8 No. 2 Agustus 2009 Hal.150-165 Pengaruh economic value added (EVA) terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di JII BEI
hasil perhitungan nilai EVA perusahaan Jakarta Islamic Index di BEI dapat diketahui bahwa
di JII telah mampu memenuhi harapan para penyandang dana/investor atas tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan pada perusahaan. Dengan nilai EVA perusahaan yang positif akan mengakibatkan kepercayaan investor meningkat karena perusahaaan telah mampu memberikan tingkat return yang diinginkan oleh pemegang saham/investor 6 Noer Sasongko
dan Nila Wulandari Dalam Jurnal Empirika Vol. 19 No. 1 Juni 2006. Hal. 64 -80.
Pengaruh EVA dan rasio – rasio profitabilitas terhadap harga saham
Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa EPS berpengaruh terhadap harga saham, namun ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sama-sama menggunakan EVA sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependennya Adanya tambahan variabel yang diteliti, yaitu Rasio-rasio profitabilitas sebagai variabel independennya
7 Ucok Saut Timbul dan Dr. Widyo Analisis pengaruh EVA, ROA, Hasil EVA, ROA dan persentase Sama-sama menggunakan EVA sebagai
Nugroho, MM. Dalam Jurnal Universitas Gunadarma ROE dan persentase kepemilikan modal saham asing terhadap harga saham perbankan di BEI kepemilikan modal saham asing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, namun ROE tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perbankan di BEI variabel independennya dan harga saham sebagai variabel dependennya modal saham asing sebagai variabel independen
8 Raja lambas J Panggabean Dalam Jurnal Manajemen Dan Bsinis Sriwijaya Vol.3 No.5 Juni 2005 Analisis perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap harga saham LQ45 di BEJ
EVA dalam perusahaan LQ45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga saham, ROE dalam perusahaan LQ45 tidak mempunyai korelasi yang signifikan terhadap harag sahamnya. Sama-sama menggunakan EVA sebagai variabel independennya dan harga saham sebagai variabel dependennya ROE sebagai variabel independen tambahan dalam penelitian
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap harga saham
10 Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani Dalam Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan Vol. 5 No.2 September 2003. Hal 171-180. Analisis faktor-faktor yang mempengaru hi harga saham Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut mempunyai korelasi yang cukup lemah terhadap harga saham Sama-sama menggunakan Harga saham sebagai variabel dependen
2.2 Kerangka Pemikiran
Dalam mengisi pembanguna suatu negara dibutuhkan adanya pasar modal,
karena dengan adanya pasar modal maka akan terjadi adanya investasi yang akan
menggerakkan perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada akan menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tertentu. Dalam
menanamkan modalnya para investor mempunyai banyak pertimbangan untuk
menanamkan modalnya di suatu perusahaan, karena mereka beranggapan bahwa
jika mereka berinvestasi maka akan mendapatkan keuntungan di masa yang akan
datang. Keuntungan itu dapat berupa deviden dan capital gain yang dapat dilihat
Laporan keuangan suatu perusahaan adalah salah satu yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan karena dengan laporan keuangan tersebut para
investor dapat melihat keuangan perusahaan yang akan mereka investasikan
modalnya di suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat dianalisis oleh rasio-rasio
keuangan yang diantaranya ada lima rasio yang digunakan dalam menganalisis
laporan keuangan tersebut. Berikut adalah rasio-rasio yang biasa digunakan rasio
likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio pasar.
Dengan adanya rasio-rasio tersebut maka para investor yang menanamkan
modalnya akan melihat kondisi perusahaan tersebut, jika perusahaan tersebut
dalam keadaaan buruk para pemegang saham dapat menjual sahamnya atau tidak
mau menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut apabila kondisi perusahaan
tersebut baik para pemegang saham akan mempertahankan sahamnya agar
mendapat keuntungan dalam menanamkan modalnya tersebut atau akan membeli
saham pada suatu perusahaan yang dianggapnya kondisi perusahaan itu baik.
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah EVA yaitu Economic Value
Added yang melihat dari sisi bagaimana perusahaan tersebut diukur ketika
perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai tambah pada perusahaan dengan
menghitung dari pengurangan laba bersih setelah pajak dengan biaya-biaya modal
dari investasi, maka dengan meningkatnya Pertambahan nilai ekonomi suatu
Rasio perputaran total asset yang terdapat dalam salah satu rumus rasio
aktivitas yang mengukur sejauh mana efesiensi perusahaan dalam menggunakan
penjualan perusahaannya dalam memperoleh laba karena dengan semakin
cepatnya perputaran penjualan maka akan semakin cepat juga perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan sehingga harga saham suatu perusahaan akan naik.
Rasio hutang yang mengukur tingkat penggunaan hutang dalam suatu
perusahaan terhadap modal yang terdapat pada para pemegang saham, atau
dengan kata lain jika semakin besar hasil dari rasio hutang maka perusahaan
tersebut semakin buruk karena perusahaan tersebut tidak mampu dalam
membayarkan hutang-hutangnya. Sebaliknya jika semakin kecil rasio hutang
suatu perusahaan maka akan semakin baik karena perusahaan tersebut mampu
membayarkan hutang-hutangnya, makan perusahaan akan mendapat keuntungan
yang besar dan harga saham akan meningkat karena para investor akan
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
2.2.1 Hubungan antara Pertambahan Nilai Ekonomi dengan Harga Saham
Eva merupakan alat ukur yang memiliki fungsi dalam menciptakan nilai
tambah suatu perusahaan dengan cara mengurangkan NOPAT dengan biaya
modal yang timbul sebagai akibat dari investasi yang dilakukan sehingga dapat
Menurut Dwi Dwitayanti (2005:61), menyatakan bahwa Economic Value
added (EVA) dan Market Value Added (MVA) merupakan indikator yang mampu
menciptakan nilai dari perusahaan. Dari teori di atas dapat dilihat bahwa adanya
pengaruh antara EVA terhadap harga saham.
2.2.2 Hubungan Antara Total Asset Turnover Dengan Harga Saham
Total asset turnover merupakan salah satu analisis rasio keuangan yang
menunjukkan tingkat efektivitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.
Perputaran total aktiva adalah perbandingan antara jumlah penjualan perusahaan
dengan seluruh harta/ aktiva perusahaan.
Semakin besar TAT menunjukkan perusahaan efisien dalam
menggunakanseluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan bersihnya.
Menurut Ang, (1997:60) menyatakan bahwa “Semakin cepat perputaran aktiva
suatu perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan bersihnya, maka
pendapatan yang diperoleh meningkat sehingga laba yang didapat besar”.
2.2.3 Hubungan Antara Debt To Equity Rasio Dengan Harga Saham
Debt to equity rasio menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total
pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. DER
menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus
membahayakan kepentingan kreditornya (Lukman Syamsudin, 2001:54). Semakin
kecil angka rasio ini, berarti semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh
Dari teori di atas dapat dilihat bahwa adanya pengaruh antara DER
terhadap harga saham.
2.2.4 Hubungan Antara EVA, TATO, DER Terhadap Harga Saham
Dalam penelitian Widyatmini dan Michael V. Damanik (2009:39-50)
menjelaskan bahwa EVA dan rasio analisis fundamental seperti CR, QR, TAT,
ITR, Rasio GPM, Rasio NPM, ROA, ROE, Debt Ratio, DER, Leverage Ratio,
EPS, dan PER secara parsial dihitung tidak memiliki pengaruh terhadap harga
saham, tapi secara simultan EVA dan rasio analisis fundamental seperti CR, QR,
TAT, ITR, Rasio GPM, Rasio NPM, ROA, ROE, Debt Ratio, DER, Leverage
Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Dwi Dwitayani (2005: 61)
Ang (1997:60)
[image:45.612.131.498.141.471.2]Lukman Syamsuddin (2001:54)
Gambar 2.1
Paradigma penelitian
Pengaruh Pertambahan Nilai Ekonomi (EVA), Rasio Perputaran Asset
(Asset Turnover Ratio), dan Rasio Hutang (DER) terhadap Harga Saham
Keterangan : Hubungan variabel secara parsial
Hubungan variabel secara simultan Variabel Y
Harga Saham
R. Agus Sartono (2001:41)
Variabel X1
Pertambahan Nilai Ekonomi (EVA)
Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan
(2002:249)
Variabel X2
Rasio Perputaran Total Asset (TAT)
(Agus Sartono, 2000:113-125)
Variabel X3
Rasio Hutang (DER)
Darsono (2005: 54)
2.3 Hipotesis
Menurut Husein Umar (2005:104), “Hipotesis adalah suatu perumusan
sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga
menuntun atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya”.
Berdasarkan teori di atas diketahui bahwa hipotesis merupakan perumusan
sementara atas suatu hal dan harus dibuktikan kebenarannya melalui sebuah
penelitian. Maka penulis mangambil hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
pengaruh antara pertambahan nilai ekonomi (EVA), rasio perputaran asset (Total
Asset Turnover Ratio), dan rasio hutang (DER) terhadap harga saham pada PT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Maju bersama Unilever Indonesia selama lebih dari tujuh puluh tahun PT
Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai
Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van
Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van
Nederlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933,
terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22
Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari
1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi
tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia.
Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30
Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini
disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No.
C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita
Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin,
minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan
minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada
tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat
oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga
bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran.
Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri
Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No.
C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.
4.1.1.1 Perluasan Unilever Indonesia
Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian
dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT
Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan,
pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang
Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan
kepada PT Al.
Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan
Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT
Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor
barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7
saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut
Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia
Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.
Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember
2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya
untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas
Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal
penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever
Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli
2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan
dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan saham
(pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima
penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan
hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004
tertanggal 9 Juli 2004.
Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah
menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri
minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke
Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan
Sejak didirikan pada 5 Desember 1933 Unilever Indonesia telah tumbuh
menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk Home and Personal Care
serta Foods & Ice Cream di Indonesia.
Rangkaian Produk Unilever Indonesia mencangkup brand-brand ternama
yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear,
Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight Produk Home and Personal Care) dan
Walls, Blue Band, Royco, Bango (produk Food and Ice Cream), dan
produk-produk lainnya.
Selama ini, tujuan perusahaan kami tetap sama, dimana kami bekerja
untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari; membuat pelanggan
merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan melalui
brand dan jasa yang memberikan manfaat untuk mereka maupun orang lain;
menginspirasi masyarakat untuk melakukan tindakan kecil setiap harinya yang
bila digabungkan akan membuat perubahan besar bagi dunia; dan senantiasa
mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami untuk
tumbuh sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
Saham perseroan pertamakali ditawarkan kepada masyarakat pada tahun
1981 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia seja 11 Januari 1982. Pada akhir tahun
2009, saham perseroan menempati peringkat ketujuh kapitalisasi pasar terbesar di
Product Perseroan memiliki dua anak perusahaan : PT Anugrah Lever
(dalam likuidasi), kepemilikan Perseroan sebesar 100% (sebelumnya adalah
perusahaan patungan untuk pemasaran kecap) yang telah konsolidasi dan PT
Technopia Lever, kepemilikan Perseroan sebesar 51%, bergerak di bidang
distribusi ekspor, dan impor produk dengan merek Domestos Nomos.
Bagi Unilever, sumber daya manusia adalah pusat dari seluruh aktivitas
perseroan. Kami memberikan prioritas pada mereka dalam pengembangan
profesionalisme, keseimbangan kehidupan, dan kemampuan mereka untuk
berkontribusi pada perusahaan. Terdapat lebih dari 300 karyawan tersebar di
seluruh nutrisi.
Perseroan mengelola dan mengembangkan bisnis perseroan secara
bertanggung jawab dan berkesinambungan. Nilai-nilai dan standar yang Perseroan
terapkan terangkum dalam Prinsip Bisnis Kami. Perseroan juga membagi standar
dan nilai-nilai tersebut dengan mitra usaha termasuk para pemasok dan distributor
kami.
Perseroan memiliki enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang,
Bekasi, dan dua pabrik di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur,
dengan kantor pusat di Jakarta. Produk-produk Perseroan berjumlah sekuitar 32
brand utama dan 700 SKU, dipasarkan melalui jaringan yang melibatkan sekitar
370 distributor independen yang menjangkau ratusan ribu toko yang tersebar di
seluruh Indoneisa. Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat distribusi
Sebagai perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial, Unilever
Indonesia menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang luas.
Keempat pilar program kami adalah Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian
Berkelanjutan. Program CSR termasuk antara lain kampanye Cuci Tangan dnegan
Sabun (Lifebuoy), program Edukasi kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent),
program Pelestarian Makanan Tradisional (Bango) serta program Memerangi
Kelaparan untuk membantu anak Indonesia yang kekurangan gizi (Blue Band).
4.1.1.2 Visi PT Unilever Indonesia Tbk.
Produk Unilever telah menyentuh sekitar 2 milyar orang setiap hari, baik
itu melalui perasaan yang luar biasa karena mereka memiliki rambut yang kemilau
dan senyum yang menawan, membuat rumah mereka segar dan bersih, atau
dengan menikmati secangkir kopi, makanan yang lezat atau snack yang sehat.
Empat pilar utama dari visi kami menggambarkan arah jangka panjang
dari perusahaan – kemana tujuan kami dan bagaimana kami menuju ke arah sana:
1. Kami bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik setiap hari.
2. Kami membantu orang-orang merasa nyaman, berpenampilan baik dan
lebih menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan yang baik bagi
mereka dan bagi orang lain.
3. Kami menjadi sumber inspirasi orang-orang untuk melakukan hal kecil
4. Kami akan mengembangkan cara baru dalam melakukan bisnis dengan
tujuan membesarkan perusahaan kami dua kali lipat sambil mengurangi
dampak lingkungan.
5. Kami selalu percaya akan kekuatan brand kami dalam meningkatkan
kualitas kehidupan orang-orang dan dalam melakukan hal yang benar.
Semakin bertumbuhnya bisnis kami, meningkat pula tanggung jawab
kami. Kami mengenali tantangan global seperti perubahan iklim yang
menjadi kepedulian kita bersama. Mempertimbangkan dampak yang lebih
luas dari tindakan kami selalu menyatu dalam nilai-nilai kami dan
merupakan bagian fundamental mengenai siapa diri kami.
4.1.1.3 Misi PT Unilever Indonesia Tbk.
Misi korporasi Unilever adalah untuk meningkatkan vitalitas hidup. Hal
ini menunjukkan bagaimana perusahaan benar-benar memahami pelanggan abad
21 dan kehidupan mereka.
4.1.1.4 Tujuan dan Prinsip
Tujuan corporate kami adalah bahwa kesuksesan memerlukan “standar
tertinggi dari perilaku corporate terhadap setiap orang yang bekerja dengan kami,
komunitas yang kami sentuh dan lingkungan yang terdampak dari pekerjaan
kami.”
Tujuan corporate kami adalah bahwa kesuksesan memerlukan “standar
komunitas yang kami sentuh dan lingkungan yang terdampak dari pekerjaan
kami.”
1. Selalu bekerja dengan integritas
Beroperasi dengan integritas dan rasa hormat pada orang-orang, sentuhan
bisnis kami pada organisasi dan lingkungan selalu menjadi pusat dari
tanggung jawab corporate kami.
2. Dampak Positif
Kami bertujuan memberikan dampak positif dengan berbagai cara: melalui
brand kami, melalui kegiatan komersial dan hubungan kami, melalui
kontribusi sukarela, serta berbagai cara lain dimana kami berhubungan
dengan masyarakat.
3. Komitmen yang berlanjut
Kami juga berkomitmen untuk terus meningkatkan cara dalam menangani
dampak lingkungan dan bekerja dengan tujuan jangka panjang kami dalam
mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.
4. Menjalankan aspirasi kami
Tujuan corporate kami telah memberikan aspirasi bagi kami untuk
mengelola bisnis. Hal ini diperkuat peraturan kami dalam prinsip-prinsip
bisnis yang menjelaskan standar operasional yang diikuti semua karyawan
Unilever, dimanapun mereka berada diseluruh dunia. Aturan ini juga
mendukung pendekatan kami pada pemerintah serta tanggung jawab
5. Bekerja dengan yang lain
Kami ingin bekerja dengan para penyedia sumber daya yang memiliki nilai
dan standar yang sama dengan kami dalam bekerja. Peraturan tentang
rekanan bisnis, sejalan dengan peraturan prinsip bisnis kami, terdiri dari
sepuluh prinsip yang meliputi integritas bisnis dan tanggung jawab yang
berhubungan dengan karyawan, konsumen dan lingkungan.
4.1.2 Struktur Organisasi
Struktur adalah bagaimana bagian – bagian dari sesuatu berhubungan satu
dengan yang lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat
fundamental bagi setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas
subjektif, karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian –
bagiannya dan hubungan mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur
berorientasi tujuan dan tergantung pada pengetahuan yang ada.Menurut Prof.
Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas unsur – unsur
yang berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan. Struktur ada struktur atas
dan struktur bawah. Struktur mempunyai sifat : totalitas, transformatif, dan
otoregulatif.
Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan
bersama. Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang
cocok satu sama lain dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya
digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang – orang berkumpul, bekerja
terkendali dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode,
lingkungan), sarana – prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe
organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang jabatan,
bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang
kendali, dan sistem pimpinan organisasi.
Pada PT Unilever Indonesia Tbk., struktur organisasi yang digunakan
adalah struktur organisasi lini . Struktur organisasi lini adalah suatu bentuk
organisasi yang didalamnya adanya batasan yang jelas antara pimpinan dan
bawahan. Pimpinan bertanggung jawab atas segala kegiatan organisasi dan
mempunyai hak untuk mengambil keputusan dan wewenang lalu, bawahan harus
mematuhinya.
Keuntungan dari struktur organisasi ini antara lain adalah keputusan yang
diambil oleh pimpinan cepat, adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok
lini yang melakukan tugas pokok organisasi dan kelompok staf yang melakukan
kegiatan penunjang, koordinasi dalam setiap unit kegiatan dapat diterapkan
dengan mudah.
Dalam kehidupan sehari – hari apabila unit kerja (departemen, perusahaan
dan sebagainya) akan melaksanakan suatu rencana tidak selalu langsung diikuti
oleh penyusun organisasi baru. Struktur organisasi itu biasanya sudah ada terlebih
Disamping itu unit – unit kerja tersebut dijabarkan kedalam unit – unit
kerja yang lebih kecil ini mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda – beda
(pimpinan, manajer keuangan, manajer sdm, dll). Masing – masing unit kerja
tersebut sudah barang tentu akan menyusun perencanaan dan kegiatan – kegiatan.
Untuk pelaksanaan rencana rutin cukup oleh staf yang ada sehingga tidak perlu
menyusun organisasi baru. Apabila rencana atau kegiatan tersebut tidak dapat
ditangani oleh struktur organisasi yang telah ada biasanya dibentuk, misalnya
Berikut adalah gambar struktur organisasi yang ada pada PT Unilever
Indonesia Tbk.:
[image:58.612.134.549.184.627.2]STRUKTUR ORGANISASI PT UNILEVER INDONESIA TBK
Gambar 4.1