• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (Analisis Wacana Pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera pada Media Online Detikcom)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (Analisis Wacana Pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera pada Media Online Detikcom)"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

SEJAHTERA PADA MEDIA ONLINE DETIKCOM)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Siti Nurhayati

NIM : 1110051100008

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Siti Nurhayati

NIM : 1110051100008

Pembimbing,

Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si

NIP. 1976081220050011005

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

PEMILU 2014 (ANALISIS WACANA PEMBERITAAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PADA MEDIA ONLINE DETIKCOM) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24 September 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Ketua Sidang, Sekertaris Sidang,

Dra. Hj Musfirah Nurlaily, M.A NIP. 197801142009121002 NIP. 197104122200003201

Anggota

Penguji I Penguji II

Umi Musyarrofah, M.A Noor Bekti Negoro, M.Si

NIP. 197108161997032002 NIP.

196503011999031001

Pembimbing

(5)

i Siti Nurhayati

Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 (Analisis Wacana Pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera pada Media Online Detikcom)

Jelang pemilu, berbagai media dihiasi dengan pemberitaan mengenai partai politik. Pemberitaan tersebut mengandung pesan tertentu yang bertujuan membangun citra positif. Partai Keadilan Sejahtera memanfaatkan momentum tersebut dengan merubah slogannya. Peristiwa tersebut turut mendapat perhatian dari berbagai media, salah satunya Detikcom. Detikcom merupakan salah satu media online yang menyajikan berita terpopuler. Detikcom menyajikan pemberitaan tersebut dari sudut padang yang berbeda.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti memunculkan pertanyaan, yaitu bagaimanakah wacana pemberitaan tentang citra Partai Keadilan Sejahtera di Detikcom? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan berlandaskan paradigma kritis. Paradigma kritis memandang media sebagai alat untuk menyebarkan ideologi. Hal tersebut biasanya tergambar melalui penggunaan bahasa yang digunakan. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini ialah analisis wacana Norman Fairclough. Analisis ini mengaitkan tiga dimensi yaitu analisis teks, discourse practice, dan socioculturalpractice.

Teori yang digunakan ialah performa komunikatif. Menurut Pacanowsky dan O‟Donnell Trujillo, performa merupakan metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Performa komunikatif terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu performa ritual, performa hasrat, performa sosial, performa politis dan performa enkulturasi.

Hasil penelitian dilapangan, pada tahap teks pemberitaan terkait perubahan slogan PKS menggambarkan bagaimana PKS mempersiapkan pemilu 2014. Representasi yang dihadirkan ialah Detikcom mengambil sudut pandang persiapan Partai Keadilan Sejahtera dalam menghadapi pemilu 2014. Perubahan slogan dan meningkatkan kesolidan kader merupakan hal yang ditampilkan dalam pemberitaan ini. Detikcom hanya ingin menampilkan sisi lain dari Partai Keadilan Sejahtera yang tengah dirundung prahara. Hal tersebut dapat terlihat dari penggunaan gaya bahasa.

Pemberitaan yang berkenaan dengan perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera dilatar belakangi oleh kasus korupsi import daging sapi yang menyeret Luthfi Hasan Ishaaq. Perubahan slogan dan rutinitas yang dilakukan oleh PKS membetuk kader loyalis yang solid. Usaha-usaha tersebut dirasa sebagai bentuk pembentukan citra positif di mata publik. Pada tahap sociocultural, berita ini dikategorikan pada level situasional. Detikcom membuat berita tersebut berdasarkan keadaan situasi menjelang pemilu 2014.

(6)

ii

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan kuasa-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Sebagai manusia biasa, peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Peneliti yakin skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Arif Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekertaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A yang selalu berkenan membantu peneliti.

3. Orang Tua, Bapak Sademi dan Ibu Ngadirah yang selalu menyertakan nama anak-anaknya di setiap doanya, memberikan wejangan mengenai hidup yang luar biasa dengan penuh kasih sayang.

4. Kakak ku, Arif Setiawan yang selalu memberi motivasi dan memberi semangat kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku dosen pembimbing dan inspirator

(7)

iii

peneliti dalam proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir. 6. Deden Mauli Darajat, M.Sc selaku dosen dan kakak senior yang telah

meluangkan waktu untuk memberi kontribusi dalam menyumbangkan ide selama proses penelitian.

7. Rubiyanah, M.A dan Ade Rina Farida, M.Si, yang selalu berkenan membantu dan memberi motivasi terhadap peneliti.

8. Kawan-kawan, Ambar Widati, Elsa Rachmawati, Wuri Aryani, Irni Febriani, Afini Nur Fitria dan Triana Afrianti yang senantiasa membantu dan menyemangati peneliti hingga akhir. Terlebih kepada Hariswati Rachmadani Putri, kawan perjuangan, bertukar pikiran dalam proses penyusunan skripsi.

9. Lita Nuroniah, Sartika Oktaviani dan Inna Normaningsih yang selalu menyemangati dan mendukung peneliti.

10.Teman-teman Jurnalistik angkatan 2010 yang telah membantu dan menemani saya, khususnya kelas Jurnalistik A (Najua) yang memberikan suasana keakraban selama empat tahun ini.

11.Nanang Supriyatna, selaku HR Detikcom yang membantu peneliti memberikan data-data yang diperlukan dalam proses penelitian.

(8)

iv

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

14.Farida Nur „Aini, Desy Dwi Setiawati, Irwan Bengkulah dan Rokhmatunnisa Febriani yang bersedia memberikan pendapatnya dalam proses penelitian.

15.Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini.

16.Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

17.Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir yang tak disebutkan, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian semua, Amin.

Akhir kata, penelitian ini dirasa masih jauh dari kata sempurna, namun peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 24 September 2014

(9)

v

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………...v

DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR GAMBAR………...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..…….1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ………...6

1. Batasan Masalah ………6

2. Rumusan Masalah ………..…….. 6

C. Tujuan Penelitian.………... 7

D. Signifikasi Penelitian………..………. 7

E. Tinjauan Pustaka…...………...………... 7

F. Metodologi Penelitian………. 8

1. Paradigma Penelitian………8

2. Pendekatan Penelitian……… 10

3. Jenis Penelitian………...11

4. Subjek dan Objek Penelitian………..… 12

5. Sumber Data……….. 11

6. Waktu dan Tempat Penelitian……….... 12

7. Teknik Pengumpulan Data………. 12

8. Teknik Analisis Data………..14

G. Sistematika Penulisan………..………...16

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Performa Komunikatif………18

B. Konseptualisasi Hiperealitas……… 21

C. Konseptualisasi Citra………... 24

D. Analisis Wacana………...26

(10)

vi

F. Konseptualisasi Berita………33

1. Definisi Berita……….. 33

2. Jenis-jenis Berita……….. 34

3. Nilai-nilai Sebuah Berita………..36

G. Konseptualisasi Pemilu………. .38

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Detikcom………... 42

B. Perkembangan Detikcom………... 44

C. Visi dan Misi Detikcom……….49

D. Struktur Redaksional Detikcom……….50

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Analisis Teks……… 53

B. Analisis Discourse Practice………. 82

1. Analisis Produksi Teks……….. 82

2. Analisis Konsumsi Teks……….. 98

C. Sociocultural Practice……….105

D. Interpretasi Penelitian……….109

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 114

B. Saran……….. 116 DAFTAR PUSTAKA

(11)

vii

Tabel 1 Hasil Survei Tingkat Elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera Di Pemilu

2014……… 3

Tabel 2 Kerangka Analisis………. 29

Tabel 3 Analisis Teks Berita yang berjudul “Hilangkan Kata 'Bersih', PKS Ganti Slogan Jadi 'Cinta, Kerja, & Harmoni' ”, edisi Jumat, 19 April 2013 19:03

WIB………...55

Tabel 4 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Berganti Nama, Partai Dakwah Menuai Berkah”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 16:23 WIB……… 59 Tabel 5 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Geliat Gerakan Takjil Nasional Hingga Bank Sampah”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 15:45 WIB………..63 Tabel 6 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Ogah Dinilai Melorot Beri Bantuan Sosial”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 14:21 WIB……….. 67

Tabel 7 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Dana Partai Pantungan, Atau dari Asing?”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 13:30 WIB………. 71

(12)

viii

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan masyarakat. Di abad informasi ini, media massa telah dianggap sebagai tokoh utama bagi masyarakat untuk memperoleh informasi. Terlebih, sejak angin segar kebebasan pers di era reformasi hadir. Media tak hanya dianggap sebagai agen sosialisasi pendidikan saja, melainkan sebagai agen perubahan dalam segala hal. Sehingga tak jarang media massa merupakan salah satu agen penting bagi peradaban masyarakat saat ini.

Bila dilihat dari fungsinya, media massa memiliki empat fungsi, pertama,

menghimpun dan menyebarluaskan informasi bagi khalayak. Kedua, memberikan pendidikan bagi khalayak. Ketiga, sebagai media hiburan bagi khalayak. Keempat, sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.1Namun dalam perkembangannya, media massa saat ini telah bertransformasi fungsi, menjadi salah satu agen pembentuk citra. Hal tersebut tak jarang terlihat saat jelang pemilu. Saat berkampanye, partai politik bersaing untuk menarik massa melalui media. Sehingga jelang pemilu, sebagian media gencar memberitakan partai politik peserta pemilu.

Berdasarkan fenomena tersebut, Alo Liliweri mengasumsikan bahwa partai politik yang sukses adalah jika ia berhasil membangun partisipan politik rakyat, dan dibangun berdasarkan hubungan atau menggunakan semua “indera” media

1

(14)

massa.2 Dengan kata lain, sebuah partai politik akan dapat di kenal dan menarik simpati masyarakat dengan jalan menguasai media massa yang ada.

Maraknya kasus korupsi yang menimpa petinggi partai membuat kepercayaan masyarakat kian lama semakin menurun terhadap partai politik. Oleh karena itu sebagai jalan pintasnya, partai politik mempergunakan media sebagai agen pembentuk citra agar menaikan tingkat elektabilitas di masyarakat. Selain itu pembentukan citra ini diharapkan dapat menutupi tindakan yang dinilai negatif, seperti korupsi di massa lampau. Sehingga dapat membentuk opini publik yang berbeda. Fenomena tersebut dapat terlihat saat jelang pemilu.

Media massa memiliki kemampuan untuk membentuk opini publik. Kemampuan tersebut lantas dimanfaatkan oleh beberapa kalangan. Pada sebagian besar kasus yang menimpa partai politik di tanah air saat jelang pemilu, seorang komunikator politik (pejabat politik) menggunakan media sebagai alat untuk menggiring opini publik dengan hal-hal positif.

Permainan bahasa yang digunakan oleh media dalam mengungkapkan sebuah peristiwa merupakan hal terpenting dalam membentuk citra partai. Bahasa tak hanya sekedar sebagai alat untuk menyajikan sebuah gagasan melainkan membentuk sebuah gagasan yang diinginkan oleh komunikator. Terlebih bahasa menguasai persepsi atas segala sesuatu, dengan demikian mempengaruhi apa yanag dilihat orang maupun bagaimana orang mengonseptualisasikan realitas.3

Kasus korupsi yang menimpa Luthfi Hasan Ishaq, Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera ini memberikan efek terhadap tingkat elektabilitas partai di

2

Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta,2010) , h. 26

3

(15)

pemilu 2014. Hal ini dibuktikan dengan beberapa hasil survei yang menyatakan elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera berikut ini:

Tabel 1

Hasil Survei Tingkat Elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera Di Pemilu 2014 4

No Lembaga Survei Presentase Peringkat

1. Lembaga Survei Nasional 3,8 10

2. Lembaga Survei Indonesia 4,2 7

3. Pol Tracking Institute 2,9 8

Melihat beberapa hasil survei di atas, dapat dikatakan bahwa tingkat elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera di pemilu 2014 mengalami penurunan. Bahkan tingkat elektabilitas partai ini tak lebih dari 5,0 % , sehingga sulit rasanya mendapat banyak kursi di parlemen. Oleh karena itu, para petinggi partai yang berideologi Islam tersebut, mencari jalan untuk membentuk peta kekuatan jelang pemilu 2014. Salah satu caranya ialah mengubah slogan yang awalnya “bersih, peduli dan profesional” menjadi “cinta, kerja dan harmoni”.

Perubahan slogan ini dilakukan di Semarang, Jawa Tengah. Perubahan slogan ini merupakan salah satu cara yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera dalam menghadapi pemilu 2014 mendatang. Dalam orasinya, Anis Matta, Presiden Partai Keadilan Sejahtera meyakini dengan slogan tersebut Partai Keadilan

4

(16)

Sejahtera akan masuk dalam tiga besar. Hal ini dengan cara menghidupkan tiga unsur tersebut dalam ranah politik. Partai Keadilan Sejahtera ingin mengubah paradigma politik yang menakutkan menjadi menyenangkan dihadapan masyarakat.5

Kata "cinta" adalah salah satu kata paling populer di dalam dunia seni dan kehidupan nyata yang identik dengan keindahan dan pengorbanan. Kata cinta akan berimplikasi positif pada kata kedua yaitu kerja. Atas nama cinta seseorang bisa memberikan sebuah totalitas dalam bekerja. Karena cinta pula akan lahir sebuah harmoni dari keberagaman Indonesia baik suku, ras atau berbagai perbedaan Ideologi dan pandangan.6

Perubahan slogan ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera dalam menawarkan salah satu keadaan bersahabat dalam berpolitik. Hal ini diharapkan dapat menarik simpatik masyarakat. Selain itu, perubahan slogan ini pun diharapkan dapat mengubah pandangan masyarakat mengenai citra partai usai prahara diawal tahun 2013 lalu. Sehingga pada pemilu 2014 mendatang, Partai Keadilan Sejahtera dapat meraup suara sebanyak-banyaknya.

Pemberitaan tersebut tak luput dari sorotan media, mulai dari media cetak, elektronik maupun online. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini, membuat masyarakat tak hanya sekedar membutuhkan informasi yang akurat dan menarik saja. Akses kecepatan dan kepraktisan, merupakan hal penting bagi masyarakat di abad informasi saat ini dalam memperoleh sebuah informasi.

5

Angling Adhitya Purbaya, “Hilangkan Kata 'Bersih', PKS Ganti Slogan Jadi 'Cinta, Kerja, & Harmoni‟,” Detikcom, Jumat, 19April 2013

6

(17)

Dengan demikian dapat dikatakan media online merupakan salah satu media yang paling sering digunakan oleh masyarakat.

Peneliti tertarik untuk meneliti media online Detikcom sebagai subjek penelitian karena Detikcom merupakan salah satu media online yang berisikan berita-berita terpolpuler yang dikemas secara ringan, sehingga segmentasi pembacanya dari kalangan manapun. Selain itu tinggat pembaca media ini pun cukup signifikan. Hal ini dibuktikan dari hasil survei alexa.com, salah satu website yang meneliti jumlah pengunjung website di seluruh dunia.

Berdasarkan tingkat popularitasnya pada tahun 2014, Detikcom menempati peringkat 9 di Indonesia, sedangkan di dunia mendapat peringkat 328. Untuk perolehan pengunjung pada tahun ini, portal ini memperoleh 90,7% pengunjung. Jumlah pegunjung terbesar dari portal Detikcom berasal dari kanal news.detik.com

dengan persentase 45.84%, sport.detik.com dengan persentase 21.13% dan

hot.detik.com dengan persentase 18.24%.7

Selain hal tersebut peneliti tertarik mengambil topik ini karena dalam pemberitaan mengenai perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera, Detikcom memilih untuk memberitakan melalui angel yang berbeda dari media lainnya. Dalam hal ini, Detikcom menagitkan pemberitaan tersebut dengan metamorfosis yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera. Metamorfosis di sini ialah mengulas mengenai rekam jejak Partai Keadilan Sejahtera.

Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini mencoba menggali motif dibalik pemberitaan citra Partai Keadilan Sejahtera jelang pemilu 2014 dengan melakukan analisis wacana terhadap pemberitaan yang berkaitan dengan

7

(18)

perubahan slogan partai. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti mengambil judul “Citra Partai Keadilan Sejahtera di Pemilu 2014 : Analisis Wacana terhadap

Pemberitaan Partai Keadilan Sejahtera pada Media Online Detikcom.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti membatasi penelitian ini pada pemberitaan di Detikcom edisi 19 April 2013 dan 23 Juli 2013, dengan judul :

a. Hilangkan Kata 'Bersih', PKS Ganti Slogan Jadi 'Cinta, Kerja, & Harmoni'. b. Berganti Nama, Partai Dakwah Menuai Berkah.

c. Geliat Gerakan Takjil Nasional Hingga Bank Sampah. d. Ogah Dinilai Melorot Beri Bantuan Sosial.

e. Dana Partai Pantungan, Atau dari Asing?

f. Jalur Pengajian Tetap Jadi Andalan Rekrutmen Kader. g. Habis Soeharto Lahirlah Partai Keadilan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini, adalah :

(19)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui bagaimana Detikcom mewacanakan pemberitaaan citra Partai Keadilan Sejahtera terkait dengan pelaksanaan pemilu 2014.

D. Signifikasi Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, manfaat, pengetahuan dan pemahaman dalam bidang komunikasi, khususnya jurnalistik. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberi pendalaman mengenai bagaimana sebuah peristiwa diwacanakan oleh media.

2. Praktis

Selain menambah dan membuka cakrawala keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi secara praktik, khususnya dalam membongkar sisi lain media berdasarkan wacana sebuah peristiwa.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menentukan judul skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Berdasarkan tinjauan tersebut, peneliti menemukan beberapa penelitian yang memliki kesamaan, seperti penelitian, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :

(20)

Mochamad Arifin. Persamaan penelitian ini adalah penggunaan metode penelitian, yakni analisis wacana kritis. Selain itu terdapat persamaan pada objek penelitian yakni terkait dengan Partai Keadilan Sejahtera. Perbedaan penelitian ini adalah penggunaan model metode penelitian dan subjek penelitian.

2. “Relasi Gerakan Dakwah Lembaga Dakwah Kampus Dengan Partai Keadilan Sejahtera”, yang ditulis oleh Rulie Syahdan Syahari pada tahun

2006. Persamaan penelitian terletak pada berkaitan dengan Partai Keadilan Sejahtera. Perbedaan penelitian ini terletak pada permasalahan yang diangkat, yakni menerangkan persiapan Partai Keadilan Sejahtera Jelang pemilu 2014.

3. “Tipologi Iklan Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pemilu 2009 di Televisi”, yang ditulis oleh Farah Ramadhan pada tahun 2011.

Persamaan penelitian ini ialah terletak pada penggunaan objek penelitian yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Sementara perbedaan penelitian ini terletak pada penggunaan subjek penelitian yaitu Detikcom dan penelitian ini menjelaskan bagaimana Detikcom merepresentasikan citra Partai Keadilan Sejahtera melalui pemberitaan terkait perubahan slogan partai.

F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

(21)

paradigma ini yang menjadi pusat perhatian adalah kelompok dominan yang memegang kuasa media.

Mengutip Fairclough, Wodak, dan Van Djik karakteristik wacana kritis terbagi menjadi 8 :

a. Tindakan

Pada tahap ini, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan, yang diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Sehingga yang perlu dipahami ialah wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan mempengaruhi, mendebatkan dan bereaksi. Selain itu, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar.

b. Konteks

Pada bagian ini wacana pun memeriksa konteks komunikasi. Konteks disini ialah memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi.

c. Historis

Pada bagian ini aspek historis dinyatakan sebagai suatu bentuk yang diperlukan untuk mengetahui bagaimana kondisi keadaan (sosial politik) dimana sebuah wacana dibentuk.

d. Kekuasaan

Konsep kekuasaan merupakan konsep yang berhubungan dengan kontrol dibalik terbentuknya sebuah wacana. Kontrol disini tidak hanya berupa fisik melainkan psikis.

8

(22)

e. Ideologi

Wacana dalam pendekatan ini dipandang sebagai medium persuasi oleh sebuah kelompok yang dominan kepada khalayak, sehingga pesan tersebut dinilai absah dan benar.

Tradisi kritis memandang media sebagai alat yang digunakan untuk menyebarkan ideologi yang dominan. Dengan kata lain, media merupakan pemeran utama dalam memperjuangkan sebuah ideologi.9 Sehingga dapat dikatakan paradigma kritis melihat bahwa media bukanlah saluran yang bebas dan netral.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kebutuhan.10

Bila dilihat dari tujuannya, pendekatan kualitatif ini menuntut peneliti untuk dapat mencari tahu dan mengembangkan realitas yang terjadi, sehingga dapat memperoleh sebuah teori. Pada pendekatan kualitatif bertujuan untuk

9

Littlejohn, Stepen dan Karen Foss, Teori Komunikasi (Theories of Human Communication), (Jakarta: Salemba Humanika,2009), h. 432-433

10

(23)

menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif; mengembangkan realitas yang kompleks; memperoleh pemahaman makna; menemukan teori.11

3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah sebuah metode yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.12

Menurut Iqbal Hasan dalam bukunya yang berjudul Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, metode deskriptif memiliki beberapa tujuan, diantaranya 13:

a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.

b. Mengidetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

c. Membuat perbandingan atau evaluasi.

Dengan kata lain metode penelitian ini ialah sebuah cara peneliti dalam melukiskan sebuah fakta secara sistematis. Pada hakikatnya, metode ini mencari teori bukanlah menguji teori. Sehingga metode ini lebih menitikberatkan pada proses observasi di lapangan. Dalam hal ini, peneliti berfungsi sebagai pengamat sebuah gejala yang ada di lapangan. Selain hal itu, peneliti mencatat dan melukiskan hasil temuan dilapangan secara sistematis.

11

Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 52

12

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 22

13

(24)

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah media online Detikcom. Sementara objek penelitian adalah pemberitaan mengenai citra Partai Keadilan Sejahtera terkait perubahan slogan partai.

5. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan : a. Data primer

Data primer pada penelitian ini bersumber dari buku-buku teori mengenai pokok bahasan penelitian berita perubahan slogan dan metamorfosis Partai Keadilan Sejahtera pada media online Detikcom. b. Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung lainnya yang diperoleh tidak secara langsung. Data sekunder dapat berupa dokumen, arsip maupun laporan-laporan tertentu yang dapat oleh peneliti dari berbagai sumber.

6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di sebuah media, yaitu Detikcom yang beralamat di Gedung Aldevco Octagon Building, Lantai 2, Jalan Warung Buncit Raya No 75, Jakarta Selatan 12740, telpon (021) 794 177 (Hunting) Fax. (021) 794 4472. Kemudian penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan.

7. Teknik Pengumpulan Data

(25)

a. Observasi Teks

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.14 Pada bagian ini, peneliti melakukan observasi teks untuk mengamati secara langsung terhadap teks berita tentang pemberitaan citra Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait perubahan slogan partai pada media online

Detikcom. b. Dokumentasi

Peneliti mencari data mengenai subjek penelitian, yaitu media online

Detikcom yang memberitakan citra Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait perubahan slogan . Selain itu, peneliti mempergunakan cacatan, transkrip dan buku dalam pengumpulan data.

c. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya15. Wawancara ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses pencarian berita hingga berita tersebut dipublikasikan. Peneliti melakukan wawancara dengan Elvan Dany Sutrisno selaku Redaktur Pelaksana Detikcom, Erwin Daryanto selaku Editor Detikcom, Hardani Triyoga selaku wartawan Detikcom. Dalam hal ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber terkait proses pemberitaan, mulai dari proses pemilihan tema, peliputan hingga publikasi kepada khalayak. Selain hal itu, peneliti pun

14

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 115 15

(26)

menanyakan mengenai representasi dari perubahan slogan Partai Keadilan Sejahtera. Dalam hal ini, peneliti tidak hanya berpedoman pada sistematika pertanyaan yang disediakan, sehingga narasumber dapat menjawab dengan terbuka.

8. Teknik Analisis Data

Setelah mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka peneliti akan melanjutkan pada tahap analisa data guna mengetahuai jawaban dari rumusan masalah. Dengan menggunakan konsep Norman Fairclough peneliti mencoba melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Hal tersebut berkaiatan dengan pemberitaan citra Partai Keadilan Sejartera (PKS) terkait dengan perubahan slogan partai yang ditampilkan oleh media online Detikcom.

Analisis wacana model Fairclough merupakan sebuah metode analisis yang mencakup linguistik deskripsi pada bahasa teks, interpretasi hubungan antara produksi dan teks, eksplanaasi, hubungan antara teks dengan proses sosial. Ketiganya saling berkaitan dan membentuk sebuah makna dibaliknya.

Analisis wacana Norman Fairclough merupakan sebuah model analisis yang berusaha mengkombinasikan antara tekstual dengan konteks masyarakat yang lebih luas (sosial budaya). Sehingga dalam hal ini yang menjadi titik perhatiannya ialah melihat bahasa dari praktik kekuasaan.16 Pada konsep ini, Fairclough membagi analisis wacana menjadi tiga dimensi. Dikatakan analisis wacana tiga dimensi karena analisis ini terdiri dari teks, discourse practice dan

sosciocultural practice.17

16

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 285 17

(27)

Gambar 1

Kerangka Analisis Wacana Tiga Dimensi Fairclough 18

Proses Penafsiran

Pada tahap teks (mikro), sebuah teks dianalisis secara linguistik. Hal ini terkait dengan penggunaan diksi hingga koherensi antar kalimat. Tahap ini biasanya bertujuan untuk melihat bagaimana sebuah gagasan dalam teks yang merujuk pada muatan sebuah ideologi.

Tahap discourse practice (interpretasi/ meso), sebuah pemberitaan yang dihubungkan berdasarkan proses produksi dan konsumsi teks.19 Dalam hal tersebut terbentuknya sebuah wacana tak terlepas dari peran orang-orang yang berdiri dibelakang sebuah institusi media. Serta kebijakan redaksional.

Tahap sosciocultural practice (makro), sebuah dimensi yang berkaitan dengan konteks di luar teks. Hal tersebut berkaitan pada faktor sosial, budaya, politik, ideologi atau ekonomi yang melingkupi media tersebut. Sociocultural practice

18

Fairclough, Norman,Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language, (United State:Longman Publishing, 1995), h. 98

19

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 287 Proses Penghasilan

Pendeskripsian/Mikro (Analisis Teks) (APA)

Teks

Interpretasi/Meso (Analisis Produksi) (BAGAIMANA)

(28)

menggambarkan bagaimana kekuatan yang ada dapat memaknai dan menyebarkan ideologi kepada masyarakat.20

Penulisan dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka sistematika penulisan terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan penyusunan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas mengenai teori performa komunikatif, konseptualisasi hiperealitas, konseptualisasi citra, analisis wacana, media online, konseptualisasi pemberitaan dan konseptualisasi pemilu.

20

(29)

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini berisikan mengenai profile dari media online

Detikcombaik itu sejarahDetikcom, perkembangan Detikcom,visi dan misi Detikcom, struktur organisasi dan struktur redaksional.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS LAPANGAN

Pada bab ini menerangkan analisa peneliti meliputi : analisa teks, analisa discourse practice, sociocultural practice dalam pemberitaan terkait dengan perubahan slogan dan metamorfosis Partai Keadilan Sejahtera pada media online Detikcom dan interpretasi penelitian yang dihubungkan dengan argumentasi serta teori-teori yang terdapat pada bab dua.

BAB V PENUTUP

(30)

18

LANDASAN TEORI

A. Teori Performa Komunikatif

Setiap orang yang hidup berorganisasi tentunya memiliki sebuah ikatan yang kuat baik antara setiap anggota maupun dengan organisasi itu sendiri. Penanaman nilai-nilai dan moral yang ditanamkan oleh sebuah organisasi memberikan pengaruh yang kuat pada diri seseorang. Sehingga tak jarang dari sebuah organisasi tersebut menciptakan budaya tersendiri bagi para anggotanya.

Untuk memahami kehidupan organisasi, Michael E. Pacanowsky dan Nick O‟Donnell-Trujillo mengonseptualisaikan melalui teori budaya organisasi. Dalam

hal ini, Pacanowsky dan Trujillo menyatakan bahwa budaya bukanlah hal-hal yang mengacu pada latar belakang individu (ras, etnis), melainkan sebuah cara hidup dalam berorganisasi. Hal ini berkaitan dengan psikologis, emosional, sikap, seluruh simbol (tindakan, rutinitas, percakapan) individu dalam organisasi.1

Budaya organisasi terbentuk oleh adanya interaksi atau bentuk komunikasi yang diciptakan oleh setiap individu didalamnya. Sehingga membentuk sebuah pola yang nyata yang berasal dari beragam individu. Melalui pola atau jaring-jaring tersebut, terbentuklah sebuah ikatan antara sesama anggota organisasi. Hal ini dinyatakan oleh Pacanowsky dan Trujillo yang mengadopsi pemikiran dari Clifford Geertz, menyatakan bahwa jaring-jaring budaya organisasi tidak muncul begitu saja melainkan dibangun melalui kegiatan komunikasi. Setiap individu

1

(31)

yang heterogen didalamnya memiliki peran yang nyata dalam menyumbangkan sebuah ide guna membentuk sebuah makna bersama.2

Untuk melihat jaring-jaring yang dibentuk oleh individu dalam sebuah organisasi, hal yang perlu diperhatikan yaitu performa komunikatif. Menurut Pacanowsky dan O‟Donnell Trujillo, performa merupakan metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Aspek citra dan agenda kerja merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dari performa.3

Dalam penggunaannya, performa komunikatif terbagi menjadi beberapa poin, diantaranya 4 :

1. Performa Ritual

Sebuah performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan terjadi berulang di sebuah organisasi. Performa ritual sendiri terbagi atas empat jenis, yaitu :

Pertama, ritual personal yakni mencakup semua hal yang yang dilakukan seseorang secara rutin. Kedua, ritual tugas yakni perilaku rutin yang dikaitkan dengan pekerjaan seseorang untuk membantu menyelesaikan tugas. Ketiga,

ritual sosial yakni rutinitas verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain. Keempat, ritual organisasi yakni sebuah jenis kegiatan yang diikuti oleh seluruh kelompok kerja dalam sebuah organisasi secara teratur.

2

Morissan,Teori Komunikasi Organisasi, h. 102

3

Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, (Jakarta: PT Lasswell Visitama, 2011), h. 152

4

(32)

2. Performa Hasrat

Rangkaian cerita atau kisah-kisah mengenai organisasi yang sering kali diceritakan secara antusias oleh para anggota organisasi dengan orang lain. Dalam hal ini, anggota sebuah organisasi menceritakan hal-hal yang menarik dalam organisasinya kepada orang lain. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kesan baik pada suatu organisasi.

3. Performa Sosial

Perpanjangan sikap santun dan kesopanan untuk mendorong kerja sama di antara anggota organisasi. Biasanya performa ini dilakukan untuk meningkatkan kerja sama antar sesama anggota organisasi. Sebagai contoh, menerapkan budaya menyapa antar sesama anggota organisasi agar terjalin kesan keakraban.

4. Performa Politis

Perilaku organisasi yang mendemostrasikan kekuasaan atau kontrol. Biasanya performa jenis ini memiliki sebuah tujuan untuk memengaruhi orang lain. Selain itu, performa ini secara khusus melibatkan tidakan yang dirancang untuk memosisikan seseorang dengan cara-cara tertentu dalam organisasi karena alasan politis. Biasanya ketika anggota organisasi melakukan performa politik maka mereka pada daasarnya menunjukan keinginan untuk mempengaruhi anggota lain. Hal ini biasanya terjadi akibat adanya rasa ketidakpuasaan pada sebuah keadaan.

5. Performa Enkulturasi

(33)

pengajaran budaya organisasi oleh salah satu anggota organisasi kepada anggota lain menjadi prioritas utama.

Teori yang dipaparkan oleh Pacanowsky dan Trujilo diatas merupakan teori yang digunakan untuk melihat bagaimana proses komunikasi yang dilakukan dalam sebuah organisasi agar dapat tetap terjaga kesolidan dan membangun kerjasama antar sesama anggota organisasi.

B. Konseptualisasi Hiperealitas

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata hipermemiliki arti “di atas,

berlebihan, di luar atau terlampau”.5 Istilah hiper-realitas media (hyper-reality of media) digunakan oleh Jean Baudrillard untuk menjelaskan perekayasaan (dalam pengertian distorsi) makna di dalam media. Hiperealitas media menciptakan sebuah kondisi yang sedemikian rupa, sehingga di dalamnya seluruhnya dianggap lebih nyata daripada kenyataan; kepalsuan dianggap lebih benar daripada kebenaran; isu lebih dipercaya ketimbang informasi; rumor dianggap lebih benar ketimbang kebenaran.6

Perkembangan hiperealitas tak telepas dari peran teknologi. Jika dilihat dari penguasaan teknologinya, media merupakan salah salah satu aktor penting dalam pembentukan hiperealitas, khususnya bagi pembentukan citra. Hal ini dapat terlihat saat jelang pemilu. Para peserta pemilu berusaha membentuk citra dihadapan publik untuk menarik simpatik massa. Para elit politik mengkontruksikan sebuah peristiwa negatif di massa lalu dan digantikan oleh

5

Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna, (Bandung : Jalasutra,2004), h. 49

6

(34)

peristiwa positif dihadapan khalayak. Sehingga persepsi masyarakat dalam proses stimulus akan pandangan seorang elit politik menjadi kabur.

Baudrillard dalam simulations, menjelaskan bahwa penciptaan model-model kenyataan yang tanpa asal-usul atau referensi realitas. Dalam konteks media, simulasi adalah penciptaan realitas media yang tidak lagi mengacu pada realitas dunia nyata sebagai referensinya, sehingga realitas kedua yang referensinya adalah dirinya sendiri, yang disebut simulacrum (simulacrum).7 Secara sederhana dinyatakan, bahwa sebuah simulasi akan nyata, sedangkan realitas seakan-akan hanya sebuah representasi atau simulasi semata.

Dalam pembentukan sebuah citra dihadapan khlayak, biasanya para elit politik mempergunakan tiga cara, yaitu 8 :

1. Pemilihan Biner

Pemilihan Biner merupakan tahap awal yang digunakan oleh elit politik menekankan penggunaan bahasa dalam menghantarkan makna untuk menstrukturkan sebuah realitas.

2. Simulasi Realitas

Simulasi realitas merupakan sebuah tindakan yang bertujuan membentuk persepsi yang cenderung palsu. Pada simulasi realitas, pembentukan citra hiperealitas memiliki dua sifat dominan, yaitu :

a. Reality by proxy

Sebuah keadaan dimana seseorang secara sadar tidak mampu membedakan antara realitas dan fantasi. Biasanya elit politik

7

Yasraf Amir Piliang, Post Realitas; Realitas Kebudayaan dalam Era Post-Metafisika, h. 76

8

(35)

membentuk citra mengkaburkan realitas dihadapan khlayak, seperti mengklamufase kasus korupsi sebelumnya, dengan sikap membela aksi memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya. b. Solusi imajiner

Proses menjadikan sesuatu yang non-empiris, serta menyampaikan kesan melalui kecanggihan teknologi, sehingga menjadi fakta yang dapat dirasakan oleh publik. Seperti, iklan, publisitas di media.

3. Logosentrisme

Dalam logosentrisme, Jean Baudlliard menemukakan empat tahap dalam proses pencitraan elit politik, diantaranya9 ; Pertama, representasi di mana citra merupakan cermin suatu realitas. Kedua, ideologi di mana citra menyembunyikan dan memberi gambar yang salah akan realitas. Ketiga, citra menyembunyikan bahwa tidak ada realitas. Keempat, citra tidak ada hubungan sama sekali dengan realitas apa pun.

Dalam hal ini dapat terlihat bagaimana sebuah media membentuk sebuah citra. Sebuah informasi yang riil dapat tergantikan oleh sebuah simulasi semata. Hal ini menimbulkan sebuah efek bagi khalayak yaitu mereka tidak lagi dapat membedakan antara kebenaran dan kepalsuan, antara isu dan realitas. Oleh karena itu, hal terpenting dalam melakukan sebuah hiperealitas biasanya media melakukan permainan bahasa dan teknologi. Sehingga dapat membentuk sebuah kekuatan kebenaran pada pesan tersebut.

9

(36)

Pesan yang dihadirkan oleh seorang komunikator (pejabat politik) dengan menggunakan media, memberikan sebuah efek dalam pembentuk opini publik. Sebuah pesan tersebut, diberikan secara terus menerus kepada khalayak, sehingga pesan tersebut secara sadar mengendap pada khalayak. Hal ini dijelaskan oleh Gebner yang menyatakan bahwa posisi media massa dan realitas sesungguhnya menghasilkan koherensi yang powerfull dimana pesan media mengkultivasi secara signifikan. Perisitiwa tersebut disebut konsep resonansi.10

C. Konseptualisasi Citra

Citra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa Inggris. Pada hakikatnya citra didefinisikan sebagai kontruksi atas representasi dan persepsi khalayak terhadap individu, kelompok, atau lembaga yang terkait dengan kiprahnya dalam masyarakat. Citra pun diartikan sebagai cara anggota organisasi dengan melihat kesan atau persepsi yang ada dibenak orang.11

Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra merupakan gambaran seseorang terhadap seorang individu atau kelompok. Dalam membentuk sebuah citra, tak terlepas dari sebuah proses yang sering disebut pencitraan. Pencitraan ialah proses pembentukan citra melalui informasi yang diterima oleh khalayak secara langsung atau melalui media sosial atau media massa.

Jika berbicara mengenai politik, sebuah citra dapat dikaitkan dengan pembentukan persepsi khalayak terhadap seorang figur atau kelompok tertentu dengan menanamkan sebuah nilai dan kepercayaan melalui media massa sehingga

10

Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik, h. 169

11

(37)

dapat membentuk opini publik. Dalam pembentukan sebuah citra politik tak terlepas dari peran media dan para komunikator (politikus). Media merupakan alat yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan politik yang disampaikan oleh komunikator. Sementara peran dari komunikator (politikus) ialah berusaha menciptakan citra melalui komunikasi politik dengan tujuan memperoleh dukungan publik.

Penggunaan media merupakan alat yang terpenting. Kecanggihan peralatan yang dimiliki oleh media memberikan kemudahan dalam pencitraan. Mohammad Sobary menyatakan bahwa IPTEK dapat membuat seseorang tampak lebih unggul dari yang lain. Dalam hal ini media sebagai alat komunikasi mampu memanipulasi jiwa dan perilaku manusia sesuai kehendak pemesan. Ilmu manipulatif ini dapat membuat seorang tokoh yang otoriter menjadi seolah-olah begitu demokrasi dan peduli terhadap kemanusiaan.12

Dalam kacamata ilmu komunikasi modern, media tidak saja berfungsi sebagai mediator penyampaian berita, tetapi sebagai sarana pembentukan citra politik.13 Media massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Hal ini terlihat dari pemilahan isu-isu yang ditampilkan pada khalayak. Media massa memasukkan perhatian terhadap isu-isu tertentu. Seluruh hal tersebut tak terlepas dari peran pemilik dan orang yang berpengaruh dalam pembentukan berita pada sebuah media.

12

Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 274-275

13

(38)

D. Analisis Wacana

1. Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana merupakan salah satu metode penelitian yang bersinggungan dengan pemakaian bahasa. Secara strukturnya, sebuah wacana terbentuk tidak hanya melalui deretan kata ataupun kalimat saja. Unsur kesatuan dan kepaduan kalimat merupakan hal terpenting dalam pembutan sebuah wacana. Sebagian besar wacana yang terbentuk menyimpan sebuah makna tertentu. Oleh karena itu, ilmu kebahasaan merupakan hal yang terpenting untuk mengungkapkan makna dibalik sebuah wacana.

Istilah wacana saat ini berasal dari bahasa Latin yaitu kata discursus yang berarti “lari kian-kemari”. Secara sederhana, wacana ialah cara objek atau ide

diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas.14 Menurut Samsuri, wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri dari seperangkat kalimat yang memiliki kesinambungan dengan kalimat lainnya.15

Berdasarkan dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa wacana ialah seperangkat kalimat yang tersusun mengenai sebuah peristiwa dengan memperhatikan aspek kesatuan dan kepaduan tata bahasa yang dipublikasikan kepada khalayak sehingga memberikan pemahaman tertentu.

14

Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2012), h. 11 15

(39)

Bahasa merupakan aspek utama dalam analisis wacana. Beragam pandangan mengenai makna bahasa pun disampaikan oleh beberapa kaum, seperti 16 :

a. Positivis

Pada pandangan ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa adanya kendala atau distorsi, selama ia dinyatakan menggunakan pengalaman empiris dan logis.

b. Konstruktivis

Pada pandangan ini, dipengaruhi oleh pikiran fenomenologi. Bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampainya. Dalam pandangan ini, subjek sebagai aktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Bahasa dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan.

c. Kritis

Pada pandangan ini, bahasa tidak dipahami sebagai medium yang netral melainkan sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategis di dalamnya. Dengan demikian wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai representasi yang terdapat dalam masyarakat.

16

(40)

Dalam perkembangannya, analisis wacana pun mengerucut menjadi analisis wacana kritis. Para teorektikus kritis, memusatkan perhatiannya pada bagaimana kekuasaan, penindasan dan hak istimewa dihadirkan pada sebuah wacana.17 Analisis wacana kritis merupakan sebuah kajian yang membahas mengenai struktur kalimat yang dipengaruhi oleh adanya kekuatan proses produksi dan faktor luar produksi. Dalam hal ini wacana diumpamakan sebagai representasi dalam membentuk subjek tertentu pada sebuah peristiwa.

Pendekatan utama analisis wacana kritis ialah praktik kekuasaan. Pada kajiannya, sebuah wacana dipandang sebagai pesan yang dibentuk atas dominasi kelompok tertentu. Sebuah wacana terbentuk memiliki sebuah tujuan tertentu yaitu mempengaruhi khalayak dengan merepresentasikan sebuah peristiwa.

2. Analisis Wacana Norman Fairclough

Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis memperlihatkan bagaimana penggunaaan bahasa, baik dalam lisan maupun tulisan sebagai bentuk praktik sosial.18 Disini, bahasa dapat dilihat sebagai sebuah alat pengungkapan makna yang secara tersirat. Pengungkapan tersebut dapat terlihat dari permainan kata yang digunakan, koherensi kalimat satu dengan yang lain, serta pemilihan narasumber.

Dalam kajian analisis wacana, Fairclough memperkenalkan model analisis wacana yang disebut sebagai model tiga dimensi. Tiga dimensi tersebut dapat menerangkan mengenai; Pertama, deskripsi dari teks, dimana adanya

17

Stanley J Baran dan Dennis K Devis, Teori Komunikasi Massa Edisi 5, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 16

18

(41)

keterkaitan antara intpretasi dari proses hubungan dengan teks. Kedua, interpretasi ; yang bertujuan ingin melihat kaidah-kaidah apa yang digunakan dalam pembetukan sebauh wacana. Ketiga, penjelas; yang bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan proses produksi dengan konteks sosialnya dalam pembuatan sebuah wacana.19

Sehingga bila dilukiskan kerangka penelitian yang harus dilakukan oleh peneliti untuk menggunakan analisis wacana Fairclough ini sebagai berikut :

Tabel 2 Kerangka Analisis 20

Tingkatan Metode

Teks Critical Linguistic

Discourse Practice Wawancara mendalam dengan bagian redaksional

Sociocultural Practice Studi pustaka

a. Teks

Pada tahap ini sebuah teks dipandang tidak hanya menunjukkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan.21 Pada dimensi teks, yang dikaji ialah analisis linguistik, melihat kosakata, semantik, tata kalimat, koherensi, kohesivitas, bagaimana antarkata atau kalimat tersebut digabungkan sehingga membentuk pengertian tertentu. Analisis teks terdiri dari tiga unsur, yaitu:

1) Representasi adalah bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi keadaan atau apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

19

Norman Fairclough, Kesadaran Bahasa Kritis, (Semarang : IKIP Semarang Press, 1995), h. 12-13

20

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 326 21

(42)

2) Relasi adalah bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Pada tahap ini, sisi kedekatan dari media dengan pihak tertentu melalui teks. 3) Identitas adalah bagaimana identitas wartawan ditampilkan dan

digambarkan dalam teks pemberitaan. Pada tahap ini, dapat terlihat bagaimana wartawan menempatkan posisinya.

Dalam tahap teks, Fairclough juga menyisipkan gagasan mengenai intertekstualitas dalam sebuah wacana. Intertekstualitas ialah sebuah istilah dimana teks dan ungkapan dibentuk oleh teks yang datang sebelumnya, saling menanggapi dan salah satu bagian dari teks tersebut mengantisipasi lainnya.22 Interstektualitas digunakan untuk menghadirkan bagaimana wartawan menghadapi beragam pendapat dari banyak pihak dan dihadapkan oleh pendapatnya sendiri yang ditampilkan dalam teks berita. Intertekstualitas dalam berita dapat diketahui dari pengutipan sumber berita atau narasumber dalam berita.

b. Discourse Practice

Discourse Practice ialah memusatkan perhatian pada bagaimana produksi dan konsumsi teks. Hal ini berkaitan dengan praktik produksi sebuah teks berita di media. Selain itu berkaitan dengan bagaimana teks tersebut dikonsumsi oleh khalayak. Untuk mengetahui itu semua, terdapat tiga faktor penting. Pertama, dari sisi individu wartawan itu sendiri. Kedua, bagaimana hubungan antara wartawan dengan dengan struktur organisasi media yang lain

22

(43)

(team redaksi). Ketiga, praktik kerja, mulai dari pencarian berita, penulisan, editing hingga dipublikasikan.

c. Sociocultural Practice

Sociocultural Practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Oleh karena itu, pada analisis ini ruang redaksi maupun wartawan bukanlah kotak kosong yang steril melainkann ditentukan oleh faktor luar di luar dirinya.

Dalam hal ini, Fairclough membuat tiga level socialcultural practice, yaitu; Pertama, situasional yaitu sebuah teks terlahir karena adanya situasi tertentu, sehingga teks tersebut berbeda dari yang lain. Kedua, instituasional yaitu sebuah teks terlahir dipengaruhi adanya peran institusi organisasi. Institusi ini biasanya berasal dari dalam diri media sendiri atau faktor eksternal media. Ketiga, sosial yaitu sebuah teks terlahir karena adanya perubahan sosial masyarakat setempat.23

E. Media Online

Diabad informasi saat ini, disinyalir sebagai era perkembangan media online. Kepraktisan merupakan salah satu sifat yang menjadikan media online sebagai komoditi utama bagi masyarakat dalam memperoleh informasi saat ini. Menurut John M Echols dan Hasan Sadily dalam Kamus Inggris Indonesia, menyatakan

23

(44)

kata online terdiri atas dua suku kata, yakni on dan line. On berarti sedang berlangsung. Sementara line mengandung arti garis, barisan, saluran.24

Media online adalah salah satu saluran informasi yang disebarluaskan melalui internet. Awalnya banyak yang mengira media online merupakan bagian dari media elektronik, namun para pakar memisahkan. Alasannya ialah dalam media

online terdapat penggabungan antara media cetak dan media elektronik.25

Walaupun kehadirannya belum terlalu lama, media online tergolong memiliki pertumbuhan yang spektakuler. Bahkan sebagian besar masyarakat saat ini lebih menggemari media online. Menurut John Vivian, keberadaan media baru seperti internet ini dapat melampaui penyebaran pesan melalui media tradisional. Hal ini dikaitkan dengan sifat internet yang dapat berinteraksi secara real time tanpa mengidahkan jarak.26

Adapun beberapa keunggulan media online, diantaranya adalah 27:

1. Media online merupakan salah satu jenis media yang memiliki sifat yang khas. Kekhasan tersebut terletak pada penggunaan teknologi yang bersifat

up to date, real time, dan praktis.

2. Tak hanya menggunakan komputer, laptop yang telah terpasang internet saja, melainkan melaui ponsel pun kita dapat mengakses informasi yang dibutuhkan.

3. Pembaca media online dapat memberikan tanggapan secara langsung terhadap berita-berita yang disajikan dengan mengetik di kolom yang telah disajikan, tanpa harus mengirim surat pembaca pada redaksi.

24

John M Echols dan Hasan Sadily,Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia,2005), h. 404

25

Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor :Ghalia Indonesia, 2010), h. 32-33

26

Rulli Nasrullah, Cyber Media, (Yogyakarta: Idea Press, 2013), h. 17

27

(45)

Di Indonesia, perkembangan media online saat ini cukup signfikan. Asian Intelligence An Independent Fortnightly Report on Asian Business and Politics

menyatakan bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia pada tahun 2011 telah

mecapai 22,9%. Selain itu, maraknya penggunaan smartphone di Indonesia sangatlah

tinggi. Pada tahun 2011 saja penetrasi telpon seluler di Indonesia mencapai 63,2%.28

Selain hal tersebut, kebangkitan media online di Indonesia juga tergambar dari

maraknya portal-portal pemberitaan, seperti detik.com, okezone.com, vivanews.com.

Bahkan media cetak maupun elektronik kini memfasilitasi dengan media online,

seperti kompas.com, republikaonline.com, tempo.co.id, metrotvnews.com dan

liputan6.com.

Oleh karena itu, para pemilik media yang awalnya hanya melirik media cetak dan

elektronik, kini mulai beranjak pada media media online. Hal tersebut dirasakan

sangat menguntungkan para pemilik media online. Tak hanya menguntungkan dari

segi ekonomi saja, melainkan dapat pula membentuk opini publik melalui

pemberitaan yang ditampilkan di media online miliknya.

F. Konseptualisasi Berita 1. Definisi Berita

Berita (news) berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Vrit (persamaan dalam bahasa Inggris dapat dimaknai denggan write) yang artinya „ada‟ atau

„terjadi‟. Sebagian ada yang menyebutnya Vritta, artinya “kejadian” atau

“peristiwa yang telah terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia berarti „berita

atau warta‟.29

28

Asian Intelligence An Independent Fortnightly Report on Asian Business and Politics, “Internet and Social Networking as Forces for Political Change, 23 Februari 2011, h. 8

29

(46)

Menurut Michael V.Charnley dalam Reporting (1965) menegaskan, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk. Menurut Williard C.Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing menyatakan bahwa berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena dia menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.30

Bila melihat dari media yang digunakan, sebuah berita terlahir bukan hanya melalui pers “tradisional” semata. Perkembangan zaman yang

diimbangi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih melahirkan pers yang semakin “modern”. Sehinggga media tak sebatas media cetak saja,

melainkan terdapat media elektronik dan media online.

Hal ini diungkapkan oleh AS Haris Sumadiria dalam Jurnalistik Indonesia menyatakan bahwa berita ialah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media

online internet.31

2. Jenis-Jenis Berita

Pada penulisan berita, wartawan dapat membentuk berita tersebut dengan beragam jenis. Dalam proses penulisan berita ini, biasanya disesuaikan dengan kemamupan wartawan. Pembagian jenis berita dipakai untuk membedakan

30

AS Haris Sumadiria,Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 64

31

(47)

jenis isi berita dan subjek peristiwa. Adapun jenis-jenis berita menurut Rivers, yaitu32 :

a. Straight News adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Sifat tulisan ini adalah padat, singkat, jelas memenuhi kaidah penulisan berita yaitu 5W+1H. Tulisan ini biasanya memudahkan pembaca dalam menerima informasi karena terkonsep pada piramida terbalik. b. Dept News adalah laporan yang ditulis oleh wartawan dengan cara

menghimpun informasi yang berupa fakta-fakta guna pengembangan peristiwa yang akan dijadikan berita. Biasanya peristiwa yang dijadikan berita tidak harus peristiwa yang masih baru. Dengan pola seperti ini, berita yang sudah lampau dapat menjadi berita yang baru karena wartawan menambahakan fakta-fakta baru.

c. Interpretative Report adalah sebuah berita yang biasanya memfokuskan pada sebuah peristiwa yang kontroversial. Dalam hal ini wartawan menganalisis dan menjelaskan mengenai peristiwa tersebut. Sehingga tak jarang publik mengenggapnya sebuah “opini”, karena

wartawan berusaha menuangkan fakta-fakta yang diperoleh dari narasumber.

d. Investigative Reporting adalah jenis berita yang berisakan peristiwa yang kontroversial. Pada proses pembuatannya, wartawan melakukan sebuah penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi. Biasanya proses penyelidikan ini bersifat tersembunyi.

32

(48)

e. Feature adalah sebuah jenis tulisan yang ditullis oleh wartawan dengan memaparkan sebauh peristiwa dengan gaya tulis yang khas. Tulisan ini biasanya wartawan lebih leluasa memaparkan sebuah peristiwa dengan bahasa yang dapat menarik perhatian khalayak. Jenis berita ini sebuah peristiwa dibentuk secara menarik dan member efek santai dalam membacanya.

3. Nilai-nilai sebuah Berita

Bila diamati, kehidupan seperti kumpulan peristiwa. Setiap harinya, berbagai peristiwa yang terjadi selalu muncul di media. Namun terdapat beberapa peristiwa yang dapat dikatakan sebuah berita. Tak semua peristiwa yang ada di dunia ini dapat di katakana sebuah berita. Untuk itu, media mematok sebuah peristiwa yang dapat menjadi sebuah berita berdasarkan nilai sebuah berita. Menurut Brian S Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen dan Don Ranly dalam news reporting and editing menyatakan terdapat sembilan nilai berita, yaitu33:

a. Aktual (Timeliness)

Berita yang sedang atau baru saja terjadi. Aktual terbagi menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif. Aktual secara objektif berkaitan dengan peristiwa yang benar-benar baru saja terjadi. Sementara actual secara subjektif berkaitan dengan waktu pembaca membaca berita tersebut. b. Keluarbiasaan (Unusualness)

Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang di luar nalar atau tidak biasanya.

33

(49)

c. Akibat (Impact)

Berita adalah yang memiliki dampak luas. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa sebuah peristiwa yang memliki dampak yang luas dikatakan berita. d. Kedekatan (Proximity)

Berita adalah sesuatu yang dekat, baik psikologis maupun geografis. Hal tersebut berkaitan dengan aspek kedekatan pada pembacanya.

e. Informasi (Information)

Berita adalah informasi. menurut Wilbur Schramm, informasi adalah hal yang bisa menghilangkan ketidakpastian.

f. Konflik (Conflict)

Berita adalah konflik atau pertentangan. Hal ini berkaitan dengan perseteruan dan dan persaingan antar dua pihak yang bertikai. Keadaan tersebut patut untuk di beritakan karena mempunyai efek dramatis di masyarakat.34

g. Orang yang penting (Public figure/ news maker)

Berita adalah tentang orang-orang penting yang menjadi figur publik, sehingga apa yang dilakukannya atau apa yang terjadi pada dirinya menarik perhatian publik untuk tahu.

h. Kejutan (Surprising)

Berita adalah kejutan, yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan, saat sebelumnya hampir tidak mungkin terjadi.

34

(50)

i. Ketertarikan (Human interest)

Human Interest jika diartikan berarti menarik minat orang. Sehingga berita yang mengandung hal-hal yang menggetarkan hati, menggugah perasaan dan mengusik jiwa para pembacanya diharapkan dapat menarik minat orang.

j. Seks (Sex)

Berita adalah informasi seputar seks yang terkait dengan perempuan. Berita ini biasanya berkaitan dengan sebuah skandal hubungan.

G. Konseptualisasi Pemilu

Pemilihan Umum atau Pemilu merupakan salah satu pesta demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin negara. Proses Pemilu dilakukan oleh rakyat dengan memilih wakil rakyat atau pemimpin negara dengan menjunjung asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Hal ini dinyatakan pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 pasal 1 tentang pemilihan umum.

“Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”35

Pemilu merupakan salah satu tujuan akhir para elit politik dalam melakukan komunikasi politik kepada masyarakat. Keberhasilan komunikasi politik yang dilakukan oleh para elit politik dapat diukur dari perolehan suara yang diperoleh di pemilu.

35

(51)

Setiap negara di dunia memiliki pola pemerintahan yang berebeda-beda. Hal ini memberi pengaruh pada sistem Pemilu yang digunakan. Secara garis besar, sistem Pemilu yang digunakan di dunia terbagi menjadi dua bagian, yaitu36 :

1. Sistem proposional adalah bentuk penerapan prinsip multi-member constituency atau satu daerah peilihan memilih beberapa orang wakil. Gambaran umum sistem ini ialah partai politik mencalonkan banyak kandidat pada daerah pemilih. Kemudian masyarakat tidak harus memilih nama kandidat partai tersebut, melainkan cukup memilih gambar partai politiknya saja.

2. Sistem non-proposional ialah penerapan sistem single-member constituency atau satu daerah pemilihan, memilih satu wakil saja. gambaran umum sistem ini ialah seorang kandidat yang dicalonkan oleh partai politik, dan masyarakat yang sudah memenuhi syarat untuk memberikan hak pilihnya dapat memilih foto kandidat partai. Kandidat dengan perolehan suara terbanyak, dialah pemenangnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, adapula negara-negara yang menggabungkan kedua sistem tersebut. Dalam hal tersebut, sistem pemilihannya ialah setiap pemilih memiliki dua suara, yaitu pemilih memilih calon atas dasar distrik dan pemilih memilih partai atas dasar sistem proposional. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi efek distorsi. Selain hal tersebut, negara-negara yang memiliki multi partai biasanya membuat peraturan terbaru yaitu electoral threshold.

Sistem proposional merupakan sistem Pemilu yang digunakan oleh Indonesia. Sistem ini merupakan warisan dari kolonial Belanda yang sempat menjajah

36

(52)

Indonesia. Sistem ini digunakan oleh Indonesia mulai dari masa demokrasi parlementer (1945-1959) hingga massa demokrasi Pancasila (1965-1998). Di massa demokrasi parlementer, sistem proporsional mengalami beberapa pembaharuan. Pembaharuan ini terlihat dari sistem pembatasan jumlah partai yang mengikuti Pemilu. Pada massa demokrasi parlementer, partai yang mengikuti sebanyak 27 partai. Pada massa demokrasi Pancasila memberlakukan fusi bagi partai. Pemberlakuan sistem fusi ini menghadirkan tiga golongan partai besar yaitu Golongan Spiritual (PPP), Golongan Nasionalis (PDI), dan Golongan Karya (Golkar).

Sistem Pemilu yang dilakukan di Indonesia selama ini mulai diperdabatkan pada massa reformasi (1998-1999). Hal ini dapat terlihat dari beragam tulisan, artikel yang mulai mempertanyakan sistem Pemilu yang berimbas pada lemahnya peran legislatif dibandingkan eksekutif, serta ketidakmampuan sistem politik dalam membangun demokrasi selama ini. Hal ini didasari dari sistem kepartaian pola recruitment legislatif yang tidak efektif. Oleh karena itu sistem Pemilu di massa ini diubah. Pada massa reformasi dibuka kesempatan kembali untuk mendirikan partai baru. Sehingga pada tahun 1999 diikuti 48 partai.

Dampak dari Pemilu 1999 ini dapat dirasakan pada Pemilu 2004. Di tahun 2004 telah diberlakukan pemilihan Presiden dan Wakil presiden secara langsung oleh Rakyat, yang sebelumnya dipilih oleh MPR. Selain hal itu, pembentukan suatu badan baru yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD), yang berfungsi mewakili kepentingan daerah khusus. Kemudian adanya peraturan “electoral

Gambar

Tabel 4 Analisis Teks Berita yang Berjudul, “Berganti Nama, Partai Dakwah Menuai Berkah”, edisi Selasa, 23 Juli 2013 16:23 WIB………………………… 59
Gambar 2 Alur Pemberitaan di Detikcom hingga ke Khalayak………………. 94
Tabel 1  Hasil Survei Tingkat Elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera Di
Gambar 1
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil analisis proksimat untuk melihat kadar air, protein, lemak, karbohidrat dan abu pada kolagen kering menunjukkan nilai lebih baik terdapat pada sampel kolagen sisik

Kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan pengelolaan barang bukti hasil sitaan yaitu adanya pejabat polisi yang diduga telah melanggar kode etik kepolisian,

Untuk itu, apabila kepala desa dan perangkat desa Tirta Kencana tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka kemungkinan besar aparatur desa di Kantor

Menurut penulis, berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, penulis sependapat bahwasanya upaya penanggulangan tindak pidana korupsi penyalahgunaan wewenang dalam

Komunikasi data merupakan suatu tekhnologi yang dapat membawa data atau informasi dari suatu tempat ke tempat lain dengan media kabel, maupun nirkabel,

Disamping tidak dicantumkannya secara tegas asas-asas umum pe nye- lenggaraan bangunan gedung dalam batang tubuh, pengaturan sanksi dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok

Adapun variabel-variabel akuntansi yang digunakan adalah dividend payout, asset size, earnings variability, total asset turn over, dan asset growth, dengan tujuan untuk

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibuatlah aplikasi Bank Soal Try Out beserta pembahasannya yang dibuat untuk mempermudah peserta didik khususnya siswa/i sekolah dasar