80
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di kota Bandng pada tanggal 1 Mei 1992, penulis diberi nama Purwosetiono dengan panggilan tyo oleh pasangan suami istri Sukarwadi dan Semi Lestary. Saat ini penulis tinggal bersama kedua orang tua dan di Kebon Bibit, Bandung.
Riwayat pendidikan penulis dimulaidari TK Pertiwi Istri Bandung pada tahun 1997-1998, SD Pertiwi Bandung pada tahun 1998-2004, SMPN 16 Bandung pada tahun 2004-2007 dan SMA Sumatra 40 Bandung pada tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Komputer Indonesia pada tahun 2010 dengan program studi DIII Akuntansi .
Nama : Purwosetiono
Tempat,Tanggal,Lahir : Bandung, 01 Mei 1992 Jenis Kelamin : Laki- laki
Tinggi Badan : 170 Cm
Berat Badan : 70
Golongan Darah : B
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Telepon : 022-2511667 (HP) 08562048076
Nomor Ktp : 105007010592001
Alamat : Jl.Pelesiran no34a/58 Bandung
E-Mail : tio_ion_mills@yahoo.co.id
Pendidikan Formal : - SD Pertiwi,Bandung - SMPN 16,Bandung
- SMA SUMATRA 40,Bandung
- D3 Akuntansi Universitas Komputer Indonesia
Hobi : - Menggambar
PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANDUNG
REVIEW OF LOCAL BUDGET PREPARATION PROCEDURES IN BAPPEDA BANDUNG
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Jenjang Diploma III Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
NAMA : PURWOSETIONO NIM : 21310002
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi,
Tuhan Semesta Alam, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
laporan peneitian tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada mata tugas akhir
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
Bandung. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi isi materi maupun susunan tata bahasanya dan juga tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan.
Hal ini mengingat kemampuan dan pengetahuan yang Penulis miliki sangat
terbatas untuk membuat dan menghasilkan karya tulis yang baik. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat Penulis harapkan
sebagai masukan yang sangat berharga guna perbaikan dan penyempurnaan tugas
akhir ini dan Penulis pada masa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya Penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan hingga selesainya penyusunan tugas akhir ini,
iv Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia.
4. Adi Rachmanto,S.Kom selaku Dosen Wali kelas Ak-6
5. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak, selaku Dosen pembimbing .
6. Seluruh staff Dosen pengajar Program Studi Akuntansi Universitas
Komputer Indonesia yang telah mendidik, membimbing dan membekali
penulis dengan ilmu pengetahauan.
7. Orang tua tercinta, yang telah memberikan semua cinta, kasih sayang, doa
restu dan perhatian yang tidak pernah henti-hentinya serta memberikan
semangat dan dukungan secara moral maupun materil. Terima kasih atas
pengorbanan selama ini dan juga kepada almarhum kakek saya yang tidak
sempat melihat kelulusan saya semoga beliau bangga pada saya dan
tenang berada di sisi Allah swt.
8. Pak Hilma selaku pembimbing di BAPPEDA kota Bandung
9. Seluruh staff dan karyawan di BAPPEDA kota Bandung.
10. Teman-teman kelas AK-6 yang selalu kompak dan saling membantu
dalam penyusunan laporan tugas akhir ini .
11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
v
Akhirnya Penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini bermanfaat
BAPPEDA kota Bandung, juga bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua.
Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis
secara tulus ikhlas mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin Ya
Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Juli 2013
vi
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.4.1 Maksud Penelitian ... 6
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Lokasi dan Penelitian ... 7
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 7
1.5.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9
2.1.1 Anggaran ... 9
vii
2.1.1.2 Dasar Hukum Anggaran ... 12
2.1.1.3 Jenis Anggaran ... 13
2.1.1.4 Karakteristik Anggaran ... 15
2.1.1.5 Manfaat dan Fungsi Anggaran ... 16
2.1.1.6 Prinsip-prinsip Anggaran ... 18
2.1.1.7 Proses Penyusunan Anggaran ... 20
2.1.1.8 Tujuan Penyusunan Anggaran ... 22
2.1.2 Belanja... 23
2.1.2.1 Definisi Belanja ... 23
2.1.2.2 Klasifikasi Belanja Daerah ... 26
2.1.3 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 27
2.1.3.1 Definisi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 26
2.1.3.2 Karakteristik Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 34
2.1.3.3 Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 36
2.1.3.4 Dasar Hukum Penggunaan Anggaran Belanja Daerah (APBD) ... 37
2.1.4 Sumber Penggunaan dan Pengeluaran Dana pada BAPPEDA ... 39
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 41
viii
3.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 44
3.3.1 Sumber Data ... 44
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA kota Bandung ... 47
4.1.1.1 Sejarah Singkat BAPPEDA ... 47
4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 50
4.1.1.3 Uraian Tugas pada BAPPEDA kota Bandung ... 51
4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 56
4.1.2 Analisis Deskriptif ... 57
4.1.2.1 Landasan Hukum Penyusunan Anggaran, Sumber Penerimaan dan Sumber Pengeluaran Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung ... 57
4.1.2.2 Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 58
4.1.2.3 Kendala dalam Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 61
4.2 Pembahasan ... 61
4.2.1 Analisis terhadap Landasan Hukum Penyusunan Anggaran, Sumber Penerimaan dan Sumber Pengeluaran Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung ... 61
ix
Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 63
4.2.3 Kendala dan Solusi Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74
5.2 Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Flowchart Penyusunan APBD ... 66
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 83
Gambar 4.1 Flowchart Penggunaan Anggaran pada BAPPEDA kota
Bandung alur PPTK ... 84
xii
Tabel Biodata Penulis ... 80
Lembar Pernyataan Hak Eksklusif ... 81
Fotokopi DPA SKPD ... 82
Fotokopi DPA SKPD 2.1 ... 83
Fotokopi DPA SKPD 2.2 ... 84
Struktur Organisasi BAPPEDA ... 85
Flowchart Penggunaan Anggaran pada BAPPEDA kota Bandung alur PPTK ... 86
77
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari Buku ;
Abdul Halim. (2010). Akuntansi Daerah Sektor Publik : Jakarta : Salemba 4.
Iwan Satibi. (2011). Teknik Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi : Ceplos.
Jonathan Sharwono. (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogya : Andi Offset.
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.
Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (2010) : Bandung.
Laporan Akuntanbilitas Instansi Pemerintah (2010) : Bandung
Moh Nazir. (2008). Metlit : Jakarta : Ghalia.
Muhammad Gade. (2009). Akuntansi Pemerentahan : Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian manajmen sistem pelipat gandaan perusahaan : Jakarta : Salemba4.
M.Nafarin. (2008). Penganggaran Perusahaan : Jakarta : Salemba 4.
Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 21 tahun 2007.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.
Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007.
Supriyono. (2000). Sistem Pengendalian Manajmen : Yogya :BPFE .
Sugiyono. (2009). Metlit Skripsi dan Tesis Bisnis : Jakarta : Rajawalipers.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik : Jakarta : Bhineka Cipta
Supriyanti. (2012). Metlit Unikom : Bandung.
Umi Narimawati, Sri Dewi anggadini,dan Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi : Genesis.
Undang-Undanh 28 Tahun 2009
Undang-Undang No.32 Tahun 2004
Undang-Undang No 32 Tahun 2004
Undang-Undang U 33 Tahun 2003 Undang-Undang No 22 Tahun 1999
Sumber dari Internet ;
id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/public-speaking/2114252-pengertian-anggaran-menurut-para-ahli/.
http://ruth-happy.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-anggaran.
http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metode-penelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anggaran
Suatu perusahaan baik perusahaan yang berskala kecil, besar maupun juga
dalam lembaga pemerintahan memerlukan perencanaan, pengkoordinasian dan
pengawasan keuangan haruslah dilakukan secara memadai. Keadaan itu
disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang ada didalam perusahaan yang
mempunyai kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Kegagalan pelaksanaan salah satu kegiatan akan mempunyai akibat terhadap
kegiatan lain yang ada dalam suatu bagian atau bahkan dengan bagian yang
lain di dalam perusahaan maka dari itu perusahaan harus melaksanakan
perencanaan, pengkoordinasian dan pengawasan dengan sebaik-baiknya dan
secara terpadu.
Anggaran dalam suatu perusahaan merupakan suatu alat yang penting
bagi manajemen. Sebab untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
direncanakan, manajemen harus dapat mengambil keputusan yang tepat
diantara berbagai alternatif yang ada. Untuk itu manajemen memerlukan alat
bantu yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan perusahaan. Selain itu anggaran merupakan fungsi yang sangat
penting kerena merupakan dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi yang lainnya.
Salah satu alat bantu yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan
2.1.2 2.1.1.1 Definisi Anggaran
Anggaran merupakan suatu rencana keuangan selama satu tahun anggaran
yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.
Menurut M. Suparmoko (2008) memberikan pengertian anggaran yaitu:
”Anggaran adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tetang
penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu
tertentu, yang biasa adalah satu tahun”
Sedangkan pengertian anggaran menurut Muhammad Gade (2008) menyatakan ”Suatu anggaran adalah rencana operasional keuangan yang mencakup
suatu estimasi pengeluaran untuk jangka waktu tertentu dan rencana
penerimaan pendapatan untuk membiayainya”.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran
adalah kegiatan keuangan, baik penerimaan maupun pengeluaran untuk periode
satu tahun anggaran.
Selain itu anggaran digunakan juga untuk mengarahkan suatu kegiatan dan
juga sebagai alat perbandingan dalam mengukur hasil pelaksanaan kegiatan,
sehingga proses pelaksanaan terkendali. Ada beberapa pengertian yang diberikan
mengenai anggaran oleh beberapa kalangan ahli. Tetapi pengertian tersebut pada
dasarnya memiliki maksud yang sama.
M Nafarin (2009:11) meyatakan bahwa:
“ Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi
11
Menurut Balidric Siregar dan Boni Siregar (2008) menyatakan bahwa
“Anggaran adalah jumlah rupiah yang direncanakan untuk aktivitas yang
dilakukan pada periode tertentu”.
Menurut pendapat Munandar (2011) menyatakan bahwa
“Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.
Dari uraian diatas maka ditarik kesimpulan bahwa anggaran adalah
rencana operasi keuangan untuk aktuvitas yang dilakukan pada periode tertentu
secara sistimetas dalam kegiatan perusahaan atau instansi tertentu.
Fungsi Anggaran dalam pelaksanaan pembukuan anggaran adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai pedoman bagi Pemerintah dalam mengelola negara untuk satu
periode dimasa yang akan datang;
2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang dipilih
Pemerintah, karena sebelum anggaran dijalankan terlebih dahulu harus
mendapatkan pengesahan dari Lembaga Perwakilan Rakyat; dan
3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan Pemerintah
dalam melaksanakan negara harus dipertanggungjawabkan pelaksanaannya
2.1.1.2 Dasar Hukum Penyusunan Anggaran
Sedemikian penting arti anggaran, secara umum hal ini diatur dalam
konstitusi suatu Negara, peraturan perundang-undangan atau dalam Standar
Akuntansi Pemerintah.
Di Indonesia anggaran diatur dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan
diimplementasikan dengan disusunnya UU APBN setiap tahun. Selain itu untuk
melaksanakan UU APBN tersebut, pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan
perundang-undangan lainnya seperti UU Pajak, UU Bea Masuk dan Cukai,
Keppres APBN dan pelaksana lainnya.
Proses penyusunan anggaran dalam sektor publik umumnya disesuaikan
dengan peraturan lembaga yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan
Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang No 25 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dan lahirlah 3 paket
per Undang-Undang, yaitu Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang keuangan
Negara, Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
Undang-Undang No 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan Negara, Undang-Undang sistem perencanaan
Pembangunan Nasional yang telah membuat perubahan mendasar dalam
penyelenggaraan Pemerintahan serta pengaturan keuangan, khususnya
13
Pada dasarnya prosedur penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan tiga cara
sesuai dengan Undang-Undang no 32 tahun 2004 :
1. Otoriter (top down)
Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan
anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan
dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikut sertaannya dalam
menyusun anggaran.
2. Demokrasi (bottom up)
Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan.
Penyusunan anggaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang sepenuhnya
diserahkan pada para karyawan.
3. Campuran (top down dan bottom up)
Dalam metode ini perusahaan menyusun anggaran yang dimulai dari atasan
yang kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan
bawahan.
2.1.1.3 Jenis Anggaran
Sebagai alat bantu manajemen, anggaran perusahaan mempunyai
lingkupan yang luas. Seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan akan terkait
dengan anggaran perusahaan tersebut. Oleh karena itu, maka anggaran perusahaan
Menurut Ellen Christina (2009) jenis-jenis anggaran dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1. “Berdasarkan ruang lingkup atau intensitas penyusunannya: a. Anggaran parsial
b. Anggaran komprehensif 2. Berdasarkan fleksilibilitasnya:
a. Anggaran tetap b. Anggaran kontinue 3. Berdasarkan periode waktu.
c. Anggaran jangka pendek d. Anggaran jangka panjang.”
Adapun penjelasan dari jenis-jenis anggaran adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan ruang lingkup atau intensitas penyusunan.
a. Anggaran parsial
Adalah anggaran yang ruang lingkupnya terbatas misalnya anggaran
untuk bidang keuangan atau produksi saja.
b. Anggaran komprehensif
Adalah anggaran dengan ruang lingkup menyeluruh, karena jenis
kegiatan meliputi seluruh aktivitas perusahaan dibidang pemasaran,
produksi, keuangan, personalia, dan administrasi.
2. Berdasarkan fleksibilitas
a. Anggaran tetap
Adalah anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dengan
volume yang sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut
15
b. Anggaran kontinue
Adalah anggaran yang disusun untuk perode waktu tertentu dengan
volume tertentu dan berdasarkan volume tersebut diperkirakan
besarnya revenue, cost dan expense, namun secara periodik dilakukan
penilaian kembali.
3. Berdasarkan periode waktu.
a. Anggaran jangka pendek
Adalah rencana kegiatan perusahaan secara rinci dalam satu tahun
anggaran.
b. Anggaran jangka panjang
Adalah rencana kegiatan perusahaan dengan cakupan waktu yang
panjang dengan penekanan pada pengembangan profil perusahaan
pada masa yang akan datang. Anggaran jangka panjang mencerminkan
perencanaan menyeluruh tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam
jangka panjang dan merupakan suatu kesatuan yang utuh dari rencana
yang disusun untuk kegiatan setiap tahun.
2.1.1.4 Karakteristik Anggaran
Anggaran harus disusun secara benar dan sistematis penyusunan anggaran
yang telah mengikuti prosedur yang benar tidak menjamin anggaran itu pasti
berhasil. Anggaran juga memiliki karakteristik-karakteristik tertentu menurut
“1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
1. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
2. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 3. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang
lebih tinggi dari penyusun anggaran.
4. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
5. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.”
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa karakteristik anggaran
tidak lebih dari sekedar perkiraan, yang setiap manajer tidak memiliki komitmen
untuk mencapai sasaran anggaran, tetapi dalam situasi penyusunan anggaran
manajer menengah dan bawah sebagai penyusun anggaran tidak akan memiliki
persepsi yang jelas mengenai sasaran anggaran dan menerima alokasi sumber
daya yang menurut persepsi mereka tidak memadai untuk mencapai sasaran
anggaran.
2.1.1.5Manfaat dan Fungsi Anggaran
Anggaran merupakan alat manajemen dalam melaksanakan fungsinya,
(planing, organizing, directing dan controlling). Mengenai manfaat anggaran ini
akan penulis kutipkan pendapat para ahli.
Manfaat anggaran menurut M Nafarin (2009:19) adalah sebagai berikut.
1. “Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.
17
4. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai. 5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
6. Sumber daya seperti : tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.
7. Alat pendidikan bagi para manajer.”
Menurut Horgen (2010) dalam bukunya “Cost Accounting Amanagerial
adalah sebagai berikut:
“Anggaran merupakan ciri utama dari kebanyakan sistem pengendalian manajemen kalau di kelola dengan cermat anggaran akan. (a) Membantu perencanaan, (b) Menyediakan kriteria prestasi, dan (c) Meninggkatkan komunikasi dan koordinasi dalam organisasi”.
Dari kedua pendapat diatas, jelas manfaat dari anggaran adalah
memberikan petunjuk kearah mana perusahaan, sehingga semua pihak dalam
perusahaan dapat mengarahkan aktivitasnya sesuai dengan yang telah dianggarkan
serta masing-masing akan saling menyesuaikan diri. Dengan demikian terciptalah
koordinasi dan pengendalian yang baik.
Sedangkan fungsi anggaran Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi
Haruman dan Sri Rahayu (2008:5) adalah sebagai berikut : “ 1. Fungsi Perencanaan ( Planning )
2. Fungsi Koordinasi ( Coordinating )
3. Fungsi Pengawasan ( Controlling ). “
Dari beberapa manfaat anggaran diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran
menentukan tujuan dan sasaran yang dapat dijadikan tolok ukur untuk
mengevaluasi kinerja selanjutnya, selain itu anggaran juga memiliki manfaat
menggunakan anggaran maka perusahaan dapat merencanakan masa depan
perusahaan.
2.1.1.6 Prinsip-Prinsip Anggaran
Sebelum menyusun sebuah anggaran, maka manajemen suatu perusahaan
harus mematuhi prinsip-prinsip anggaran agar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Dibawah ini merupakan prinsip-prinsip anggaran yaitu :
Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi Haruman dan Sri Rahayu
(2007:9) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi dan ditaati
agar suatu anggaran dapat disusun dan dilaksanakan sesuai dengan rencana adalah
sebagai berikut:
“ 1. Management Involvement 2. Organizational Adaption 3. Responsibility Accounting 4. Full Communication 5. Timeliness
6. Reward and Punishment.”
Adapun penjelasan prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran adalah :
1. Management Involvement
Keterlibatan manajemen dalam penyusunan rencana mempunyai makna
bahwa manajemen mempunyai komitmen yang kuat untuk mencapai
segala sesuatu yang direncanakan.
2. Organizational Adaption
Suatu rencana keuangan harus disusun berdasarkan struktur organisasi
dimana ada ketegasan wewenang dan tanggung jawab.
19
Agar rencana keuangan dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus
didukung adanya suatu system responsibility accounting yang polanya
disesuaikan dengan pertanggung jawaban manajemen keuangan
perusahaan.
4. Full Communication
Suatu perencanaan dan pengendalian dapat berjalan secara efektif apabila
antara tingkatan manajemen mempunyai pemahaman yang sama tentang
tanggung jawab dan sasaran yang akan dicapai.
5. Timeliness
Laporan-laporan mengenai realisasi rencana harus diterima manajer yang
berkompeten tepat pada waktunya agar informasi tersebut berguna bagi
manajemen.
6. Reward and Punishment
Manejemen harus melakukan penilaian kinerja manajer berdasarkan
perencanaan yang telah ditetapkan. Jadi manajer yang kinerjanya dibawah
atau melebihi standar harus dapat diketahui sehingga pemberian reward
atau punishment oleh manajemen menjadi transparan.
Berdasarkan definisi dan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa prinsip-prinsip anggaran terdiri dari Management Involvement,
Organizational Adaption, Responsibility Accounting, Full Communication,
Timeliness dan Reward and Punishment. Oleh sebab itu manajemen yang akan
menyusun suatu anggaran harus menatati prinsip-prinsip tersebut agar suatu
2.1.1.7 Proses Penyusunan Anggaran
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab dalam penyusunan
anggaran dan pelaksanaan kegiatan penganggaran lainnya ada ditangan pimpinan
tertinggi perusahaan atau yang paling bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan
keseluruhan. Akan tetapi dalam suatu perusahaan dibentuk sebuah komite
anggaran, komite anggaran tersebut anggotanya terdiri dari Manajer Pemasaran,
Manajer Produksi, Manajer Keuangan dan Manajer Pengawasan.
Dengan demikian tugas menyiapkan dan menyusun anggaran serta
kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani oleh pimpinan
tertinggi perusahaan.
Menurut M. Nafarin (2008:9) mengemukakan bahwa prosedur penyusunan
anggaran terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
“1. Tahap penentuan pedoman perencanaan. 2. Tahap persiapan anggaran.
3. Tahap penentuan anggaran. 4. Tahap pelaksanaan anggaran.”
Adapun penjelasan dari tahapan prosedur penyusunan anggaran
perusahaan yang terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
1. Tahap Penentuan Pedoman Perencanaan
Yaitu tahap yang menentukan anggaran yang akan dibuat pada tahun
yang akan datang, anggaran disiapkan beberpa bulan sebelum tahun
anggaran sebelumnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang
dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Sebelum menysusun
21
a. Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti tujuan, kebijakan
dari asumsi-asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.
b. Membentuk panitia anggaran yang terdiri dari direktur sebagai
ketua, manajer keuangan dan sekretaris serta manajer lainnya
sebagai anggota.
2. Tahap Persiapan Anggaran
Yaitu tahapan dimana manajer perusahaan terlebih dahulu menyusun
ramalan penjualan (forecast sale) sebelum menyusun anggaran
penjualan perusahaan. Setelah tahap tersebut selesai manajer
keuangan untuk menyusun anggaran lainnya.
3. Tahap Penentuan Anggaran
Yaitu tahapan diadakannya rapat dari semua manajer beserta direksi,
dengan materi rapat berupa perundingan mengenai rencana penyusunan
anggaran, Setiap komponen anggaran serta pengesahan dan
pendiskusian anggaran.
4. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Yaitu tahapan dilaksanakannya anggaran oleh semua unit kerja yang
ada di dalam perusahaan. Untuk kepentingan pengawasan setiap
manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah di analisis
anggaran disampaikan pada redaksi.
Dari uraian diatas penulis artikan bahwa prosedur penyusunan terdiri dari
empat tahap, yaitu penentuan pedoman perencanaan anggaran, persiapan
Menurut Robert N. Anthony and Vijay govindarjan yang di terjemahkan oleh
Kurniawan tjakrawala (2008:9) mengemukaan proses penyusunan anggaran suatu
perusahaan sebagai berikut:
“1. Departemen Anggaran, yang biasanya melaporkan kepada pengawas perusahaan, menyusun arus informasi dari sistem pengkontrolan anggaran.
2. Panitia Anggaran, terdiri dari anggota senior manajemen, seperti bagian esekutif, kepala bagian operasi dan bagian kepala keuangan.”
Menurut uraian diatas bahwa proses penyusunan anggaran dapat dilakukan
dengan menggunakan komputer, khususnya internet, fungsi ini dapat dilakukan
dengan lebih sedikit kopian dan kesalahan perhitungan, dan lebih cepat. Panitia
anggaran melakukan peranan penting dalam perusahaan yang besar, panitia
anggaran mungkin hanya sampai pejabat pelaksanaan senior yang menilai
anggaran untuk unit bisnis.
2.1.1.8 Tujuan Penyusunan Anggaran.
Anggaran merupakan alat dalam manajemen yang memberikan petunjuk
mengenai beberapa perkiraan yang tersedia pada suatu saat dan untuk beberapa
lama, tujuan penyusunan anggaran dalam setiap perusahaan pada dasarnya sama,
yaitu merencanakan posisi anggaran untuk suatu periode tertentu yang akan
datang.
Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi Haruman dan Sri Rahayu
23
1. “ Untuk menyatakan harapan/sasaran perubahan secara jelas dan formal. Sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.
2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak yang terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.
3. Untuk menyediakan rencana rinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan
4. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya
5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.”
Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan
dari penyusunan anggaran adalah untuk Memberikan batasan atas jumlah dana
yang dicari dan digunakan, Merasionalkan sumber dana dan investasi dana agar
dapat mencapai hasil yang maksimal, Menampung dan menganalisis serta
memutusakan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan dan
Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran, lebih jelas
dan nyata terlihat.
2.1.2 Belanja
2.1.2.1 Definisi Belanja
Definisi belanja menurut PP No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut :
“ Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.”
Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam
“ Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih. ”
Dari uraian di atas belanja adalah pengeluaran dana dari kas yang mengurangi dana
lancar dari tahun yang bersangkutan dan dari Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa
transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. dalan hal ini belanja di bagi
menjadi :
1. Belanja Langsung.
Belanja Langsung, yaitu belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh
adanya program dan kegiatan yang direncanakan. Jenis Belanja Langsung dapat
berupa Belanja Pegawai/ Personalia, Belanja Barang/ Jasa, Belanja Pemeliharaan
dan Belanja Perjalanan Dinas.
Keberadaan anggaran Belanja Langsung merupakan konsekuensi karena adanya
program atau kegiatan. Karakteristik Belanja Langsung adalah bahwa input
(alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan der.gan
Ouput yang dihasilkan. Variabilitas jumlah komponen Belanja Langsung sebagian
besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat pencapaian program atau
kegiatan yang diharapkan.
2. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung yaitu belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung
25
Belanja Pegawai/Personalia, Belanja Barang/Jasa. Belanja Pemeliharaan dan
Belanja Perjalanan Dinas.
Keberadaan Anggaran Belanja Tidak Langsung bukan merupakan
konsekuensi dan atau tiada suatu program atau kegiatan. Belanja Tidak Langsung
digunakan secara periodik (umumnya bulanan) dalam rangka koordinasi
penyelenggaraan kewenangan pemerintah Daerah yang bersifat umum.
Belanja Tidak Langsung pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan
secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau
kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam perhitungan SAB, anggaran belanja
tidak langsung dalam satu tahun anggaran (anggaran tahunan belanja tidak
langsung) harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung
adalah program atau kegiatan Non Investasi. Program atau kegiatan investasi yang
menambahkan aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak
langsung, karena ouput program atau kegiatan investasi adalah merupakan aset
daerah yang dimanfaatkan lebih satu tahun anggaran. Anggaran belanja tidak
langsung hanya digunakan untuk satu tahun anggaran seperti halnya out put
program atau kegiatan non investasi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Standar Alokasi Belanja
kegiatan dengan belanja tidak langsung yang dialokasikan pada program atau
kegiatan yang bersangkutan. Jumlah belanja menjadi standar untuk mengevaluasi
program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh setiap unit kerja berdasarkan
tingkat pencapaian program atau kegiatan yang diharapkan.
2.1.2.2 Klasifikasi Belanja Daerah
Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik Akuntansi
Keuangan Daerah.
“Belanja adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode
anggaran.”
Klasifikasi Menurut Ketentuan Undang-Undang di Bidang Keuangan
Negara Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (2) Undang Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa :
“rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga (di tingkat
pemerintah pusat) dan rencana kerja dan anggaran SKPD (di tingkat pemerintah daerah) disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.”
Menurut Pasal 15 ayat (5) dan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003, ditetapkan bahwa :
“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPR/DPRD) terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
27
Ketentuan tersebut di atas ditegaskan lagi dengan Pasal 14 dan 15
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang menyatakan
bahwa :
di dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu diuraikan sasaran yang
hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang
disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana
tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.
Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan:
“Pada Paragraf 34 PSAP Nomor 02 ditetapkan bahwa belanja
diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi
dan fungsi. Rincian tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus
disajikan oleh entitas pelaporan. Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf
39 PSAP 02 klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) yang
dikelompokkan lagi menjadi Belanja Operasi, Belanja Modal dan Belanja
Lain-lain/Tak Terduga.”
2.1.3 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ( APBD )
2.1.3.1 Definisi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.
Menurut Abdul Halim (2007:117) mengemukakan bahwa :
“APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan
pemerintah daerah, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan
pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan
proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain
menggambarkan perkiraan penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran yang dimaksud”.
Adapun pengertian lain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut
(Mardiasmo danKirana Jaya,2011:34):
“Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan kebijak sanaan
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan ketentuan
peundang-undangan yang berlaku serta berbagai pertimbangan lainnya
dengan maksud agar penyusunan, pengendalian dan evaluasi anggaran
pendapatan dan belanja daerah mudah dilakukan. Pada sisilain APBD
dapat pula menjadi sasaran bagi pihak tertentu untuk melihat atau
29
Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dinyatakan dalam pasal 1
buitir 13 APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang di tetapkan
berdasarkan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pasal 1 (6)
disebutkan bahwa pengertian dari Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Sedangkan Pengelolaan
Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan
keuangan daerah (Pasal 1 (8)).
Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan keuangan daerah
mempunyai tugas koordinasi di bidang penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
pengelolaan APBD, penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD, serta penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. APBD merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan
Berikut ini adalah JADWAL PENYUSUNAN APBD berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.
No. URAIAN WAKTU KETERANGAN
A. APBD
1. Penyusunan RKPD Akhir Bulan Mei
2.
Penyampaian Rancangan
KUA (Kebijakan Umum
Anggaran) kepada Kepala
Daerah
Awal Bulan Juni 1 Bulan
3.
Penyampaian Rancangan
KUA dari Kepala Daerah
kepada DPRD
Pertengahan Bulan Juli 3 Minggu
4.
KUA disepakati antara
Kepala Daerah dengan
DPRD
Minggu Pertama Bulan Juli 1 Minggu
5.
Penyusunan Rancangan
PPAS (Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara)
1 Minggu
6.
Penyampaian Rancangan
PPAS ke DPRD
Minggu Kedua Bulan Juli 3 Minggu
7.
PPAS disepakati antara
Kepala Daerah dengan
31
Awal Bulan Agustus 1 Minggu
9.
bersama DPRD dan Kepala
Daerah terhadap RAPBD
Paling lama 1 (satu) bulan
sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan (awal
bulan Desember)
11. Penetapan hasil evaluasi
15 hari kerja (pertengah
bulan Desember)
12.
Penetapan Peraturan
Daerah tentang APBD dan
Rancangan Peraturan KDH
tentang penjabaran APBD
bila sesuai hasil evaluasi
Akhir Desember (31
7 hari kerja setelah
hasil evaluasi dari
Negeri/Gubernur
15.
Penghentian dan
pencabutan pelaksanaan
Peraturan Daerah tentang
APBD bersama DPRD
7 hari kerja
Awal Bulan
Januari
16.
Penetapan keputusan
pimpinan DPRD tentang
penyempurnaan Peraturan
Daerah APBD dan
penyampaian hasil
penyempurnaan
berdasarkan hasil evaluasi
3 hari setelah keputusan
ditetapkan
17.
Penetapan Peraturan
Daerah APBD dan
Peraturan Kepala Daerah
tentang penjabaran APBD
31 Desember
18.
Penyampaian Peraturan
Daerah dan Peraturan
Kepala Daerah tentang
penjabaran APBD kepada
Menteri Dalam
33
Negeri/Gubernur
B. DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN
TERHADAP RAPERDA TENTANG APBD
1.
Penyampaian Rancangan Peraturan
Kepala Daerah kepada Menteri Dalam
Negeri/Gubernur dalam hal DPRD
tidak mengambil keputusan bersama
terhadap Raperda tentang APBD
sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan UU
Paling lama 15 hari
setelah Raperda
Paling Lama 30 hari
kerja (Pertengahan
Bulan Januari)
1 (satu) Bulan
C. APBD BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRD
1.
Penyampaian Rancangan KUA dan
PPAS kepada Menteri Dalam
Negeri/Gubernur bagi daerah yang
belum memiliki DPRD
Kepala Daerah tentang APBD
30 hari kerja sejak
KUA dan PPAS
Minggu Pertama
disahkan Menteri
Dalam
Negeri/Gubernur
Rancanagan APBD sendiri terbagai dalam dua sisi yaitu sebelah kiri
adalah Pendapatan dan sebelah kanan Pengeluaran. Pendapatan dapat diperoleh
dari pendapatan rutin daerah atau Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan
yang berasal dari pemberian pemerintah atau Intansi yang lebih tinggi yang
sekarang dikenal dengan nama Dana Perimbangan, dan dari Pinjaman darah.
Pengeluaran dana APBD ini secara garis besar dikelompokan kedalam dua
kelompok yaitu Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan, salah satu
pengeluaran dalam APBD yang dianggarkan yaitu anggaran belanja
pembangunan.
Anggaran belanja pembangunan disusun atas dasar kebutuhan nyata yaitu
untuk membangun daerah lebih berpotensi dan menjadikan masyarakat lebih
sejahtra dan terpenuhinya kebutuhan untuk melakukan pertumbuhan ekonomi.
2.1.3.2 Karakteristik Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Dalam reformasi keuangan daerah perubahan ditandai dengan pelaksanaan
otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah tersebut membawa dampak
perubahan karakteristik APBD. Karakteristik APBD diera reformasi menurut
35
1. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepada
daerah (pasal 38 PP No.108 Tahun 2000).
2. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhirtahun anggaran terdiri atas:
a. Laporan perhitungan APBD
b. Nota perhitungan APBD
c. Laporan Aliran Kas
d. Neraca Daerah dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolak
ukur Renstra (Pasal 38 PP No. 105 Tahun 2000).
3. Pinjaman APBD tidak lagi termasuk kedalam pos pendapatan (yang
menunjukan hak pemerintah daerah), tetapi masuk kedalam pos
penerimaan (yang belum tentu menjadi hak pemerintah daerah).
4. Masyarakat termasuk dalam unsure penyusunan APBD disamping Pemda
yang terdiri atas kepala daerah dan DPPD.
5. Indikator kinerja Pemda tidak hanya mencakup
a. Perbandingan antara anggaran dengan realisasinya.
b. Perbandingan antara standar biaya dengan relisasinya.
c. Target dan persentase fisik proyek tetapi juga meliputi standar
pelayanan yang diharapkan.
6. Laporan pertanggungjawaban kepala daerah pada akhir tahun anggaran
yang bentuknya adalah laporan perhitungan APBD dibahas oleh DPRD
dan mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala Daerah
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa APBD pada era reformasi
memiliki karakteristik struktur, perhitungan dan pertanggungjawaban yang dapat
dikatakan sempurna. Hal tersebut ditandai dengan adanya penerapan system
akuntansi yang sempurna dan akuntabilitas merupakan salahsatu prinsip dasar
penyusunan. Selain itu pengawasan terhadap APBD juga menjadi lebih ketat
karena melibatkan unsur masyarakat yang diwakili oleh DPRD.
2.1.3.3 Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Pengertian Anggaran Pemerintah dan Anggaran Organisasi sebenarnya
tidak jauh berbeda, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam tujuan
dibuatnya anggaran selain itu anggaran dalam pemerintah daerah memiliki fungsi
sebagai berikut :
Fungsi dari Anggaran Belanja menurut Abdul halim (2008:13) adalah : “ a. Sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerah adalah satu periode di masa yang akan datang.
b.Sebagai alat ukur untuk meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat daerah
c.Sebagai alat pengawasan bagi masyarakat daerah terhadap kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah.
d.Sebagai alat mengevaluasian kinerja pemerintah daerah dalam periode
tertentu.”
37
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menurut pemikiran yang
teliti danakan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit
dan uang.
2. Fungsi pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan
sehingga anggaran merupakan alat penting untuk menyelaraskan
(koordinasi) setiap bagian kegiatan.
3. Fungsi pengawasan
Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling) yang berarti bahwa
mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan cara :
a. Memperbandingkan realisasi dengan rencana anggaran.
b. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu
(apabila terdapat penyimpangan yang merugikan).”
2.1.3.2 Dasar Hukum Penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Dalam Pengelolaan keuangan daerah ini tentu harus dilakukan sesuai
dengan kebijakan pemerintah, salah satunya adalah dengan adanya Permendagri
No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) ini terdiri atas berbagai aktivitas
yaitu mulai dari penyusunan rancangan, penetapan, pelaksanaan, serta
yang digunakan. Selain itu ,di dalam Permendagri ini juga diatur mengenai
waktu-waktu penyelesaian setiap aktivitas, misalnya penyusunan laporan realisasi
semester pertama APBD paling lambat minggu kedua bulan juli tahun anggaran
APBD yang bersangkutan . Pada akhir seluruh proses diharapkan Pemda dapat
menyajikan pertanggung jawaban .
Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik Akuntansi
Keuangan Daerah (2008:2) menyatakan bahwa daasar hukum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) adalah:
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
2. Undang-Undanmg Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1975 tentang Pengurusan,
Pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang penyusunan APBD,
Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan
APBD.
5. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 900-009 Tahun 1980 tentang
Manual Admistrasi Keuangan Daerah.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan
APBD.
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
39
8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk
dan Susunan Perhitungan APBD.
2.1.4 Sumber Penggunaan dan Pengeluaran Dana pada BAPPEDA
Berdasarkan UU 33 Tahun 2003 dan UU 28 Tahun 2009 Sumber-sumber
Pendanaan berasal dari :
1. PAD
a) Pajak Daerah
b) Retribusi Daerah
c) Hal.Pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan
d) Lain-lain PAD yang sah
2. Dana Perimbangan
a) Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
b) Dana Alokasi Umum (DAU)
c) Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Lain-lain Penapatan yang sah
a) Dana Hibah
b) Dana Darurat
c) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya
d) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
e) Bantuan dan dari provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya
Sedangkan pengeluaran dana pada Bappeda dapat di urutkan sebagai berikut :
1. Belanja Pegawai
b) Tambahan Penghasilan PNS
2. Program Pelayanan administrasi Kantor
a) Penyediaan jasa komunikasi
b) Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
c) Penyediaan komponen instalasu listik kantor/bangunan
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
a) Pemeliharaan Gedung kantor
b) Pemeliharaan Kendaraan dinas
4. Program Peningkatan Disiplin dan Sumber Daya Aparatur
a) Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
b) Pendidikan dan pelatihan formal
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
6. Program Kerja sama Urusan dan Perencanaan Pembangunan
7. Program Perencanaan Pembangunan ekonomu
8. Program Perencanaan Sosial Budaya
9. Program Perencannaan Prasarana wilayah dan Sumber daya alam salah satunya
41
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau
menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dari suatu penelitian
Pengertian objek penelitian menurut Supriati (2012:38) adalah sebagai berikut : “Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat
penelitian dilakukan.”
Sedangkan menurut Iwan Satibi (2011:74) adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian secara umum akan memetakan atau menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian secara komperhensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah perkembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimaksud.”
Dengan pengertian diatas objek penelitian adalah cara mendapatkan
informasi data mengenai karya ilmiah kapan dan dimana penelitian tersebut juga
untuk mendapatkan data dan mengetahui apa, siapa, kapan dan dimana penelitian
tersebut dilakukan. Berdasarkan penjelasan diatas dalam penelitian ini yang
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Supriati (2012:5) adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian
dilaksanakan.”
Sedangkan menurut Sugiyono (2009:2), menyatakan bahwa:
“Metode penlitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Dengan demikian dari pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk mendapatkan data
dan informasi ilmiah yang dilakukan dengan teknik yang teliti dan sistematika
serta suatu cara atau prosedur untuk mendapatkan data terhadap suatu
permasalahan dan tujuan serta kegunaan tertentu tanpa harus membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan objek yang lain.
Dalam melaksanakan penelitian ini, untuk memperoleh data dan fakta
yang diperlukan berkaitan dengan tujuan dengan judul yang diambil dalam tugas
akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu cara
penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas mengenai objek
yang diteliti menegenai Tinjauan atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja
43
3.2.1 Desain Penelitian
Penelitian yang baik harus didahului dengan perencanaan penelitian agar
penelitian tersebut bisa berjalan dengan baik dan lancar. Definisi menegenai
desain penelitian menurut Husein Umar (2011:30) sebagai berikut :
“Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian.”
Menurut Moh. Nazir dalam (2010) menyatakan bahwa :
“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan
prosedur awal yang digunakan dalam memilih dan mengumpulkan data saat penelitian
sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan.
Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menetapkan judul yang diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang
akan diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dimana judul penelitian ini adalah “ Tinjauan Anggaran Belanja Daerah pada
Bappeda Kota Bandung “
2. Melihat, mengumpulkan data mengenai masalah.
3. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi
yang diperoleh dari Instansi pemerintah .
4. Melaporkan hasil dari penelitian yang termasuk dari proses penelitian,
interpretasi data dan mengajukan beberapa saran untuk masukan bagi
perusahaan dimasa yang akan datang.
3.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.3.1 Sumber Data
Pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2010:172) adalah
sebagai berikut :
“ Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh.”
Sumber data dapat berasal dari Data Primer dan Data Sekunder, sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana
data yang diperoleh penulis secara tidak langsung.
1. Data Primer
Merupakan data yang langsung dapat dan disajikan sebagai sumber dari
penelitian dan pengamatan secara langsung pada objek atau perusahaan tempat
penulis melakukan penelitian, dimana dilakukan dengan cara penelitian lapangan
melalui observasi dan wawancara dengan pihak yang langsung dengan penelitian
yang dilakukan.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber
lain yang dikategorikan sebagai data sekunder misalkan melalui catatan atau arsip
perusahaan dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media
45
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian Langsung (Field Research)
Studi lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk
memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian
ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi :
a) Wawancara (Interview)
Menurut Sugiyono (2009:121):
“Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-ha dari responden
secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.”
Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa wawancara yaitu
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan ketua dan bagian keuangan
BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) kota Bandung dengan
maksud untuk mendapat keterangan dari permasalahan yang akan diteliti.
b) Observasi (Observation)
Menurut Sugiyono(2009:121):
“Observasi digunakan bila objek penelitian bersifat perilaku manusia,
proses kerja, gejala alam, responden kecil.”
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Observasi yaitu
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan
masalah yang diteliti. Hasil dari observasi dijadikan data pendukung dalam
menganalisis dan mengambil keputusan.
c) Dokumentasi (Documentation)
Menurut Umi Narimawati, Sri Dewi anggadini dan Linna Ismawati
(2010:39) dokumentasi adalah
“Pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen
yang terdapat pada perusahaan.”
Dari Pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Dokumentasi yaitu
mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data tentang penyusunan
anggaran belanja daerah pada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah ) kota Bandung yang diperoleh dari Sub Bagian Keuangan.
2. Studi Pustaka (Library Research)
Yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai bahan pustaka (Referensi)
yang relevan dan mempelajari yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang
telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya masing-masing
sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti, dalam melakukan studi
1
Tinjauan Atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.
Purwosetiono
21310002
tio_ion_mills@yahoo.co.id
Abstrak
Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka
anggaran pendapatan dan belanja daerah
Pada Tahun 2006 dan 2007 telah disahkan , Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) , sehingga penganggaran dan pelaksanaan program pembangunan diharapkan menjadi lebih efektif. Namun demikian pada awal tahun penerapannya, sistem ini menimbulkan kendala
ketidaksiapan aparat di daerah dalam pengaplikasiannya.
Beranjak dari latar belakang dan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat efektivitas belanja daerah terhadap pelayanan publik dengan mengambil studi kasus di Kota Bandung dan mengambil sampel pada tiga bidang pembangunan (pendidikan, kesehatan, dan prasarana umum). Pengambilan objek kajian pada tiga bidang ini didasarkan pada tingkat keeratan sektor pelayanan tersebut terhadap masyarakat.
Kata Kunci : Prosedur, Anggaran, Belanja, APBD
Abstract
Local finance is all the rights and obligations in respect of the area local government can be valued in money, including all forms of wealth relating to the rights and obligations of the area, within the framework of the budget revenue and expenditure areas.
In the Year 2006 and 2007 have been ratified, Permendagri No 13 year of 2006 and permendagri No 59 year of 2007 which regulates of Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ,budgeting and implementation of the development program are expected to be more effective. However, in the early years of application, these systems pose a risk to the unpreparedness of the authorities in the region its application
Keywords: Procedures, estimate, Cost, APBD.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja suatu Daerah (APBD) untuk satu tahun berjalan (1 periode) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). APBD disusun oleh Badan Eksekutif (pemerintah Kab/Kota), dan Legislatif (DPRD). Salah satu tujuan dibuat anggaran adalah untuk membiayai seluruh belanja rutin pegawai dan kegiatan publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam Pengelolaan keuangan daerah ini (APBD) tentu harus dilakukan sesuai dengan kebijakan pemerintah, salah satunya adalah dengan adanya Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) ini terdiri atas berbagai aktivitas yaitu mulai dari penyusunan rancangan, penetapan, pelaksanaan, serta Pertanggung jawaban APBD. Proses ini juga dilengkapi dengan formulir-formulir yang digunakan. Selain itu ,di dalam Permendagri ini juga diatur mengenai waktu-waktun penyelesaian setiap aktivitas, misalnya penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lambat minggu kedua bulan juli tahun anggaran APBD yang bersangkutan . Pada akhir seluruh proses diharapkan Pemda dapat menyajikan pertanggung jawaban .
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun pokok masalah yang ingin penulis ketahui dalam Tinjauan Atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada ( BAPPEDA) Kota Bandung :
1. Masih terdapat keterlambatan dalam penyusunan Anggaran belanja daerah (LAPTAH BAPPEDA Tahun 2010).
2. Masih kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik kualitas maupun kuantitas dibandingkan
beban kerja yang di laksanakan di badan pemerintahan kota Bandung dan peralatan pendukung kerja yang kurang memadai (LAPTAH BAPPEDA Tahun 2010).
1.3 Rumusan Masalah
1 Apakah landasan Hukum Peyusunan Anggaran,sumber penerimaan dan sumber pengeluaran pengeluaran anggaran pada BAPPEDA kota Bandung. 2 Bagaimana Prosedur Penyusunan
Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung.
3 Apakah kendala dan solusi Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan tinjauan terhadap penganggaran pada instansi pemerintah BAPPEDA Kota Bandung yang hasilnya akan digunakan penulis untuk menyusun laporan.
1.4.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui landasan
Hukum Peyusunan
Anggaran,sumber penerimaan dan sumber pengeluaran pengeluaran anggaran pada BAPPEDA kota Bandung. 2. Untuk mengetahui prosedur
penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA kota Bandung.
3
1. Lokasi dan Tempat Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BAPPEDA Kota Bandung tepatnya berada di Jalan Tamansari No.76 Bandung Telp. (022)2500950, Fax. 2501316.
1.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai bulan Juni 2013. Adapun kegiatan penyusunan penelitian terdapat pada Tabel 1.1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggaran
Anggaran dalam suatu perusahaan merupakan suatu alat yang penting bagi manajemen. Sebab untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan, manajemen harus dapat mengambil keputusan yang tepat diantara berbagai alternatif yang ada. Untuk itu manajemen memerlukan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan perusahaan. Selain itu anggaran merupakan fungsi yang sangat penting kerena merupakan dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi yang lainnya. Salah satu alat bantu yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan fungsi utama manajemen yaitu perencanaan dan pengendalian anggaran.
2.2 Pengertian Prosedur
(M.Nafarin,2009:9)
“Prosedur (Procedure) adalah urut-urutan seri tugas yang saling berkaitan dan dibentuk guna menjamin pelaksanaan kerja yang seragam.”
2.3 Definisi Anggaran
M. Suparmoko (2008)
memberikan pengertian anggaran yaitu:
”Anggaran adalah suatu
daftar atau pernyataan yang terperinci tetang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang biasa adalah satu tahun”
2.4 Definisi Belanja
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :
“ Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. ” 2.5 Definisi APBD
Menurut (Abdul Halim 2007:117) mengemukakan bahwa :
“APBD dapat didefinisikan
sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran
yang dimaksud”.
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu penelitian.
(Iwan Satibi 2011:74)