• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan atas prosedur penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan atas prosedur penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA Kota Bandung"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

80

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di kota Bandng pada tanggal 1 Mei 1992, penulis diberi nama Purwosetiono dengan panggilan tyo oleh pasangan suami istri Sukarwadi dan Semi Lestary. Saat ini penulis tinggal bersama kedua orang tua dan di Kebon Bibit, Bandung.

Riwayat pendidikan penulis dimulaidari TK Pertiwi Istri Bandung pada tahun 1997-1998, SD Pertiwi Bandung pada tahun 1998-2004, SMPN 16 Bandung pada tahun 2004-2007 dan SMA Sumatra 40 Bandung pada tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Komputer Indonesia pada tahun 2010 dengan program studi DIII Akuntansi .

Nama : Purwosetiono

Tempat,Tanggal,Lahir : Bandung, 01 Mei 1992 Jenis Kelamin : Laki- laki

Tinggi Badan : 170 Cm

Berat Badan : 70

Golongan Darah : B

Agama : Islam

Kewarganegaraan : WNI

Telepon : 022-2511667 (HP) 08562048076

Nomor Ktp : 105007010592001

Alamat : Jl.Pelesiran no34a/58 Bandung

E-Mail : tio_ion_mills@yahoo.co.id

Pendidikan Formal : - SD Pertiwi,Bandung - SMPN 16,Bandung

- SMA SUMATRA 40,Bandung

- D3 Akuntansi Universitas Komputer Indonesia

Hobi : - Menggambar

(5)

PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANDUNG

REVIEW OF LOCAL BUDGET PREPARATION PROCEDURES IN BAPPEDA BANDUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Jenjang Diploma III Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

NAMA : PURWOSETIONO NIM : 21310002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi,

Tuhan Semesta Alam, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

laporan peneitian tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada mata tugas akhir

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

Bandung. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,

baik dari segi isi materi maupun susunan tata bahasanya dan juga tidak luput dari

kekurangan dan kesalahan.

Hal ini mengingat kemampuan dan pengetahuan yang Penulis miliki sangat

terbatas untuk membuat dan menghasilkan karya tulis yang baik. Oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat Penulis harapkan

sebagai masukan yang sangat berharga guna perbaikan dan penyempurnaan tugas

akhir ini dan Penulis pada masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya Penulis sampaikan kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan hingga selesainya penyusunan tugas akhir ini,

(7)

iv Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Universitas Komputer Indonesia.

4. Adi Rachmanto,S.Kom selaku Dosen Wali kelas Ak-6

5. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak, selaku Dosen pembimbing .

6. Seluruh staff Dosen pengajar Program Studi Akuntansi Universitas

Komputer Indonesia yang telah mendidik, membimbing dan membekali

penulis dengan ilmu pengetahauan.

7. Orang tua tercinta, yang telah memberikan semua cinta, kasih sayang, doa

restu dan perhatian yang tidak pernah henti-hentinya serta memberikan

semangat dan dukungan secara moral maupun materil. Terima kasih atas

pengorbanan selama ini dan juga kepada almarhum kakek saya yang tidak

sempat melihat kelulusan saya semoga beliau bangga pada saya dan

tenang berada di sisi Allah swt.

8. Pak Hilma selaku pembimbing di BAPPEDA kota Bandung

9. Seluruh staff dan karyawan di BAPPEDA kota Bandung.

10. Teman-teman kelas AK-6 yang selalu kompak dan saling membantu

dalam penyusunan laporan tugas akhir ini .

11. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

(8)

v

Akhirnya Penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini bermanfaat

BAPPEDA kota Bandung, juga bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

umumnya untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua.

Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis

secara tulus ikhlas mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin Ya

Rabbal Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2013

(9)

vi

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Maksud Penelitian ... 6

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Lokasi dan Penelitian ... 7

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 7

1.5.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Anggaran ... 9

(10)

vii

2.1.1.2 Dasar Hukum Anggaran ... 12

2.1.1.3 Jenis Anggaran ... 13

2.1.1.4 Karakteristik Anggaran ... 15

2.1.1.5 Manfaat dan Fungsi Anggaran ... 16

2.1.1.6 Prinsip-prinsip Anggaran ... 18

2.1.1.7 Proses Penyusunan Anggaran ... 20

2.1.1.8 Tujuan Penyusunan Anggaran ... 22

2.1.2 Belanja... 23

2.1.2.1 Definisi Belanja ... 23

2.1.2.2 Klasifikasi Belanja Daerah ... 26

2.1.3 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 27

2.1.3.1 Definisi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 26

2.1.3.2 Karakteristik Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 34

2.1.3.3 Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 36

2.1.3.4 Dasar Hukum Penggunaan Anggaran Belanja Daerah (APBD) ... 37

2.1.4 Sumber Penggunaan dan Pengeluaran Dana pada BAPPEDA ... 39

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 41

(11)

viii

3.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 44

3.3.1 Sumber Data ... 44

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA kota Bandung ... 47

4.1.1.1 Sejarah Singkat BAPPEDA ... 47

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 50

4.1.1.3 Uraian Tugas pada BAPPEDA kota Bandung ... 51

4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 56

4.1.2 Analisis Deskriptif ... 57

4.1.2.1 Landasan Hukum Penyusunan Anggaran, Sumber Penerimaan dan Sumber Pengeluaran Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung ... 57

4.1.2.2 Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 58

4.1.2.3 Kendala dalam Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 61

4.2 Pembahasan ... 61

4.2.1 Analisis terhadap Landasan Hukum Penyusunan Anggaran, Sumber Penerimaan dan Sumber Pengeluaran Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung ... 61

(12)

ix

Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 63

4.2.3 Kendala dan Solusi Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA Kota Bandung ... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79

(13)

x

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Flowchart Penyusunan APBD ... 66

Gambar 4.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 83

Gambar 4.1 Flowchart Penggunaan Anggaran pada BAPPEDA kota

Bandung alur PPTK ... 84

(15)

xii

Tabel Biodata Penulis ... 80

Lembar Pernyataan Hak Eksklusif ... 81

Fotokopi DPA SKPD ... 82

Fotokopi DPA SKPD 2.1 ... 83

Fotokopi DPA SKPD 2.2 ... 84

Struktur Organisasi BAPPEDA ... 85

Flowchart Penggunaan Anggaran pada BAPPEDA kota Bandung alur PPTK ... 86

(16)

77

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku ;

Abdul Halim. (2010). Akuntansi Daerah Sektor Publik : Jakarta : Salemba 4.

Iwan Satibi. (2011). Teknik Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi : Ceplos.

Jonathan Sharwono. (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogya : Andi Offset.

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.

Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (2010) : Bandung.

Laporan Akuntanbilitas Instansi Pemerintah (2010) : Bandung

Moh Nazir. (2008). Metlit : Jakarta : Ghalia.

Muhammad Gade. (2009). Akuntansi Pemerentahan : Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian manajmen sistem pelipat gandaan perusahaan : Jakarta : Salemba4.

M.Nafarin. (2008). Penganggaran Perusahaan : Jakarta : Salemba 4.

Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 21 tahun 2007.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007.

Supriyono. (2000). Sistem Pengendalian Manajmen : Yogya :BPFE .

Sugiyono. (2009). Metlit Skripsi dan Tesis Bisnis : Jakarta : Rajawalipers.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik : Jakarta : Bhineka Cipta

Supriyanti. (2012). Metlit Unikom : Bandung.

Umi Narimawati, Sri Dewi anggadini,dan Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi : Genesis.

(17)

Undang-Undanh 28 Tahun 2009

Undang-Undang No.32 Tahun 2004

Undang-Undang No 32 Tahun 2004

Undang-Undang U 33 Tahun 2003 Undang-Undang No 22 Tahun 1999

Sumber dari Internet ;

id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah.

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/public-speaking/2114252-pengertian-anggaran-menurut-para-ahli/.

http://ruth-happy.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-anggaran.

http://setiawantopan.wordpress.com/2012/02/22/metode-penelitian-dan-metode-penelitian.

(18)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anggaran

Suatu perusahaan baik perusahaan yang berskala kecil, besar maupun juga

dalam lembaga pemerintahan memerlukan perencanaan, pengkoordinasian dan

pengawasan keuangan haruslah dilakukan secara memadai. Keadaan itu

disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang ada didalam perusahaan yang

mempunyai kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Kegagalan pelaksanaan salah satu kegiatan akan mempunyai akibat terhadap

kegiatan lain yang ada dalam suatu bagian atau bahkan dengan bagian yang

lain di dalam perusahaan maka dari itu perusahaan harus melaksanakan

perencanaan, pengkoordinasian dan pengawasan dengan sebaik-baiknya dan

secara terpadu.

Anggaran dalam suatu perusahaan merupakan suatu alat yang penting

bagi manajemen. Sebab untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah

direncanakan, manajemen harus dapat mengambil keputusan yang tepat

diantara berbagai alternatif yang ada. Untuk itu manajemen memerlukan alat

bantu yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan perusahaan. Selain itu anggaran merupakan fungsi yang sangat

penting kerena merupakan dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi yang lainnya.

Salah satu alat bantu yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan

(19)

2.1.2 2.1.1.1 Definisi Anggaran

Anggaran merupakan suatu rencana keuangan selama satu tahun anggaran

yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.

Menurut M. Suparmoko (2008) memberikan pengertian anggaran yaitu:

”Anggaran adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tetang

penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu

tertentu, yang biasa adalah satu tahun”

Sedangkan pengertian anggaran menurut Muhammad Gade (2008) menyatakan ”Suatu anggaran adalah rencana operasional keuangan yang mencakup

suatu estimasi pengeluaran untuk jangka waktu tertentu dan rencana

penerimaan pendapatan untuk membiayainya”.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran

adalah kegiatan keuangan, baik penerimaan maupun pengeluaran untuk periode

satu tahun anggaran.

Selain itu anggaran digunakan juga untuk mengarahkan suatu kegiatan dan

juga sebagai alat perbandingan dalam mengukur hasil pelaksanaan kegiatan,

sehingga proses pelaksanaan terkendali. Ada beberapa pengertian yang diberikan

mengenai anggaran oleh beberapa kalangan ahli. Tetapi pengertian tersebut pada

dasarnya memiliki maksud yang sama.

M Nafarin (2009:11) meyatakan bahwa:

“ Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi

(20)

11

Menurut Balidric Siregar dan Boni Siregar (2008) menyatakan bahwa

“Anggaran adalah jumlah rupiah yang direncanakan untuk aktivitas yang

dilakukan pada periode tertentu”.

Menurut pendapat Munandar (2011) menyatakan bahwa

“Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.

Dari uraian diatas maka ditarik kesimpulan bahwa anggaran adalah

rencana operasi keuangan untuk aktuvitas yang dilakukan pada periode tertentu

secara sistimetas dalam kegiatan perusahaan atau instansi tertentu.

Fungsi Anggaran dalam pelaksanaan pembukuan anggaran adalah sebagai

berikut :

1. Sebagai pedoman bagi Pemerintah dalam mengelola negara untuk satu

periode dimasa yang akan datang;

2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang dipilih

Pemerintah, karena sebelum anggaran dijalankan terlebih dahulu harus

mendapatkan pengesahan dari Lembaga Perwakilan Rakyat; dan

3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan Pemerintah

dalam melaksanakan negara harus dipertanggungjawabkan pelaksanaannya

(21)

2.1.1.2 Dasar Hukum Penyusunan Anggaran

Sedemikian penting arti anggaran, secara umum hal ini diatur dalam

konstitusi suatu Negara, peraturan perundang-undangan atau dalam Standar

Akuntansi Pemerintah.

Di Indonesia anggaran diatur dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan

diimplementasikan dengan disusunnya UU APBN setiap tahun. Selain itu untuk

melaksanakan UU APBN tersebut, pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan

perundang-undangan lainnya seperti UU Pajak, UU Bea Masuk dan Cukai,

Keppres APBN dan pelaksana lainnya.

Proses penyusunan anggaran dalam sektor publik umumnya disesuaikan

dengan peraturan lembaga yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan

Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang No 25 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah, yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dan lahirlah 3 paket

per Undang-Undang, yaitu Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang keuangan

Negara, Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan

Undang-Undang No 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan

tanggungjawab keuangan Negara, Undang-Undang sistem perencanaan

Pembangunan Nasional yang telah membuat perubahan mendasar dalam

penyelenggaraan Pemerintahan serta pengaturan keuangan, khususnya

(22)

13

Pada dasarnya prosedur penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan tiga cara

sesuai dengan Undang-Undang no 32 tahun 2004 :

1. Otoriter (top down)

Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan

anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan

dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikut sertaannya dalam

menyusun anggaran.

2. Demokrasi (bottom up)

Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan.

Penyusunan anggaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang sepenuhnya

diserahkan pada para karyawan.

3. Campuran (top down dan bottom up)

Dalam metode ini perusahaan menyusun anggaran yang dimulai dari atasan

yang kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan

bawahan.

2.1.1.3 Jenis Anggaran

Sebagai alat bantu manajemen, anggaran perusahaan mempunyai

lingkupan yang luas. Seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan akan terkait

dengan anggaran perusahaan tersebut. Oleh karena itu, maka anggaran perusahaan

(23)

Menurut Ellen Christina (2009) jenis-jenis anggaran dapat dibedakan menjadi

tiga kelompok, yaitu:

1. “Berdasarkan ruang lingkup atau intensitas penyusunannya: a. Anggaran parsial

b. Anggaran komprehensif 2. Berdasarkan fleksilibilitasnya:

a. Anggaran tetap b. Anggaran kontinue 3. Berdasarkan periode waktu.

c. Anggaran jangka pendek d. Anggaran jangka panjang.”

Adapun penjelasan dari jenis-jenis anggaran adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan ruang lingkup atau intensitas penyusunan.

a. Anggaran parsial

Adalah anggaran yang ruang lingkupnya terbatas misalnya anggaran

untuk bidang keuangan atau produksi saja.

b. Anggaran komprehensif

Adalah anggaran dengan ruang lingkup menyeluruh, karena jenis

kegiatan meliputi seluruh aktivitas perusahaan dibidang pemasaran,

produksi, keuangan, personalia, dan administrasi.

2. Berdasarkan fleksibilitas

a. Anggaran tetap

Adalah anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dengan

volume yang sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut

(24)

15

b. Anggaran kontinue

Adalah anggaran yang disusun untuk perode waktu tertentu dengan

volume tertentu dan berdasarkan volume tersebut diperkirakan

besarnya revenue, cost dan expense, namun secara periodik dilakukan

penilaian kembali.

3. Berdasarkan periode waktu.

a. Anggaran jangka pendek

Adalah rencana kegiatan perusahaan secara rinci dalam satu tahun

anggaran.

b. Anggaran jangka panjang

Adalah rencana kegiatan perusahaan dengan cakupan waktu yang

panjang dengan penekanan pada pengembangan profil perusahaan

pada masa yang akan datang. Anggaran jangka panjang mencerminkan

perencanaan menyeluruh tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam

jangka panjang dan merupakan suatu kesatuan yang utuh dari rencana

yang disusun untuk kegiatan setiap tahun.

2.1.1.4 Karakteristik Anggaran

Anggaran harus disusun secara benar dan sistematis penyusunan anggaran

yang telah mengikuti prosedur yang benar tidak menjamin anggaran itu pasti

berhasil. Anggaran juga memiliki karakteristik-karakteristik tertentu menurut

(25)

“1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

1. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

2. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 3. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang

lebih tinggi dari penyusun anggaran.

4. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.

5. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.”

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa karakteristik anggaran

tidak lebih dari sekedar perkiraan, yang setiap manajer tidak memiliki komitmen

untuk mencapai sasaran anggaran, tetapi dalam situasi penyusunan anggaran

manajer menengah dan bawah sebagai penyusun anggaran tidak akan memiliki

persepsi yang jelas mengenai sasaran anggaran dan menerima alokasi sumber

daya yang menurut persepsi mereka tidak memadai untuk mencapai sasaran

anggaran.

2.1.1.5Manfaat dan Fungsi Anggaran

Anggaran merupakan alat manajemen dalam melaksanakan fungsinya,

(planing, organizing, directing dan controlling). Mengenai manfaat anggaran ini

akan penulis kutipkan pendapat para ahli.

Manfaat anggaran menurut M Nafarin (2009:19) adalah sebagai berikut.

1. “Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.

2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai.

(26)

17

4. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai. 5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

6. Sumber daya seperti : tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.

7. Alat pendidikan bagi para manajer.”

Menurut Horgen (2010) dalam bukunya “Cost Accounting Amanagerial

adalah sebagai berikut:

“Anggaran merupakan ciri utama dari kebanyakan sistem pengendalian manajemen kalau di kelola dengan cermat anggaran akan. (a) Membantu perencanaan, (b) Menyediakan kriteria prestasi, dan (c) Meninggkatkan komunikasi dan koordinasi dalam organisasi”.

Dari kedua pendapat diatas, jelas manfaat dari anggaran adalah

memberikan petunjuk kearah mana perusahaan, sehingga semua pihak dalam

perusahaan dapat mengarahkan aktivitasnya sesuai dengan yang telah dianggarkan

serta masing-masing akan saling menyesuaikan diri. Dengan demikian terciptalah

koordinasi dan pengendalian yang baik.

Sedangkan fungsi anggaran Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi

Haruman dan Sri Rahayu (2008:5) adalah sebagai berikut : “ 1. Fungsi Perencanaan ( Planning )

2. Fungsi Koordinasi ( Coordinating )

3. Fungsi Pengawasan ( Controlling ). “

Dari beberapa manfaat anggaran diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran

menentukan tujuan dan sasaran yang dapat dijadikan tolok ukur untuk

mengevaluasi kinerja selanjutnya, selain itu anggaran juga memiliki manfaat

(27)

menggunakan anggaran maka perusahaan dapat merencanakan masa depan

perusahaan.

2.1.1.6 Prinsip-Prinsip Anggaran

Sebelum menyusun sebuah anggaran, maka manajemen suatu perusahaan

harus mematuhi prinsip-prinsip anggaran agar sesuai dengan rencana yang telah

disusun. Dibawah ini merupakan prinsip-prinsip anggaran yaitu :

Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi Haruman dan Sri Rahayu

(2007:9) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi dan ditaati

agar suatu anggaran dapat disusun dan dilaksanakan sesuai dengan rencana adalah

sebagai berikut:

1. Management Involvement 2. Organizational Adaption 3. Responsibility Accounting 4. Full Communication 5. Timeliness

6. Reward and Punishment.”

Adapun penjelasan prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran adalah :

1. Management Involvement

Keterlibatan manajemen dalam penyusunan rencana mempunyai makna

bahwa manajemen mempunyai komitmen yang kuat untuk mencapai

segala sesuatu yang direncanakan.

2. Organizational Adaption

Suatu rencana keuangan harus disusun berdasarkan struktur organisasi

dimana ada ketegasan wewenang dan tanggung jawab.

(28)

19

Agar rencana keuangan dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus

didukung adanya suatu system responsibility accounting yang polanya

disesuaikan dengan pertanggung jawaban manajemen keuangan

perusahaan.

4. Full Communication

Suatu perencanaan dan pengendalian dapat berjalan secara efektif apabila

antara tingkatan manajemen mempunyai pemahaman yang sama tentang

tanggung jawab dan sasaran yang akan dicapai.

5. Timeliness

Laporan-laporan mengenai realisasi rencana harus diterima manajer yang

berkompeten tepat pada waktunya agar informasi tersebut berguna bagi

manajemen.

6. Reward and Punishment

Manejemen harus melakukan penilaian kinerja manajer berdasarkan

perencanaan yang telah ditetapkan. Jadi manajer yang kinerjanya dibawah

atau melebihi standar harus dapat diketahui sehingga pemberian reward

atau punishment oleh manajemen menjadi transparan.

Berdasarkan definisi dan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa prinsip-prinsip anggaran terdiri dari Management Involvement,

Organizational Adaption, Responsibility Accounting, Full Communication,

Timeliness dan Reward and Punishment. Oleh sebab itu manajemen yang akan

menyusun suatu anggaran harus menatati prinsip-prinsip tersebut agar suatu

(29)

2.1.1.7 Proses Penyusunan Anggaran

Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab dalam penyusunan

anggaran dan pelaksanaan kegiatan penganggaran lainnya ada ditangan pimpinan

tertinggi perusahaan atau yang paling bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan

keseluruhan. Akan tetapi dalam suatu perusahaan dibentuk sebuah komite

anggaran, komite anggaran tersebut anggotanya terdiri dari Manajer Pemasaran,

Manajer Produksi, Manajer Keuangan dan Manajer Pengawasan.

Dengan demikian tugas menyiapkan dan menyusun anggaran serta

kegiatan-kegiatan penganggaran lainnya tidak harus ditangani oleh pimpinan

tertinggi perusahaan.

Menurut M. Nafarin (2008:9) mengemukakan bahwa prosedur penyusunan

anggaran terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

“1. Tahap penentuan pedoman perencanaan. 2. Tahap persiapan anggaran.

3. Tahap penentuan anggaran. 4. Tahap pelaksanaan anggaran.”

Adapun penjelasan dari tahapan prosedur penyusunan anggaran

perusahaan yang terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap Penentuan Pedoman Perencanaan

Yaitu tahap yang menentukan anggaran yang akan dibuat pada tahun

yang akan datang, anggaran disiapkan beberpa bulan sebelum tahun

anggaran sebelumnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang

dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Sebelum menysusun

(30)

21

a. Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti tujuan, kebijakan

dari asumsi-asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.

b. Membentuk panitia anggaran yang terdiri dari direktur sebagai

ketua, manajer keuangan dan sekretaris serta manajer lainnya

sebagai anggota.

2. Tahap Persiapan Anggaran

Yaitu tahapan dimana manajer perusahaan terlebih dahulu menyusun

ramalan penjualan (forecast sale) sebelum menyusun anggaran

penjualan perusahaan. Setelah tahap tersebut selesai manajer

keuangan untuk menyusun anggaran lainnya.

3. Tahap Penentuan Anggaran

Yaitu tahapan diadakannya rapat dari semua manajer beserta direksi,

dengan materi rapat berupa perundingan mengenai rencana penyusunan

anggaran, Setiap komponen anggaran serta pengesahan dan

pendiskusian anggaran.

4. Tahap Pelaksanaan Anggaran

Yaitu tahapan dilaksanakannya anggaran oleh semua unit kerja yang

ada di dalam perusahaan. Untuk kepentingan pengawasan setiap

manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah di analisis

anggaran disampaikan pada redaksi.

Dari uraian diatas penulis artikan bahwa prosedur penyusunan terdiri dari

empat tahap, yaitu penentuan pedoman perencanaan anggaran, persiapan

(31)

Menurut Robert N. Anthony and Vijay govindarjan yang di terjemahkan oleh

Kurniawan tjakrawala (2008:9) mengemukaan proses penyusunan anggaran suatu

perusahaan sebagai berikut:

“1. Departemen Anggaran, yang biasanya melaporkan kepada pengawas perusahaan, menyusun arus informasi dari sistem pengkontrolan anggaran.

2. Panitia Anggaran, terdiri dari anggota senior manajemen, seperti bagian esekutif, kepala bagian operasi dan bagian kepala keuangan.”

Menurut uraian diatas bahwa proses penyusunan anggaran dapat dilakukan

dengan menggunakan komputer, khususnya internet, fungsi ini dapat dilakukan

dengan lebih sedikit kopian dan kesalahan perhitungan, dan lebih cepat. Panitia

anggaran melakukan peranan penting dalam perusahaan yang besar, panitia

anggaran mungkin hanya sampai pejabat pelaksanaan senior yang menilai

anggaran untuk unit bisnis.

2.1.1.8 Tujuan Penyusunan Anggaran.

Anggaran merupakan alat dalam manajemen yang memberikan petunjuk

mengenai beberapa perkiraan yang tersedia pada suatu saat dan untuk beberapa

lama, tujuan penyusunan anggaran dalam setiap perusahaan pada dasarnya sama,

yaitu merencanakan posisi anggaran untuk suatu periode tertentu yang akan

datang.

Menurut RA Supriyono yang dikutip oleh Tendi Haruman dan Sri Rahayu

(32)

23

1. “ Untuk menyatakan harapan/sasaran perubahan secara jelas dan formal. Sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.

2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak yang terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.

3. Untuk menyediakan rencana rinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan

4. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya

5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.”

Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan

dari penyusunan anggaran adalah untuk Memberikan batasan atas jumlah dana

yang dicari dan digunakan, Merasionalkan sumber dana dan investasi dana agar

dapat mencapai hasil yang maksimal, Menampung dan menganalisis serta

memutusakan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan dan

Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran, lebih jelas

dan nyata terlihat.

2.1.2 Belanja

2.1.2.1 Definisi Belanja

Definisi belanja menurut PP No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut :

“ Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.”

Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam

(33)

“ Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih. ”

Dari uraian di atas belanja adalah pengeluaran dana dari kas yang mengurangi dana

lancar dari tahun yang bersangkutan dan dari Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa

transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. dalan hal ini belanja di bagi

menjadi :

1. Belanja Langsung.

Belanja Langsung, yaitu belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh

adanya program dan kegiatan yang direncanakan. Jenis Belanja Langsung dapat

berupa Belanja Pegawai/ Personalia, Belanja Barang/ Jasa, Belanja Pemeliharaan

dan Belanja Perjalanan Dinas.

Keberadaan anggaran Belanja Langsung merupakan konsekuensi karena adanya

program atau kegiatan. Karakteristik Belanja Langsung adalah bahwa input

(alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan der.gan

Ouput yang dihasilkan. Variabilitas jumlah komponen Belanja Langsung sebagian

besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat pencapaian program atau

kegiatan yang diharapkan.

2. Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung yaitu belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung

(34)

25

Belanja Pegawai/Personalia, Belanja Barang/Jasa. Belanja Pemeliharaan dan

Belanja Perjalanan Dinas.

Keberadaan Anggaran Belanja Tidak Langsung bukan merupakan

konsekuensi dan atau tiada suatu program atau kegiatan. Belanja Tidak Langsung

digunakan secara periodik (umumnya bulanan) dalam rangka koordinasi

penyelenggaraan kewenangan pemerintah Daerah yang bersifat umum.

Belanja Tidak Langsung pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan

secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau

kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam perhitungan SAB, anggaran belanja

tidak langsung dalam satu tahun anggaran (anggaran tahunan belanja tidak

langsung) harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung

adalah program atau kegiatan Non Investasi. Program atau kegiatan investasi yang

menambahkan aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak

langsung, karena ouput program atau kegiatan investasi adalah merupakan aset

daerah yang dimanfaatkan lebih satu tahun anggaran. Anggaran belanja tidak

langsung hanya digunakan untuk satu tahun anggaran seperti halnya out put

program atau kegiatan non investasi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Standar Alokasi Belanja

(35)

kegiatan dengan belanja tidak langsung yang dialokasikan pada program atau

kegiatan yang bersangkutan. Jumlah belanja menjadi standar untuk mengevaluasi

program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh setiap unit kerja berdasarkan

tingkat pencapaian program atau kegiatan yang diharapkan.

2.1.2.2 Klasifikasi Belanja Daerah

Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik Akuntansi

Keuangan Daerah.

“Belanja adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode

anggaran.”

Klasifikasi Menurut Ketentuan Undang-Undang di Bidang Keuangan

Negara Pasal 14 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (2) Undang Undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa :

“rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga (di tingkat

pemerintah pusat) dan rencana kerja dan anggaran SKPD (di tingkat pemerintah daerah) disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.”

Menurut Pasal 15 ayat (5) dan Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2003, ditetapkan bahwa :

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) yang

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPR/DPRD) terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,

(36)

27

Ketentuan tersebut di atas ditegaskan lagi dengan Pasal 14 dan 15

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang menyatakan

bahwa :

di dalam dokumen pelaksanaan anggaran perlu diuraikan sasaran yang

hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang

disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana

tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.

Klasifikasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan:

“Pada Paragraf 34 PSAP Nomor 02 ditetapkan bahwa belanja

diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi

dan fungsi. Rincian tersebut merupakan persyaratan minimal yang harus

disajikan oleh entitas pelaporan. Selanjutnya dicontohkan pada Paragraf

39 PSAP 02 klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) yang

dikelompokkan lagi menjadi Belanja Operasi, Belanja Modal dan Belanja

Lain-lain/Tak Terduga.”

2.1.3 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ( APBD )

2.1.3.1 Definisi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana

(37)

pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah, dan ditetapkan dengan

peraturan daerah.

Menurut Abdul Halim (2007:117) mengemukakan bahwa :

“APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan

pemerintah daerah, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan

pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan

proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain

menggambarkan perkiraan penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran yang dimaksud”.

Adapun pengertian lain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut

(Mardiasmo danKirana Jaya,2011:34):

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan kebijak sanaan

keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan ketentuan

peundang-undangan yang berlaku serta berbagai pertimbangan lainnya

dengan maksud agar penyusunan, pengendalian dan evaluasi anggaran

pendapatan dan belanja daerah mudah dilakukan. Pada sisilain APBD

dapat pula menjadi sasaran bagi pihak tertentu untuk melihat atau

(38)

29

Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dinyatakan dalam pasal 1

buitir 13 APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang di tetapkan

berdasarkan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pasal 1 (6)

disebutkan bahwa pengertian dari Keuangan Daerah adalah semua hak dan

kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat

dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Sedangkan Pengelolaan

Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan

keuangan daerah (Pasal 1 (8)).

Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan keuangan daerah

mempunyai tugas koordinasi di bidang penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

pengelolaan APBD, penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan

APBD, serta penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. APBD merupakan dasar pengelolaan

keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1

Januari sampai dengan 31 Desember. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan

(39)

Berikut ini adalah JADWAL PENYUSUNAN APBD berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.

No. URAIAN WAKTU KETERANGAN

A. APBD

1. Penyusunan RKPD Akhir Bulan Mei

2.

Penyampaian Rancangan

KUA (Kebijakan Umum

Anggaran) kepada Kepala

Daerah

Awal Bulan Juni 1 Bulan

3.

Penyampaian Rancangan

KUA dari Kepala Daerah

kepada DPRD

Pertengahan Bulan Juli 3 Minggu

4.

KUA disepakati antara

Kepala Daerah dengan

DPRD

Minggu Pertama Bulan Juli 1 Minggu

5.

Penyusunan Rancangan

PPAS (Prioritas dan Plafon

Anggaran Sementara)

1 Minggu

6.

Penyampaian Rancangan

PPAS ke DPRD

Minggu Kedua Bulan Juli 3 Minggu

7.

PPAS disepakati antara

Kepala Daerah dengan

(40)

31

Awal Bulan Agustus 1 Minggu

9.

bersama DPRD dan Kepala

Daerah terhadap RAPBD

Paling lama 1 (satu) bulan

sebelum tahun anggaran

yang bersangkutan (awal

bulan Desember)

11. Penetapan hasil evaluasi

15 hari kerja (pertengah

bulan Desember)

12.

Penetapan Peraturan

Daerah tentang APBD dan

Rancangan Peraturan KDH

tentang penjabaran APBD

bila sesuai hasil evaluasi

Akhir Desember (31

7 hari kerja setelah

hasil evaluasi dari

(41)

Negeri/Gubernur

15.

Penghentian dan

pencabutan pelaksanaan

Peraturan Daerah tentang

APBD bersama DPRD

7 hari kerja

Awal Bulan

Januari

16.

Penetapan keputusan

pimpinan DPRD tentang

penyempurnaan Peraturan

Daerah APBD dan

penyampaian hasil

penyempurnaan

berdasarkan hasil evaluasi

3 hari setelah keputusan

ditetapkan

17.

Penetapan Peraturan

Daerah APBD dan

Peraturan Kepala Daerah

tentang penjabaran APBD

31 Desember

18.

Penyampaian Peraturan

Daerah dan Peraturan

Kepala Daerah tentang

penjabaran APBD kepada

Menteri Dalam

(42)

33

Negeri/Gubernur

B. DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN

TERHADAP RAPERDA TENTANG APBD

1.

Penyampaian Rancangan Peraturan

Kepala Daerah kepada Menteri Dalam

Negeri/Gubernur dalam hal DPRD

tidak mengambil keputusan bersama

terhadap Raperda tentang APBD

sampai dengan batas waktu yang

ditetapkan UU

Paling lama 15 hari

setelah Raperda

Paling Lama 30 hari

kerja (Pertengahan

Bulan Januari)

1 (satu) Bulan

C. APBD BAGI DAERAH YANG BELUM MEMILIKI DPRD

1.

Penyampaian Rancangan KUA dan

PPAS kepada Menteri Dalam

Negeri/Gubernur bagi daerah yang

belum memiliki DPRD

Kepala Daerah tentang APBD

30 hari kerja sejak

KUA dan PPAS

Minggu Pertama

(43)

disahkan Menteri

Dalam

Negeri/Gubernur

Rancanagan APBD sendiri terbagai dalam dua sisi yaitu sebelah kiri

adalah Pendapatan dan sebelah kanan Pengeluaran. Pendapatan dapat diperoleh

dari pendapatan rutin daerah atau Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan

yang berasal dari pemberian pemerintah atau Intansi yang lebih tinggi yang

sekarang dikenal dengan nama Dana Perimbangan, dan dari Pinjaman darah.

Pengeluaran dana APBD ini secara garis besar dikelompokan kedalam dua

kelompok yaitu Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan, salah satu

pengeluaran dalam APBD yang dianggarkan yaitu anggaran belanja

pembangunan.

Anggaran belanja pembangunan disusun atas dasar kebutuhan nyata yaitu

untuk membangun daerah lebih berpotensi dan menjadikan masyarakat lebih

sejahtra dan terpenuhinya kebutuhan untuk melakukan pertumbuhan ekonomi.

2.1.3.2 Karakteristik Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Dalam reformasi keuangan daerah perubahan ditandai dengan pelaksanaan

otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah tersebut membawa dampak

perubahan karakteristik APBD. Karakteristik APBD diera reformasi menurut

(44)

35

1. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepada

daerah (pasal 38 PP No.108 Tahun 2000).

2. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhirtahun anggaran terdiri atas:

a. Laporan perhitungan APBD

b. Nota perhitungan APBD

c. Laporan Aliran Kas

d. Neraca Daerah dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolak

ukur Renstra (Pasal 38 PP No. 105 Tahun 2000).

3. Pinjaman APBD tidak lagi termasuk kedalam pos pendapatan (yang

menunjukan hak pemerintah daerah), tetapi masuk kedalam pos

penerimaan (yang belum tentu menjadi hak pemerintah daerah).

4. Masyarakat termasuk dalam unsure penyusunan APBD disamping Pemda

yang terdiri atas kepala daerah dan DPPD.

5. Indikator kinerja Pemda tidak hanya mencakup

a. Perbandingan antara anggaran dengan realisasinya.

b. Perbandingan antara standar biaya dengan relisasinya.

c. Target dan persentase fisik proyek tetapi juga meliputi standar

pelayanan yang diharapkan.

6. Laporan pertanggungjawaban kepala daerah pada akhir tahun anggaran

yang bentuknya adalah laporan perhitungan APBD dibahas oleh DPRD

dan mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala Daerah

(45)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa APBD pada era reformasi

memiliki karakteristik struktur, perhitungan dan pertanggungjawaban yang dapat

dikatakan sempurna. Hal tersebut ditandai dengan adanya penerapan system

akuntansi yang sempurna dan akuntabilitas merupakan salahsatu prinsip dasar

penyusunan. Selain itu pengawasan terhadap APBD juga menjadi lebih ketat

karena melibatkan unsur masyarakat yang diwakili oleh DPRD.

2.1.3.3 Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Pengertian Anggaran Pemerintah dan Anggaran Organisasi sebenarnya

tidak jauh berbeda, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam tujuan

dibuatnya anggaran selain itu anggaran dalam pemerintah daerah memiliki fungsi

sebagai berikut :

Fungsi dari Anggaran Belanja menurut Abdul halim (2008:13) adalah : “ a. Sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengelola keuangan

daerah adalah satu periode di masa yang akan datang.

b.Sebagai alat ukur untuk meningkatkan pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat daerah

c.Sebagai alat pengawasan bagi masyarakat daerah terhadap kebijakan-

kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah.

d.Sebagai alat mengevaluasian kinerja pemerintah daerah dalam periode

tertentu.”

(46)

37

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menurut pemikiran yang

teliti danakan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit

dan uang.

2. Fungsi pelaksanaan

Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga

pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan

sehingga anggaran merupakan alat penting untuk menyelaraskan

(koordinasi) setiap bagian kegiatan.

3. Fungsi pengawasan

Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling) yang berarti bahwa

mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan cara :

a. Memperbandingkan realisasi dengan rencana anggaran.

b. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu

(apabila terdapat penyimpangan yang merugikan).”

2.1.3.2 Dasar Hukum Penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Dalam Pengelolaan keuangan daerah ini tentu harus dilakukan sesuai

dengan kebijakan pemerintah, salah satunya adalah dengan adanya Permendagri

No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang

pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) ini terdiri atas berbagai aktivitas

yaitu mulai dari penyusunan rancangan, penetapan, pelaksanaan, serta

(47)

yang digunakan. Selain itu ,di dalam Permendagri ini juga diatur mengenai

waktu-waktu penyelesaian setiap aktivitas, misalnya penyusunan laporan realisasi

semester pertama APBD paling lambat minggu kedua bulan juli tahun anggaran

APBD yang bersangkutan . Pada akhir seluruh proses diharapkan Pemda dapat

menyajikan pertanggung jawaban .

Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik Akuntansi

Keuangan Daerah (2008:2) menyatakan bahwa daasar hukum Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) adalah:

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

2. Undang-Undanmg Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1975 tentang Pengurusan,

Pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang penyusunan APBD,

Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan

APBD.

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 900-009 Tahun 1980 tentang

Manual Admistrasi Keuangan Daerah.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan

APBD.

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

(48)

39

8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk

dan Susunan Perhitungan APBD.

2.1.4 Sumber Penggunaan dan Pengeluaran Dana pada BAPPEDA

Berdasarkan UU 33 Tahun 2003 dan UU 28 Tahun 2009 Sumber-sumber

Pendanaan berasal dari :

1. PAD

a) Pajak Daerah

b) Retribusi Daerah

c) Hal.Pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan

d) Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan

a) Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

b) Dana Alokasi Umum (DAU)

c) Dana Alokasi Khusus (DAK)

3. Lain-lain Penapatan yang sah

a) Dana Hibah

b) Dana Darurat

c) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya

d) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

e) Bantuan dan dari provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya

Sedangkan pengeluaran dana pada Bappeda dapat di urutkan sebagai berikut :

1. Belanja Pegawai

(49)

b) Tambahan Penghasilan PNS

2. Program Pelayanan administrasi Kantor

a) Penyediaan jasa komunikasi

b) Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

c) Penyediaan komponen instalasu listik kantor/bangunan

3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

a) Pemeliharaan Gedung kantor

b) Pemeliharaan Kendaraan dinas

4. Program Peningkatan Disiplin dan Sumber Daya Aparatur

a) Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya

b) Pendidikan dan pelatihan formal

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

6. Program Kerja sama Urusan dan Perencanaan Pembangunan

7. Program Perencanaan Pembangunan ekonomu

8. Program Perencanaan Sosial Budaya

9. Program Perencannaan Prasarana wilayah dan Sumber daya alam salah satunya

(50)

41

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau

menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dari suatu penelitian

Pengertian objek penelitian menurut Supriati (2012:38) adalah sebagai berikut : “Objek penelitian adalah variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat

penelitian dilakukan.”

Sedangkan menurut Iwan Satibi (2011:74) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian secara umum akan memetakan atau menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian secara komperhensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah perkembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimaksud.”

Dengan pengertian diatas objek penelitian adalah cara mendapatkan

informasi data mengenai karya ilmiah kapan dan dimana penelitian tersebut juga

untuk mendapatkan data dan mengetahui apa, siapa, kapan dan dimana penelitian

tersebut dilakukan. Berdasarkan penjelasan diatas dalam penelitian ini yang

(51)

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Supriati (2012:5) adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian

dilaksanakan.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2009:2), menyatakan bahwa:

“Metode penlitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Dengan demikian dari pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk mendapatkan data

dan informasi ilmiah yang dilakukan dengan teknik yang teliti dan sistematika

serta suatu cara atau prosedur untuk mendapatkan data terhadap suatu

permasalahan dan tujuan serta kegunaan tertentu tanpa harus membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan objek yang lain.

Dalam melaksanakan penelitian ini, untuk memperoleh data dan fakta

yang diperlukan berkaitan dengan tujuan dengan judul yang diambil dalam tugas

akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu cara

penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas mengenai objek

yang diteliti menegenai Tinjauan atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja

(52)

43

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian yang baik harus didahului dengan perencanaan penelitian agar

penelitian tersebut bisa berjalan dengan baik dan lancar. Definisi menegenai

desain penelitian menurut Husein Umar (2011:30) sebagai berikut :

“Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian.”

Menurut Moh. Nazir dalam (2010) menyatakan bahwa :

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan

prosedur awal yang digunakan dalam memilih dan mengumpulkan data saat penelitian

sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan.

Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Menetapkan judul yang diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang

akan diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dimana judul penelitian ini adalah “ Tinjauan Anggaran Belanja Daerah pada

Bappeda Kota Bandung “

2. Melihat, mengumpulkan data mengenai masalah.

3. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi

yang diperoleh dari Instansi pemerintah .

4. Melaporkan hasil dari penelitian yang termasuk dari proses penelitian,

(53)

interpretasi data dan mengajukan beberapa saran untuk masukan bagi

perusahaan dimasa yang akan datang.

3.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.3.1 Sumber Data

Pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2010:172) adalah

sebagai berikut :

“ Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh.”

Sumber data dapat berasal dari Data Primer dan Data Sekunder, sumber

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana

data yang diperoleh penulis secara tidak langsung.

1. Data Primer

Merupakan data yang langsung dapat dan disajikan sebagai sumber dari

penelitian dan pengamatan secara langsung pada objek atau perusahaan tempat

penulis melakukan penelitian, dimana dilakukan dengan cara penelitian lapangan

melalui observasi dan wawancara dengan pihak yang langsung dengan penelitian

yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber

lain yang dikategorikan sebagai data sekunder misalkan melalui catatan atau arsip

perusahaan dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media

(54)

45

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah

sebagai berikut :

1. Penelitian Langsung (Field Research)

Studi lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk

memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian

ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi :

a) Wawancara (Interview)

Menurut Sugiyono (2009:121):

“Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-ha dari responden

secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit.”

Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa wawancara yaitu

mengadakan tanya jawab secara langsung dengan ketua dan bagian keuangan

BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) kota Bandung dengan

maksud untuk mendapat keterangan dari permasalahan yang akan diteliti.

b) Observasi (Observation)

Menurut Sugiyono(2009:121):

“Observasi digunakan bila objek penelitian bersifat perilaku manusia,

proses kerja, gejala alam, responden kecil.”

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Observasi yaitu

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan

(55)

masalah yang diteliti. Hasil dari observasi dijadikan data pendukung dalam

menganalisis dan mengambil keputusan.

c) Dokumentasi (Documentation)

Menurut Umi Narimawati, Sri Dewi anggadini dan Linna Ismawati

(2010:39) dokumentasi adalah

“Pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen

yang terdapat pada perusahaan.”

Dari Pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Dokumentasi yaitu

mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data tentang penyusunan

anggaran belanja daerah pada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah ) kota Bandung yang diperoleh dari Sub Bagian Keuangan.

2. Studi Pustaka (Library Research)

Yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai bahan pustaka (Referensi)

yang relevan dan mempelajari yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang

telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya masing-masing

sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti, dalam melakukan studi

(56)

1

Tinjauan Atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.

Purwosetiono

21310002

tio_ion_mills@yahoo.co.id

Abstrak

Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka

anggaran pendapatan dan belanja daerah

Pada Tahun 2006 dan 2007 telah disahkan , Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) , sehingga penganggaran dan pelaksanaan program pembangunan diharapkan menjadi lebih efektif. Namun demikian pada awal tahun penerapannya, sistem ini menimbulkan kendala

ketidaksiapan aparat di daerah dalam pengaplikasiannya.

Beranjak dari latar belakang dan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat efektivitas belanja daerah terhadap pelayanan publik dengan mengambil studi kasus di Kota Bandung dan mengambil sampel pada tiga bidang pembangunan (pendidikan, kesehatan, dan prasarana umum). Pengambilan objek kajian pada tiga bidang ini didasarkan pada tingkat keeratan sektor pelayanan tersebut terhadap masyarakat.

Kata Kunci : Prosedur, Anggaran, Belanja, APBD

Abstract

Local finance is all the rights and obligations in respect of the area local government can be valued in money, including all forms of wealth relating to the rights and obligations of the area, within the framework of the budget revenue and expenditure areas.

In the Year 2006 and 2007 have been ratified, Permendagri No 13 year of 2006 and permendagri No 59 year of 2007 which regulates of Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ,budgeting and implementation of the development program are expected to be more effective. However, in the early years of application, these systems pose a risk to the unpreparedness of the authorities in the region its application

(57)

Keywords: Procedures, estimate, Cost, APBD.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja suatu Daerah (APBD) untuk satu tahun berjalan (1 periode) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). APBD disusun oleh Badan Eksekutif (pemerintah Kab/Kota), dan Legislatif (DPRD). Salah satu tujuan dibuat anggaran adalah untuk membiayai seluruh belanja rutin pegawai dan kegiatan publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam Pengelolaan keuangan daerah ini (APBD) tentu harus dilakukan sesuai dengan kebijakan pemerintah, salah satunya adalah dengan adanya Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Pemendagri No.59 Tahun 2007 yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (APBD) ini terdiri atas berbagai aktivitas yaitu mulai dari penyusunan rancangan, penetapan, pelaksanaan, serta Pertanggung jawaban APBD. Proses ini juga dilengkapi dengan formulir-formulir yang digunakan. Selain itu ,di dalam Permendagri ini juga diatur mengenai waktu-waktun penyelesaian setiap aktivitas, misalnya penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lambat minggu kedua bulan juli tahun anggaran APBD yang bersangkutan . Pada akhir seluruh proses diharapkan Pemda dapat menyajikan pertanggung jawaban .

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun pokok masalah yang ingin penulis ketahui dalam Tinjauan Atas Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada ( BAPPEDA) Kota Bandung :

1. Masih terdapat keterlambatan dalam penyusunan Anggaran belanja daerah (LAPTAH BAPPEDA Tahun 2010).

2. Masih kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik kualitas maupun kuantitas dibandingkan

beban kerja yang di laksanakan di badan pemerintahan kota Bandung dan peralatan pendukung kerja yang kurang memadai (LAPTAH BAPPEDA Tahun 2010).

1.3 Rumusan Masalah

1 Apakah landasan Hukum Peyusunan Anggaran,sumber penerimaan dan sumber pengeluaran pengeluaran anggaran pada BAPPEDA kota Bandung. 2 Bagaimana Prosedur Penyusunan

Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung.

3 Apakah kendala dan solusi Penyusunan Anggaran Belanja Daerah pada BAPPEDA kota Bandung.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan tinjauan terhadap penganggaran pada instansi pemerintah BAPPEDA Kota Bandung yang hasilnya akan digunakan penulis untuk menyusun laporan.

1.4.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui landasan

Hukum Peyusunan

Anggaran,sumber penerimaan dan sumber pengeluaran pengeluaran anggaran pada BAPPEDA kota Bandung. 2. Untuk mengetahui prosedur

penyusunan anggaran belanja daerah pada BAPPEDA kota Bandung.

(58)

3

1. Lokasi dan Tempat Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BAPPEDA Kota Bandung tepatnya berada di Jalan Tamansari No.76 Bandung Telp. (022)2500950, Fax. 2501316.

1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai bulan Juni 2013. Adapun kegiatan penyusunan penelitian terdapat pada Tabel 1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anggaran

Anggaran dalam suatu perusahaan merupakan suatu alat yang penting bagi manajemen. Sebab untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan, manajemen harus dapat mengambil keputusan yang tepat diantara berbagai alternatif yang ada. Untuk itu manajemen memerlukan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan perusahaan. Selain itu anggaran merupakan fungsi yang sangat penting kerena merupakan dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi yang lainnya. Salah satu alat bantu yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan fungsi utama manajemen yaitu perencanaan dan pengendalian anggaran.

2.2 Pengertian Prosedur

(M.Nafarin,2009:9)

“Prosedur (Procedure) adalah urut-urutan seri tugas yang saling berkaitan dan dibentuk guna menjamin pelaksanaan kerja yang seragam.”

2.3 Definisi Anggaran

M. Suparmoko (2008)

memberikan pengertian anggaran yaitu:

”Anggaran adalah suatu

daftar atau pernyataan yang terperinci tetang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang biasa adalah satu tahun”

2.4 Definisi Belanja

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :

“ Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. ” 2.5 Definisi APBD

Menurut (Abdul Halim 2007:117) mengemukakan bahwa :

“APBD dapat didefinisikan

sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran

yang dimaksud”.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu penelitian.

(Iwan Satibi 2011:74)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Menurut Kepala Bagian Perkreditan Koperasi Pegawai Kota Bandung sangat banyak permohonan pengajuan kredit ditahun ini di tolak oleh koperasi tidak seperti

menyimpulkan beberapa hasil kegiatan Kuliah Kerja Praktek yang dilakukan di Badan Pendidikan Dan Pelatihan Daerah Kota Bandung, yaitu Badan Pendidikan Dan Pelatihan

[r]

3 .2.3 Perhitungan Penggajian Pegawai Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung. Pegawai tetap diberikan gaji yang terdiri

Oleh karena itu suatu instansi pemerintah dituntut mempunyai pimpinan yang dapat bekerja dengan efektif dan efisien, supaya mampu mengelola instansi tersebut dengan baik agar dapat