SKRlPSI
DESAIN DAN
U.TI
PERFORMANSI ALAT PENGERING
KAKAO TIPE RAK ZIG - ZAG
Oleh :
WIKRI
F 29.0999
1998
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DESAIN DAN UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING
KAKAO TIPE RAK ZIG-ZAG
SKRIPSI
Sebagai salah satn syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogo:
Oleh:
WIKRI
F 29.0999
1998
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DESAIN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
DAN UJI rERFORMANSI ALAT PENGERlNG
KAKAO TIPE RAK ZIG - ZAG
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat mempero1eh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknolcgi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
WIKRI
F 29.0999
Dilahirkan di Paria, 20 Agustus 1974
Tanggallulus: 14 Ianuari 1998
RINGKASAN
Kakao mcrupakan salah satu komoditas perkebunan yang saat ini terus dikembangkan oleh berbagai negara di dunia pada uml1mnya dan Indonesia pada khususnya. Pengembangan komoditas kakao di Indonesia ditandai dengan adanya perJuasan tanaman kakao lindak dan kakao mulia oleh pemerintah dan juga oleh petani keciL Perluasan areal tanaman kakao ini dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan produksi kakao untuk kebutuhan ekspor dan juga untuk kebutuhan dalam negeri. Yang menjadi masalah di Indonesia terutama dalam peningkatan produksi kakao yaitu rendahnya mutu terutama pada biji kakao rakyaL Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, dan salah satu diantaranya adalah penanganan lepas panen yang kurang Lセューオュ。L@ terutama dalam hal pengeringan yang masih mengandalkan cara pengering:m tradisional dengan cara penjemuran, dimana pad a proses penjemuran ini masih tergantung dari kondisi cuaca. Alat pengering buatan merupakan salah satu altematif khususnya dalam mempercepat proses pengcringan dan tentunya diharapkan mutu yang dihasilkan juga dapat diperbaiki. Dul' sebagai dasar untuk merancang dengan menganalisa sistem pengering kakao, maLl perlu diketahui karakteristik pengering biji kakao dan parameter-parameter yang berpengaruh seperti suhu, kadar air, dan aliran udara. Parameter tersebut mcrupakan bagian dalam proses pengeringall yang memiliki peranan yang sang at penting, terutama dalam usaha pen!ngkatan mutu biji kakao yang dihasilkan dari proses pengeringan. Proses pengeringan biji kakao bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga aman disimpan sebelum dipasarkan. Biji kakao akan aman disimpan bila mcmpunyai kadar air 6 % - 8%.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat alat pengering biji kakao tipe rak zig-zag dengan n;enggunakan batu bara sebagai sumber panas, dan melakukan uji perfonnansi alat tersebut untuk pengeringan biji kakao.
Penelitian dilakukan "ciall1a 3 bulan terhitung mulai bulan Agustus sall1pai dengan bulan Oktober 1997. Penelitian dan ー・ュ「オ。エセョ@ alat dilakukan di Perkebunan Rajamandala, PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung - Jawa Barat dan di Laboratorium AP4 - FATETA, IPB.
Alat-alat ysng digunakan dalam peneJitian ini adalah alat ー・ョァセイゥョァ@ y,"1g telah Slap unluk melakukan proses pengeringan, termometer alkohol, timbangan digital, oven pengering, desikator, velometer, kakao tester, wadah, stop watch, dan tempat sampel. Sedangkan h:::ban yang digunakan da1am pcnclitian ini adalah batu bara sebagai sumber panas, biji kakao yang telah difermentasi, dan kerikil sebagai heat exchanger.
Prosedur percobaan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama percobaan pendahuluan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan suhu pengering yang konstan sebesar 70°C, untuk menentukan pengumpanan batu bara yang harus digunakan untuk mendapatkan suhu konstan tersebut, serta untuk meilentukan sudut onggok biji kakao pada ala!. Tahap kedua adalah percobaan pengeringan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut : bi]i kakao segar difenncntasi sel:::ma 5 hari, perendaman dan pencucian kemudian ditiriskan selama 30 menit, penimbangan berat total biji kakao basah yang akan dikeringkan, persiapan alat pengering, pemasukan biji kakao yang akan dikeringkan, pemasangan sensor pada titik yang akan diamati, proses pengenngan, pengukuran meliputi (suhu, kadar air, keeepatan aliran udara ), penimbangan biji kakao kering, serta analisa parameter seperti suhu dan kadar air.
Perlakuan pada pereobaan pengeringan dilakukan dalam dua level ketebalan bahan, yaitu ォ・エ・「セNャ。ョ@ 3.0 em dan ketebalan 5.0 em, dan subu udara pengeril1g pacta ruang plenum diusahakan konstan sebesar 70°C.
Pengamatan dan pengukuran pada pereobaan pengeringan meliputi : kadar air, suhu, pemakaian bahan bakar, dan kandungan biji slaty. Setelah dilakukan pengamatan dan pengukuran, diteruskan dengan melakukan perhitungan-perhitungan yang terdiri dari kadar air, kebutuhan energi pengering, keeepatan pengeringan, penampilan efisiensi alaI yang meliputi ( efisiensi pengeringan, efisiensi pC111anasan dan efisiensi total ), sel ta anlisa biaya.
Dari percobaan pendahuluan, didapatkan hasil bahwa untuk mendapatkan suhu konstan, pengumpanan bahan bakar batu bara untuk yang pertama sejumlah 6 kg balu bara dan pengumpanan selanjutnya tergantung dari keadaan suhu pada ruang plenum. Dan untuk pereobaan pengeringan didapatkan hasil, untuk level ketebalan bahan 3.0 em ( 132 kg biji kakao basah ) dengan kadar air awal 169.36
%
bk dikeringkan selama 58 jam dengan kadar air akhir rata-rata 6.86 % bk dengan beral akhir bahan.46 kg biji kakao kering. Untuk level ketebalan bahan 5.0 cm ( 220 kg biji kakao basah ) dengan kadar air awal bahan 171.52 % bk dikeringkan selama 62 jam dan meneapai kadar air akhir rata-rata 7.01 % bkdengan berat akhir bahan 7() kg biji kabo kering.Untuk keeepatan pengeringan, didapatkan hasil : untuk level kelebalan baban 3.0 cm sebesar 3.49 % bk/jam dan 3.31 % bk/jam untuk level ketebalan bahal! 5.0 em. Suhu rata-rata pada mang plenum pada level ketebalan bahan 3.0 em adalah 65.32 °c dan untuk ketebalan bahan 5.0 em sebesar 64.70
Dc.
Untuk penampilan efisiensi alat, untuk ketebalan 3.0 em didapatkan efisiensi pengeringan sebesar 20.87 %, efisiensi ー・イLQ。ョセウ。ョ@ 64.7.5 % serta efisiensi total sebesar 13.41 %.sebesar Rp. 832.21/kg biji kakao kcring dan Rp. 536.63/kg biji kal(ao kering pada level ketebalan bahan 5.0 cm.
Untuk mendapatl<an kapasitas pengeringan yang optimum dengan menggunakan alat ini, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, begitu pula dengan jarak setiap rak bahan masih perlu diperhitungkan sehingga sudut repose biji kakao 'pada alat dapat ditentukan. Untuk -Iubang ventilasi udara masih perlu dimodifikasi untuk mendapatkan aliran udara pengering yang cukup, dan begitupula pada tebalnya kerikil yang dipakai sebagai heat exchanger masih perlu diperhitungkan sehingga udara panas y<!ng dihasilkan pada pembakaran bahan bakar pada tungku pembakaran tidak terhambat, serta kemampuannya dalam hal menynnpan panas.
KATA PENGANTAR
Puj: syukm khadirat Allah SWT atas ャゥューセィ。ゥBャ@ rahm,it dall hidayat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesa:kan penyusunan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini banyak bantu an dan dorongan yang tdah
diberikan oleh berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima bsih kepada :
I. Ir. John Kumendong, MS, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis ualam penyusunan skripsi ini.
2. Ir. M. Agus Insan, selaku pembimbing kedua yang baflyak memberikan
:nasukan-masukan dalam penelitian ini.
3. Pimpinan dan Staff Perkebunan Rajamandala, PT. Perkebunan Nusantara
V[II-Bandlmg yang telah bersedia memberikan ijin serta tempat dan lokasi penelitian.
4. Ibu, kakak dan adik yang selalu memberikar. perhatian, dukungan dan doa.
5. Seluruh warga MP-29 serta Biocom Crew yang banyak membantu da[am
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis nlengharapkan saran dan masukan yang membanguan bagi semua pihak.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis pad? khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amiin.
Bogor, November 1997
DAFTAR lSI
lIalaman
KATA PENGANTAR .
DAFTAR lSI.. II
DAFTAR TABEL. V!
DAFT AR GAMBAR .. VII
DAFTAR LAMPlRAN '-I
L PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
B. TUJUAN PENELITlAN ....
II. TINJAUAN PUST AKA. .. 4
A. TANAMAN KAKAO .... 4
B. PENGOLAHAN KAKAO ....
L Pemanenan . 7
2. Pengupasan Buah 7
1
Fermentasi
o. 8
4. Perendaman .. 10
5. Pencucian . II
6. Pengeringan ... II
III
C TfNJAUAN UMUM PENGERlNGAN .. 14
I. Proses Pengeringan . 14
2. Kadar Air Keseimbangan . 18
Panas Laten Penguapan ... .
20
4. Diagram PsikroilletriiC .... 22
5 Pengeringan Biji Kakao ) '
--'
III METODE PENELlTIAN 27
A. WAKTU DAN rEMPAT. 27
B. PEMBUATAN ALAT PENGERING .. 27
C RANCANGAN FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL .
29
1. Rancangan Fungsional 2e)
a. Elemen Pemindah Panas ...
29
b. Ruang Plenum 30
c. Ruang Pengering 30
d. Rak Bahan. 3D
e. Sumber Energi ?emanas 31
2. Rancangan Struktural 31
a. Ruang Pengering .
b. Rak Bahan.
c. Ccrobong.
D. BAHAN DAN ALA T.
1. Bahan ... . 32
2. .Alat. ... .
E. PROSEDUR PERCOBAAN 33
1. Percohaan Pendahuluan ... . ] ]
2. Percohaan Pengeringan ... . 35
3. Perlakuan 38
F. PENGAMATAN DAN PENGlJKURAN .
J. Kadar Air .. 38
2. Suhu .. 41
3. Pemakaian Bahan Bakar .
4'
.'
4. Kandungan Biji Slaty. 44
G. PERHITUNGAN .. 4')
1. Kadar air ... 38
2. Kebutuhan Energi Pengering 46
3. Kecepatar. Pengeringan ... 48
t\. Penampilan Efisiensi Alat . 49
5. Analisis Biaya .
so
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ')2
A PERCOBAAN PENDi\HULUAN ....
52
, .' .
..
B. PROSES pengeritセgan@ -• . . . • . . . . • • . '>,- 'i4
. .,
,
\
,
J
C KECEPATM\I PENGERTNGAN .
D. SEBARAt"l SUlru UDARA ?ADA ALAT PENGERlNG 69
E. PENAMPILAN EFISIENSI ALAT ...
7'
.'
L Efisiensi Pengeringan (111)
7'
.,
2. Efisiensi Pemanasan (7]2) 75
3. Efisiensi Total (11;) 76
F. ANALISIS BIJI SLATY .. 77
G. ANALISIS
BIA
Y A .V KESIMPULAN DAN SARAN ... . 80
A KESIMPULAN ...
so
B. SARAN ...
82
DAFT AR PUST AKA .... 8'
.'
DAFTAR TA.BEL
halanUlll
Tabel 1. Klasifikasi mutu bijl kakao kering hasil perkebunan dl Indonesia... . 13
Tabel 2. Standar kakao Internasional ... ,.
Tabe! 3. Panas laten penguapan air ... .
Tabel 4. Spesifikasi briket batu bara .
Tabel 5. Standar kakao Internasional ...
Tabel 6. Data kadar air awal dan kadar air akhir (% bk) dan lama pengeringan biji kakao untuk setiap rak pada level ketebalun bahan 3 em .
Tabel 7. Data kadar air awal dan kadar air akhir (% bk) dan
lama pengeringan biji kakao untuk setiap rak pada level ketebalan bahan 5 em .
Tabel 8. Keeepatan pengeringan (% bk/jam) untuk setiap lak .
Tabe! 9. Rata-rata suhu lingkungan ("e), suhu udara diatas rak
ee),
suhu plenum
ee),
dan suhu eerobongee).
Tabel 10. Efisiensi pengeringan .
Tabel I 1. Efisiensi pemanasan .
Tabel 12. Efisiensi totai .
Tabel 13. Data pengamatan biji slaty.
. ... 13
. ... 21
. ... .44
45
. ... 56
.63
..69
. 7]
... ...7:.
. .... 76
\"11
DAFTAR GAMllAR
halanlan
Gambar 1. Penampang melintang buah kakao ... . .. )
g。ョセ「。イ@ 2. Bagan alir perlakuan pada buah kakao ... 6
Gambar 3. Laju ::,engeringan teoritis . 17
Gambar 4. Bentuk :.Imum sorpsi bahan pangan . .20
Gambar S. Diagram perubahan fase ... . ... 21
Gambar 6. I1iustrasi proses pengeringan dalam kurva psikometrik . 22
Gambar 7. Skema aiat pengering . . 28
Gambar S Biji kakao pada rak pengering . . _,:)
Gambar 9. Alat pengering kakao telah siap melakukall proses pengeringan . :16
Gambar 10 Diagram aliran prosedur pengujian . ..,7
Gambar 11. Kakao tester . 3 9
Gambar 12 Oven pengering .... ..40
Gambar 13. Timbangan digital. .4 1
Gambar 14. Desikator _ . .4 I
Gambar IS. Tungku pembakaran bahan bakar _ .. .42
Gambar 16 Termometer alkohol .... 4:1
Gambar 17 Grafik proses pengeringan biji kakao pada level ketebalan 3 em . 57
Gambar 18. Grafik proses pengeringan biji kakao pada level ketebalan 5 CIll . .58
Gambar 19. Grafik perbandingan proses pengeringan biji kakao
Gambar 21. Grafik hubungan kecepatan pengeringan biji kakao (%bIJjam) dengan waktu(jam) pada level ketebalan 5 cm .
Gambar 22. Grafik perubahan suhu
CC)
terhadap waktu (jam)pada pengeringan biji kakao dengan level ketebalan 3 cm- .
Gambar 23. Grafik perubahan suhu ("e) terhadap waktu (jam)
pada pengeringan biii kakao dengan level ketebalan 5 cm .
6:i
. .. 70
[image:14.607.391.518.614.737.2]DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Gambar teknik ala! pengering biji kakall tipe rak zig-zag.
Lampiran 2. Data pereobaan pendahuluan pengamatan suhu
ee)
pada uji kemampuan alat tanpa bahan ( Pereobaan 1_ ) .
Lampiran 3. Data pereobaan pendahuluan pengamatan suhu
ee)
pada uji kemClmpuan alat tanpa bahan ( Pereobgan 2 )
Lampiran 4. Data penurunan kadar air bahan (% bk) pada perlakuan ketebalan biji kakao 3 em .... ...
Lampimn 5. Data penurunan kadar air bahan (% bk) pada perlakuan
ketebalan biji kakao 5 em ...
1.'\
halanlan
.85
. ... 90
... 91
97 ...
-Lampiran 6. Grafik proses pengeringan biji kakao pada level ketebalan 3 cm 94
Lampiran 7. Grafik proses pengering<m biji kakao pada level ketebalan 5 cm . 95
Lampiran 8. Data ーセョオイオョ。ョ@ kecepat<ln pengeringan biji kakao (% bkijam)
pad a ketebalan bahan 3 em .... .96
Lampiran 9. Data penurunan keeepatan pengeringln biji kabo (% bkijam)
pada keteba!an bahan 5 em . 97
Lampiral1 10. Grafik hubungan keeepatan pengeringan (% bk/jam)
dengan waktu Gam) pada level ketebalan bahan 3 em .
Lampiran II. Grafik hubungan keeepatan pengeringan (% bk/jam)
dengan waktu Gam) pada level ketehalan bahan 5 em .
Lampiran 12. Data pengamatan suhuudara lingkungan
ee),
suhu rakpengering
ee),
suhu plenumee),
suhu eerobong ("e),dan keeepatan udara pengering (midI) serta pengumpanan bahan bakar (kg) pada pengermgan b!ji kakao dengan
. ... 98
<)0
Lampirl'n 13. Data pengamatan suhu urlara Iingkungan ("C). st.:hu rak
pengering ("C), suhu plenum ("C), suhu eerooollg (,C).
dan keeepatan udara pengering (m/dt) serta pengumpanan
bahar. bakar (kg) pada pengeril13:ln oiji kakao
rlengan level ketebalan 「。ィセョ@ 5 em ...
Lampiran 14. Perhitungan efisiensi alat pengering tipe rak zig-zag
pada pengeringan biji kakao dengan ketebalan bahan 3 em .
Lampiran 15. Perhitungan efisiensi alat pengering tipe rak zig-zag
pada pengeringan biji kakao dengan ketebalan bahan 5 em .
Lampiran 16. Perhitungan anal isis biaya pengeringan biji kakao
denuan menggunakan alat penuerinu tipe rak ziu-zau b b b :=-,:,
pada ketebalan o'lhan 3 em ..
Lampiran 17. Perhitungan analisis biaya pengeringan biji kakao
denoan menununakan alat neno-erinn tipe rak ziu-zau
, = , 0 0 t O O 0 : : ; '
pada ketebalan bahan 5 cm .
Lampiran 18. Panas laten penguapan air
Lampiran 19. Sifat-sifat udara (Welty, 1976) .
..103
..106
.110
. ... 114
.. I 17
... 120
I.
PENDAHULllAN
A. LATARBELAKANG
Kakao merupakan salah satu kOll1oditas perkebunall yang sa at Tnl terus
dikell1bangkan cleh berbagai negara di dunia. Indonesia adalah salah satu negara
pengekspor biji kakao yang sedang l'1eningkatkan produksinya Peningkatan
produksi kakao di Indonesia terutall1a disebabkan oleh perluasan tanaman kakao
lindak dan kakao ll1ulia.
Searah dengan usaha peningkata produksi, proll1osi dalal1l pel1lasaran
internasional dan usaha meningkatkan day a saing perlu dilakukan terus-l11enerlls.
Daya saing dapat ditingkatkan antara lain l11elalui peningkatan etisiensi,
peningkatal' mutu, dan ー・イ「セェォ。ョ@ pelayanan terhadap ーセイョャゥイNエ。。ョ@ pasar Ketiga faktor yang dapat ll1eningkatkan daya saing tersebut sangat erat kaitannya dengan
cara dan perlakuan pada pengolahan biji kakao.
Penggunaan kakao sebagai bahan makanan dan minul11an sebenarnya sudah
lama dikenal di All1erika Tengah dan bagian utara dari Al11erika Selatan, ウセ「・ャャャャQQ@
Cololl1bus menemukan benua Amerika. Penggunaan kakao pel1al1la セ@ ali digunakan oleh suku Indian Maya di Al11erika sebagai bahan l11akanan 3an
ll1inuman. Dan pada tahun 1519 bangsa Spanyoll1lengenal suku Aztek yang telah
Pad" saat ini negara-ncgara pengekspor kakao yang utal11a harnpir
seluruhnY1: terdapat di benua Afrika, yaitu antara lain Nigeria, Pantai Gading,
Pantai Emas, Kamerun, dan yang lainnya yang mencapai dUe. pertiga dari produksi
dunia. Sedangkan produksi kakao Indonesia secara relatif masih kecil
dibandingkan dengan produksl dunia.
Yang I11cnjadi maselai; di Indonesia terutama pada proc!uksi kakao lindak
yaitu rendahnya mutu, terutama pada biji kakao rakyat (Wahyudi et ai, 1988).
Rendahnya mutu tersebut disebabka:1 oleh berbagai faktor, dan salah satullya
adalah penanganan lepas panen yang kurang sempurna. Pengeringan Illerupakan
salah satu tahap penanganan lepas panen yang dapat mempengaruhi 1l1utu kakao
yang dihasilkan yang antara lain menyangkut Kadar air, keasalllan, kadar lemak
dan Kadar asam amino.
Pengeringan juga Illerupakan tahap pengolahan yang Illellleriukan
penanganan yang cukup serius dan Illellleriukan biaya yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan biaya pengola:mn lainnya (Chat!, 1953) Hal ini
Illenyebabkan pengeringan tetap rnerupakan Illasalah besar bag; perkebunan rakyat
yang Ill",sih Illengandalkan cara pengeringan tradisional def'gan cara penjellluran.
Alat pengering kakao buatan merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi hal tersebut diatas. Dengan adanya pengeringan buatan 1I1i diharapkan
proses pengeringan dapat dipercepat dan tentunya diharapkan l11ulU yang
Untuk mendapatkan hiji kakao kcring yang hennutu balk, Illaka buah "-"kao
segar peril! disortasi terlebih dahuili dan kellludian melalui 「セイ「。ァ。ゥ@ tahap
pengolahan, yang meliputi pelllecaban kulit buah, fernientilsi, perendallli:lI,
pencucian, pengeringan dan sortasi biji kering.
Sebagai dasar untuk Illenganalisa, merancang sistem pengenngan, lapisan
tebal biji kakao, menentukan alaI pengering yang efisifm dan dapat mengeringkan
biji kakao dengan mutu tinggi, maka perlu diketahui karakteristik pengeringan biji
kakao, dan parameter-parameter yang penting seperti suhu, kadar air, dan ali ran
udara. Parameter tersebut merupakan hal yang penting dalal1l proses pengeringan,
dimana proses pengeringan merupakan bagian dari proses pengolahan yang sangat
berperan dalam usaha meningkatkan biji kakao yang berl1lutll baik.
B. TUJUAN PENELlTlAN
TlIjllan penelitian ifli adalah :
1. Membllat alat pengeling biji kakao tipe rak zig-zag dengan menggunakan
batu bara sebagai sUl1lber panas.
A. TANAMAN KAKAO
Buah kakao diperoleh dat i tanaman yang juga disebut kakao (Theobroma
cacao L). Tanaman ini dibawah dari Mexico oleh orang-orang Portugis ke
Indonesia. Tanaman kakao adalah tanaman yang termasu!( didalam genus
Theohroma, suatu genus yang masuk keluarga Sleruliaceae didalam ordo
Malvales.
Menurut Urquhart (1961), kakao yang banyak diusahakan orang dan
bernilai komersial digolongkan ll1enjadi tiga jenis yaitu Criol1o (kakao mulia) yang
memiliki ciri-ciri warn a kulit buah merah atau kuning pad a sa at masak,
kotiledonnya berwarna putih atau ungu pucat, dinding buah tipis, bijir.ya padat
dan memenuhi setiap bagian buah. Jenis kedua adalah Foraslero (kakao lindak)
yang ll1emiliki ciri-ciri yaitu kulit buah berwarna kuning pada saat masak, dinding
buah tebal, kotiledonnya berwarna ungu tua. Dan jenis yang ketiga adalah
Trinilario yang ll1emiliki ciri-ciri hall1pir sam a dengan Criol1o, beraroma segar dan
kotiledonnya berwarna ungu Beberapa sub group lain yang tidak terlalu penting
misalnva Calahaci!1o, AnKolelo, Ci/l1deamor dan Al1Iclol1ado.
Pemanenan buah kakao dilakukan setelah buah masak kurang lebih en am
bulan dari proses pembuahan dan ditandai dengan perubahan warn a pada kulit
buah (Soenaryo dan Situmorang, 1978).
.
,
/'"/
Buah kakao terdiri dari empat bagian utama yaitu kulit. plasenta, pulp dan
biji (Gambar I). Buah kakao masak memiliki kulit tebal yang berisi 30 - :'0 biii
yang diselubungi oleh pulp. Kulit buah merupakan bagian yang terbesar \ailu
76 % dari berat buah segar
keterangan
kulit
2. pulp
3. plasenta
4. biji
Gambar 1. Penampang melintang buah kakao (Soenaryo dan Situmorang, 1978)
I I
Untuk memperoleh biji kakao kering. buah kakao yang telah masak
mengalami proses pengolahan yang khusus yang terdiri dari pemanenan,
pengupasan buah. fermentasi, perendaman, pencucian, pengeringan dan sortasi
mutu. Selanjutnya sebelum menjadi bubuk, biji kakao tersebut disangrai (roasted)
terlebih dahulu. Mutu biji kakao yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh kondisi
pengolahan, juga dipengaruhi oleh jenis buah kakao, kematangan dan peralatan
[image:21.603.87.473.192.457.2]pengolahan langsung setelail buah dipanen Pemetikan buah dilakukan tiga
minggu sekali dar. setiap tanaman dipanen tiga kali (Nasution et aI, 1985)
Selain itu, pemetikan buah dilakukan pada saat buah sudah clikup masaK,
karena buah yang kurang mas"k kadar air sukrosanya yang berada didalam pulp
rendah. Sebaliknya buah yang terlalu masak, biji-biji didalamnya senng
berkecambah dan plllpnya sudah mulai mengering sehingga ll1engurangl aroma
kakao yang dihasilKan (Urquhart, 1961)
Secara umum, pengolahan kakao meliputi pemanenan, pengupasan buah,
fennentasi, perendaman, pencucian, pengeringan dan sortasi. Secara lengkap,
proses perlakuan pada buah kakao seperti yang tertera pad a Gambar 2.
Buah kakao
Pemecahan buah
Biji segar
F crmentasi
Perendaman
Pencucian
Pengeringan
Sortasi mutu
[image:22.605.240.369.450.675.2]7
I. PemanellllI1
Pelnanenan di!akukan dengan jalan memotong buah dari tangkainYi!·
Pemanenan ini dilakukan paua buah yang telah masak. Buah yang telah masak
ditandai dengan perubahan warna kulitnya, porosnya berwarna kuning, dan jika
dikocok akan berbunyi.
Pada umumya buah yang berwarna hijau slap untuk dipanen apabiJa
wama kulitnya berubah menjadi kekunin-kuningan, dan buah yang berwarna
hijau kekuningan siap ur,tuk dip an en apabila wama berubah menjadi kuning tua
ataupun kuning jingga (Tjiptadi dan Nasution, 1978) Biasanya setelah
143 hari pertumbuhan buah sudah maksimum dan pada umur 170 hari buah
telah dapat dipanen (masak).
2. Pengupasr.n Buah
Buah yang telah dipetik dan dikumpulkan kemudian dikupas sehingga
antara biji dan kulit buah terpisah. Pengupasan dapat dilakukan dengan
menggunakan pisau atau aril yang tajam dengan cara membelah buah baik
melintang maupun membujur tanpa mengenai biji di dalam"ya, karena biji yang
terluka sangat sen, it if terhadap serangan jamur dan serangga.
Cara lain yang lebih am an yang dilakukan pada proses pengupasan buah
adalah dengan menggunabn pemllkul kaY'l yang salah satu 'Ijungnya dibuat
buah sampai pecah (terkupas). Selanjutnya dilakukan pemisahan biji dan kulit
bual; dengan cara mengedilknya dengan menggunakan jari tangan.
3. Fermentasi
Tujuan utama proses fermentasi adalilh untuk mematikan biii kakao
sehingga perubahan-pe!l.lbahan yang penting dalam biji dr.pat dengan mudah
diatasi. Perubahan-perubahan tersebut antara lain perubahan warna keping biji,
meningkatnya aroma dan rasa serta memperbaiki konsistensi keping biji kakao.
Tujuan lain dari proses fermentasi adalah untuk melepaskan pulp dari keping
blji, mernperlonggar kulit biji, sehingga setelah proses pengeringan kulit ini
mudah dilepaskan dari keping biji (Tjiptadi dan Nasution, 1978). Sedangkan
menu rut Nasution (1985) proses ferrnentasi bertujuan memperoleh biji kakao
yang stabil dalam hal rasa dan aroma yang disukai untuk pembuatan kakao
konsumsi. Dengan fermentasi, perkecamb'lhan biji penyebab rasa pahit dapat
dicegah.
Dalam proses fe;mentasi kakao terjadi beberapa perubahan kimia, lisik
dan biologis pada biji Perubahan-perubahan ini y<:ng akan menentukan I'lutu
biji kakao tersebut terutama dari segi warna, aroma, rasa dan konsistensi biji.
Proses fermentasi berlangsung secara alamiah oleh jasad renik. Oleh
karena itu fermentasi sangat dipengaruhi o!eh k'mdisi lingkungan Dalam
proses fermentsi, suhu ideal adalah 45 - 60
"c.
Menurut Howat, Powel dan9
l11enyarankall lama fermentasi adalail seiama enan, hari dan jika dalnll1 proses
fermeiltasi menggunakan kotak ferl11er.tasi (fenllentation box) tebal tumpukan
biji tidak melibihi 40
em
Sedangkan menu rut Soenaryo dan Situmorang (1978), proses ferl11entasi
dapat dilakukan dalam peti yang alas ll1aupun dindingnya berlubang agar aerasi
dan drainase dapat berlangsung dcng'l!1 baik. Oapat juga dipakai keranjang
atau ditumpuk dengan alas serta penutupnya menggunakan daun pi sang,
karung atau bahan sejenis lainnya. Untuk menyeraga,l1kan fal11entasi
dilakukan pengadukan satu kali dalam sehari selama fermentasi berlangsung.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses fermentsi biji kaKao
tergantung pada jumlah pikmen ungu yang terdapat didalam biji kakao segar
Oisamping itu, waktu fermentasi juga dipengaruhi ('Ieh ukuran biji kakao yang
diolah. Beberapa faktor lain yang juga mempenga!',Jhi la,na waktll proses
fermentasi anara lain jumlah biji yang diolah, varietas kakao dan mllsim selall1a
peilgolahan tersebut.
Waktu fermentasi ini sangat penting artinya dalam memperoleh biji kakao
yang mempunyai mutu yang tinggi. Waktu fermentasi yang terlalu lama
l11enyebabkan kulit biji menjadi rapuh dan l11enipis, sehingga selama proses
sortasi diperoleh persentase biji pecah yang tinggi, berat biji berkurang dan
beberapa pengaruh negatif lainnya, seperti kel11ungkinan kehilangan aroma khas
perturnbuhan jamur pada kulit luar bij; kakao tersebut. PertLlmbuhar. jamur
meningbt apabila, waktu proses fermentasi melebihi delapan h<:ri, dan 「セQ@ ini
menyebabkan kehilangan aroma khas kakao. Sedangkan waktu fermentasi
yang terlalu singkat memungkinkan bagian dari biji tersebut belum mati,
sehingga kemungkinan proses metabolisme yang terjadi pad a biji tersebut terus
uerjalan (Tjiptctdi dan Nasution, 1973).
Tanda-tanda fermentasi telah selesai adalah pulp mudah dibersihkan, kulit
biji berwarna coklat dan bau asam cuka yang jelas. Sed"ngkan proses
fermentasi yang belum selesai ditandai dengan pulp masih berwarna putih, kulit
biji masih berwarna ungu dan biji masih berbau alkohol.
4. Pel'endaman
Perendaman biji kakao dilakukan dengan tujuan lintuk menghentikan
proses fermentasi dan untuk memperoleh bentuk biji kakao yang bulat. Selain
itu, perendaman dilakukan dengan maksud untuk mengurangi kadar asam cuka
dari biji serta warna kulit biji menjadi lebih cera h dan merata.
Persentase biji bulat lebih besar dengan adanya proses perendaman.
Selain itu, bentuk fisik biji tersebut iebih menarik apabila dibandingkan dengan
biji yang tidak melalui proses perendaman terlebih dahulu. Menurut Sunaryo
dan Situmorang (1978), perendaman yang dilakukan lebih dari 12 jam akan
11
5. Pencucian
Proses pencucian dilakukan setelah perendaman. Tujuan dari pencucian
adalah untuk mengurangi lapisan lendir (pulp) supaya dalam proses
pengeringan dapat berlangsung lebih cepat dengan kadar kulit yang rendah dan
rupa bagian luar biji akan tampak lebih menarik.
Pencucian yang terlalu bersih akan menyebabkan hilangnya berat yang
banyak, kulit biji yang rapuh dan mudah terkelupas. Hardjosuwito (1984)
menganjurkan pencucian ringan.
6. Pengeringan
Pada akhir proses fermentasi, kadar air dalam biji kakao berkisar 60 %,
dan biji harns dikeringkan hingga kadar air turun menjadi 6 % - 8 % basis
basah (Chatt, 1953) scbelum biji disimpan atau dijual. Jika biji dikeringkan
sampai kadar air terlalu rendah (dibawah 6 %), maka biji akan mudah rapuh
dan getas, sedangkan jika kadar airnya terlalu tinggi (diatas 8 %), maka
、ゥォィ。キセエゥイォ。ョ@ pertumbuhan jamur rada biji tersebut 3\.:3'1 lebih cepat.
Pengeringan pada kakao tidak hanya untuk melepaskan atau
menguapkan air dalam biji saja, tetapi juga akan me:lghentikan proses-proses
biologis dan kimiawi dalam biji tersebut yang berlangsung terus-menems sejak
mulai fermentasi. Hal ini dapat tercapai bila udara pengering dapat masuk ke
dalam biji. Pada saat it!: diharapkan udara masuk secara perlahan-lahan melalui
Pros.es pengeringan dapat dilcikukan dengan tiga cara yaitu pengeringan
ala01ialt (sun drying), pengeringan buatan (artificial drying) dan kQlllbinasi dari
keduanya (Urquhart, 1961).
Pengeringan dengan Illenggunakan sinar Illatahari (sun drying) lebih
セ@
disukai daripada Illenggunakan alat pengering Illekanis (buatan) Hasil
pcngeringan dengan Illenggunakan sinar Illatahari Illenghasilkan biji kakao yang
lebih baik dengan warna coklat kemerahan da mengkilat, sedangkan jika
pengeringan dengdn menggllnakan alat pengering l11ekanis akan dillasilkan biji
kakao dengan warna pucat atau kusalll. Akan tetapi pengeringan dengan
menggunakan sinar Illatahari mempunyai beberapa kendala, yaitu tergantung
pada cuaea at au iklim dan membutuhkan waktu yang eukup lama. Menurut
Chat! (1953), pengeringan secara alamiah HセuiQ@ dlying) melllbutuhkan waktu
sekitar enam hari dalam keadaan euaea kering, dan tiga minggu jika dala:n
keadaan euaea basah. Sedangkan jika menggul'akan alat pengering Illekanis,
lama pengeringan dapat diperpendek menjadi:; - 4 hari ..
Dalam proses pengeringan dengan menggunakan sinar Illalahari, selain
waktu yang diperlukan lama, juga membutuhkan tenaga kerja yang bany«.k
serta tempat pengeringan yang luas.
7. Mutu dan sortasi biji kl!kae
Biji bb.o kering hasil pengolahan biasanya beragam Oleh karen a itu,
13
dan biji-bijian diluar katagori kehs serta memilih biji kakao kering berdasarkan
tingkatan mutunya. Mutu b;ji kabo ditentukan o!eh beberapa faktor antara
lain keasaman, flavour, kemmnian, keseragaman biji, kadar bahan yang dapat
dimakan dan sifat kandungan lemaknya.
Menurut Nasution (1985), kalasifikasi mutu di perkebunan Indonesia
dilakukan secura subyektif terhadap penampakan fisik biji (Tabel 1). Untuk
kepentingan ekspor, Departemen Perdagangan Republik Indonesia menetapkan
klasifikasi mutu biji kakao kenng Indonesia yang berpedoman pada
International Cacao Standard (TabeI2).
Tabel 1. Kalsifikasi mutu biji kakao kering hasil perkebunan di Indonesia a)
A warna coklat merata, biji penuh
B warna coklat kurang merata, kulit bercak, biji tidak bulat penuh dan
ada yang rusak
C warna tidak merata, biji gepeng, keriput
G campuran biji yang terpecah atau belah
Z i-biji yang berwarna hitam
Sumber: a) Nasution (1985)
Tabel2. Standar kakao Internasional a)
biji berjamur 3 4
biji slaty 3 8
biji dirusak serangga, pipih dan berkecambah 3 6
[image:29.600.126.546.362.756.2]C. T1NJAUAN UMUM PENGERINGAN
1. Proses Pengeringan
Pengeringan atau dehidrasi melllpakan proses Illengeluarkan all dari
bahan hasil pertanian atau bahan pangan. Pengertian pengeringan dan dehidrasi
sebenarnya dapat dibedakan berdasarkan tingkat kadar air bahan yang
dikeringkan. Penge,ingan adaiah proses pengeluarafJ air dari suatu bahan
dengan menggunakan energi panas menuju kadar air keseimbangan dengan
udam ,ekeliiing (atmosfir) atau pada tingkat kadar air yang setara dengan
aktivitas air (Aw) dimana mutu bahan dapat dijaga dari serangan Jamur,
aktivitas serangga dan enzim (Henderson dan Perry, 1976).
Dehidrasi adalah suatu proses mengeluarkan atau menghilangkan air
dengan menggunakar. energi panas, hingga tingkat kadar air yang sang at
rendah mendekati "bone dry". Bone dry didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana seluruh air pada bahan telah dikeluarkan hingga kadar air bahan
tersebut adalah nol (Brooker, 1974).
Selain itu, proses pengeringan bahan pertanian dapat juga diartikan
sebagai proses pengambilan alau penurunan kadar bahan sampai batas tertentu
sehingga dapat memperlambat laju kerusakan bahan pertanian abbat aktivitas
biologis dan kimia sebelum bahan diolah atau dimanfaatkan (Brooker, 197<1)
Sedangkan manfaat pengenngan bahan pertanian antara lain,
15
mutu yang sekecil-kecilnya, daya kccambah benih dapat dipel1ahankan dalam
waktu yang lebih lama serta '11eningkatkan mutu dan nila; ekonomis bahan
pcrtaniall tersebut (Hall 1957, Brooker et ai, 1974)
Mekanisme pengeringan diterangkan melalui teori tekanan uap. Air yang.
diuapkan terdiri dari air bebas dan air terika!. Air bebas berada di permukaan
dan yang pel1ama-tama mengalam! pengllapan. Bila air pcrmukaan tclah h?bis.
maka terjadi migrasi air dan uap air dari bagian dalam ke permukaan secara
difusi (Hall, 1957, Henderson dall Perry, 1976). Migrasi air dan uap air te:jadi
karen a perbedaan konsentrasi atau tekanan uap pada bagian dalam dengan
bagian luar.
Penguapan air dari biji-bijian meliputi proses pe!epasan ikatan air dari
material biji-bijian, difusi air dan uap air ke permukaan, perubahan fasp
menjadi uap all', transfer uap air dari permukaan ke udara sekitar dan
perpindahan Ulp air di udara (Brooker et aI, 1981).
Dan menu rut Brooker (1981), ada beberapa hal yang mempengaruhi
proses pengeringan, yaitu kecepatan udara pengering, suhu udara pengering
dan kelembaban udara pengering
Brooker et ai, ( 1974) ュセュ「・、。ォ。ョ@ laju pengermgan dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah proses pengenngan yang berlangsung dengan laju
pengeringan tetap (constant rate period). Dan tahap yang kedua adalah proses
Seluma periocie laju pengenngan tetap, laju perpindahan air hanya
terb"tas pada evaporasi dari air perm'jkaan bahan at au didalam permukaan
bahan. Laju pengeringan (etap ini terjadi pada bahan yang berkadar air tiOlggi,
sehingga laju penguapan air pada peri ode ini dapat disamakan dengan laju
penguapan air pada permukaan bebas. Dan biasanya peri ode ini berlangsung
sebentar, hingga air bebas pada permukaan telah habis. Laju pengeringan tetap
pada pengeringan hasil pertanian berbentuk biji-bijian merupakan periode yang
sangat singkat, sehingga dalam perhitt:ngan keselumhan proses dapa! di?baikan
( Henderson dan Perry, 1976 ).
Laju pengeringan tetap ini akan berlangsung terus sampai sampai air
benas yang ada di permukaan bahan habis, setelah itu laju pengeringan akan
menurun. Laju pengeringan menu run ini dibagi dua proses yaitu pe:'pindahan
air dalam ke permukaan bahan dan perpindahan uap air dari perl11ukaan bahan
ke udara sekitarnya. Kadar air pada saat laju pengeringan berubah dari laju
pengeringan tetap menuju laju pengeringan menurun discbut kadar kritis.
Setelah pcngeringan rnencapai kadr'f air kritis, maka proses pengeringan
akan berlangsung deOlgan periode laju pengeringan mcnurun. Peri ode laju
pengeringan menurun terjadi apabi1a kecepatan difusi air dan dalam biji-bijian
ke permukaan sama dengan kecepatan pengeringan uap air maksimum
biji-bijian ( Heldman dan Singh, 1981 ) Laju pengeringan menurun akan terjadi
17
Lahan y:mg dikeringkan tidak lagi ditutujJi oleh lapisan air. JlImlah 。ゥセ@ terik,,(
makin iセNュ。@ makin berkurang karena terjadi migrasi air dari bagian dalam kc
permukaan secara difusi ( Henderson dar. Perry, 1976 )
Menurut Hall (1980) air yang dikandung oleh bahan akan mengllap ke
udara apabila tekanan lIap bahan lebih tinggi dari tekaran uap udara. Migrasi
air dari tempat yang bertekanar. uap tinggi ke tempat yang bertekanan uap
rendah adalah sebanding dengan selisih tekanan uapnya. Tekanan uap air
didalam ruang pengering akar. naikjika dipanasi. Hal ini menyebabkan tekanan
menjadi lebih tinggi dari tekanan uap udara, sehingga terjadi perpindahan air
dari bahan ke udara. Mengalirnya air dari dalam ke permukaan Lahan
berlangsung secara difusi, sedangkan dari pennukaan bahan ke udara
herlangsung secara penguapan biasa. Ilustrasi dari kedua proses [aiu
pengeringan teoritis biji kakao terlihat pada Gambar 3
A
\
セ@
CWaktu Gam)
A - B = Keccpatan pCllgcrint;all tClap
B - C = Keccp:ltan pcngcringall mCllurun tahap I
C - D = Kcccpalan pcngcringaa mCllurun t<lhap 2
[image:33.603.92.519.429.689.2]D
2. Kadar ail' keseimbaligan
Kadar air keseimbangan adalah kaelar air dari bahan yang higmskopis
dimana tekanan uap bahan seimbang dengan lingkungannya ( BroC'ker et <1/,
1974). Sedangkan Heldman セ@ 1975 ) mendefinisikan kadar air keseimbangan adalah kadar air pada saat tekanan uap air dari bahan seimbang dengan
lingkungannya, sedangkan kclembaban relatif pada saat terjadinya kadar air
keseimbangan disebut kelembaban relatif keseimbangan
Dalam merencanakan dan mengoperasikan suatu s;stem pengenngC.n,
pengetahuan mengenai kadar air keseimbangan pada suatu bahan adalah suatu
hal yang sangat per.ting, karena kondisi kadar air keseimbangan diperlukan
dalam mempelajari proses pengeringan komoditi pertanian, dimana Kadar iar
keseimbangan mener.tukan berapa kadar air minimum vang dic'lpai pada suatu
konc!isi pengeringan (Brooker et al. 1974). Dan haJ ini sangat digunakan dalam
menentukan kadar air yang aman untuk menyimpan suatu komoditi.
Disamping itu, kadar air keseimbangan dapat dipakai untuk menentukan
tekanan uap dari bahan. Pengaruh nyata suhu terhadap kadar air keseimbangan
yaitu semakin tinggi suhu pada kelengasan nisbi konstan akan menurunkan
kadar air keseimbangan (Brooker et (11.1981 ).
DaJam mencapai kadar air keseimbangan dengan lingkungannya. terdapat
dua macam proses, yaitu proses adsorpsi dan desorpsi Kadar air
19
k(;hilangan air, scdangkan kadar air keseimbangan ad SOl psi adalc,h kadar air
ィウセゥュ「。ョァ。ョ@ yang teljadi karen a bahan menyerap ilir.
Daiam sorpsi isotermi dikenal f'roses desorpsi dan adsorpsi. Desorp,i
( pengeringan ) adalah pelepasan air dari bahan yang relatif basah, sedangkan
adsorpsi adalah penyerapan air atau uap air oleh bahan yang relatif kering.
Sorpsi isotermi bahan pangan umumnya berbentuk sigmoidal atau huruf" S "
seperti tampak pada Gambar 4.
Kurva sorpsi isotermi adalah kurva yang menunjukkan antara kadar air
keseimbangan ( Me ) suatu bahan pangan dengan RH udara lingkungan pada
tingkat suhu tertentu. Sorpsi isotermi suatu bahan hasil pertanian tergantung
pada suhu, kelembaban relatif, kematangan ,jenis dan varietas tanaman.
Sorpsi isctermi dalam bahan pangen dibagi menjadi tiga daerah, yaitu
daerah pertama menunjukkan terjadinya adsurpsi lapisan tungga! atau
monolayer, yang menunjukkan air terikat kuat sekali, daerah kedua terjadi
adsorpsi lapisan jamak atau multilayer dimana air terikat agak lell1ah dan
ll10lekul air tersusun mell1bentuk lapisan kedua diatas lapisan pertall1a, Daerah
ketiga adalah terjadinya kondensasi air pada pori bahan, Air dalam
1
1+---+> ,
,
,
,fdesorpsi
B
I
I
•. f
absorpsi
c
L -_ _ _ _ セ@ _ _ _ _ _ _ _ _ L _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ +
20
4060
RH (%)
80
Gambar 4. Bentuk umum sorpsi bahan pangan
3. Panas Laten Penguapan
100
Panas laten adalah energi yang digunakan untuk l11E;ngubah air dari sualL:
fase ke fase lain. Panas laten ini dibagi menjadi tiga, yaitu (I) panas laten
penguapan, (2) panas laten pembekuan, (3) panas laten sublimasi.
Panas laten penguapan ( Hfg ) adalah panas yang tersedia atau digunakan
untuk menguapkan air dari bahan. Panas laten penguapan tergantung dari suilu
dan kadar air. Panas laten pen;;(uapan akan semakin tinggi apabila kadar air
dan suhu rendah. Pacta Gambar 5 dapat dilihat perubahan fase yang dinyatakan
dengan diagram fase. Diagram fase tersebut menyatakan hubungan antara suhu
dan tekanan. Panas laten yang dibutuhkan pada perubahan fase dari cair ke
[image:36.603.81.515.82.351.2]l
B\
\
PADAT
PELEBURAN
C PENGUAPAN
CAIR
o
GASセlimasi@
T
Gambar 5. Diagram perubahan fase
I
GMMMMMセセセセセMMセ@
I
121
Panas ャ。エセョ@ penguapan air pada beberapa tingkat suhu dapat dilihat pada
Tabel 3 dibawah ini.
[abel 3. Panas laten penguapan air ,,)
15,55 2464,92
26,67 2439,34
37,"/8 2416,08
48,89 2385,86
60,00 2357,95
71,1 J 2330,05
93,33 2302,
J"
100,00 2255,63
HaJJ (1957)
[image:37.603.115.526.79.320.2] [image:37.603.130.514.424.642.2]4. Diagram Psikrometrik
Proses pengeringan pada tumpikan biji-bijian dengan mengalirkan udara
panas dapat dianggap suatu proses adiabatis. Hal ini berarti bahwd panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan air dari biji-bijian hanya diberikan oleh udara
pengering tanpa tambahan energi dari luar. Pada saat udara pengering
mcnembus biji-bijian scbagian panas sensibel udara pengering c!ilibah menjadi
panas laten untuk menguapkan air bahan.
Pendekatan analisis perbandingan yang dilakukan adalah berdasarkan
mekanisme eksternal dari aliran f1uida ( suhu, kelembaban, dan laju ali ran
udara). Selama berlangsungnya proses pengeringan, terjadi penurunan suhu
bola kering yang disertai dengan kenaikan kelembaban mutlak dan kelengasan
nish. Sedangkan suhu bola basah dan entalpinya tetap. IIIustrasi proses
[image:38.602.100.504.461.687.2]pengenngan sec"ra adiabatis pada kurva psikrumetrik dapat dilihat p?da
Gambar 6.
Tl T3 T2
Suhu Bola Kering ("e)
Kcterangal1 :
(I) -(2) : proses pemanasan udara
(2) - (3) : proses pcngcringnll
H\ : kclcmbaban Illutlak pada kondisi (I) (kg air/kg uk)
H; : kclcmbaban ud",,, pau" kondisi (3) (kg air/kg uk)
hn ) : cnthalpi udara p<lcta セ|Noョ、ゥウゥ@ (I)
(kJ/kg uk)
ィゥセャZ@ cnthalpl udara pacta kondisi セRI@
(kl/kg uk)
TI suhu udar" pada kondlsi (I)
ee)
T, suhu udam pada kOlldisi (2)
ee)
T; suhu udara pacta kondisi (1) CC)Beberapa parameter yang berpengaruh エ・、セ。、。ー@ proses pengenngan, diantaranya suhu dan kelembaban udara pengering, laju aliran lld<:ra, serta
bdar air awal dan kadar air akhir bahan (Brooker et ai, ! 974). Selanjutnya
Henderson dan Perry (I955) menyatakan bahwa proses pengenngan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luas permukaan pengenngan,
perbedaan kelembaban antara bahan dengan udara pengering, koetisien
perpindahan uap air, dan kecepatan volume aliran udara pengering.
5. Pcnge!'ingan Biji Kakao
Proses pengeringan biji kakao bertujuan untuk menurunkan kadar
an-sehingga aman disimpan sebelum dipasalkan. Pada aklrir fermentasi kadar aIr
!:liji kakao berkisar 60 %_ Biji kakao akan aman disimpan bila mempllnyai
kadar air 6 % - 8 %, dan jika biji kakao mempunyai kadar air lebih dari 8. 'i %_
maka akan mudah terserang jamur (Wood, 1970) Hal ini disebabkan karena
pada kondisi tersebut blji kakao akan mempunyai nilai aktivitas air (Aw)
sebesar 0.87, sehingga merupakan media yang coeok bagi pertumbuhan jamur
(Rohan, 1963)
Proses pengeringan dapat mempengaruhi mutu biji kakao kering,
terutama pembentukan aroma, rasa dan keasaman biji. Rohan (1963)
merekomendasikan bahwa pengeringan pendahuluan yang eepat pada suhu
90°C selama I - 3 jam kemudian diikuti pengeringan perlahan pada suhu
memuaskan. Hal ini disebabkan oleh pembelltukan senyawa calon
aroma dapat beIjalan dengan baik, karella mei1umt Rohan (1963) pada
kondisi tersebut suhu pada biji kakao tidak lebih besar dari 55 DC,
sedangkan aerasi tetap beIjalan dengan adanya hembusan angin dari
alat pengering.
Seda."1gkall Wood (1975) merekomendasikal1 bahwa
nengeringan yang konstan dengan aliran udara 180 - 540 meter
perdetik pada suhu 80 DC akan menghemat biaya operasi, karena biji
kakao akan kering dalam waktu yang relatif singkat.
Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan suhu yang konstan
yang akan memberikan panas yang cukup tinggi pada biji kakao,
karena suhu pada biji kakao mendekati suhu ali ran udara, yaitu 80 DC
Dalam pengeringan dengan menggunakan alat pengering
mekanis, biji kakao yang dikeringka!l secara cepat dengan suhu
pcngering: yang tinggi akan berper.gamh terhadap bau asam yang tajam
dan biji kakao akan mengandung asam lemak yang lebih banyak
daripada yang dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari.
Sedangkan pengeringan biji kakao dei1gan menggunakan
smar matahari (penjemuran) lebih disukai daripada pengeringan
buatan. Hal ini disebabkan pengeringan secara penjemuran dapat
menyebabkan teIjadinya proses aerasi yang lebih baik , sehingga oiji
26
l1lenghasilkan rasa kakao yang enak (Siregar, 1964) Pengeringan seca;'a
penjenlllran juga l1lel1lberikan flavour yang lebih baik dibandingkan dengan
pengeringan secara buatan (lit qhatt, 1961).
Selain itu, penjemuran biji kakao akan memberikan kondisi yang baik
bagi berlangsungnya reaksi-reaksi pembentukan aroma. Koridis yang dimaksud
adalah suhu pengeringan yang tidak terlalu tinggi yaitu 「・イォゥセ。イ@ 40
"e,
aerasiyang baik serta pengikatan sinar ultraviolet, sehingga dengan demikian
reaksi-reaksi enzimatis yang penting dalam pemhentu kart aroma dapat
berlangsung secara tahap demi tahap secara sempurna.
Aspek kimia yang paling penting dari proses pengeringan adalall
terjadinya reaksi hrowning enzimatis yang mellghasilkan warna coklat pada
keping biji. Reaksi ini dapat terjadi karena adanya enzim polijello/-oksiduse
yang mengoksidasi senyawa polileno/.
Griffiths (1975) menyatakan bahwa senyawa epicatechin adalah substrat
utama bagi enzim po1!feno/-oksida.l'e dalam reaksi tersebut. Senyawa ini
dikenal sangat sepat, apabila tidak teroksidasi secara sempurna selama proses
pengenngan maka akan terdapat rasa sepat yang tidak dinginkan pada biji
A. WAKTU DAN TEMPAT
Pe!ai<sanaan pene!itian dilakukan bulan Agustus 1997 sampai bulliI:
Oktober 1997. Penelitian dan pembuatan alat dilakukan di Perkebunan
Rajamandala, PT Perkebunan Nusantara VIII, Bandung - Jawa Barat dan
Laboratoto,-ium AP4 -FA TET A, IPB.
B. PEMBUAT AN ALAT PENG-ERING
Alat pengering yang dirancang adalah alat pengering biji kakao tipe rak
zig-zag dengan menggunakan batu bara sebagai sumber panas. Panas yatlt'
diperoleh dari hasil pembakaran batu bara ak'ln disalurkan ke elemen pemindah
panas (heat exchanger) kemudian disalurkan ke dalam ruang pengering untuk
mengeringkan bahan. Dan panas yang telah dipakai mengeringkan bahan, abn
dibuang ke Iingkuilgan melalui cerobong per.Jbuangan. Skema alai pengering
yang dirancang seperti tertera pada Gambar 7. Sedangkan gambar selengkapnya
tertera pada l。ューゥセ。ョ@ I.
Konstruksi alat pengering yang dirancang terJiri dari kerangka yallg terbuat
dari kayu kaso, dinding dan bagian sungkup serta cerobong terbuilt dari seng,
kerangka rdk terbuat dari kayu, dan alas setiap rak terbuat dari bambu yang
28
---:;i""'-f--- pintu pemasukan
セMMMMKMMM ruang pengering
「ゥェゥォ。ォ。ッMMMMMイMMMMセセセ@
rak bahan ----t7'=---i ィセKMMM pintu pengeluaran
tungku pembakaran
Gambar 7. Skema alat pengering kakao tipe rak zig-zag
Untuk tungku digunakan plat besi dengan tebal 1.2 mm dan alas untuk
pembakaran batu bara serta alas untuk heat exchanger terbuat dari besi siku ukuran
5 x 5 em yang dipotong-potong dan dirakit dengan jarak antara potongar. yang satu
dengan yang lainnya adalah I em. Diatas tungku pembakaran diletakkan kerikil
yang berfungsi sebagai heat exchanger dengan tebal tumpukan adalah 3 em. Hal
ini dilakukan agar api yang diperoleh dari hasil pembakaran batu bara pada tungku
pembakaran tidak langsung mengenai bahan yang dikeringkan, akan tetapi terlebih
dahulu memanaskan kerikil yang keJ11udian memanaskan udara yang masuk pada
[image:43.602.102.509.93.440.2]selanjutnya dipakai untuk mengeringkan bahan yang ada pada set,,:p rak. Udala
yang tebh dipakai untuk mengeringkan bahan selaniulnya abn keluar mda1ui
ccrobong atas pada alat pengering.
Tinggi keseluruhan alat yang dibuat adalah 3.45 meter, yang terdiri dari kaki
setinggi 0.15 meter, ruang pengering setinggi 2.10 meter, sungkup dan eerobcng
setinggi 0.70 meter. Karena "Iat ini cukup tinggi, maka menimbulkan masalah
dalam penggunaan didalam ruangan. Oleh karen a itu, alat ini lebih tepat dipakai
dan digunakan diluar ruangan.
Untuk proses pemasukan bahan yang akan dikeringkan, dimasukkan melalui
pintu pemasukan yang terletak pada kedua sisi panjang alaI pad a bagian sungkup
Karena alat yang dibuat ini cukup tinggi, maka untuk proses pemasukan bahan ini
digunakail tangga yang dapat di!)indah-pindahkan.
C.
RANCANGAN FUNGSIONAL DAN STRUKTlJRALI. Rancangan fungsional
a. Elemen Pelnindah Pan«s
Elemen pemindah panas berfungsi untuk memiildahkail panas dali
sumber panas (batu bara) ke udara pengering Dengan demikian
pemai1asan udara dilakukan seeara tidak langsung. Sistim ini membcrikan
beberapa keuntungan yaitu mencegah bau yang dr timbulkan oleh sumber
pem'lnas, meneegah bertambahnya kandungan llap air pada udara
30
b. RUling Plenum
Ruang plenul11 adalah mang tempat dimana lIdara ャゥャGァォオョァセョ@
dipanaskan. Fosisi ruang ini tcrletak di bawah lUang pengerillg. Dikedua
sisi pendek ruang ini diberi III bang sebagai tell1pat ll1asuknya udara
lingkungan yang akan dipanaskan.
c. Ruang Penger-jng
Ruang pengering adalah ruangan dimana terdapat rak-rak tell1pat
bahar. di keringka'l. Bagian atas dari ruang pengerir.g yaitu bagian
sungkup, dimana terdapat dua buah pintu untuk ll1elllasukan bahan. Pada
bagian bawah terdapat dua buah pintu lIntllk ll1engeluarkan bahan ケ。ョセ@
telah mengalami proses pengeringan. Pada ーャャョ」セォ@ ruang pengering
terdapat cerobong sebagai saluran keluarnya lIap air dan udara yang telah
clipakai dalall1 pengering.
Ruang pengering yang dirancang berbentuk kotak dan bagian alas
ruang pengering berbentuk limas segi ell1pal, dill1ana pad a kcdua sisi
panjangnya sekaligus ll1erupakan pintu untuk ll1ell1asukan ba'lan yang akan
dikeringkan.
d. Rak Bahan
Rak bahan berfungsi sebagai wadah dari bahan yang dikeringkan
diatur. Keuntungan rak bahan secara zig-zak adalah a!iran udara tiapat
berjalan secara lancar dan dapa! mef'genai selul1lh bahan yang dikeringkail
Rak bahan terdapat dalam ruang pengering yang terdiri dari dua
rangkaian zig-zak. Masing-masing rangkaian terdiri dari sembilan rak.
Rak paling bawah pada setiap rangkaian berfungsi sebagai saluran
penge!uaran bahan yang tdah dikeringkan.
e. Sumber Energi Peruanas
Sunlber enegi pemanas yang digunakan adalah pembakaran balu
bara yang berada pada tungku pembakaran pada alat pengering. Dari hasil
pembakaran tersebnt yang akan memanaskan kerikil sebagai heat
exchanger yang berada didasar ruang plenum dan selanjutnya akan
memanaskan udara iingkungan yang ma,uk pada ruang pienuill dan
menjadi udara pengering yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan.
2. Rancangan Struklllral
a. Ruang Pen gering
Ruang pengering berbentuk kotak dengall panjang 1.2 l11eter. lebar
.0 meter dan tinggi2.10metel. Rangka ruang pengering terbuat dari kayu
reng dengan ukuran 4 em x 6 em. Dan dinding ruang pengering tf'rbuat
32
b. Rat.: Bahan
Rak hallan terbuat dari kayu reng 2 em ;,: 3 em dengall panjang I 12
meter dan lcbar 0.33 meter. Pada ketiga sisi rak bahan dibuat dinding yang
terbuat dari papan dengan tinggi bersih yang dapat diisi biji kakao aJalah
8.0 em. Alas rak terbuat dari bambu dengan diameter 0.5 el11.
c. Ccrob(llIg
Cerobong yang terdapat diatas sungkup ruang pengering berbentuk
silinder terbuat dari plat seng der.gan ukumn panjang 30 el11 dan diameter
15 em dan to pi eerobong berbentuk kerucut.
d. Rnang plenum
Ruang pleneum ini terdapat dibawah ruang pengering Dikedua sisl
pendek dari ruang ini diberi lubang yang berflll1gsi sebagai ,aluran
masuknya udara lingkungan yang akan dipanaskan.
D. BAHAN DAN ALA T
1. Bahan
Bahan yang d:gunakan dalam pengujian alat pengenng ini adalah biji
kakao yang telah difermentasi dan siap untul( dikeringkan dan batu bara
sebagai sumber bahan bal(ar. Dan bahan yang digunakan sebagai heat
2. AIM
Alat-alat yang digunakan dalam ー・ョセオェゥ。ョ@ "Iat ini adalah •
1. Termameter alkohol
2. Timbangan digital
,
Oven pengering
o.
4. Desikator
5. Velometer
6. Kakao tester
7. Wadah
8. Stop watch
9. Tempat sampel
E. PROSEDURPERCOBAAN
1. Pe."Cobaall Pendahllilian
Percobaan pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan •
I. Untuk mendapatkan suhu pengeringan yang konstan sebesar 70
lie
2. Untuk menentukan pengumpanan batu bara yang harus digunakan lIntllk
mendapatkan suhu konstan tersebut diatas
3. Menentllkan slIdllt ongg0k biji kakao.
Pada percobaan peJldahuluan ini juga dilakukan dtngan mengeringblll
sejUlnlah biji kakaa dtngan tujuan uptuk mendapatkan sudul onggok ya:lg
J4
Pada proses penglsl<m biji kakao pada tiap rak bahan, ォ・ュゥイゥョァセョ@ rilJ,;
dipasang pada sudut 70
"e
sesuai dengan sudut refos biji ォ。セ、q@ hasil peilelitianyang telab rlilakukan sebelumnya. Tetapi pada penelitian, slldut onggok biji
kakao tidak didapatkan. Kenyataan ini didapatklan setelab diadakan pengisian
-baban, dimana baban terus jatuh dari rak yang paling atas ke rak bawabnya dan
akhirnya baban berhenti dan bertumpllk pada rak yang p".ling bawab.
Tidak didapatkannya sudut onggok ini disebabkan oleb jarak pertemllan
antara setiap rak terlaiu jauh, sehingga tidak memungkinkan biji Kakao yang
telah dimasukkan pada alat pengering membentuk sudllt onggok pad a
pertemuan antara rak yang nantinya akan menahan tllrunnya biji kakao pada
rak dibawahnya, sehingga akan membentuk ketebalan baban seperti yang
diinginkan.
Karena sudllt onggok biji kakao pada alat ini tid3k dapat tercipta pada
waktll proses pemasukan bahan, maka untuk menghentikan turunnya biji kakao
setelah ketebalan baban yang diinginkan telab tercipta pada proses pengisian
bahan pacta rak , maka dipasang papan penahan untllk setiap raknya Setelah
semua rak terisi dengan bahan, maka bahan yang ada pada rak diratakan sesuai
dengan ketebalan yang diinginkan. Gambar dari rak yang telah diisi dengan
2. Percobaan Pengeringan
Percobaan pengujian ini dilakukan dengan mengeringkan biji kakao
dengan langkah-Iangkah sebagai berikut
I. Buah kakao yang telah dipetik dikupas dan dikeluarkan bijinya. Biji kakao
tersebut selanjutnya difermentasi selama lima hari. dibiarkan dua hari. sekali
dibalikkan dan dibiarkan tiga hari
2 Merendam dan mencllci biji kakao basah yang telah difermentasi
3. Penimbangan berat total biji kakao yang telah dicliCi dan ditlriskan
4 Persiapan alat pengering, seperti pengisian bahan bakar pad a tllllgkll
pembakaran dan dihitung beratnya
[image:50.595.102.461.127.342.2]Gambar 9. Alat pengering kakao tipe rak zig-zag
6. Penyalaan bahan bakar.
7. Pemasukan biji kakao pada pintu pemasukan pada alat pengering dan
pengeringan dimulai .
8. Pengukuran dan pencatatan suhu setiap satu jam sekali dan kadar air pada
setiap dua jam. Pengukuran dilakukan hingga kadar air bahan yang
diinginkan telah tercapai.
[image:51.597.97.482.83.419.2]8iji kakao segar
1
Difermentasi (5 hari)
1
Perendaman dan pencucian
1
Ditiriskan selama 30 menit
1
Penimbanga berat total biji kakao basah yang akan dikeringkan
J.
Persiapan alat pengering
1
Pemasangan sensor pada titik yang akan diamati
セ@
Pemasukan biji kakao yang akan dikeringkan
セ@
Proses pengeringan
セ@
Pengukuran (suhu, kadar air, kecepatan a1iran adara)
l.
Penimbangan biji kakao
1
Analisa parameter ( kadar air dan suhu)
[image:52.605.147.430.91.619.2]3. Perlakllall
Perlakuan pada percobaan pengeringan ini adalah ketebalan biji kak,ll)
yang terdiri dari dua level. yaitu ketebalan bahan 30 em dan ketebalan '.0 Cill
Suhu udara pengering diusahakan dipertahankan pada level 70 T selam<l
Penuerinuan t;J =:> berlanusunu t;J o·
F. PENGAMATAN DAN PENGUKUR<\N
I. Kadar Ai,.
Untuk proses pengeringan dengan menggunakan alat pengering tipe rak
zig-zag yang telah dibuat dengan cara mengeringkan biji kakao hingga kadar
air bahan yang dikeringkan berkisar 6 - 8 % basis basah. Jika kadar air pada
bahan yang ada pada rak telah mencapai kadar air seperti yang telah
ditentukan, maka bahan yang ada pada rak yang bersangkutan dikeluarkan dari
alat pengering dan bahan yang ada pada rak lain yang belum mencapai kadar air
6 - 8 % basis basah tetap diam dan terus dikeringkan Proses pengeringan
dihentikan jika seluruh bahan yang dikeringkan pada rak pengering telah
mencapai kadar air 6 - 8 % basis basah
Dalam menentukan kadar air bahan ini digunakan alat ukur berupa kakao
tester yang memiliki skala pengukuran 0 - 20 %. Kekurangan dari alat ukur ini
yai!u tidak dapat dipakai dalam proses pengukuran kadar air bahan yang masih
basah atau dengan kata lain tidak dapat mengukur kadar air bahan diatas 20 セッ@
8 %, l11aka bahan pada rak tersebut langsung dikeluarkan dari alat pengering.
jika kadar air pada bahan belul11 l11encapai kadar air seperti vang telail
ditetapkan, maka bahan yang ada pada rak tersebut terus dikeringkan. Gambar
dari kakao tester ini dapat dilihat pada Gambar II dibawah ini
Gambar 11. Kakao tester
Dan untuk mendapatkan kadar aIr bahan vanu
セ@
'"
sesunggu hnya.pengukuran dilakukan dengan eara metode oven, yaitu setiap sal1lpel yang telah
diambil dalam setiap peride dua jam pada setiap rak, ditimbang berat awalnva
[image:54.602.137.393.302.475.2]pada oven pengering adalah 100°C. Gambar dari oven pengeri ng i Jll :'l'jWrll
[image:55.599.165.376.171.352.2] [image:55.599.110.497.509.768.2]yang tertera pada Gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12. Oven pengering
Setelah semua sampel mengalami proses pengeringan dalal1l o\·en selal11Cl
72 jam, maka setiap sal1lpel dikeluarkan dari oven pengering dan didinginkan
didalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang berat akhirnva Kadar
air awal ditentukan dari selisih berat (awal dan akhir), yaitu •
tnl - 1112
(% bb ) x 100 % t)
1111
( % bk ) x 100 %
dimana .
m\ berat awal
Timbangan dan desikator yang digunakan dalam penentuan kaclar air
bahan seperti yang tertera pada Gambar 13 dan Gambar 14 Perubahan kadilr
air selama pengeringan dilakukan dengan mengambil ben!t contoh pad a rak
atas, rak tengah dan rak bawah selama proses pengeringan berJangsung
Gambar 13. Timbangan digital Gambar 14. Desikator
2. Suhu
Pengukuran suhu udara yang diamati meliputi suhu bola basah dan bola
kering dari lldara lingkungan, suhu udara rak alas, rak tengah, dan rak bawah,
suhu udara didalam cerobong dan suhu udara ruang plenum.
Untllk mempertahankan suhu pengeringan yang konstan di ruang plenum
sesuai yang diinginkan yaitu 70
"c,
maka tial' periode satu jam suhu selaludikontrol. Jika suhu di ruang plenum kurang dari suhu yang telah ditentllkan, I
l11aka diadakan penambahan bahan bakar batu bara pad a tungku pembakaran
[image:56.607.81.508.193.466.2]Jika slIilu penger11lg p{lda ruang plenulll herlebih clan suhu |Mエャエャセ@ h.'lllil
ditetapkan, maka bahan bakar yang ada pada tungku pClllbakaran dukurangi
atau dikeluarkan sebagian Gambar dari proses pcmbakaran bahan bah-ar halU bara pada tllngkll pembakaran seperti terlihat pada Gambar l'i eli baIVah inl
Gambar 15 TlIngku pembakaran bah an bakar
Untuk proses pengukllran suhu ini, digunakan 1'0 bllah tennometer
alkohol y,mg telah dipasang pada POS1SI mi1smg-l11aSlng scperti yang tclah
ditentukan, yaitu di cerobong atas. di rak paling atas. di rak tengah. di rak
bawah, di ruang plenulll.masing-masing satu buah dan dlla buah dipasang diluar
[image:57.605.137.496.218.417.2]