• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Perbandingan antara Metode

SYBR

Green

dan Metode

Hydrolysis

Probe

dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan

DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan

Real

Time

PCR

SKRIPSI

AFIFAH NURUL IZZAH NIM : 1110102000014

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

(2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Perbandingan antara Metode

SYBR

Green

dan Metode

Hydrolysis

Probe

dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan

DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan

Real

Time

Polymerase Chain Reaction (PCR)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AFIFAH NURUL IZZAH NIM : 1110102000014

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

(3)

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Afifah Nurul Izzah NIM : 1110102000014 Tanda Tangan :

Tanggal : 9 Oktober 2014

(4)

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Afifah Nurul Izzah

NIM : 1110102000014

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul : Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode

HydrolysisProbe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)

Disetujui Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt NIP: 19750104200912201

Zilhadia, M.Si., Apt NIP: 197308222008012007

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(5)

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Afifah Nurul Izzah NIM : 1110102000014 Program Studi : Farmasi

Judul : Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt ( )

Pembimbing II : Zilhadia, M.Si., Apt ( )

Penguji I : Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt ( )

Penguji II : Lina Elfita, M.Si., Apt ( )

Ditetapkan di : Ciputat

(6)

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRAK

Nama : Afifah Nurul Izzah Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode

Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemanfaatan gelatin secara luas menimbulkan kontroversi dan kekhawatiran bagi masyarakat muslim karena pada umumnya gelatin terbuat dari kulit babi dan sapi. Salah satu teknik analisis yang dapat membedakan gelatin sapi dan gelatin babi adalah Real Time PCR. Real Time PCR merupakan metode analisis berbasis DNA yang handal, efektif, dan terpecaya. Dalam analisa kualitatif dan kuantitatif, Real Time PCR membutuhkan pewarna fluoresens. Pewarna fluoresens yang umum digunakan pada Real Time PCR, yaitu SYBR Green dan Hydrolysis Probe. Telah dilakukan perbandingan antara metode SYBR Green dan Hydrolysis Probe dalam analisis DNA gelatin menggunakan Real Time PCR. DNA pada gelatin diekstraksi dan diisolasi menggunakan kit komersial. Isolat DNA gelatin sapi dan DNA gelatin

babi didapatkan sebanyak 19,38 ng/μl dan 13,63 ng/μl dengan kemurnian 1,566 dan

1,573. Isolat DNA dilakukan analisis dengan metode SYBR Green menggunakan suhu annealing 65oC untuk primer sapi dan suhu annealing 60oC untuk primer babi. Isolat DNA dianalisis dengan metode Hydrolysis Probe menggunakan suhu

annealing 60oC untuk primer babi dan primer sapi. Hasil analisis dari kedua metode menunjukkan bahwa metode Hydrolysis Probe mampu mengidentifikasi DNA pada gelatin secara spesifik dibandingkan menggunakan metode SYBR Green.

(7)

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRACT

Name : Afifah Nurul Izzah Major : Pharmacy

Title : Comparison of SYBR Green and Hydrolysis Probe methods in Analysis of Porcine Gelatin DNA and Bovine Gelatin DNA Using Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)

The wide usage of gelatin in various products led to continous controvercy among Muslim consumers because most of them are derived from porcine and bovine skin. One of the analytical techniques that can differentiate bovine gelatin and porcine gelatin is Real Time PCR. Real Time PCR is a DNA-based technology analysis which is a robust, effective, and reliable. In qualitative and quantitative analysis, there are two kinds methods popular of floresence dye. They are SYBR Greenand Hydrolysis Probe. In this study, we have perfomed a comparison between SYBR Green method and Hydrolysis Probe method in analysis Porcine gelatin DNA and Bovine gelatin DNA using Real Time PCR. The DNA is extracted and isolated by commercial kit. Porcine gelatine DNA and Bovine gelatin DNA obtained were 19.38 ng/μl and 13.63 ng/μl with purity were 1,566 and 1,573. Then, DNA isolates were analyzed by SYBR Green methods, with annealing temperature was 65oC using bovine primer and 60oC using porcine primer. While DNA is analyzed by Hydrolysis Probe methods, with annealing temperature was 60oC using both

porcine primer annd bovine primer. The result showed that Hydrolysis Probe is able to identify DNA of porcine and bovine gelatin with high specificity than SYBR Green.

(8)

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KATAPENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode

HydrolysisProbe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan Real Time PCR”. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Far) pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selesainya penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. MK.Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt. sebagai Pembimbing I dan Ibu Zilhadia, M.Si., Apt. sebagai Pembimbing II yang sangat baik telah memberikan ilmu, nasehat, waktu, tenaga, pikiran, materi dan dukungan selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Bapak Drs.Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Kedua orang tua, ayahanda tersayang Ali Mugiono dan ibunda tercinta Fahrida yang selalu ikhlas memberikan dukungan moral, material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa yang tiada pernah putus di setiap hembusan nafas beliau hingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga kepada kakakku tersayang Aini Zahra dan adikku tercinta Abdurrahman Marahimin yang selalu memberikan dukungan dan semangat

5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di farmasi, FKIK UIN Jakarta

(9)

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Kak Rahmadi, Kak Liken, Kak Eris, Kak Lisna, Kak Rani, Kak Tiwi, Kak Lilis, dan Kak Ai yang sangat banyak membantu penulis melakukan penelitian di laboratorium.

8. Teman-teman seperjuangan tim PCR: Yanti dan Kak Sulaiman yang selalu meluangkan waktunya untuk bekerja sama, berdiskusi, memberikan masukan, membantu penulis dalam melakukan peneltian, serta memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas kebersamaan yang indah ini.

9. Tim Roche Indonesia: Pak Deka, Pak Yos, dan Mbak Helen yang telah memberikan masukan dan bantuan selama penulis melakukan penelitian. 10.Sahabat tersayang “ngocol”: Dias, Zakiya, Ipho, Vicka, Diah, Amel, Dita, dan

Desi yang senantiasa mewarnai kehidupan selama dikampus. Terima kasih atas dukungan, kasih sayang, perhatian, doa dan persahabatan yang indah ini. 11. Farida, Yusna, Fahrur, Yuni, Deisy, Desti, Hanny, Liana, Delvina, Mayta,

Athiyah, Fathia, Dwikky, Hadi, Fikry, yang menginspirasi. Terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis nantikan. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 14 Oktober 2014

(10)

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Afifah Nurul Izzah

NIM : 1110102000014

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan

Menggunakan Real Time PCR

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : Oktober 2014

Yang menyatakan,

(11)

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix

DAFTAR ISI... x

2.1.1 Sifat Fisika Kimia Gelatin... 5

2.1.2 Struktur Kimia Gelatin... 7

2.1.3 Aplikasi dan Pemanfaatan gelatin... 7

2.2 Asam Nukleat... 8

2.2.1 DNA... 9

2.2.3.1 Struktur DNA... 9

2.2.3.2 Sifat Fisika DNA... 11

2.2.2 DNA Mitokondria... 12

2.3 Ekstraksi dan Isolasi DNA... 14

2.4 Elektroforesis Gel Agarosa... 16

(12)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 Metodologi Penelitian... 26

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 26

3.1.1 Tempat... 26

3.3.1 Ekstraksi dan Isolasi DNA... 27

3.3.2 Analisis Isolat DNA... 29

3.3.2.1 Analisis Isolat DNA dengan Elektroforesis Agarosa... 29

3.3.2.2 Analisis Isolat DNA dengan Spektrofotometri UV... 30

3.3.3 Uji Spesifisitas Primer dan Probe dengan Database NCBI... 31

3.3.4. Amplifikasi DNA Menggunakan Real Time PCR... 31

3.3.5.1 Amplifikasi DNA dengan Metode SYBR Green... 31

3.3.5.2 Amplifikasi DNA dengan Metode Hydrolysis Probe... 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 36

4.1 Hasil Analisis Isolat DNA... 36

4.1.1 Hasil Analisis Isolat DNA dengan Elektroforesis Agarosa... 36

4.1.2 Hasil Analisis Isolat DNA dengan Spektrofotometri UV... 37

4.2. Hasil Uji Spesifisitas Primer dan Probe dengan Database NCBI... 38

4.3 Hasil Amplifikasi DNA Gelatin Sapi dan Babi Menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)... 40

4.3.1 Hasil Amplifikasi DNA Gelatin Sapi dan Babi Menggunakan Real Time PCR dengan Metode SYBR Green... 40

4.3.2 Hasil Ampifikasi DNA Gelatin Sapi dan Babi Menggunakan Real Time PCR dengan Metode Hydrolysis Probe... 46

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 50

5.1 Kesimpulan... 50

5.2 Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA... 51

(13)

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Metode Ekstraksi Gelatin dari Jaringan yang Mengandung

Kolagen... 5

Gambar 2.2 Struktur dan Asam Amino Penyusun Kolagen dan Gelatin... 6

Gambar 2.3 Komponen Asam Amino Penyusun... 7

Gambar 2.4 Struktur Nukleotida... 9

Gambar 2.5 Ikatan Fosfodiester pada DNA dan RNA... 10

Gambar 2.6 Struktur DNA... 11

Gambar 2.7 Struktur Mitokondria... 12

Gambar 2.8 Struktur DNA Mitokondria... 13

Gambar 2.9 Presipitasi DNA Setelah Penambahan Etanol Absolut... 15

Gambar 2.10 Interkalasi Etidium Bromida pada DNA... 18

Gambar 2.11 Tahapan Proses PCR... 19

Gambar 2.12 Pelipatgandaan Molekul DNA Target... 21

Gambar 2.13 Bentuk Kurva Real-TimePCR... 23

Gambar 2.14 Mekanisme Hydrolysis Probe dan SYBR Green... 25

Gambar 4.1 Hasil Elektroforesis Isolat DNA... 37

Gambar 4.2 Hasil Uji Spesifisitas Primer Babi pada Database NCBI... 39

Gambar 4.3 Hasil Uji Spesifisitas Primer Sapi pada Database NCBI... 39

Gambar 4.4 Kurva Amplifikasi dengan Metode SYBR Green Menggunakan Primer Sapi... 41

Gambar 4.5 Melting Peaks Hasil Amplifikasi dengan Metode SYBR Green Menggunakan Primer Sapi... 42

Gambar 4.6 Kurva Amplifikasi dengan Metode SYBR Green Menggunakan Primer Babi... 44

Gambar 4.7 Melting Peaks Hasil Amplifikasi dengan Metode SYBR Green Menggunakan Primer Babi... 45

Gambar 4.8 Kurva Amplifikasi dengan Metode Hydrolysis Probe Menggunakan Primer-Probe Sapi... 47

(14)

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisaran Umum Konsentrasi Agarosa... 17

Tabel 2 Urutan Basa Primer-Probe... 27

Tabel 3 Pengaturan Program Amplifikasi dengan Metode SYBR Green... 32

Tabel 4 Pengaturan Program Amplifikasi dengan Metode Hydrolysis Probe.. 34

Tabel 5 Konsentrasi dan kemurnian DNA hasil isolasi... 38

Tabel 6 Campuran Reaksi SYBR Green Mastermix... 60

Tabel 7 Campuran Reaksi Hydrolysis Probe Mastermix... 60

(15)

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kerangka Penelitian... 57

Lampiran 2 Perhitungan Pembuatan Larutan Primer dan Probe... 58

Lampiran 3 Perhitungan Tm (MeltingTemperature) Primer... 60

Lampiran 4 Campuran Reaksi Mastermix untuk Amplifikasi DNA... 61

Lampiran 5 Hasil Optimasi Suhu Annealing dengan Metode Gradien PCR. 62 Lampiran 6 Spesifikasi Kit Ekstraksi dan Isolasi DNA... 63

Lampiran 7 Hasil Kurva Amplifikasi dan Melting Peaks dengan Metode SYBR Green Menggunakan Primer Sapi dengan Suhu Annealing 20 detik dan Waktu Extension 30 detik... 69

Lampiran 13 Hasil Kurva Amplifikasi dan Melting Peaks dengan Metode SYBR Green Menggunakan Primer Babi dengan Waktu Annealing 20 detik dan Waktu Extension 25 detik... 70

Lampiran 14 Hasil Kurva Amplifikasi dengan Metode Hydrolysis Probe Menggunakan Primer Sapi... 71

Lampiran 15 Hasil Kurva Amplifikasi dengan Metode Hydrolysis Probe Menggunakan Primer Babi... 71

(16)

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR SINGKATAN

BHQ-1 : Black Hole Quencher-1

BLAST : Basic Local Aligment Search Tool

CP : Crossing Point cyt b : Cytochrome b

dATP : Deoxyadenosine Triphosphate

dCTP : Deoxycytidine Triphosphate

dGTP : Deoxyguanosine Triphosphate

dNTP : Deoxyribonucleaside Triphosphate

dTTP : Deoxythymidine Triphosphate

DNA : Deoxyribonucleic Acid

ELISA : Enzyme-linked Immunosorbent Assay

FAM : Fluorescein Amidite

FTIR : Forier Transform Infrared Spectroscopy

LCMS : Liquid ChromatographyMass-Spectrophotometry

mtDNA : mitochondria DNA

NCBI : National Center for Biotechnology Information

NTC : No Template Control

PCR : Polymerase Chain Reaction

pb : Pasang Basa

qPCR : Quantitative Polymerase Chain Reaction

RE : Retikulum Endoplasma RNA : Ribonucleic Acid

SDS : Sodium Dodesil Sulfat

TAE : Tris-Acetate-EDTA Tm : Temperature Melting

(17)

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR ISTILAH

BLAST : Basic Local Aligment Search Tool merupakan program untuk menganalisis kesejajaran sekuen query (DNA atau protein) dengan sekuen DNA atau protein pada database

NCBI.

Blastn : Nucleotide Basic Local Aligment Search Tool merupakan salah satu variasi dari program BLAST untuk menganalisis kesejajaran nukleotida query dengan nukleotida pada

database di NCBI.

CP : Crossing Point merupakan siklus yang menunjukkan sinyal fluoresensi dari akumulasi amplikon telah melewati garis

threshold.

Garis Treshold : Garis penanda siklus awal dari reaksi PCR yaitu saat sinyal fluoresensi berada pada tingkat terendah ( siklus 3-15). Formasi Hairpin : Terbentuknya struktur loop/hairpin pada primer yang

disebabkan oleh interaksi intramolekular yang dapat memicu terbentuknya amplifikasi yang nonspesifik.

Melting curve : Analisis data pada Real-time PCR digunakan untuk menguji spesifisitas amplikon yanng terbentuk.

Mis-priming : Penempelan primer di luar sekuen target sehingga membentuk produk amplifikasi yang nonspesifik.

NCBI : National Center for Biotechnology Information merupakan suatu institusi milik United States National Library of Medicine yang berperan sebagai sumber informasi perkembangan biologi molekular. Situs NCBI berisi

database meliputi gene bank mengenai sekuens DNA atau protein serta memuat publikasi ilmiah.

NTC : No Template Control merupakan kontrol negatif karena well tidak dimasukkan DNA.

Primer-Dimer : Berikatannya suatu primer dengan primer sejenis atau dengan primer lainnya sehingga membentuk produk amplifikasi yang nonspesifik.

Query : Sekuen yang dimasukkan ke dalam program BLAST untuk diketahui kesejajarannya.

(18)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gelatin adalah polipeptida larut air yang merupakan hasil hidrolisis

parsial kolagen dari kulit, tulang dan tulang rawan hewan (Zhang et al.,

2008). Gelatin memiliki sifat yang unik dan berbagai fungsi yaitu sebagai zat

pembentuk gel, zat pengental, zat pembentuk film, zat pengemulsi, dan zat

pensuspensi (Rowe, Sheskey & Quinn, 2009). Oleh karena itu gelatin

digunakan secara luas dalam berbagai sektor industri, misalnya sektor industri

farmasi, makanan, fotografi, kosmetik, dan produk kedokteran. Dalam

industri makanan, gelatin dapat ditemukan dalam produk ice cream, jelly,

dan marshmallow. Pada industri farmasi, gelatin digunakan dalam tablet,

cangkang kapsul keras dan lunak, tablet salut gula, enkapsulasi vitamin, dan

pensubtitusi plasma darah (Nhari, Ismail & Che Man, 2012).

Sumber gelatin yang beredar di pasaran berasal dari babi, sapi, tulang

ikan, kerang, rumput laut, dan lain-lain (Hinterwaldner, 1997; R.T. Jones,

2004). Produksi gelatin di dunia pada tahun 2007 dilaporkan bahwa 46%

berasal dari kulit babi; 29,4% dari kulit sapi; 23,1% dari campuran tulang

babi dan sapi; dan 1,5% dari tulang ikan, kerang, dan lain-lain (Guillen et al.,

2009). Pembuatan gelatin yang bersumber dari babi dan sapi lebih banyak

diminati karena gelatin yang dihasilkan memberikan kualitas yang lebih baik

dibandingkan dengan sumber lainnya seperti ikan (Hinterwaldner, 1997).

Gelatin umumnya masih diimpor dari negara-negara nonmuslim

sehingga menimbulkan kontroversi kehalalannya. Pemanfaatan gelatin dalam

berbagai bidang industri dan peningkatan kesadaran masyarakat muslim

terhadap penggunaan produk halal, menimbulkan konsekwensi perlunya

perlindungan konsumen dengan pemberian jaminan kehalalan sumber gelatin

(Jamaludin et al., 2012). Hal ini membutuhkan metode identifikasi gelatin

sapi dan gelatin babi yang handal, tepercaya, efektif, dan efisien.

(19)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Keberadaan gelatin babi dan sapi pada produk pangan, kosmetik, dan

obat-obatan sangat sukar untuk diidentifikasi karena memiliki sifat fisik dan

kimia yang sangat mirip (Nemati et al., 2004). Oleh karena itu, perlu

diupayakan metode yang akurat untuk identifikasi gelatin sapi dan gelatin

babi. Metode identifikasi gelatin sapi dan gelatin babi telah banyak dilakukan

dan dikembangkan. Di antaranya dengan teknik presipitasi kimia (Hikada dan

Liu, 2003), FTIR (Hashim et al., 2010), LCMS (Zhang et al., 2008), ELISA

(Venien dan Levieux, 2005), dan analisis berbasis DNA dengan Real Time

PCR (Cai et al., 2011; Demirhan et al., 2011).

DNA merupakan molekul yang memiliki kestabilan tinggi, sehingga

analisis berbasis DNA dengan Real Time PCR dapat dilakukan pada produk

olahan. Selain itu, metode ini dapat mendeteksi campuran gelatin babi dan

gelatin sapi dengan level kontaminasi 1% (Cai et al., 2011; Demirhan et al.,

2011). Dengan metode ini, kita dapat mengamati secara langsung hasil

amplifikasi atau perbanyakan DNA fragmen. Metode ini juga dapat

menentukan konsentrasi DNA yang terdapat pada sampel dengan mengukur

peningkatan pewarna fluoresens yang berpendar ketika terikat dengan untai

ganda DNA (Arya et al., 2005). Dengan demikian, analisis kehalalan gelatin

dengan Real-Time PCR merupakan metode yang sederhana, handal dan

terpercaya (Cai et al., 2011).

Dalam mendeteksi dan identifikasi DNA pada sampel, Real Time PCR

membutuhkan pewarna fluoresens. Pewarna fluoresens yang umum

digunakan dalam Real-Time PCR adalah SYBR Green dan Hydrolysis Probe.

Pewarna fluoresens SYBR Green akan berpendar ketika terinterkalasi dengan

untai ganda DNA. Sedangkan fluoresens dari Hydrolysis Probe akan

berpendar ketika Probe, yang merupakan dua pewarna fluoresens (terdiri atas

Reporter dan Quencher), secara fisik terpisah melalui hidrolisis oleh aktivitas

nuclease (Arya et al., 2005). Dibandingkan Hydrolysis Probe, metode SYBR

Green lebih ekonomis dan mudah dalam penanganan. SYBR Green tidak

memerlukan Probe yang membutuhkan banyak biaya untuk mensintesisnya.

Namun demikian, SYBR Green sangat tergantung dari spesifisitas primer

(20)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga menyebabkan terbentuknya produk amplifikasi yang nonspesifik.

Sedangkan Hydrolysis Probe lebih mampu mencegah terjadinya produk

amplifikasi yang nonspesifik (Arya et al., 2005).

Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara metode SYBR

Green dan metode Hydrolysis Probe dalam analisis DNA gelatin sapi dan

DNA gelatin babi dengan menggunakan Real Time PCR.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Belum diketahuinya efektivitas metode SYBR Green dan Hydrolysis

Probe dalam menganalisis DNA gelatin sapi dan gelatin babi

menggunakan Real Time PCR.

b. Belum diketahuinya apakah metode SYBR Green dan metode Hydrolysis

Probe secara spesifik dapat mengamplifikasi DNA gelatin sapi atau

gelatin babi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui perbandingan hasil analisis DNA gelatin sapi dan DNA

gelatin babi dengan metode SYBRGreen dan Hydrolisis Probe.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

perbandingan metode SYBR Green dan metode Hydrolysis Probe dalam

analisis DNA gelatin sapi dan DNA gelatin babi, khususnya pada produk

(21)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gelatin

Kata gelatin berawal dari bahasa latin “gelatus” yang berarti kaku

atau beku. Gelatin adalah polipeptida hasil hidrolisis parsial kolagen yang

diperoleh dari jaringan ikat, kulit, atau tulang rawan sapi dan babi. Proses

hidrolisis ini dapat dikatalisis dengan penambahan asam kuat atau basa kuat

(Rabadiya, 2013). Ketika kolagen diperlakukan dengan asam atau basa dan

diikuti dengan panas, struktur fibrosa kolagen dipecah ireversibel

menghasilkan gelatin. Gelatin dihasilkan melalui cross-linking (ikatan silang)

diantara rantai polipetida pada kolagen dengan disertai sejumlah perusakan

pada rantai ikatan peptida (Zhou dan Regenstein, 2004). Selain berasal dari

hewan mamalia, gelatin juga dapat diperoleh dari limbah tulang ikan.

Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang

yang biasanya tidak terpakai dan dibuang dirumah pemotongan hewan (Balti

et al., 2010).

Berdasarkan proses pembuatannya, gelatin dapat dikategorikan

dalam dua prinsip dasar (Jannah, 2008), yaitu:

a. Gelatin Tipe A (Acid)

Gelatin ini dihasilkan dengan proses asam dari bahan baku kolagen.

Tipe A umumnya diperoleh dari kulit babi, tetapi ada juga beberapa

pabrik yang menggunakan bahan dasar tulang babi. Kulit dari babi

muda tidak memerlukan penanganan alkalis yang intensif, karena

jaringan ikatnya tidak terlalu kuat. Oleh karena itu, pada proses ini

kulit muda cukup direndam dengan asam klorida (HCl) encer selama

beberapa hari, kemudian dinetralkan dan dicuci beberapa kali dengan

aquadest agar garam yang terbentuk hilang.

b. Gelatin Tipe B (Base)

Gelatin tipe tipe ini dihasilkan melalui proses basa atau alkali. Bahan

dasar biasanya berasal dari kulit tua atau keras maupun tulang

(22)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ruminasia. Proses pembuatannya yaitu bahan mula-mula direndam

dalam larutan kalsium hidroksida, sehingga ikatan jaringan kolagen

akan mengembang dan terurai. Kemudian bahan dinetralkan dengan

asam dan dicuci dengan aquadest untuk menghilangkan garam yang

terbentuk.

Gambar 2.1 Metode ekstrasi gelatin dari jaringan yang mengandung kolagen (Sumber: Ikada, 2002)

2.1.1 Sifat Fisika Kimia Gelatin

Fraksi protein pada gelatin hampir seluruhnya terdiri atas berbagai

macam asam amino yang bergabung melalui ikatan amida dan membentuk

polimer yang linear. Gelatin memiliki berat molekul yang bervariasi yaitu

20 kDa sampai 200 kDa. Kadar protein pada gelatin tinggi yaitu pada

gelatin kering (dengan kadar air 8 – 12%) mengandung protein sekitar 84 -

86% (Carr et al.,1995).

Gelatin komersial secara luas diproduksi di berbagai belahan dunia.

Di eropa, gelatin untuk pangan tersedia dalam bentuk lembaran tipis (flake),

sedangkan di Amerika Serikat gelatin dapat diperoleh dalam bentuk granul

atau serbuk. Gelatin tidak memiliki rasa dan bau. Warna serbuk granul dan

flakes pada gelatin yaitu putih agak kuning pucat. Pada bentuk lembaran,

(23)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gelatin praktis tidak larut dalam pelarut organik seperti aseton,

kloroform, etanol (95%), eter dan metanol. Zat ini larut dalam gliserin,

larutan asam dan basa. Namun pada larutan asam kuat atau basa kuat,

gelatin akan mengalami presipitasi. Gelatin larut dalam air hangat dan

apabila didinginkan dibawah suhu 30oC, larutan koloid ini akan membetuk

gel dengan sifat tiksotropik dan reversibel menjadi cair kembali apabila

dipanaskan. pH larutan atau gel gelatin akan berbeda tergantung tipenya

yaitu tipe A pH 3,8 – 5,5; sedangkan tipe B pH 5,0 – 7,5.

Gambar 2.2. Struktur dan Asam Amino Penyusun Kolagen dan Gelatin (Sumber: http://www.gelatin.in)

Bloom (kekuatan gel)tergantung pada konsentrasi gelatin di dalam air,

berat molekul gelatin, dan pH gel. Bloom akan meningkat apabila

konsentrasi gelatin tinggi, berat molekul gelatin tinggi, dan pH gel yang

mendekati netral. Gelatin memiliki kekuatan Bloom yang bervariasi, yaitu

50 hingga 300. Industri gelatin umumnya mencampur bahan baku untuk

mendapatkan kekuatan gelyang diinginkan (Rabadiya, 2013).

2.1.2 Struktur Kimia Gelatin

Struktur gelatin terdiri dari 300 sampai 4.000 rantai asam amino yang

(24)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta amino spesifik yang berbeda dan bekerja sama berurutan untuk membentuk

rantai polipeptida dengan 1000 asam amino setiap rantai. Sebanyak 3 rantai

polipeptida terbentuk bekerja sama sebagai spiral sisi kiri untuk memberi

struktur sekunder. Dalam struktur tersier, spiral menggulung dan melipat

sendiri pada sisi kanan (triplehelix). Ini membentuk molekul berbentuk

tangkai yang disebut protofibril.

Rantai asam amino dominan yang terdapat dalam gelatin adalah glysin

(26-34%), prolin (10-18%) dan hidroksiprolin (7-15%). Jenis asam amino

lain terdapat dalam gelatin, yaitu alanin (8-11%), arginin (8-9%), asam

aspartat (6-7%), dan asam glutamat (10-12%). Meskipun demikian, gelatin

bukan merupakan protein yang lengkap. Hal ini karena gelatin tidak

mengandung asam amino triptofan dan hanya sedikit mengandung asam

amino isoleusin, treonin, metionin, sistein, dan sistin (Rabadiya, 2013).

Gambar 2.3. Komponen Asam Amino Penyusun Gelatin (Sumber: http://www.pbgelatins.com)

2.1.3 Aplikasi dan pemanfaatan gelatin

Gelatin merupakan bahan pangan yang telah lama digunakan

secara luas pada produk pangan dan farmasi. Gelatin tidak memiliki rasa

dan bau, akan tetapi gelatin memiliki sifat gel yang unik, sehingga dapat

digunakan sebagai penstabil, pengikat, dan pengemulsi dalam industri

(25)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta penstabil busa, yaitu dibutuhkan pada saat pembuatan permen. Bahan

pangan yang menggunakan gelatin antara lain cokelat, susu, permen, jelly,

roti, marshmallow, pada produk daging sebagai pengikat air, dan lain-lain.

Sedangkan penggunaan gelatin pada industri farmasi dan kedokteran

meliputi cangkang kapsul, salut tablet, zat pengemulsi dan penstabil dalam

pembuatan krim, mikroenkapsulasi, dan plasma pensubtitusi darah. Tidak

hanya pada industri pangan dan farmasi, gelatin juga dapat bermanfaat

pada bidang fotografi yaitu sebagai pelapis zat warna film.

Dari data SKW biosystem, penggunaan gelatin dalam industri

nonpangan sejumlah 100.000 ton, pada industri pembuatan film foto

sebanyak 27.000 ton, untuk kapsul lunak sebanyak 22.600 ton, untuk

produksi cangkang capsul keras sebanyak 20.200 ton, serta dalam dunia

farmasi dan teknis sebanyak 12.000 ton dan 6.000 ton. Penggunaan gelatin

dalam industri pangan adalah sebesar 154.000 ton, dimana penggunaan

terbesar adalah industri konfeksioneri yaitu sebesar 68.000 ton, dan produk

jelli sebanyak 36.000 ton. Pada industri daging dan susu memiliki jumlah

penggunaan gelatin yang sama yaitu 16.000 ton dan pada makanan

fungsional (food supplement) memeliki kontribusi penggunaan gelatin

yang sama yaitu sebesar 4.000 ton (LPPOM MUI, 2008).

2.2. Asam Nukleat

Asam nukleat dan protein merupakan senyawa polimer utama yang

terdapat pada sel. Asam nukleat berfungsi menyimpan dan mentransmisikan

informasi genetik dalam sel (Koolman & Roehm, 2005). Sel mempunyai

dua jenis molekul asam nukleat yaitu DNA (asam deoksiribonukleat) dan

RNA (asam ribonukleat). DNA menyimpan informasi genetik yang spesifik

untuk setiap individu dan spesies tertentu, yang akan diwariskan ke generasi

berikutnya (Gaffar, 2007). DNA ditemukan di dalam nukleus pada sel

eukariotik, dan ditemukan di sitoplasma atau nukleoid pada sel prokariotik.

Molekul RNA disintesis dari DNA template dan berperan dalam

(26)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.2.1 DNA

2.2.1.1 Struktur DNA

DNA dan RNA merupakan polimer linier (polinukleotida) yang

tersusun dari subunit nukleotida. Nukleotida merupakan ester dari asam

fosfat dan nukleosida. Komponen penyusun nukleotida terdiri dari tiga

jenis molekul, yaitu gula pentosa (deoksiribosa pada DNA atau ribosa

pada RNA), basa nitrogen heterosiklik, dan gugus fosfat yang bermuatan

negatif (Gaffar, 2007).

Gambar 2.4. Struktur Nukleotida (Sumber: Gaffar, 2007)

Basa yang ditemukan pada nukleotida adalah basa purin (adenin =

A, guanin = G) dan basa pirimidin (cytosin = C, tymin = T, dan urasil =

U). Monomer nukleotida mempunyai gugus hidroksil pada posisi karbon

3’, gugus fosfat pada posisi karbon 5’ dan basa pada posisi karbon 1’

molekul gula. Nukleotida satu dengan yang lainnya berikatan membentuk

polinukleotida melalui ikatan fosfodiester antara gugus 5’fosfat dengan gugus 3’hidroksil. Sehingga tulang punggung molekul DNA dan RNA

terdiri dari gugus fosfat dan pentosa secara bergantian (Stansfield et al.,

2003).

Struktur DNA mirip dengan struktur RNA. Perbedaan diantara

keduanya terdapat pada jenis gula dan basa pada monomernya serta

jumlah untai penyusunnya. DNA tidak terdapat gugus hidroksil pada

posisi karbon 2’ dari molekul gula (2-deoksiribosa) sementara pada RNA molekul gulanya adalah ribosa. Basa nitrogen yang terdapat pada DNA

(27)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta basanya adalah adenin, sitosin, guanin dan urasil. RNA merupakan

polinukleotida yang membentuk satu rantai/untai sedangkan DNA

merupakan polinukleotida yang membentuk 2 untai (heliks ganda) yang

memutar ke kanan. Kedua rantai polinukleotida memutar pada sumbu

yang sama dan bergabung satu dengan yang lainnya melalui ikatan

hidrogen antara basa-basanya (Gaffar, 2007).

(28)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada DNA, basa guanin berpasangan dengan basa sitosin

membentuk tiga ikatan hidrogen, sedangkan basa adenin berpasangan

dengan basa tymin membentuk dua ikatan hidrogen. Sehingga dalam

molekul DNA jumlah basa G akan selalu sama dengan jumlah basa C,

sedangkan jumlah basa A sama dengan jumlah basa T. Kemudian jumlah

basa purin akan sama dengan jumlah basa pirimidin (Purves et al., 2004).

Gambar 2.6. Struktur DNA (Sumber: Purves et al., 2004)

Untai ganda DNA saling berkomplementasi melalui basa

penyusunnya dengan arah antiparalel (berlawanan 5’→ 3’ dan 3’→5’),

ujung yang mengandung gugus fosfat bebas disebut ujung 5’ sedangkan

pada ujung lainnya yang mengandung gugus hidroksil bebas disebut

ujung 3’. Kedua untai tersebut saling melilit satu sama lain membentuk

struktur heliks ganda. Gugus fosfat dan gula yang tersusun bergantian

menjadi tulang punggung (backbone) molekul DNA sementara pada

bagian dalam terdapat basa yang melekat pada molekul gula (Gaffar,

2007). Struktur helix ganda membentuk pilinan berjarak 3.4 nm dengan

sepuluh pasang basa setiap pilinan dan memiliki lebar sekitar 2 nm

(Stansfield, 2003).

2.2.1.2 Sifat Fisika DNA

Untai heliks DNA dapat memisah menjadi struktur untai tunggal

(29)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sering dikenal dengan denaturasi. Denaturasi DNA bersifat reversible.

Proses pembentukan kembali struktur untai ganda dari keadaan

terdenaturasi disebut renaturasi. Proses renaturasi dapat berjalan jika suhu

mendekati suhu subdenaturasi (mendekati 60oC). DNA menyerap sinar

UV pada panjang gelombang 260 nm (Yuwono, 2009).

2.2.2 DNA Mitokondria

Mitokondria merupakan organel sel yang berfungsi sebagai penghasil

energi dalam bentuk ATP yang akan dipergunakan untuk aktivitas seluruh

sel-sel tubuh manusia. Mitokondria memiliki diameter sebesar 1-2 μm

(Passarge, 2007). Sel eukariotik rata-rata terdiri dari 103-104 salinan

mitokondria yaitu mencapai 25% volume sel. Mitokondria dikelilingi oleh

dua membran yaitu membran dalam dan membran luar. Membran bagian

dalam membentuk lipatan-lipatan yang disebut kristae dimana terdapat

enzim-enzim oksidase. Membran dalam juga memiliki permukaan yang

besar yang mengelilingi ruang matriks. Matriks ini mengandung DNA,

RNA, ribosom, dan berbagai enzim yang berperan dalam oksidasi zat-zat

makanan. DNA yang terdapat pada mitokondria disebut DNA mitokondria

atau disingkat menjadi mtDNA (Koolman dan Roehm, 2005).

Gambar 2.7. Sruktur Mitokondria (Koolman dan Roehm, 2005).

Umumnya, mitokondria terdiri dari 2-10 molekul DNA. mtDNA

merupakan DNA rantai ganda yang berbentuk sirkuler dengan ukuran

(30)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mtDNA relatif sangat kecil dibandingkan dengan ukuran DNA inti. DNA

mitokondria hewan secara umum memiliki jumlah dan jenis gen yang sama

yaitu 13 daerah yang mengkode protein (URF1, URF2, URF3, URF4,

URF5, URF6, URFA6L, URF4L, Cytochrome Oxidase unit I, Cytochrome

Oxidase unit II, Cytochrome Oxidase unit III, Cytochrome b dan ATPase 6);

2 gen pengkode rRNA yaitu 12S rRNA dan 16S rRNA; dan 22 gen

pengkode tRNA (Sharma et al., 2005).

Gambar 2.8. Struktur DNA Mitokondria (www.bmb.leeds.ac.uk)

Karakteristik mtDNA dapat dijadikan alat yang signifikan untuk

keperluan analisis. mtDNA mempunyai jumlah copy yang tinggi, meskipun

di dalam sel yang tidak mengandung inti. Jumlah copy per sel yaitu sekitar

1000-10000 sehingga mtDNA dapat digunakan untuk analisis sampel

dengan jumlah DNA yang sangat terbatas, atau DNA yang mudah

terdegradasi, apabila analisis DNA inti tidak dapat dilakukan. mtDNA

manusia diturunkan secara maternal sehingga setiap individu pada garis

keturunan ibu yang sama akan mempunyai tipe mtDNA yang identik.

Ukuran DNA mitokondria relatif kecil (14-39 kb) sehingga dapat dipelajari

sebagai satu kesatuan yang utuh. mtDNA mempunyai laju polimorfisme

yang tinggi dengan laju evolusinya sekitar 5-10 kali lebih cepat dari DNA

(31)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.3 Ekstraksi dan Isolasi DNA

Prinsip isolasi DNA adalah memisahkan DNA dari

komponen-komponen sel. Isolasi DNA dari organisme eukariotik dilakukan melalui

proses penghancuran membran sel (lisis), pemisahan DNA dari protein sel,

dan purifikasi DNA (Muladno, 2010). Berikut adalah uraian tahapan isolasi

DNA:

1. Penghancuran Membran Sel (lisis)

Untuk mendapatkan DNA, membran terlebih dahulu dilisiskan dengan

senyawa kimia seperti lisozim, EDTA, dan SDS. Lisozim merupakan

enzim yang dapat memakan dinding sel. Penggunaan Lisozim biasanya

untuk ekstraksi dan isolasi DNA dari sel tumbuhan. EDTA merupakan

zat yang dapat merusak membran sel dengan cara mengikat ion Mg2+

yang berfungsi untuk mempertahankan integritas sel maupun

mempertahankan aktivitas enzim nuklease yang merusak asam nukleat.

SDS (sodium dodesil sulfat) merupakan detergent yang dapat merusak

integritas membran sel dengan cara mengikat lipid yang terdapat pada

membran sel. Larutan pelisis sel umumnya terdiri atas satu atau lebih

detergent seperti SDS, NP-40, atau Triton X-100. Sel debris yang

ditimbulkan akibat cairan pelisis dilakukan setrifugasi sehingga hanya

tertinggal molekul nukleotida.

2. Pemisahan DNA dari Protein Sel

Protein pada sel dihancurkan dengan bantuan enzim proteinase K.

Enzim ini dapat memecahkan protein histon sehingga DNA terurai.

Untuk menghilangkan protein dari larutan, digunakan fenol (untuk

mengikat protein dan sebagian kecil RNA) dan kloroform (untuk

membersihkan protein dan polisakarida dari larutan). Umumnya

ditambahkan dengan perbandingan 1:1. Kemudian dilakukan

sentifugasi kembali untuk mengendapkan molekul yang berat, dan

dipisahkan DNA yang berada pada supernatant.

3. Purifikasi DNA

DNA yang telah dibersihkan dari protein masih tercampur dengan

(32)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta digunakan untuk mendegradasi molekul RNA. Dengan hilangnya

protein dan RNA, maka DNA dapat diisolasi secara utuh. Molekul

DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan cara

presipitasi menggunakan etanol absolut dan larutan garam. Dengan

adanya larutan garam (kation monovalen seperti Na+), pada suhu -20oC

etanol absolut dapat mengendapkan DNA dengan baik sehingga mudah

dipisahkan dengan cara sentrifugasi.

Gambar 2.9. Presipitasi DNA setelah Penambahan Etanol Absolut (Sumber: www.learn.genetics.utah.edu)

Pada umumnya isolasi DNA dengan metode konvensional yang

dijelaskan sebelumnya cukup melelahkan karena membutuhkan waktu hingga

beberapa jam bahkan beberapa hari. Selain itu, berkembang pesatnya

kebutuhan di bidang diagnostik molelular dan filogeni molekular yang

menuntut kecepatan, prosedur yang sederhana, hasil yang akurat dalam

ekstraksi DNA dari berbagai jenis sampel, menciptakan pengembangan

teknologi baru untuk pengektraksian DNA yang mudah dan lebih cepat dari

sebelumnya.

Salah satu pengembangan teknik purifikasi DNA adalah dengan

bantuan spin column yang mengandung silicon dioxide sebagai filter yang

dapat mengabsorpsi asam nukleat (Chee Tan dan Chin Yiap, 2009). Prinsip

ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode ini adalah berdasarkan tingginya

afinitas muatan negatif dari rantai utama DNA terhadap partikel silika yang

(33)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kondisi garam chaotropic seperti Guanidine-HCl. Garam ini dapat memecah

ikatan hidrogen antara ion oksigen pada DNA dengan ion hidrogen pada air.

DNA yang terabsorpsi oleh silika dapat dipisahkan dari protein dan sel debris

dengan pencucian. DNA murni kemudian dapat dielusi dari silika dengan

buffer Tris-EDTA atau Aquabidest (Gjerse et al., 2009).

2.4 Elektroforesis Gel Agarosa

Elektroforesis adalah suatu cara untuk memisahkan fraksi suatu

campuran berdasarkkan pergerakan partikel koloid yang bermuatan dibawah

pengaruh medan listrik. Cara elektroforesis telah digunakan untuk analisa

virus, asam nukleat, enzim, protein, serta molekul-molekul organik dengan

berat molekul rendah seperti asam amino (Westermeier, 2004).

Salah satu gel yang dapat digunakan pada elektroforesis adalah gel

agarosa. Agarosa digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan

memurnikan fragmen-fragmen DNA dengan ukuran molekul lebih besar dari

100 pb dan dijalankan secara horizontal. Molekul DNA termasuk senyawa

bermuatan negatif. Sifat ini menjadikan molekul DNA yang ditempatkan

pada medan listrik akan bermigrasi menuju kutub positif

Mobilitas fragmen DNA pada gel elektroforesis sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor (Sambrook et al., 2001), yaitu:

1. Ukuran Molekul DNA

Migrasi DNA terutama ditentukan oleh ukuran panjang DNA.

Fragmen DNA yang berukuran kecil akan bermigrasi lebih cepat

dibandingkan dengan fragmen DNA yang berukuran lebih besar.

Sehingga elektroforesis mampu memisahkan fragmen berdasarkan

ukuran panjangnya.

2. Konsentrasi Agarosa

Migrasi molekul DNA pada gel berkonsentrasi lebih rendah lebih

cepat daripada migrasi molekul DNA yang sama pada gel

(34)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 1. Kisaran umum konsentrasi agarosa (Muladno, 2010)

Konsentrasi

Konformasi atau bentuk rangkaian molekul DNA berukuran sama

akan bermigrasi dengan kecepatan yang berbeda. DNA dalam

bentuk sirkular akan lebih cepat bermigrasi dibandingkan dengan

DNA bentuk linier.

4. Voltase yang Digunakan

Kecepatan migrasi DNA sebanding dengan tingginya voltase yang

digunakan. Akan tetapi, apabila penggunaan voltase terlalu tinggi,

mobilitas molekul DNA meningkat secara tajam. Hal ini

mengakibatkan efektifitas pemisahan molekul DNA menurun

dengan meningkatnya voltase yang digunakan. Penggunaan voltase

yang ideal untuk mendapatkan separasi molekul DNA berukuran

lebih besar 2 kb adalah tidak lebih dari 5 Volt per cm.

5. Etidium Bromida

Keberadaan etidium bromida di dalam gel dapat mengakibatkan

pengurangan tingkat kecepatan migrasi molekul DNA linear sebesar

15%.

6. Komposisi Larutan Buffer

Apabila tidak ada kekuatan ion di dalam larutan, maka aliran listrik

akan sangat minimal dan migrasi DNA sangat lambat. Sementara

larutan buffer berkekuatan ion tinggi akan meningkatkan panas,

sehingga aliran listrik menjadi sangat maksimal. Ada kemungkinan

(35)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Visualisasi fragment DNA dilakukan dengan penambahan larutan

etidium bromida yang akan masuk (interkalasi) di antara ikatan hidrogen pada

DNA, sehingga pita fragmen DNA akan terlihat di bawah lampu UV

Pita DNA yang berpendar pada gel agarosa menunjukkan hasil positif bahwa

terdapat DNA pada setiap lajur. Larutan etidium bromida sangat berbahaya

dan bersifat karsinogen, oleh karena itu semua larutan yang mengandung

etidium bromida harus didekontaminasi sebelum dibuang. Selain etidium

bromida, pewarnaan dapat dilakukan dengan larutan SYBR safe sebagai

penggantinya (Muladno, 2010; Sambrook dan Russel, 2001; Gaffar, 2007).

Gambar 2.10. Interkalasi Etidium Bromida pada DNA (Sumber: www.sciencemag.org)

2.5 PCR

2.5.1 Pengertian PCR

PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu metode

amplifikasi DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh

dua buah primer oligonukleotida dengan bantuan enzim polymerase,

dimana potongan DNA tertentu dapat dilipat gandakan (Zyskind dan

Bernstain, 1992). Metode ini paling banyak dipelajari dan digunakan

secara luas. Dalam waktu sembilan tahun sejak pertama kali dikemukakan

(36)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi teknik utama dalam laboratorium biologi molekuler, antara lain

untuk transkripsi in vitro dari PCR template, PCR rekombinan, DNAse I

footprinting, sequencing dengan bantuan phage promoters, dan sebagainya

(Putra, 1999).

Teknik ini memungkinkan adanya amplifikasi antara dua region

DNA yang diketahui, hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu

memasukkannya ke dalam sel (in vivo). Primer yang digunakan sebagai

pembatas daerah yang diamplifikasi merupakan DNA untai tunggal yang

urutannya komplemen dengan DNA template-nya. Amplifikasi ini dapat

menghasilkan lebih dari satu kali DNA asli.

2.5.2 Tahapan PCR

Menurut Sambrook et al., (2001), tahapan yang terjadi dalam proses

amplifikasi DNA pada PCR yaitu pemisahan (denaturasi) rantai DNA

template, penempelan (annealing) pasangan primer pada DNA target dan

pemanjangan (extension) primer atau reaksi polimerisasi yang dikatalisis

oleh DNA polimerase.

Gambar 2.12. Tahapan Proses PCR (Sumber: www.bioserv.fiu.edu)

1.Denaturasi DNA template

Pada tahap ini, DNA untai ganda akan membuka menjadi dua

(37)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tinggi menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa

yang komplemen. Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu

90-95oC selama 3 menit untuk meyakinkan bahwa molekul DNA

target yang ingin dilipat gandakan jumlahnya benar-benar telah

terdenaturasi menjadi untai tunggal. Untuk denaturasi berikutnya,

waktu yang diperlukan hanya 30 detik pada suhu 95oC atau 15

detik pada suhu 97oC.

Suhu denaturasi dipengaruhi oleh sekuen DNA target. Jika

DNA target kaya akan G-C maka diperlukan suhu yang lebih

tinggi, hal ini dikarenakan ikatan hidrogen pada G-C lebih banyak

dibandingkan ikatan A-T. Selain itu, suhu denaturasi juga tidak

boleh terlalu tinggi dan waktu denaturasi yang terlalu lama, karena

dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya aktivitas enzim

Taq polymerase.

2. Penempelan Primer (annealing)

Primer akan menuju daerah yang spesifik, dimana daerah

tersebut memiliki komplemen dengan primernya. Pada proses

annealing ini, ikatan hidrogen akan terbentuk. Selanjutnya, enzim

Taq DNA polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen

tersebut akan menjadi sangat kuat dan tidak akan putus kembali.

Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50-60oC. Spesifisitas PCR

sangat tergantung pada suhu melting (Tm) primer, yaitu suhu

dimana separuh jumlah primer menempel pada template.

Temperatur penempelan yang digunakan biasanya 5oC di bawah

Tm, dimana formula untuk menghitung Tm = 4oC (G+C) + 2oC

(A+T). Semakin panjang ukuran primer, semakin tinggi

temperaturnya.

3. Reaksi polimerisasi (extension)

Primer yang telah menempel tadi akan mengalami

perpanjangan pada sisi 3' nya dengan penambahan dNTP yang

komplemen dengan template oleh DNA polimerase. Umumnya

(38)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada suhu 72oC karena merupakan suhu optimum Taq polymerase.

Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu

72oC diperkirakan antara 35 sampai 100 nukleotida per detik,

bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam, dan molekul DNA

target. Dengan demikian, untuk produk PCR sepanjang 2000

pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap

pemanjangan primer ini.

Ketiga tahapan tersebut terjadi dalam satu siklus. Produk DNA pada

siklus amplifikasi pertama akan menjadi cetakan pada siklus berikutnya.

Produk yang dihasilkan bersifat eksponensial (2n), dengan n adalah jumlah

siklus yang dilakukan (Keller dan Manak, 1989). Ini mengakibatkan PCR

sangat efektif karena dapat menghasilkan DNA dalam jumlah mikrogram

dari jumlah DNA awal dalam pikogram (Zyskind dan Bernstain, 1992).

Gambar 2.13. Pelipatgandaan Molekul DNA Target (Sumber: www.bioserv.fiu.edu)

2.5.3 Komponen PCR

Beberapa komponen penting yang dibutuhkan dalam PCR adalah

DNA template, primer, enzim Taq DNA Polymerase, deoxyribonucleaside

triphosphate (dNTP’s), dan buffer PCR. DNA template merupakan DNA

yang akan diamplifikasi, dapat berupa untai tunggal atau untai ganda.

(39)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta komposisi 50-60% C+G, sekuens DNA kedua primer tidak saling

berkomplemen yang akan menyebabkan terjadinya penempelan antar

primer (primer-dimer), dan sekuens DNA dalam satu primer tidak saling

berkomplemen yang akan mengakibatkan terbentuknya struktur sekunder

dan mengurangi efisiensi PCR. Deoxyribonucleaside triphosphate

(dNTP’s) merupakan bahan dasar pembentuk DNA yang terdiri dari dATP, dTTP, dGTP, dan dCTP. Taq DNA Polymerase berfungsi sebagai

katalisator terjadinya pemanjangan primer. Buffer PCR yang biasanya

terdiri atas bahan-bahan kimia untuk mengkondisikan reaksi agar berjalan

optimum dan menstabilkan enzim DNA polymerase. Ion Mg2+ yang

biasanya terdapat dalam buffer berfungsi sebagai kofaktor enzim.

Keberadaan ion ini sangat penting karena ion Mg2+ bebas akan mengikat

DNA template, primer dan membentuk kompleks terlarut dengan dNTP

untuk membuat subtrat yang akan dikenali oleh enzim Taq Polymerase

(Zyskind dan Bernstain, 1992).

2.6 Real-Time PCR

Real-Time PCR adalah suatu metoda analisa yang dikembangkan dari

reaksi PCR. Dalam ilmu biologi molekular, Real-Time PCR (juga dikenal

sebagai quantitative real time polymerase chain reaction (Q-PCR atau qPCR)

atau kinetic polymerase chain reaction) adalah suatu teknik pengerjaan PCR

di laboratorium untuk mengamplifikasi sekaligus mengkuantifikasi jumlah

target molekul DNA hasil amplifikasi tersebut.

Instrumen Real-Time PCR mendeteksi amplikon dengan mengukur

peningkatan pewarna (dye) fluorescent yang berpendar ketika terikat dengan

untai ganda DNA. Karena sifat inilah maka pertumbuhan fragment DNA

hasil amplifikasi dapat diikuti secara seketika, semakin banyak DNA yang

terbentuk semakin `tinggi pula intensitas fluorescent yang dihasilkan.

Alat ini dapat mendeteksi secara akurat konsentrasi DNA hingga

hitungan pikogram atau setara dengan sel tunggal karena sensitifitas dye yang

(40)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta amplifikasi yang menunjukkan tiga fasa yaitu fasa awal, fasa eksponensial

atau puncak dan fasa plateau atau stabil (Vaerman, 2004).

Gambar 2.14. Bentuk Kurva Real-Time PCR (Sumber: bio-rad.com)

2.6.1. Pewarna Fluoresensi

Real-time PCR menggunakan pewarna fluoresensi dan probe dengan

fluoresensi. Probe berupa oligonukleotida yang tersusun dari sekuen

spesifik dan akan berpasangan dengan sekuen DNA cetakan yang akan

diamplifikasi. Macam-macam fluoresensi yang umumnya digunakan

antara lain SYBR Green, Hydrolysis probes, Hybridization probes, dan

Molecular beacons. Fluoresensi akan berpendar hijau saat berikatan

dengan DNA cetakan (Kubista et al., 2006). Pewarna yang umum

digunakan adalah SYBR Green dan Hydrolysis Probe.

a. Hydrolysis Probe

Hydrolisis probe menggunakan oligonukleotida spesifik yang

berkomplemen dengan DNA target disebut Probe. Probe dilabeli

oleh dua molekul, yaitu reporter pada ujung 5’ probe yang

merupakan pewarna fluoresensi dan quencer pada ujung 3’ probe

yang merupakan molekul penerima sinyal fluoresensi. Hydrolysis probe memiliki prinsip kerja, yaitu saat probe belum

(41)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengeksitasikan sinyal fluoresensi ke molekul quencer karena

jarak antara kedua molekul berdekatan. Probe akan berkomplemen

dengan DNA target saat mencapai suhu annealing, lalu mekanisme

eksitasi sinyal fluoresensi dari reporter ke quencer terhenti karena

jarak kedua molekul berjauhan. DNA polimerase akan

mengelongasi DNA target sampai DNA polimerase dan probe

berdekatan maka 5’nuklease yang terdapat pada DNA polimerase

akan menghidrolisis molekul reporter sehingga emisi sinyal

fluoresensi dapat tertangkap oleh detektor pada Real Time PCR

(Shipley, 2007). Hydrolysis probe biasa digunakan dalam multiplex

pada qRT PCR yang menggunakan DNA target dan pasangan

primer lebih dari satu dalam satu reaksi karena probe akan

berikatan secara spesifik dengan beberapa DNA target yang

berbeda (BioRad, 2006).

b. SYBR Green

Prinsip dari SYBR Green adalah pewarna fluoresensi akan mengikat bagian minor dari untai ganda DNA sehingga menghasilkan

pendaran warna hijau pada akhir fase extension selama proses Real

Time PCR berlangsung (Shipley, 2007). Intensitas fluoresensi yang

semakin tinggi meenunjukkan peningkatan jumlah untai ganda

DNA yang terdeteksi oleh detektor. Intensitas fluoresensi yang

akan dihitung dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif pada

qRT PCR. SYBR Green umumnya digunakan dalam singleplex

pada Real Time PCR yang menggunakan satu DNA target dan

sepasang primer. SYBR Green lebih sering digunakan dibandingkan

Hydrolisis probe karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu

dapat digunakan untuk beberapa pengujian karena mampu bekerja

pada semua jenis primer, teknik pengujian lebih sederhana karena

tidak perlu merancang probe, dan harga pewarna fluoresensi yang

relatif lebih rendah (Shipley, 2007). SYBR Green memiliki

(42)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bagian tidak spesifik sehingga primer-dimer juga akan diikat

oleh SYBR Green. Namun, produk tidak spesifik dapat dianalisis

keberadaannya dalam analisis melting curve (Valasek & Repa

,2005; Kubista et al., 2006).

(43)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Obat & Pangan

Halal; Laboratorium Penelitian 2; dan Laboratorium Biokimia/ Patologi

Klinis. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.1.2 Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014

hingga September 2014.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Real Time PCR (Light Cycler® 480 - Roche), Multiwell Plate 96

(Roche), Sealing Foil (Roche), Mikropipet 0.5-10 μl (Biorad), Mikropipet

2-20 μl (Biorad), Mikropipet 20-200 μl (Biorad), Mikropipet 100-1000 μl

(Biorad), Microtips volume 10 μl; 200 μl; dan 1000 μl (Genfollower),

Spektrofotometri UV DNA (BioDrop), Gel Documentation (AE-6933

ATTO), satu set alat Elektroforesis Agarosa (Biorad), Digital Waterbath

(SB-100 Eyela), Vortex, Sentrifugator (5417R – Eppendorf), Filter Tube

dan Collection Tube (Kit High Pure PCR Template Preparation – Roche),

plastic wrap, alumunium foil, Microsentrifuge tube volume 1,5 ml

(Biogenix), pisau steril, kaca arloji, erlenmeyer 50 ml, dan spatula.

3.2.2 Bahan

Daging sapi segar, daging babi segar, gelatin sapi (Sigma Aldrich),

gelatin babi (Sigma Aldrich), Tris Base (SBS Genetech), asam asetat

glasial (Merck), EDTA (Merck), satu set reagen isolasi DNA meliputi

Tissue Lysis Buffer; Binding Buffer; Proteinase K; Inhibitor Removal

Buffer; Washing Buffer; dan Elution Buffer (Kit High Pure PCR Template

(44)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Preparation - Roche), Aquabidest (IKA Pharmindo), Etanol Absolut

(Merck), Isopropanol (Merck), Etidium Bromida 10 mg/ml (Bio Basic

Inc.), Agarosa (Fermentas), loading dye (Promega), SYBR Green I Master

(LC 480 - Roche), Probe Master (LC 480 - Roche), Aquadest (PCR Grade

- Roche) dan Primer-probe (Alpha DNA).

Tabel 3. Urutan Basa Primer dan Probe (Tanabe et al., 2007)

Nama Primer Runutan Basa

Babi Forward 5'-CTTGCAAATCCTAACAGGCCTG-3'

Reverse 5'-CGTTTGCATGTAGATAGCGAATAAC-3'

Probe 5'-(FAM)-ACAGCTTTCTCATCAGTTAC-(BHQ1)-3' Sapi Forward 5'-CCCGATTCTTCGCTTTCCAT-3'

Reverse 5'-CTACGTCTGAGGAAATTCCTGTTG-3'

Probe 5'-(FAM)-CATCATAGCAATTGCC-(BHQ1)-3'

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Ekstraksi dan Isolasi DNA

Proses ekstraksi dan isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan kit

komersial High Pure PCR Template Preparation (Roche).

1. Preparasi Sampel

a. Daging Segar (Rochea, 2012; Erwanto et al., 2012)

Sebanyak 50 mg masing-masing daging sapi segar dan daging babi

segar dicincang halus dengan pisau steril. Masing masing daging

tersebut dimasukkan ke dalam microsentrifuge tube. Kemudian ke

dalam tube tersebut masing-masing ditambahkan 200 μl Tissue Lysis

Buffer dan 40 μl larutan Proteinase K. Campuran divortex selama 1

menit dan diinkubasi pada suhu 57oC selama 20 jam dalam digital

waterbath. Larutan daging yang dihasilkan selanjutnya dilakukan

proses ekstraksi dan isolasi DNA.

b. Gelatin (Rochea, 2012; Erwanto et al., 2012)

Sebanyak 50 mg masing-masing gelatin sapi dan gelatin babi

ditimbang dan dimasukkan ke dalam microsentrifuge tube. Kemudian

ke dalam tube tersebut masing-masing ditambahkan 100 μl

(45)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Campuran divortex selama 1 menit dan diinkubasi pada suhu 57oC

selama 20 jam dalam digital waterbath. Larutan daging yang

dihasilkan selanjutnya dilakukan proses ekstraksi dan isolasi DNA.

2. Proses Ekstraksi dan Isolasi DNA (Rochea, 2012 dengan modifikasi)

Larutan daging sapi, daging babi, gelatin sapi dan gelatin babi yang

telah dinkubasi sebelumnya selama 20 jam, masing-masing ditambahkan

200 μl larutan Binding Buffer. Campuran divortex segera selama 10 detik dan diinkubasi kembali pada suhu ± 70oC selama 10 menit dalam digital

waterbath.

Ke dalam masing-masing tube tesebut kemudian ditambahkan 150

μl isopropanol absolut dan dihomogenkan dengan vortex selama 10 detik. Campuran dipipet dan dimasukkan ke dalam Filter Tube yang telah

dipasangkan Collection Tube. Kemudian tube ditutup dan disentrifugasi

pada kecepatan 8000 rpm selama 1 menit.

Filter tube dilepaskan dari collection tube dan cairan yang

melewati filter dibuang bersamaan collection tube. Filter tube

dipasangkan kembali dengan collection tube yang baru. Kemudian 500 μl

Inhibitor Removal Buffer ditambahkan melalui penyangga atas Filter

Tube dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan 8000 rpm selama 1

menit. Filter tube dilepaskan dari collection tube dan cairan yang

melewati filter dibuang bersamaan collection tube. Filter tube

dipasangkan kembali dengan collection tube yang baru. Kemudian 500 μl

Washing Buffer ditambahkan dan disentrifugasi kembali pada kecepatan

8000 rpm selama 1 menit. Pencucian dengan Washing Buffer dilakukan

sekali lagi. Setelah itu, filter tube dilepaskan dari collection tube dan

cairan yang melewati filter dibuang. Filter tube dipasang kembali dengan

collection tube dan disetrifugasi kembali selama 10 detik pada kecepatan

maksimum agar semua Washing Buffer tidak tertinggal pada filter.

3. Elusi DNA (Rochea, 2012 dengan modifikasi)

Filter tube dan Collection tube yang telah disentrifugasi pada

(46)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tube. Collection tube dibuang dan Filter tube tersebut kemudian

dipasangkan pada Microsentrifuge tube steril. Ke dalam filter yang

mengandung DNA daging sapi dan daging babi, masing-masing

ditambahkan 200 μl Elution Buffer hangat (70oC). Sedangkan ke dalam filter yang mengandung DNA gelatin sapi dan DNA gelatin babi,

masing-masing ditambahkan 150 μl Elution Buffer hangat (70oC).

Filter dan Microsentrifuge tube yang telah ditambahkan Elution

Buffer kemudian disetrifugasi selama 1 menit pada kecepatan 8000 rpm.

Filter tube dilepaskan dari Microsentrifuge tube. Pada Microsentrifuge

tube telah mengandung isolat DNA. Isolat DNA yang didapatkan

dianalisis keberadaannya dengan elektroforesis agarosa dan dianalisis

konsentrasi dan kemurnian DNA dengan spektrofotmetri UV.

3.3.2 Analisis Isolat DNA

3.3.2.1 Analisis Isolat DNA dengan Elektroforesis Agarosa

a. Pembuatan Buffer Elektroforesis TAE 10x, 1 liter (Biorad, 2012)

Sebanyak 48,4 g Tris Base dilarutkan dalam 800 mL aquabidest. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 11,4 mL asam asetat glasial dan

20 ml 0,5 M EDTA pH 8. Larutan dihomogenkan dan dimasukkan ke

dalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ke dalam labu ukur tersebut

ditambahkan aquabidest sampai tanda batas.

b. Pembuatan Buffer Elektroforesis TAE 1x, 1 liter (Biorad, 2012)

Sebanyak 100 ml TAE 10x dimasukkan ke dalam labu ukur 1000

ml dan ditambahkan aquabidest sampai tanda batas. Larutan tersebut

kemudian dihomogenkan.

c. Pembuatan Gel Agarosa 1% (Sambrook et al., 2001)

Sebanyak 0,5 g agarosa dilarutkan dengan 50 mL TAE 1x di

dalam erlenmeyer. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil,

kemudian dipanaskan di atas hot plate sampai larutan menjadi bening

dan mendidih. Larutan agarosa didiamkan hingga suhu 60oC dan

ditambahkan 2,5 μL etidium bromida 10 mg/ml, kemudian larutan

Gambar

Tabel 1   Kisaran Umum Konsentrasi Agarosa..................................................
Gambar 2.1  Metode ekstrasi gelatin dari jaringan yang mengandung kolagen
Gambar 2.2.  Struktur dan Asam Amino Penyusun Kolagen dan Gelatin  (Sumber: http://www.gelatin.in)
Gambar 2.3. Komponen Asam Amino Penyusun Gelatin  (Sumber: http://www.pbgelatins.com)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu deteksi cepat diperlukan untuk mendeteksi mutasi yang menyebabkan resistensi rifampisin, salah satunya yaitu deteksi menggunakan metode real-time PCR

Primer spesifik Leptospira mampu mengamplifikasi DNA Leptospira sampai konsentrasi 0,002 ng/25 µl dan amplifikasi DNA Leptopira dengan metode ii-PCR yang

dan menghasilkan hasil kurva amplifikasi real-time PCR seperti pada Gambar 5 , menunjukkan kontrol positif bakso daging sapi, kontrol positif bakso daging campuran

Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi cemaran daging babi dalam produk sosis sapi dari beberapa pasar di Kota Yogyakarta menggunakan teknik PCR, melakukan verifikasi

Berdasarkan penelitian deteksi cemaran babi pada sediaan kapsul suplemen kecantikan di Kota Yogyakarta dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) yang

Kurva amplifikasi real time PCR menggunakan primer spesifik babi menunjukkan bahwa kontrol positif teramplifikasi dengan nilai CP 19,97 sedangkan kontrol negatif dan

Pengujian menggunakan RT-PCR telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian Balia (2014) mengidentifikasi pemalsuan bakso dengan daging babi

Hasil uji spesifisitas dengan PCR real-time menunjukkan keberhasilan dalam mengidentifikasi DNA spesifik dari kedua jenis daging tersebut, dengan primer yang memiliki tingkat