• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia di tengah sengketa kepulauan kuril 2011-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia di tengah sengketa kepulauan kuril 2011-2013"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG-RUSIA DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL

(2011-2013)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Detty Oktavina Kusumaningrum

1110083000018

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

▸ Baca selengkapnya: bagaimana reaksi bangsa barat terhadap ekspansi jepang

(2)
(3)
(4)
(5)

Abstrak

Skripsi ini menganalisis tentang penyebab terjadinya peningkatan kerjasama energi Jepang- Rusia di tengah isu sengketa Kepulauan Kuril pada tahun 2011-2013. Penelitian skripsi ini fokus terhadap peningkatan jumlah impor sumber daya energi Jepang dalam proyek kerjasama energi dengan Rusia. Penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Metode pencarian data dalam penulisan skripsi ini berdasarkan data primer, yakni berupa wawancara, dan data sekunder berupa kajian pustaka. Penelitian skripsi ini dianalisis berdasarkan beberapa konsep terkait, seperti keamanan energi, kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas menunjukkan bahwa peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia didasari oleh faktor internal dan eksternal.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia- Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dalam rangka

memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial Program Studi

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak dapat

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh

pihak yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

kedua orang tua, (Soepa’at dan Eko Sulistya Ningsih), dan adik semata

wayang Kharisma Sofie Nadhifah yang sabar mendoakan, mendukung,

dan senantiasa mengingatkan penulis. Terima kasih karena telah menjadi

semangat bagi penulis untuk menuntaskan pendidikan ini. Terima kasih

kepada Om dan Tante (Gatot Suhariawan, Anggraini Retno Susilo dan

Titik Purwinarti) karena telah menjadi orang tua kedua bagi penulis

selama mengenyam pendidikan di Universitas Islam Negeri

Syarifhidayatullah Jakarta.

Terima kasih penulis haturkan Kepada Bapak. Febri Dirhgantara,

M.M selaku pembimbing skripsi, Terima kasih atas bimbingan, motivasi

dan ilmu serta kesabarannya dalam membimbing penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada Bapak Adian Firnas selaku

(7)

tahun menjadi pembimbing akademik prodi Hubungan Internasional

2010/A. Selanjutnya, Penulis haturkan terima kasih Kepada Bapak Drs.

Armein Daulay,M.Si atas bimbingan dan konsultasi serta Ilmu yang

diberikan selama proses penulisan skripsi ini.

Terima kasih kepada Ibu Debbie Affianti, M.Si, Kak Mutiara

Pertiwi, Bu Friane Aurora, Kak Wendy Prajuli, Pak Teguh Santosa dan

Pak Kiky Rizky atas bantuan dan konsultasinya selama penulisan ini

berlangsung. Terima kasih Kepada Prof. Dr. Fortuna Anwar, M.A atas

ilmu dan kesediaan waktunya untuk menjadi narasumber dalam penulisan

skripsi ini Juga kepada Bpk. M. Aji Surya, Prof. Dr. Sergey Svastyanov,

Ms. Guzél Senér Terima kasih atas Arahan dan bimbingannya untuk

belajar banyak mengenai Rusia.

Tidak Lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Elhumairoh,

Istiqamah, dan Zakiah “the best roomate ever” yang selalu mendukung,

dan mendengarkan penulis. Terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis

yang senantiasa menemani dan memberi semangat penulis selama berada

di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Diani,

Peni, Ma’unah, Yuri, Tisa, Rosa, Aulia R., Alva, Rian, Wahyu, Mulyana,

Yoga, Clara, Leny, Mila, dan untuk seluruh teman- teman seperjuangan HI

A 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

kekompakannya.

Terima kasih kepada seluruh anggota Himpunan Mahasiswa

(8)

kepada keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Komisariat FISIP. Terima kasih kepada HI 2008/2009 yang membantu

penulis selama proses penelitian skripsi ini dan sharing ilmu, Indra

Ramadhan, Dimas Juniarto, Hudaf Mandaga, Esti afdinda, Andi Dian,

Ardhy Dinata, Andhini Citra, Azahrotul Azizah, fitria Rahmawati. Kepada

anggota seperjuangan, KKN 66 Semut (Putri ,Chika , Ayu, Nur, Tia, Rani,

Lusy, Algi, Adil, Fatin, Rofi, Ridwan, Eko, Khaydar, Muzi). Kepada

anggota White Pearls, Fita, Bu Astri, Lale Abla, Kak Yurni, dan seluruh

pihak yang mendukung penulis selama penelitian skripsi ini berlangsung,

(9)

DAFTAR ISI

3. Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy)...

4. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)... F. Metode Penelitian... G. Sistematika Penulisan...

BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA

A. Pengertian Sumber Daya Energi...

A. Sengketa Kepemilikan Kepulauan Kuril antara Jepang- Rusia...

B. Kerjasama Ekonomi dan Energi Jepang- Rusia hingga tahun 2009

1. Kerjasama Ekonomi Jepang- Rusia... 2. Kerjasama Energi Jepang- Rusia...

C. Kerjasama Energi Jepang- Rusia Pada Tahun 2009- 2013...

(10)

1. Kerjasama East Siberia-Pacific Ocean Oil Pipeline...

2. Kerjasama Liquified Natural Gas (LNG) Shakalin-II...

BAB IV. ANALISIS PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL

A. Kepentingan Jepang- Rusia dalam Sengketa Kepulauan Kuril

1. Klaim Jepang Terhadap Kepulauan Kuril...

2. Klaim Rusia Terhadap Kepulauan Kuril...

B. Faktor Pendorong adanya Peningatan Kerjasama Energi Jepang- Rusia

1. Keamanan Energi Jepang

a. Faktor Internal... b. Faktor Eksternal...

2. Sikap Rusia dalam Peningkatan Kerjasama Energi...

C. Kebijakan Luar Negeri Jepang dalam Peningkatan Kerjasama Energi

dengan Rusia...

BAB V. KESIMPULAN...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

67 68

72 75

77 82 90

94

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Dimensi dan Kategori Energi...

Tabel 3.2 : Kerjasama Energi Uni Soviet- Jepang pada tahun 1970-an ... 29

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 : Grafik Produksi dan Konsumsi Energi Jepang (2000-2015)... Gambar 2.3 : Peta Zona Gempa dan Tsunami Jepang (2011)... Gambar 2.4 : Peta Pulau Sakhalin... Gambar 3.1 : Peta Kepulauan Kuril... Gambar 4.2 : Rute Perdagangan di Perairan Asia Tenggara... Gambar 4.3 : Perairan Laut Cina Selatan...

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip wawancara

Lampiran 2 Laporan diskusi Proyek Sakhalin II antara Gazprom (Rusia) dan

Mitsubishi (Jepang).

(14)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan internasional merupakan bentuk hubungan antar negara yang

bersifat dinamis. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hubungan luar negeri dan

perilaku negara. Dalam menentukan perilakunya, sebuah negara melihat tujuan

dan kepentingan nasionalnya. Seluruh perilaku yang ditimbulkan dari interaksi

antar negara tersebut merupakan hasil dari pemenuhan kepentingan nasional

sebuah negara, begitu pula dengan hubungan bilateral Jepang dan Rusia.

Hubungan bilateral Jepang-Rusia sering kali dikaitkan dengan sejarah

panjang sengketa kepulauan. Memburuknya hubungan Jepang-Rusia, pada awal

mulanya di dasari oleh perang yang terjadi pada masa kekaisaran. Hal ini

diperparah dengan pecahnya Perang Dunia I dan II, kemudian dilanjutkan dengan

Perang Dingin. Perang tersebut tidak hanya menghasilkan sejarah bagi kedua

negara, namun meninggalkan berbagai sengketa perebutan wilayah antar negara.1

Salah satu dampak dari perang tersebut adalah sengketa Kepulauan Kuril yang

terjadi antar Jepang dan Rusia. Kepulauan tersebut terletak diantara Kamchatka

(bagian selatan) dan Hokkaido (bagian utara).

Usaha kedua negara untuk menyelesaikan sengketa tersebut menempuh

jalan yang cukup panjang. Konflik sengketa tersebut dinyatakan berakhir setelah

1

(15)

di putuskannya perjanjian San-Fransisko pada tahun 1951.2 Perjanjian diakhir

Perang Dunia II (PD II) tersebut menyatakan pulau Iturup dan Kunashiri (bagian

dari Kepulauan Kuril) menjadi milik pemerintah Rusia. Konflik kedua negara

berakhir setelah berakhirnya PD II, namun tensi tetap berlangsung dan kedua

negara tetap mempertahankan klaim wilayah masing- masing.

Kepulauan Kuril terdiri dari gugusan pulau Kunashiri, Sikotan, Habomai,

dan Iturup. Sejarah panjang kedua negara tersebut memberi dampak buruk

terhadap hubungan kerjasama kedua negara. Hal ini tidak lepas dari kepentingan

kedua negara terhadap keutuhan Kepulauan Kuril. Baru- baru ini hubungan kedua

negara tersebut kembali hangat, pada bulan November 2010, Presiden Rusia

Dmitri Medvedev mengadakan kunjungan ke salah satu pulau yang menjadi ajang

sengketa yakni pulau Kunashiri.3 Kunjungan presiden Rusia tersebut

mendapatkan protes dari Jepang.4

Di tengah sengketa yang terus berlangsung, sejak tahun 1970-an

Jepang-Rusia telah menjalankan berbagai bentuk kerjasama. Kedua negara tersebut sering

kali dihadapkan dengan beberapa kerjasama, seperti proyek kerjasama energi dan

bantuan luar negeri. Namun demikian kerjasama tersebut tidak mampu bertahan

2

Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relations- Backdrop of the Territorial Dispute. Sapporo, (Russian Analytical Digest- RAD, no. 132, 2013 ), 3 . Lihat juga, Kuril Islands Dispute between Russia and Japan. BBC News Asia- Pacific tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11664434 diakses pada 27 Juli 2014

3

Jepang dan Rusia Selisih Kepulauan Kuril dan Menvedev ke Pulau Kuril, Jepang Protes. Laporan perkembangan Kawasan Amerika dan Eropa periode Oktber- desember 2010. (Direktorat Jendral Amerika- Eropa (AMEROP) Kementerian Luar Negeri, Desember2010), 84

4

(16)

dan berkelanjutan.5 Meskipun demikian, kedua negara merespon adanya

kerjasama dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan ditandatanganinya beberapa

proyek kerjasama antar keduanya.

Pada tahun 2009 perusahaan energi milik pemerintah Jepang dan Rusia

telah menandatangani kerjasama beberapa proyek energi. Pada tahun tersebut

setidaknya terdapat dua kerjasama yang telah ditandatangani oleh Jepang dan

Rusia. Proyek tersebut adalah Pipa Minyak di Siberia Timur (Eastern Siberia-

Pacific Oil Pipeline) dan Proyek Gas Alam Cair di Pulau Sakhalin (Liquified

Natural Gas Sakhalin- II). Dua proyek di atas merupakan proyek gabungan yang

terletak di wilayah Rusia dengan beberapa negara investor, seperti Amerika

Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, Cina, dan India. Pada tahun 2013 misalnya

perusahaan energi Jepang Inpex dan perusahaan milik pemerintah Rusia Rostneft

telah melakukan kerjasama eksplorasi dan pengembangan potensi di ladang

minyak dan gas lepas pantai Rusia yang terletak di Magadan.6

Keterkaitan hubungan antara kedua negara Jepang-Rusia dapat dilihat

berdasarkan jumlah kebutuhan Jepang terhadap energi yang cukup tinggi. Sebagai

salah satu negara industri dengan tteknologi tinggi,7 Jepang tidak mampu

memenuhi konsumsi sumber daya energi domestiknya. Hal tersebut karena Jepang

5

SvetlanaVassiliouk. “Japanese- Russian Energy Cooperation : Problem and Perpectives” (Tokyo, The Institute Energy, Economics of Japan- IEEJ 2008), 2. Tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf diakses pada 28 Februari 2013

6

Changes of Director and other senior Management. Public Relation Group, Corporate Communications Unit, Ashaka. 19 May 2014 tersedia di

http://www.inpex.co.jp/english/news/pdf/2014/e20140519.pdf diakses pada 25 Oktober 2013

7

(17)

tidak memiliki sumber daya energi dalam negeri. Oleh sebab itu Jepang menjadi

salah satu negara yang berkebutuhan energi tinggi.8 Sebaliknya, Rusia merupakan

negara penghasil energi dengan jumlah besar di dunia. Selain itu, negara tersebut

juga merupakan pemasok energi terbesar di kawasan Eropa pada tahun 2013.9

Keadaan tersebut di atas akan saling menguntungkan bagi kedua negara,

apabila keduanya menjalin hubungan baik. Hal ini dapat dilihat oleh perusahaan

domestik khususnya perusahaan yang bergerak di bidang energi sebagai peluang

baru. Kerjasama energi antar negara, sudah tentu tidak lepas dari dukungan

pemerintah masing- masing. Dalam sebuah pertemuan dipertengahan bulan Juni

2013, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Rusia Vladimir Putin

membicarakan hal terkait kerjasama, diantaranya seperti kerjasama energi dan

upaya penyelesaian sengketa wilayah.10

Kegigihan Jepang dan Rusia untuk mempertahankan gugusan pulau Kuril

tersebut disebabkan karena sumber daya yang tersimpan dalam bumi kepulauan

tersebut cukup menjanjikan. Potensi sumber daya yang tersimpan di Kepulauan

Kuril tersebut mengundang berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi

dan kepentingan strategis. Wilayah maritim dan perikanan yang luas, serta

cadangan minyak dan gas bumi yang melimpah menjadi daya tarik kepulauan

8

Russia- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 3-4. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Russia/russia.pdf diakses pada 20 februari 2014

9

Ibid, 4

10

(18)

ini.11 Hal ini sejalan dengan kepentingan Jepang terkait dengan kebutuhan energi.

Kerjasama mungkin akan terjadi, namun persaingan dalam mempertahankan

keutuhan wilayah juga tetap menjadi pilihan penting bagi kedua negara.

Pasca gempa bumi di Fukushima pada tahun 2011, kebutuhan Jepang

terhadap pasokan energi amat tinggi. Musibah gempa dan tsunami yang terjadi

pada tanggal 14 Maret 2011 lalu mendesak Jepang untuk memulihkan hubungan

dengan negara tetangga. Pada tahun yang sama Rusia bersedia membantu untuk

mengatasi krisis energi Jepang. Bantuan diluncurkan Rusia mengingat rusaknya

beberapa reaktor nuklir milik Jepang yang berdampak buruk bagi kelangsungan

infrastruktur negara tersebut. Menurut wakil Perdana Menteri Rusia Igor Sechin,

Jepang telah meminta tambahan pasokan gas yang dikendalikan oleh perusahaan

energi Gazprom milik Rusia.12 Hubungan luar negeri Jepang-Rusia kembali pulih

pasca insiden tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut menunjukkan Jepang-Rusia tidak

hanya terlibat dalam masalah sengketa, melainkan keduanya terlibat dalam

beberapa proyek kerjasama. Berbagai kemungkinan dapat terjadi bagi hubungan

kedua negara ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tertarik melihat adanya

kepentingan dua arah (Jepang-Rusia). Namun penulis akan lebih fokus menggali

kepentingan Jepang terhadap proyek-proyek kerjasama energi dengan Rusia.

Kemudian, penulis akan mencoba menganalisis penyebab Jepang

11

Brad William, resolving the Russo- Japanese Territorial Dispute, Hokkaido- Sakhalin Relations, Routlage, 55.

12

(19)

mengesampingkan isu teritori dan menjalankan proyek kerjasama bersama Rusia.

Penelitian ini dibatasi pada kurun waktu dua tahun (2011-2013) dimana perhatian

terpusat pada peningkatan kerjasama energi Jepang dan Rusia. Oleh sebab itu

penulis mengangkat Judul “Peningkatan Kerjasama Energi Jepang-Rusia

dalam Sengketa Kepulauan Kuril (2011-2013)”

B. Pertanyaan Penelitian

Dalam skripsi ini, penulis mengajukan pertanyaan penelitian

sebagai berikut. “Mengapa Jepang-Rusia meningkatkan kerjasama energi,

sementara masih terdapat sengketa diantara keduanya? ”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis penyebab adanya kerjasama antara

Jepang-Rusia di atas sengketa yang masih berlangsung.

2. Untuk mengetahui begaimana perkembangan terakhir

(2009-2013) hubungan bilateral Jepang-Rusia.

3. Untuk mengetahui kepentingan Jepang-Rusia dalam menjalin

kerjasama energi pada tahun 2009- 2013.

(20)

1. Secara teoritis dapat menambah ke dalaman dan keleluasaan

ilmu hubungan internasional yang berkaitan dengan kerjasama

energi sebagai alternatif untuk perdamaian di Pasifik Utara.

2. Memperkaya pemahaman mengenai konsep- konsep terkait

seperti kepentingan nasional, kebijakan Luar negeri, dan

keamanan energi.

3. Dapat dikonstruksikan sebagai rujukan untuk mengembangkan

analisis mengenai keamanan energi dan sebagai pertimbangan

dalam pembuatan kebijakan oleh pihak terkait untuk

menciptakan keamanan khususnya di kawasan Pasifik Utara.

D. Tinjauan Pustaka.

Penelitian yang membahas hubungan bilateral Jepang-Rusia terkait

sengketa Kepulauan Kuril telah ditulis oleh Poppy Dwi Suri pada tahun 2004

dengan judul skripsi “Faktor Sengketa Kepulauan dalam Hubungan Ekonomi

Jepang-Rusia, Tahun 1993-2001”, di FISIP Universitas Indonesia, 2004. Poppy

mengajukan pertanyaan penelitian, “Bagaimana faktor sengketa wilayah dapat

mempengaruhi hubungan ekonomi antara Jepang dan Rusia?”.13

Dalam skripsi tersebut, Poppy berusaha menjelaskan kerjasama ekonomi

Jepang-Rusia pasca Perang Dingin pada tahun 1993-2001. Ia berpendapat bahwa

dalam kurun waktu tersebut, perekonomian Rusia tidak stabil akibat Perang

13

(21)

Dingin . Kerjasama ekonomi kedua negara pasca Perang Dingin tersebut

dititik-beratkan pada bantuan yang diturunkan Jepang terhadap Rusia. Selain Jepang,

perekonomian Rusia dibantu oleh negara-negara anggota G8. Namun demikian,

bantuan yang diluncurkan oleh Jepang tersebut bukan tanpa syarat. Pada tahun

1990 Jepang mengalokasikan hampir 700 dolar AS untuk proyek pipa gas. Hal ini

merupakan bentuk investasi Jepang di Rusia, mengingat kebutuhan pasokan

energi minyak sebagai sumber bahan bakar industri di Jepang cukup besar.

Selanjutnya, pada tahun 1996 diadakan kontrak kerjasama untuk

membangun sumber minyak dan gas alam di lepas pantai pulau Shakalin. Selain

bantuan dan kerjasama pada bidang ekonomi dan pendidikan, Jepang juga

menanamkan investasi di berbagai sektor di Rusia, salah satunya pada bidang

otomotif. Selanjutkan Poppy menyatakan bahwa tidak hanya syarat dan bantuan

Jepang yang diulas, akan tetapi kepentingan Jepang terkait dengan kebutuhan

energi dan sengketa pemilikan kepulauan juga menjadi fokus pembahasan sebagai

ajang sengketa, yang di nilai menjadi penghambat hubungan luar negeri bagi

kedua negara tersebut.

Penelitian kedua, berupa skripsi yang ditulis Fitria Rahmawati tahun 2013,

dengan judul skripsi “Kerjasama Antara Rusia dan Jepang dalam Menangani

Sengketa Kepulauan Kuril Selatan Periode 2003-2011”, Program Studi Hubungan

Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pertanyaan yang diajukan

Fitria dalam skripsi tersebut yaitu “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh

(22)

kepulauan Kuril Selatan tahun 2003- 2011?”.14 Dalam skripsi ini dijelaskan

hubungan tarik- menarik kepentingan di antara dua negara, dengan menganalisa

kerjasama yang dilakukan Rusia dan Jepang dalam menangani status sengketa

kepemilikan Kepulauan Kuril Selatan.

Fitria menekankan terhadap upaya-upaya diplomasi kedua negara sebagai

solusi dalam menyelesaikan sengketa, tanpa mengurangi porsi kepentingan

nasional masing-masing negara. Ia secara komprehensif menjelaskan masalah dan

sengketa dalam hubungan bilateral Jepang-Rusia. Terdapat persamaan dari hasil

skripsi tersebut di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis, yakni masing-

masing melihat penyebab retaknya hubungan bilateral antara Jepang dan Rusia.

Letak perbedaan antara dua skripsi di atas dengan penulisan skripsi ini

antara lain; pertama, berupa periode waktu yang menjelaskan keadaan ekonomi

Rusia pasca Perang Dingin yang tidak stabil padahal Rusia yang saat ini mulai

menjadi raksasa di kawasan Asia Pasifik. Kemudian, dengan perbedaan periode

waktu tersebut penelitian ini akan menjelaskan kebijakan seperti apa yang di

keluarkan oleh Jepang terhadap Rusia terkait kerjasama tersebut. Perbedaan

periode waktu memberikan perubahaan dalam kebijakan suatu negara, dalam hal

ini Jepang sebagai negara pemberi bantuan pada tahun 1990-an terhadap Rusia,

akan mengalami pergeseran kebijakan pada tahun 2013.

14

(23)

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Poppy dan Fitria ini menganalisis

hubungan bilateral Jepang-Rusia secara menyeluruh, baik dari aspek ekonomi,

sosial, pendidikan, energi, dan pemerintahan, dengan fokus terhadap penyelesaian

sengketa. Sedangkan penelitian ini lebih fokus kepada kepentingan Jepang

terhadap kerjasama khususnya di bidang energi gas alam dan minyak bumi serta

penyebab meningkatnya impor sumber daya energi Jepang.

Sementara itu, kerangka teori yang digunakan oleh Poppy, yakni beberapa

konsep dalam hubungan internasional seperti; kepentingan nasional, diplomasi,

dan kerjasama yang di kemukakan oleh Donald Nuechterlain, Hans Morghentau,

Jeffrey Legro dan Suprapto. Sedangkan Fitria, hanya menggunakan dua kosep

untuk membuat kerangka teori, yakni kebijakan luar negeri dan kepentingan

nasional.

Penulis menggunakan kerangka pemikiran dengan mengambil beberapa

konsep yang sama dengan dua skripsi sebelumnya, seperti foreign policy

(kebijakan luar negeri), dan national interest (kepentingan nasional). Selain itu,

penulis menambahkan konsep energy security (keamanan energi) sebagai upaya

untuk melihat bagaimana kepentingan Jepang dalam memeperoleh kebutuhan

sumber daya energinya.

Tulisan lain, berupa jurnal yang diterbitkan oleh Australian Defence

College pada tahun 2010 no.190 yang ditulis oleh Linda Mc Cann, dengan judul

penelitian “Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching”. Dalam

(24)

pasca gempa bumi pada tanggal 11 Maret 2011. Hal ini berdampak terhadap

rusaknya tiga reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. Keadaan

tersebut menunjukkan bahwa Jepang merupakan negara yang rentan terhadap

gempa bumi, apalagi dilihat dari segi keamanan energi bila dibandingkan

keberadaannya diantara negara-negara OECD (Organization for Economic

Cooperation and Development).15

Selanjutnya, Linda Mc Cann menjelaskan bagaimana ketergantungan

Jepang terhadap negara-negara pengekspor energi, seperti misalnya berasal dari

Timur-Tengah. Jurnal ini menarik, karena selain membahas mengenai krisis

energi yang dialami Jepang, juga mengaitkan hubungan bilateralnya dengan Rusia

tersebut dengan membina potensi kerjasama energi antara kedua negara.

Sementara itu, hubungan bilateral Jepang-Rusia tidak lepas dari perkembangan

sengketa wilayah Kepulauan Kuril dan juga hubungan yang berkaitan dengan

kepentingan energi masing- masing negara.

Keterkaitan tulisan dalam jurnal di atas dengan penelitian ini terletak pada

upaya kerjasama yang akan dilakukan Jepang-Rusia dalam bidang energi, seperti

realisasi Proyek Liquified natural Gas (LNG) di Vladivostok dan partisipasi

perusahaan Jepang dalam tiga Proyek di Shakalin. Selain itu, dalam jurnal

tersebut dijelaskan pula kebutuhan Jepang terkait konsumsi energi dengan

menggunakan kerangka kamanan energi. Dalam analisisnya, Linda menjelaskan

15

(25)

bagaimana kebutuhan energi Jepang amat tinggi. Selanjutnya, Linda menjelaskan

prosentase kerjasama, hingga tahun 2010.

Jurnal kedua adalah Jurnal yang ditulis oleh Svetlana Vassiliouk dengan

Judul Japanese-Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives yang di

terbitkan oleh The Institute of Energy Economics, Jepang.16 Dalam jurnal tersebut

Vassiliouk menjelaskan mengenai hubungan tarik-menarik antara Jepang-Rusia.

Dalam Jurnal tersebut menjelaskan kerjasama energi Jepang pasca perang dunia II

yang terhambat dengan sengketa pulau yang sedang mereka hadapi. Terdapat

banyak kepentingan yang terjadi dalam hubungan bilateral Jepang dan Rusia

pasca perang dunia II. Tidak hanya kepentingan atas pulau sengketa, namun juga

kepentingan negara lain terhadap Jepang-Rusia, seperti AS.

Hal ini diperparah dengan pecahnya perang dingin, dimana kedua negara

(Jepang-Rusia) berada dalam kubu yang berseberangan ideologi. Hal ini yang

menyebabkan hubungan Jepang-Rusia kembali memburuk. Kerjasama yang telah

diselenggarakan oleh kedua negara tersebut, selain sebagai bentuk pemenuhan

kebutuhan energi, juga digunakan sebagai bentuk kepercayaan kedua negara

dalam menjalin hubungan atau mitra kerjasama. Oleh sebab itu pacahnya Perang

dingin menyababkan hubungan kedua negara kembali merenggang.

Perbedaan jurnal yang ditulis oleh Vassilliouk dengan penulisan skripsi ini

adalah Vassiliouk melihat berbagai hambatan yang menyebabkan renggangnya

16

(26)

hubungan bilateral Jepang-Rusia. Juga dijelaskan dalam Jurnal tersebut, bahwa

hubungan Jepang-Rusia akan terus-menerus terhambat dengan isu sengketa

Kepulauan Kuril yang hingga saat ini belum menemukan titik temu. Sedangkan

dalam skripsi ini, penulis membahas peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia

dan melihat adanya potensi baik dari hubungan kerjasama tersebut di masa depan.

kepentingan dua arah menyebabkan peningkatan kerjasama energi dua negara

tersebut ada, sehingga sangat mungkin terjadi kerjasama dan semakin meningkat.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menjelaskan pembahasan skripsi, penulis menggunakan beberapa konsep

terkait untuk mengembangkan analisis penelitian ini. Konsep yang tergabung

dalam kerangka pemikiran berikut ini ialah kepentingan nasional (national

interest), keamanan energi (energy security), Ekonomi Politik Internasional

(International Political Economy) dan kebijakan luar negeri (foreign policy).

1. Kepentingan Nasional (National Interest)

Konsep pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepentingan

nasional. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor penentu

yang membantu para pembuat keputusan dalam merumuskan kebijakan luar

negeri. Kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat umum, namun juga

merupakan unsur vital bagi sebuah negara.17 Unsur tersebut menyangkut

kelangsungan hidup bangsa, negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan

17

(27)

dan kesejahteraan ekonomi.18 Menurut Joseph Fankel, Kepentingan nasional

adalah deskripsi paling komprehensif dari nilai- nilai kompleks kebijakan luar

negeri, yang dapat mengatur tujuan kebijakan luar negeri dan perilaku

internasional pada umumnya19.

Lebih lanjut Frankel mengklasifikasikan kepentingan nasional ke dalam

tiga kategori yaitu; Aspirational, Operational, dan explanatori/ polemical. Pada

tingkat aspirasi (Aspirational), kepentingan nasional mengacu pada visi

kehidupan yang baik, dengan tujuan yang ideal yang akan dicapai oleh sebuah

negara apabila mungkin untuk dicapai. Kepentingan aspirasional adalah

kepentingan jangka panjang yang tertanam dalam sejarah dan ideologi. Pada

tingkat operasional (operational), kepentingan nasional mengacu pada jumlah

total kepentingan dan tujuan yang sebenarnya dikejar.20 Berbanding terbalik

dengan aspirasional, kepentingan operasional adalah kepentingan jangka pendek

yang merupakan perhatian utama dari pemerintah dan/ atau pihak yang

berkuasa.21 Sedangkan pada tingkat eksplanatori dan polemik

(explanatory/pholemical) kepentingan nasional digunakan untuk menjelaskan,

mengevaluasi, merasionalisasikan dan mengkeritik kebijakan.22

Secara keseluruhan Frankel menjelaskan, kepentingan nasional adalah

konsep kunci dari kebijakan luar negeri suatu negara dan kepentingan nasional

18

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyang Mohammad Yani. Pengantar Huungan Internasional, Bandung, 2006, 35

19

Joseph Frankel, The National Interest, Pall Mall, London, 1970, 26-27.

20

(28)

yang diartikan sebagai aspirasi dari sebuah negara yang dapat digunakan secara

operasionaal pada suatu kebijakan operasional tertentu. Secara konseptual

kepentingan nasional adalah nilai- nilai dasar yang terpelihara dan di perthankan

oleh suatu negara untuk mencapai tujuannya.23

Selain itu, kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan

fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan pada pembuatan

keputuasan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya.24

Sementara itu, menurut Paul Seabury dalam buku yang ditulis oleh K.J Holsti,

kepentingan nasional berkaitan dengan beberapa kumpulan cita- cita suatu bangsa

yang berusaha dicapai melalui hubungan dengan negara lain. Dengan kata lain

gejala tersebut merupakan unsur normatif dalam kepentingan nasional. Pengertian

yang sama pentingnya yakni secara deskriptif hanya dianggap sebagai sesuatu

yang harus di capai negara secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah.25

Sama halnya dengan pendapat Frankel terkait kategori diatas, K.J holsti

membagi unsur kepentingan nasional ke dalam tiga kategori. Pertama, adalah

kepentingan inti yang melibatkan setiap eksistensi pemerintah dan bangsa yang

harus dilindungi dan diperluas. Kedua, tujuan jangka menengah yang biasanya

memaksakan tuntutan pada negara lain. Ketiga, yakni tujuan jangka panjang yang

bersifat universal dan jarang memiliki batasan waktu yang pasti.

23

Rear Admiral Simon Williams, The Role of the national Interest in the National Security Debate, 2012, 28

24

Jack C Plano dan Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional, 11.

25

(29)

Kepentingan nasional yang bersifat luas dan bercabang tersebut

menyebabkan kepentingan nasional sebuah negara terlihat dinamis. untuk

menentukan kebijakannya, sebuah negara harus mampu menentukan kepentingan

nasionalnya. Kepentingan nasional yang bersifat piroritas ataupun vital. Dalam

hal ini keutuhan sebuah wilayah bagi sebagian negara adalah harga mati, negara

tidak akan dengan mudah melepaskan klaim atas wilayah tersebut, begitu pula

Jepang dan Rusia. Namun demikian dalam menentukan kepentingan nasional

yang bersifat luas dan komprehensif, selain melihat unsur dalam negeri,

kepentingan nasional juga harus melihat usur yang datang dari lingkungan

internasional.

Tulisan terakhir adalah jurnal yang di tulis oleh Svetlana Vassiliouk

dengan Judul Japanese-Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives

yang di terbitkan oleh The Institute of Energy Economics, Jepang pada tahun

2008. Dalam jurnal tersebut Vassiliouk menjelaskan mengenai hubungan

tarik-menarik antara Jepang-Rusia. Dalam Jurnal tersebut menjelaskan kerjasama

energi Jepang pasca Perang Dunia II yang terhambat dengan sengketa kepulauan

yang sedang mereka hadapi. Terdapat banyak kepentingan yang terjadi dalam

hubungan bilateral Jepang dan Rusia pasca Perang Dunia II. Tidak hanya

kepentingan atas pulau sengketa, namun juga kepentingan negara lain terhadap

Jepang-Rusia, seperti AS. Hal ini diperparah dengan pecahnya Perang Dingin ,

dimana keduanya (Jepang-Rusia) berada dalam kubu yang berseberangan

(30)

sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan energi, juga digunakan sebagai bentuk

kepercayaan kedua negara dalam menjalin hubungan atau mitra kerjasama.

Perbedaan penulisan ini dengan skripsi yang sedang penulis teliti adalah

dalam jurnal tersebut Vassilliouk melihat hingga tahun 2007 hubungan

Jepang-Rusia yang tidak menentu, kerjasama energi yang dijalankan tidak membuahkan

hasil signifikan terhadap hubungan bilateral kedua negara terkait sengketa

kepulauan. Dalam Jurnal tersebut Vassilliouk tidak hanya melihat kebutuhan

energi, namun juga melihat faktor kepentingan lain yang berasal dari luar, hal ini

yang digunakan sebagai penghambat bagi hubungan bilateral kedua negara.

Sedangka skripsi yang saya teliti fokus terhadap kepentingan energi Jepang,

dengan melihat penyebab peningkatan kerjasama energi pada tahun 2011-2013.

Skripsi ini melihat peningkatan kerjasama dari dua arah (Jepang-Rusia).

2. Keamanan Energi (Energy Security)

Terdapat beberapa definisi dalam menjelaskan keamanan energi. Definisi

keamanan energi menurut Internasional Energy Agencies (IEA) ialah

“The uninterrupted availability of energy sources at an affordable price” 26 (ketersediaan yang terus menerus dari sumber energi dengan harga yang terjangkau). (terjemahan oleh penulis)

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa keamanan energi melindungi

berbagai masalah seperti, kemanan prasarana, harga barang, ketersediaan keaneka

ragaman, resiko dari terorisme dan perang, keamanan pendapatan, keamanan

ketersediaan, akses untuk mendapatkan cadangan baru, dan energi sebagai

26

(31)

senjata.27 Definisi keamanan energi menurut IEA tidak jauh berbeda dengan

konsep keamanan energi menurut United Nation Development Program (UNDP)

yakni,

“The availability of energy at all times in various forms, in sufficient quantity and at affordable prices”.28 (Yang dipahami sebagai ketersediaaan pasokan energi dalam kuantitas yang cukup dengan harga yang dapat dijangkau). (terjemahan oleh penulis)

Definisi keamanan energi menurut Institute of Energy Economics Japan

(IEEJ) lebih komprehensif, secara spesifik menjelaskan keamanan suplai tidak

hanya demi memenuhi kebutuhan manusia, juga penting bagi ekonomi dan

industri, sebaga berikut;

“To secure adequate energy at reasonable price necessary for the people’s lives, and economic and industrial activities of the country”.29 (Jaminan untuk mencukupi energi, dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, ekonomi dan aktivitas industri dari sebuah negara) (terjemahan oleh penulis).

Sedangkan menurut Jonathan Elkind dalam kebijakan dan Energi

Internasional di US Department of Energy,30 menyebutkan bahwa keamanan

energi mengandung empat elemen, antara lain:

1. Ketersediaan (Availability)

27

Whats is Energy Security?. International Agency (IEA), 8.

28Definisi tersebut dijelaskan oleh UNDP tentang keamanan energi “

the availability of energy at all times in various forms, in sufficient quantity and at affordable prices“. Lebih lanjut lihat dalam United Nations Development Prgram, World energy Assesment, New york 2000. Dikutipdalam Makmur Keliat, “Kebijakan Keamanan Energi” (Global vol 8, 2006), 60.

29

Japanese- Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives. (Istitute of Energy,

Economic Japan (IEEJ), tokyo, november 2008). Tersedia di;

http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf diakses pada 20 Februari 2014

30

(32)

Elemen ini mengacu pada kemampuan produsen dan pengguna untuk

mengamankan energi yang diperlukan dan komponen penduduknya seperti solusi

teknis pada produksi, transportasi, konversi, penyimpanan dan distribusi.

2. Keandalan (Reliability)

Elemen ini mengacu pada pelayanan energi yang bebas dari gangguan,

dengan kriteria yang saling terkait, termasuk:

a. Keanekaragaman sumber suplai (keanekaragaman bahan bakar dan

tteknologinya).

b. Keanekaragaman rantai suplai.

c. Kemampuan mengatasi kendala dan kegagalan.

d. Menurunkan kebutuhan energi agar mengurangi beban dari infrastruktur.

e. Penanganan pada kasus terjadinya kegagalan.

f. Menyebarkan informasi ke pasar setiap waktu.

3. Keterjangkauan (Affordability)

Hal ini tidak hanya terkait dengan harga yang murah, tetapi juga harga

yang stabil dan tidak mudah berubah.

4. Keberlanjutan (Sustainability)

Elemen terakhir mengacu pada meminimalkan kerusakan di bidang sosial,

ekonomi, dan lingkungan lewat tersedianya infrastruktur energi yang ramah dan

tahan lama. Beberapa komponen lain yang perlu diperhitugkan seperti emisi gas

rumah kaca harus rendah dan mampu memproteksi sistem energi.31

Berdasarkan bagian Kebijakan dan Energi Internasional pada US

Department of Energy, Elkind menyebutkan bahwa keamanan energi

31

(33)

mengandung empat elemen, yaitu: ketersediaan (availability), keandalan

(reliability), keterjangkauan (affordability), dan keberlanjutan (sustainability).32

a. Ketersediaan mengacu pada kemampuan konsumer dan pengguna untuk

mengamankan energi yang diperlukannya. Komponen pendukungnya adalah

solusi teknis pada produksi, transportasi, konversi, penyimpanan, dan

distribusi.

b. Keandalan, mengacu pada pelayanan energi yang bebas dari gangguan,

dengan kriteria yang saling terkait, termasuk:

 Keanekaragaman sumber suplai (keanekaragaman bahan bakar dan

teknologinya).

 Keanekaragaman rantai suplai.

 Kekenyalan atau kemampuan mengatasi kejutan dan kegagalan.

 Menurunkan kebutuhan energi agar mengurangi beban dari

infrastruktur.

 Redundansi pada kasus terjadinya kegagalan.

 Menyebarkan informasi ke pasar setiap waktu.

c. Keterjangkauan, melibatkan tidak hanya harga yang murah – relatif

terhadap penghasilan – tetapi juga harga yang stabil dan tidak mudah

berubah.

d. Keberlanjutan, mengacu pada meminimalkan kerusakan di bidang sosial,

ekonomi, dan lingkungan lewat tersedianya infrastruktur energi yang awet

dan berumur panjang.

32Elkind Jonathan, “

(34)

Kerentanan Jepang untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya telah

dimulai sejak tahun 1970-an. Sebagai upaya untuk mencapai kepentingannya,

Jepang dihadapkan dengan beberapa tantangan besar dalam beberapa dekade

terakhir, yang terus meningkat dan harus berhadapan dengan krisis minyak dunia

pada awal tahun 1970.33

Kemudian adanya politik perubahan iklim dunia yang mulai disuarakan pada

tahun 1990-an, mengharuskan Jepang turut andil. Dilanjutkan dengan terjadi

Gempa yang diikuti oleh tsunami pada tahun 2011. Ini penting, dalam berbagai

situasi Jepang harus memperhatikan pasokan dan keamanan energi. oleh karena

itu keamanan energi akan mempengaruhi kebijakan luar negeri Jepang, khususnya

pasca gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011 lalu.

3. Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy)

Pendapat atau maksud dalam studi ekonomi politik internasional adalah

bahwa hubungan antara ekonomi dan politik pada masa modern saat ini adalah

suatu hubungan timbal balik.34 Sebagian besar politik menentukan kerangka kerja

atas aktivitas ekonomi dan secara lebih lanjut mengarah pada

kepentingan-kepentingan kelompok.35 Perhatian pada kekuasaan dalam berbagai bentuk

merupakan faktor penentu dari sifat dasar sistem ekonomi. Disisi lain, sistem

ekonomi itu sendiri, cenderung membagi-bagi lagi antara kekuasaan dan

kekayaan. Hal ini dapat merubah hubugan kekuasaan antar grup atau kelompok,

33

Nurul Isnaeni. Jepang dan Isu Keaman Energi.(Global vol 8 no.2. 2006), 72.

34

Karen A. Mingst, Jack L. Snyder. Essential Readings in World Politics-The Meaning of Political Economy. W.W Norton and Company. New York, 2004, 404

35

(35)

yang pada gilirannya akan memimpin perubahan dari sistem politik.36 Dengan

demikian akan memberi peningkatan terhadap struktur baru dalam hubungan

ekonomi. Hal tersebut merupakan bagian dari dinamika hubunga internasional di

dunia modern, yang sebagian besar merupakan fungsi dari interaksi hubungan

timbal-balik antara ekonomi dan politik.37

Hubungan timbal-balik antara ekonomi dan politik dewasa ini semakin

kompleks, sebagian besar negara menjadikan kepentingan ekonomi menjadi

kepanjangan tangan dari kepentingan politik, begitu pula sebaliknya. Dalam hal

ini hubungan bilateral Jepang-Rusia merupakan salah satu bentuk interaksi atau

hubungan timbal balik antara politik dan ekonomi. Meskipun tidak secara

mendalam, namun konsep IPE (International Political Economy) akan melihat

bagaimana kebutuhan ekonomi dalam hubungan internasional yang semakin

interdependen akan berpengaruh terhadap keputusan politik suatu negara.

4. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)

Konsep kedua adalah kebijakan luar negeri (foreign policy). Kebijakan

luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para

pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik

internasional lainnya. Hal ini dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional secara

spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.38 Sedangkan

36

Ibid, 404.

37

Carent Mingst. World Politics.

38

(36)

menurut Rosenau,39 pengertian kebijakan luar negeri yakni upaya suatu negara

melalui keseluruhan sikap dan aktivitas untuk mengatasi dan memperoleh

keuntungan dari lingkungan eksternalnya hal tersebut untuk memelihara dan

mempertahankan kelangsungan hidup suatu Negara.

Kedua pengertian yang di ungkapkan Rosenau tersebut memberikan

pemahaman bahwa adanya keterkaitan antara kepentingan nasional dengan

kebijakan luar negeri. Konsep ini akan menjelaskan bagaimana kebijakan luar

negeri terkait sumber daya energi Jepang pasca gempa bumi dan tsunami terhadap

Rusia dalam upaya memenuhi kepentingan nasionalnya. Dalam pembuatan

kebijakan luar negeri Jepang, penulis mengutip pendapat Rosenau terhadap

adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal di pengaruhi oleh

perkembangan ekonomi (economic development). sedangkan faktor eksternal atau

internasional dipengaruhi oleh size dan geography.40

F. Metode Penelitian:

Metode merupakan prosedur yang digunakan dalam mendeskripsikan dan

menjelaskan fenomena.41 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

kualitatif, yakni suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada

fenomena sosial dan masalah manusia.42 Secara umum, penelitian kualitatif

berawal dari asumsi individu yang memiliki peran aktif mengkonstruksikan

Review of International Studies. Vol. 9 no. 2 April 1983.

41 Mochtar Mas’oed.

Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. (Jakarta, LP3ES. 1994),3.

42

(37)

realitas sosial dan kemudian metode penelitian mampu menganalisa proses

konstruksi sosial tersebut.43

Dalam penelitian ini, penulis berupaya menjawab pertanyaan penelitian

yang menggambarkan dan menganalisa secara sistematis berdasarkan fakta yang

di peroleh selama melakukan penelitian. Penulis bermaksud untuk menganalisis

penyebab dari peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia. Penelitian ini

berkaitan dengan kebutuhan Jepang terhadap sumber daya energi ditengah adanya

sengketa Kepulauan Kuril yang terjadi diantara kedua negara (Jepang-Rusia).

Metode yang digunakan untuk menganalisa adalah deskriptif analitis, yaitu

kegiatan penelitian dalam hubungan internasional dengan melihat permasalahan

yang ada melalui pengumpulan data kemudian melakukan analisis dengan

mengaitkan data dengan teori dalam hubungan internasional.44

Penulis juga menggunakan data sekunder yakni berupa wawancara dan

pengumpulan data melalui literatur berupa buku- buku, jurnal ilmiah, media masa

(surat kabar, majalah ilmiah), dan situs- situs Internet. Dengan data yang telah di

peroleh melalui sumber tersebut, penulis dapat melengkapi pembahasan ini

dengan lebih baik. Kemudian data tersebut akan diklasifikasikan sesuai dengan

bagian- bagiannya, yakni dengan menempatkan data pada kategori masing-masing

yang berhubungan dengan kebutuhan energi Jepang dan peningkatan kerjasama

energi Jepang-Rusia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

43

Claire Howell Major dan Savin Baden M. An Introduction to Qualitative Research Synthesis; Managing the Information explosion in social Science Research. (New York, 2010), 11

44Mochtar Mas’oed Mochtar Mas’oed.

(38)

kepentingan Jepang dalam Proyek kerjasama energi bersama Rusia. Pada bagian

terakhir penulis akan menganalisa berdasarkan kerangka konseptual sehingga data

yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan untuk

penelitian dalam merumuskan jawaban dari pertanyaan penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan dalam penelitian ini adalah

BAB I. PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Tinjauan Pustaka

E. Kerangka Pemikiran

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA

A. Pengertian Sumber Daya Energi

B. Sumber Daya Energi Jepang

1. Kebutuhan Sumber Daya Energi Jepang

2. Kelangkaan Sumber Daya Energi Jepang

C. Sumber Daya Energi Rusia

1. Potensi Sumber Daya Energi Rusia

2. Sumber Daya Energi Pulau Sakhalin

(39)

BAB III. DINAMIKA HUBUNGAN JEPANG-RUSIA

A. Sengketa Kepemilikan Kepulauan Kuril antara

Jepang-Rusia

B. Kerjasama Ekonomi dan Energi Jepang-Rusia hingga

tahun 2009

1. Kerjasama Ekonomi Jepang-Rusia

2. Kerjasama Energi Jepang-Rusia

C. Kerjasama Energi Jepang-Rusia Pada Tahun 2009- 2013

1. Kerjasama East Siberia-Pacific Ocean Oil Pipeline

2. Kerjasama Liquified Natural Gas (LNG) Shakalin-II

BAB IV. ANALISIS PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG DALAM SENGKETA KEPULAUAN KURIL

A. Kepentingan Jepang-Rusia dalam Sengketa Kepulauan

Kuril.

1. Klaim Jepang Terhadap Kepulauan Kuril

2. Klaim Rusia Terhadap Kepulauan Kuril.

B. Faktor Pendorong adanya Peningatan Kerjasama Energi

Jepang-Rusia.

1. Keamanan Energi Jepang

a. Faktor Internal

b. Faktor Eksternal

(40)

C. Kebijakan Luar Negeri Jepang dalam Peningkatan

Kerjasama Energi dengan Rusia.

(41)

BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA

Pada bab ini penulis menguraikan keadaan sumber daya energi Jepang dan

Rusia yang terbagi ke dalam dua sub-bab. Pertama, menerangkan tentang

pengertian sumber daya energi, menjelaskan mengenai tingginya kebutuhan

energi Jepang yang diakibatkan kelangkaan sumber daya energi domestik. Kedua,

menguraikan tentang sumber daya energi Rusia, dan kebijakan ekspor energi

Rusia terhadap negara-negara destinasi, khususnya ke Jepang.

A. Pengertian Sumber Daya Energi

Energi berasal dari bahasa Yunani energia yang berarti daya, kerja atau

tenaga. Energi dalam disiplin ilmu alam dapat didefinisikan sebagai tenaga

mekanik yang terakumulasi. Sebagian dari tenaga tersebut dapat digunakan untuk

menghasilkan suatu akibat baik itu dalam pengertian gerak atau kerja.45 Oleh

karena itu, secara umum energi dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk

melakukan pekerjaan atau menghasilkan akibat atau dampak.46

Tabel di bawah ini menguraikan bahwa energi pada dasarnya mengandung

empat dimensi. Empat dimensi tersebut antara lain:

1. Berdasarkan siklus penggunaannya energi dapat di bagi menjadi dua,

yakni energi yang tidak dapat di perbaharui (non-renewable energy) dan

45

Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi. (Global-Jurnal Politik Internasional, 2006 Vol. 8 No. 2), 34.

46

Definisi yang di jelaskan oleh Salisburry yang menyatakan “Energy is the caacity for

(42)

energi yang dapat di perbaharui (renewable energy).47 Energi yang tidak

dapat di perbaharui seperti bahan bakar minyak, gas dan batu bara. Bahan

bakar tersebut sering juga disebut sebagai fossil fuels. Sedangkan contoh

energi yang dapat diperbaharui misalnya, energi yang berasal dari sinar

matahari (solar energy) dan nuklir (nuclear energy), dan panas bumi

(Geothermal).48

Tabel 2.1. Dimensi dan Kategori Energi.

Dimensi Kategori Implikasi

Siklus Penggunaan Energi yang dapat

diperbaharui

Mata Rantai Energi Primer Adanya kebutuhan dana

yang sangat besar untuk melakukan investasi energy

Energi Sekunder Eergi akhir

Dampak Lingkungan Kurang ramah dengan lingkungan

Sumber: Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi. Global-Jurnal Poliik Internasional Vol. 8 No. 2 h. 35. 2006

47

Purnomo Yusgiantoro. Ekonomi Energi Teori dan Praktik. (Pustaka LP3ES Indonesia, 2000),5.

48

(43)

Perbedaan ini menjadi penting karena terdapat dua pertimbangan.

Pertama, mengandung pengertian bahwa terdapat batas, antara

ketersediaan dan waktu. Berdasarkan energi yang tidak dapat diperbaharui

tersebut, maka melahirkan kebutuhan efisiensi dalam penggunaan energi

dan sekaligus konserfasinya. Kedua, terkait dengan kebutuhan untuk

melakukan diversifikasi penggunaan energy.49 Dikenal dengan istilah

enegry mix, yakni suatu negara sebaiknya tidak hanya mengandalkan satu

sumber energi yang tersedia, namun harus menganekararagamkan sumber-

sumber energi yang dibutuhkan.

2. Terkait dengan dimensi penggunaan teknologi pengolahannya.

Berdasarkan sudut pandang ini, energi dapat dibagi menjadi dua kategori

yaitu energi tradisional (traditional energy) dan energi modern (modern

energy, contoh untuk energi modern adalah listrik, fossil fuels (bahan

bakar) dan seluruh energi yang dapat di perbaharui. Sedangkan contoh

energi tradisional adalah penggunaan kayu bakar dan biomass.

3. Bila dilihat dari sudut pandang dimensi mata rantai, energi dapat

dikategorikan sebagai energi primer (primary energy), energi sekunder

(secondary energy), dan energi akhir (final energy).50 Keterkaitan antara

energi primer, sekunder dan akhir dikenal dengan istilah mata rantai energi

(energy chain). Rantai ini berawal aktivitas eksplorasi hingga ekstraksi

yang disebut sebagai energi primer. Kemudian aktivitas pemrosesan

49

Makmur Keliat. Kebijakan Keamanan Energi, 35.

50

(44)

hingga transportasi disebut dengan energi sekunder, selanjutnya

konservasi hingga distribusi disebut sebagai energi akhir.

4. Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh energi. Berdasarkan sudut

pandang ini dapat dilihat dari dua kategori, yaitu energi bersih (clean

energy) dan energi kotor (dirty energy) atau energi yang tidak ramah

lingkungan. Dalam kategori tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa

sektor; sektor rumah tangga, sektor industrial, sektor komersial, dan sektor

transportasi.51 Pembagian sektor ini menentukan penggunaan energi.

Misalnya, gas alam yang dipandang lebih bersih dibandingkan dengan

batu bara dan bahan bakar minyak karena beresiko menghasilkan carbon

dioxide (CO2). Resiko ini lebih kecil jika dibandingkan dengan

penggunaan batu bara.

B. Sumber Daya Energi Jepang

1. Kebutuhan Sumber Daya Energi Jepang.

Sejarah agresi Jepang ke negara-negara Asia Tenggara selama Perang

Dunia II tidak lepas dari motivasi Jepang dalam mencari sumber mineral strategis

yang ada di sepanjang kawasan ini, mulai dari minyak bumi, timah, batu bara,

alumunium hingga besi. Keseluruhan sumber mineral tersebut merupakan bahan

baku utama pembangkit energi bagi proses industrialisasi di negeri mata hari

terbit tersebut.52 Pasca mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II pada tahun

51

Makmur Keliat. Kebijakan Keamanan Energi, 37.

52

(45)

1950-1970-an, Jepang bangkit dari kehancuran dan memacu pertumbuhan

perekonomiannya. Sementara itu, proses pertumbuhan ekonomi Jepang

berkorelasi positif dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi. Pemakaian bahan

bakar fosil (fossil- fuels), khususnya minyak bumi telah mendominasi konsumsi

energi komersial Jepang selama masa pertumbuhan ekonominya. Pada saat itu

minyak bumi memang merupakan sumber energi yang paling murah dan efisien,

sehigga menjadi basis dari industrialisasi dan modernisasi di banyak negara,

termasuk Jepang. 53

Sejalan dengan industrialisasinya, intensitas konsumsi Jepang terhadap

minyak bumi pun terus berlangsung hingga mencapai 77,4 % pada tahun 1973.

ekonomi Jepang mencapai pertumbuhan yang signifikan pada tahun 1973-1974

(krisis minyak dunia), yakni mencapai 10,9 % per tahun.54 Prestasi ini menyaingi

kemajuan negara-negara Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD) lainnya, pada saat yang sama Jepang menduduki peringkat

kedua sebagai negara konsumen minyak bumi terbesar di dunia.

Seiring dengan semakin meningkatnya perekonomian Jepang, jumlah

permintaan energi domestik Jepang pun terus meningkat. Peningkatan jumlah

konsumsi Jepang digambarkan sebagaimana diagram di bawah ini.

53

Nurul Isnaeni. Jepang dan Isu Keamanan Energi : Dari Krisis Minyak Dunia Hinga Politik Perubahan Iklim, 57.

54

(46)

Gambar 2.2. Grafik Produksi dan Konsumsi Jepang pada tahun 2000-2015

Sumber: U. S Energi Information Administration (EIA)

Grafik di atas menunjukkan bahwa konsumsi Jepang mengalami

peningkatan di tiap tahunnya. Hal ini berseberangan dengan tingkat produksi

Jepang yang statis dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi domestik.

Jumlah konsumsi semakin meningkat pada tahun 2009. Sedangkan, pada tahun

2014 Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa Jepang

hanya memiliki 10% dari total kebutuhan energi primer sebagai sumber daya

domestik.55

Data tersebut menunjukkan kecilnya jumlah sumber daya energi yang

dimiliki Jepang. Jumlah populasi yang relatif kecil yakni sekitar 126.757.591

pada tahun 2014, tidak menurunkan tingkat kebutuhan energi Jepang.56

55Report; Japan is The World’s Largest liquefied

Natural Gas Importer, Second Largest Coal Importer,and Third Largest Net Oil Importer, United State Energy Information Administration (EIA), 2013. http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf dan http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 15 April 2013.

56

World Population Review. Tersedia di

(47)

Sebaliknya, kebutuhan energi negara tersebut setiap tahunnya semakin bertambah,

seiring dengan semakin meningkatnya industrialisasi di Jepang.

2. Kelangkaan Sumber Daya Energi Jepang

Ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi energi Jepang

membuat negara tersebut mengalami kelangkaan energi. Perhatian khusus

pemerintah Jepang terhadap pasokan energi menjadi penting. Tingginya tingkat

konsumsi energi domestik mengharuskan Jepang bersaing dengan negara-negara

tetangga untuk memenuhi pasokan energinya. Di kawasan regional Asia, Jepang

harus bersaing dengan negara-negara kawasan dalam melakukan suplai energi.

Terlebih Jepang merupakan negara OECD dengan kemampuan sumber daya Energi

paling rendah jika dibandingkan dengan kapasitas negara anggota OECD

lainnya.57

Uraian tersebut di atas membuat Jepang membutuhkan lebih banyak

energi jika dibandingkan dengan negara anggota lainnya. Munculnya kompetitor

baru di kawasan Asia Timur seperti Cina dan Korea Selatan yang juga merupakan

negara industri menyebabkan Jepang semakin meningkatkan kualitas daya

saingnya untuk mendapatkan energi.58 Jepang harus memastikan keamanan suplai

energi yang berasal dari negara-negara penghasil minyak dan energi. Pasca

terjadinya bencana gempa bumi pada tahun 2011, Jepang kembali dihadapkan

57

Michael May, Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia AsiaPacific Research Center 1998, 11. tersedia http://iis-db.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf

58

(48)

dengan isu keamanan suplai energi. Dalam hal ini diperlukan peran serta

pemerintah untuk menentukan kebijakan terkait suplai energi Jepang.

Isu energi bukan menjadi masalah baru bagi Jepang, sejak tahun 1980

sektor energi Jepang telah mengalami regulasi. Pemerintah secara langsung

mengambil alih masalah ini. Penetapan kebijakan diambil alih oleh pemerintah

pusat dengan cara melakukan bimbingan administrasi dan menjalankan konsultasi

dengan industri pengembagan energi dalam melakukan negosiasi ketika memasok

energi asing. Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri (METI) telah

mengawasi kebijakan energi nasional dan mengawasi upaya pemerintah secara

luas untuk melakukan efisiensi energi domestik.59

Hal ini dilakukan untuk mencapai keseimbangan pasokan energi dan

mengurangi ketergantungan Jepang terhadap minyak. Oleh sebab itu pada awal

tahun 2000 pemerintah Jepang menginvestasikan dana sebesar 4 milyar dolar AS

sebagai upaya peningkatan tteknologi dan keterampilan dengan cara pemberian

subsidi untuk program konservasi dan produksi energi.60 Rancangan stategi energi

Jepang sejak tahun 2002 terpusat pada tiga strategi utama yakni, keamanan energi,

perlindungan lingkungan dan efisiensi pasokan energi.61 Tiga strategi tersebut

menjadi dasar keputusan pemerintah terkait energi.

59

Michael May, Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia Asia. (Pacific Research Center 1998),11 tersedia http://iis-db.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf diakses pada 06 oktober 2013.

60

ibid, 11.

61Japan’s Energy Policy.

Agency for Natural Resources and Energy (ANRE). (Menistry

economic, trade and Industry of Japan, 2010), 7. Tersedia di

(49)

Dewasa ini peran serta pemerintah dalam pengambialan kebijakan energi

semakin besar. Kompleksitas kebutuhan Jepang terhadap energi semakin

meningkat pasca terjadinya bencana alam gempa dan tsunami yang menyebabkan

kerusakan pabrik listrik bertenaga nuklir Daichi di Fukushima. Untuk menangani

kelangkaan tersebut, perusahaan dalam negeri Jepang aktif berpartisipasi dalam

berbagai proyek energi, baik dalam maupun luar negeri. Partisipasi perusahaan

energi yaitu dengan memberikan modal rekayasa mesin, kostruksi, bantuan

keuangan dan jasa menejemen proyek untuk proyek-proyek energi di seluruh

dunia.62

Selain melakukan kebijakan untuk keamanan pasokan minyak dari luar,

Jepang juga membangun kerjasama dengan negara-negara penhasil minyak,

Jepang juga menerapkan kebijakan pengamanan energi dari dalam. Pada tahun 2005, METI mengeluarkan kebijakan “New National Energy Strategy” yang

intinya adalah berisi tentang meningkatnya intervensi pemerintah di pasar energi

dalam hal kontrol pemakaian energi untuk memastikan tidak terjadi kelangkaan

energi. Strategi Jepang ini sekaligus menunjukkan bahwa Jepang memadukan

strategi energi dan penekanan akan kemandirian melalui kebijakan efisiensi

ekonomi untuk menciptakan keamanan dalam memasok energi.63

Kalangkaan energi Jepang semakin meningkat disebabkan oleh gempa

berkekuatan 8,9 skala richter yang terjadi di lepas pantai Coustof Sendai-bagian

62

Japan, Overview. United State Energy Information Administration (EIA), 31 Juli 2014, 1. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 7 Oktober 2014.

63

(50)

utara Jepang.64 Gempa disertai tsunami tersebut mengakibatkan lelehnya tiga

reaktor inti pada tiga hari pertama. Unit- unit operasi yang secara otomatis tutup

adalah Tokyo Electric power Company (Tepco) milik Fukushima Daiichi

menutup 3 reaktornya, dan Fukushima Daini menutup empat reaktor aktifnya.

Pabrik Tohoku di Onigawa menutup tiga reaktornya, dan satu reaktor milik Japko

di Tokai juga ditutup. Jumlah daya yang diamankan sebesar 9377 Mwe.65

Jepang merupakan salah satu negara yang bergantung pada energi nuklir,

oleh sebab itu bencana berupa gempa tersebut menambah deretan panjang

masalah keamanan energi Jepang. Sebelum terjadinya insiden Fukushima pada

tahun 2011 lalu, Jepang menduduki peringkat ketiga terbesar sebagai negara

pembangkit listrik tenaga nuklir setelah AS dan Perancis.66 Berikut adalah gambar

zona gempa dan Tsunami yang melanda Jepang pada tahun 2011.

Gambar 2.3. Peta Zona Gempa dan Tsunami Jepang pada Tahun 2011

Sumber: British Broadcasting Corporation News Asia- Pasific

64

Jonathan Amos, Quake was Big Event in Japan, BBC News, Maret 2011. Tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/science-environment-12710999 diakses pada 21 Februari 2014

65

Fukushima Accident, World Nuclear Asssociation tersedia di http://www.world-nuclear.org/info/safety-and-security/safety-of-plants/fukushima-accident/ diakses pada 16 Agustus 2014.

66

(51)

Pada tahun 2011, Jepang memiliki 50 reaktor nuklir yang 17 diantaranya

merupakan pembangkit listrik, dengan total kapasitas yang terpasang sebesar 46

gigawatts. Pasca insiden tersebut, Jepang telah kehilangan seluruh kapasitas

pembangkit tenaga nuklir. Lebih dari 10 gigawatts kapasitas nuklir di Fukushima,

Onagawa, dan Tokai menghentikan operasinya setelah gempa bumi dan tsunami

melanda Jepang.67

Hingga tahun 2012, Jepang kehilangan seluruh kapasitas nuklirnya,

namun dapat kembali beroperasi pada bulan Juli di tahun yang sama.68 Pada tahun

2011 Jepang telah dihadapkan dengan krisis energi, akibatnya kebutuhan struktur

tenaga listrik milik Jepang meningkat dari 60 % menjadi sekitar 90 %.69 Selain itu

pada tahun 2010, volume impor LNG sebesar 70 juta ton, kemudian volume

impor LNG mengalami peningkatan mencapai 90 juta ton pada tahun-tahun

selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa volume impor Jepang semakin

meningkat pasca gempa bumi. Permintaan volume LNG ini akan semakin

meningkat hingga mencapai 10 juta ton per tahunnya.70

Gempa bumi yang menghancurkan reaktor nuklir di Fukushima pada

tahun 2011 lalu, menyebabkan Jepang menggeser penggunaan bahan bakar energi

dan beralih menggunakan gas alam, minyak bumi, dan energi terbarukan sebagai

67

Japan- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 4.

68

Japan, Overview. (United State Energy Information Administration -EIA, 2014), 4. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 7 oktober 2014.

69

Yasuhiro Matsuyama, Challenge in Japan and Japan- Russia Energy Cooperation. (ERINA Report. No.110, 2013), 40.

70

(52)

sumber daya energinya. Bahan bakar tersebut mampu memberikan keuntungan

dan menggantikan beberapa reaktor nuklir Jepang yang rusak. Minyak dan gas

bumi kembali menjadi sumber terbesar bagi energi utama Jepang. Meskipun

demikian total konsumsi Jepang menurun dari sekitar 80% pada tahun 1970

menjadi 43% pada tahun 2011.71 Penurunan jumlah konsumsi tersebut diakibatkan

oleh turunnya angka populasi Jepang.

Jepang merupakan negara pengimpor minyak ketiga terbesar setelah AS

dan Cina pada tahun 2012. Negara tersebut sangat bergantung pada pasokan

minyak mentah dari kawasan Timur Tengah. Setelah insiden Fukushima, Jepang

telah meningkatkan impor minyak mentah. Pada tahun 1980 jumlah impornya

mencapai 70% dan terus meningkat. Hingga tahun 2012 Jepang berhasil

mengimpor minyak mentah sebesar 83% dari Timur Tengah. Selain itu juga

pasokan minyak Jepang diimpor dari Saudi Arabia dan Iran.72

Impor minyak Jepang yang berasal dari Iran pada enam bulan pertama

pada tahun 2012 mencapai 113,535 barel per hari (bbl/d). Namun pada enam

bulan berikutnya mengalami penurunan menjadi 78,121 bbl/d atau 30 %. Hal ini

dipengaruhi oleh sanksi AS dan Eropa terhadap Iran pada tahun 2012, sehingga

Jepang mengganti pasokan minyak Iran dengan pasokan minyak dari Timur

Tengah dan negara lainnya.

Berdasarkan ketersediaan sumber daya gas alam yang terbatas,

menyebabkan Jepang harus bergantung terhadap impor untuk memenuhi

kebutuhannya. Selain sebagai negara pengimpor minyak dengan jumlah besar,

71

Japan, Overview ( U.S. Energy Information Administration- EIA, 2013), 5.

72

Gambar

Tabel 2.1  : Dimensi dan Kategori Energi..........................................................................
Gambar 2.2  : Grafik Produksi dan Konsumsi Energi Jepang (2000-2015).......
Tabel 2.1. Dimensi dan Kategori  Energi.
Gambar 2.2. Grafik Produksi dan Konsumsi Jepang pada tahun 2000-2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroba yang terdapat  pada kompos yang berasal dari limbah popok sekali pakai (diapers)  berisi mikroba yang selama ini

Pada tataran ini, kaum muda sebagai generasi digital native yang merupakan pengguna media sosial turut menjadi audiens dalam paparan berita dan informasi terkait topik

Pengaruh tersebut dapat dilihat dari koefisien persamaan kuadratik dari model indeks kekuatan tarik dalam bentuk kode variabel yang dituliskan pada persamaan 2. Berdasarkan

Kato dan Yamamoto (2008) menilai bahwa perpindahan seseorang dari satu partai kepartai yang lainnya, tidak terlepas dari pengaruh insentif politik dan keterbatasan dalam

MATRIKS RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) BIDANG CIPTA KARYA BERDASARKAN ENTITAS. 1 Telah memuat Rencana Terpadu dan Program

Monte Carlo simulation by using 10, regimens ranging from 1g every 6, 8 from population PK study conducted intermittent dosage regimen was calc.. ≥ 400 for MIC 1.5mg/L

Kegiatan vucer ini memiliki lingkup kerja pada proses pengeringan bunga Rosella Kegiatan dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan. Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan

Dari permasalahan y ang ada maka perlu dipikirkan j alan keluar untuk meningkatkan tarap hidup mas y arakat dengan menggali potensi y ang dimiliki oleh mas y arakat desa