Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Harmellawati NIM 109018200022
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Nusantara
Penelitian dengan judul “Pembinaan Nilai Karakter melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Teater di SMK Nusantara Tangerang”. Skripsi program studi Manajemen Pendidikan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai karakter pada kegiatan ekstrakurikuler teater di SMK Nusantara. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Nusantara Tangerang pada bulan April sampai bulan Agustus 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan suatu kegiatan atau keadaan tertentu yang terlebih dahulu menganalisis data-data dan kejadiannya dalam bentuk tulisan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk wawancara sebanyak 9 responden dan semua aspek yang berkaitan dengan pembinaan nilai karakter kegiatan ekstrakurikuler teater yang menjadi bahan dokumentasi peneliti. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pembinaan nilai karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler teater di SMK Nusantara Tangerang cukup berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang mengatakan bahwa dilakukannya latihan rutin pada hari Sabtu dan dibentukknya nilai karakter pada kegiatan ekstrakurikuler teater, yaitu religius, jujur, kreatif, disiplin, percaya diri, mandiri, tanggung jawab dan kebersamaan.
Kata Kunci: Nilai Karakter, Ekstrakurikuler Teater
ii
Research by title "Development of Character value through Theater Extracurricular Activities at SMK Nusantara".This Thesis is course of education management, Faculty of Tarbiyah and Teaching Islamic State of University Jakarta. This Research aims to determine the value of the character in theater extracurricular activities at SMK Nusantara. This research was conducted in SMK Nusantara (April to August 2013). The method used is qualitative, which is a method that aims to describe a particular activity or situation to first analyze the data and its occurrence in writing.The Sampling was done by using the technique of interview, observation and documentation. Interview as many as 12 respondents and all aspects relating to the development of character values Theatre extracurricular activities was become a object researcher. Based on the research that has been done can be concluded that Development of charactervalue throughTheater extracurricular activities at SMK Nusantarahas gone well.It can be seen from the results of the interview which say that doing regular exercise on Saturday and develop character values in theater extracurricular activities is religious, honest, creative, discipline, self-confidence, independence, responsibility and togetherness.
iii
Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan
nikmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana pada jurusan Manajemen Pendidikan.
Dalam hal ini penulis mengangkat judul yaitu “PEMBINAAN NILAI
KARAKTER MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TEATER DI SMK NUSANTARA TANGERANG”
Terima kasih dan syukur penulis ucapkan atas segala dukungan dan motivasi
yang telah diberikan kepada penulis dari berbagai pihak sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dukungan dan motivasi dari
berbagai pihak sangat membantu penulis dalam melalui hambatan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’I, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd, selaku Kepala Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Drs. Mu’arif SAM, M. Pd, selaku Dosen MP yang telah meluangkan waktu dalam berkonsultasi dan memberikan banyak masukan selama saya kuliah.
4. Pembimbing I Bapak Prof. Dr. Armai Arief, MA, dan Pembimbing II Ibu Rosida
Erowati, M. Hum, yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang memberikan
waktu luang untuk memberikan bimbingan, arahan, nasihat dan ilmu untuk
iv dalam sidang munaqosah.
6. Seluruh Dosen beserta jajaran staf karyawan Program Studi Manajemen
Pendidikan yang telah memberikan saya begitu banyak ilmu pengetahuan selama
saya kuliah.
7. Bapak Drs. Hudlori Ma’arif, M.Pd, selaku Kepala SMK Nusantara yang telah memberikan izin untuk penelitian di SMK Nusantara.
8. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mengizinkan saya mencari sumber referensi dalam mengerjakan skripsi.
9. Orang tua dan keluargaku khususnya Ibunda tercinta Sri Suryati dan Ayah
tercinta Abdul Kohar yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil
dan tak henti-henti memanjatkan do’a kepada-Nya untuk puteri tersayang. Juga teruntuk kakakku Desse Harviyanti dan adikku Reva Harseptiani yang tak henti
memberikan memotivasi hingga skripsi ini terselesaikan.
10.Faris Bimantara, yang tak hentinya memotivasi, memberikan nasihat, saran,
kritik, memberikan kasih dan sayang serta menghibur dikala penulis merasa jenuh
sampai skripsi ini selesai.
11.Keluarga Besar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Syahid UIN Jakarta,
teman-teman Forum UKM UIN Jakarta dan Bambang Prihadi selaku sutradara
yang membantu penulis untuk mengetahui lebih dalam mengenai teater.
12.Sahabat dan teman-teman seperjuangan MP A 2009 Genk Keceh, Rempong,
Bacok, Silet dan genk jama’ah, yaitu Silvi, Ocy, Riong, Vina, Tami, Yayu, Omah, Iput, Ika, Yuli, Dea, Lilis, Nisa, Fika, Lulu, Tines, Harni, Sri, Anis, Kahvi,
Daus, Ari, Kikin, Rady, Herda, Leo, Januar, Fajar, Ruslan, MP B Yona, Deblo,
v
Anul, Amel, Nova, Dewi dan Surur yang bersedia menjadi tempat berbagi dan tak
pernah bosan memberikan semangat, do’a serta cinta.
14.Seluruh pihak di sekolah SMK Nusantara khususnya Pembina dan siswa/i
kegiatan ekstrakurikuler teater SMK Nusantara yang membantu proses kegiatan
dan berjalannya penelitian.
15.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Terakhir, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala
kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Maka, untuk semua saran dan kritik yang
bersifat membangun, sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang,
serta besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Jakarta, 30 Oktober 2013
vi
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembinaan ... 6
1. Pengertian Pembinaan ... 7
B. Nilai Karakter ... 8
1. Pengertian Karakter ... 8
2. Nilai-Nilai Karakter ... 11
3. Tahap Pengembangan Karakter ... 16
C. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 18
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ... 18
2. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler... 19
3. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler ... 22
4. Prinsip-Prinsip Program Ekstrakurikuler... 23
5. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler... 24
D. Teater ... 26
1. Pengertian Teater ... 26
2. Drama ... 28
vii
D. Data dan Sumber Data ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 39
1. Sejarah Singkat SMK Nusantara ... 39
2. Visi, Misi dan Strategi SMK Nusantara ... 41
3. Tujuan Sekolah SMK Nusantara ... 42
4. Guru yang terlibat dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Teater.. 44
5. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 45
6. Jumlah Siswa SMK Nusantara ... 48
7. Sarana dan Prasarana SMK Nusantara ... 49
8. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 50
B. Paparan dan Analisis Data ... 51
1. Nilai Karakter Kegiatan Ekstrakurikuler Teater ... 51
2. Analisis Hasil Wawancara, Observasi dan Dokumentasi ... 57
3. Hasil Temuan Penelitian ... 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN
viii
Tabel 4.1 Guru yang terlibat dalam Kegiatan Ekstrakurikuler ... 45
Tabel 4.2 Guru dan Tenaga Kependidikan ... 45
Table 4.3 Jumlah Siswa SMK Nusantara ... 48
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pendidikan manusia memperoleh bimbingan,
pengalaman, pengertian, serta pandangan yang menyebabkan seorang berfikir
lebih maju. Pemberian bimbingan, kecakapan dan pengetahuan kepada siswa
yang merupakan proses belajar mengajar itu dilakukan oleh guru di sekolah
dengan mnggunakan metode tertentu. Penggunaan metode yang tepat
diharapkan dapat meningkatkan kualitas atas mutu pendidikan.
Pendidikan membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya
terhadap potensi yang dimiliki dan menjadi pribadi yang berkarakter, baik
bagi lingkungan keluarga dan masyarakat. Karakteristik terdapat pada diri
seseorang yang tergolong dalam nilai karakter.
Nilai karakter merupakan sifat kepribadian yang khas pada tiap
individu dan tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam bersikap. Nilai
karakter yaitu mandiri, kreatif, jujur disiplin, kerja keras dan masih banyak
lagi yang dapat membedakan seseorang dengan orang lain, karena karakter
yang dimiliki seseorang belum tentu sama dengan karakter yang dimiliki
orang lain. Karakter dapat terbentuk sejak lahir maupun dengan melalui
proses sejak ia sudah mengenal lingkungan, misalnya lingkungan keluarga.
Sifat maupun ciri khas seseorang dapat dibentuk dan dibina melalui
sekolah. Dalam pembinaan siswa di sekolah, banyak tempat atau wadah
menampung peserta didik dan dibina agar mereka dapat memiliki
kemampuan, kecerdasan dan keterampilan. Salah satu wadah pembinaan
siswa yaitu kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian kegiatan dari pendidikan
yang mempunyai tujuan atau sasaran yang akan dicapai. Kegiatan
ekstrakurikuler yang beragam tersebut dibutuhkan untuk membantu
mengembangkan kreatifitas, menambah wawasan pengetahuan dan
pengalaman yang didapat dari kegiatan ekskul khususnya teater, serta
mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.
Misalnya, seorang siswa akan mendapatkan nilai maupun prestasi
yang baik apabila minat dalam belajarnya tinggi. Dengan adanya minat yang
besar siswa akan mudah memperoleh ilmu yang diberikan guru, karena
dengan minat tersebut ia merasa senang mengerjakan sesuatu atau ilmu yang
diberikan guru, karena dengan minat tersebut ia merasa senang mengerjakan
apa yang diperintahkan dan latihan-latihan yang diberikan guru. Apabila
mereka tidak mempunyai minat untuk belajar, maka ia tidak akan bisa
mendapatkan semangat, menangkap dan memahami pelajaran tersebut.
Kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya membutuhkan peran aktif antara
kepala sekolah, guru,pembina atau pembimbing, dana dan fasilitas saja, akan
tetapi juga keinginan atau minat siswa. Jika siswa kurang berperan aktif atau
kurang berminat dalam kegiatan ekstrakurikuler, maka kegiatan tersebut
tidak akan berjalan dengan baik. Karena kegiatan ekstrakurikuler dapat
memberikan pengaruh yang besar terhadap siswa, seperti di lingkungan
sekolah, maupun interaksi antara guru dengan siswa saat belajar di dalam
kelas. Maka demikian, siswa sendirilah yang sangat berpengaruh dalam
kegiatan ekstrakurikuler dan perlu adanya pembinaan dalam mengetahui nilai
karakter apa saja yang terdapat di dalamnya.
Karena terlihat berbeda siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, terlihat dari
keaktifan siswa itu sendiri dalam berorganisasi, dalam menerima pelajaran di
teman-temannya, guru-guru terutama dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya dan masyarakat.
Bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah adalah :
Teater, Kepramukaan, Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pasukan Pengibar Bendera
(PASKIBRA), Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Jurnalistik,
Band, Tari Saman, Dance, Marawis, Rohis, Taekwondo dan lain lain. Peserta
didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat mempengaruhi
lingkungan yang dapat diwujudkan dalam sikap dan perilakunya sehari-hari
serta dapat membangun nilai karakter dan kepribadiannya. Salah satunya
yaitu membangun kreatifitas. Dalam pembahasan penelitian ini, akan
membahas keterkaitan pembinaan karakter dalam ekstrakulikuler teater.
Teater adalah bentuk kegiatan yang dapat membentuk kepribadian
seperti disiplin, mandiri, bertanggung jawab, rasa ingin tahu, kreatif,
kebersamaan (solidaritas), kerja keras dan sportivitas. Di dalam teater,
seseorang dapat dibina terbentuk karakter dengan sendirinya, bukan dengan
apa yang dikatakan, namun dengan apa yang dilihat. Teater merupakan
kegiatan yang dapat menciptakan kebersamaan kemudian menjaganya serta
membangun imajinasinya seluas mungkin. Sehingga nilai karakter sebagian
besar terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler teater.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui adanya keterkaitan pembinaan
nilai karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler khususnya teater. Karena
karakter peserta didik dapat dibentuk melalui proses pembelajaran formal dan
informal di sekolah (ekstrakurikuler), dengan tujuan untuk membangun
karakter sehingga peserta didik tidak hanya diajarkan materi sekolah saja,
akan tetapi dengan melalui ekstrakurikuler itu sendiri agar peserta didik
mampu secara aktif dalam pembelajaran ekstrakurikuler itu sendiri.
Sekolah beserta jajarannya seperti kepala sekolah dan guru juga
mempunyai peran penting dalam merangsang dan membina siswanya dalam
mengikuti kegiatan yang bermanfaat seperti kegiatan belajar mengajar
lingkungan, dana, pembina, dan menyediakan ekstrakurikuler yang bervariasi
agar siswa tidak jenuh dan dapat sesuka hati memilih kegiatan ekstrakurikuler
mana yang sesuai dengan minatnya.
Kegiatan ekstrakurikuler teater di SMK Nusantara Tangerang masih
belum optimal pada pembinaan kegiatan esktrakurikuler teater, yaitu dapat
dilihat pada pihak sekolah yang kurang memberikan perhatian dan bimbingan
pada peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler khususnya teater.
Masih terdapat siswa yang tidak percaya diri seperti ketika sedang
presentasi di dalam kelas. Selain itu kurangnya disiplin dan kerjasama dalam
berbagai hal, yaitu seperti masih terdapat siswa yang datang terlambat dan
masih menyendiri kurang adanya komunikasi dalam bekerjasama. Sehingga
tidak sedikit siswa yang berminat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
teater agar siswa tersebut mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, dapat
disiplin dan dapat bekerjasama dengan baik dalam arti yang positif.
Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Pembinaan Nilai Karakter melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Teater di SMK Nusantara Tangerang”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalah
yang dikemukakan penulis sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pembinaan pada ekstrakurikuler teater.
2. Belum tumbuhnya rasa percaya diri pada siswa.
3. Kurangnya disiplin dan kerjasama pada siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk terarahnya penelitian ini, maka penulis membatasi masalah
kepada :
Pembinaan ekstrakurikuler teater untuk membentuk nilai karakter
yang positif: jujur, bertanggung jawab, mandiri, kreatif dan aktif di SMK
D. Perumusan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas maka perumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana
pembinaan nilai karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler teater di SMK
Nusantara Tangerang?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pembinaan nilai-nilai karakter kegiatan
ekstrakurikuler teater di SMK Nusantara.
2. Untuk mengembangkan wawasan tentang dunia pendidikan dan
kemajuan peserta didik terutama tentang kegiatan ekstrakurikuler
teater di SMK Nusantara
3. Untuk mengetahui lebih jelas gambaran pembinaan kepada siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan atau
wawasan tentang pendidikan khususnya yang terkait dengan penelitian
tentang kegiatan ekstrakurikuler Teater di SMK Nusantara.
2. Manfaat bagi Sekolah SMK Nusantara adalah mengetahui lebih jelas
tentang pembinaan kegiatan ekstrakurikuler Teater di sekolah, apakah
berkembang dengan adanya ekstrakurikuler Teater tersebut.
3. Sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca.
4. Memberikan gambaran kepada siswa untuk mengembangkan bakat dan
minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan
manusia yang seutuhnya.
5. Meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata dasar “bina”, yang berarti membangun,
mendirikan sesuatu supaya lebih baik. Pembinaan yaitu proses, cara,
perbuatan membina, pembaruan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.1
Pembinaan dilakukan untuk ke arah yang lebih baik lagi agar terjadi
suatu peningkatan dalam bekerja. Pembinaan diharapkan dapat membantu
seseorang memecahkan masalah dan kesulitan yang mungkin akan
dihadapi di dalam menggunakan cara-cara baru untuk melaksanakan
1
tugasnya agar berjalan dengan efektif dan efesien untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
Membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan berbagai
situasi, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena
itu, disarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu, dan patuh/taat
aturan.
b. Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu
catatan kumulatif.
c. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya
melalui daftar hadir di kelas.
d. Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta
didik.
e. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak
bertele-tele.
f. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam
pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak
penyimpangan.
g. Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar
dijadikan teladan oleh peserta didik.
h. Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton,
sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik.
i. Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan
memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau
j. Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.2
B. Nilai Karakter
1. Pengertian Karakter
Menurut Jack Corley dan Thomas Philip karakter adalah perilaku yang
tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam
bertindak. Maksudnya karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan
berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik
dalam lingkup keluarga,masyarakt,bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. 3
Selain itu, karakter menurut Helen G Douglas dikatakan bahwa
karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran
demi pikiran, tindakan demi tinndakan. Sehingga karakter dapat dipahami
sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa,diri sendiri,sesama manusia,lingkungan dan kebangsaan
yang.terwujud dalam pikiran ,sikap, perasaan,perkataan dan perbuatan
berdasarkan norma agama,hukum,tata krama,budaya,adat istiadat dan
estetika.4
Karakter adalah “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
norma, seperti jujur berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada
2
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara), cet 2, hal.173. 3
Muchlas, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. 1, hal. 42.
orang lain”. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter
masyarakat dan karakter bangsa5
“Karakter seseorang akan dipengaruhi oleh gen (keturunan). Namun, gen hanya salah satu factor pembentuk karakter, karena itu karakter bisa dibentuk sejak anak lahir. Dalam hal ini orang tualah yang memiliki peluang paling besar dalam pembentukan karakter anak”.6 Karakter menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lain. Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu perangkai atau
perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter yang diartikan
watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan
tingkah laku atau kepribadian.7
Dalam mendiskusikan kepribadian manusia, Freud berpandangan
bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk biologis. Sebelum ada yang
lain seperti misalnya pergaulan social, akal sehat, tingkah laku, adat istiadat,
moralitas dan lain-lain. Dalam teaori Freud, kehidupan psikis berakar pada
kehidupan biologis. Oleh karena itu, penggerak kehidupan psikis
(kepribadian) tidak lain dari pada upaya untuk memenuhi hasrat-hasrat
biologis dalam kehidupan manusia di dunia.8
“Kepribadian adalah totalitas kejiwaan seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua dan leluhur) dan sisi yang didapat dari pendidikan, pengalaman hidup, dan lingkunganya”.9 Kepribadian menunjukkan siapa diri kita yang sebenarnya dan menunjukkan pribadi kita yang sesungguhnya”.
5
Yusuf, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 1, h. 32.
6
Howard, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 2.
7
Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: PT Jepe Press Media Utama, 2011), Cet. 1, h. 201.
8
Arief, Dinamika Kepribadian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), Cet. 1, h. 1. 9
Menurut Hamka, “Kepribadian adalah tingkah laku atau perangai sebagai hasil dari pendidikan dan pengajaran”. Jadi kepribadian adalah hasil
bentukan dan berhubungan erat dengan milieu (lingkungan)”.10
Sebagian akar psikologi kepribadian bisa ditelusuri ke teater. Menurut
Allport, “Aktor-aktor Romawi dan Yunani kuno menggunakan topeng untuk menekankan bahwa mereka sedang memainkan karakter yang berbeda dengan diri mereka sendiri. Ini menekanakn adanya kekaguman terhadap hakikat sebenarnya dari individu”.11
a. Karakter yang Dikembangkan:
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:
1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh
karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu
didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.
2) Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang
disebut Pancasila. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik,
hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya
yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar
dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
komunikasi antara anggota masyarakat itu.
4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus
dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh
10
Hamka, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, (Jakarta: Al-Mawardi prima, 2011), Cet. 1, h. 50.
11
berbagai satuan pndidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan
pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang
harus dimiliki warga negara Indonesia.12
2. Nilai-nilai Karakter
Table 1.1
Nilai-Nilai Karakter
NILAI/
KARAKTER DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan pada upaya
12
saling menghargai.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu
untuk menghasilkan cara lain dalam
hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung pada orang lain.
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan
bertindak yang menilai sama hak
dan kewajibandirinya dengan orang
lain
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya dilihat dan
10. Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara
diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11.Cinta Tanah Air Cara berfikir,bersikap, dan berbuat
yang menunjukan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial,budaya,ekonomi dan
politik bangsa.
12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13.Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan cara
senang berbicara,
bergaul,bekerjasama dengan orang
lain
14. Cinta damai Sikap,perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa
dirinya.
15. Gemar membaca Kebiasaaan menyediakan waktu
untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya menjaga kerusakan pada
lingkungan alam sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17. Peduli social Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan kepada orang lain
dan masyarakat yang mebutuhkan.
18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap dirinya
sendiri,masyarakat,lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.13
13Ibid,
Beberapa prinsip pendidikan karakter yang harus dipahami oleh
peserta didik sebagai berikut, Pertama “karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau yang kamu yakini”. Prinsip ini memberikan verifikasi konkrit tentang karakter seseorang individu
dengan memberikan prioritas pada unsur psikomotorik yang menggerakkan
seseorang untuk bertindak. Pemahaman, pengertian, keyakinan akan nilai
secara obyektif oleh seorang individu akan membantu mengarahkan individu
tersebut pada sebuah keputusan berupa tindakan. Namun verifikasi nyata
sebuah perilaku berkarakter hanya bisa dilihat dari fenomena luar berupa
perilaku dan tindakan . Jadi, perilaku berkarakter itu ditentukan oleh
perbuatan, bukan melalui kata-kata seseorang.14
Kedua, “sikap dan keputusan yang kamu ambil menentukan akan
menjadi orang macam apa dirimu”. Individu mengukuhkan karakter pribadi melalui setiap keputusan yang diambilnya. Hanya dari keputusannya inilah
seorang individu mendefinisikan karakternya sendiri. Oleh karena itu karakter
seseorang itu bersifat dinamis, ia bukanlah kristalisasi pengalaman masa lalu,
melainkan kesediaan setiap individu untuk terbuka dan melatihkan
kebebasannya itu dalam membentuk jenis manusia macam apa dirinya melalui
keputusan-keputusan dalam hidupnya. Untuk inilah setiap kebutusan menjadi
semacam jalinan yang membingkai, membentuk jenis manusia macam apa
yang diinginkannya.15
Ketiga, “karakter yang baik mengandalkan bahwa hal yang baik itu
dilakukan dengan cara-cara yang baik. Bahkan seandainya pun kamu harus
membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko”. Pribadi yang berproses membentuk dirinya menjadi manusia yang baik, juga akan memilih
cara-cara yang baik bagi dirinya. Setiap manusia mesti menganggap bahwa
14
Syarbini, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prima Pustaka), h. 13. 15Ibid
manusia itu bernilai di dalam dirinya sendiri, karena itu tidak pernah boleh ia
diperalat dan dipergunakan sebagai sarana bagi tujuan-tujuan tertentu.16
3. Tahap Pengembangan Karakter
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada
pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum
tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih
(menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga
menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan
tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu
pengetahuan tentang moral (moral feling), dan perbuatan bermoral (moral
action). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang
terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami,
merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai
kebajikan (moral).17
Pengembangan karakter dapat dilihat dari metode pembelajaran
karakter berbasis seni. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Zuchdi,
bahwa “Inkulkasi nilai dalam pendidikan karakter berbasis seni dapat dilakukan dengan menginventarisasi nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam berkesenian, baik substansi seninya maupun proses
kegiatannya”.18
Dalam kegiatan seni terdapat peran yang dimainkan. Seorang pemeran
harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta
didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu
16Ibid
17Ibid 18
sesuai dengan tema yang dipilih. Dalam hal ini, setiap pemeran dapat melatih
sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang dan peran-peran lainnya.19
Menurut Rendra, “Peran ialah gambaran orang. Semakin utuh
gambaran orang itu, akan semakin hidup ia kelihatan. Bagaimana gambar pikirannya, perasaannya, wataknya, keadaan dan sifat jasmaninya, bagaimana kedudukannya dalam masyarakat dan
lain-lain”.20
Melalui bermain peran dalam pendidikan karakter, diharapkan para
peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaan-perasaannya. (2) memperoleh
wawasan tentang sikap, nilai dan persepsinya, (3) mngembangkan
keterampilan dan siakp dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (4)
mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.21
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembinaan karakter:22
1. Guru
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), Cet 1,h. 181 20
Rendra, Seni Drama untuk Remaja, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1993), Cet. 1, h. 101. 21Ibid
, h. 181. 22
Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
C. Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Oemar Hamalik “kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
pendidikan diluar ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat
paedagogis dan menunjang pendidikan dalam menunjang ketercapaian
tujuan sekolah”.23
Menurut Muhaimin kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.24
Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang
dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut
dilaksanakan di dalam dan di luar lingkungan sekolah dalam rangka
memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan
menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta morma-norma
sosial, baik lokal, nasional, maupun global untuk membntuk insan yang
paripurna. Dengan kata lain ekstrakurikuler merupakan kegiatan
pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu
perkembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, poensi, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah.25
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan yang
23
Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h.181.
24
Muhaimin, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008), h. 74.
25
dilaksanakan di luar jam pelajaran dengan maksud mengisi waktu
senggang yang bertujuan agar memperkaya dan memperluas wawasan
pengetahuan siswa serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan
yang ada pada dirinya melalui jenis-jenis kegiatan yang sesuai dengan
minat dan bakatnya.
Bakat merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu
khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu dan merupakan
suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman
atau belajar yang berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola
tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.26
Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar
yang waktunya di luar jam pelajaran yang telah di tetapkan dalam susunan
program pelajaran. Kegiatan ini biasanya berupa kegiatan pembinaan yang
berkaitan dengan program kurikuler, memperluas wawasan pengetahuan
dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi yang
bertujuan memantapkan pembentukkan kepribadian, yang dimaksudkan
untuk mengembangkan bakat siswa yang diminati oleh sekelompok siswa
diluar jam pelajaran biasa.
2. Tujuan kegiatan Ekstrakurikuler
Seperti yang telah disebutkan dalam pengertian ekstrakurikuler diatas,
bahwa kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah pembinaan dan pelatihan
bagi siswa yang terdapat dalam diri siswa sebagai penambahan
pengetahuan dan pengalaman mereka. Adapun tujuan dari pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat pendidikan
Menengah Kejuruan yang dikutip oleh B. Suryo Subroto adalah:
26
a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan
siswa beraspek kognitif dan psikomotor.
b. Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
c. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan
satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.27
Tujuan kegiatan ekstrakurikuker sesuai dengan tujuan yang tercantum
dalam Permendiknas No. 39 Tahun 2008, yaitu sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal dan terpadu
yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas.
2. Memantapkan kepribadian peserta didik untuk mewujudkan
ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga
terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan
tujuan pendidikan.
3. Mengaktualisasikan potensi peserta didik dalam pencapaian
prestasi unggulan sesuai bakat dan minat.28
Dari tujuan yang telah dikemukakan diatas bahwa ekstrakurikuler
bertujuan untuk memperluas, meningkatkan dan memantapkan
pengetahuan siswa, membina dan mengembangkan bakat, minat dan
keterampilan dalam rangka mengisi waktu senggang mereka serta
dalam upaya pembentukkan pribadi dan mengenal hubungan antara
berbagai mata pelajaran, serta melengkapi upaya pembentukkan
manusia Indonesia seutuhnya.
27
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 287-288.
28
Dari tujuan yang telah dikemukakan di atas bahwa
ekstrakurikuler bertujuan untuk memperluas, meningkatkan dan
memantapkan pengetahuan siswa, membina dan mengembangkan
bakat, minat dan keterampilan dalam rangka mengisi waktu senggang
mereka serta dalam upaya pembentukkan pribadi dan mengenal
hubungan antara berbagai mata pelajaran, serta melengkapi upaya
pembentukkan manusia Indonesia seutuhnya.
Selain itu tujuan kegiatan ekstrakurikuler juga untuk
membiasakan siswa melakukan kesibukan-kesibukan yang positif
dengan mengisi waktu-waktu luang setelah pulang sekolah atau pada
waktu libur sekolah. Disini siswa tidak akan ada waktu luang untuk
mengisi hal-hal yang tidak bermanfaat seperti : tawuran antar pelajar,
kumpul-kumpul untuk hal yang tida jelas (minum-minuman, merokok)
dan lain sebagainya.
Dengan demikian kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah
merupakan kegiatan preventif atau pencegahan terjadinya hal-hal
negatif yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan ekstrakurikuler sangat
penting bagi siswa. Siswa akan memiliki rasa tanggung jawab dan
dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam kehidupan
sehari-hari. Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan ekstrakurikuler
adalah untuk membina dan melatih siswa dengan berbagai
pengetahuan dan keterampilan untuk mengisi waktu senggang
sehingga mereka dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri
3. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler mempunyai beberapa
fungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan
menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses
perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.29
Fungsi dan makna kegiatan ekstrakurikuler dalam menunjang
tercapainya tujuan pendidikan akan terwujud, manakala pengelolaan
kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebaik-baiknya khususnya
pengaturan siswa, peningkatan disiplin siswa dan semua petugas.
Biasanya mengatur siswa di luar jam-jam pelajaran lebih sulit dari
mengatur mereka dalam kelas. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak, memerlukan peningkatan kerja
administrasi yang lebih tinggi.
29
4. Prinsip-prinsip Program Ekstrakurikuler
Agar pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler mencapai hasil baik
dalam mendukung kegiatan kurikuler maupun dalam upaya
menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai kepribadian, maka perlu
diusahakan adanya informasi yang jelas mengenai prinsip kegiatan
ekstrakurikuler. Dan dengan berpedoman kepada tujuan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah dapat ditetapkan prinsip-prinsip program
ekstrakurikuler sebagai berikut:
a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai
dengan potensi, bakat, minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam
suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun
semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.30
Prinsip-prinsip umum:
a. Semua murid, guru dan personil administrasi hendak ikut serta
dalam usaha meningkatkan program.
b. Kerjasama dalam tim adalah fundamental.
30
c. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan
sejauh mungkin.
d. Prosesnya adalah lebih penting dari pada hasilnya.
e. Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah.
f. Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang sehingga
dapat memenuhi kebutuhan minat semua murid.31
5. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler
Secara umum kegiatan ekstrakurikuler bermanfaat bagi siswa,
guru, dan sekolah. Karena selain untuk menambah pengetahuan, wawasan,
menyalurkan bakat dan minat siswa juga untuk popularitas sekolah
sehingga menambah kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar di
sekolah tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat
mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuannya di berbagai
bidang di luar aspek akademik. Meskipun ada juga kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan langsung dengan sisi akademik siswa.
Manfaat kegiatan ini untuk wadah penyaluran hobi, minta dan bakat para
siswa secara positif yang dapat mengasah kemampuannya, daya
kreatifitas, jiwa sportifitas dan meningkatkan rasa percaya diri.
Manfaat yang terdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah
mancapai sebuah nilai sosial, nilai moral, maupun nilai-nilai lainnya.
Secara garis besar manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler, antara
lain:
1. Memenuhi kebutuhan kelompok.
2. Menyalurkan minat dan bakat.
31
3. Memberikan pengalaman eksplotorik.
4. Mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata pelajaran.
5. Mengikat para siswa di sekolah.
6. Mengembangkan loyalitas terhadap sekolah.
7. Mengintegrasikan loyalitas terhadap sekolah.
8. Mengembangkan sifat-sifat tertentu.
9. Menyediakan kesempatan pemberian bimbingan dan layanan secara
informal.
10.Mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah.32
Membangun citra terhadap sekolah tergantung dari warga sekolah.
Salah satunya adalah siswa dalam menjaga dan menciptakan citra yang
baik, sikap, perilaku dan prestasi yang diraih merupakan ukuran dalam
menciptakan citra yang baik. Pendapat lain dikemukakan oleh Oteng
Sutisna tentang hasil-hasil yang dapat dirasakan siswa dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler seperti:
Hasil-hasil individu:
a. Siswa dapat menggunakan waktu senggangnya dengan kontruktif.
b. Mengembangkan kepribadian.
c. Memperkaya kepribadian.
d. Mencapai realisasi diri untuk maksud-maksud baik.
e. Mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab.
f. Belajar memimpin dan turut aktif dalam pertemuan-pertemuan.
g. Menyediakan waktu bagi penilaian diri.33
Hasil-hasil Sosial:
32
Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Rosdakarya, 2004), h. 182.
33
a. Memberikan rekreasi mental dan fisik yang sehat.
b. Memberikan pengalaman dalam bekerja dengan orang lain.
c. Mengembangkan tanggung jawab kelompok yang demokratis.
d. Belajar mempraktekkan hubungan manusia yang baik.
e. Memahami proses kelompok.
f. Memupuk hubungan murid-guru yang baik.
g. Menyediakan kesempatan bagi partisipasi murid-guru.
h. Meningkatkan hubungan-hubungan social.34
D. Teater
1. Pengertian Teater
Teater berasal dari bahasa Yunani, yaitu Theatron. Yang
diturunkannya dari kata theaomai, yang mempunyai arti ta’jub melihat atau memandang. Sedangkan dalam arti luas, teater adalah segala macam
jenis tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak.35
Teater secara luas dapat diartikan sebagai segala jenis pertunjukkan
yang ditampilkan di depan penonton dan secara terbatas dapat diartikan
sebagai drama, yaitu penuturan hidup dan kehidupan manusia yang
ditampilkan diatas pentas.36
Teater bisa juga diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain fan kru
panggung), sekaligus kegiatannya (isi pentas-peristiwanya). Sementara
itu, ada juga yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk
tontonan (seni pertunjukkan tradisional-rakyat-kontemporer), baik di
panggung tertutup maupun di arena terbuka. Jika peristiwa tontonan
mencakup “Tiga Kekuatan” (pekerja-tempat-penikmat), atau ada “Tiga Unsur” (bersama-saat-tempat) maka peristiwa itu adalah teater.37
34
Sutisna, op.cit, h. 69. 35
Asmara, Apresiasi Drama, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1979), h. 11. 36
Hermawan, Teater yang Hidup, (Bandung: Etnoteater Publisher, 2008), h. 27. 37
Cohen (1983) menyebutkan bahwa teater adalah “wadah kerja artistic
dengan actor menghidupkan tokoh, tidak direkam tetapi langsung dari
naskah”.38
Teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan
karsanya, mewujud dalam suatu karya (seni).39 Teater istilah lain dari
drama. Drama lebih merupakan „penciptaan kembali’ realitas kehidupan. Aristoteles menyebutnya „peniruan gerak’ dengan memanfaatkan unsur -unsur aktivitas yang nyata.40
Teater adalah sekelompok orang-orang yang ingin mengasah dirinya
di atas panggung dalam peran dan mempertunjukkan dirinya yang
sebenarnya. Di dalam teater dapat membentuk karakter yang kuat karena
di dalam sekelompok teater tersebut bersama-sama membangun rasa cipta
dalam satu tujuan. Di dalam berteater banyak manfaat yang didapat salah
satunya yaitu menjadikan pribadi yang kreatif.
Kreativitas adalah kemampuan: a) untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi atau unsur yang ada, b) berdasarkan data atau
informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas,
ketepatgunaan dan keragaman jawaban, c) yang mencermikan kelancaran,
keluwesan dan orisinilitas dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengkolaborasi suatu gagasan.41
Saran untuk mengembangkan kreativitas sebagaimana yang
diringkaskan oleh Taylor sebagi berikut:
a. Menilai dan menghargai berpikir kreatif.
38
Yudiaryani, Panggung Teater Dunia Perkembangan dan Perubahan Konvensi, (Jogjakarta: Pustaka Gonddho Suli, 1999), h. 2.
39
Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. 1, h. 21. 40
Rahmanto, Drama, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), cet. 1, hal. 1.31 41
b. Membantu anak menjadi lebih peka terhadap rangsangan dari
lingkungan.
c. Memberanikan anak untuk memanipulasi benda-benda (objek) dan
ide-ide.
d. Mengembangkan rasa toleransi terhadap gagasan baru.
e. Mengajar anak untuk menilai berpikir kreatifnya.
f. Memberikan informasi tentang proses kreativitas.42
2. Drama
Drama berasal ari bahasa Yunani, dram yang berarti gerak. Atau Inggris lebih lanjut kata drama ini sebagai action atau a thing done. Dan
drama ini tidak lain dari pada „life presented in Action‟ atau suatu segi
kehidupan yang dihidangkan dengan gerak.43
Dalam The American Colege Dictionary dijelaskan bahwa drama
adalah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang disajikan dalam bentuk
dialog atau pantomim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras
seorang tokoh terutama suatu cerita dipentaskan di atas panggung.44
Drama adalah suatu cerita dalam bentuk dialog (antawacana) tentang
konflik (pertentangan) manusia, diproyeksikan dengan ucapan dan
perbuatan dari sebuah panggung kepada penonton.45
Jenis Drama:
1. Drama Teater peristiwa (kejadian) yang dipertunjukkan di atas
panggung gedung pertunjukkan (teater).
2. Drama Film dan Drama TV peristiwa-peristiwa dalam cerita dapat
dipertunjukkan pada tempat kejadian yang sesungguhnya, atau
42
Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 60.
43
Asmara, op. Cit, h. 9. 44
Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 2011), h. 70. 45
mirip dengan tempat yang sesungguhnya, berkat kemajuan
teknologi dalam dunia fim.46
Tujuan penting dalam pembelajaran drama adalah untuk
memahami bagaimana suatu tokoh harus diperankan dengan
sebaik-baiknya. Untuk mempelajari pementasan, memang tidak mudah.
Apalagi bagi siswa yang sama sekali belum mengenal seluk beluk
pentas drama. Untuk itu, seorang guru harus memperkenalkan
siswa-siswanya pada seluk beluk pementasan drama.47
E. Hasil Penelitian Relevan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan relevansi dengan judul
skripsi “Pembinaan Karakter Siswa melalui Kegiatan Kepramukaan di SMAN
3 Slawi”. Skripsi ini ditulis oleh Mahpiatun, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Pembinaan karakter siswa dalam kegiatan pramuka sebagai salah satu
wadah atau organisasi bertujuan untuk membentuk setiap manusia agar
memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa
patriot, taat hokum, disiplin menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan
memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam membangun Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pembinaan karakter siswa melalui kegiatan kepramukaan,
mengetahui factor-faktor yang menunjang dan menghambat pembinaan
karakter siswa melalui kegiatan kepramukaan di SMA Negeri 3 Slawi
Kabupaten Tegal.
Hasil penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa pembiasaan, keteladanan,
penugasan, ceramah dan hukuman atau sanksi merupakan cara yang
46Ibid,
h. 9. 47
digunakan dalam pembinaan karakter siswa melalui kegiatan kepramukaan di
SMA Negeri 3 Slawi. Pembiasaan dengan meyuruh siswa (anggota pramuka)
datang tepat waktu, saling bertegur sapa, melaksanakan sholat berjama’ah dan
lain-lain. Keteladanan yaitu memberikan contoh perbuatan langsung kepada
anggota pramuka. Penugasan yaitu saat kegiatan kemah pindah golongan
berlangsung, siswa baru diberi tugas individu dan kelompok. Ceramah dengan
memberikan penjelasan akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pansasila dan lain-lain.
Relevansi yang kedua yaitu skripsi yang berjudul “Peran Ekstrakurikuler
Seksi Kerohanian Islam dalam Pembinaan Mental Siswa SMAN 1”, yang ditulis oleh Rokhana Idah Kusnawati mahasiswa jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari objek penelitian dapat
diketahui bahwa dalam pembinaan mental siswa SMAN 1 dapat dilakukan
dengan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler seksi kerohanian Islam agar
terbina mental yang baik, terbukti dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
siswa sudah mempunyai kesadaran untuk berakhlak mulia terhadap Allah
SWT, orang tua, guru, sesama teman dan terhadap sekitar. Banyaknya
kenakalan pelajar tampak jelas bahwa pada mereka yang sedang tumbuh
jiwanya. Terutama mereka yang hidup dikota-kota besar yang mencoba
mengembangkan diri kearah kehidupan yang lebih maju dan modern sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana beraneka ragam
kebudayaan asing yang merusak seolah-olah tanpa seleksi. Mereka
dihadapkan pada kontradiksi dan aneka ragam pengalaman yang
menyebabkan mereka bingung memilih mana yang baik mana yang buruk.
Nilai-nilai moral yang akan diambilnya menjadi pegangan terasa kabur,
terutama peranan pendidikan keluarga yang kurang mengindahkan ajaran
Sebelum memasuki SMA, kehidupan terarah dan teratur serta mengikuti
tata cara tertentu, tetapi setelah memasuki SMA terasa seolah-olah kehilangan
kemudi dan arah. Tindakannya sering kali mengalami tantangan baik dari
teman sebaya, maupun dari teman yang lebih tua dan sering pula
tindakan-tindakan mereka sudah dibatas kesopanan.
Para pendidik termasuk orang tua mempunyai tanggung jawab yang
bersama dalam membentuk karakter serta tingkah laku yang baik bagi siswa
terutama dalam hal mengatasi kenakalannya dilingkungan sekolah. Mental
merupakan faktor penting dalam menentukan akhlak yang baik bagi manusia
untuk berakhak mulia. Oleh karena itu dalam menanamkan nilai-nilai moral
pada anak didik, maka disekolah tersebut dibentuklah kegiatan ekstrakurikuler
Seksi Kerohanian Islam, yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan diluar jam
pelajaran tatap muka yang bertujuan untuk menunjang serta mendukung
program ko kulikuler Pendidikan Agama Islam yang bertujuan meningkatkan
keimanan, pemahaman, pengamatan dan pengamalan ajaran Agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta bermental mulia.
Sedangkan dalam skripsi ini penulis menganalisis tentang pembinaan
nilai karakter melalui kegiaan ekstrakurikuler teater. Siswa dibina pada
nilai-ilai yang positif yang didapat dalam kegiatan ekstrakurikuler teater seperti
religious, rasa percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan dapat
32 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan penelitian
tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam
mengenai makna, kenyataan dan fakta yang relevan. Informasi faktual yang
dicari dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang ada. Dengan metode kualitatif
ini, diharapkan dapat menggali data-data tentang kegiatan ekstrakurikuler Teater
di SMK Nusantara. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat dan mengkaji
data-data faktual tentang proses pembelajaran yang terjadi di lapangan, kemudian
mendeskripsikan hasil temuan dalam bentuk tulisan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
memaparkan tentang “PEMBINAAN NILAI KARAKTER MELALUI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TEATER DI SMK NUSANTARA”.
Menurut Cresswell, 1 pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada fenomena sosial dan masalah manusia,
yaitu pengamatan pengamatan yang pencatatan dengan sistematis
1
fenomena yang diselidiki, observasi ini dilakukan untuk memperoleh data yang
menyeluruh mengenai kondisi yang ada.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat
nonangka. Bisa berupa kalimat, pernyataan, dokumen, seta data lain yang bersifat
kualitatif untuk dianalisis secara kualiatif.2
Menurut Denzin & Licoln, penelitian kualitatif merupakan fokus
perhatian dengan beragam metode yang mencakup pendekatan interpretatif dan
naturalistik terhadap subjek kajiannya. Hal ini berarti bahwa para peneliti
kualitatif mempelajari benda-benda di dalam konteks alaminya, yang berupaya
untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dilihat dari sisi makna yang
dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya.
Menurut Strauss & Corbin, istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai
jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang
riwayat dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi,
pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung
sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.3
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Jl. Tarumanegara Dalam No. 1 Pisangan
Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dilakukan dari bulan April
sampai bulan Agustus 2013.
2
Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), h. 70. 3
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah Pupulasi, tetapi
oleh Spradley dinamakan “Sosial Situation” atau situasi social yang terdiri atas
tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity).5
Dalam situasi ini penulis akan mengamati nilai karakter yang dimiliki
siswa pada kegiatan ekstrakurikuler teater di SMK Nusantara.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik
SMK Nusantara yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yaitu sebanyak 50
siswa.
Sampel dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sumber data yang
dianggap mengetahui tentang situasi sosial, dan untuk menentukan sampel
tersebut penulis menggunakan teknik Cluster sampling (area sampling).Yaitu
Kepala sekolah, pembina kegiatan ekstrakurikuler teater dan peserta didik yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater. Ketiga bagian ini memiliki peranan
penting dalam memberikan pembinaan nilai karakter pada kegiatan
ekstrakurikuler teater.
D. Data dan Sumber Data
1. Data Primer, adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya dan
diolah sendiri oleh lembaga bersangkutan untuk dimanfaatkan. Data primer
dapat berbentuk opini subjek secara individual atau kelompok, dan hasil
observasi terhadap karakteristik benda (fisik), kejadian, kegiatan dan hasil
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 215.
5Ibid
pengujian tertentu.6 Merupakan observasi langsung pada pelaksanaan program
dan wawancara mendalam. Informan dalam data primer ini, antara lain :
pembina ekstrakurikuler teater dan peserta didik yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler teater.
2. Data Sekunder, adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (dihasilkan pihak lain) atau digunakan oleh lembaga
lainnya yang bukan merupakan pengolahnya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam
suatu penelitian tertentu.7 Berupa catatan-catatan dan dokumen dari sekolah,
gambar (foto kegiatan), serta arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian skripsi ini, penulis mengandalkan
data sekunder sebagai acuan, yakni data-data yang didapat dalam bentuk yang
sudah jadi berupa publikasi dan sudah dikumpulkan oleh pihak atau instansi lain.
Data ini diperoleh melalui studi kepustakaan untuk mengetahui adakah
Pembinaan nilai karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler teater di SMK
Nusantara. Sumber-sumber data tersebut dapat berupa buku, jurnal, interview
dan observasi.
Setelah data yang diperoleh terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
mengklarifikasi data-data tersebut secara sistematis yang kemudian dianalisis
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelian, setelah itu disajikan dalam
bentuk laporan ilmiah, yaitu skripsi.
Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan cara mengumpulkan data, disusun, disajikan yang kemudian
dianalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut, menggambarkan keadaan
sasaran apa adanya berdasarkan teori yang ada.
6
Rosady Ruslan, Metode Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 138. 7 Ibid,.
1. Observasi
Observasi, merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti
untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan penyaksian langsung,
dan biasanya peneliti dapat sebagai partisipan atau observer dalam
menyaksikan atau mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelinya.8
Dalam penelitian kualitatif, salah satu teknik yang digunakan peneliti
untuk mengamati secara langsung responden di lapangan adalah dengan
teknik observasi. Observasi dilakukan guna mengadakan secara langsung
terhadap objek penelitian, tentang hal hal yang dilakukan dalam observasi
adalah mengenal keadaan yang sebenarnya terjadi dan mengamati kegiatan,
kejadian maupun peristiwa di lokasi penelitian yang terkait dengan masalah
pembinaan nilai karakter pada kegiatan ekstrakurikuler teater. Dalam hal ini
penulis melakukan penelitian selama 4 bulan mulai dari 17 April 2013 sampai
31 Agustus 2013 dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu
yang berkaitan dengan pembinaan nilai karakter siswa yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler teater serta manfaat kegiatan ekstrakurikuler teater.
2. Wawancara
Selain observasi kami sebagai peneliti memilih teknik penelitian
pengumpulan data dengan kegiatan wawancara.
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi dan
keterangan-keterangan yang ada. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru bidang kesiswaan, guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia, guru mata pelajaran PAI, guru mata pelajaran
PKN, Pembina kegiatan ekstrakurikuler Teater, peserta didik yang
8 Ibid