• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer terhadap hasil blajar matematika siswa ; kuasi eksperimen di SMPN 8 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer terhadap hasil blajar matematika siswa ; kuasi eksperimen di SMPN 8 Jakarta"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF

TEKNIK GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Kuasi Eksperimen di SMP N 8 Jakarta) SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

DANNY SUDAYAT NIM: 105017000414

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ABSTRAK

Danny Sudayat (105017000414), “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa (Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Negeri 8 Jakarta), Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2010.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer terhadap hasil belajar matematika siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi ekseprimen dengan rancangan penelitian two group randomized subject posttest only. Teknik sampel yang digunakan adalah cluster random sampling pada siswa kelas VIII. Instrumen tes yang digunakan yaitu tes hasil belajar matematika pada pokok bahasan relasi dan fungsi berbentuk esai sebanyak 9 soal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer terhadap hasil belajar matematika siswa. Secara empiris terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional.

(3)

ABSTRACT

Danny Sudayat (105017000414), “Using Giving Question and Getting Answer Active Learning Strategy To Improve Learning Result in Mathematic

(Quasi Experiment Study in Class VIII SMP Negeri 8 Jakarta), Thesis for Math

Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta, December 2010.

The purpose of this research is to know the effect of using giving question

and getting answer active learning strategy in teching mathematic. The method of

this research used quasi experiment with two group randomized subject posttest

only. The sampling technique used cluster random sampling from 8th grade. The

research instrument is tes about learning result in mathematic is given by 9

questions in essay, the main problem when studying process is function.

The result of research show that there is the influence of using giving

question and getting answer active learning strategy in theaching mathematic.

The using giving question and getting answer active learning strategy given

higher result on mathematics then convensional Strategy.

(4)

i

KATA PENGANTAR

ِ ﻢـــــــــْﺴِ ﺑ

ِﮫـــــــﱠﻠﻟا

ِ ﻦـــــــَ ﻤ ْ ﺣﱠﺮﻟا

ِ ﻢــــــــﯿِ ﺣﱠﺮﻟا

Alhamdulillah, segala puji peneliti panjatkan kepada zat yang maha kasih, Allah SWT Tuhan semesta alam yang senantiasa menunjukkan kebesaran serta kekuasaanNya setiap saat hingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.

Shalawat dan salam tercurah kepada uswatun hasanah ummah baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan kita selaku umatnya yang mudah-mudahan tetap istiqomah hingga hari akhir nanti.

Sebuah karya sederhana ini tentunya tidak akan mampu peneliti selesaikan tanpa dukungan dari tangan-tangan yang Allah kirimkan kepada pihak-pihak yang senantiasa memberikan dorongan rasa optimis, semangat, dan kemudahan-kemudahan yang dibentangkan sehingga peneliti mampu melewatinya. Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti rasakan banyak bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh orang-orang terdekat penulis. Oleh karena itu pada ruang yang terbatas ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Maifalinda Fatra, M.Pd, ketua jurusan pendidikan matematika, yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Otong Suhyanto, M.Si, Dosen Pembimbing I sekaligus sekretaris jurusan pendidikan matematika yang tulus ikhlas penuh kesabaran dan perhatian membimbing serta mengarahkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Lia Kurniawati M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah tulus memberikan

(5)

ii

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membagi ilmunya selama ini.

6. Dr. Heney Murwanto, MM, Kepala SMP Negeri 8 Jakarta Pusat beserta staf, yang telah memberikan ijin dan bantuannya ketika penulis mengadakan penelitian.

7. Drs. Y. Triyogo Budiarso, guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 8 Jakarta, yang begitu sabar dan luar biasa membimbing penulis terutama selama melaksanakan penelitian di Sekolah.

8. Seluruh Guru SMP Negeri 8 Jakarta Pusat, yang selalu memberikan nasihat dan motivasi selama masa penelitian.

9. Kedua orang tua yang tercinta, adikku serta kakaku terima kasih atas segala kesabaran, curahan kasih sayang, dan limpahan doa yang selalu mengiringi langkah peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman kelas A di Jurusan pendidikan Matematika angkatan 2005 khususnya sahabatku Washilah, Ade Suryadi, Fajrina, Ri’ayatullah dan Tohir serta sahabatku yang gagah sigit wibowo terima kasih untuk sebuah kenangan manis selama empat tahun bersama.

11.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dengan limpahan rahmat dan kasihNya. Peneliti menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dan cela dalam karya ini, untuk itu peneliti mohon maaf atas segala kekurangan didalamnya dan senantiasa berharap karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan senantiasa berharap karya ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan. Amin. Khoirunnas Anfa’uhum Linnas.

Jakarta, Januari 2011 Peneliti

(6)

iii

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskriptis Teoritis ... 10

1 Pembelajaran Matematika ... 10

a. Hakekat matematika ... 10

b. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 12

c. Hasil Belajar Matematika ... 19

(7)

iv

2 Strategi pembelajaran Aktif ... 26

a. Strategi Pembelajaran ... 26

b. Strategi Pembelajaran Aktif ... 29

c. Teknik Giving Question and Getting Answer ... 35

3 Strategi Pembelajaran Konvensional ... 39

B. Penelitian Yang Relevan ... 41

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

B. Metode dan Desain Penelitian ... 44

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 45

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 50

F. Hipotesis Statistik ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data ... 55

1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 55

2. Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 57

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis ... 59

1. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Homogenitas ... 60

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan... 61

D. Keterbatasan Penelitian ... 66

(8)

v

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(9)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Kelompk Eksperimen dan kelompok Kontrol ... 40

Tabel 2. Rancangan desain Penelitian ... 44

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ... 46

Tabel 4. Indeks Kesukaran Instrumen Tes ... 49

Tabel 5. Kriteria Daya Pembeda Instrumen Tes ... 50

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 55

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 57

Tabel 8. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 59

Tabel 9. Hasil Pengujian Data dengan Menggunakan Liliefors ... 60

Tabel 10.Hasil Pengujian Data dengan Mengunakan Uji-t ... 61

Tabel 11.Uji Validitas ... 134

Tabel 12.Uji Reliabilitas ... 138

Tabel 13.Uji Daya Pembeda Butir Soal ... 139

Tabel 14.Uji Taraf Kesukaran ... 140

Tabel 15.Daftar Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 141

Tabel 16.Daftar Nilai Hasil Belajar Kelas Kontrol... 142

(10)

vii

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Enam Jenjang Berpikir Pada Ranah Kognitif ... 21

Gambar 2. Audio Visual Method In Teaching ... 33

Gambar 3. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 55

Gambar 4. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ... 58

Gambar 5. Kegiatan Siswa Menulis Pertanyaan ... 63

Gambar 6. Kegiatan Siswa Menulis Pertanyaan ... 63

Gambar 7. Kegiatan Siswa Sedang Berdiskusi ... 64

Gambar 8. Kegiatan Siswa Sedang Berdiskusi ... 64

Gambar 9. Kegiatan Siswa Saat presentasi ... 65

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol... 72

Lampiran 2. Lembar Kertas Indeks ... 120

Lampiran 3. Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ... 121

Lampiran 4. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ... 124

Lampiran 5. Kunci Jawaban Instrumen Tes... 126

Lampiran 6. Uji Validitas ... 134

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Uji Validitas ... 135

Lampiran 8. Uji Reliabilitas ... 138

Lampiran 9. Uji Daya Pembeda Butir Soal... 139

Lampiran 10. Uji Taraf Kesukaran ... 140

Lampiran 11. Daftar Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen ... 141

Lampiran 12. Daftar Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol... 142

Lampiran 13. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Modus, Median, Varians dan Simpangan Baku Kelas Eksperimen ... 143

Lampiran 14. Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Modus, Median, Varians dan Simpangan Baku Kelas Kontrol ... 145

Lampiran 15. Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 147

(13)

x

Lampiran 17. Perhitungan Uji Homogenitas ... 151

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini berkembang sangat pesat. Untuk dapat bersaing dengan dunia luar dituntut adanya pengetahuan yang tinggi pula dari masyarakatnya. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik dalam pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu pendidikan perlu mendapat perhatian dari pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan khususnya.

Bangsa atau negara yang maju adalah bangsa yang senantiasa peduli dengan pendidikan masyarakatnya, dengan pendidikan yang tinggi maka masyarakatpun akan merasakan kenyamanan, kesejahteraan bahkan meningkatkan derajat orang atau masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-qur’an yang berbunyi :

َﯾ

ِ ﻊَﻓ ْﺮ

ُﷲ

َﻦﯾِﺬﱠ ﻟا

اﻮُﻨَ ﻣاَ ء

ْﻢُﻜﻨِﻣ

َﻦﯾِﺬﱠ ﻟاَ و

اﻮُﺗوُ أ

َ ﻢْ ﻠِﻌْ ﻟا

َﺟَرَد

ٍتﺎ

ُﷲَ و

ﺎَ ﻤِ ﺑ

َنﻮُ ﻠَ ﻤْﻌَﺗ

ُ◌ُﺮﯿِ ﺒَﺧ

“… Allah akan meninggikan orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadallah [58] : 11).

(15)

Sejalan dengan hal tersebut pendidikan saat ini menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah peningkatan mutu pendidikan yang disebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa.

Upaya peningkatan prestasi belajar itu tidak mudah untuk dicapai secara maksimal karena banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar itu sendiri. Perbaikan dan penyempurnaan ini meliputi perbaikan pada sistem pendidikan ataupun dalam hal yang langsung berkaitan dengan praktik pembelajaran seperti pengunaan strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pola umum kegiatan guru-siswa dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi sebagai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.1 Dalam kegiatan proses belajar mengajar, strategi pembelajaran mempunyai peranan penting. Setiap guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas, disadari atau tidak akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas berjalan lancar dan hasilnya optimal. Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat juga turut menentukan efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran, asalkan diterapkan dengan teknik yang benar sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.

Dalam proses pembelajaran strategi yang diterapkan oleh guru di kelas hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Aktivitas yang terjadi di dalam kelas selayaknya memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir, bertanya maupun mengungkapkan sebuah gagasan. Selain itu siswa diharapkan tidak belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari teman salah satunya melalui kegiatan diskusi. Sehingga guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sekaligus menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centere).

1

(16)

Dengan demikian siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya menerima saja.

Sejalan dengan hal tersebut, keaktifan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan seperti yang disebutkan oleh Resnick (dalam Sukardjono, 2008) bahwa “belajar matematika adalah membentuk pengertian. Pengertian dan pengetahuan dibentuk oleh siswa yang aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari gurunya”.2 Oleh karena itu, dalam belajar matematika siswa dituntut aktif dan terampil supaya terlatih dalam memahami konsep dan memecahkan masalah matematika.

Pemahaman konsep dan pemecahan masalah merupakan dua hal yang penting dalam matematika. Keduanya saling berpengaruh satu sama lain. Namun, pada kenyataannya dalam mempelajari matematika seringkali siswa kurang memahami konsep yang ada sehingga mereka akan merasa kesulitan dalam pemecahan masalahnya.

Kekurangmampuan siswa dalam memahami konsep mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam mempelajari matematika, sehingga matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami baik teori maupun konsep-konsepnya. Matematika sering diasosiasikan dengan sesuatu yang susah, membosankan dan njelimet.3

Asumsi siswa yang negatif terhadap matematika menyebabkan hasil belajar matematika yang kurang memuaskan (rendah). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Suryanto dan Somerset (dalam Zulkardi, 2001) terhadap 16 SMP pada beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa hasil tes mata pelajaran matematika siswa sangat rendah. Demikian juga dengan hasil penelitian Suryadi (2005) terhadap siswa kelas delapan SMP salah satu kota dan kabupaten di Indonesia yang menemukan bahwa mereka mengalami

2

(17)

kesulitan dalam mengajukan argumentasi, menemukan pola dan pengajuan bentuk umumnya.4

Rendahnya hasil belajar di atas adalah suatu hal yang wajar jika dilihat dari aktivitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan oleh guru. Guru bertindak sebagai penyampai materi secara aktif, sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab, guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin kurang melatih daya nalar. Aktivitas pembelajaran seperti ini mengakibatkan terjadinya proses penghafalan konsep atau prosedur.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa berkurang dengan berlalunya waktu. Penelitian Polio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memerhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian Mc Keachie (1986) menyebutkan bahwa dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan hanya bertahan 20% pada waktu 10 menit terakhir.5

Selain itu, asumsi siswa mengenai matematika itu sulit juga berakibat buruk pada proses pembelajaran, yakni mereka hanya belajar matematika dengan mendengarkan penjelasan seorang guru, menghafalkan rumus, lalu memperbanyak latihan soal dengan rumus yang sudah dihafalkan. Secara mekanik mungkin siswa dapat menyelesaikan soal matematika dengan cepat dan benar, namun hal ini tidak diimbangi dengan pemahaman esensi masalah sehingga mereka akan kebingungan bila ditanya reasoning-nya.

Sejauh ini, ada banyak hal yang bisa dijadikan sebagai alasan untuk menjelaskan kenapa dalam perkembangannya matematika menjadi bidang ilmu yang cukup “ditakuti” dan “dibenci”. Salah satunya adalah proses pembelajaran yang selama ini dinilai kurang tepat dalam pembelajaran matematika. Proses ini terkait dengan strategi, model dan media pembelajaran

4

Nurhayati, Pengaruh Pendekatan Realistik Pada Pembelajaran Matematika (RME) terhadap Kemampuan Berfikir Logis, (Bandung:Jurnal pengajaran MIPA vol.13 No.1, April 2009), h. 15.

(18)

yang diaplikasikan dalam pembelajaran matematika.6 Penerapan strategi, model dan media pembelajaran tersebut kurang memotivasi siswa untuk belajar matematika, sehingga mengakibatkan suasana pembelajaran semakin membosankan dan siswa kurang gembira saat belajar matematika. Oleh karena itu, untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika, guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif, menarik dan menyenangkan.

Keterampilan untuk menyajikan pembelajaran dengan penerapan strategi dan metode belajar yang tepat merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan oleh seorang guru. Strategi dan metode belajar tersebut selain dapat mengembangkan kompetensi diri siswa juga diharapkan dapat menciptakan interaksi siswa dalam belajar. Interaksi yang diutamakan adalah interaksi edukatif yaitu interaksi yang ditimbulkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi edukatif adalah proses interaksi yang disengaja, sadar tujuan, yakni untuk mengantarkan siswa ke tingkat kedewasaannya.”7 Dengan interaksi edukatif diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih aktif, komunikatif, dan dapat mengurangi kejenuhan siswa saat belajar. Dalam pembelajaran harus ada komunikasi timbal balik antara guru dan siswa. Guru diharapkan tidak mendominasi kelas yang dapat menghambat perkembangan siswa sehingga siswa dapat berpartisipasi dan berperan aktif untuk bertanya, menyampaikan pendapat atau informasi. Untuk itu maka perlu adanya suatu inovasi dalam hal strategi pembelajaran.

Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat matematika tidak menakutkan bagi siswa sekaligus melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran yaitu strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer. Strategi pembelajaran ini lebih berorientasi pada aktivitas siswa (student centered), sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan membantu siswa dalam pembelajaran. Strategi

6

Gelar Dwirahayu dan Munaspriyanto (eds.), Pendekatan Baru dalam Pembelajaran…, h. 2.

(19)

pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran aktif (active learning strategy) yang disajikan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tidak monoton dan menjenuhkan. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk aktif dan partisipatif, sehingga dengan keaktifan siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa yang selama ini dirasa kurang memuaskan bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

Prinsip dari strategi pembelajaran ini adalah (giving question and getting answer) adanya kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pertanyaan, ide atau pendapat pada saat presentasi, tujuannya adalah untuk membiasakan siswa untuk berfikir kritis dan berani menyampaikan pendapat. Aktifitas siswa yang ada dalam strategi pembelajaran ini meliputi pengisian kartu/kertas, diskusi kelompok, dan presentasi.

Strategi pembelajaran ini diterapkan dengan variasi sebuah permainan. Permainan yang dimaksud adalah mengadakan kompetisi antar kelompok dengan perolehan poin atau skor. Kompetisi kelompok yaitu masing-masing kelompok berkompetisi dengan kelompok lain untuk menjadi yang terbaik dengan cara berusaha mempresentasikan hasil diskusi lebih cepat dan lebih banyak dari kelompok lain, sebab kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi akan mendapatkan poin. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menghindari asumsi siswa tentang pembelajaran matematika yang menjenuhkan sekaligus menciptakan kesenangan untuk belajar. Oleh karena itu, jika dalam pembelajaran matematika siswa dapat belajar secara menyenangkan maka diharapkan hasil belajar matematika siswa dapat meningkat pula.

(20)

B.

Identifikasi Masalah

Dari apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka timbul berbagai macam permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Suasana pembelajaran matematika kurang menarik sehingga siswa jenuh pada saat pembelajaran matematika berlangsung.

2. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurang tepat sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk dapat dilakukan penelitian dengan baik, maka diperlukan pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini dapat lebih terfokus dan terarah. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran aktif (active learning strategy) tipe atau teknik Giving Question and Getting Answer (untuk kelas eksperimen) dan strategi konvensional (untuk kelas kontrol).

2. Hasil belajar dibatasi hanya pada aspek kognitif yang diambil pada instrumen penelitian yang dibuat oleh penulis setelah memberikan materi pada pokok bahasan fungsi.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer?

(21)

3. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional?

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif giving question and getting answer. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui hasil belajar matematika siswa dengan strategi pembelajaran aktif teknik Giving Question and Getting Answer.

2. Mengetahui hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi konvensional.

3. Mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik Giving Question and Getting Answer dengan strategi konvensional.

F.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diantaranya adalah:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang cara pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer. 2. Bagi siswa, dapat memberikan alternatif pembelajaran dalam memahami

konsep matematika dengan strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer.

3. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan bermakna.

(22)

9

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoritis

1. Pembelajaran Matematika a. Hakekat Matematika

Secara umum, istilah matematika sudah tak asing lagi bagi sebagian orang, sebab kegiatan-kegiatan yang ada dalam kehidupan sehari-hari merupakan aplikasi dari konsep matematika. Istilah matematika diambil dari Bahasa Yunani yaitu mathematike yang berarti “relating to learning”. Kata tersebut mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike juga berhubungan erat dengan kata yang serupa yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir). Secara etimologis kata matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.

Dalam kamus bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan-bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.8

Menurut Ruseffendi (dalam Erman, 2003), Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam kehidupannya yang kemudian diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis, sehingga sampai pada suatu

(23)

kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.9

Selain dari definisi matematika di atas ada beberapa definisi lain yang dikemukakan oleh para tokoh matematika antara lain:

Menurut Jhonson dan Myklebust, “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”. Menurut Lerner, “matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mendata, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas”. Kline juga mengemukakan bahwa “matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara berfikir deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.10

Menurut Paling, ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Selanjutya, Paling mengemukakan bahwa,

matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.11

Berdasarkan pendapat Paling tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia akan menggunakan (1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi; (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan

9

Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI, 2003), Ed. Revisi. h. 16.

10

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h.252.

11

(24)

ukuran; (3) kemampuan untuk menghitung; (4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan

Berdasarkan definisi matematika oleh para ahli tersebut maka karakteristik matematika dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Objek pembicaraannya adalah abstrak 2) Pembahasannya mengandalkan nalar

3) Pengertian atau pernyataan dalam matematika diberikan berjenjang dan sangat konsisten(tetap)

4) Matematika melibatkan perhitungan dan pengerjaan (operasi) yang aturannya disusun sesuai dengan nalar

5) Matematika dapat dialih gunakan dalam berbagai aspek ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari sehingga disebut pelayan ilmu dan teknologi.

Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa sulit untuk mendefinisikan pengertian matematika secara utuh dan menyeluruh karena cakupannya yang sangat luas dan berbeda-beda tergantung siapa, kapan dan dimana sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang yang mengatakannya. Namun demikian dapat kita katakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang menjelaskan tentang hubungan pola-pola yang diperoleh melalui proses berpikir dan bernalar.

b.

Pengertian Pembelajaran Matematika

(25)

psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”.12 Dan menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.13

Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.14 Sedangkan menurut Sadirman A.M belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.15

Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar menimbulkan perubahan yang relatif tetap, yang membedakan antara keadaan individu sebelum berada dalam situasi belajar dan sesudah belajar yang melalui latihan dan pengalaman sehingga mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat berupa pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan sikap yang lebih baik.

Dalam dunia pendidikan kita sering mengenal istilah belajar dan pembelajaran, kedua istilah ini sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang terutama para pendidik. Namun sering kali orang merasa bingung untuk membedakannya. “Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan

12

Aunurahman, Belajar dan pembelajaran (Bandung: ALFABETA, 2009), h. 35. 13

Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 88.

14

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT Bina Aksara, 2003), Cet IV, h. 2.

(26)

demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran”.16

Menurut Pasal I Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sementara itu menurut Erman Suherman dalam bukunya memaparkan, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.17

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar (BSNP, 2006:16).18 Hal ini dapat terwujud melalui penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik (student centred).

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas) yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa yang lain.

Pada kenyataanya meskipun belajar bisa terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh aktivitas pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati.19 Selain itu, peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran

16

Bambang, Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 265 17

Erman Suherman, dkk., Strategi…, h. 8.

18 Bambang, Warsita, Teknologi Pembelajaran…, h. 266 19

(27)

akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Berdasarkan pembahasan mengenai hakikat matematika di atas bahwa istilah matematika bukan hal yang asing lagi bagi setiap orang selain mempunyai manfaat dalam aplikasi kehidupan sehari-hari matematika juga merupakan ilmu yang dipelajari di semua jenjang pendidikan, ada banyak alasan perlunya belajar matematika. Menurut Cockroft ada enam alasan mengapa matematika perlu dipelajari, yaitu:20 (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dengan demikian pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dirancang oleh guru agar mampu mengelola semua komponen dalam belajar matematika dan hendaknya antara komponen yang satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis dengan tujuan untuk menciptakan belajar matematika yang efektif.

Dalam pembelajaran matematika, hal yang harus dipelajari diantaranya yaitu mengenai konsep-konsep dasar matematika. Menurut Bruner, belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika tersebut. Konsep-konsep-konsep matematika dipelajari sesuai dengan tahapannya secara bertingkat, yaitu mulai dari yang sederhana sampai ke yang kompleks.

Belajar matematika bagi siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran

(28)

suatu hubungan di antara pengertian-pengertian tersebut. Para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dari sebuah objek. Matematika juga berfungsi sebagai ilmu atau pengetahuan yang perlu dikuasai oleh siswa karena matematika bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Begitu penting matematika dalam kehidupan sehingga setiap manusia berusaha untuk belajar matematika

Di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh siswa. Hal ini karena matematika mempunyai fungsi yang penting bagi siswa yaitu sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran yang lain, dalam dunia kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-persamaan atau tabel-tabel dalam model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita.

Tujuan pembelajaran di sekolah mengacu pada fungsi matematika dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan umum pembelajaran matematika di sekolah meliputi dua hal, yaitu:

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.

(29)

beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut:21

1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)

Pembelajaran matematika dimulai dari hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Jadi siswa dapat membentuk konsep-konsep matematika dimulai dari konsep yang bersifat dasar sampai pada konsep yang bersifat kompleks.

2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral

Setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari dan sekaligus untuk mengingatkan kembali. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika. Metode Spiral bukanlah pengajaran konsep hanya dengan pengulangan atau perluasan saja tetapi harus ada peningkatan. Spiralnya harus spiral naik bukan spiral mendatar.

3) Pembelajaran matematika menekankan pola berpikir deduktif Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik yaitu dimulai dari konsep-konsep umum terlebih dahulu kemudian dikembangkan dan diperluas menjadi hal-hal yang lebih bersifat khusus. Walaupun matematika adalah ilmu deduktif, akan tetapi dalam pelaksanaannya guru dapat memilih pendekatan yang cocok dengan perkembangan intelektual siswa sehingga tidak harus selalu deduktif. Misalnya pada perkembangan siswa di SMP, maka dalam pembelajaran matematika belum seluruhnya menggunakan pendekatan deduktif tapi masih bercampur dengan induktif.

21

(30)

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatiknya. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan konsep yang lainnya Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan dengan pernyataan yang telah diterima kebenarannya.

Dalam mengajarkan matematika, guru harus mampu membawa misi atau pendekatan tertentu dengan cara memilih strategi pembelajaran yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan semestinya. Strategi mengajarkan konsep matematika adalah prosedur dan algoritma yang berkaitan dengan mengajarkan konsep tersebut. Strategi yang dipilih haruslah bertumpu pada optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran serta optimalisasi keterlibatan seluruh indera siswa. Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta tetapi pada pemahaman konsep sehingga siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi untuk meningkatkan hasil belajar matematika

Dengan demikian dalam pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik ( lintas topik bahkan lintas bidang studi jika memungkinkan) tentang materi yang telah disajikan. Pemahaman siswa yang dimaksud tidak sekedar memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran matematika secara substantif saja, namun diharapkan pula muncul ‘efek iringan’ dari pembelajaran matematika tersebut. Efek iringan yang dimaksud antara lain adalah22 :

a) Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik matematika yang lainnya

22

(31)

b) Lebih menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain

c) Lebih mampu berfikir logis, kritis dan sistematis

d) Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan masalah dan

e) Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.

Ketercapaian dua sasaran pembelajaran matematika secara substantif dan efek iringannya akan tercapai manakala siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar matematika secara komprehensif. Dengan demikian dalam pembelajaran matematika siswa mendapat porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan mereka harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar dan siswa berperan lebih aktif sebagai pembelajar dan fungsi guru lebih pada sebagai fasilitator.

c. Hasil Belajar Matematika

Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil proses belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.23

Menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.24 Pengertian tersebut senada dengan pendapat Nana Sudjana yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.25 Dan Muhibbin Syah dalam

23

Dimiyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 4. 24

Mulyono Abdurahman Abror, Pendidikan bagi…, h. 37.

(32)

psikologi pendidikan juga menguraikan tentang karakteristik perubahan sebagai hasil belajar, yaitu: perubahan itu intensional, positif dan aktif serta efektif dan fungsional.26

1) Perubahan Intensional

Yaitu perubahan yang terjadi berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau ia merasakan adanya perubahan positif dalam dirinya, seperti: penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan lain-lain.

2) Perubahan positif dan aktif

Yaitu perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan positif artinya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

3) Perubahan efektif dan fungsional

Yaitu perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif yaitu berhasil guna. Artinya perubahan itu membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong terjadinya perubahan positif lainnya.

Sementara itu dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom yang mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: 27 1) Ranah kognitif (al-Nahiyah al-Fikriyah)

26

Muhibbin Syah, Psikologi…, h. 115.

(33)

Pengetahuan pemahaman

penerapan

Analisis Sintesis

evaluasi

Comprehension Aplication Analysis Synthesis Evaluation

Knowledge

[image:33.612.147.537.76.491.2]

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang tersebut adalah: (1) Pengetahuan/ hafalan/ ingatan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension), (3) Penerapan (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis (synthesis) dan (6) Penilaian (evaluation).

Gambar 1. Enam Jenjang Berpikir pada Ranah Kognitif

Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses berpikir yang paling rendah.

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan kata-katanya sendiri.

(34)

tatacara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya, dalam situasi baru dan konkret.

Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan yang lain.

Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Analisis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang terstruktur atau berbentuk pola baru.

Penilaian (evaluation) adalah jenjang berpikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide.

2) Ranah Afektif (al-Nahiyah al-Mauqifiyah)

Taksonomi untuk daerah afektif mula-mula dikembangkan oleh David R. Krathwohl dan kawan-kawan (1974) dalam buku yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives: Afective Domain. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif ini oleh Krathwohl dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization, dan (5) characterization by a value or value complex.

(35)

kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attending juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada tahap ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu.

Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisispasi aktif. Kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

Valuing (menilai atau menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila sesuatu ajaran telah mampu mereka nilai dan mereka telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu telah mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik.

(36)

Characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tingkat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini merupakan tingkat afektif tertinggi karena sikap batin peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”; tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.

3) Ranah Psikomotor (Nahiyah al-harakah)

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektifnya.

Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif merupakan yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Menurut Djamarah dan Zein, ketercapaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi beberapa kriteria, yaitu:28

(37)

a) Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. b) Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%)

bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c) Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.

d) Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dihasilkan dari proses perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan yang mereka miliki. Sedangkan hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dihasilkan dari proses perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan matematika serta ide dasar, aturan-aturan, dan prinsip-prinsip matematika dengan tujuan siswa dapat membuat generalisasi terhadap matematika.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika Hasil belajar setiap individu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Ngalim Purwanto berhasil atau tidaknya belajar tergantung pada beberapa faktor. Adapun faktor-faktor itu dapat kita bedakan menjadi dua golongan yaitu:29

1) Faktor yang berada pada organism itu sendiri yang kita sebut faktor individual.

(38)

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial yang termasuk kedalam faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Selain itu menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri siswa. Yang

termasuk dalam faktor ini adalah :

a) Faktor jasmani, terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh.30

b) Faktor psikologis, terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.31

c) Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani maupun kelelahan rohani

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu : a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang

b) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.32

c) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa di masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

30

Slameto, Belajar dan Faktor…, h. 54 31 Slameto, Belajar dan Faktor…, h. 55-56 32

(39)

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor yang berasal dari diri sendiri dan dari luar diri termasuk strategi/metode yang digunakan guru dalam mengajar.

2. Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy)

a. Strategi pembelajaran

Secara harfiah, kata strategi dapat diartikan sebagai seni (art), melaksanakan, stragem yakni siasat atau rencana (McLeod, 1989). Banyak padanan kata strategi dalam bahasa Inggris, dan yang dianggap relevan dengan pembahasan ini ialah kata approach (pendekatan) dan kata procedure (tahapan kegiatan). 33

Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah-langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan (Reber, 1988). Seorang pakar psikologi pendidikan Australia, Lawson (1991) mengartikan strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.34

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.35 Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan

33

Muhibbin Syah, Psikologi..., h. 210. 34

Muhibbin Syah, Psikologi..., h. 211.

(40)

metakognitif. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designes to achieves a particular

aducational goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.36

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:37

a. Strategi pengorganisasian (organizational strategy), yang dimaksud strtaegi pengorganisasian adalah merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi dan kegiatan ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan sejenisnya.

b. Strategi penyampaian, yang dimaksud dengan strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dan untuk menerima serta merespons masukan dari siswa. c. Strategi pengelolaan, yang dimaksud dengan strtaegi pengelolaan

adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variabel strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian).Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan dengan pemilihan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan dengan penjadwalan pembuatan catatan kemajuan belajar dan motivasi.

Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

36

Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 126.

(41)

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.38 Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”.

Dalam Al-qur’an islam juga telah menjelaskan tentang strategi atau cara-cara dalam menyampaikan sesuatu hal yang mempunyai nilai, baik bersifat ketuhanan maupun kemanusiaan (sosial) termasuk masalah pengajaran (pendidikan). Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

ِﺔَﻣْﻛِﺣْ ﻟﺎِ ﺑ َكﱢﺑَر ِ لْﯾِ ﺑَﺳ ﻰَ ﻟِ إ ُع ْ دُا

ْ مُﮭْ ﻟِدﺎ َ ﺟ َ و ِﺔَﻧَﺳَﺣْ ﻟا ِﺔ َ ظِﻋ ْ وَﻣْ ﻟا َ و

َ ﻲِھ ْ ﻲِﺗﱠ ﻟﺎِ ﺑ

ُنَﺳ ْ ﺣَ أ

ﱠنِ إ

َﻚﱠﺑَر

َﻮُھ

ُﻢَﻠْﻋَ أ

ْﻦَ ﻤِ ﺑ

ﱠﻞَﺿ

ْﻦَﻋ

ِﮫِﻠْﯿِ ﺒَﺳ

َﻮُھَ و

ُﻢَﻠْﻋَ أ

َﻦْﯾِﺪَﺘْﮭُﻤْ ﻟﺎِ ﺑ

Serulah (manusia) kepada jalan tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui

siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui

siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl [16] : 125)

Ayat di atas menjelaskan kepada kita semua betapa pentingnya cara/strategi dalam menyampaikan sesuatu kepada sesama manusia tak terkecuali berkenaan masalah proses pengajaran. Oleh sebab itu, dalam kaitannya dengan pengajaran (pendidikan) maka strategi pembelajaran menjadi sesuatu yang sangat penting.

38

(42)

b. Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy)

Pada proses kegiatan pembelajaran, terdapat dua kegiatan yang sinergis, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarakan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Persoalannya, bagaimana mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran mau dan senang belajar? Karena itu, guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif, baik fisik maupun mental. Siswa akan belajar secara aktif kalau strategi pembelajaran yang disusun guru mengharuskan siswa, baik secara sukarela maupun terpaksa, menuntut siswa melakukan kegiatan belajar.

Perkembangan yang pesat utamanya dalam bidang informasi, mensyaratkan perlunya menggeser pola pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisipatif. Dengan semakin meningkatnya laju perkembangan pengetahuan, guru tidak lagi mampu menjadi satu-satunya sumber informasi. Demikian juga dengan siswa, perlu menggeser peran dari sekedar penerima pasif informasi menuju pencarian aktif pengetahuan dan keterampilan serta menggunakannya secara bermakna. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.19/2005 yang menekankan bahwa pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(43)

informasi. Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalisasikan memorinya bekerja secara maksimal dengan memberikan kesempatan mengungkapkan dengan bahasanya dan melakukan dengan kreativitasnya sendiri. Siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus-menerus terlibat, baik secara mental ataupun secara fisik dan bisa memahami pengalaman yang dialami.39

Ide pembelajaran aktif sebenarnya mengacu kepada bagaimana memberikan sesuatu yang berbeda kepada orang yang berbeda. Jadi pembelajaran aktif mengakomodasi perbedaan yang ada diantara individu peserta didik. Seperti diketahui setiap peserta didik bersifat unik. Peserta didik yang satu berbeda dengan peserta didik lain dilihat dari berbagai sisi. Oleh karena itu, ada beberapa definisi tentang pembelajaran aktif. Definisi-definisi yang dimaksud sebagai berikut.40 1) Belajar aktif menurut Meyers & Jones, meliputi pemberian

kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar, menulis, membaca dan merefleksi materi, gagasan, isu dan materi akademik.

2) Paulson & Faust mengungkapkan bahwa belajar aktif secara sederhana merupakan segala sesuatu yang dilakukan siswa selain hanya menjadi pendengar pasifceramah dari guru. Hal ini meliputi segala sesuatu dari latihan mendengarkan untuk mencerna segala sesuatu yang didengar, latihan menulis pendek dalam menanggapi materi dari guru sampai dengan latihan kelompok yang kompleks untuk menerapkan materi pelajaran dalam situasi kehidupan nyata.

39

Pat Hollingsworth, Pembelajjaran Aktif “Meningkatkan Keasyikan Kegiatan di Kelas”, (Jakarta: Indeks, 2008), h. viii

(44)

3) Join Report menyatakan bahwa belajar merupakan pencarian makna secara aktif oleh siswa. Belajar lebih merupakan pembanguna pengetahuan dari pada sekedar menerima pengetahuan secara pasif.

4) Chickering & Gamson menambahkan bahwa belajar tidaklah seperti menonton olahraga. Siswa tidak akan belajar banyak hanya dengan duduk di kelas dan mendengarkan guru, mengingat tugas-tugas dan mengajukan jawaban. Mereka harus mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari, menulisnya, menghubungkan dengan pengalaman terdahulu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka seharusnya memiliki apa yang mereka pelajari.

Sementara menurut Hisyam pembelajaran aktif (active learning) adalah pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka akan mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi belajar, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatakan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.41

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan

(45)

untuk menjaga perhatian peserta didik/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Pembelajaran Aktif (Aktive Learning) pertama diperkenalkan oleh seorang filosof kenamaan cina, Confucius, dia mengatakan :

What I Hear, I forget ( apa yang saya dengar, saya lupa) What I see, I remember ( apa yang saya lihat, saya ingat) What I do, I understand (apa yang saya lakukan, saya mengeri)

Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot penting belajar aktif. Mel Silberman telah memodifikasi pernyataan Confusius tersebut menjadi apa yang dia sebut paham Belajar Aktif, yaitu :

Apa yang saya dengar, saya lupa.

Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham.

Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.42

Pembelajaran Aktif (active learning) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan menerapkan pembelajaran aktif (active learning) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka

(46)

dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional. Berikut ini adalah gambar fase kegiatan proses pembelajaran siswa.43

Dari gambar di atas terlihat bahwa teknik ceramah/metode ekspositori bukanlah strategi pembelajaran yang efektif. Jika siswa memiliki banyak kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktikkan dan mendiskusikan materi pembelajaran, maka mereka akan lebih banyak mengingatnya.

Penelitian Trenaman juga menemukan bahwa metode atau teknik ceramah hanya efektif pada 15 menit pertama dari waktu proses belajar mengajar. Setelah itu bila ceramah dilanjutkan, pembelajaran akan berlangsung secara tidak bermakna. Penelitian lain yang dilakukan Polio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas

43

Junaedi,dkk, Strategi…, h. 13

Adapted from: Edgar Dale Audio Visual Method in Teaching, Holt, Rinehart and

90% of w hat

w e say and do

[image:46.612.123.541.72.431.2]

AFTER TW O W EEKS W E TEND TO REM EM BER . . .

Gambar 2 Audio Visual Method In Teaching

30 % of w hat w e see LOOKING AT PICTURES PASSIVE

DOING DRAM ATIC PRESENTATION ACTIVE

AaACTIVE

DOING THE REAL THING W ATCHING A M OVIE/ VIDEOTAPE 20 % of w hat w e hear HEARING W ORDS 10 % of w hat w e read READING

70 % of w hat w e say PARTICIPATING IN A DISCUSSION SEEING IT DONE ON LOCATION 50 % of w hat w e see and hear LOOKING AT AN EXIBIT

(47)

hanya memerhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian Mc. Keachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu dua puluh menit terakhir.

Dalam Pembelajaran Aktif (active learning) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan teknik yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik pembelajaran yang aktif, yaitu :44

1. Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi oleh guru melainkan pada eksplorasi informasi dan pembangunan konsep oleh peserta didik.

2. Atmosfer pembelajaran mendukung/kondusif mengembangkan keterbukaan dan penghargaan terhadap semua gagasan

Gambar

Gambar 1. Enam Jenjang Berpikir pada Ranah Kognitif
Gambar 2 Audio Visual Method In Teaching
Tabel 1 Tabel perbedaan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Participatory Development Planning (Thesis): a study on the preparation of the Medium Term Development Plan for Medan City 2006-2010), Graduate School, University of North Sumatra,

KEAMANAN MALAM FIRAYANI FIRDAUSI NURUL FITRIANA

Since the computer cannot understand assembly language, however, a program called assembler is used to convert assembly language programs into machine code...

Pernyataan ini juga sesuai dengan pendapat Pradiansyah (2010), yang mengemukakan keberhasilan penerapan TQM akan sangat tergantung pada budaya organisasi yang menimbulkan

PLN (persero) Ranting Bangkinang dapat diterima dengan positif oleh para karyawan, sesuai dengan hipotesis, bahwa total quality management berpengaruh signifikan

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kolom frekuensi makan jajanan yang sesuai berdasarkan macam makanan jajanan dan frekuensi makanan jajanan yang tersedia dalam

The analyst(s) named in this report certifies that all of the views expressed by the analyst(s) in this report reflect the personal views of the analyst(s) with regard to any and

sampai menjadi tepung yang kering, tepung memliki sifat tidak larut air, sehingga akan mengendap jika dicampur dalam air, akan tetapi jika tepung dicampur dengan air panas