• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN TINGKAT PENERIMAAN PETANI TERHADAP INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN

(Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1)

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

BEBBY MEIRINA RACHMAH 040904089

PROGRAM STUDI HUMAS

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

(2)

ABSTRAKSI

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian

(Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

Peserta dari kegiatan komunikasi khususnya petani melihat iklan-iklan di media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian mereka tahu akan adanya komunikasi yang rutin dilakukan pada setiap bulannya. Mereka juga mendapatkan informasi dari rekan-rekan sesama petani. Banyak peserta yang sangat suka dengan pesan yang disampaikan oleh petugas penyuluh.Pada umumnya kegiatan penyuluh brtujuan mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dari keadaan yang ada menuju tingkat yang lebih baik lagi. Perubahan kehidupan masyarakat tersebut dimaksudkan di bidang pertanian. Ada penyuluhan yang bertujuan meningkatkan kehidupan masyarakat dalam bidang kesehatan. Di tempat lain, ada pula penyuluhan yang bertujuan meningkatkan kemampuan anggota masyarakat dalam mencari nafkah, sehingga mereka memperoleh pendapatan yang lebih besar dari sebelumnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Dalam penelitian ini menggunakan sampael yaitu masyarakat yang berdomisili di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat. Sampel berjumlah 98 orang diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane dan melalui teknik purposive sampling yaitu pemilihan responden berdasarkan karateristik tertentu. Data diperoleh lewat berbagai literatur dan kuesioner yang dibagikan kepada 98 responden. Kemudian data yang telah diperoleh, dianalisa dengan menggunakan analisa tebel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis. Alat uji data yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah perangkat lunak SPSS 15.0.

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan rank Spearman menggunakan perangkat lunak SPSS 15.0 diperoleh hasil rho= 0,349 dengan tingkat signifikasi 0,01.

Sesuai dengan kaidah Spearman yaitu, rho= > 0, maka hipotesis diterima. Hasil uji ini

menunjukkan pengaruh yang signifikan antara komunikasi penyuluhan dan tingkat penerimaan petani terhadap informasi teknologi pertanian pada masyarakat di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat, artinya terdapat pengaruh antara komunikasi penyuluhan dan tingkat penerimaan petani terhadap informasi teknologi pertanian masyarakat di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.Untuk mengutahui kuat lemahnya pengaruh antara variabel yang diteliti, digunakan skala Guilford. Hasil rho= 0,349 berada pada skala <0,20 hal ini menunjukkan hubungan

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Komunikasi Penyuluhan Dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian” (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kbupaten Langkat).

Terima kasih penulis sampaikan kepada semua orang yang telah membantu sebelum, selama dan setelah penulis mengerjakan skripsi ini. Teristimewa buat ayahanda dan ibunda penulis yang tersayang, Dr.Ir.Abdul Rauf, MP dan Dra.Erlinawati atas semua doa, nasehat, cinta, kasih sayang yang kuat, yang akan selalu memberikan perlindungan dan inspirasi bagi anak-anaknya. Penulis masih berusaha mewujudkan harapan papa, mama. Semoga penulis dapat mewujudkan semua harapan dan cita-cita ayahanda dan ibunda. Terima kasih buat adik-adik ku : Zuhrina Aidha dan Ridho Fahmi Abdul Azis, yang terus memotivasi penulis melakukan hal yang terbaik dalam hidup dan menjadi contoh yang baik bagi mereka. Terima kasih atas dukungan, cinta, tawa, harapan kalian mampu memberikan semangat bagi penulis.

Penelitian ini disusun guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) dari fakultas Ilmu Sosial da Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan nasehat serta dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih pada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(4)

2. Bapak Drs. Amir Purba M.A, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mazdalifah M.Si, selaku dosen wali yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan pada penulis selama masa perkuliahan.

4. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis M.A, selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktu, memberi masukan, bimbingan, pengetahuan, arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan dosen FISIP pada umumnya, yang telah membimbing dan membagi ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak Drs. Humaizi, M.A yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Dr. Agusmidah, SH. M.Hum, selaku ibu (tante) penulis yang telah memberikan dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Dino Mardiansyah, S.Kom selaku Om penulis yang telah membantu selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Pak Bambang, Pak Mulyono, dan Pak Amin yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 10. Kak Cut dan Bu Ros yang banyak membantu penulis dalam segala urusan

perkuliahan dalam penyelesaian skpirsi ini. Juga untuk Rotua dan Maya terima kasih banyak.

(5)

menyenangkan. Semoga kita tetap bersahabat untuk selamanya dan berjalan beriring menuju sukses.

12. Buat Feby, Hilda, Iid, Nisa, Nita, Kiki, Tapi terima kasih banyak atas bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Buat Maina, Ain, Yuyun terima kasih atas dukungannya.

14. Buat semua anak Komunikasi 2004 yang sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir, tetap semangat.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis meyadari bahwa skripsi ini jauh dari semourna, maka dari itu penulis menerima kritikan dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, September 2008 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB II. URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi Kelompok ... 28

II.1.1. Pengertian Komunikasi Kelompok ... 28

II.1.2. Proses-Proses Komunikasi Kelompok ... 29

II.1.3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok ... 31

II.2. Komunikasi Penyuluhan ... 34

II.2.1. Pengertian Komunikasi Penyuluhan ... 34

II.2.2. Tujuan Komunikasi Penyuluhan ... 37

(7)

II.2.4. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan ... 39

II.2.5. Metode Komunikasi Penyuluhan ... 40

II.2.6. Unsur-Unsur Komunikasi Penyuluhan ... 44

II.3. Teknologi Pertanian ... 44

II.3.1. Pengertian Teknologi Pertanian ... 44

II.3.2. Jenis Teknologi Pertanian ... 46

II.4. Difusi Inovasi ... 50

II.4.1. Pengertian Difusi Inovasi ... 50

II.4.2. Unsur-Unsur Difusi Inovasi ... 50

II.4.3. Atribut Difusi Inovasi ... 51

II.5. Agen Perubahan (Agen Of Change) ... 51

II.5.1. Pengertian Agen Perubahan ... 51

II.5.2. Kualifikasi Agen Perubahan ... 52

II.5.3. Tugas Dari Agen Perubahan ... 53

II.6. Tingkat Penerimaan Informasi ... 54

II.6.1. Penjelasan Mengenai Tingkat Penerimaan Informasi ... 54

II.7. Komunikasi Persuasi ... 55

II.7.1. Pengertian Komunikasi Persuasi ... 55

II.7.2. Toeri-Teori Persuasi ... 56

II.7.3. Proses Persuasi ... 58

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 59

III.1.1. Sejarah Ringkas Kecamatan Tanjung Pura ... 59

III.1.2. Pemerintahan Kecamatan ... 64

III.1.3. Struktur Organisasi ... 66

III.1.4. Letak Dan Geografis Kecamatan Tanjung Pura ... 69

III.1.5. Keadaan Tanah ... 70

III.1.6. Peranan Camat Tanjung Pura ... 71

III.2. Metode Penelitian ... 73

III.3. Lokasi Penelitian ... 73

III.4. Populasi Dan Sampel ... 73

(8)

III.5. Teknik Penarikan Sampel ... 78

III.6. Teknik Pengumpulan Data ... 79

III.7. Teknik Analisa Data ... 80

III.8. Uji Hipotesis ... 81

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Pengumpulan Data ... 82

IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 83

IV.3. Analisa Tabel Tunggal ... 84

IV.1.1. Identitas Responden ... 84

IV.1.2. Komunikasi Penyuluhan ... 86

IV.1.3. Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian ... 99

IV.4. Analisa Tabel Silang ... 106

IV.5. Uji Hipotesis ... 111

IV.6. Pembahasan ... 112

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 116

V.2. Saran ... 117

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Pemerintahan Kecamatan Tanjung Pura ... 64

Tabel 3.2. Nama Pejabat dan Instansi Otonom / Vertikal Di Kecamatan Tanjung Pura ... 68

Tabel 3.3. Populasi Masyarakat di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat ... 76

Tabel 3.4. Stratified Random Sampling ... 77

Tabel 4.1. Usia Renponden ... 84

Tabel 4.2. Pendidikan Terakhir Responden ... 85

Tabel 4.3. Jenis Kelamin Responden ... 85

Tabel 4.4. Frekuensi Komunikasi Penyuluhan ... 86

Tabel 4.5. Lama Waktu Peretemuan Komunikasi ... 87

Tabel 4.6. Frekuensi Mengikuti Komunikasi Penyuluhan ... 87

Tabel 4.7. Mengetahui Tujuan Komunikasi Penyuluhan ... 88

Tabel 4.8. Pengaruh pesan yang disampaikan dalam komunikasi Penyuluhan ... 89

Tabel 4.9. Kesan dalam mengikuti komunikasi penyuluhan ... 89

Tabel 4.10 Pesan yang disampaikan oleh penyuluhan ... 90

Tabel 4.11 Pesan yang tepat yang disampaikan oleh penyuluh ... 90

Tabel 4.12 Sering mendapat informasi mengenai komunikasi penyuluhan ... 91

Tabel 4.13 Informasi komunikasi penyuluhan yang didapat dari televisi ... 92

Tabel 4.14 Informasi komunikasi penyuluhan yang didapat dari Radio ... 93

Tabel 4.15 Informasi komunikasi penyuluhan yangdi dapat dari surat kabar ... 94

Tabel 4.16 Informasi yang didapat dan lain-lain ... 94

Tabel 4.17 Berkomunikasi di pagi hari ... 95

Tabel 4.18 Waktu berkomunikasi di siang hari ... 96

Tabel 4.19 Waktu berkomunikasi di sore hari ... 96

Tabel 4.20 Berkomunikasi di lapangan ... 97

Tabel 4.21 Berkomunikasi di dalam ruangan ... 97

Tabel 4.22 Berkomunikasi dilakukan pada saat bekerja ... 98

Tabel 4.23 Informasi tentang Teknologi Pertanian ... 99

(10)

Tabel 4.25 Informasi yang cukup tentang teknologi pertanian ... 100

Tabel 4.26 Suka dengan informasi yang disampaikan ... 101

Tabel 4.27 Tertarik dengan adanya teknologi pertnaian ... 101

Tabel 4.28 Perkenalan teknologi pertanian ... 102

Tabel 4.29 Teknologi pertanian yang canggih ... 103

Tabel 4.30 Sikap yang muncul terhadap teknologi pertanian ... 104

Tabel 4.31 Puas menggunakanteknologi pertanian yang Diperkenalkan ... 104

Tabel 4.32 Sudah menggunakan teknologi pertanian ... 105

Tabel 4.33 Diskusikan kepada keluarga untuk menggunakan teknologi pertanian tersebut ……… 106

Tabel 4.34 Pengaruh antara pengetahuan responden tentang tujuan komunikasi penyuluhan dan sikap responden terhadap teknologi pertanian ………... 107

Tabel 4.35 Pengaruh antara kejelasan pesan yang disampaikan dalam komunikasi penyuluhan informasi tentang teknologi pertanian yang disampaikan lewat komunikasi penyuluhan ………. 108

Tabel 4.36 Pengaruh antara kesan setelah mengikuti komunikasi penyuluhan tentang teknologi pertanian yang informasikan oleh penyuluh ... 109

Tabel 4.37 Pengaruh antara pesan yang disampaaikan oleh penyuluh tentang teknologi pertanian ……… 110

(11)

ABSTRAKSI

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian

(Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

Peserta dari kegiatan komunikasi khususnya petani melihat iklan-iklan di media cetak maupun media elektronik. Dengan demikian mereka tahu akan adanya komunikasi yang rutin dilakukan pada setiap bulannya. Mereka juga mendapatkan informasi dari rekan-rekan sesama petani. Banyak peserta yang sangat suka dengan pesan yang disampaikan oleh petugas penyuluh.Pada umumnya kegiatan penyuluh brtujuan mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dari keadaan yang ada menuju tingkat yang lebih baik lagi. Perubahan kehidupan masyarakat tersebut dimaksudkan di bidang pertanian. Ada penyuluhan yang bertujuan meningkatkan kehidupan masyarakat dalam bidang kesehatan. Di tempat lain, ada pula penyuluhan yang bertujuan meningkatkan kemampuan anggota masyarakat dalam mencari nafkah, sehingga mereka memperoleh pendapatan yang lebih besar dari sebelumnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Dalam penelitian ini menggunakan sampael yaitu masyarakat yang berdomisili di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat. Sampel berjumlah 98 orang diperoleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane dan melalui teknik purposive sampling yaitu pemilihan responden berdasarkan karateristik tertentu. Data diperoleh lewat berbagai literatur dan kuesioner yang dibagikan kepada 98 responden. Kemudian data yang telah diperoleh, dianalisa dengan menggunakan analisa tebel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis. Alat uji data yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah perangkat lunak SPSS 15.0.

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan rank Spearman menggunakan perangkat lunak SPSS 15.0 diperoleh hasil rho= 0,349 dengan tingkat signifikasi 0,01.

Sesuai dengan kaidah Spearman yaitu, rho= > 0, maka hipotesis diterima. Hasil uji ini

menunjukkan pengaruh yang signifikan antara komunikasi penyuluhan dan tingkat penerimaan petani terhadap informasi teknologi pertanian pada masyarakat di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat, artinya terdapat pengaruh antara komunikasi penyuluhan dan tingkat penerimaan petani terhadap informasi teknologi pertanian masyarakat di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.Untuk mengutahui kuat lemahnya pengaruh antara variabel yang diteliti, digunakan skala Guilford. Hasil rho= 0,349 berada pada skala <0,20 hal ini menunjukkan hubungan

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal tersebut berpengaruh pula pada kemajuan teknologi pertanian baik untuk pembangunan desa ataupun pada pembangunan masyarakat itu sendiri. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya sekedar membawa dampak yang kecil bagi masyarakat. Revolusi informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban baru sehingga memudahkan manusia untuk saling berhubungan satu sama lain. Kemajuan teknologi dan informasi ini juga mampu mengatasi jarak ruang dan waktu. Sadar atau tidak, saat ini kita memang telah berada dalam suatu lingkungan atau lingkaran yang sarat akan informasi dan komunikasi.

Pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi yang ditandai dengan kehadiran sejumlah piranti komunikasi mutakhir telah memberikan sebagai kemudahan bagi manusia dalam melakukan berbagai aktifitasnya. Setiap orang dapat menolah, memproduksi serta mengirimkan maupun menerima segala bentuk pesan komunikasi di mana saja dan kapan saja tanpa harus terikat ruang dan waktu.

Salah satu buah dari perkembangan teknologi ini adalah seberapa besra tingkat peneriamaan informasi teknologi pertanian di dalam komunikasi penyuluhan ataupun Penyuluhan Pembangunan (PP).

(13)

menaikkan kesejahteraan masyarakat desa dan tujuan tersebut paling sedikit mencakup dua hal pokok yaitu :

1. Menyangkut objek dari pembangunan yang sifatnya sering sektoral (penyuluhan kesehatan objeknya adalah kesehatan, penyuluhan pertanian objeknya adalah pertanian).

2. Menyangkut perubahan prilaku dari orang-orang yang disuluh.

Untuk mencapai tujuan tersebut tentulah perlu pemanfaatan secara efektif dan efisien sumberdaya (termasuk sumberdana) yang umumnya terbatas di desa. Strategi komunikasi yang tepat akan dapat menjadi landasan operasional dalam pemanfaatan sumberdaya secara efektif dan efisien.

Bagaimanakan strategi kumunikasi yang tepat tersebut? Itulah salah satu pertanyaan mendasar yang ingin dibahas dalam permasalahan ini. Namun terlebih dahuluakan dijelaskan mengenai apa dan bagaimana penyuluhan PMD dan Penyuluhan Pembangunan (PP) peran dan masalah yang dihadapinya. Dengan mengetahui misi yang diembannya dan mengenal diri sendiri Penyuluhan Pembangunan diharapkan menjadi terampil mengenalkan ide-ide baru atau inovasi pada masyarakat desa.

Defensisi komunikasi yang dianut adalah defenisi yang sederhana sebagaimana di kemukakan oleh Soreno dan Mortensen (1970) yaitu : “Sebagai satu proses di mana si pengirim (sender) dan si penerima (receiver) dari pesan melaksanakan interaksi dalam konteks social tertentu.” Penyuluh Pembangunan merupakan si pengirim pesan dan masyarakat desan sebagai penerima.

(14)

penyuluhan pembangunan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana pola prilaku pembangunan manusia prmbangunan terbentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan lama dan menggantinya dengan perilaku baru yang berakibat kualitas kehidupan orang yang bersangkuan menjadi lebih baik.

Pembanguna masyarakat desa (Community Development) dapat dilihat dari berbagai cara pandang, antara lain Sanders (1958) mengemukakan empat cara pandang, yaitu pembangunan masyarakat desa sebagai proses, metode, program, dan sebagai gerakan.

1. Sebagai proses adalah dengan penekanan kepada apa yang terjadi terhadap masyarakat secara social dan psikologis.

2. Sebagai metode adalah mencakup proses dan tujuan dengan penekanan beberapa tujuan akhir.

3. Sebagai program adalah mencakup metode dan isi dengan penekanan kepada aktifitas.

4. Sebagai gerakan adalah mencakup program dan dinamika emosional dengan penekanan mengenal ide dari pembangunan masyarakay desa.

Penyuluhan pertanian dilaksanakan guna meningkatkan pembangunan, melalui aktifitas peyuluhan pembangunan yang jumlahnya jutaan orang dengan nama atau panggilan yang bermacam-macam seperti: peyuluhan lapangan, juru penerang, penyuluh pertanian, penyuluh KB, dan lain-lain.

(15)

direncanakan. Mangun Wijaya (1979 : 52) pernah mengatakan bahwa, di dalam setiap pembangunan masyarakat , tidak mungkin menolak teknologi, sebab teknologi memiliki hubungan erat dengan sains dan tidak dapat lepas dari struktur-struktur yang ada dalam masyarakat.

Pengertian tentang teknologi itu sendiri, bukanlah sekedar alat atau benda (material) yang hanya digunakan. Untuk jangka waktu tertentu saja, melainkan merupakan seluruh perangkat ide, metode, teknik, maupun segala upaya atau kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Teknologi adalah hasil penerapan sistematik dari sains dan merupakan himpunan rasionalitas insani untuk memanfaatkan lingkungan hidup dan mengendalikan gejala-gejala di dalam proses produktif dan ekonomis.

Sejalan dengan pengertian yang diberikan terhadap teknologi tersebut, Hayani dan Rutan (1985 : 73) mengemukakan adanya teori perubahan teknologi di dalam pembangunan pertanian. Perubahan teknologi atau penerapan teknologi “baru” disini, dimaksudkan untuk meningkatkan efisien usaha, serta untuk menaikkan nilai tambah, dan produktif yang dihasilkan. Oleh karena itu, tepatlah jika dalam mencanangkan pembangunan bahwa salah satu syarat mutlak dari pembangunan pertanian adalah adanya teknologi usaha tani yang senantiasa berubah.

Berlandaskan pada dalil, sepanjang perjalanan sejarah pembangunan pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia (khususnya sejak era pemerintahan orde baru) senantiasa diupayakan adanya perubahan-perubahan teknologi dalam usaha tani, baik teknologi pra panen maupun teknologi pasca panen.

(16)

yang telah berhasil menaikkan volume produksi itu benar-benar dapat menaikkan pendapatan petani dan memperluas kerja (Mardikanto, 1994 : 68). Upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani yang ingin dicapai melaui pembangunan pertanian harus selalu memperhatikan pelestarian Sumber Daya Alam (SDA) melalui kegiatan konservasi lahan dan memperhatikan sifat-sifat perkembangan tanaman dan hewan yang diusahakan.

Pengalaman menunjukkan bahwa setiap inovasi (teknologi baru) yang ingin diterapkan sebagai upaya perubahan teknologi selalu diikuti dengan konsekuensi pembiayaan yang relative lebih mahal jika dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya. Hal ini nampak pada upaya penggunaan benih unggul bersertifikat, penggunaan pupuk buatan, dan penggunaan berbagai pestisida “baru” maupun alat-alat atau mesin pertanian. Dilain pihak, setiap inovasi (teknologi baru) seringkali masih mengandung ketidakpastian, baik ketidakpastian secara teknis (kenaikkan hasil yang akan dicapai), ketidakpastian ekonomis (kenaikkan harga jual dari produk yang dihasilkan serta tingkat keuntungan yang akan diperoleh dibanding dengan penerapan teknologi lama), maupun ketidakpastian sosio koltural dan kebijaksanaan pemerintah.

Pelayanan public merupakan masalah yang actual untuk dicermati dan memiliki relevansi yang kuat dengan pelayanan prima. Aparatur pemerintah sebagai paradigma baru di era reformasi dan otonomi daerah saat ini. Dalam konteks tersebut, bahwa Undang-Undang no.32 tahun 2004 merupakan pengganti UU no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah, maka secara otomatis Undang-Undang yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang n0.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

(17)

Daerah. Juga lahirnay Kepmendagri no. 13 Tahun 2006 bahwa Kantor Kecamata merupakan Satuan Kerja Perangkat Desa (SKPD). Sebagai akibat reposisi dan perubahan tersebut, adanya penyesuaian dalam organisasi dan tata kerja, koordinasi dan hubungan kerja, serta kewenangan dan tanggung jawab. Dalam kondisi seperti ini sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kantor Camat siap menerima segala kebijakan pemerintah atasan, karena kita selalu memahami segala bentuk perubahan, yang selama ini agen perubahan (agent of change), menjadi Pelayanan masyarakat (Public Servant).

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Daerah tingkat II Kabupaten Langkat masih bersatatus Assisten Keresidenan dan Kesultanan (Raja). Assisten Resuden dijabat seorang Assisten Residen (Ass. Res) yaitu Mr. Morrey berkedudukaan di Binjai, kekuasaanya hanya sekedar mendampingi Sultan Langkat yang berkuasa penuh terhadap penduduk asli (pribumi) berkedudukan di Tanjung Pura. Pada masa itu tercatat ada 3 (tiga) sultan yang pernah memegang kekuasaan yaitu :

1. Sultan pertama adalah sultan Musa Abdul Jalil Rahmatsyah (Sultan Musa Al Hajj)

2. Sultan kedua adalah sultan Abdul Aziz 3. Sultan ketiga adalah Sultan Mahmud

(18)

berjenjang disebut Penghulu Balai Raja Kecil Karo) dan Penghulu biasa tingkat kampung (Desa).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Terhadap Tingkat Penerimaan Informasi Teknologi Pertanian di masyarakat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.”

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut, “Apakah komunikasi penyuluhan berpengaruh terhadap tingkat penerimaan informasi teknologi pertanian di masyarakat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat ?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti, adapun pembatasan masalah yang akan ditelti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian terbatas pada pengaruh penyuluhan pertanian.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.

(19)

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi dalam kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani di masyarakat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat tentang teknologi pertanian.

3. Mengetahui penerimaan informasi teknologi pertanian di kalangan petani di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.

4. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pertanian terhadap tingkat penerimaan informasi teknologi pertanian di masyarakat kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara kritis, hasil penulisan penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran dan kontribusi kepada mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pengetahuan khususnya dalam ilmu komunikasi dan teknologi.

2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkankepada FISIP USU untuk menambah dan memperkaya bahan referensi dan bahan penelitian sebagai sumber bacaan.

(20)

I.5. Kerangka Teori

Teori menurut Karlinger merupakan himpunan konstruk (konsep) defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan psistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi dimana variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 1999 : 6).

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi, 1995 : 40).

I.5.1. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Akan tetapi, kalau dinamika-dinamika kelompok merupakan suatu studi tentang berbagai aspek tingkah laku kelompok, maka komunikasi kelompok yang memusatkan perhatiannya pada proses komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil (Goldberg, 1985 : 7).

(21)

Para psikologi Sosial juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka adalah persepsi sosial. Pada dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang surut. Pernah menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dasawarsa berikutnya, dan populer lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok. Pada tahun 1940-an, ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setalah perang, perhatian beralih pada individu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan seperti diramalkan Steiner (1974) menjadi dominan pada pertengahan 1980-an.

Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada prilaku kita.

Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Di sisni, kita akan menjelaskan empat dikotomi, yaitu :

1. Kelompok Primer dan Skunder, 2. Ingroup dan Outgroup,

(22)

I.5.3. Komunikasi Penyuluhan

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami,meminati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, dalah suatu proses komunikator yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana suatu komunikasi baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang, dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu disain komunikasi penyuluhan.

(23)

sebuah proses komunikasi maka kegiatan itu harus memperhatikan banyak hal agar dapat sukses dan mencapai sasaran.

Hal utama yang sangat diperhatikan adalah sama dengan si perancang mode, yakni mengenal siapa dan mengetahui apa kebutuhan khalayak. Seperti juga tentara di medan perang, kalau mereka tidak mengenal medan dan tidak mengetahui siapa dan bagaimana musuhnya si tentara hanya akan memperoleh gelar pahlawan anumerta tetapi tidak akan memperoleh kemenangan. Pun, setelah mengetahui siapa dan apa kebutuhan khalayak sebuah kegiatan penyuluhan tidak serta merta akan langsung langgeng dalam pelaksanaannya. Banyak aksesoris yang harus dilengkapi untuk mendekati khalayak itu.

Aksesoris tersebut diperlukan agar proses melakukan perubahan pengetahuan dan kesadaran dapat tercapai. Tetapi ini relatif, karena semua itu tergantung kepada keterampilan yang melakukan. Seorang penyuluh harus terampil mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah; komunikasi massa (cetak dan elektronik, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi.

(24)

lembaga-lembaga dan orang-orang tertentu saja. Masyarakat adalah penonton yang resah dan objek yang empuk. www.conservation.or.id

Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud konkrit dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi pembangunan. Suatu bidang yang berkembang pesat sejak penghujung decade 60-an.Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutamaantara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pencapaian pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tersebut.

Dalam melakukan penyuluhan, factor penyampaian (baca : pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini :

1. Masalah yang dihadapi 2. Siapa yang akan disuluh

3. Apa tujuan (objectives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan 4. Pendekatan yang dicapai

5. Pengenbangan pesan

6. Metoda atau saluran yang digunakan

(25)

I.5.4. Teknologi Pertanian

Teknologi Tepat Guna (TTG) merupakan salah satu bentuk teknologi yang dipakai untuk meningkatkan produk dari usaha kecil menegah, seperti produk yang bersifat kerakyatan. Bermacam-macam mekanisme difusi telah diterapkan oleh penghasil teknologi kepada masyarakat, tetapi tingkat keberhasilannya masih rendah, sehingga masih banyak Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dihasilkan tidak dipakai oleh masyarakat alias mubazir. Menyadari hal tersebut di atas, maka tidak berlebihan apabila proses keputusan mendifusikan TTG bagi masyarakat mendapat ruang kajian yang khusus, sehingga dapat dihindari kemubaziran teknologi tersebut.

Pertanian merupakan sektor yang menunjukkan keberhasilan dalam proses difusi teknologi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya teknologi pertanian yang digunakan oleh masyrakat. TTG merupakan salah satu bentuk teknologi yang dipakai untuk meningkatkan produk dari usaha kecil dan menengah, bahkan produk yang bersifat kerakyatan. TTG pada bidang pertanian adalah salah satu contoh dari jenis TTG tersebut, sehingga sudah selayaknya untuk dikembangkan. Hal ini mengingatkan sektor pertanian masih menduduki tempat strategis untuk mengimbangi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Terlebih hampir seluruh masyarakat Indonesia menggunakan beras sebagai makanan pokok. Lembaga yang dinilai telah berhasil melakukan proses difusi teknologi tepat guna bidang pertanian tersebut antara lain adalah instansi pemerintah (dalam hal ini Departemen Pertanian) dan instansi non-pemerintah, baik industri maupun LSM. Keberhasilan difusi teknologi pertanian di masyarakat, tidak terlepas dari menisme difusi yang digunakan lembaga pelaku difusi dalam mentransformasikan inovasinya.

(26)

Sudah menjadi ketetapan masyarakat dan bangsa Indonesia bahwa, untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, diperlukan suatu struktur ekonomi yang seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh.

Pertanian yang tangguh, merupakan system yang selalu dapat meningkatkan daya produksinya di bawah pengaruh lingkungan biofisik tertentu, sehingga dapat membatasi ketergantungannya yang berlebihan pada pasokan energi komersial. Oleh sebab itu, pertanian yang tangguh harus mampu menerapkan teknologi yang berwawasan tempat dan waktu, dengan keharusan dapat memanfaatkan secara efektif sumber-sumber energi dan bahan-bahan alamiah seperti sinar matahari, air hujan langsung, dan mineral-mineral tanah. Dengan kata lain, pertanian tangguh tidak lagi merupakan usaha sederhana yang dapat dilkasanakan semata-mata dengan cara-cara tradisional atau teknologi konvesional yang statis (sebagai ciri dari pertanian subsistem), tetapi harus berubah menjadi pertanian komersial yang bertumpu pada daya cipta dan pembaharuan yang tergabung di dalam masyarakat industri.

Pertanian canggih ialah system pertanian yang bercorak industri dalam hal pengelolaannya, bersifat dinamik dengan memanfaatkan kemajuan menyeluruh dari ilmu dan teknologi, dan membentuk hubungan yang saling bergantung dengan industri. Oleh sebab itu, salah satu pertanian canggih ialah pertanian yang menggunakan teknologi canggih, yaitu teknologi produktif inovatif yang berwawasan tempat dan waktu sesuai dengan perkembangannya.

Teknologi canggih pada hakikatnya adalah teknologi yang selalu berkembang, yaitu teknologi yang selalu dapat :

(27)

3. Mengurangi atau meniadakan kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai gangguan alam (fisik maupun biologis)

4. Menyesuaikan diri dengan keadaan tenaga kerja

5. Meringankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya sukar di laksanakan (Mardikanto, 1994: 127).

I.5.5. Divusi Inovasi

Termasuk dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru adalah kegiatan yang dikenal dengan difusi-inovasi. Difusi merupakan suatu bentuk khusus komunikasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), studi difusi mengkaji pesan-pesan yang berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan baru. Lalu karena pesan-pesan-pesan-pesan yang disampaikan itu merupakan hal-hal yang baru, maka dipihak penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu. Hal ini kemudian menyebabkan prilaku yang berbeda (karena adanya hal-hal baru tersebut) pada penerima pesan, dari pada kalau si penerima berhadapan dengan pesan-pesan biasa yang bukan inovasi.

Berlangsunganya suatu perubahan social, diantaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal yang baru tersebut dikenal sebagai inovasi.

(28)

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) dalam proses penyebarserapan inovasi terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari :

1. Suatu inovasi

2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu 3. Dalam suatu jangka waktu

4. Di antara para anggota suatu sistem sosial

Segala sesuatu ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, adalah inovasi. Baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditentukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Yang penting, menurut kedua ahli tersebut adalah keberanian subjektif hal yang dimaksud itu merupakan inovasi. Havelock (1973) merumuskan inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya (Nasution, 2004 : 125)

I.5.6. Agent Of Change (Agen Perubahan)

Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut, orang-orang itu dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change (Agen Perubahan).

(29)

Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman merupakan tiga yang utama di antara sekian banyak kompetisi yang mereka miliki, yaitu :

1. Kualifikasi teknis, yakni kopetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan.

2. Kemampuan admisistratif, yaitu persyaratan administrative yang paling dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengolakasikan waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif menjelimet (detailed).

3. Hubungan antarpribadi, suatu sifatyang paling penting adalah empathi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan diri dengan oranglain, berbagi akan perspektif dan perasaan mereka dengan seakan-akan mengalaminya sendiri (Nasution, 2004 : 128).

Peran yang manifes dari agen peubahan dapat dilihat dalam tiga perspektif, yaitu sebagai penggerak, perantara, dan penyelesai (accomplisher). Sebagai penggerak, peranan agen perubahan meliputi fungsi-fungsi fasilitator, penganalisa, dan pengembang kepemimpinan.

Hampir semua peranan yang manifes dari agen perubahan yang disebutkan di atas tadi mempunyai pasangan yang bersifat laten. Itu berarti selain fungsi-fungsi yang kelihatan secara nyata, agen perubahan juga memilki fungsi-fungsi yang laten, yaitu :

(30)

pengembangan masyarakat belajar mengajardan membangun nilai-nilai melalui hubungan-hubungan yang dipunyainya (Nasution, 2004 : 131).

Menurut Rogers dan Shoemaker setidak-tidaknya ada tujuh tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi yaitu :

1. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melekukan perubahan. 2. Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship). 3. Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

4. Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.

5. Menerjamahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata. 6. Menjaga kstabilan perubahan dan mencegah terjadinya dropout.

7. Mencapai suatu terminal hubungan (Nasution, 2004 : 133).

I.5.7. Tingkat Penerimaan Informasi

Penerimaan terhadap suatu informasidengan adanya inovasi baru oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang sejak lama telah meanti datangnya inovasi (karena sadar akan kebutuhannya). Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri kanannya dan setelah yakin benar akan keuntungan-keuntungan tertentu yang bakal diperoleh, baru mau menerima inivasi dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau menerima suatu inovasi atau ide-ide baru (Nasution, 1990 : 17).

Rogers dan Shoemaker (1971) mengelompokkan masyarakat penerima menjadi 5 lapisan :

(31)

2. Penerima dini (early adopter). Lapisan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh, tempat teman-temannya bertanya dan mendapatkan keterangan, serta merupakan orang-orang yang lebih maju disbanding orang sekelilingnya. 3. Mayoritas dini (early mayority). Yaitu orang-orang yang menerima suatu

inovasi selangkah lebih dahulu dari rata-rata kebanyakan orang lainnya.

4. Mayoritas belakangan (late mayority). Yakni orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang sekelilingnya salah menerima.

5. Laggards. Yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi. Dalam penerimaan suatu informasi terhadap suatu inovasi, biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang disebut tahap putusan inovasi, yaitu :

1. Tahap pengetahuan, tahap ini di mana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi.

2. Tahap bujukan, tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi,apakah ia menyukainya atau tidak.

3. Tahap putusan, tahap di mana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.

4. Tahap implementasi, tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya menganai suatu inovasi.

(32)

1.5.8. Komunikasi Persuasi

Persuasi merupakan bagian dari kehidupan kita setiap hari, maka usaha memahami dan menguasai persuasi baik teoritis maupun praktis agaknya merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda. Defenisi persuasi menurut :

1. Ronald L. Applbaum dan Karl W.E. Anatol

Persuasi adalah proses komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan (sengaja atau tidak sengaja) melalui cara verbal dan nonverbal untuk memeperoleh respons tertentu dari individu atau kelompok lain.

2. Winston Bremberk dan William Howell

Mendefenisiskan persussi sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif-motif orang ke arah tujuan yang sudah ditetapkan.

Dari beberapa defenisi yang dikutip di atas, tampaknya terdapat dua orientasi paradigmatis yang cukup menonjol diamati :

a. Ada rumusan-rumusan persuasi yang menitikberatkan pada orientasi sumber atau persuader. Orientasi paradigmatis ini memandang proses persuasi sebagai sesuatu yang linier dan satu arah. Kecenderungan orientasi ini melihat khalayak yang dipersuasi (Persuadee) sebagai benda yang tak berdaya, atau pasif, yang siap menerima manipulasi peran dari pada pembujuk, tanpa melibatkan konteks, dinamika, dan umpan balik penerima pesan.

(33)

balik, konteks, dan aktivitas si penerima pesan. Antara pemberi pesan dan penerima pesan terjadi proses saling memepengaruhi melalui interaksi dan interellasi antarsesama (Irianta, 1994 : V-VI).

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995 : 33).

Konsep adalah penggambara secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yaksi istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.

Dengan demikian, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas merupakan segala factor atau unsur yang menetukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah, sebagai akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain sama sekali tidak muncul (Nawawi, 1995 : 57).

(34)

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan sejumlah gejala ataupun faktor maupun unsur yang ada ataupun mincul, dipengaruhi, atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1995 : 57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Tingkat Penerimaan Informasi Teknologi Pertanian.”

c. Variabel Antara (Z)

Variabel antara merupakan variabel diantara variabel bebas dan variabel terikat. Berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas da terikat.

Variabel antara dalam penelitian ini adalah “Karateristik Responden.”

I.7. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1.7.1 Model Teoritis

Variabel Bebas (X)

Komunikasi Penyuluhan

Variabel Terikat (Y)

Tingkat Penerimaan Informasi Teknologi

Pertanian

Variabel Antara (Z)

(35)

I.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasionalisasi variabel yang berfungsi membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Penyuluhan

a. Frekuensi Berkomunikasi b. Metode Penyajian Pesan c. Jenis Pesan

d. Media Yang Digunakan

e. Waktu Tepat Dalam Berkomunikasi f. Suasana

2. Variabel Teriakat (Y)

Tingkat Peneriamaan Informasi Teknologi Pertanian

a. Tahap Pengetahuan b. Tahap Bujukan c. Tahap Putusan d. Tahap Implementasi e. Tahap Pemastian

3. Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

(36)

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian untuk mengetahui bagaimana caranya mengukur suatu variable dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variable yang sama. (Singarimbun, 1995 : 46).

Adapun defenisi operasional variable-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Komunikasi Penyuluhan)

a. Frekuensi Berkomunikasi

Komunikasi penyuliuhan rutin dilakukan di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat

b. Metode Penyajian Pesan

Beberapa metode atau cara yang digunakan dalam berkomunikasi kepada masyarakat yang berdomisili di kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.

c. Jenis Pesan

Inti pesan yang disampaikan oleh penyuluh. d. Waktu Yang Tepat Dalam Berkomunikasi

Memilih jam-jam yang tepat didalam berkomunikasi agar audiens tidak bosan untuk mengikuti penyuluhan tersebut

e. Suasana

Komunikasi penyuluhan akan dilakukan di lapangan atau di dalam ruangan agar kesannya non formal atau formal.

f. Media yang digunakan

(37)

2. Variabel Terikat (Tingkat Penerimaan Informasi Teknologi Pertanian)

a. Tahap pengetahuan, tahap ini di mana seseoarang sadar, tahu, bahwa, ada sesuatu inovasi.

b. Tahap bujukan, tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedan memebentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi, apakah ia menyukai atau tidak

c. Tahap putusan, Tahap di mana sesesorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.

d. Tahap implementasi, tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai suatu inovasi.

e. Tahap Pemastian, tahap seseorang memastikan atau mengkomfirmasikan putusan yang telah diambilnya.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

a. Usia, yaitu usia dari petani yang bertempat tinggal di kicamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat.

b. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria dan wanita yang akan dijadikan responden.

c. Pendidikan, yaitu pendidikan terakhir responden.

I.10. Hipotesa

(38)

(Bungin, 2001 : 90)

Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang keandalannya biasanya tidak diketahui. Dengan hipotesis, penelitian menjadi tidak mengembang, karena dibimbing oleh hipotesis tersebut.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara komunikasi penyuluhan dengan tingkat penerimaan informasi teknologi pertanian.

(39)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi Kelompok

II.1.1. Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Akan tetapi, kalau dinamika-dinamika kelompok merupakan suatu studi tentang berbagai aspek tingkah laku kelompok, maka komunikasi kelompok yang memusatkan perhatiannya pada proses komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil (Goldberg, 1985 : 7).

Perhatian para ahli komunikasi kelompok terdahulu terhadap teori sangatlah kecil. Walaupun sebagian besar dari mereka mengetahui bahwa teori yang mutlak diperlukan bagi pertumbuhan suatu disiplin ilmu, pengajar komunikasi kelompok terdahulu lebih mengutamakan segi penerapannya. Mereka hanya berusaha mencariatau mengembangkan prinsip tentang suatu diskusi yang baik, prinsip-prinsip yang akan menjadi patokan atau petunjuk bagi pengajar, pelatih, atau anggota-anggota kelompok diskusi dalam meningkatkan keterampilan diskusi (Goldberg, 1985 : 47-48).

(40)

perhatian beralih pada individu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an. Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan seperti diramalkan Steiner (1974) menjadi dominan pada pertengahan 1980-an.

Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif. Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideolog juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada prilaku kita.

Para ahli psikologi juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Di sisni, kita akan menjelaskan empat dikotomi, yaitu :

1. Kelompok Primer dan Skunder, 2. Ingroup dan Outgroup,

3. Kelompok Rujukan dan Keanggotaan, dan 4. Kelompok Deskriptif dan kelompok Prespektif (Rakhmat, 2001 : 141-147).

II.I.2. Proses-Proses Komunikasi Kelompok

(41)

bersamaan,sehingga sulit bagi seorang yang berpartisipasi dalam suatu sung begitu cepat serta saling berkait dan bertumpang tindih. Alasan lain ialah kemungkinan anda belum dilengkapi dengan konsep-konsepuntuk mengartikan setiap gejala yang ada, atau mungkin ada belum dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan konseptual yang memungkinkan anda melihat keseluruhan proses melalui sebagian komponen yang ada. Oleh karena itu, strategi kita dalam ini harus mencakup dua segi, yaitu :

1. Kita harus mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan mudah dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan dalam komunikasi kelompok.

2. Kita harus menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan kita mengorganisir pengamatan.

Dalam suatu penyelidikan lain, Scheidel dan Crowell memberi perhatian khusus pada kejadian-kejadian umpan balik (feedback events) yang terjadi dalam diskusi kelompok kecil. Dengan mengartikan kejadian-kejadian umpan balik sebagai “kejadian di mana komentar yang dilontarkan salah satu peserta (X) setelah didikuti oleh komentar yang dilontarkan peserta lain (Y), kemudian langsung diikuti lagi oleh komentar peserta pertama (X),” Peneliti-peneliti ini mendapatkan bahwa lebih kurang sepertiga dari keseluruhan interaksi terdidri dari kegiatan umpan balik. Pada saat terjadinya umpan balik, prosesnya ditandai oleh komentar tetapi tanda persetujuan atau komentar yang di arahkan pada aspek yang tidak terlalu penting akan isi diskusi. Proses umpan balik seolah-olah tidak mendorong anggota untuk merubah tujuan atau memperbaiki cara berpikir maupun melahirkan ide-ide.

(42)

1. Orientasi peneliti hubungan adalah menguraikan proses komunikasi kelompok dengan cara mengkategorikan pernyataan atau ucapan-ucapan anggota kelompok ke dalam berbagai “kelas” atau “tipe.” Pola hubungan yang berkaitan di antara berbagai kelas serta ucapan verbal kemudian dianalisis. 2. Gambaran yang secara random dan tidak dapat diduga dari proses komunikasi

kelompok yang timbul dalam penelitian hubungan tidak akan selalu cocok dengan penelitian yang telah menganut orientasi atau tingkatan analisis yang berbeda.

3. Tentang penelitian hubungan ialah walaupun ada kemungkinan bahwa kelas-kelas atau kategori-kategori ucapan anggota kelompok tidak berhubungan secara sistematis satu sama lain, paling tidak proses komunikasi kelompok agak lebih sistematis dan lebih dapat diperkirakan apabila seseorang merubah tingkatan analisisnya untuk memusatkan perhatian pada fase-fase yang dilalui kelompok dalam mendiskusikan suatu masalah (Goldberg, 1985 : 20-25).

II.I.3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok

II.I.3.1. Komunikasi Kelompok Deskriptif

(43)

1.Kelompok Tugas : Model Fisher

Aubrey Fisher meneliti tindak komunikasi kelompok tugas, dan menemukan bahwa kelompok melewati empat tahap :orientasi, konflik, pemunculan, dan peneguhan. Pada tahap pertama, setiap anggota berusaha saling mengenal, saling menangkap perasaan yang lain, mencoba menemukan peranan dan status. Ini adalah tahap pemetaan masalah. Pada tahap kedua, konflik terjadi peningkatan perbedaan di antara anggota Masing-masing berusaha mempertahankan posisinya. Terjadinya polarisasi dan kontraversi di antara anggota kelompok. Tindak komunikasi pada pendirian masing-masin, dan biasanya menghubungkan diri dengan pihak yang pro atau kontra. Pada tahap ketiga, pemunculan (emergence) orang yang negurangi tingkat polarisasi dan perbedaan pendapat. Di sini, anggota yang menentang usulan tertentu menjadi bersikap tidak jelas. Tindak komunikasi umumnya berupa ususlan-usulan yang ambigu. Pada tahap keempat, Peneguhan para anggota memperteguh konsensus kelompok. Mereka mulai memeberikan komentar tentang kerja sama yang baik dalam kelompok dan memeperkuat keputusan yang diambil oleh kelompok. Pernyataan umumnya bersifat positif dan melepaskan ketegangan.

2. Kelompok Pertemuan : Model Bennis dan Shepherd

(44)

dikemukakan, tetapi di sini kita akan mengambil model Bennis dan Shepherd, yang uraiannya kita kutip dari Cragan dan Wright (1980).

Dalam komunikasi kelompok pertemuan, dan menemukan bahwa kelompok melewati dua tahap, yaitu :

a. Kebergantungan pada otoritas b. Kebergantungan satu sama lain

3. Kelompok Pentadar : Model Chesebro, Cragan, dan McCullough

Pada tahun 1960-an di Amerika muncul gerakan emansipasi wanita yang radikal. Mereka membentuk kelompok-kelompok yang menggerakkan kelompok wanita yang menentang masyarakat yang didominasi pria. Diskusi kelompok mereka ikut serta menumbuhkan gerakan Women’s lib. Model mereka ini kemudian digunakan oleh gerakan radikal lainnya. Tahun 1978 dunia dikejutkan dengan bunuh dari masal 900 orang anggota Kuil Rakyat dari pendeta Jimmy Jones. Gerakan ini pun menggunakan komunikasi kelompok untuk menimbulkan kesadaran pada anggota-anggotanya. Pada tahun 1970 James Chesebro, John Cragan, dan Patricia McCullough melakukan studi lapangan di Minnesota tentang gerakan revolusioner kaum homoseksual. Dari penelitian inilah mereka merumuskan empat tahap perkembangna kelompok penyadar, antara lain :

a. Kesadaran diri akan identitas baru b. Identitas kelompok melalui polarisasi c. Menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok

(45)

II.I.3.2. Komunikasi Kelompok Prespektif

Berdasarkan uraian di atas, komunikasi kelompok dapat dipergunakan untuk menyelesaikan tugas, memecahkan persoalan, membuat keputusan, atau melahirkan gagaasan kreatif, memebantu petumbuhan kepribadian seperti dalam kelompok pertemuan, atau membangkitkan kesadaran sosial politik. Tidak terlalu salah kalau kita katakan bahwa komunikasi kelompok berfungsi sebagai katup pelepas perasaan tidak enak sampai pembuat gerakan revolusioner, sejak sekadar pengisi waktu sampai basis perubahan sosial. Berbagai komunikasi kelompok ini menurut formatnya dapat diklasifikasikan pada dua kelompok besar : privat dan publik (terbatas dan terbuka). Kelompok pertemuan (kelompok terapi), kelompok belajar, panitia, konferensi (rapat) adalah kelompok privat.Panel, wawancara terbuka (public interview). Forum, simposium termasuk kelompok publik.

Di sini kita akan mempergunakan format diskusi dari Cragan dan Wright (1980) : meja bundar, simposium, diskusi panel, macam-macam forum, kolokuium, dan prosedur parlementer. Dari sini kita menguraikan langkah-langkah rasional yang merupakan sistem agenda pemecahan masalah. Bab ini menjadi sangat lengkap bila kita menguraikan teknik-teknik diskusi; tetapi, ini tampaknya bukan lagi wilayah psikologi komunikasi (Rakhmat, 2001 : 175-180).

II.2. Komunikasi Penyuluhan

II.2.1. Pengertian komunikasi penyuluhan

(46)

baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang, dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu disain komunikasi penyuluhan.

Penyuluhan merupakan proses komunikasi. Sebab, pengertian komunikasi itu sendiri adalah sebuah proses dimana seorang individu (komunikator) menyampaikan lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk mempengaruhi tingkah laku komunikan. Akhirnya, penyuluhan boleh ditujukan untuk kegiatan mempengaruhi orang lain.Tetapi dengan pengenalan yang sangat singkat ini saja sebuah lembaga, kelompok atau pun individu tidak dapat begitu saja dengan mudah untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Banyak faktor yang mesti diperhatikan dan itu sangat dibutuhkan. Seperti perancang mode misalnya, modal pengetahuan dan keterampilan mengukur, memotong dan menjahit tidaklah cukup untuk menciptakan sebuah pakaian yang mahal. Sebab, hanya dengan kemampuan membuat kecocokan ukuran dan potongan serta rapih caranya menjahit si perancang masih belum dapat diperhitungkan. Tapi apa yang harus dipunyai seorang perancang mode agar karyanya dapat tersohor dan mampu mempengaruhi gaya mode dunia? Salah satu modal yang harus ia miliki adalah kemampuannya mengetahui siapa dan apa kebutuhan khalayaknya. Penghitungan waktu, suasana dan perubahan musim juga merupakan faktor yang harus ia kuasai.Demikian juga dengan penyuluhan, karena merupakan sebuah proses komunikasi maka kegiatan itu harus memperhatikan banyak hal agar dapat sukses dan mencapai sasaran.

(47)

bagaimana musuhnya si tentara hanya akan memperoleh gelar pahlawan anumerta tetapi tidak akan memperoleh kemenangan. Pun, setelah mengetahui siapa dan apa kebutuhan khalayak sebuah kegiatan penyuluhan tidak serta merta akan langsung langgeng dalam pelaksanaannya. Banyak aksesoris yang harus dilengkapi untuk mendekati khalayak itu.

Aksesoris tersebut diperlukan agar proses melakukan perubahan pengetahuan dan kesadaran dapat tercapai. Tetapi ini relatif, karena semua itu tergantung kepada keterampilan yang melakukan. Seorang penyuluh harus terampil mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah; komunikasi massa (cetak dan elektronik, komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi.

Semua media itu memiliki keunggulan dan kelemahan.Beberapa atau bahkan banyak orang yang bergiat pada masalah-masalah konservasi sumber daya alam masih memandang kegiatan penyuluhan sebagai sesuatu yang tidak populer. Banyak juga LSM-LSM yang bergerak di bidang konservasi di atas kertas masih mengutamakan hasil capaiannya pada berapa juta hektar kawasan hutan yang harus dikelola untuk kawasan pelestarian alam atau berapa juta spesies yang harus diselamatkan. Tetapi jutaan hektar hutan yang harus dikelola dan jutaan spesies yang harus diselamatkan itu tidak pernah dikomunikasikan kepada masyarakat. Sama seperti HPH yang hanya menjadi milik para pemodal, konservasi pun akhirnya hanya menjadi milik lembaga-lembaga dan orang-orang tertentu saja. Masyarakat adalah penonton yang resah dan objek yang empuk. www.conservation.or.id

(48)

komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutamaantara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pencapaian pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tersebut.

Dalam melakukan penyuluhan, factor penyampaian (baca : pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini :

8. Masalah yang dihadapi 9. Siapa yang akan disuluh

10.Apa tujuan (objectives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan 11.Pendekatan yang dicapai

12.Pengenbangan pesan

13.Metoda atau saluran yang digunakan

14.Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 10).

II.2.2. Tujuan Komunikasi Penyuluhan

Dalam perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

(49)

a. Perubahan tingkat pengetahuan

b. Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan c. Perubahan sikap

d. Perubahan motif tindakan 2. Tujuan Jangka Panjang

a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha denga cara-cara yang lebih baik.

b. Better business, berusaha yang lebih menguntungkan.

c. Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan utama telah tercapai.

II.2.3. Fungsi Komunikasi Penyuluhan

Karena itu maka penyuluhan pertama-pertama harus berfungsi memberikan jalan kepada para objek penyuluhan untuk mendapatkan kebutuha-kebutuhannya itu.

1. Fungsi penyuluh dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para petani agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya itu.

2. Menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek yang disuluh dengan pengetahuan teknologi utau umum yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan sehari-hari.

3. Sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh.

(50)

(Kartasapoetra, 1987 : 7-13).

II.2.4. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan

Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiaytan penyuluhan amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah “sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan dari kegiata penyuluhan, dan tujuan komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan penyuluhan tersebut. Tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan bagaimana jadinya pekerjaan kita itu nantinya.

a. Dukungan Komunikasi (Communication Support) Untuk Penyuluhan

Dukungan komunikasi (communication support) adalah penggunaan yang terkoordinir dari berbagai metoda komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian kepada, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap, suatu probelm tertentu. Apa pun masalah atau subyek yang akan disuluhkan, satu hal yang pasti adalah senantiasa diperlikan keterampilan berkomunikasi untuk dapat menyuluhkan dengan baik. Megapa demikian? Karena keterampilan berkomunikasi ini merupakan bekal dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain menyangkut bagaimana mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengarkan kita.

Dalam bidang komunkasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu perkakas komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud. Menurut Middleton dan Lin, 1975 ada beberapa prinsip penting dalam menyusun rencana komunikasi, yaitu :

(51)

2. Rencana yang disusun hendaklah fleksibel.

3. Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it.” b. Perlunya Disain Komunikasi Penyuluhan

Meskipun mungkin saja kita merasa telah lelah “siap” untuk menyuluh, namun kerap kali masih timbul keragu-raguan dalam hati, tentang “apakah penyuluhan yang akan kita lakukan itu nantinya berhasil atau tidak?”. Pertanyaan yang berikutnya adalah : “dapatkah khalayak yang disuluh memahami apa-apa yang disuluhkan itu”, “sungguh-sungguhkah mereka tertarik mendengarkan penyuluhan tersebut, ataukah hanya pura-pura mengikuti, padahal dalam hatinya tidak berminat sama sekali?’. Dan masih banyak lagi pertanyan lanjutan ynag menyangkut keinginan penyuluh agar kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia-sia, melainkan mencapai hasil seperti yang direncanakan.

c. Penyusunan rencana komunikasi penyuluhan

Sejumlah tahap yang harus ditempuh dalam menyususn rencana komunikasi untuk kegiatan penyuluhan adalah :

1. Menganalisis problem atau masalah yang dihadapi 2. Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi 3. Memilih media

4. Menentukan pendekatan yang digunakan 5. Memproduksi media

(Nasution, 1990 : 54-58).

II.2.5. Metode Komunikasi Penyuluhan

(52)

dibicarakan beberapa metode yang bisa digunakan agen penyuluhan untuk membantu petani membentuk pendapat dan mengambil keputusan. Pilihan agen penyuluhan terhadap metode sato metode tergantung pada tujuan khusus dan situasi kerjanya. Penyuluh juga harus memutuskan cara menggunakan metode ini. Gagasan yang disampaikan dalam hal ini membantu mereka dalam mengambil keputusan.

Metode penyuluhan media massa, kelompok, individu atau tahap-tahap pada gilirannya akan dibicarakan Media cetak dan elektronika seperti surat kabar, radio, dan televisi membantu penyuluh mencapai sejumlah besar objek yang akan disuluh secara serentak. Walaupun demikian, hanya sedikit kesempatan bagi objek yang akan disuluh untuk saling berinteraksi atau memeberikan umpan balik kepada penyuluh.Metode kelompok mencapai lebih sedikit objek yang akan disuluh, tetapi memberi banyak kesempatan untuk berinteraksi dan memperoleh umpan balik.

I. Media Massa

Jika memebicarakan penggunan media massa dalam penyuluhan, yang patut dipertimbangkan adalah peranannya dalam program penyuluhan, dan penggunaannya secara efektif. Yang penting adalah efek yang diharapkan, dan cara menggunakannya untuk menjamin agar arti pesan menjadi sejelas mungkn. Pilihan terhadap media massa yang digunakan, dan perbedaan antara media massa dan komunikasi antar pribadi juga akan dibahas secara singkat.

a. Pengaruh Media

(53)

proses-proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan pengirim mengalami distorsi. Proses-proses tersebut meliputi :

1. Publikasi selektif 2. Perhatian selektif 3. Persepsi selektif 4. Daya inget selektif 5. Penerimaan selektif 6. Diskusi slektif b. Cara Penyampaian

Publikasi teknis yang diterbitkan oleh dinas-dinas penyuluhan seharusnya disampaikan dalam bentuk yang mudah dimengerti (conprehensive). Penelitian di Jerman menunjukkan ada empat faktor dalam perwujudan “mudah dimengerti.” Diyakini bahwa penelitian selanjutnya akan membuktikan keempat faktor ini dapat diterapkan juga pada bahasa-bahasa lainnya. Keempat faktor itu adalah sebagai berikut :

1. Pergunakan bahasa yang sederhana

2. Susun dan rangkaikan perbedaan pendapat dengan jelas 3. Nyatakan hal-hal pokok dengan singkat

4. Jadikan tulisan menarik untuk dibaca c. Perbedaan berbagai media massa

(54)

1. Penambahan skala 2. Pengurangan skala 3. Sentuhan pribadi

II. Metode Kelompok

Metode penyuluhan kelompok lebih menguntungkan dari media massa, karena umpan balik yang lebih baik yang memungkinkan pengurangan salah pengertian yang bisa berkembang antara penyuluh dan objek yang akan disuluh. Interaksi ini memberi kesempatan untuk bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap prilaku dan norma para anggota kelompok. Metode kelompok satu sama lain berbeda di dalam kesempatan memperoleh umpan balik dan berinteraksi. Adapun jenis-jenis metode kelompok, yaitu :

1. Ceramah atau Pidato 2. Demostrasi

3. Diskusi kelompok

III. Penyuluhan Individu

(55)

II.2.6. Unsur-Unsur Komunikasi Penyuluhan

Apakah yang dimaksud drngan unsur-unsur penyuluhan tersebut....? Unsur-unsur penyuluhan yaitu semua Unsur-unsur (faktor yang terlibat, turut serta atau diikutsertakan kedalam kegiatan penyuluhan , antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya tidak dapat dipisahkan karena semuanya tunjang-menunjang dalam satu aktifitas. Unsur-unsur tersebut :

a. Penyuluh (Sumber) b. Sasaran Penyuluhan c. Metode Penyuluhan d. Media Penyuluhan e. Materi Penyuluhan f. Waktu Penyuluhan g. Tempat Penyuluhan (Kartasapoetra, 1987 : 44).

II.3. Teknologi Pertanian

II.3.1. Pengertian Teknologi Pertanian

(56)

Pertanian merupakan sektor yang menunjukkan keberhasilan dalam proses difusi teknologi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya teknologi pertanian yang digunakan oleh masyrakat. TTG merupakan salah satu bentuk teknologi yang dipakai untuk meningkatkan produk dari usaha kecil dan menengah, bahkan produk yang bersifat kerakyatan. TTG pada bidang pertanian adalah salah satu contoh dari jenis TTG tersebut, sehingga sudah selayaknya untuk dikembangkan. Hal ini mengingatkan sektor pertanian masih menduduki tempat strategis untuk mengimbangi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Terlebih hampir seluruh masyarakat Indonesia menggunakan beras sebagai makanan pokok. Lembaga yang dinilai telah berhasil melakukan proses difusi teknologi tepat guna bidang pertanian tersebut antara lain adalah instansi pemerintah (dalam hal ini Departemen Pertanian) dan instansi non-pemerintah, baik industri maupun LSM. Keberhasilan difusi teknologi pertanian di masyarakat, tidak terlepas dari menisme difusi yang digunakan lembaga pelaku difusi dalam mentransformasikan inovasinya.

Sudah menjadi ketetapan masyarakat dan bangsa Indonesia bahwa, untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, diperlukan suatu struktur ekonomi yang seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh.

Gambar

Gambar 1.7.1 Model Teoritis
tabel :
Tabel 1
Tabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara iklim komunikasi organisasi dan kinerja karyawan di Bank Bukopin Cabang Medan...

Pembahasan berisi tentang uraian dan penjelasan hasil tindakan kelas yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari kerja sama antara peneliti dengan guru

serta kurangnya komunikasi antara dokter-pasien, dokter-orang tua, dan orang tua-anak (pasien). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil topik pengaruh penyuluhan

Bab kelima berisi pembahasan hasil temuan, yang mana dalam bab ini peneliti menganalisa kesesuaian antara hasil penelitian dengan teori dalam kajian pustaka yang

Berdasarkan hasil penilitian yang penulis lakukan mengenai Komunikasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dalam Mensosialisasikan Penggunaan Teknologi

Hasil penelitian menunjukkan (1) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani adopter terhadap penyuluhan adalah mobilitas, intelegensi, tingkat keberanian berisiko,

Pembahasan penelitian nantinya berisi penyebab petani muslim di Desa Glagahagung menjual hasil panennya pada tengkulak, serta untuk mengetahui praktik jual beli

Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yang terjalin antara guru dengan