• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Peningkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Peningkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Si"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI PENYULUHAN ANTI NARKOBA DAN PENINGKATAN

KESADARAN

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat

Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

MARDIANDI 070904015

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Mardiandi

NIM : 070904015

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan

yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba

Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang

Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan)

DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

(Dra. Dayana, MSi) (Dra. Fatma Wardy Lubis, MA) NIP : 196007291987032002 Nip. 196298281987012001

a.n. DEKAN FISIP USU PEMBANTU DEKAN 1

(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Program “Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan yaitu kelas VII yang berjumlah 198 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 25% dari populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random

Sampling dan Purposive Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman dengan hasil 0.32 dengan menggunakan piranti lunak Statistical

Product and System Solution (SPSS) versi 17.0. Dan didukung dengan

menggunakan skala Guilford untuk melihat kuat lemahnya korelasional (hubungan) kedua variabel. Hasil yang didapatkan 0.32 berarti berada 0,20 – 0,39 yang menunjukkan hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, sebab hanya karena

ridho, rahmat, dan hidayah-Nya lah, peneliti mampu dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini yang tidak

sempurna, peneliti banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan

kemampuan, namun peneliti bersyukur dan berterima kasih kepada pihak-pihak

yang telah banyak memberikan perhatian dan dukungan serta bantuan dalam

penyelesaian skripsi ini hingga akhir. Maka, dalam kesempatan ini, peneliti ingin

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta di Padang, Bapak Indra Bakti, SE dan Ibu Hatniyeti

dan juga Keluarga tercinta ku di Denai, bapak Ikbal dan ibu Masriana yang

paling mengenal peneliti, mendoakan serta mendukung semua usaha peneliti

dalam kuliah dan skripsi di setiap waktu.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Dra. Dayana, MSi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

USU serta selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah banyak membantu

(5)

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros yang baik hati dan sabar membantu semua

urusan peneliti dalam penulisan skripsi ini.

7. Kak Hanim, Kak Puan dan seluruh staf Laboratorium Ilmu Komunikasi.

8. LSM PIMANSU, terimaksih atas semua bantuan dan waktunya.

9. Ibu Kepala Sekolah MAN 3 Medan yang telah bersedia memberikan izin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian di MAN 3 Medan.

10. Bapak dan Ibu MAN 3 Medan yang telah banyak membantu peneliti dalam

melakukan penelitian.

11. Seluruh siswa-siswi Keals 2 MAN 3 Medan yang telah bersedia untuk

bekerja sama dalam mengisi kuesioner penelitian.

12. Semua saudara – saudaraku yang tercinta kak siska, uni, putra, kak rina, kak

yuni, rio turatama harahap, kak fifit yang senagtiasa selalu memberi saya

semangat.

13. Kepada semua menejer McDonald’s Yuki Simpang Raya yang telah

memberikan izin untuk mnyelesaikan skripsi saya ini.

14. Semua teman-teman peneliti, Fazario, S.Sos yang telah banyak membantu

saya dalam membantu mengunakan SPPS, terimakasih banyak Fazario, Ema

Violita Pinem, S.Sos, Surya Hermanto, S.Sos, kak Ilma Tamsil, kak Flora

dan banyak lagi, dengan semangat yang tak tergoyahkan dan dorongan

terus-menerus dari kalian kepada peneliti.

15. Semua Teman – teman kost SARDUTI, 3 teman Wong Deso (Ira Elviana,

(6)

Deso sudah mau mendengarkan curhat ku salam ini sehingga saya mampu

bersemangat terus.

16. Keluarga, teman, sahabat, adik, seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi yang

telah memotivasi peneliti untuk menyelesaikan perkuliahan dan skripsi

dengan cepat dan hasil yang maksimal. Khusus mahasiswa Ilmu Komunikasi

2007 yang luar biasa telah memberikan hubungan persahabatan yang kuat

selama berkuliah dan kekompakan dalam segala hal yang tidak akan pernah

tergantikan

Peneliti menyadari sepenuhnya tulisan ini belum mencapai kesempurnaan,

namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan dengan

baik. Dengan segala kerendahan hati, peneliti bersedia untuk diberikan saran

maupun kritik yang bertujuan membangun penelitian peneliti agar lebih baik lagi.

Terima kasih.

Peneliti, Medan 2011

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... .iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 8

I.3 Pembatasan Masalah ... 8

I.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian... ... 9

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 34

II.1.2 Unsur – Unsur komunikasi ... 37

II.1.3 Proses komunikasi ... 39

II.1.4 Tujuan Komunikasi ... 40

II.1.5 Fungsi Komunikasi ... 40

II.2 Penyuluhan II.2.1 Pengertian Penyuluhan ... 41

II.2.2 Falsafah Penyuluhan ... 42

II.2.3 Faktor Pendukung efektifitas Penyuluhan ... 43

II.2.4 Tujuan Penyuluhan ... 45

(8)

II.2.6 Perencanaan Penyuluhan ... 46

II.3 Penyuluh Sebagai Agen Perubahan II.3.1 Pengertian Penyuluh Sebagai Agen Perubahan... 48

II.3.2 Kopetensi yang Diperlukan Agen Perubahan ... 48

II.3.3 Kualifikasi Dasar Agen Perubahan ... 48

II.3.4 Peran Utama Agen Perubahan ... 49

II.3.5 Tugas – Tugas Agen Perubahan ... 50

II.4 AIDDA II.4.1 Pengertian AIDDA ... 50

II.5 Narkoba II.5.1 Pengertian Narkoba... 52

II.6.2 Tiga Golongan Narkoba ... 53

II.6 Penyalahgunaan Narkoba II.6.1 Pengertian Penyalahgunaan Narkoba ... 55

II.6.2 Golongan Penyalahgunaan Narkoba ... 56

II.6.3 Faktor – Faktor Penyalahgunaan Narkoba... 56

II.7 Remaja II.7.1 Pengertian Remaja ... 57

II.7.2 Fase Perubahan Pada Remaja ... 57

II.8 Kesadaran II.8.1 Pengertian Kesadaran... 59

II.8.2 Tiga Tingkat Kesadaran ... 60

II.8.3 ManfaatKesadaran ... 61

II.8.4 Fungsi Kesadaran ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian.

III.1.1.5) Sarana Prasarana... 65

III.1.1.6) Tenaga Pengajar dan Pegawai Pada MAN 3Medan 2011 ... 66

III.1.1.7) Data Kesiswaan TP. 2010 – 11 ... 68

III.1.1.8) Status Kepemilikan, Luas Tanah dan Penguna ... 69

III.1.2) Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) III.1.2.1) Latar Belakang Pendirian ... 69

III.1.2.2) Visi ... 73

III.1.2.3) Misi ... 73

III.1.2.4) Program ... 74

III.1.2.5) Langkah –Langkah ... 77

III.1.2.6) Strategi ... 78

III.1.2.7) Pembiayaan dan Sumber Daya ... 79

(9)

III.1.2.8) Sekretariat PIMANSU ... 80

III.1.2.9) Kredebilitas PIMANSU Sebagai Suatu Lembaga ... 81

III.2 Populasi dan Sampel III.2.1 Populasi ... 85

III.2.2 Sampel ... 86

III.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 86

III.2.4 Purposive Sampling ... 88

III.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan (Field Research) ... 88

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) ... 88

III.4 Teknik Analisis Data a. Analisis Tabel Tunggal ... 89

b. Analisis Tabel Silang ... 89

c. Uji Hipotesis... 89

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengumpulan Data ... 92

IV.2 Pengolahan Data ... 92

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 93

IV.4 Analisis Tabel Silang ... 142

IV.5 Uji Hipotesis ... 151

IV.6 Pembahasan ... 152

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 156

V.2 Saran ... 167

(10)

DAFTAR TABEL

Tabe Halaman

1. Operasional variabel ... 28

2. Tenaga Pengajar dan Pegawai Man 3 Medan ... 66

3. Data Siswa MAN 3 Medan ... 68

4. Status Pemilikan, Luas Tanah dan Penggunaan ... 69

5. Populasi ... 86

6. Sampling ... 87

7. Jenis Kelamin ... 93

8. Usia ... 94

9. Kelas ... 95

10. Tanggapan Responden pada Keahlian/Kopetensi Penyuluh... 96

11. Pendapat Responden terhadap Sikap Penyuluh disaat Penyuluh dilakukan ... 97

12. Tujuan/ Maksud yang Disampaikan oleh Penyuluh... 98

13. Tanggapan Responden Mengenai Kepribadian dari Penyuluh ... 99

14. Dinamika yang Dibentuk dan Diciptakan Penyuluh disaat Penyuluhan Berlansung ...100

15. Tanggapan Tingkat Kesamaan (bahasa, agama, suku, daerah) yang Ada Pada Penyuluh Mampu Mempengaruhi Responden untuk Menyerap Informasi ...101

16. Tanggapan Responden Mengenal Penyuluh ...102

(11)

18. Tanggapan Responden Mengenai Penampilan Fisik Penyuluh ...104

19. Pendapat Responden dengan Rasa Percaya Diri Penyuluh ...105

20. Kemampuan Penyuluh untuk Bisa Mengerakan Hati Responden untuk

Tidak Menggunakan/Menghindari Narkoba ...106

21. Kemampuan Penyuluh untuk Memecahkan Persoalan Keragu –

Raguan Responden tentang Penyalahgunaan Narkoba ...107

22. Kemampuan Penyuluh dalam Merubah Keragu – Keraguan Responden

untuk Menjadi Keputusan Tetap untuk Tidak Memakai Narkoba ...108

23. Kemampu Penyuluh dalam Menempatkan Posisinya sebagai Peghubung

yang Baik antara LSM PIMANSU dengan Responden dalam

Memberikan Gagasan, Ide atau Cara untuk Mengatasi

Penyalahgunaan Narkoba ...109

24. Frekuensi Dialog atau Komunikasi Tatap Muka antara Penyuluh dengan

Responden ...110

25. Kemampuan Penyuluh dalam Menempatkan Dirinya pada Posisi

Responden ...111

26. Penyuluh saat Berkomunikasi Berbaur Akrab dan Hangat dengan

Responden ...112

27. Keterlibatan Responden disaat Informasi Disampaikan Penyuluh ...113

28. Tingkat Keseringan Penyuluh dalam Menggunakan Alat Bantu

Gambar/Slide/Filem/Pamlet ketika Memberikan Informasi

Penyuluhan ...114

29. Pemahaman Responden dengan Pesan – Pesan Gambar/Slide/Filem/Pamlet

(12)

30. Tingkat Pemahaman Reponden dengan Informasi yang Disampaikan

oleh Penyuluh ...116

31. Penjelasan yang Disampaikan Penyuluh Melalui Gerak – Gerik Anggota

Tubuh ...117

32. Ketertarikan Responden dengan Gagasan atau Ide dalam

Penyuluhan ...118

33. Tanggpan Responden dengan Gaya Bahasa yang Disampaikan oleh

Penyuluh ...119

34. Pemilihan Waktu yang Ditentukan PMANSU dengan Sekolah MAN 3

Medan ...120

35. Kesesuaian Lokasi atau Ruangan Penyuluhan Anti Narkoba ...121

36. Pengetahuan Dasar yang Dimilki Responden Mengenai Penyalahgunaan

Narkoba ...122

37. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui

Televisi ...123

38. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui Media

Cetak ...124

39. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui

Radio ...125

40. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui

Teman ...126

41. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui

Orang Tua ...127

(13)

Penyalahgunaan Narkoba ...128

43. Pengetahuan yang Dimilki Responden Mampu Menguatkan Responden

untuk Tidak Memakai Narkoba...129

44. Responden Memberikan Perhatian Besar pada Bahaya Penyalahgunaan

Narkoba ...130

45. Tingkat Perhatian Responden tentang Penyalahgunaan Narkoba ...131

46. Minat Responden untuk Mengerti tentang Bahaya Penyalahgunaan

Narkoba ...132

47. Minat Responden untuk Mencari Informasi yang Lebih Banyak Lagi

dan Lebih Lanjut Lagi tentang Bahaya Penyalahgunaan

Narkoba ...133

48. Pemahaman Responden Secara Keseluruhan dengan Apa yang Dimaksud

dengan Penyalahgunaan Narkoba...134

49. Responden Betul – Betul Memahami Maksud dari Penyalahgunaan

Narkoba ...135

50. Niat yang Dimiliki Responden untuk Tidak Memakai Narkoba...136

51. Niat yang Dimiliki Responden untuk Menyampaikan Informasi

Penyalahgunaan Narkoba Itu kepada Teman – Teman, Keluarga dan

Saudara – Saudara dan yang Lainya ...137

52. Perasaan Responden Setelah Mengetahui tentang Bahaya nya

Penyalahgunaan Narkoba ...138

53. Tingkat Kebencian Responden Diterhadap Penyalahgunaan

Narkoba ...139

(14)

Narkoba ...140

55. Pertimbangan yang Dimiliki oleh Responden untuk Tidak Memakai

Narkoba ...141

56. Hubungan Antara Tingkat Pemahaman Informasi Responden dengan

Tingkat Pengetahuan Responden yang Bertambah ...143

57. Hubungan Antara Hubungan Antara Kemampuan Penyuluh untuk

Memecahkan Persoalan Keragu - Raguan Responden tentang

Penyalahgunaan Narkoba dengan Pengetahuan yang Dimiliki responden

mampu Menguatkan responden untuk tidak Memakai Narkoba ...145

58. Hubungan Antara Penjelasan yang Disampaikan penyuluh Melalui

Gerak – Gerik anggota tubuh dengan Pemahaman Responden Secara

Keseluruhan dengan Apa yang imaksudkan dengan Penyalahgunaan

Narkoba ...148

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Program “Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan yaitu kelas VII yang berjumlah 198 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 25% dari populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random

Sampling dan Purposive Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman dengan hasil 0.32 dengan menggunakan piranti lunak Statistical

Product and System Solution (SPSS) versi 17.0. Dan didukung dengan

menggunakan skala Guilford untuk melihat kuat lemahnya korelasional (hubungan) kedua variabel. Hasil yang didapatkan 0.32 berarti berada 0,20 – 0,39 yang menunjukkan hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan

tidak menetap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh

pengaruh – pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks.

Melalui narkoba yang dapat membahayakan mereka karena bisa

menghancurkan masa remaja itu sendiri.

Remaja dilihat dari proses yang dialaminya dalam menuju kedewasaan

mempunyai sifat dinamis dan penuh gejolak-gejolak. Semua itu terjadi dalam

rangka penyesuian dirinya terhadap lingkungan dimana ia berada. Rasa ingin

tahu paling besar tanpa dibarengi dengan informasi dan pengetahuan yang cukup,

keinginan-keinginan untuk mencari jati diri dengan caranya sendiri merupakan

kondisi yang kondusif bagi remaja untuk terperosok dalam hal-hal yang

membahayakan dirinya termasuk keterlibatan dalam penyalahgunaan narkoba.

Sebagian besar yang menggunakan narkoba adalah remaja, dimana pada

awalnya berasal dari rasa ingin tahu dan sekedar coba-coba. Ada juga

yang menggunakan narkoba sebagai tempat pelariannya untuk dapat melupakan

sejenak masalah yang dihadapi. Mereka atau remaja yang baru saja sekali

menggunakan narkoba cenderung akan ketagihan, disinilah timbul berbagai

macam masalah.

Masalah yang timbul antara lain munculnya kepribadian adiksi, dapat

(18)

Sakaw yaitu putus obat dan meningkatnya kriminalitas yang bertujuan untuk

mendapatkan uang agar dapat membeli obat baru lagi, over dosis, kematian, dan

lain sebagainya.

Kondisi ini sering menimbulkan kebingungan dan keraguan pada diri

remaja, sehingga menimbulkan krisis identitas yang seringkali menjadi akar

permasalahan segala bentuk perilaku-perilaku yang menyimpang, salah satunya

adalah penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) yang dapat

menimbulkan ketergantungan bahkan kematian bagi penggunanya. Dalam

penanggulangannya tidak hanya dapat diatasi dengan menindak remaja itu sendiri,

tetapi harus disertai dengan usaha-usaha lain yang ditujukan pada lingkungan serta

peningkatan pemahaman terhadap narkoba itu sendiri.

Permasalahan narkoba belakangan ini menjadi isu yangg hangat di

tengah-tengah masyarakat, dimana korban yang berjatuhan tersebut adalah

akibat menggunakan bahan-bahan ini secara tidak benar, atau dengan kata lain

menyalahgunakan narkotika dan obat-obat terlarang semakin hari semakin

banyak.

Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pengguna narkoba sudah menjalar

pada usia muda, tidak sedikit mereka-mereka yang mulai menggunakan narkoba

masih duduk di bangku SD, SMP, dan SMU. Dapat dibayangkan bagaimana

nasib bangsa ini bila bibit mudanya sudah diracuni oleh narkoba.

Dilihat dari pengertian Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika

dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) itu sendiri adalah bahan/zat yang jika

dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun

(19)

seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan

psikologis.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).

Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan

dan penefitian. Tetapi karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk

coba-coba, ikut trend/gaya, lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. -

maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berianjut

akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga kecanduan.

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang

telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang

akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan

pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru,

hati dan ginjal.

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada

jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi

pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,

psikis maupun sosial seseorang.

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik

akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat

(tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa

(20)

dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk

membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

Penggunaan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan. Ketergantungan

terhadap narkoba ternyata tidak mudah diatasi. Meski cukup banyak remaja yang

berjuang untuk keluar dari ketergantungan narkoba, acap kali mereka jatuh

kembali. Oleh karena pergumulan di masa remaja, maka remaja mempunyai

kebutuhan sosialisasi yang seoptimal mungkin, serta dibutuhkan pengertian dan

dukungan orangtua dan keluarga dalam kerentanan di masa remaja.

Bila kebutuhan remaja kurang diperhatikan, maka remaja akan terjebak

dalam perkembangan pribadi yang "lemah", bahkan dapat dengan mudah

terjerumus ke dalam belenggu penyalahgunaan narkoba. Hingga sekarang,

penyalahgunaan narkoba semakin luas di masyarakat kita, terutama semakin

banyak di kalangan para remaja yang sifatnya ingin tahu dan ingin coba-coba.

Banyak alasan mengapa banyak yang terjerumus ke bahan terlarang dan

berbahaya ini kemudian tidak mampu melepaskan diri lagi. Alasannya antara lain

adalah hal ini sudah dianggap sebagai suatu gaya hidup masa ini, dibujuk orang

agar merasakan manfaatnya, ingin lari dari masalah yang ada, untuk merasakan

kenikmatan sesaat, ketergantungan dan tidak ada keinginan untuk berhenti dan

mungkin masih banyak alasan lainnya.

Adapun bagi remaja yang telah menggunakan diperlukan layanan yang

terpadu untuk membawa mereka kembali ke tengah masyarakat. Layanan tersebut

rumit dan memerlukan upaya jangka panjang, tetapi semua upaya itu patut kita

(21)

Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU)

adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang diresmikan tanggal 26 Mei

2000 oleh Gubernur Sumatera Utara H. T. Rizal Nurdin, beralamat di Jalan

Diponegoro No. 30 (Kantor Gubernur) Medan. PIMANSU merupakan salah satu

Lembaga Swadaya Masyarakat yang memilki program Pencehagan,

Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.

Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian adalah sekolah

MAN 3 Medan, sekolah yang pernah mengikuti program penyuluhan oleh

PIMANSU pada tanggal 04 Oktober 2010 lalu. Penyuluhan ini dilakukan

dengan tujuan agar para siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan ini adalah tidak lain

untuk mencegah semakin bertambahnya jumlah remaja yang menyalahgunakan

narkoba. Salah satu kegiatannya adalah memberikan pengetahuan dasar

mengenai penyalahgunaan narkoba secara menyeluruh dan juga

mendapatkan pengetahuan yang benar tentang bahaya narkoba dan juga lebih

menekankan pada dampak serta resiko dari penyalahgunaan narkoba sehingga

siswa/I sadara akan bahayanya penggunaan narkoba.

Penyuluhan adalah sesuatu yang menerangkan. Makna menerangkan

bukanlah secara fisik seperti cahaya lampu atau api yang memberi kekuatan sinar

yang dapat mengubah kondisi lingkungan sekitarnya dari gelap menjadi terang.

Tetapi penyuluhan yang dimaksud disini adalah kegiatan penyampaian atau

menerangkan pesan yang berisi informasi, gagasan, emosi dan keterampilan dari

satu lembaga, kelompok dan individu (komunikator) kepada lembaga, kelompok

dan individu lain (komunikan) dengan tujuan mengubah pengetahuan dan

(22)

Penyuluhan merupakan proses komunikasi. Sebab, pengertian komunikasi

itu sendiri adalah sebuah proses dimana seorang individu (komunikator)

menyampaikan lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk

mempengaruhi tingkah laku komunikan. Akhirnya, penyuluhan boleh ditujukan

untuk kegiatan mempengaruhi orang lain. Tetapi dengan pengenalan yang sangat

singkat saja sebuah lembaga, kelompok atau pun individu tidak dapat begitu saja

dengan mudah untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Banyak faktor yang mesti

diperhatikan dan itu sangat dibutuhkan.

Pada suatu proses penyuluhan dapat dikatan berhasil jika pesan atau

metode pembelajaran tersebut disampaiakn dengan proses komunikasi yang

jelas sehingga bagi kedua pihak yaitu komunikator dan komunikan memiliki

pemahaman yang sama. Cara – cara yang ditempuh dalam melakukan

penyuluhan umumnya memerlukan penyuluhan umumnya memerlukan

persiapan yang matang dalam menggunakan berbagai metode dan teknik

berkomunikasi. PIMANSU sendiri juga memilki metode penyuluhan yang

dianggap mampu atau efektif untuk membantu siswa/I dalam hal pemahaman

materi penyuluhan yang disampaikan, seperti mengumpulkan siswa/I kelas 2

MAN 3 Medan di aula sekolah dan diberikan penyuluhan akan hal – hal

mengenai narkoba.

Penyuluhan pada dasarnya diawali oleh kesadaran akan adanya kebutuhan

manusia untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu meningkatkan

kesejahteraan hidupnya. Karena itu, kegiatan penyuluhan pembangunan terus

menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi

(23)

menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan

kesejahteraan yang dicita-citakan.

Tujuan diadakannya penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku

sasarannya. Hal ini merupakan perwujudan dari : pengetahuan, kesadaran, sikap,

dan keterampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

dengan indera manusia. Dengan demikian, penyuluhan dapat diartikan sebagai

proses perubahan perilaku (pengetahuan, kesadaran, sikap, dan keterampilan) di

kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau, mampu melaksanakan

perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan

perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang ingin dicapai.

Penyuluhan merupan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana pola

perilaku manusia terbentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau

diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan menggantinya

dengan perilaku baru yang berakibat pada kualitas kehidupan yang lebih baik.

Melalui penyuluhan juga harus diupayakan tidak terciptanya

"ketergantungan" masyarakat kepada penyuluhnya. Penyuluh hanya sekadar

sebagai fasilitator dan dinamisator untuk memperlancar proses pembangunan

yang direncanakan. Dengan kata lain, melalui penyuluhan, ingin dicapai suatu

masyarakat yang memiliki pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan teknologi,

memiliki sikap yang progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap

sesuatu (informasi) yang baru, serta terampil dan mampu berswadaya untuk

mewujudkan keinginan dan harapan-harapannya demi tercapainya perbaikan

(24)

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari

segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya

nalar siswa/I, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian siawa/i

tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan,

tetapi siswa/I yang telah disuluh tersebut sadar akan bahayanya penyalahgunaan

narkoba.

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik

untuk meneliti sejauhmana pengaruh komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh

Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dengan

peningkatan kesadaran terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba pada Siswa/i

MAN 3 MEDAN”.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka

dirumuskan permasalahan adalah sebagai berikut : “Sejauhmana pengaruh

penyuluhan yang dilakukan oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba

Sumatera Utara (PIMANSU) dengan peningkatan kesadaran terhadap bahaya

penyalahgunaan narkoba pada Siswa/i MAN 3 MEDAN”.

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas yang dapat

mengaburkan penelitian, maka ditetapkan batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian terbatas pada kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Informasi

(25)

2. Kegiatan dimaksud dalam penelitian ini adalah “komunikasi penyuluhan

tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba di MAN 3 Medan”.

3. Obyek Penelitian adalah siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan yang ikut dalam

acara penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba pada tanggal

04 Oktober 2010

4. Penelitian dilaksanakan selama bulan Desember – Januari 2010.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Komunikasi Penyuluhan tentang

Penyalahguaan Narkoba yang dilakukan oleh PIMANSU di MAN 3

Medan.

b. Untuk mengetahui tingkatan kesadaran siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan

tentang Penyalahguaan Narkoba yang dilakukan oleh PIMANSU .

c. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi penyuluhan oleh PIMANSU

tentang penyalahgunaan narkoba terhadap tingkat kesadaran siswa/i

kelas 2 MAN 3 Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

bahan penelitian dan sumber bacaan mengenai bahaya

penyalahgunaan narkoba di lingkungan FISIP USU, khususnya

(26)

b. Secara praktis : Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi

siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan mengenai bahaya penyalahgunaan

narkoba.

c. Secara Teoritis : Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan

dan memperkaya khasanah pengetahuan tentang bahaya narkoba dan cara

pencegahannya.

I.5. Kerangka Teori

Dari defenisi teori, teori mempunyai peranan yang besar dalam riset, karena

teori mengandung tiga hal : pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar

konsep - konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori menerangkan secara

sistimatis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan

antarkonsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara

menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan

bagaimna bentuk hubungannya (Singarimbun, 1995:37).

Dalam setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan

berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah, untuk itu perlu disusun

kerangka teori yang memuat pokok – pokok fikir yang menggambarkan dari sudut

mana masalah penelitian akan disoroti (Hadari Nawawi,1998:39-40).

I.5.1. Komunikasi.

Istilah Komunikasi berpangkal pada perkataan latin (communis) yang

artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang

atau lebih. Komunikasi juga berasal dari kata bahasa Latin Communico yang

(27)

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang

tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan

“Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada

siapa dan apa pengaruhnya”.

Lain halnya dengan dengan Steven, justru ia mengajukan sebuah definisi

yang lebih luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi

aksi reaksi terhadap suatu obyek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang

atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat

karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu,

juga adalah peristiwa komunikasi.

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri menurut Book (dalam Changgara, 1998:19) pada studi

komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa :

“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (ISIAN)

Everett M. Rogers mendefisinisikan komunikasi adalah proses suatu ide

dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud

untuk mengubah tingkah laku mereka.

Menurut L. Tubbs dan Moss (Rakhmat,2005:13) komunikasi efektif

menimbulkan :

a. Pengertian

(28)

d. Hubungan sosial yang baik, dan

e. Tindakan

Dengan demikian dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan dengan atau tanpa perantara dengan tujuan untuk mengubah sikap,

pendapat dan prilaku komunikan.

I.5.2 Penyuluhan

Menurut Buford menyatakan bahwa : Penyuluhan berasal dari kata dasar

“suluh” atau obor, sekaligus sebagai terjemah dari kata “voorlichting” dapat

diartikan sebagai kegiatan peneraganatau memberikan terang bagi yang dalam

kegelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan

penerangan”. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas

pada member penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi

yang ingin disampaikan kepada kelompok – sasaran yang menerima manfaat

penuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar – benar memahaminya seperti

yang dimaksud oleh penyuluh atau juru penerangannya (Sukardi, 2004:15).

Menurut Margono slamet, penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu

pendidikan yang bersifat non formal yang bertujuan untuk membantu masyrakat /

petanimerubah prilakunya dalam hal penegtahuan, keterampilan dan sikap agar

mereka dapat memecahkan masalahnya yang dihadapinya guna mencapai

kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian Penyuluhan dapat diartikan sebagai

suatu sitem pendidikan yang bersifat non formal (di luar sekolah yang biasa) untuk

(29)

mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu meningkatkan kesejateraan

hidupnya (slamet, 2000:211 - 221).

Mardikanto (Yustina, 2003: 191) mencatat bahwa penyuluhan dapat diartikan

dengan berbagai pemahaman, seperti : (1) penyebarluasan (informasi), (2)

penerangan.penjelasan, (3) pendidikan non – formal (luar sekolah), (4) perubahan

perilaku, (5) rekayasa sosial, (6) pemasaran inovasi (teknik dan sosial), (7)

perubahan sosial (perilaku individu, nilai – nilai, hubungan antara individu,

kelambagaan dan lain - lain), dan (8) pemberdayaan masyarakat (community

empowerment), penguatan komunitas (community strengthening). Karena itu

penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk

memperdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar

bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan prilaku pada diri semua

stekeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses

pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan

partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi,, proses yang

dialami mereka yang siusul sejak mengetahui, memahami, meminati dan

kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata, adalah suatu proses

komunikasi. Dengan demikian kelihatanlah bagaimana pentingnya memenuhi

persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik.

Dalam melakukan penyuluhan, factor penyampaian (baca : pengkomunikasian)

hal – hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu itu penyuluhan

menuntut dipersiapkannya lebig dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan

(30)

a) Masalah yang dihadapin b) Siapa yang akan disuluh

c) Apa tujuan (objektives) yang hendak dicapai dari kegiatan penyuluhan d) Pendekatan yang dipakai

e) Pengembangan pesan

f) Metode/saluran yang digunakan

g) Sistem evaluasi yang “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 11)

Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud kongkrit

dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi serbaguna. Suatu

bidang yang berkembang pesat sejak penhujun decade 60-an. Dalam arti luas,

komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu

aktivitas pertukaran pesan secara timbale balik antar semua pihak yang terlibat

dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak

dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil

pencapaian penyuluhan yang berasal dari pihak yang memperkarasai dan

tunjukandapat memahami, menerima, dan berpratisipasi dalam melaksanakan

gagasan – gagasan yang disampaikam tersebut. (Nasution, 1990 : 10).

Barikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (sentiana, 2005 : 48 -

56) :

a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran : 1) Pendekatan perorangan (Personal approuch).

Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak

langsung. Metode ini dinilai sangat efektif karena dapat secara langsung

memecahkan masalah atas bimbingan penyuluhan, tetapi dari segi jumlah sasaran

yang dicapai metode ini kurang efektif. Metode ini biasanya dilakukan dengan

(31)

perorangan ini (Nasution, 1990 : 22 – 24) juga menyatakan seorang penyuluh

dituntut untuk memiliki : kemampuan empati, menciptakan situasi homophily

(penyuluhan dirasakan sama atau setara dengan khalayak yang dihadapi) dengan

khalayak dan menegkkan keserasian program.

2) Pendekatan kelompok (group approuch).

Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping

dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman

antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode

pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik, yang

termasuk dalam metode pendekatan kelompok ini di antaranya diskusi kelompok,

demonstrasi cara dan hasil, karyawisata, kursus dan lain – lain.

b. Media Penyuluhan

Media Penyuluhan adalah alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai

perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran

sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan

dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti bneda (sampel, model

tiruan), barang cetakan (brosur, poster,photo, leaflet, sheet), gambar

diproyeksikan (slide, film, film – strip, video, movie - film) dan lambing grafika

(grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi Penyuluhan

Materi Penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan

penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Pesan merupakan

seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan , nilai,

(32)

pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide dan nilai), symbol

yang digunakan (bahasa ataukata - kata) dan bentuk pesan (verbaldan nonverbal).

Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan sasaran dan dapat

memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan pengaturan waktu dan tempat yang tepat harus sesuai

situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam

mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus

terkesan tidak menggaggu dan merugikan sasaran.

I.5.3. Penyuluh sebagai Agen Perubahan

Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya

sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses

perubahan tersebut. Orang-orang itu, dalam pustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal

dengan sebutan Agent Of Change (Agen Perubahan). Pada penelitian ini yang

menjadi agen perubahan adalah PIMANSU. Menurut Havelock, agen perubahan

adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut

Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang

memengaruhi suatu putusaan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para

agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau

(33)

Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain

mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya

tarik (attractive), dan kekuatan (power). (Cangara, 2000: 95-100)

a. Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang

dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). James

McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat

bersumber dari kompetensi (competence), sikap (character), tujuan (intention),

kepribadian (personality), dan dinamika (dynamism).

Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang

dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran

dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya

maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan

memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan

apakah hal yang disaampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

Pengembangan kepercayaan (credibility) dapat dikembangkan melalui teori

Aristoteles. Menurut Hafied Changara (2007:91) teori tersebut adalah, “Ethos,

pathos dan logos. Ethos ialah karakter pribadinya. Pathos ialah pengendalian

emosi. Logos ialah kemampuan argumentasi”. Artinya, untuk mengembangkan

kepercayaan atau kredibilitas, seseorang harus mampu memperkuat karakter

pribadinya, mengendalikan emosinya dan memiliki kemampuan berargumentasi

(34)

b. Daya Tarik (Attractive)

Daya tarik adalah saalah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang

komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik (attractiveness) banyak

menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja

mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam

hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya

(physic).

Kesamaan di sini dimaksudkan bahwa orang bisa tertarik pada

komunikator karena adanya kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku,

daerah asal dan sebagainya. Dikenal maksudnya seorang komunikator adalah

seorang yang sudah lama dikenal oleh para khalayak. Disukai artinya komunikator

adalah orang yang disenangi dan disukai oleh khalayak. Fisik artinya seorang

komunikator akan dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik

yang baik dan menarik

c. Kekuatan (Power)

Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator

jika ia ingin memengaruhi orang lain. Hafied Changara (2007:95) mengemukakan

bahwa, “Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang

komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain”.

Agen – agen perubahan itu, menurut Rogers dan Shoemaker, berfungsi

sebagai merantai komunikasi antar dua (atau lebig) system sosial. Yaitu

menghubungkan antara suatu system sosial yang melopori perubahan tadi dengan

system sosial yang menjadi klien dalam usaha perubahan tersebut. Hal itu

(35)

1. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan

perubahan

2. Sebagai pemberi pemecahan persoalan

3. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses

pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta member petunujuk

bagaimana :

a. Mengenali dan merumuskan kebutuhan

b. Mendiagnosa permasalahn dan menentukan tujuan

c. Mendapatkan sumber – sumber yang relevan

d. Memilih atau menciptakan pemecahan masalah

e. Menyesuaikan dan merencanakan pertahapan pemecahan masalah

4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber – sumber yang di

perlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

I.5.4. AIDDA

Efektivitas penyampaikan pesan komunikasi bisnis, ditentukan oleh banyak

hal. Satu di antaranya, adalah efektivitas penyampaian pesan dengan cara menarik

perhatian komunikan. Untuk kepentingan ini, konsep AIDDA bisa kita terapkan.

Seperti yang disampaikan Wilbur Schram, the condition of success in

communication", yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan

agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan

(36)

A : Attention, pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga menarik.

I : Interest, pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada

pengalaman antar komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.

D : Desire, pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.

D :Decisision, pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh

kebutuhan komunikan.

A : Action, tindakan dari komunikan.

Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan, adalah bagaimana caranya

kita bisa harus bisa menarik perhatian komunikan. Buat supaya komunikan tertarik

untuk lebih ingin tahu mengenai isi pesannya.

Atau manakala kita menyampaikan pesan melalui televisi. Melaiui team

creative, harus bisa terkemas informasi yang sangat menarik. Karena ada

kecenderungan, komunikan saat ini, tiuak hanya butuh informasi, tetapi sesuatu

yang bisa sekaligus menghibur mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penyampaian pesan

harus diperhatikan attention, interest, desire, decisision, dan action sehingga

kegiatan komunikasi dapat mempengaruhi khalayak.

(aidda-is-attention-interest-desire.html).

I.5.5. Narkoba

Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif). Narkotika adalah zat

atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun

semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

(37)

menimbulkan ketergantungan. (Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang

Narkotika).

Psikotropika adalah Zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan

narkotika yang berkhasian psikoaktif, melalui pengaruh selektif pada susunan

syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika).

Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk kedalarn

golongan narkotika atau psikotropika, tetapi menimbulkan ketergantungan,

antara lain seperti alkohol, tembakau, sedatifhipnotika dan inhalansia.

Contoh – contoh Narkoba :

Narkotika golongan I ; yaitu Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk

kepentingan lainnya, seperti :

1. Tumbuhan Papaver Somniferum L dan semua bagiannya termasuk buah

dan jeraminya, kecuali bijinya.

2. Opium

3. Tumbuhan Coca, daun Coca, Cocaine mentah yaitu hasil pengolahan daun

Coca secara langsung.

4. Heroin, Morfhin (Putau)

5. Ganja

Narkotika golongan II ; yaitu narkotika yang mempunyai daya menimbulkan

ketergantungan menengah, dapat digunakan sebagai pilihan terakhir untuk tujuan

(38)

1. Morphine, yaitu alkaloida yang terdapat dalam opium, berupa serbuk

putih, digunakan dalam pengobatan sebagai penawar rasa sakit yang kuat

dalam operasi atau karena penyakit kanker.

2. Pentany

3. Exgonina

4. Petidine

Narkotika Golongan III ; adalah narkotika yang mempunyai daya

menimbulkan ketergantungan rendah, yang banyak digunakan dalam

pengobatan dan untuk tujuan ilmu pengetahuan seperti antara lain.

1. Codein, yaitu alkaloida berupa serbuk putih atau dalam bentuk tablet,

terkandung dalam opium atau sintesis dari morfine, digunakan

sebagai obat antitusif (peredam batuk).

2. Ethymorphunine, yaitu Narkoba atau obat bius adalah semua bahan obat

yang mempunyai efek kerja yang ada pada umumnya bersifat membius,

merangsang (meningkatkan semangat kegiatan), menimbulkan daya

khayal yang tinggi (halusinasi).

I.5.6. Remaja

Remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti remaja, tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Para ahli jiwa mempunyai anggapan yang berbeda

mengenai penetapan usia remaja. Mereka kata sepakat tentang batasan usia yang

jelas dan dapat disetujui bersama. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua

bagian yaitu. Awal masa remaja bermula dari usia 17 sampai 21 tahun. (Hurlock,

(39)

Perbedaan pendapat tentang usia remaja tidak akan mengurangi batas usia

pada masa remaja. Pada umumnya dinamakan masa remaja itu adalah berkisar

usia 13 sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 bagi pria.

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi

perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa

perubahan yang terjadi selama masa remaja.

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal

yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional

ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi

pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini

merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda

dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang

ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi

bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung

jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring

berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk

di awal-awal masa kuliah.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.

Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri

dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,

baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem

respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan,

(40)

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan

orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya

dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru

dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang

lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat

mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.

Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak

lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,

tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa

kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi

lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan

tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul

tanggung jawab tersebut. (ciri-ciri-masa-remaja.html).

I.5.7. Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba menimbulkan dampak antara lain, merusak

hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk

membedakan mana yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti sosial,

merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu

lintas, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya, baik kuantitatif maupun kualitatif

(41)

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis,

tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal

59, Undang-Undang No.5 Tahun 1997, tentang Psikotropika dan pasal 84, 85 dan

86, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang Narkotika.

I.5.8. Kesadaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran adalh suatu keadaan thu,

mengerti dan merasa. Dengan kata lain, kesadaran adalah suatu keadaan dimana

individu mengadakan pemahaman terhadap apa yang ditangkapnya melalui panca

indera yitu mengenal, mengerti, dan merasa tentang dirinya atau juga keadaan

sekitarnya.

Kesadaran adalah fikiran, perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka

atau disadari oleh individu kepada sesamanya dalam Iingkungannya yang

berupa rasa asing, rasa puas dan rasa benci dari pengetahuan yang dipaharni oleh

seseorang. (Koenjaraningrat, 1990:125).

Menurut Magnis Suseno (Koenjaraningrat, 1990:128), ada hubungan yang

erat antara kesadaran dan sikap moral, walaupun diakui bahwa keduanya tidak

identik. Kesadaran juga sangat berhubungan dengan semangat dan sikap yang

tetap dalam diri seseorang atau kelompok orang yang termuat didalamnya nilai –

nilai moral. Kesadaran mengandaikan adanya suatu kehendak batin sebagai

sebuah tuntunan kodrat yang harus direalisaskan dalamrangka pengembangan

pengetahuan.

Kesadaran merupakan bagian dari pengaruh kognitif yang ditimbulkan. Pada

(42)

tetapi adaanya kesadaran benlum tentu ada tindakan, sebab sebelumnya harus

didahului dengan adanya suatu pertimbangan yang disadari oleh perasaan emosi.

Sesudah fase itu disertai dengan adanya sikap yang pasti maka tibul lah tindakan.

Kesadaran adalah langkah awal dari terwujudnya mksud dan tujuan dari

pesan yang disampaikan oleh penyuluh bahaya penyalahgunaan narkoba.

Peningkatan kesadaran berarti kesadaran dimana seseorang tidak hanya

mengetahui masalah bahaya penyalahgunaan narkoba tetapi juga mewujudkan

penegtahuan dengan berusaha melakukan pencegahan sedini mungkin. Dengan

adanya penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba kiranya dapat menggugah

kesadaran para siswa/I akan pentingnya mengantisipasi dan mereduksi

peningkatan pengunaan penyalahgunaan narkoba.

I.6. Kerangka Konsep

Teori – teori yang dijadikan sebagai landasan pemikiran harus dapat

menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Konsep

adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah

dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,

keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

(singarimbun, 1995:33). Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab pendahulu

dari variabel lainnya (Kriyanto, 2008:21). Variabel bebas dalam penelitian

(43)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang

dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyantono,2008:21).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesadaran Remaja

3. Variabel Antara (Z)

Variabel Antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, atau

tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas

(Kriyantono,2008:21).Variabel antara berada diantara variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakter

responden.

e. Waktu dan Tempat

(44)

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, maka dapat dibuat operasional variabelnya untuk membentuk kesatuan dan

kesesuaiaan dalam penelitian. Adapun operasional dalam variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas X

Komunikasi Penyuluhan

Pemeberi pemecahan persoalan

Pemebantu proses perubahan

Penghubung

b. Metode Penyuluhan

Pendekatan perorangan : • Dialog lansung • Kemampuan empati

• Menciptakan situasi homophily

Pendekatan kelompok : • Diskusi kelompok c. Media Penyuluhan :

• Gambar atau slide d. Materi Penyuluhan

(45)

Makna (gagasan atau ide)

Symbol yang digunakan (bahasa atau kata - kata)

e. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Waktu

Minat untuk mengerti

Mengerti / Paham 3. Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

a. Usia

b. Jenis Kelamin c. Kelas

I.8. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel. Defenisi Operasional adalah suatu informasi

ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel

yang sama. (Singarimbun, 1995:46)

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai variabel-variabel diatas,

(46)

1. Variabel bebas (Komunikasi Penyuluhan)

a. Penyuluh (Komunikator)

Kredibilitas

Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan

yang dimiliki komunikator sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak.

• Kompetensi : penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah

yang dibahasnya

• Sikap : menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau

toleran dalam prinsip

• Tujuan : menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya

maksud yang baik atau tidak

• Kepribadian : menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi

yang hangat dan bersahabat

• Dinamika : dinamika menunjukkan apakah hal yang disaampaikan

itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

Daya Tarik

Daya tarik adalah adanya sesuatu hal yang memberi nilai lebih dan

ketertarikan kepada komunikator.

• Kesamaan : orang bisa tertarik pada komunikator karena adanya

kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan

sebagainya.

• Keakraban/dikenal baik : seorang komunikator adalah seorang yang

sudah lama dikenal oleh para khalayak

(47)

khalayak

• Fisiknya : seorang komunikator akan dapat diterima dengan baik

apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik.

Kekuatan

Kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh seorang komunikator dalam

memengaruhi orang lain.

Katalisator

Katalisator adalah mengerakkan masyarakat untuk melakukan

perubahan

Pemberi pemecaha persoalan

membantu dalam memecahkan masalah yang ada di dalam masyarakat

Memebantu proses perubahan

membantu dalam proses pemecahan masalah dalam penyebaran inovasi

serta member petunjuk

Penghubung

membentuk suatu hubungan dengan sumber – sumber yang diperlukan

untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Metode penyuluhan:

Pendekatan perorangan (personal approach) yaitu :

• Dialog langsung adalah merupakan suatu cara penyampaian

informasi yang dilakukan oleh komunikator/penyuluh secara

langsung/tatap muka kepada peserta penyuluhan.

• Kemampuan empati adalah kemampuan untuk memahami pikiran,

(48)

posisi, perasaan, tanpa kehilangan identitas diri, sikap, pribadi dan

kendali reaksi emosi terhadap pengalam orang lain.

• Menciptakan suasana homoplihy adalah kemampuan penyuluh

untuk menempatkan dirinya pada posisi Siswa/i yang disuluhnya.

Pendekatan Kelompok yaitu :

Diskusi Kelompok adalah merupakan suatu proses penyuluhan dimana

siswa/i akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan

pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama

.

c. Media Penyuluhan, terdiri dari :

Gambar atau slide, yaitu media penyuluhan yang mengandung tampilan pesan – pesan penyuluhan.

d. Materi Penyuluhan :

Pesan (verbal dan nonverbal), yaitu bentuk informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada peserta penyuluhan melalui tindakan atau

isyarat anggota tubuh dari petugas penyuluhan.

Makna (gagasan atau ide), yaitu gagasan atau ide dalam penyuluhan yang disampaikan oleh petugas penyuluh PIMANSU kepada siswa/I

MAN 3 Medan.

Simbol yang digunakan (bahasa dan kata - kata), yaitu gaya bahasa, cara berbicara, pilihan kata yang disampaikan oleh petugas

penyuluhan kepada peserta penyuluhan.

e. Waktu dan Tempat Penyuluhan :

(49)

melakukan penyuluhan pada siswa/I MAN 3 Medan.

Tempat adalah lokasi atau ruangan yang dipilih dan dipersiapkan PIMANSUuntuk melakukan penyuluhan.

b. Variabel Terikat (Tingkat Kesadaran) a. Pengetahuan yang terdiri dari :

Perhatian (attention) adalah adanya perhatian responden saat mengikuti penyuluhan yang berlangsung.

Minat untuk mengerti adalah suatu keadaan dimana responden mempunyai niat, kemauaan/keinginan untuk mengerti dengan informasi

yang didapatkan.

Mengerti/Pemahaman yaitu pengetahuan yang timbul dalam diri responden tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

b. Merasa yaitu apa yang dialami oleh hati atau batin responden ketika

pancaindera menaggapi sesuatu ; keadaan hati atau batin terhadap sesuatu ;

pertimbangan pikiran, hati, mengenal baik – buruk, salah – benar dan

sebagainya. Seperti perasaan senang, tidak senang, dan perasaan puas.

c. Pertimbangan yaitu perasaan emosi yang didahului sebelum adanya

tindakan, dimana keadaan untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan

bahaya penyalahgunaan narkoba.

c . Karakteristik Responden, terdiri dari

a. Usia : Usia responden saat mengisi kuesioner

b. Jenis kelamim : Jenis kelamin dari responden (wanita/pria)

(50)

I.9. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa

ditinggalkan, karena ia merupakan istrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi

dari teori atau proposisi, hipotesis lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap

untuk diuji secara empiris. (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan

yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji

kebenarannya (Nawawi,1991:44)

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho= Tidak terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan anti narkoba

dengan peningkatan kesadaran pada Siswa/i MAN 3 Medan.

Ha= Terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan anti narkoba dengan

(51)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Teori pada dasarnya adalah berfungsi untuk menjelaskan, serta memberi

pandangan terhadap sebuah permasalahan dan fenomena sosial yang akan dikaji,

Teori – teori yang digunakan dalam penelitian ini berguna untuk mendukung atau

menunjang dalam memecahkan suatu permasalahan pada penelitian ini. Teori –

teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Penyuluhan,

Penyuluh Sebagai Agen Perubahan, AIDDA, Narkoba, Remaja, Penyalahgunaan

Narkoba dan Kesadaran.

II.1. Komunikasi

1.1 Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi

dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatis.

Pengertian komunikasi secara umum

Pengertian komuniaksi secara umum dapat dilihat dari dua segi:

a. Pengertian komunikasi secara etimologis

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari

bahasa Latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communist.

Arti communist di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama

makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara

orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang

(52)

dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain

perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia

tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan

antara orang-orang itu tidak komunikatif. (Effendy, 2004: 3)

b. Pengertian komunikasi secara terminologis

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu

kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.

Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia

atau dalam bahasa asing human communication, yang sering pula disebut

komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai

singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau

komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang

bermasyarkat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua

orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.

(Effendy, 2004: 4).

Pengertian komunikasi secara paradigmatis

Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada

yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media

massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa,

misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spandoek, dan sebagainya.

Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional

Gambar

Tabel 1  Operasional Variabel
Tabel 3
Tabel 4
Tabel diatas menunjukkan bahwa siswa berjenis kelamin laki - laki
+7

Referensi

Dokumen terkait