KOMUNIKASI PENYULUHAN ANTI NARKOBA DAN PENINGKATAN
KESADARAN
(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat
Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun Oleh :
MARDIANDI 070904015
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Mardiandi
NIM : 070904015
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Judul : Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran
(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan
yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba
Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang
Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan)
DISETUJUI OLEH :
PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN
(Dra. Dayana, MSi) (Dra. Fatma Wardy Lubis, MA) NIP : 196007291987032002 Nip. 196298281987012001
a.n. DEKAN FISIP USU PEMBANTU DEKAN 1
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Program “Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan yaitu kelas VII yang berjumlah 198 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 25% dari populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random
Sampling dan Purposive Sampling.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman dengan hasil 0.32 dengan menggunakan piranti lunak Statistical
Product and System Solution (SPSS) versi 17.0. Dan didukung dengan
menggunakan skala Guilford untuk melihat kuat lemahnya korelasional (hubungan) kedua variabel. Hasil yang didapatkan 0.32 berarti berada 0,20 – 0,39 yang menunjukkan hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, sebab hanya karena
ridho, rahmat, dan hidayah-Nya lah, peneliti mampu dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini yang tidak
sempurna, peneliti banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan
kemampuan, namun peneliti bersyukur dan berterima kasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak memberikan perhatian dan dukungan serta bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini hingga akhir. Maka, dalam kesempatan ini, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta di Padang, Bapak Indra Bakti, SE dan Ibu Hatniyeti
dan juga Keluarga tercinta ku di Denai, bapak Ikbal dan ibu Masriana yang
paling mengenal peneliti, mendoakan serta mendukung semua usaha peneliti
dalam kuliah dan skripsi di setiap waktu.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.
3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Dra. Dayana, MSi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU serta selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah banyak membantu
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros yang baik hati dan sabar membantu semua
urusan peneliti dalam penulisan skripsi ini.
7. Kak Hanim, Kak Puan dan seluruh staf Laboratorium Ilmu Komunikasi.
8. LSM PIMANSU, terimaksih atas semua bantuan dan waktunya.
9. Ibu Kepala Sekolah MAN 3 Medan yang telah bersedia memberikan izin
kepada peneliti untuk melakukan penelitian di MAN 3 Medan.
10. Bapak dan Ibu MAN 3 Medan yang telah banyak membantu peneliti dalam
melakukan penelitian.
11. Seluruh siswa-siswi Keals 2 MAN 3 Medan yang telah bersedia untuk
bekerja sama dalam mengisi kuesioner penelitian.
12. Semua saudara – saudaraku yang tercinta kak siska, uni, putra, kak rina, kak
yuni, rio turatama harahap, kak fifit yang senagtiasa selalu memberi saya
semangat.
13. Kepada semua menejer McDonald’s Yuki Simpang Raya yang telah
memberikan izin untuk mnyelesaikan skripsi saya ini.
14. Semua teman-teman peneliti, Fazario, S.Sos yang telah banyak membantu
saya dalam membantu mengunakan SPPS, terimakasih banyak Fazario, Ema
Violita Pinem, S.Sos, Surya Hermanto, S.Sos, kak Ilma Tamsil, kak Flora
dan banyak lagi, dengan semangat yang tak tergoyahkan dan dorongan
terus-menerus dari kalian kepada peneliti.
15. Semua Teman – teman kost SARDUTI, 3 teman Wong Deso (Ira Elviana,
Deso sudah mau mendengarkan curhat ku salam ini sehingga saya mampu
bersemangat terus.
16. Keluarga, teman, sahabat, adik, seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi yang
telah memotivasi peneliti untuk menyelesaikan perkuliahan dan skripsi
dengan cepat dan hasil yang maksimal. Khusus mahasiswa Ilmu Komunikasi
2007 yang luar biasa telah memberikan hubungan persahabatan yang kuat
selama berkuliah dan kekompakan dalam segala hal yang tidak akan pernah
tergantikan
Peneliti menyadari sepenuhnya tulisan ini belum mencapai kesempurnaan,
namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan dengan
baik. Dengan segala kerendahan hati, peneliti bersedia untuk diberikan saran
maupun kritik yang bertujuan membangun penelitian peneliti agar lebih baik lagi.
Terima kasih.
Peneliti, Medan 2011
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
ABSTRAKSI ... ii
KATA PENGANTAR ... .iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 8
I.3 Pembatasan Masalah ... 8
I.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian... ... 9
BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 34
II.1.2 Unsur – Unsur komunikasi ... 37
II.1.3 Proses komunikasi ... 39
II.1.4 Tujuan Komunikasi ... 40
II.1.5 Fungsi Komunikasi ... 40
II.2 Penyuluhan II.2.1 Pengertian Penyuluhan ... 41
II.2.2 Falsafah Penyuluhan ... 42
II.2.3 Faktor Pendukung efektifitas Penyuluhan ... 43
II.2.4 Tujuan Penyuluhan ... 45
II.2.6 Perencanaan Penyuluhan ... 46
II.3 Penyuluh Sebagai Agen Perubahan II.3.1 Pengertian Penyuluh Sebagai Agen Perubahan... 48
II.3.2 Kopetensi yang Diperlukan Agen Perubahan ... 48
II.3.3 Kualifikasi Dasar Agen Perubahan ... 48
II.3.4 Peran Utama Agen Perubahan ... 49
II.3.5 Tugas – Tugas Agen Perubahan ... 50
II.4 AIDDA II.4.1 Pengertian AIDDA ... 50
II.5 Narkoba II.5.1 Pengertian Narkoba... 52
II.6.2 Tiga Golongan Narkoba ... 53
II.6 Penyalahgunaan Narkoba II.6.1 Pengertian Penyalahgunaan Narkoba ... 55
II.6.2 Golongan Penyalahgunaan Narkoba ... 56
II.6.3 Faktor – Faktor Penyalahgunaan Narkoba... 56
II.7 Remaja II.7.1 Pengertian Remaja ... 57
II.7.2 Fase Perubahan Pada Remaja ... 57
II.8 Kesadaran II.8.1 Pengertian Kesadaran... 59
II.8.2 Tiga Tingkat Kesadaran ... 60
II.8.3 ManfaatKesadaran ... 61
II.8.4 Fungsi Kesadaran ... 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian.
III.1.1.5) Sarana Prasarana... 65
III.1.1.6) Tenaga Pengajar dan Pegawai Pada MAN 3Medan 2011 ... 66
III.1.1.7) Data Kesiswaan TP. 2010 – 11 ... 68
III.1.1.8) Status Kepemilikan, Luas Tanah dan Penguna ... 69
III.1.2) Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) III.1.2.1) Latar Belakang Pendirian ... 69
III.1.2.2) Visi ... 73
III.1.2.3) Misi ... 73
III.1.2.4) Program ... 74
III.1.2.5) Langkah –Langkah ... 77
III.1.2.6) Strategi ... 78
III.1.2.7) Pembiayaan dan Sumber Daya ... 79
III.1.2.8) Sekretariat PIMANSU ... 80
III.1.2.9) Kredebilitas PIMANSU Sebagai Suatu Lembaga ... 81
III.2 Populasi dan Sampel III.2.1 Populasi ... 85
III.2.2 Sampel ... 86
III.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 86
III.2.4 Purposive Sampling ... 88
III.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan (Field Research) ... 88
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) ... 88
III.4 Teknik Analisis Data a. Analisis Tabel Tunggal ... 89
b. Analisis Tabel Silang ... 89
c. Uji Hipotesis... 89
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengumpulan Data ... 92
IV.2 Pengolahan Data ... 92
IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 93
IV.4 Analisis Tabel Silang ... 142
IV.5 Uji Hipotesis ... 151
IV.6 Pembahasan ... 152
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 156
V.2 Saran ... 167
DAFTAR TABEL
Tabe Halaman
1. Operasional variabel ... 28
2. Tenaga Pengajar dan Pegawai Man 3 Medan ... 66
3. Data Siswa MAN 3 Medan ... 68
4. Status Pemilikan, Luas Tanah dan Penggunaan ... 69
5. Populasi ... 86
6. Sampling ... 87
7. Jenis Kelamin ... 93
8. Usia ... 94
9. Kelas ... 95
10. Tanggapan Responden pada Keahlian/Kopetensi Penyuluh... 96
11. Pendapat Responden terhadap Sikap Penyuluh disaat Penyuluh dilakukan ... 97
12. Tujuan/ Maksud yang Disampaikan oleh Penyuluh... 98
13. Tanggapan Responden Mengenai Kepribadian dari Penyuluh ... 99
14. Dinamika yang Dibentuk dan Diciptakan Penyuluh disaat Penyuluhan Berlansung ...100
15. Tanggapan Tingkat Kesamaan (bahasa, agama, suku, daerah) yang Ada Pada Penyuluh Mampu Mempengaruhi Responden untuk Menyerap Informasi ...101
16. Tanggapan Responden Mengenal Penyuluh ...102
18. Tanggapan Responden Mengenai Penampilan Fisik Penyuluh ...104
19. Pendapat Responden dengan Rasa Percaya Diri Penyuluh ...105
20. Kemampuan Penyuluh untuk Bisa Mengerakan Hati Responden untuk
Tidak Menggunakan/Menghindari Narkoba ...106
21. Kemampuan Penyuluh untuk Memecahkan Persoalan Keragu –
Raguan Responden tentang Penyalahgunaan Narkoba ...107
22. Kemampuan Penyuluh dalam Merubah Keragu – Keraguan Responden
untuk Menjadi Keputusan Tetap untuk Tidak Memakai Narkoba ...108
23. Kemampu Penyuluh dalam Menempatkan Posisinya sebagai Peghubung
yang Baik antara LSM PIMANSU dengan Responden dalam
Memberikan Gagasan, Ide atau Cara untuk Mengatasi
Penyalahgunaan Narkoba ...109
24. Frekuensi Dialog atau Komunikasi Tatap Muka antara Penyuluh dengan
Responden ...110
25. Kemampuan Penyuluh dalam Menempatkan Dirinya pada Posisi
Responden ...111
26. Penyuluh saat Berkomunikasi Berbaur Akrab dan Hangat dengan
Responden ...112
27. Keterlibatan Responden disaat Informasi Disampaikan Penyuluh ...113
28. Tingkat Keseringan Penyuluh dalam Menggunakan Alat Bantu
Gambar/Slide/Filem/Pamlet ketika Memberikan Informasi
Penyuluhan ...114
29. Pemahaman Responden dengan Pesan – Pesan Gambar/Slide/Filem/Pamlet
30. Tingkat Pemahaman Reponden dengan Informasi yang Disampaikan
oleh Penyuluh ...116
31. Penjelasan yang Disampaikan Penyuluh Melalui Gerak – Gerik Anggota
Tubuh ...117
32. Ketertarikan Responden dengan Gagasan atau Ide dalam
Penyuluhan ...118
33. Tanggpan Responden dengan Gaya Bahasa yang Disampaikan oleh
Penyuluh ...119
34. Pemilihan Waktu yang Ditentukan PMANSU dengan Sekolah MAN 3
Medan ...120
35. Kesesuaian Lokasi atau Ruangan Penyuluhan Anti Narkoba ...121
36. Pengetahuan Dasar yang Dimilki Responden Mengenai Penyalahgunaan
Narkoba ...122
37. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui
Televisi ...123
38. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui Media
Cetak ...124
39. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui
Radio ...125
40. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui
Teman ...126
41. Tingkat Keseringan Responden Mendapatkan Infomasi Melalaui
Orang Tua ...127
Penyalahgunaan Narkoba ...128
43. Pengetahuan yang Dimilki Responden Mampu Menguatkan Responden
untuk Tidak Memakai Narkoba...129
44. Responden Memberikan Perhatian Besar pada Bahaya Penyalahgunaan
Narkoba ...130
45. Tingkat Perhatian Responden tentang Penyalahgunaan Narkoba ...131
46. Minat Responden untuk Mengerti tentang Bahaya Penyalahgunaan
Narkoba ...132
47. Minat Responden untuk Mencari Informasi yang Lebih Banyak Lagi
dan Lebih Lanjut Lagi tentang Bahaya Penyalahgunaan
Narkoba ...133
48. Pemahaman Responden Secara Keseluruhan dengan Apa yang Dimaksud
dengan Penyalahgunaan Narkoba...134
49. Responden Betul – Betul Memahami Maksud dari Penyalahgunaan
Narkoba ...135
50. Niat yang Dimiliki Responden untuk Tidak Memakai Narkoba...136
51. Niat yang Dimiliki Responden untuk Menyampaikan Informasi
Penyalahgunaan Narkoba Itu kepada Teman – Teman, Keluarga dan
Saudara – Saudara dan yang Lainya ...137
52. Perasaan Responden Setelah Mengetahui tentang Bahaya nya
Penyalahgunaan Narkoba ...138
53. Tingkat Kebencian Responden Diterhadap Penyalahgunaan
Narkoba ...139
Narkoba ...140
55. Pertimbangan yang Dimiliki oleh Responden untuk Tidak Memakai
Narkoba ...141
56. Hubungan Antara Tingkat Pemahaman Informasi Responden dengan
Tingkat Pengetahuan Responden yang Bertambah ...143
57. Hubungan Antara Hubungan Antara Kemampuan Penyuluh untuk
Memecahkan Persoalan Keragu - Raguan Responden tentang
Penyalahgunaan Narkoba dengan Pengetahuan yang Dimiliki responden
mampu Menguatkan responden untuk tidak Memakai Narkoba ...145
58. Hubungan Antara Penjelasan yang Disampaikan penyuluh Melalui
Gerak – Gerik anggota tubuh dengan Pemahaman Responden Secara
Keseluruhan dengan Apa yang imaksudkan dengan Penyalahgunaan
Narkoba ...148
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Program “Komunikasi Penyuluhan Anti Narkoba dan Penigkatan Kesadaran (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) Terhadap Tingkat Kesadaran Tentang Narkoba Pada Siswa/I MAN 3 Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan yaitu kelas VII yang berjumlah 198 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 25% dari populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random
Sampling dan Purposive Sampling.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman dengan hasil 0.32 dengan menggunakan piranti lunak Statistical
Product and System Solution (SPSS) versi 17.0. Dan didukung dengan
menggunakan skala Guilford untuk melihat kuat lemahnya korelasional (hubungan) kedua variabel. Hasil yang didapatkan 0.32 berarti berada 0,20 – 0,39 yang menunjukkan hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh Komunikasi Penyuluhan Anti Naroba oleh PIMANSU terhadap Tingkat Kesadaran Siswa/I MAN 3 Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan
tidak menetap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh
pengaruh – pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks.
Melalui narkoba yang dapat membahayakan mereka karena bisa
menghancurkan masa remaja itu sendiri.
Remaja dilihat dari proses yang dialaminya dalam menuju kedewasaan
mempunyai sifat dinamis dan penuh gejolak-gejolak. Semua itu terjadi dalam
rangka penyesuian dirinya terhadap lingkungan dimana ia berada. Rasa ingin
tahu paling besar tanpa dibarengi dengan informasi dan pengetahuan yang cukup,
keinginan-keinginan untuk mencari jati diri dengan caranya sendiri merupakan
kondisi yang kondusif bagi remaja untuk terperosok dalam hal-hal yang
membahayakan dirinya termasuk keterlibatan dalam penyalahgunaan narkoba.
Sebagian besar yang menggunakan narkoba adalah remaja, dimana pada
awalnya berasal dari rasa ingin tahu dan sekedar coba-coba. Ada juga
yang menggunakan narkoba sebagai tempat pelariannya untuk dapat melupakan
sejenak masalah yang dihadapi. Mereka atau remaja yang baru saja sekali
menggunakan narkoba cenderung akan ketagihan, disinilah timbul berbagai
macam masalah.
Masalah yang timbul antara lain munculnya kepribadian adiksi, dapat
Sakaw yaitu putus obat dan meningkatnya kriminalitas yang bertujuan untuk
mendapatkan uang agar dapat membeli obat baru lagi, over dosis, kematian, dan
lain sebagainya.
Kondisi ini sering menimbulkan kebingungan dan keraguan pada diri
remaja, sehingga menimbulkan krisis identitas yang seringkali menjadi akar
permasalahan segala bentuk perilaku-perilaku yang menyimpang, salah satunya
adalah penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) yang dapat
menimbulkan ketergantungan bahkan kematian bagi penggunanya. Dalam
penanggulangannya tidak hanya dapat diatasi dengan menindak remaja itu sendiri,
tetapi harus disertai dengan usaha-usaha lain yang ditujukan pada lingkungan serta
peningkatan pemahaman terhadap narkoba itu sendiri.
Permasalahan narkoba belakangan ini menjadi isu yangg hangat di
tengah-tengah masyarakat, dimana korban yang berjatuhan tersebut adalah
akibat menggunakan bahan-bahan ini secara tidak benar, atau dengan kata lain
menyalahgunakan narkotika dan obat-obat terlarang semakin hari semakin
banyak.
Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pengguna narkoba sudah menjalar
pada usia muda, tidak sedikit mereka-mereka yang mulai menggunakan narkoba
masih duduk di bangku SD, SMP, dan SMU. Dapat dibayangkan bagaimana
nasib bangsa ini bila bibit mudanya sudah diracuni oleh narkoba.
Dilihat dari pengertian Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika
dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) itu sendiri adalah bahan/zat yang jika
dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun
seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan
psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan
dan penefitian. Tetapi karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk
coba-coba, ikut trend/gaya, lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. -
maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berianjut
akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga kecanduan.
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang
telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang
akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru,
hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada
jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis maupun sosial seseorang.
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik
akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat
(tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa
dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
Penggunaan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan. Ketergantungan
terhadap narkoba ternyata tidak mudah diatasi. Meski cukup banyak remaja yang
berjuang untuk keluar dari ketergantungan narkoba, acap kali mereka jatuh
kembali. Oleh karena pergumulan di masa remaja, maka remaja mempunyai
kebutuhan sosialisasi yang seoptimal mungkin, serta dibutuhkan pengertian dan
dukungan orangtua dan keluarga dalam kerentanan di masa remaja.
Bila kebutuhan remaja kurang diperhatikan, maka remaja akan terjebak
dalam perkembangan pribadi yang "lemah", bahkan dapat dengan mudah
terjerumus ke dalam belenggu penyalahgunaan narkoba. Hingga sekarang,
penyalahgunaan narkoba semakin luas di masyarakat kita, terutama semakin
banyak di kalangan para remaja yang sifatnya ingin tahu dan ingin coba-coba.
Banyak alasan mengapa banyak yang terjerumus ke bahan terlarang dan
berbahaya ini kemudian tidak mampu melepaskan diri lagi. Alasannya antara lain
adalah hal ini sudah dianggap sebagai suatu gaya hidup masa ini, dibujuk orang
agar merasakan manfaatnya, ingin lari dari masalah yang ada, untuk merasakan
kenikmatan sesaat, ketergantungan dan tidak ada keinginan untuk berhenti dan
mungkin masih banyak alasan lainnya.
Adapun bagi remaja yang telah menggunakan diperlukan layanan yang
terpadu untuk membawa mereka kembali ke tengah masyarakat. Layanan tersebut
rumit dan memerlukan upaya jangka panjang, tetapi semua upaya itu patut kita
Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU)
adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang diresmikan tanggal 26 Mei
2000 oleh Gubernur Sumatera Utara H. T. Rizal Nurdin, beralamat di Jalan
Diponegoro No. 30 (Kantor Gubernur) Medan. PIMANSU merupakan salah satu
Lembaga Swadaya Masyarakat yang memilki program Pencehagan,
Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian adalah sekolah
MAN 3 Medan, sekolah yang pernah mengikuti program penyuluhan oleh
PIMANSU pada tanggal 04 Oktober 2010 lalu. Penyuluhan ini dilakukan
dengan tujuan agar para siswa/I kelas 2 MAN 3 Medan ini adalah tidak lain
untuk mencegah semakin bertambahnya jumlah remaja yang menyalahgunakan
narkoba. Salah satu kegiatannya adalah memberikan pengetahuan dasar
mengenai penyalahgunaan narkoba secara menyeluruh dan juga
mendapatkan pengetahuan yang benar tentang bahaya narkoba dan juga lebih
menekankan pada dampak serta resiko dari penyalahgunaan narkoba sehingga
siswa/I sadara akan bahayanya penggunaan narkoba.
Penyuluhan adalah sesuatu yang menerangkan. Makna menerangkan
bukanlah secara fisik seperti cahaya lampu atau api yang memberi kekuatan sinar
yang dapat mengubah kondisi lingkungan sekitarnya dari gelap menjadi terang.
Tetapi penyuluhan yang dimaksud disini adalah kegiatan penyampaian atau
menerangkan pesan yang berisi informasi, gagasan, emosi dan keterampilan dari
satu lembaga, kelompok dan individu (komunikator) kepada lembaga, kelompok
dan individu lain (komunikan) dengan tujuan mengubah pengetahuan dan
Penyuluhan merupakan proses komunikasi. Sebab, pengertian komunikasi
itu sendiri adalah sebuah proses dimana seorang individu (komunikator)
menyampaikan lambang-lambang tertentu, biasanya berbentuk verbal untuk
mempengaruhi tingkah laku komunikan. Akhirnya, penyuluhan boleh ditujukan
untuk kegiatan mempengaruhi orang lain. Tetapi dengan pengenalan yang sangat
singkat saja sebuah lembaga, kelompok atau pun individu tidak dapat begitu saja
dengan mudah untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Banyak faktor yang mesti
diperhatikan dan itu sangat dibutuhkan.
Pada suatu proses penyuluhan dapat dikatan berhasil jika pesan atau
metode pembelajaran tersebut disampaiakn dengan proses komunikasi yang
jelas sehingga bagi kedua pihak yaitu komunikator dan komunikan memiliki
pemahaman yang sama. Cara – cara yang ditempuh dalam melakukan
penyuluhan umumnya memerlukan penyuluhan umumnya memerlukan
persiapan yang matang dalam menggunakan berbagai metode dan teknik
berkomunikasi. PIMANSU sendiri juga memilki metode penyuluhan yang
dianggap mampu atau efektif untuk membantu siswa/I dalam hal pemahaman
materi penyuluhan yang disampaikan, seperti mengumpulkan siswa/I kelas 2
MAN 3 Medan di aula sekolah dan diberikan penyuluhan akan hal – hal
mengenai narkoba.
Penyuluhan pada dasarnya diawali oleh kesadaran akan adanya kebutuhan
manusia untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Karena itu, kegiatan penyuluhan pembangunan terus
menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi
menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan
kesejahteraan yang dicita-citakan.
Tujuan diadakannya penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku
sasarannya. Hal ini merupakan perwujudan dari : pengetahuan, kesadaran, sikap,
dan keterampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
dengan indera manusia. Dengan demikian, penyuluhan dapat diartikan sebagai
proses perubahan perilaku (pengetahuan, kesadaran, sikap, dan keterampilan) di
kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau, mampu melaksanakan
perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan
perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang ingin dicapai.
Penyuluhan merupan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana pola
perilaku manusia terbentuk, bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau
diubah sehingga mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan menggantinya
dengan perilaku baru yang berakibat pada kualitas kehidupan yang lebih baik.
Melalui penyuluhan juga harus diupayakan tidak terciptanya
"ketergantungan" masyarakat kepada penyuluhnya. Penyuluh hanya sekadar
sebagai fasilitator dan dinamisator untuk memperlancar proses pembangunan
yang direncanakan. Dengan kata lain, melalui penyuluhan, ingin dicapai suatu
masyarakat yang memiliki pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan teknologi,
memiliki sikap yang progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap
sesuatu (informasi) yang baru, serta terampil dan mampu berswadaya untuk
mewujudkan keinginan dan harapan-harapannya demi tercapainya perbaikan
Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari
segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya
nalar siswa/I, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian siawa/i
tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan,
tetapi siswa/I yang telah disuluh tersebut sadar akan bahayanya penyalahgunaan
narkoba.
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik
untuk meneliti sejauhmana pengaruh komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh
Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) dengan
peningkatan kesadaran terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba pada Siswa/i
MAN 3 MEDAN”.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka
dirumuskan permasalahan adalah sebagai berikut : “Sejauhmana pengaruh
penyuluhan yang dilakukan oleh Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba
Sumatera Utara (PIMANSU) dengan peningkatan kesadaran terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba pada Siswa/i MAN 3 MEDAN”.
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas yang dapat
mengaburkan penelitian, maka ditetapkan batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian terbatas pada kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Informasi
2. Kegiatan dimaksud dalam penelitian ini adalah “komunikasi penyuluhan
tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba di MAN 3 Medan”.
3. Obyek Penelitian adalah siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan yang ikut dalam
acara penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba pada tanggal
04 Oktober 2010
4. Penelitian dilaksanakan selama bulan Desember – Januari 2010.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Komunikasi Penyuluhan tentang
Penyalahguaan Narkoba yang dilakukan oleh PIMANSU di MAN 3
Medan.
b. Untuk mengetahui tingkatan kesadaran siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan
tentang Penyalahguaan Narkoba yang dilakukan oleh PIMANSU .
c. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi penyuluhan oleh PIMANSU
tentang penyalahgunaan narkoba terhadap tingkat kesadaran siswa/i
kelas 2 MAN 3 Medan.
I.4.2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
bahan penelitian dan sumber bacaan mengenai bahaya
penyalahgunaan narkoba di lingkungan FISIP USU, khususnya
b. Secara praktis : Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
siswa/i kelas 2 MAN 3 Medan mengenai bahaya penyalahgunaan
narkoba.
c. Secara Teoritis : Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan
dan memperkaya khasanah pengetahuan tentang bahaya narkoba dan cara
pencegahannya.
I.5. Kerangka Teori
Dari defenisi teori, teori mempunyai peranan yang besar dalam riset, karena
teori mengandung tiga hal : pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar
konsep - konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori menerangkan secara
sistimatis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan
antarkonsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara
menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan
bagaimna bentuk hubungannya (Singarimbun, 1995:37).
Dalam setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan
berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah, untuk itu perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok – pokok fikir yang menggambarkan dari sudut
mana masalah penelitian akan disoroti (Hadari Nawawi,1998:39-40).
I.5.1. Komunikasi.
Istilah Komunikasi berpangkal pada perkataan latin (communis) yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Komunikasi juga berasal dari kata bahasa Latin Communico yang
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang
tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
“Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada
siapa dan apa pengaruhnya”.
Lain halnya dengan dengan Steven, justru ia mengajukan sebuah definisi
yang lebih luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi
aksi reaksi terhadap suatu obyek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang
atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seseorang berlindung pada suatu tempat
karena diserang badai, atau kedipan mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu,
juga adalah peristiwa komunikasi.
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan diri menurut Book (dalam Changgara, 1998:19) pada studi
komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa :
“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (ISIAN)
Everett M. Rogers mendefisinisikan komunikasi adalah proses suatu ide
dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka.
Menurut L. Tubbs dan Moss (Rakhmat,2005:13) komunikasi efektif
menimbulkan :
a. Pengertian
d. Hubungan sosial yang baik, dan
e. Tindakan
Dengan demikian dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan dengan atau tanpa perantara dengan tujuan untuk mengubah sikap,
pendapat dan prilaku komunikan.
I.5.2 Penyuluhan
Menurut Buford menyatakan bahwa : Penyuluhan berasal dari kata dasar
“suluh” atau obor, sekaligus sebagai terjemah dari kata “voorlichting” dapat
diartikan sebagai kegiatan peneraganatau memberikan terang bagi yang dalam
kegelapan. Sehingga, penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan
penerangan”. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas
pada member penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi
yang ingin disampaikan kepada kelompok – sasaran yang menerima manfaat
penuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar – benar memahaminya seperti
yang dimaksud oleh penyuluh atau juru penerangannya (Sukardi, 2004:15).
Menurut Margono slamet, penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu
pendidikan yang bersifat non formal yang bertujuan untuk membantu masyrakat /
petanimerubah prilakunya dalam hal penegtahuan, keterampilan dan sikap agar
mereka dapat memecahkan masalahnya yang dihadapinya guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian Penyuluhan dapat diartikan sebagai
suatu sitem pendidikan yang bersifat non formal (di luar sekolah yang biasa) untuk
mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu meningkatkan kesejateraan
hidupnya (slamet, 2000:211 - 221).
Mardikanto (Yustina, 2003: 191) mencatat bahwa penyuluhan dapat diartikan
dengan berbagai pemahaman, seperti : (1) penyebarluasan (informasi), (2)
penerangan.penjelasan, (3) pendidikan non – formal (luar sekolah), (4) perubahan
perilaku, (5) rekayasa sosial, (6) pemasaran inovasi (teknik dan sosial), (7)
perubahan sosial (perilaku individu, nilai – nilai, hubungan antara individu,
kelambagaan dan lain - lain), dan (8) pemberdayaan masyarakat (community
empowerment), penguatan komunitas (community strengthening). Karena itu
penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk
memperdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar
bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan prilaku pada diri semua
stekeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses
pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan
partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.
Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi,, proses yang
dialami mereka yang siusul sejak mengetahui, memahami, meminati dan
kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata, adalah suatu proses
komunikasi. Dengan demikian kelihatanlah bagaimana pentingnya memenuhi
persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik.
Dalam melakukan penyuluhan, factor penyampaian (baca : pengkomunikasian)
hal – hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu itu penyuluhan
menuntut dipersiapkannya lebig dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan
a) Masalah yang dihadapin b) Siapa yang akan disuluh
c) Apa tujuan (objektives) yang hendak dicapai dari kegiatan penyuluhan d) Pendekatan yang dipakai
e) Pengembangan pesan
f) Metode/saluran yang digunakan
g) Sistem evaluasi yang “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 11)
Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud kongkrit
dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi serbaguna. Suatu
bidang yang berkembang pesat sejak penhujun decade 60-an. Dalam arti luas,
komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu
aktivitas pertukaran pesan secara timbale balik antar semua pihak yang terlibat
dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak
dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil
pencapaian penyuluhan yang berasal dari pihak yang memperkarasai dan
tunjukandapat memahami, menerima, dan berpratisipasi dalam melaksanakan
gagasan – gagasan yang disampaikam tersebut. (Nasution, 1990 : 10).
Barikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (sentiana, 2005 : 48 -
56) :
a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran : 1) Pendekatan perorangan (Personal approuch).
Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung. Metode ini dinilai sangat efektif karena dapat secara langsung
memecahkan masalah atas bimbingan penyuluhan, tetapi dari segi jumlah sasaran
yang dicapai metode ini kurang efektif. Metode ini biasanya dilakukan dengan
perorangan ini (Nasution, 1990 : 22 – 24) juga menyatakan seorang penyuluh
dituntut untuk memiliki : kemampuan empati, menciptakan situasi homophily
(penyuluhan dirasakan sama atau setara dengan khalayak yang dihadapi) dengan
khalayak dan menegkkan keserasian program.
2) Pendekatan kelompok (group approuch).
Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping
dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman
antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode
pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik, yang
termasuk dalam metode pendekatan kelompok ini di antaranya diskusi kelompok,
demonstrasi cara dan hasil, karyawisata, kursus dan lain – lain.
b. Media Penyuluhan
Media Penyuluhan adalah alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai
perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran
sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan
dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti bneda (sampel, model
tiruan), barang cetakan (brosur, poster,photo, leaflet, sheet), gambar
diproyeksikan (slide, film, film – strip, video, movie - film) dan lambing grafika
(grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).
c. Materi Penyuluhan
Materi Penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan
penyuluhan berupa informasi – informasi atau pesan. Pesan merupakan
seperangkat symbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan , nilai,
pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide dan nilai), symbol
yang digunakan (bahasa ataukata - kata) dan bentuk pesan (verbaldan nonverbal).
Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan sasaran dan dapat
memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.
d. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Dalam penyuluhan pengaturan waktu dan tempat yang tepat harus sesuai
situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam
mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus
terkesan tidak menggaggu dan merugikan sasaran.
I.5.3. Penyuluh sebagai Agen Perubahan
Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya
sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses
perubahan tersebut. Orang-orang itu, dalam pustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal
dengan sebutan Agent Of Change (Agen Perubahan). Pada penelitian ini yang
menjadi agen perubahan adalah PIMANSU. Menurut Havelock, agen perubahan
adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut
Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang
memengaruhi suatu putusaan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para
agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau
Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain
mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya
tarik (attractive), dan kekuatan (power). (Cangara, 2000: 95-100)
a. Kepercayaan (Credibility)
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang
dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). James
McCroskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat
bersumber dari kompetensi (competence), sikap (character), tujuan (intention),
kepribadian (personality), dan dinamika (dynamism).
Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang
dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran
dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya
maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan
memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan
apakah hal yang disaampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.
Pengembangan kepercayaan (credibility) dapat dikembangkan melalui teori
Aristoteles. Menurut Hafied Changara (2007:91) teori tersebut adalah, “Ethos,
pathos dan logos. Ethos ialah karakter pribadinya. Pathos ialah pengendalian
emosi. Logos ialah kemampuan argumentasi”. Artinya, untuk mengembangkan
kepercayaan atau kredibilitas, seseorang harus mampu memperkuat karakter
pribadinya, mengendalikan emosinya dan memiliki kemampuan berargumentasi
b. Daya Tarik (Attractive)
Daya tarik adalah saalah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang
komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik (attractiveness) banyak
menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja
mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam
hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya
(physic).
Kesamaan di sini dimaksudkan bahwa orang bisa tertarik pada
komunikator karena adanya kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku,
daerah asal dan sebagainya. Dikenal maksudnya seorang komunikator adalah
seorang yang sudah lama dikenal oleh para khalayak. Disukai artinya komunikator
adalah orang yang disenangi dan disukai oleh khalayak. Fisik artinya seorang
komunikator akan dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik
yang baik dan menarik
c. Kekuatan (Power)
Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator
jika ia ingin memengaruhi orang lain. Hafied Changara (2007:95) mengemukakan
bahwa, “Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang
komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain”.
Agen – agen perubahan itu, menurut Rogers dan Shoemaker, berfungsi
sebagai merantai komunikasi antar dua (atau lebig) system sosial. Yaitu
menghubungkan antara suatu system sosial yang melopori perubahan tadi dengan
system sosial yang menjadi klien dalam usaha perubahan tersebut. Hal itu
1. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan
perubahan
2. Sebagai pemberi pemecahan persoalan
3. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses
pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta member petunujuk
bagaimana :
a. Mengenali dan merumuskan kebutuhan
b. Mendiagnosa permasalahn dan menentukan tujuan
c. Mendapatkan sumber – sumber yang relevan
d. Memilih atau menciptakan pemecahan masalah
e. Menyesuaikan dan merencanakan pertahapan pemecahan masalah
4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber – sumber yang di
perlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
I.5.4. AIDDA
Efektivitas penyampaikan pesan komunikasi bisnis, ditentukan oleh banyak
hal. Satu di antaranya, adalah efektivitas penyampaian pesan dengan cara menarik
perhatian komunikan. Untuk kepentingan ini, konsep AIDDA bisa kita terapkan.
Seperti yang disampaikan Wilbur Schram, the condition of success in
communication", yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan
agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan
A : Attention, pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga menarik.
I : Interest, pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman antar komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.
D : Desire, pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.
D :Decisision, pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan komunikan.
A : Action, tindakan dari komunikan.
Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan, adalah bagaimana caranya
kita bisa harus bisa menarik perhatian komunikan. Buat supaya komunikan tertarik
untuk lebih ingin tahu mengenai isi pesannya.
Atau manakala kita menyampaikan pesan melalui televisi. Melaiui team
creative, harus bisa terkemas informasi yang sangat menarik. Karena ada
kecenderungan, komunikan saat ini, tiuak hanya butuh informasi, tetapi sesuatu
yang bisa sekaligus menghibur mereka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penyampaian pesan
harus diperhatikan attention, interest, desire, decisision, dan action sehingga
kegiatan komunikasi dapat mempengaruhi khalayak.
(aidda-is-attention-interest-desire.html).
I.5.5. Narkoba
Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif). Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun
semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
menimbulkan ketergantungan. (Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang
Narkotika).
Psikotropika adalah Zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan
narkotika yang berkhasian psikoaktif, melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika).
Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk kedalarn
golongan narkotika atau psikotropika, tetapi menimbulkan ketergantungan,
antara lain seperti alkohol, tembakau, sedatifhipnotika dan inhalansia.
Contoh – contoh Narkoba :
Narkotika golongan I ; yaitu Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk
kepentingan lainnya, seperti :
1. Tumbuhan Papaver Somniferum L dan semua bagiannya termasuk buah
dan jeraminya, kecuali bijinya.
2. Opium
3. Tumbuhan Coca, daun Coca, Cocaine mentah yaitu hasil pengolahan daun
Coca secara langsung.
4. Heroin, Morfhin (Putau)
5. Ganja
Narkotika golongan II ; yaitu narkotika yang mempunyai daya menimbulkan
ketergantungan menengah, dapat digunakan sebagai pilihan terakhir untuk tujuan
1. Morphine, yaitu alkaloida yang terdapat dalam opium, berupa serbuk
putih, digunakan dalam pengobatan sebagai penawar rasa sakit yang kuat
dalam operasi atau karena penyakit kanker.
2. Pentany
3. Exgonina
4. Petidine
Narkotika Golongan III ; adalah narkotika yang mempunyai daya
menimbulkan ketergantungan rendah, yang banyak digunakan dalam
pengobatan dan untuk tujuan ilmu pengetahuan seperti antara lain.
1. Codein, yaitu alkaloida berupa serbuk putih atau dalam bentuk tablet,
terkandung dalam opium atau sintesis dari morfine, digunakan
sebagai obat antitusif (peredam batuk).
2. Ethymorphunine, yaitu Narkoba atau obat bius adalah semua bahan obat
yang mempunyai efek kerja yang ada pada umumnya bersifat membius,
merangsang (meningkatkan semangat kegiatan), menimbulkan daya
khayal yang tinggi (halusinasi).
I.5.6. Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti remaja, tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Para ahli jiwa mempunyai anggapan yang berbeda
mengenai penetapan usia remaja. Mereka kata sepakat tentang batasan usia yang
jelas dan dapat disetujui bersama. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua
bagian yaitu. Awal masa remaja bermula dari usia 17 sampai 21 tahun. (Hurlock,
Perbedaan pendapat tentang usia remaja tidak akan mengurangi batas usia
pada masa remaja. Pada umumnya dinamakan masa remaja itu adalah berkisar
usia 13 sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 bagi pria.
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal
yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional
ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi
pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini
merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda
dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang
ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi
bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring
berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk
di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri
dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,
baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem
respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan,
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru
dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang
lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab tersebut. (ciri-ciri-masa-remaja.html).
I.5.7. Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Narkoba menimbulkan dampak antara lain, merusak
hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk
membedakan mana yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti sosial,
merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu
lintas, kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya, baik kuantitatif maupun kualitatif
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba diluar keperluan medis,
tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal
59, Undang-Undang No.5 Tahun 1997, tentang Psikotropika dan pasal 84, 85 dan
86, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang Narkotika.
I.5.8. Kesadaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran adalh suatu keadaan thu,
mengerti dan merasa. Dengan kata lain, kesadaran adalah suatu keadaan dimana
individu mengadakan pemahaman terhadap apa yang ditangkapnya melalui panca
indera yitu mengenal, mengerti, dan merasa tentang dirinya atau juga keadaan
sekitarnya.
Kesadaran adalah fikiran, perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka
atau disadari oleh individu kepada sesamanya dalam Iingkungannya yang
berupa rasa asing, rasa puas dan rasa benci dari pengetahuan yang dipaharni oleh
seseorang. (Koenjaraningrat, 1990:125).
Menurut Magnis Suseno (Koenjaraningrat, 1990:128), ada hubungan yang
erat antara kesadaran dan sikap moral, walaupun diakui bahwa keduanya tidak
identik. Kesadaran juga sangat berhubungan dengan semangat dan sikap yang
tetap dalam diri seseorang atau kelompok orang yang termuat didalamnya nilai –
nilai moral. Kesadaran mengandaikan adanya suatu kehendak batin sebagai
sebuah tuntunan kodrat yang harus direalisaskan dalamrangka pengembangan
pengetahuan.
Kesadaran merupakan bagian dari pengaruh kognitif yang ditimbulkan. Pada
tetapi adaanya kesadaran benlum tentu ada tindakan, sebab sebelumnya harus
didahului dengan adanya suatu pertimbangan yang disadari oleh perasaan emosi.
Sesudah fase itu disertai dengan adanya sikap yang pasti maka tibul lah tindakan.
Kesadaran adalah langkah awal dari terwujudnya mksud dan tujuan dari
pesan yang disampaikan oleh penyuluh bahaya penyalahgunaan narkoba.
Peningkatan kesadaran berarti kesadaran dimana seseorang tidak hanya
mengetahui masalah bahaya penyalahgunaan narkoba tetapi juga mewujudkan
penegtahuan dengan berusaha melakukan pencegahan sedini mungkin. Dengan
adanya penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba kiranya dapat menggugah
kesadaran para siswa/I akan pentingnya mengantisipasi dan mereduksi
peningkatan pengunaan penyalahgunaan narkoba.
I.6. Kerangka Konsep
Teori – teori yang dijadikan sebagai landasan pemikiran harus dapat
menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Konsep
adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah
dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,
keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
(singarimbun, 1995:33). Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab pendahulu
dari variabel lainnya (Kriyanto, 2008:21). Variabel bebas dalam penelitian
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Kriyantono,2008:21).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesadaran Remaja
3. Variabel Antara (Z)
Variabel Antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, atau
tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas
(Kriyantono,2008:21).Variabel antara berada diantara variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakter
responden.
e. Waktu dan Tempat
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di
atas, maka dapat dibuat operasional variabelnya untuk membentuk kesatuan dan
kesesuaiaan dalam penelitian. Adapun operasional dalam variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas X
Komunikasi Penyuluhan
–Pemeberi pemecahan persoalan
–Pemebantu proses perubahan
–Penghubung
b. Metode Penyuluhan
– Pendekatan perorangan : • Dialog lansung • Kemampuan empati
• Menciptakan situasi homophily
– Pendekatan kelompok : • Diskusi kelompok c. Media Penyuluhan :
• Gambar atau slide d. Materi Penyuluhan
– Makna (gagasan atau ide)
– Symbol yang digunakan (bahasa atau kata - kata)
e. Waktu dan Tempat Penyuluhan
– Waktu
– Minat untuk mengerti
– Mengerti / Paham 3. Variabel Antara (Z)
Karakteristik Responden
a. Usia
b. Jenis Kelamin c. Kelas
I.8. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel. Defenisi Operasional adalah suatu informasi
ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel
yang sama. (Singarimbun, 1995:46)
Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai variabel-variabel diatas,
1. Variabel bebas (Komunikasi Penyuluhan)
a. Penyuluh (Komunikator)
– Kredibilitas
Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan
yang dimiliki komunikator sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak.
• Kompetensi : penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah
yang dibahasnya
• Sikap : menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau
toleran dalam prinsip
• Tujuan : menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya
maksud yang baik atau tidak
• Kepribadian : menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi
yang hangat dan bersahabat
• Dinamika : dinamika menunjukkan apakah hal yang disaampaikan
itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.
– Daya Tarik
Daya tarik adalah adanya sesuatu hal yang memberi nilai lebih dan
ketertarikan kepada komunikator.
• Kesamaan : orang bisa tertarik pada komunikator karena adanya
kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan
sebagainya.
• Keakraban/dikenal baik : seorang komunikator adalah seorang yang
sudah lama dikenal oleh para khalayak
khalayak
• Fisiknya : seorang komunikator akan dapat diterima dengan baik
apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik.
– Kekuatan
Kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh seorang komunikator dalam
memengaruhi orang lain.
– Katalisator
Katalisator adalah mengerakkan masyarakat untuk melakukan
perubahan
– Pemberi pemecaha persoalan
membantu dalam memecahkan masalah yang ada di dalam masyarakat
– Memebantu proses perubahan
membantu dalam proses pemecahan masalah dalam penyebaran inovasi
serta member petunjuk
– Penghubung
membentuk suatu hubungan dengan sumber – sumber yang diperlukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Metode penyuluhan:
– Pendekatan perorangan (personal approach) yaitu :
• Dialog langsung adalah merupakan suatu cara penyampaian
informasi yang dilakukan oleh komunikator/penyuluh secara
langsung/tatap muka kepada peserta penyuluhan.
• Kemampuan empati adalah kemampuan untuk memahami pikiran,
posisi, perasaan, tanpa kehilangan identitas diri, sikap, pribadi dan
kendali reaksi emosi terhadap pengalam orang lain.
• Menciptakan suasana homoplihy adalah kemampuan penyuluh
untuk menempatkan dirinya pada posisi Siswa/i yang disuluhnya.
– Pendekatan Kelompok yaitu :
•
Diskusi Kelompok adalah merupakan suatu proses penyuluhan dimanasiswa/i akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan
pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama
.
c. Media Penyuluhan, terdiri dari :
– Gambar atau slide, yaitu media penyuluhan yang mengandung tampilan pesan – pesan penyuluhan.
d. Materi Penyuluhan :
– Pesan (verbal dan nonverbal), yaitu bentuk informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada peserta penyuluhan melalui tindakan atau
isyarat anggota tubuh dari petugas penyuluhan.
– Makna (gagasan atau ide), yaitu gagasan atau ide dalam penyuluhan yang disampaikan oleh petugas penyuluh PIMANSU kepada siswa/I
MAN 3 Medan.
– Simbol yang digunakan (bahasa dan kata - kata), yaitu gaya bahasa, cara berbicara, pilihan kata yang disampaikan oleh petugas
penyuluhan kepada peserta penyuluhan.
e. Waktu dan Tempat Penyuluhan :
melakukan penyuluhan pada siswa/I MAN 3 Medan.
– Tempat adalah lokasi atau ruangan yang dipilih dan dipersiapkan PIMANSUuntuk melakukan penyuluhan.
b. Variabel Terikat (Tingkat Kesadaran) a. Pengetahuan yang terdiri dari :
– Perhatian (attention) adalah adanya perhatian responden saat mengikuti penyuluhan yang berlangsung.
– Minat untuk mengerti adalah suatu keadaan dimana responden mempunyai niat, kemauaan/keinginan untuk mengerti dengan informasi
yang didapatkan.
– Mengerti/Pemahaman yaitu pengetahuan yang timbul dalam diri responden tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.
b. Merasa yaitu apa yang dialami oleh hati atau batin responden ketika
pancaindera menaggapi sesuatu ; keadaan hati atau batin terhadap sesuatu ;
pertimbangan pikiran, hati, mengenal baik – buruk, salah – benar dan
sebagainya. Seperti perasaan senang, tidak senang, dan perasaan puas.
c. Pertimbangan yaitu perasaan emosi yang didahului sebelum adanya
tindakan, dimana keadaan untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan
bahaya penyalahgunaan narkoba.
c . Karakteristik Responden, terdiri dari
a. Usia : Usia responden saat mengisi kuesioner
b. Jenis kelamim : Jenis kelamin dari responden (wanita/pria)
I.9. Hipotesis
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan, karena ia merupakan istrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi
dari teori atau proposisi, hipotesis lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap
untuk diuji secara empiris. (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis adalah kesimpulan
yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji
kebenarannya (Nawawi,1991:44)
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho= Tidak terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan anti narkoba
dengan peningkatan kesadaran pada Siswa/i MAN 3 Medan.
Ha= Terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan anti narkoba dengan
BAB II
URAIAN TEORITIS
Teori pada dasarnya adalah berfungsi untuk menjelaskan, serta memberi
pandangan terhadap sebuah permasalahan dan fenomena sosial yang akan dikaji,
Teori – teori yang digunakan dalam penelitian ini berguna untuk mendukung atau
menunjang dalam memecahkan suatu permasalahan pada penelitian ini. Teori –
teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Penyuluhan,
Penyuluh Sebagai Agen Perubahan, AIDDA, Narkoba, Remaja, Penyalahgunaan
Narkoba dan Kesadaran.
II.1. Komunikasi
1.1 Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi
dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatis.
– Pengertian komunikasi secara umum
Pengertian komuniaksi secara umum dapat dilihat dari dua segi:
a. Pengertian komunikasi secara etimologis
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari
bahasa Latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communist.
Arti communist di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama
makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara
orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain
perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia
tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan
antara orang-orang itu tidak komunikatif. (Effendy, 2004: 3)
b. Pengertian komunikasi secara terminologis
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu
kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.
Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia
atau dalam bahasa asing human communication, yang sering pula disebut
komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai
singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau
komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang
bermasyarkat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua
orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.
(Effendy, 2004: 4).
– Pengertian komunikasi secara paradigmatis
Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada
yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media
massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa,
misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spandoek, dan sebagainya.
Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional