PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN
TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
TESIS
Oleh AZMIR 067031002/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN
TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh AZMIR 067031002/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Azmir Nomor Induk Mahasiswa : 067031002
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan dan Industri
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr.Dra. Irnawati Marsaulina, M.S) (
Ir. Indra Chahaya S, M.Si)
Ketua Program Studi Dekan
(Dr.Drs. Surya Utama, M.S) ( dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
Telah diuji
Pada Tanggal : 31 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S
Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S, M.Si
2. Prof. Dr. Rer. Nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt
PERNYATAAN
PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH TERHADAP KUALITAS AIR TAMBAK IKAN DI KELURAHAN
TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka
Medan, 31 Agustus 2009
ABSTRAK
TPA Kelurahan Terjun menggunakan sistem penelolaan sampah secara open dumping, sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tambak yang ada di sekitar lokasi serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. TPA Terjun mulai beroperasi pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari 1600m3. Sampah yang menghasilkan cairan lindi (leachate) sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah, air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah dan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik serta mengandung sejumlah logam berat, seperti seng (Zn), Nitrat (Nt), Ammonik (NH3), Sulfida (H2
Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik yaitu untuk menganalisis pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah pemeriksaan air tambak yang diambil dari jarak 100m, 200m, 300m. Data yang digunakan dengan wawancara langsung kepada pengelola tambak ikan kemudian pemeriksaan air tambak ikan melalui laboratorium yang ada di Medan selain itu juga menggunakan data sekunder.
S), Tembaga (Cu), serta mengandung detergen, minyak dan lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air lindi pada tempat pembuangan sampah terhadap kualitas air tambak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuangan sampah di TPA Terjun dengan menggunakan sistem open dumping (sistem pembuangan terbuka), dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti ternyata pada lokasi jarak 100m ada 6 (enam) parameter yang melebihi baku mutu air (minyak dan lemak, DO, Sulfida (H2S), Detergen, Tembaga (Cu) dan Ammonia (NH3) sedangkan 300m terdapat 5 (lima) parameter yaitu minyak dan lemak, Nitrat (Nt), Sulfida (H2
Kepada masyarakat yang berada di sekitar TPA dan pengelola tambak agar selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan pembuatan sirkulasi air.
S), Detergen, Tembaga (Cu) yang melebihi kriteria yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah.
ABSTRACT
TPA (The final place for garbage disposal) in Terjun District used an open dumping system of recycling the garbage; thus, it could affect the quality of the water fishfond nearby it and could cause the negative effect to the environment. The final place for garbage disposal (TPA) in Terjun district started operating on 7th January 1993 with the total of garbage 1600m3. The garbage producing the lye liquid (leachate) was produced from stagnancy of rain water on a pile of garbage. The lye liquid (leachate) brought suspended and salulate materials which were the product of the garbage degradation commonly containing organic substance and also some heavy metals as Zinc (Zn), Nitrate (Nt), Ammonia (NH3), Sulfide (H2
The kind of this research was analytic survey which it used to analyze the impact of pollution caused by the final place for garbage disposal (TPA) to the quality of the water fishfond in Terjun district Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. The sample of this research was check the water fishfond taken from distance of 100m, 200m, and 300m. The data used in this reearch were used with the direct interviews done to the owner of the fishfond and the laboratories located in Medan. Besides, it also used secondary data.
S), Copper (Cu), and detergent, oil and fat as well. The alm of this research was to know the impact of the lyle liquid (leachate) of the quality of the water fishfond in the final place for garbage disposal (TPA).
The result of this research showed that the TPA in Terjun used open dumping system. There were 11 (eleven) parameters were checked rosulting 6 (six) parameters with the distance of 100m having better water quality (oil and fat, Do, Sulfide (H2S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH3) . 5 (five) parameters with distance of 200m containing oil and fat, Suilfide (H2S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH3) and 5 (five) parameters with the distance of 300m containing oil and fat, Nitrate (Nt), Sulfide (H2
It is sugested to the community who lived near by the TPA and also the fishfond’s owner to always pay attention and the keep the water fishfond clean with making the water circulation.
S), detergent, Copper (Cu), which have better criterias based on the government’s rule.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis Panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena
dengan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul
”Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan”
Dalam penulisan Tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. dr. Chairuddin P Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr.Drs. Surya Utama. M.S, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
dan Ketua Pembimbing I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.
5. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku anggota Komisi pembimbing Penulis yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran bagi penulis dalam penyelesaian tesis
6. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Penguji tesis.
7. Prof. Dr. Rer. Nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt, selaku Dosen Pembanding
tesis.
8. Bapak dan ibu Dosen beserta staff Program Studi Manajemen Kesehatan
Lingkungan Industri Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, yang memberikan arahan, bimbingan dan bantuan selama
pendidikan serta saran dalam penyelesaian tesis ini
9. Kepala Balitbang Kota Medan yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk
melakukan penelitian.
10. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan yang telah memberikan ijin melakukan
penelitian di tempat tersebut
11. Teristimewa untuk kedua orang tua yang telah banyak memberikan dorongan dan
dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian tesis ini.
12. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan, yang telah banyak memberikan dukungan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
untuk penyempurnaan dimasa mendatang.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkatNya dan terus
menyertai kita semua. Akhirnya penulis Berharap tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan terima kasih.
Medan, 31 Agustus 2009 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Azmir lahir di Aceh Utara pada tanggal 7 Agustus 1968, anak ke lima dari lima
bersaudara dari pasangan Ayahanda Ibrahim dan Ibunda Khatidjah menetap di Medan
Memulai pendidikan di SD Negeri No. 24 Banda Aceh lulus tahun 1981,
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Peukan Banda Aceh lulus tahun 1984. Kemudian
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Peusangan Aceh Utara lulus tahun 1988. Kemudian
melanjutkan pendidikan D I SPPH Depkes RI Banda Aceh lulus tahun 1991, dan selanjutnya
melanjutkan pendidikan D III AKL Depkes RI Banda Aceh lulus tahun 2002. Dan selanjutnya
melanjutkan pendidikan jenjang S1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara lulus tahun 2006, selanjutnya melanjutkan pendidikan jenjang S2 pada Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
sampai sekarang.
Pada tahun 1993 sebagai CPNS Dinkes Provinsi Sumatera Utara dan sebagai PNS
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... . ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Hipotesis ... 5
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Sampah dan TPA ... 7
2.2. Pengelolaan Sampah Padat ... 16
2.3. Pengaruh Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan ... 19
2.4. Lingkungan ... 21
2.5. Pengertian dan Sumber Air Buangan/Limbah ... 25
2.6. Pengertian Air Lindi ... 32
2.7. Landasan Teori ... 40
2.8. Kerangka Konsep ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1. Jenis Penelitian ... 42
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
3.3. Pengambilan Sampel ... 43
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 44
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 44
3.6. Metode Pengukuran ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48
4.1. Gambaran Daerah Penelitian ... 48
4.2. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak ... 49
BAB V PEMBAHASAN ... 52
5.1. Sanitasi TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 52
5.2. Pengukuran Kualitas Air Tambak dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 ... 53
5.3. Pengaruh Parameter Kualitas Fisik dan Kimia ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
6.1. Kesimpulan ... 66
6.2. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Daftar Kualitas Air Golongan C ... 30
3.1. Variabel, Definisi Operasional, Jumlah Indikator, AlatUkur, Kategori dan dan Skala Ukur TPAS Terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2008 ... 46
4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik dan Kimia Air Tambak Jarak 100-300 m,
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Skema Perjalanaan Logam Berat dari Sumber Pencemar sampai
ke Manusia ... 35
1.2.. Kerangka Konsep Penelitian ... 41
1.3. Peta Wilayah Kecamatan Medan Marelan ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Hasil Laboratorium dari Balai Teknik Kesehatan Lingkundan dan
Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) ... 70
ABSTRAK
TPA Kelurahan Terjun menggunakan sistem penelolaan sampah secara open dumping, sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tambak yang ada di sekitar lokasi serta dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. TPA Terjun mulai beroperasi pada tanggal 7 Januari 1993, dengan jumlah sampah per hari 1600m3. Sampah yang menghasilkan cairan lindi (leachate) sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah, air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah dan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik serta mengandung sejumlah logam berat, seperti seng (Zn), Nitrat (Nt), Ammonik (NH3), Sulfida (H2
Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik yaitu untuk menganalisis pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah pemeriksaan air tambak yang diambil dari jarak 100m, 200m, 300m. Data yang digunakan dengan wawancara langsung kepada pengelola tambak ikan kemudian pemeriksaan air tambak ikan melalui laboratorium yang ada di Medan selain itu juga menggunakan data sekunder.
S), Tembaga (Cu), serta mengandung detergen, minyak dan lemak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air lindi pada tempat pembuangan sampah terhadap kualitas air tambak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuangan sampah di TPA Terjun dengan menggunakan sistem open dumping (sistem pembuangan terbuka), dari 11 (sebelas) parameter yang diteliti ternyata pada lokasi jarak 100m ada 6 (enam) parameter yang melebihi baku mutu air (minyak dan lemak, DO, Sulfida (H2S), Detergen, Tembaga (Cu) dan Ammonia (NH3) sedangkan 300m terdapat 5 (lima) parameter yaitu minyak dan lemak, Nitrat (Nt), Sulfida (H2
Kepada masyarakat yang berada di sekitar TPA dan pengelola tambak agar selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan air tambak tersebut dengan pembuatan sirkulasi air.
S), Detergen, Tembaga (Cu) yang melebihi kriteria yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah.
ABSTRACT
TPA (The final place for garbage disposal) in Terjun District used an open dumping system of recycling the garbage; thus, it could affect the quality of the water fishfond nearby it and could cause the negative effect to the environment. The final place for garbage disposal (TPA) in Terjun district started operating on 7th January 1993 with the total of garbage 1600m3. The garbage producing the lye liquid (leachate) was produced from stagnancy of rain water on a pile of garbage. The lye liquid (leachate) brought suspended and salulate materials which were the product of the garbage degradation commonly containing organic substance and also some heavy metals as Zinc (Zn), Nitrate (Nt), Ammonia (NH3), Sulfide (H2
The kind of this research was analytic survey which it used to analyze the impact of pollution caused by the final place for garbage disposal (TPA) to the quality of the water fishfond in Terjun district Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. The sample of this research was check the water fishfond taken from distance of 100m, 200m, and 300m. The data used in this reearch were used with the direct interviews done to the owner of the fishfond and the laboratories located in Medan. Besides, it also used secondary data.
S), Copper (Cu), and detergent, oil and fat as well. The alm of this research was to know the impact of the lyle liquid (leachate) of the quality of the water fishfond in the final place for garbage disposal (TPA).
The result of this research showed that the TPA in Terjun used open dumping system. There were 11 (eleven) parameters were checked rosulting 6 (six) parameters with the distance of 100m having better water quality (oil and fat, Do, Sulfide (H2S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH3) . 5 (five) parameters with distance of 200m containing oil and fat, Suilfide (H2S), detergent, Copper (Cu), and Ammonia (NH3) and 5 (five) parameters with the distance of 300m containing oil and fat, Nitrate (Nt), Sulfide (H2
It is sugested to the community who lived near by the TPA and also the fishfond’s owner to always pay attention and the keep the water fishfond clean with making the water circulation.
S), detergent, Copper (Cu), which have better criterias based on the government’s rule.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil; dan merata serta memilki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2005).
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan antara
lain bahwa : (1). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, (2). Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat
umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan
lainnya, (3). Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah dan udara,
pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,
pengendalian vektor penyakit serta penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI,
2003).
Menurut Hendrik L.Blum yang dikutip oleh (Kusnoputranto, 1986), bahwa
derajat kesehatan yang optimal pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari empat
faktor, yaitu : faktor lingkungan, faktor perilaku manusia, faktor pelayanan kesehatan
sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik,
lingkungan biologik dan lingkungan sosio kultural.
Pembuangan sampah merupakan salah satu masalah yang sedang di hadapi
oleh setiap kota disemua negara di dunia. Timbunan sampah yang terus meningkat
seiring dengan bertambahnya populasi penduduk adalah suatu hal yang harus
ditangani secara serius. Sampah menjadi masalah karena mengotori dan mengganggu
keindahan serta kenyamanan manusia dan karena ditimbulkan oleh kegiatan manusia
akibatnya sampah akan selalu muncul dalam keseharian hidup manusia. Sampah
memang wajar ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketidak wajaran terjadi ketika
volume sampah berada di atas batas toleransi, terlebih pada tempat-tempat umum
(Maramis, 2008).
Pencemaran sumber air oleh sampah terjadi karena sampah yang dibuang
dengan cara open dumping dan tertimbun di TPA mengalami dekomposisi yang
bersama air hujan menghasilkan cairan lindi (leachate). Cairan lindi adalah cairan
yang mengandung zat terlarut dan tersuspensi yang sangat halus sebagai hasil
penguraian oleh mikroba, biasanya terdiri atas kalsium (Ca), magnesium (Mg),
natrium (Na), kalium (K), besi (Fe), khlorida (Cl), sulfat (SO4), seng (Zn), nikel (Ni),
karbon dioksida (CO2), air (H2O), air nitrogen (N2), amoniak (NH3), asam sulfida
(H2S), asam organik dan gas hidrogen (H2) (Soemirat, 1999).
Lindi adalah bahan pencemar yang berpotensial mengganggu lingkungan dan
permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Air lindi selalu menyertai
pembuangan akhir sampah padat. Air lindi yang mengandung senyawa-senyawa
organik dan anorganik dengan konsentrasi 5000 kali lebih tinggi dari pada air tanah,
masuk dan mencemari air tanah atau air sungai (Maramis, 2008).
Dalam usaha budi daya ikan yang ada disekitar TPA Terjun-Medan sangat
berpotensi terjadinya pencemaran air lindi terhadap tambak masyarakat sekitar TPA.
Ikan tambak tersebut pun nantinya akan dikonsumsi oleh penduduk sekitar TPA
Terjun, yang tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Ditambah lagi jumlah
penduduk yang bertempat tinggal disekitar TPA semakin bertambah yang sebagian
besar dari mereka adalah pemulung.
Bahan anorganik pencemar lingkungan yang telah banyak diteliti
pengaruhnya terhadap makhluk hidup ialah unsur logam dan senyawanya. Beberapa
jenis logam berat seperti Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Arsen (As) dan
beberapa lainnya merupakan logam yang beracun terhadap makhluk hidup. Bahan
kimia anorganik tersebut dapat menyebabkan keracunan akut maupun kronis,
bergantung pada jenis logamnya, jumlahnya, spesies hewan, kondisi hewan, dan
umurnya (Darmono, 2001).
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan telah mengeluarkan Surat Keputusan No. 03725/B/SK/VII/1989
tentang batas maksimum logam berat dalam makanan yang bersumber dari ikan dan
Plumbum (Pb) = 2 mg/kg, Cupper (Cu) = 3 mg/kg, Seng (Zn) = 100 mg/kg, Timah
(Sn) = 40 mg/kg, Air Raksa (Hg) = 0,5 mg/kg (Depkes RI, 1989).
Pengelolaan sampah di TPA mulai dari penanganan kegiatan yang
menghasilkan sampah sampai tempat pembuangan akhir TPA di Kota Medan telah
ditangani oleh Dinas sejak 7 Januari 1993, luas areal 14 Ha, berjarak 100 m dari
pemukiman penduduk, 4 km dari Sungai Deli, 6 Km dari garis pantai, dan 14 km dari
pusat kota. Jenis tanah lempung dan lapisan dasar tanah liat dengan keadaan topografi
yang relatif datar. TPA Terjun menggunakan metode pengolahan sampah secara open
dumping dan belum memiliki penampungan air lindi (leacheate) dengan pengolahan
yang baik. Jadi air lindi merupakan hasil sampingan dari pengolahan sampah yang
berupa rembesan dari timbunan sampah yang banyak di TPA, sehingga air lindi perlu
pengelolaan terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan/sungai dan menyebabkan
pencemaran yang berdampak buruk pada makhluk hidup (TPA Terjun-Marelan,
2007).
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas dan mengingat pencemaran TPA Kelurahan
Terjun yang berupa air lindi dapat mempengaruhi kualitas air tambak maka penulis
ingin mengetahui pengaruh pencemaran tempat pembuangan akhir sampah (TPAS)
terhadap kualitas air tambak ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
1.3. Tujuan Penelitian
Mengingat pencemaran TPAS Kelurahan Terjun yang berupa air lindi dapat
mempengaruhi kualitas air tambak, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sanitasi TPAS yaitu khususnya sistem pengelolaan air
lindi.
2. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 100 m.
3. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 200 m.
4. Untuk mengetahui kualitas air tambak dengan jarak 300 m.
5. Untuk mengetahui kualitas air tambak ikan dan disesuaikan dengan Peraturan
Pemerintah RI No. 20 tahun 1990.
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : ada pengaruh air lindi tempat
pembuangan akhir sampah (TPAS) terhadap kualitas air tambak ikan
1.5. Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan kepada Pemko Medan dan Dinas Kebersihan Kota Medan
tentang pencemaran air lindi yang ada di TPA dan bahaya kandungan logam
berat terhadap air tambak ikan di lokasi TPA Kelurahan Terjun Kecamatan
2. Dapat memberikan masukan kepada masyarakat sekitar TPA dan kepada
pengelola tambak untuk menciptakan lingkungan yang bersih serta menjaga
kebersihan air tambak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan limbah
atau bahan buangan. Walaupun sudah disediakan tempat pembuangan akhir untuk
menimbun limbah yang dihasilkan oleh warga/manusia, namun karena limbah yang
dihasilkan terus bertambah maka tempat pembuangan akhir (TPA) makin meluas.
Mengingat akan hal ini, maka perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana mengurangi
jumlah limbah padat dengan memanfaatkan kembali limbah padat tersebut unntuk
kepentingan manusia melalui proses daur ulang, sekaligus sebagai usaha untuk
mengurangi pencemaran (Wardhana, 2000).
2.1. Sampah dan TPA
Secara terbatas yang disebut sampah hanya merupakan tumpukan bekas dan
sisa tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran, sisa pertanian) ataupun sisa dan kotoran
hewan, serta benda-benda lain yang setiap saat dibuang. Tetapi secara luas, segala
benda yang akhirnya dibuang disebut sampah dan dikumpulkan pada suatu tempat
penampungan yang sering disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau Dump
Station (Suriawiria, 2003).
2.1.1. Pengertian Sampah dan TPA
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi yang bukan biologis (karena human waste
tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat karena air bekas tidak
termasuk di dalamnya (Azwar, 1990).
Menurut Kusnoputranto, (2000), sampah adalah sesuatu bahan/benda padat
yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tak dipakai lagi, tak
disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari
tubuh manusia.
Sampah bisa didefinisikan sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu
kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan,
sampah adalah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan dan tidak terjadi
dengan sendirinya Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat
b. Adanya hubungan langsung/tak langsung dengan kegiatan manusia.
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmodjo, 2000).
Menurut Maramis, (2008), sampah didefinisikan sebagai segala macam
buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang sudah tidak dapat
digunakan lagi. Untuk pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan dan kesehatan, maka sampah harus dikelola oleh suatu likaso/badan yang
Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989), mengemukakan
pengertian TPA adalah upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu.
A. Lokasi untuk penempatan TPA harus memenuhi persyaratan teknis sebagai
berikut:
1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km.
2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum (mata air, sumur, danau dan
lain-lain) minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi
sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran
terhadap sunber air tersebut.
3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya
sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap
lingkungan.
4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini
mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan
berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah
langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi
dalam waktu yang lama.
5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum, sedikitnya 200 meter, hal
ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa
dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan
6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek
estetika.
7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km.
B. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak
menimbulkan bau.
2. Memiliki drainase yang baik dan lancar.
3. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah pencemaran.
4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,
lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda.
5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gris atau tikus
terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan
pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.
C. TPA yang sudah tidak digunakan :
1. Tidak boleh untuk pemukiman
2. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan seharí-hari
Untuk mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan oleh metode
pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di berbagai
kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang sesuai dengan
persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan
Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat pembuangan
- Jarak dari perumahan terdekat 500 m
- Jarak dari badan air 100 m
- Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet)
- Muka air tanah > 3 m
- Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6
- Merupakan tanah tidak produktif
cm / det
- Bebas banjir minimal periode 25 tahun
2.1.2. Sampah Menurut Sumbernya
1. Sampah domestik (domestic wastes), yaitu sampah padat yang berasal dari
pemukiman masyarakat. Jenis sampah padat ini cukup beragam, namun
umumnya berupa sampah dapur dan sampah lain hasil kegiatan rumah tangga
seperti sampah-sampah hasil pengolahan makanan, sampah dari halaman
misalnya dedaunan, kaleng dan kardus bekas serta kertas pembungkus, pakaian
bekas, karpet tua, perabotan rumah tangga dan sejenisnya.
2. Sampah komersial (commercial wastes), yaitu sampah padat dari lingkungan
perdagangan atau jasa komersial, baik warung, ataupun pasar. Sampah ini
beragam sesuai dengan jenis barang yang diperdagangkan. Sampah di pusat
perdagangan atau pasar biasanya terdiri dari : kardus-kardus yang besar,
kotak-kotak pembungkus, kertas-kertas, karbon, pita mesin tik besar dan lainnya.
Dalam hal ini termasuk sampah makanan dari kantin atau restoran.
kardus kecil tercampur dengan batu-batuan, debu, pasir, benda-benda yang jatuh
dari truk/kendaraan, sobekan-sobekan ban atau onderdil-onderdil yang jatuh,
juga daun-daunan, sampah-sampah yang dibuang dari mobil, kantong-kantong
plastik dan lain-lain.
4. Sampah-sampah Industri (Industrial wastes)
Sampah-sampah yang berasal dari pembangunan industri dan dari proses-proses
produksi yang terjadi dalam industri tersebut. Jenis sampah ini relatif sama
untuk industri tertentu, namun jenis industri yang berbeda akan menghasilkan
sampah yang berbeda juga. Jadi jenis sampah, jumlah dan komposisi sampah
industri bergantung pada jenis industrinya, misalnya sampah industri, sampah
pengepakan barang, sampah bahan makanan, logam, plastik, kayu, potongan
tekstil dan lain-lain.
5. Sampah-sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan (agriculture
wastes), sampah-sampah dari daerah ini dapat berupa sampah dari hasil
perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang jagung,
pohon kacang-kacangan dan lain-lain yang umumnya jumlahnya cukup besar
sewaktu musim panen. Umumnya sampah-sampah ini dibakar dan
dikembalikan pada tanah pertanian ataupun dijadikan pupuk untuk pertanian.
6. Sampah yang berasal dari daerah pertambangan
Pertambangan dapat menghasilkan sejumlah sampah yang tergantung pada jenis
usaha tambangnya. Pengumpulan sejumlah mineral yang diproses maupun yang
merembes dan membawa zat-zat yang toksik dan berbahaya ke suatu sumber air
serta mencemari sumber air tersebut. Sampah-sampahnya berupa bahan-bahan
tambang disamping sampah-sampah dari aktivitas manusia pengelolanya.
7. Sampah-sampah yang berasal dari gedung-gedung atau perkantoran
(Institutionalwastes),
Terdiri dari kertas-kertas, karbon-karbon, pita-pita mesin tik, klip dan lain-lain,
umumnya bersifat rubbish, kering dan mudah terbakar.
8. Sampah-sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedung-gedung dan
pembangunan/pemugaran.
Terdiri dari puing-puing, pipa plastik/besi, paku, kayu-kayu, kaca,
kaleng-kaleng, potongan-potongan besi dan lain-lain.
9. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Contohnya sampah dari tempat-tempat hiburan, tempat-tempat olah raga,
tempat-tempat ibadah, dan lain-lain yang dapat berupa, kertas, sisa
buah-buahan, plastik dan lain-lain.
10. Sampah yang berasal dari daerah kehutanan
Misalnya sampah hasil dari penebangan kayu ataupun kegiatan reboisasi hutan
sebagian besar terdiri dari sampah daun dan ranting.
11. Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan
Dengan adanya sampah-sampah yang terangkut oleh air maka sampah-sampah
kertas, kayu dan lain-lain. Disamping itu dihasilkan juga lumpur dari proses
pengolahan air buangan ini.
12. Dari daerah peternakan dan perikanan
Sampah–sampah dari sini dapat berupa kotoran ternak atau sisa-sisa
makanannya ataupun bangkai-bangkai binatang. Dari perikanan misalnya
bangkai-bangkai ikan, sisa-sisa ikan atau lumpur (Kusnoputranto, 2000).
Berdasarkan kepada bentuknya, sampah digolongkan kepada tiga kelompok
besar yaitu (Suriawiria, 2003) :
1. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan, kotoran
ataupun benda-benda lain yang berbentuk padat.
2. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri,
pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia yang berbentuk cair misal
air-buangan, air-seni dan sebagainya.
3. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor,
cerobong pabrik dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap.
2.1.3. Jenis-Jenis sampah
Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja), dapat dibagi menjadi
berbagai jenis, yakni (Notoatmodjo, 2000) :
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi :
a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,
misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunnan, buah-buahan dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas, besi/logam,
pecahan gelas, kaca dan sebaganya.
3. Berdasarkan karakteristik sampah
a. Garbage, yaitu jenis sampah dari hasil pengolahan atau pembuatan makanan,
yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran,
hotel dan sebagainya.
b. Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang
mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik dan sebaginya, maupun yang
tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan
sebagainya.
c. Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar,
termasuk abu rokok.
d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan
jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan,
kertas, plastik, pecahan kaca, debu dan sebagainya.
f. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena
alam, ditabrak kendaraan atau dibuang orang.
g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda motor,
sepeda dan sebagainya.
h. Sampah pembangunan (construction waste), yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing,
potongan kayu, besi beton dan sebagainya.
2.2. Pengelolaan Sampah Padat
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab bakteri (bacteri
pathogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor).
Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak
mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik,
bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan
Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah ini adalah meliputi pengumpulan,
pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa
sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo,
1. Pengumpulan dan Pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka
harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut
harus diangkut ke tempat pengumpulan sementara (TPS) sampah, dan
selanjutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA).
2. Pemusnahan dan Pengolahan sampah
Pemusnahan dan Pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain sebagai berikut :
a. Ditanam (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b. Dibakar (Incenerator), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar
di dalam tungku pembakaran (incenerator),
c. Dijadikan pupuk (Composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
(Kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan
dan sampah lain yang dapat membusuk.
Menurut Azwar (1990), pengolahan sampah yaitu perlakuan terhadap sampah
yang bertujuan memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengolahan sampah
lain harus dipenuhi adalah tidak mencemari udara, air ataupun tanah, tidak
menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran.
Menurut Sastrawijaya, (1991), penanganan sampah adalah mencegah
timbulnya pencemaran. Misalnya dengan cara penimbunan (dumping) dengan
maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah di tempat terbuka dan di laut.
Cara ini murah tetapi masih menimbulkan bau, kotor, penyakit dan pencemaran. Cara
kedua adalah pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill) dengan mengisi tanah
berlegok (berlekuk) dan kemudian menutupinya dengan tanah, pada cara ini
diperlukan tanah yang luas. Diharapkan sampah tidak akan mencemari lagi karena
ditimbun dan ditutupi. Cara ketiga adalah dengan pencacahan (grinding), limbah
organik dimasukkan ke dalam alat penggiling sehingga menjadi kecil-kecil, dialirkan
ke selokan, hanyut ke tempat pengolahan lebih lanjut. Cara keempat adalah
pengkomposan (composting), yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos
untuk menyuburkan tanah. Mikroorganisme membantu menguraikan limbah organik
menjadi anorganik pada suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan kehidupan
mikroorganisme itu (bakteri, jamur). Cara kelima adalah pembakaran (incenerator)
dengan hasil gas dan residu. Metode ke enam ialah dengan pirolisis yakni mengolah
limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu tinggi dengan
pembakaran tidak sempurna atau suatu proses peruraian kimia isomerisasi,
deoksigenisasi, dan denitrogenisasi.
Sistem Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang
porositas tanah. Tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu sehingga sampah
yang dimasukkan ke tanah tidak mencemari tanah dan air tanah. Di sejumlah negara
maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah dipilah terlebih
dahulu antara sampah organik dan anorganik, sampah yang mudah terdegradasi dan
yang sulit. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran untuk cairan hasil
dari pembusukan sampah (lindi) (Putra,Y, 2004).
Sedangkan sistem open dumping merupakan sistem Tertua yang dikenal
manusia dalam pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu
tempat tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat
perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus dan kecoa), menyebarkan bau, mencemari
udara, mencemari tambak di sekitarnya serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran
(Sastrawijaya, 1991).
2.3. Pengaruh Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
A. Pengaruh positif dari pengelolaan sampah
1. Pemanfaatan sampah bagi keperluan masyarakat dan lingkngan
a. Sampah dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang kurang baik (tanah
rendah, rawa-rawa dan lainnya) dan tanah yang tidak diolah menjadi tanah
yang pada akhirnya dapat dipergunakan atau dapat diolah sehingga
b. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk penyubur tanah dan memperbaiki
kondisi tanah.
c. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, sampah tersebut diolah
untuk menghilangkan hal-hal yang dapat berdampak negatif bagi ternak
ataupun konsumen yang mengkonsumsi ternak tersebut.
d. Sampah yang masih bermanfaat dapat diambil kembali untuk di daur ulang
dan dimanfaatkan untuk keperluan lain
2. Pengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi
a. Berkurangnya tempat untuk berkembang biaknya serangga dan binatang
pengerat sehingga dengan demikian diharapkan kepadatan populasi vektor
penyakit berkurang.
b. Berkurangnya insiden penyakit yang erat hubungannya dengan pengolahan
sampah, misal penyakit jamur, penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti
penyakit saluran pencernaan dan lain-lain.
c. Keadaan estetika lingkungan (udara, air, tanah) lebih saniter sehingga
menimbulkan rasa nyaman bagi masyarakat
d. Keadaan lingkungan yang baik secara tidak langsung akan menghemat
pengeluaran daerah/devisa sehingga dapat meningkatkan kondisi ekonomi
daerah dan negara. Selain itu, dengan meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat, produktivitas masyarakat akan meningkat pula, sehingga dapat
B. Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah yang kurang baik
I. Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik bagi
vektor penyakit, seperti serangga dan hewan pengerat. Sebagai tempat
berkembang biak sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya insidens penyakit
di masyarakat.
2. Pengaruh terhadap lingkungan
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan
menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya tebaran/tumpukan
sampah mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat (Kusnoputranto, 2000).
2.4. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang berada
disekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak,
termasuk manusia lainnya. Secara lebih terperinci, lingkungan disekitar manusia
dapat dikategorikan dalam (Kusnoputranto, 1986) :
a. Lingkungan Fisik, termasuk didalamnya tanah, air dan udara serta interaksi satu
sama lain diantara faktor-faktor tersebut.
b. Lingkungan Biologi, termasuk semua organisme hidup baik binatang,
c. Lingkungan Sosial, termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk
sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, budaya dan psiko-sosial dan
lain-lain.
2.4.1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan
Menurut Ehlers dan Steel (1958), yang ditulis Kusnoputranto (1986)
mengemukakan, sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap
faktor-faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit,
sedangkan sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan terhadap semua
faktor yang ada di dalam lingkungan fisik yang mungkin pengaruh atau mungkin
memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial.
Kesehatan lingkungan mencakup aspek yang sangat luas yang meliputi
hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Menurut Kusnoputranto (1986) ruang
lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi :
1. Penyediaan air minum
2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air, termasuk dalam hal ini
pengumpulan, pengolahan dan pembuangan dari air buangan rumah tangga dan
sampah-sampah cair lainnya yang dapat menularkan penyakit.
3. Pengelolaan sampah padat
4. Pengendalian vektor penyakit
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah
6. Hygiene makanan
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja, terutama pengendalan dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan
biologis
10.Pengendalian kebisingan
11.Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari
perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi.
12.Perencanaan daerah dan perkotaan
13.Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat
14.Pencegahan kecelakaan
15.Rekreasi umum dan pariwisata
16.Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana
alam, perpindahan penduduk, keadaan darurat.
17.Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada
umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.
2.4.2. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan pola
penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi bahan-bahan fisika dan kimia dan
jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung manusia, atau tidak
langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam
Materi pencemar yang biasanya terbentuk atau hadir (turunan sampah) di
lingkungan TPA yaitu air lindi (leachate), selayaknya benda cair air lindi akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam tanah dan
bercampur dengan air tanah, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara
pada aliran air sungai. Kemampuan leachate mencemari air permukaan/air tanah
dipengaruhi oleh kondisi geologi (type tanah dan jenis batuan) serta kondisi hidrologi
(kedalaman dan pergerakan air tanah, jumlah curah hujan serta pengendalian aliran
permukaan) dimana lokasi TPA berada (Maramis, 2008).
Sumber Pencemar dapat dibedakan menjadi dua :
a). Sumber pencemar domestik (rumah tangga) yaitu dari perkampungan, kota, pasar,
jalan, terminal, rumah sakit, dan sebagainya
b). Sumber non domestik yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan,
transportasi dan sumber-sumber lainnya.
Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat
kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap
kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Bentuk dan macam limbah yang
dihasilkan manusia tergantung pada tingkat peradaban manusia. Sebelum manusia
mengenal kemajuan industri dan teknologi, limbah atau bahan buangan yang
dihasilkan dari kegiatan manusia pada umumnya bersifat organik. Ditinjau dari
kepentingan kelestarian lingkungan, limbah yang bersifat organik lebih
mikroorganisme, menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam tanpa
menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
2.5. Pengertian Sumber Air Buangan/Limbah
Air limbah/buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung
bahan-bahan/zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup.
Menurut Kusnoputranto (1986), beberapa sumber dari air buangan/limbah
antara lain adalah :
a. Air buangan rumah tangga (domestic wastes water)
b. Air buangan kotapraja (municipal wastes water)
c. Air buangan industri (industrial wastes water)
2.5.1. Karakteristik Air Limbah
Karakteristik atau sifat-sifat air buangan diperlukan untuk menentukan cara
pengolahan yang tepat sehingga efisiensi dan efektifitas dapat tercapai. Karakteristik
air buangan/limbah terbagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu :
a. Karakteristik Fisik, terdiri dari 99,9% air serta sejumlah kecil bahan-bahan padat
tersuspensi. Air buangan rumah tangga biasanya sedikit berbau sabun atau
minyak, dengan warna suram seperti larutan sabun. Kadang-kadang mengandung
b. Karakteristik Kimiawi, mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang
berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian
tinja, urine serta sampah-sampah lainnya.
c. Karakteristik biologis, kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli
terdapat pula dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya
tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan (Kusnoputranto, 1986).
Dengan mengetahui jenis polutan yang terdapat didalam air limbah, dapat
ditentukan unit proses yang dibutuhkan. Menurut Siregar (2005), karakter air limbah
meliputi :
1. Karakter Fisika
Karakter fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna dan padatan.
Temperatur menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke
dalam skala-skala. Skala temperatur yang biasanya digunakan adalah skala
Fahrenheit (ºF) dan skala Celcius (ºC). Bau merupakan parameter yang subjektif.
Pengukuran tergantung pada sensitivitas indera penciuman seseorang. Warna
biasanya disebabkan oleh kehadiran koloidal yang dapat dilihat dari spektrum
warna yang terjadi. Padatan diklasifikasikan menjadi floating, settleable,
suspendend atau dissolved.
2. Karakter Kimia
Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik dan senyawa anorganik.
Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasikan dengan satu atau lebih
kombinasi elemen yang bukan tersusun dari karbon organik. Karbon anorganik
dalam air limbah pada umumnya terdiri atas sand, grit dan mineral-mineral, baik
suspended maupun dissolved. Misalnya : klorida, ion hidrogen, nitrogen, fosfor,
logam berat dan asam.
3. Karakter Biologis
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir semua
bentuk air limbah. Yang menjadi parameter kandungan mikroba, tumbuhan dan
hewan di dalamnya.
2.5.2. Parameter Air Limbah
Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air buangan
di badan air sungai antara lain (Kusnoputranto, 2000) adalah :
1. Kandungan Zat Padat
Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk “total solid”, “
suspended solids” dan “dissolved solids”.
2. Kandungan Zat Organik
Zat organik didalam pengurainya, memerlukan oksigen dan bantuan
mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik zat organik adalah dengan
mengukur B.O.D (Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan tersebut.
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan
dekomposisi aerobik bahan-bahan organik dalam larutan dibawah kondisi
3. Kandungan Zat Anorganik
Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air
buangan antara lain Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phosphor, H2O dalam
zat beracun dan logam berat seperti Hg CD, Pb dan lain-lain.
4. Gas
Adanya gas N2, O2, CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke
dalam air, sedangkan gas H2S, NH3 dan CH4 berasal dari proses dekomposisi
air buangan. Oksigen didalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur
D.O (Dissolved Oxygen). Jumlah oksigen yang ada didalam sering digunakan
untuk menentukan banyaknya/besarnya pencemaran zat organik dalam larutan
makin rendah D.O suatu larutan makin tinggi kandungan zat organiknya.
5. Kandungan Bakteriologis
Bakteri golongan coli terdapat normal didalam usus dan tinja manusia.
Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk
menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit,
sehingga sebagai parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat
jumlah golongan coliform (MPN/ Most Probable Number) dalam 100 ml air
buangan serta perkiraan tedekat jumlah golongan coliform tinja dalam 100 ml
4. pH (derajat keasaman)
Pengukuran pH berkitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang
kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam
air bila dibuang ke perairan terbuka.
5. Suhu
Kenaikan suhu mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar
oksigen yang terlalu rendah akan menimbulkan bau tidak sedap akibat
Tabel 2.1. Daftar Kriteria Kualitas Air Golongan C
No. Parameter Satuan Kadar
Maksimum
Keterangan A. FISIKA
1. Suhu ºC Suhu air normal
± 3ºC 2. Zat padat terlarut Mg/L 1000
B. KIMIAWI
a. Kimia Anorganik
1. Air Raksa Mg/L 0,002 -
2. Amoniak bebas Mg/L 0,02 -
3. Arsen Mg/L 1,0 -
4. Fluorida Mg/L 1,5 -
5. Kadmium Mg/L 0,01 -
6. Klorin bebas Mg/L 0,003 -
7. Kromium, valensi 6 Mg/L 0,05 -
8. Nitrit, sebagai N Mg/L 0,06 -
9. Oksigen terlarut (DO) Mg/L - Disyaratkan
lebih dari 3
10. pH - 6 - 9 -
11. Selenium Mg/L 0,05 -
12. Seng Mg/L 0,02 -
13. Sianida Mg/L 0,02 -
14. Sulfida, sebagai H2S Mg/L 0,002 -
15. Tembaga Mg/L 0,02 -
16. Timbal Mg/L 0,03 -
b. Kimia Organik
1. BHC Mg/L 0,21 -
2. DDT Mg/L 0,002 -
3. Endrine Mg/L 0,004 -
4. Fenol Mg/L 0,001 -
5. Minyak dan lemak Mg/L 1 -
6. Organosfosfat dan carbamate
Mg/L 0,1 -
7. Senyawa aktif biru metilen (surfaktan)
Mg/L 0,2 -
C. RADIOAKTIF
1. Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)
Bq/L 0,1 -
2. Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)
Bq/L 1,0 -
2.5.3. Dampak Pencemaran Air
Air disebut tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya,
secara langsung atau tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia sehingga air itu
menjadi kurang berguna bagi kebutuhan tertentu atau semua kebutuhan dibandingkan
dengan apabila air itu berada dalam keadaan alamiahnya semula (Kusnoputranto,
1986).
Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi
manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa (Wardhana,
2000) :
A. Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga
Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi sebagai
penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperluan rumah tangga, akan
menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama
untuk memulihkannya.
B. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri
Kalau terjadi pencemaran air yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat
digunakan untuk keperluan industri berarti usaha untuk meningkatkan kehidupan
manusia tidak akan tercapai.
C. Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian.
Air tidak dapat digunakan lagi sebagai air irigasi, untuk pengairan di persawahan
terlalu asam akan mematikan tanaman dan hewan air. Selain itu banyak senyawa
anorganik yang bersifat racun yang menyebabkan kematian. Air yang
mengandung racun seringkali justru bening, seolah-olah tidak tercemar. Sudah
sering terdengar adanya kematian ikan maupun udang di kolam perikanan dan
tambak yang disebabkan air lingkungan yang tercemar.
2.6. Pengertian Air Lindi
Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan
air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari air lindi ini dapat
dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa materi tersuspensi dan
terlarut yang merupakan produk degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah
TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya
mengandung senyawa-senyawa organik (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat
dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat,
Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari
komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali
lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008).
Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan dikenal dengan
istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran
(umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga
suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan.
Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai ribuan mg/L),
sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan (Machdar, I, 2008).
Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi akibat
bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses
perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi
yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi
yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena
kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.
2.6.1. Sampah Sebagai Sumber Air Lindi
Timbunan sampah yang berasal dari sampah domestik dapat
mengganggu/mencemari karena : lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan
sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas Nitrogen dan Asam Sulfida,
adanya zat Mercury, Chrom dan Arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur
permukaan tanah menjadi racun (Pustekom, 2005).
Selayaknya benda cair, air lindi ini akan mengalir ke tempat yang lebih
rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam dan bercampur dengan air tanah, ataupun
mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Bisa dibayangkan,
konsenterasi sekitar 5000 kali lebih tinggi dari pada dalam air tanah, masuk dan
mencemari tanah atau air sungai.
Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator biologis perlu
diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan penunjuk ada
tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui analisis kandungan
logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat di dalam hewan maupun
tanaman. Beberapa unsur kimia atau jenis logam yang pernah dijumpai sebagai
pencemar lingkungan perairan yang terdeteksi melalui indikator biologis antara lain
sebagai berikut (Wardhana, 2003) :
1. Indikator biologis Phytoplankton : Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
plutonim (Pu), Cesium (Cs), ytrium (Y), dan Tritium (H3).
2. Indikator biologis Zooplankton : Mangan (Mn), Strontium (Sr), Ytrium (Y),
Besi (Fe), Nikel (Ni), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr).
3. Indikator biologis Mollusca : Seng (Zn), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Kadmium
(Cd), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Cesium (Cs), Kobalt (Co).
4. Indikator biologis Crustacea : Strontium (Sr), Ytrium (Y), Cesium (Cs),
Kobalt (Co), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tritium ( H3).
5. Indikator biologis ikan dan sejenisnya : Plutonium (Pu), Mangan (Mn),
Cesium (Cs), Seng (Zn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zirkonium (Zr) dan
Strontium (Sr).
Unsur kimia atau sejenisnya yang terkandung di dalam indikator biologis
radioaktif. Selain itu dalam masalah indikator biologis suatu pengertian yang disebut
dengan Biological Magnification, yaitu pelipatan kandungan bahan pencemar oleh
organisme yang tingkatannya lebih tinggi.
2.6.2. Proses Pencemaran dari Sumber Pencemar Sampai ke Manusia
Proses perjalanan sumber pencemar hingga sampai ke tubuh manusia dapat
[image:53.612.124.545.310.525.2]dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :
Gambar 2.1. Skema Perjalanan Logam Berat dari Sumber Pencemar Sampai ke Manusia (Zulkifli, 1997).
Berdasarkan gambar 1 diatas, bahwa manusia juga akan menerima dampak
buruk dari pencemaran air. Dimana air juga merupakan hal yang sangat penting bagi
kehidupan manusia sebab bukan hanya karena berat badan manusia terdiri atas
60-70% air, tetapi juga karena air merupakan unsur penting dalam metabolisme di dalam Industri Limbah
Logam Berat
Sungai
Laut
Air Minum Irigasi Tambak Fitoplanton, Zooplanton
Pertanian Ikan
Ikan, Bentos
tubuh, dan pengangkut hasil metabolisme tersebut kekurangan air dalam tubuh 15%
akan menyebabkan kematian dan sebaliknya jika kelebihan akan menyebabkan
gangguan di dalam tubuh seperti lemas, kejang bahkan koma (Zulkifli, 1997).
Patogenesis atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul,
yakni simpul 1, kita sebut sebagai sumber penyakit; simpul 2, komponen lingkungan
yang merupakan media transmisi penyakit; simpul 3, penduduk dengan berbagai
variabel seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, jender; sedangkan simpul 4,
penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau
exposure dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent
penyakit.
Simpul 1 : Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan mengeluarkan atau
”mengemisikan” agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang
dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui
media perantara (yang juga komponen lingkungan). Umumnya melalui produk bahan
beracun yang dihasilkannya ketika berada dalam tubuh, atau secara langsung dapat
mencederai sebagian atau seluruh bagian tubuh manusia sehingga menimbulkan
gangguan fungsi maupun morfologi (bentuk organ tubuh).
Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapat dikelompokkan ke
a. Mikroba, seperti virus, amoeba, jamur, bakteri, parasit dan lain-lain.
b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan
cahaya.
c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, merkuri, cadmium, CO,
H2S dan lain-lain.
Sumber penyakit yaitu titik secara konstan maupun kadang-kadang
mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut diatas.
Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit
Komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit pada
hakikatnya ada 5 (lima) komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media
transmisi penyakit yaitu : udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga dan
manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau di
dalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent bibit penyakit.
Air (komponen lingkungan) dikatakan memiliki potensi menimbulkan
penyakit kalau di dalamnya terdapat bakteri Salmonella typhi, bakteri Vibrio cholerae
atau air tersebut mengandung bahan kimia beracun seperti pestisida, logam berat dan
lainnya.
Simpul 3 : Perilaku Pemajaan (Behavioural Exposure)
Perilaku pemajaan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen
lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit. Misalnya mengkonsumsi air
besar, ada juga dalam jumlah kecil. Semua ditentukan oleh perilaku masing-masing
orang yang dipengaruhi pendidikan, pengetahuan dan sebagainya.
Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara
yang khas, yaitu : sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan kontak kulit. Apabila
kita kesulitan mengukur besaran agent penyakit, maka diukur dengan cara tidak
langsung yang disebut sebagai biomarker atau tanda biologi. Misalnya kandungan
merkuri dalam darah atau urine, kandungan Pb dalam darah disebut biomarker kadar
merkuri dalam rambut, begitu juga dengan pencemaran lindi yang mengandung
logam berat pada tambak yang mengakibatkan ikan tercemar dan apabila dikonsumsi
manusia dapat menimbulkan penyakit..
Simpul 4 : Penyakit
Penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan
lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan
sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata
penduduk lainnya. Bisa kelainan bentuk, kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial (Achmadi, 2005).
2.6.3. Pengelolaan Budidaya Tambak
Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai
tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara
umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu,
walaupun sebenamya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di tambak
tambak yang ada di dekat TPA Kelurahan Terjun lebih dominan digunakan untuk
kegiatan budidaya ikan. Ikan merupakan produk perikanan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi berorientasi eksport. Tingginya harga ikan cukup menarik perhatian
para pengusaha untuk terjun dalam usaha budidaya ikan.
Kegiatan budidaya menyiratkan semacam intervensi dalam proses
pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur,
pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap
serangan penyakit dan sebagainya (Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001).
Pemilihan lokasi lahan yang akan digunakan untuk tambak harus
memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity). Daya dukung
lingkungan dipengaruhi oleh gabungan kualitas air, pasang surut, ketinggian lahan,
iklim, dan kondisi tanah
Beberapa cara penanganan limbah tersebut antara lain adalah melalui :
a) Penyaringan air saat dimasukkan ke tambak.
b) Penggunaan petak perlakuan (tandon air).
Adapun fungsi tandon adalah : sebagai tempat untuk mempersiapkan air yang
berkualitas baik sebelum dimasukkan ke dalam petakan pemeliharaan dan sebagai
tempat mengendapkan limbah Model dan perlakuan tandon pasok perlu disesuaikan
dengan sumber air. Adapun teknologi yang diterapkan dalam budidaya tambak dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) tingkatan yaitu : pola sederhana, pola madya (semi
2.7. Landasan Teori
Tempat pembuangan akhir sampah di TPA Kelurahan Terjun dengan
menggunakan metode pengolahan sampah secara open dumping, sehingga dapat
mempengaruhi kualitas air tambak yang ada disekitar lokasi serta dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Menurut teori Achmadi (2005), dalam
p