• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL (TERAPEUTIK) PERAWAT DAN PASIEN

(Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien

Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

Diajukan oleh :

WINA AFRINA HASIBUAN 060922037

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM EKSTENSION

(2)
(3)

Abstraksi

Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana hubungan kegiatan komunikasi interpersonal (terapeutik) yang dilakukan perawat terhadap penyembuhan pasien rawat inap SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.

Teori yang digunakan adalah Komunikasi Interpersonal dan (Terapeutik). Komunikasi terapeutik, memiliki beberapa tahap diantaranya, tahap prainteraksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Dan teori penyembuhan. Penyembuhan adalah suatu hal, cara atau usaha untuk pulih dari sakit.

Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah pasien yang di rawat inap SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan yang berjumlah 328 orang (jumlah pasien pada tanggal 06 Mei-11 Juni 2008). Adapun pengambilan sampel digunakan dengan rumus Arikunto dengan menggunakan presisi 15%, dan diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Penelitian ini menggunakan tehnik

Proporsional Stratied Sampling, yaitu mengambil sampel dari berbagai penyakit dan dari dua ruangan rawat inap SMF Penyakit Dalam. Kemudian peneliti menggunakan tehnik Purposive Sampling, yaitu sampel disesuaikan dengan pasien yang rawat inap minimal tiga hari di RSPM. Dan tehnik pengambilan data secara kuesioner yaitu, kuesioner yang bersifat tertutup dan dibagikan kepada 49 orang pasien.

(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan karunia-NYA yang telah dianugerahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang yang tidak terhingga kepada ibunda Erna Khairani Gultom dan Ayahanda Darwin Hasibuan yang telah membesarkan, menyayangi dan mendidik penulis, dan berkat doa dan semangat kedua orangtua, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan buat kakak Enni Erwina Hsb, A.mPd, terimakasih atas bantuan, doa dan semangatnya, dan buat abang Dedi Aswin Hsb dan Abang Hasrul Abdi Hsb, Si, terima kasih buat doa dan semangatnya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Strata-I pada Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, nasehat, dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

(5)

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

4. Ibu Dra. Rusni, MA, selaku dosen pengajar dan dosen pembimbing penulis, yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan perhatian serta semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat siselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dra Rusni MA yang telah sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

6. , selaku dosen penguji 7. , selaku dosen penguji

8. Yovita Sabarina, S.Sos, selaku dosen wali, terima kasih atas bimbingan dan arahannya.

9. Staf pengajar dan pegawai-pegawai (Kak Cut, Kak Ros, Kak Dijah, Maya, dll) dan kepada pegawai lainnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan, yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian.

10.Kepala bagian dan pegawai-pegawai Tata Usaha Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.

11.Ketua SMF penyakit dalam Dr. Zulhelmi Bustami, SpPd-KGH dan khususnya kepada Sekretaris Dr. Armon Rahimi, SpPd, yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian.

(6)

13.Teman teman seperjuangan, Sabrina, Maulana, bang Boby, Mustafa, Riska, Dian, Ana, Kak Nia (tetap semangat ya) dan teman-teman anak ILKOM Ext 06, serta Agustina (Reg 04).

14.Keluarga Samsul Hsb dan kak Yuli yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis (makasih ya kak Yuli bantuan dan semangatnya). Khusus buat adik neni thanks ya, tetap semangat meraih cita-cita.

15.Dewi dan Eva yang memberikan semangat dan motivasi, dan buat kokoro no tomo Surhadli Irfan, makasih semangat dan perhatiannya serta membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Juli 2007

(7)

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel dan Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Kerangka Teori ... 8

1.5.1 Komunikasi Antar Pribadi... (Interpersonal Communication)... 9

1.5.2 Komunikasi Interpersonal (Komunikasi terapeutik) ... antara Perawat dan Pasien ... 10

1.5.3 Penyembuhan ... 13

1.6 Kerangka Konsep ... 15

1.7 Model Teoritis ... 16

1.8 Variabel Operasional ... 17

1.9 Defenisi Variabel Operasioanal ... 18

(8)

BAB II URAIAN TEORITIS ... 21

II.1 Pengertian Komunikasi ... 21

II.2. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)... 25

II.3 Komunikasi Interpersonal antar Perawat ... dan Pasien (Komunikasi terapeutik) ... 32

II.3.a Tehnik-tehnik Komunikasi Interpersonal Perawat ... dan Pasien (Komunikasi Terapeutik) ... 36

II.3.b Proses Komunikasi Interpersonal ... Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik) ... 38

II.3.c Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal ... Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik) ... 41

II.4 Pengertian Perawat, Keperawatan, dan Pasien ... 43

II.4.a Pengertian Perawat ... 43

II.4.b Pengertian Keperawatan ... 48

II.4.c Pengertian Pasien ... 52

II.5 Penyembuhan ... 54

II.6 Aplikasi/Proses Komunikasi Interpersonal antara Perawat dan Pasien (Komunikasi Terapeutik) Di SMF Penyakit Dalam RS Dr. Pirngadi Medan ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 61

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

III.1.1 Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan ... 61

III.1.2 Visi dan Misi RSPM (Rumah Sakit Pirngadi Medan) ... 63

(9)

III.2 Struktur Kehumasan RSPM ... 68

III.2.1 Job Description Staff Humas RSPM ... 69

III.2.2 Struktur Organisasi SMF Penyakit Dalam RSPM ... 70

III.3 Metode Penelitian ... 73

III.3.1 Metode Penelitian ... 73

III.3.2 Lokasi Penelitian ... 73

III.3.3 Waktu Penelitian... 73

III.3.4 Populasi dan Sampel ... 73

III.3.4.1 Populasi ... 73

III.3.4.2 Sampel ... 74

III.3.5 Tehnik Pengambilan Sampel ... 75

III.3.6 Tehnik Pengambilan Data ... 77

III.3.7 Tehnik Analisa Data ... 78

III.3.8 Uji Hipotesa ... 78

III.3.9 Uji Validitas dan Uji Realibilitas... 81

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 82

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 82

IV.1.1 Tahapan Persiapan ... 82

IV.1.2 Tahapan Pengumpulan Data ... 83

IV.2 Tehnik Pengolohan Data ... 84

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 85

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 85

IV.3.2 Variabel Bebas (Komuniukasi Interpersonal (terapeutik) ... 90

(10)

IV.4 Analisa Tabel Silang ... 111

IV.5 Uji Hipotesa ... 117

IV.6 Pembahasan ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

V.1 Kesimpulan ... 120

V.2 Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gamabr 1 Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan... 26

Gambar 2 Model Keperawatan Proses Interpersonal Menurut Peplau ... 51

Gambar 3 Rentang Sehat dan Sakit ... 55

Gambar 4 Struktur Kehumasan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan ... 68

Gambar 5 Struktur Organisasi SMF Penyakit Dalam RSPM ... 72

Tabel 1 Komunikasi Antar Pribadi (Self Disclousure)... 15

Tabel 2 Variabel Operasional ... 17

Tabel 3 Komunikasi Antar Pribadi... 28

Tabel 4 Komunikasi Antar Pribadi (Liliweri) ... 58

Tabel 5 Jumlah Pasien Rawat Inap RSPM ... 74

Tabel 6 Proporsional Sratified Sampling ... 76

Tabel 7 Skala Guilford ... 80

Tabel 8 Karakteristik Responden (Umur)... 85

Tabel 9 Jenis Kelamin ... 86

Tabel 10 Pendidikan ... 87

Tabel 11 Pekerjaan ... 87

Tabel 12 Penghasilan ... 88

Tabel 13 Lama dirawat Inap ... 88

Tabel 14 Pernah dirawat Inap/Sering Berobat ... 89

Tabel 15 Perawat Memperhatikan Pasien pertama kali bertemu ... 90

Tabel 16 Ekspresi/raut wajah pasien bertemu pasien ... 90

Tabel 17 Penampilan perawat pertama kali bertemu ... 91

(12)

Tabel 19 Pengalaman perawat dalam berkomunikasi dengan pasien ... 92

Tabel 20 Perawat Akrab dengan Pasien ... 93

Tabel 21 Perawat Bersimpati dengan Keadaan Pasien ... 64

Tabel 22 Perawat Bertanya Tentang Gejala Penyakit Pasien ... 94

Tabel 23 Pasien Merasa Nyaman ... 95

Tabel 24 Nasehat untuk sabar dan tabah menghadapi penyakit ... 95

Tabel 25 Nasehat agar mendekatkan diri dan berdoa kepada tuhan ... 96

Tabel 26 Nasehat pentingnya menjaga kesehatan dan ... menjaga pantangan makanan... 97

Tabel 27 Nasehat makan dan minum obat teratur dan istirahat yang cukup ... 98

Tabel 28 Nasehat dalam memberikan semangat dan optimis untuk sembuh ... 98

Tabel 29 Keterlibatan perawat bertukar fikiran mengenai ... rencana pengbobatan yang akan dilaksanakan ... 99

Tabel 30 Bertukar fikiran mengenai perkembangan keadaan kesehatan ... 100

Tabel 31 Mengenai pantangan dan selera makan ... 100

Tabel 32 Mengenai manfaat obat yang diberfikan apakah ada perubahan... 101

Tabel 33 Frekuensi Pembicaraan Perawat ketika memeriksa ... 101

Tabel 34 Puas dengan Pelayanan yang diberikan Perawat ... 102

Tabel 35 Pelayanan yang diberikan Dokter ... 103

Tabel 36 Pelayanan yang diberikan Perawat ... 103

Tabel 37 Pelayanan Menu Makanan ... 104

Tabel 38 Pelayanan Pegawai Administrasi... 105

Tabel 39 Pernah Mengeluh/Protes dengan Pelayanan RSPM ... 105

(13)

Tabel 41 Meminta Pertolongan Kepada Perawat ... 107 Tabel 42 Menerima Nasehat untuk sabar dan tabah menghadapi penyakit ... 107 Tabel 43 Menerima Nasehat agar mendekatkan diri dan berdoa kepada tuhan .... 108 Tabel 44 Menerima Nasehat pentingnya menjaga ...

kesehatan dan menjaga pantangan makanan ... 108 Tabel 45 Menerima Nasehat makan dan minum obat teratur ...

dan istirahat yang cukup ... 109 Tabel 46 Menerima Nasehat dalam memberikan semangat ... 109

dan optimis untuk sembuh ... Tabel 47 Senang dan Terhibur dengan Nasehat Perawat ... 110 Tabel 48 Mengikuti Peraturan Perawat ... 110 Tabel 49 Merasa Ada Perubahan ... 111 Tabel 50 Hubungan perawat bersimpati dengan keadaan pasien, ...

dengan pasien meminta pertolongan kepada perawat... saat mengalami kesulitan ... 112 Tabel 51 Hubungan pengalaman perawat dengan frekuensi ...

pembicaran dengan pasien ... 113 Tabel 52 Hubungan perawat memberikan nasehat untuk ...

sabar dan tabah menghadapi penyakit dengan pasien menerima ... nasehat perawat untuk sabar dan tabah menghadapi penyakit ... 114 Tabel 53 Hubungan Perawat Akrab dengan Pasien dengan ...

pasien Sering mengungkapkan perasaan yang dirasakan ... 115 Tabel 54 Hubungan nasehat perawat dengan Senang ... 116

dan terhibur dan berkurang beban

(14)

Lampiran terdiri dari: 1. Kuesioner

2. Surat Pra Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang ditujuksn kepada Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan

3. Surat Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang ditujuksn kepada Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan

4. Surat Pra Penelitian dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan 5. Surat Penelitian Penelitian dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan 6. Surat Penelitian Penelitian dari SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr.

Pirngadi Medan

7. Tabel Uji Validitas dan Uji Realibilitas 8. Tabel mentah Jumlah variable X dan Y 9. Fotron Cobol

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Wina Afrina Hasibuan

Nim : 060922037

Jurusan : Ilmu Komunikasi Extension

Judul : Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat terhadap Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit Dr. Pirngadi.

Medan, Juli 2008

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Rusni, MA. Dra. Amir Purba, MA

NIP. 131 460 522 NIP. 131 654 104

Dekan

(16)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

Sripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Departemen Ilmu Komunikasi Ekstension, Fakultas Ilmu Sosial an Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara pada:

Hari : Tanggal Pukul Tempat

Panitia Penguji: 1. Ketua Penguji

2. Penguji I

(17)

Abstraksi

Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat dan Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik) Perawat Terhadap Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana hubungan kegiatan komunikasi interpersonal (terapeutik) yang dilakukan perawat terhadap penyembuhan pasien rawat inap SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.

Teori yang digunakan adalah Komunikasi Interpersonal dan (Terapeutik). Komunikasi terapeutik, memiliki beberapa tahap diantaranya, tahap prainteraksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Dan teori penyembuhan. Penyembuhan adalah suatu hal, cara atau usaha untuk pulih dari sakit.

Yang menjadi populasi dalam penelitian adalah pasien yang di rawat inap SMF Penyakit Dalam di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan yang berjumlah 328 orang (jumlah pasien pada tanggal 06 Mei-11 Juni 2008). Adapun pengambilan sampel digunakan dengan rumus Arikunto dengan menggunakan presisi 15%, dan diperoleh sampel sebanyak 49 orang. Penelitian ini menggunakan tehnik

Proporsional Stratied Sampling, yaitu mengambil sampel dari berbagai penyakit dan dari dua ruangan rawat inap SMF Penyakit Dalam. Kemudian peneliti menggunakan tehnik Purposive Sampling, yaitu sampel disesuaikan dengan pasien yang rawat inap minimal tiga hari di RSPM. Dan tehnik pengambilan data secara kuesioner yaitu, kuesioner yang bersifat tertutup dan dibagikan kepada 49 orang pasien.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yaitu, makhluk yang selalu membutuhkan

sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

manusia selalu berkomunikasi dengan sesamanya. Komunikasi memiliki peranan

yang penting dalam kehidupan manusia, salah satu unsur komunikasi yaitu

menyampaikan informasi. Oleh karena itu manusia harus selalu berhubungan

dengan manusia lainnya.

Menurut Carl I Hoveland (Widjaja, 2000:15) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain/individu lain. Untuk itu harus ada kesepahaman arti dalam proses penyampaian informasi tersebut agar tercapai komunikasi yang efektif.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dengan menggunakan

lambang-lambang yang bermakna dari komunikator kepada komunikan dengan

suatu tujuan tertentu. Tujuan yang diharapkan dari proses komunikasi yaitu

perubahan berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat

pendapat serta merubah sikap dan prilaku komunikan atau dengan kata lain

dikenal sebagai tiga tingkatan perubahan yaitu: kognitif, afektif, behavioral.

Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien. Bentuk

komunikasi yang dilakukan disebut komunikasi Interpersonal. Adanya hubungan

komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien merupakan hubungan

kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar prilaku, perasaan, pikiran dan

(19)

Dalam ilmu kesehatan komunikasi interpersonal ini disebut juga dengan

Komunikasi Teraupatik. Komunikasi terapeutik yang dilakukan bersifat langsung, si perawat mengetahui keadaan dan tanggapan pasien saat itu, demikian juga pasien mengetahui perhatian yang diberikan perawat (Wijaya, dkk, 1996:34).

Adapun tujuan perawat berkomunikasi dengan pasien adalah menolong dan membantu serta meringankan beban penyakit yang di derita pasien. Dimana penyakit yang diderita pasien tidak hanya secara fisik namun juga meliputi jiwa atau mental pasien, terutama mengalami gangguan emosi seperti mudah tersingung, patah semangat dikarenakan sakitnya. Dengan demikian menyebabkan dalam dirinya timbul perasaan sedih, takut, dan lekas tersinggung, apalagi penyakit yang dideritanya divonis tidak bisa disembuhkan lagi. Disinilah pentingnya komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat terhadap pasiennya.

Komunikasi yang baik dari seorang perawat, mampu memberikan kepercayaan diri bagi pasien. Dalam hal ini, kesan lahiriah perawat dan keramah tamahan perawat mulai dari senyum yang penuh ketulusan, kerapian berbusana, sikap familiar, cara berbicara (berkomunikasi) yang mamberikan kesan menarik, bertempramen bijak, dan memcirikan seorang perawat yang berkepribadian yang dibutuhkan untuk menjadi obat pertama bagi pasien (Kariyoso, 1994 :1).

Menurut Rogers (Arwani, 2002:15) menyatakan bahwa inti dari hubungan pertolongan adalah kehangatan, ketulusan, pemahan yang empatik serta perhatian positif yang tidak bersyarat. Maka sebaiknya perawat mampu menunjukkan perhatian sepenuhnya dan bertutur kata lembut kepada pasien, sehingga dapat membantu pasien dalam mengurangi beban penyakit dan membantu dalam proses penyembuhan.

Seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menolong pasien

dengan kehangatan dan ketulusan, agar pasien merasa dekat dengan perawat.

Perawat dalam komunikasi dapat dilakukan dengan jabat tangan dan

menggunakan sikap terbuka dalam membantu pasien yang mengalami sakit atau

memerlukan bantuan. Komunikasi non verbal juga digunakan, misalnya adanya

gerakan tubuh, termasuk gerak tangan, gerak kaki, gerakan kepala, ekspresi wajah

(tersenyum dan ramah) kepada pasien, sehingga pasien merasa senang dan

nyaman selama dirawat oleh perawat tersebut.

Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi

(20)

raut wajah yang tegang dan ekspresi wajah yang marah dan tidak ada senyum

akan berdampak negatif bagi pasien. Pasien akan merasa tidak nyaman bahkan

terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya jika bersikap seperti

diatas. Kondisi seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses

penyembuhan pasien.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan

komunikasi yang dilakukan antara perawat dan pasien dapat pula mempengaruhi

tingkat kesehatan pasien, yaitu pasien menuruti kata-kata dan nasehat perawat,

anjuran dan lainnya yang dapat membuat pasien lebih bersemangat sehingga

tercapai penyembuhan.

Dalam melaksanakan tugasnya tentulah perawat tidak terlepas dari proses

komunikasi. Dari sekian banyak komunikasi, maka komunikasi antar pribadi

(Komunikasi interpersonal) yang dianggap paling efektif untuk menunjang

kesehatan pasien.

Menurut Onong U. Effendy, MA “Komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan………..” (Effendy, 1986:9).

Dengan demikian penggunaan saluran komunikasi interpersonal mempunyai

peranan penting dalam menjalankan tugas keperawatan melalui keterampilan

berkomunikasi yaitu komunikasi interpersonal, perawat dapat mengetahui reaksi

pasien terhadap penyakitnya dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengutarakan perasaannya dan keluhannya.

Adapun sasaran penelitian tentang perawat dan pasien yang difokuskan pada

aspek komunikasi interpersonal menjadi demikian menarik dilatar belakangi oleh

(21)

kepada perawat, sehingga perawat lebih lama bergaul dengan pasien rawat inap

dibandingkan dengan Dokter, Pasien yang dirawat inap di rumah sakit selain

memerlukan pengobatan secara medis juga membutuhkan pengobatan secara

non-medis (sering terjadinya komunikasi yang bersifat menghibur, memberikan

semangat dan keramah-tamahan perawat, dll) yang dapat membantu

mempengaruhi dan membantu proses penyembuhan.

Rumah Sakit Umum Pirngadi merupakan salah satu Rumah Sakit Umum

milik Pemerintah yang ada di Medan, yang terletak di Jl. H. M. Yamin (Jl.

Serdang). Selain tempat pelayanan kesehatan RSU juga sebagai tempat

pendidikan para calon dokter, Perawat, Bidan, dan Mahasiswa lain dari berbagai

Universitas yang ingin melakukan penelitian.

RSU Pirngadi memiliki dua gedung, yaitu gedung lama dan gedung baru.

Gedung yang baru bagus, bertingkat serta fasilitas yang cukup memadai. Namun

banyak masyarakat yang mengeluh dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak

RSU Pirngadi. Baik buruknya suatu rumah sakit dimata masyarakat tergantung

pada pelayanan sehari-hari yang diberikan oleh pihak rumah sakit, baik itu dokter

dan perawatnya yang baik dan ramah terhadap pasien, dokter selalu ada ditempat

apabila dalam keadaan darurat, menu makanan yang disajikan kepada pasien dan

lain-lain yang berhubungan dengan pelayanan pasien.

Hasil pengamatan atau pra penelitian yang dilakukan penulis sewaktu berada

di RSU Pirngadi, menunjukkan bahwa hubungan komunikasi interpersonal yang

terjadi antara perawat dan pasien memang sudah cukup baik secara medis, yang

meliputi cara pengobatan dan seputar kondisi pasien. Sedangkan komunikasi yang

(22)

dalam melayani pasien, sehingga perawat kurang memperhatikan pasien dan

mendengarkan keluhan pasien, Kurangnya pendekatan terhadap pasien, untuk

menghibur dan memotivasi pasien untuk proses penyembuhan.

Dan penulis banyak mendapatkan informasi dari masyarakat yang pernah

berobat ke RSU Pirngadi mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh RSU

Pirngadi kurang memuaskan, terlihat adanya perbedaan antara yang kaya dan

yang miskin, salah satu contohnya adalah pasien yang kalangan menegah

kebawah yang berobat memakai kartu Askes biasa, Gakin/Askin, berada dibagian

gedung lama.

Sedangkan masyarakat yang berasal dari kalangan menegah keatas dan

Askes golongan/pangkatnya tinggi berada di gedung yang baru yang kelihatannya

mewah dan dilayani dengan baik, berbeda dengan masyarakat yang menggunakan

Askes, Gakin atau Askin.

Oleh karena itu, dari hasil pengamatan tersebut, penulis tertarik mengangkat

masalah tersebut kedalam sebuah judul “Komunikasi Interpersonal Perawat dan

Pasien (Studi Korelasional Peranan Komunikasi Interpersonal yang dilakukan

oleh Perawat terhadap Penyembuhan Pasien di RSU Pirngadi Medan).

Penelitian dilakukan dibagian rawat inap bagian penyakit dalam. Bagian

penyakit dalam terdiri dari berbagai penyakit, diantaranya: Diabetes Melitus

(DM), Hipertensi, Ginjal, Lambung (bagian perut), Rheumatik, Hepatitis dan

Lever.

Untuk mempersingkat waktu penelitian, mempermudah peneliti dan tidak

(23)

ada di RSU Pirngadi. Maka peneliti menfokuskan penelitian kepada pasien yang

dirawat inap bagian penyakit dalam.

Adapun alasan penulis mengambil pasien yang dirawat inap bagian penyakit

dalam, karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pasien yang

berada dibagian penyakit dalam ini sangat membutuhkan perhatian perawat,

karena pasien yang menderita penyakit dalam rata-rata pasien yang sudah

berumur tua, sehingga kepercayaan dirinya kurang untuk sembuh dan tidak

bersemangat.

Oleh karena itu perawat berperan untuk memberikan motivasi kepada

pasien dan perawat juga mau mendengarkan keluhan pasien, menghibur dan

memberikan semangat kepada pasien untuk menjalankan peraturan yang diberikan

oleh dokter dan minum obat yang teratur guna penyembuhan pasien. Disinilah

komunikasi interpersonal (Terapeutik) sangat diperlukan dalam berkomunikasi

dengan pasien.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Sejauhmana Hubungan Komunikasi

Interpersonal Antara Perawat Dengan Pasien terhadap Penyembuhan Pasien di

(24)

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka penulis

membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah

yamg diteliti adalah:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui,

sejauhmana terdapat hubungan antara Perawat dan Pasien terhadap

penyembuhan pasien.

2. Penelitian ini bertujuan mengetahui peranan dari komunikasi interpersonal

perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien.

3. Objek penelitian adalah pasien yang rawat inap yang berada di RSU

Pringadi bagian penyakit dalam yang dirawat inap minimal tiga hari, di

RSU Pirngadi Medan.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi antar pribadi perawat dan

pasien terhadap penyembuhan pasien.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan komunikasi

interpersonal perawat dan pasien terhadap penyembuhan pasien.

3. Untuk mengetahui dan mengukur tingkat korelasional komunikasi antar

pribadi dan penyembuhan pasien dibagian penyakit dalam di RSU

(25)

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah

penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di

Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat diharapkan memberikan masukan bagi

RSU Pirngadi untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan komunikasi

antar pribadi antara perawat dan pasien dalam proses penyembuhan

pasien, meningkatkan kesehatan pasien dan meningkatkan mutu pelayanan

rumah sakit.

3. Penelitian ini sebagai syarat menyelesaikan studi di FISIP USU dan

penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis.

1.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berfikir yang

mendukung pemecahan masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun

-kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang dapat

menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi,

1995:39).

Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam

menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap

relevan dalam penalitian ini adalah:

1. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

2. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Terapeutik)

(26)

1.5.1. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, yang artinya sama.

Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna

mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh

komunikan.

Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang

atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, agar isi

pesan yang disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Carl I Hoveland (Effendy, 1995:10) “Komunikasi

adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan peransang untuk

merubah tingkah laku orang lain”.

Menurut Mulyana (2002:73), komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

Komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik (Effendy, 1986:61).

Effendy juga menambahkan bahwa komunikasi antar pribadi ini dikatakan

efektif dalam merubah perilaku orang lain, apabila terdapat kesamaan makna

mengenai apa yang disampaikan. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat

terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan

komunikator dan diterima oleh komunikan. Komunikasi interpersonal juga

dilakukan oleh perawat dengan pasien, komunikasi yang dilakukan antara perawat

(27)

Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi

instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, oleh

karena itu kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi

daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita.

Jalaludin Rakhmat (1994:80) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh:

1. Persepsi interpersonal

2. Konsep diri

3. Atraksi interpersonal

4. Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.

Disinilah seorang perawat melakukan komunikasi interpersonal dengan

pasien, dengan menjalin sikap saling percaya, perawat memberikan dan

membangkitkan rasa percaya diri kepada pasien, memberikan semangat untuk

sembuh, dan saling bersikap terbuka antara perawat dan pasien, serta perawat

mau mendengarkan keluhan dari pasien.

1.5.2. Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien (Komunikasi

Terapeutik).

(28)

Adapun fungsi komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat dengan

pasien adalah mendorong dan menganjurkan untuk menjalin kerjasama antara

perawat dengan pasien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, menjalankan

tugas, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang

dilakukan dalam perawatan.

Adapun tujuan komunikasi interpersonal yaitu membantu pasien,

mengurangi beban perasaan, fikiran dan sakit yang dideritanya. Membantu

mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang

lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Menurut Uripni (2002:56), ada beberapa tahap komunikasi interpesonal

(terapeutik) yang dilakukan oleh perawat, yaitu :

1) Prainteraksi

Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat diharapkan tidak memiliki prasangka buruk kepada pasien, karena akan menggangu dalam hubungan saling percaya. Seorang perawat profesional harus belajar peka terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien dan mampu menciptakan hubungan komunikasi interpersonal yang baik, agar pasien merasa senang dan merasa dihargai.

2) Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien, memperkenalkan diri, menayakan nama pasien, dan menayakan keluhan pasien, dll.

3) Orientasi

(29)

4) Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Perawat menfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keadaan pasien, keluhan-keluhan pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal yaitu dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien, memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur, untuk mencapai kesembuhan.

5) Tahap terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Dalam tahap akhir ini, pasien sudah dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit, hendaknya perawat tetap memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat degan pasien terjalin dengan baik.

Menurut De Vito (1997:233), hubungan komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap pengembangan yaitu:

a. Kontak, pada tahap ini alat indera sangat diperlukan untuk melihat, mendengar dan membaui seseorang. Bila pada tahap kontak terbina persepsi yang positif, maka akan membawa seseorang pada hubungan yang lebih erat yaitu persahabatan, saling terbuka dan penuh kehangatan.

b. Keterlibatan, adalah tahap pengenalan lebih jauh, mengikatkan diri kita untuk mengenal orang lain dan mengungkapkan diri.

c. Keakraban, tahap ini kita mengikat diri lebih jauh lagi, dimana seseorang dapat menjadi sahabat yang baik.

d. Pengrusakan, tahap ini terjadi penurunan hubungan, dimana ikatan diantara kedua pihak melemah.

(30)

1.5.3. Penyembuhan.

Penyembuhan berasal dari kata “sembuh” yang artinya adalah baik atau pulih dari sakit. Sedangkan penyembuhan adalah suatu hal, cara atau usaha untuk pulih dari sakit (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Dr. J.S Badudu 1996:1263). Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan (Depdikbud, 1999 : 905).

Sembuh adalah perubahan keadaan fisik, yaitu fisik dalam keadaan baik dan

sembuh dari sakit. Selain perubahan keadaan fisik juga terjadi perubahan keadaan

mental yaitu, pikiran yang jernih dan perasaan yang senang serta timbulnya

semangat dalam diri pasien. Dalam proses penyembuhan sangat diperlukan

pengobatan dari seseorang baik itu dokter maupun perawat. Kegiatan atau

interaksi yang selalu dekat dengan pasien adalah perawat.

Oleh karena itu komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam menjalin

hubungan perawat dengan pasien. Proses komunikasi interpersonal yang baik

dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan perawat dalam membantu

pasien untuk mengatasi persoalan yang dihadapi dan untuk mencapai

kesembuhan. Agar komunikasi interpersonal menjadi efektif, maka sikap saling

terbuka sangat diperlukan untuk mendorong timbulnya saling pengertian,

menghargai, memberikan manfaat bagi motivasi kesembuhan pasien dan sikap

pasien untuk mengikuti anjuran dan nasehat perawat.

Menurut Parson (Hidayat:2006:6), untuk mencapai penyembuhan ada beberapa tahapan proses sakit sampai dengan sembuh yaitu:

1. Tahap gejala, yaitu tahap seseorang mengalami proses dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman dan gejala suatu penyakit yang dirasakan.

(31)

ketakutan.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan, yaitu melakukan atau mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan.

4. Tahap ketergantungan, yaitu tahap mendapatkan pengobatan dan ketergantungan terhadap obat sampai mendapatkan kesembuhan.

5. Tahap penyembuhan, yaitu tahap terakhir untuk menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi.

Dalam proses pengobatan diperlukan tenaga dan bantuan perawat. Perawat

berperan penting dalam memberikan perhatian kepada pasien dalam segala hal

yang mencakup kesehatan pasien. Jika obat fungsinya mengobati penyakit pasien,

sedangkan perawat fungsinya memberikan semangat, dorongan untuk cepat

sembuh, mengajak pasien bercerita dan bersenda gurau untuk menghibur dan

meringankan beban (penyakit) yang diderita oleh pasien.

Dapat disimpulkan penyembuhan adalah suatu proses untuk kembali atau

pulih dari sakit dengan adanya bantuan dari pihak medis dan proses pengobatan.

Untuk mencapai proses penyembuhan harus ada sikap saling terbuka sepeti yang

diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat (1994:89), yang menyatakan bahwa dalam

melakukan hubungan komunikasi sangat dibutuhkan:

1. Saling percaya

2. Sikap suportif, dan

3. Sikap saling terbuka.

(32)

Tabel 1

Diketahui Sendiri Tidak Diketahui Sendiri

Diketahui orang lain

Tidak diketahui

orang lain

Sumber: Komunikasi Antar Pribadi (Liliweri, 1991:53).

Dalam hal komunikasi, sangat diperlukan keterbukaan seseorang, maka kuadran

pertama (I) sangat diperlukan dalam komunikasi. Kuadran pertama (I) melukiskan suatu

kondisi diantara seorang dengan yang lain, atau antara komunikan (perawat) dan

komunikator (pasien) mengembangkan suatu hubungan yang saling terbuka, pasien

terbuka kepada perawat dan sebaliknya. Pasien mengungkapkan perasaan yang

dirasakannya, keluhan-keluhan tentang penyakit yang dideritanya agar perawat

mengetahui dan melakukan perawatan dan pengobatan untuk mencapai kesembuhan.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:11). Adapun variable-variabel yang akan diteliti dalam penelitian yaitu:

Terbuka ( I ) Buta ( III )

(33)

1. Variabel Bebas (Independent Variabel (X) ) adalah gejala atau

faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau

tidaknya muncul gejala atau faktor lainnya, (Nawawi, 1995:56). Yang

menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi

Interpersonal (Komunikasi Terapeutik).

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel (Y) ) adalah sejumlah gejala

atau faktor atau unsur yang ada atau muncul karena dipengaruhi atau

ditentukan oleh adanya variabel bebas, (Nawawi, 1995:57). Yang

menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penyembuhan.

1.7. Model Teoritis

+/-

Keterangan : X : Variabel Bebas

Y : Variabel Terikat

+/-: Kuat Lemahnya Hubungan.

Variabel Bebas (X)

Komunikasi Interpersonal

(Komunikasi terapeutik)

Variabel Terikat (Y)

(34)

1.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka konsep, maka dibuatlah operasionalisasi

variabel-variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu :

Tabel 2

Variabel Teoritis Variabel Operasinal

Variabel Bebas (X) - Penampilan perawat • Perkenalan

- Keramah-tamahan perawat - Ekspresi wajah

- Keakraban • Orientasi

- Sentuhan yang diberikan perawat - Rasa Simpati dan empati

Tahap kerja

- Adanya keterlibatan - Seringnya berkomunikasi • Terminasi

- Menyampaikan kesimpulan

- Merencanakan untuk mengakhiri kegiatan dengan baik (pemutusan)

Variabel Terikat (Y) Penyembuhan

Efek dari Komunikasi Interpersonal (Terapeutik)

• Keterbukaan paien mengungkapkan perasaan

• Perubahan Keadaan Mental, pasien merasa senang, terhibur dan berkurang beban.

• Pasien termotivasi dan terjadi perubahan prilaku pasien.

Karakteristik Responden • Jenis Kelamin • Usia

• Pendidikan • Pekerjaan

(35)

1.9. Defenisi Variabel Operasional

a. Variabel Bebas (X) yaitu Komunikasi Interpersonal, indikatornya antara

lain:

- Prainteraksi yaitu masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi

dengan pasien. Dalam prainteraksi ini terjadi kontak antara pasien dan

perawat dan adanya penilaian pasien terhadap penampilan perawat. Apakah

penampilannya rapi, menarik dan meyakinkannya sebagai perawat yang

professional.

- Perkenalan yaitu kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat

terhadap pasiennya yang baru memasuki rumah sakit. Misalnya memberikan

salam, memperkenalkan diri kepada pasien, dan menanyakan nama pasien.

Pada tahap perkenalan sangat dibutuhkan keramah-tamahan, ekspresi wajah

yang senyum penuh ketulusan, sehingga timbul keakraban antara perawat

dan pasien.

- Orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama

pasien berada di rumah sakit. Pada tahap ini perawat memberitahukan atau

menvalidasi keakuratan data. Biasanya dikaitkan dengan hal yang sudah

dilakukan perawat bersama pasien, misalnya: “bagaimana keadaan anda

sekarang setelah diberi obat ini...”

- Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait

erat dengan pelaksanaan komunikasi interpesonal. Tahap ini perawat

menanyakan keadaan pasien dan bercerita tentang penyakit, riwayat pasien,

(36)

hendaknya saat berkomunkasi dengan pasien, perawat memberikan

semangat dan motivasi untuk sembuh.

- Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir

dari pertemuan antara perawat dengan pasien, berakhirnya suatu hubungan

antara perawat dengan pasien. Pada tahap ini perawat memberikan

kesimpulan dan menyatakn untuk mengakhiri kegiatan atau hubungan

dengan baik. Terminasi terbagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi

akhir, yang akan diuraikan di Bab II.

b. Variabel Terikat (Y) yaitu Penyembuhan, indikatornya antara lain:

- Keterbukaan pasien mengungkapkan perasaan, baik sedih dan senang yang

dirasakan pasien, keluhan-keluhan sakit yang dirasakan pasien, dengan

melakukan komunikasi interpersonal yang baik maka akan timbul kedekatan

dan keterbukaan antara perawat dan pasien.

- Perubahan Keadaan Mental, komunikasi yang berjalan dengan efektif,

membuat pasien terhibur dan berkurang beban.

- Pasien termotivasi dan terjadi perubaan perilaku pasien. Pasien termotivasi

dengan nasehat yang diberi perawat dan lebih semangat untuk mengikuti

anjuran perawat untuk mencapai kesembuhan.

c. Karakteristik Responden, antara lain:

- Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin responden laki-laki atau perempuan

- Usia, umur responden

- Pendidikan, tingkat pendidikan dimulai dari lulusan SD, SLTP, SLTU dan

Perguruan tinggi

(37)

- Lamanya dirawat inap, waktu berapa lama pasien dirawat.

1.10. Hipotesis

Hipotesa adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau perkiraan tentang

apa saja yang akan kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesa dapat

diturunkan dari teori-teori, akan tetapi ada kalanya sukar diadakan perbedaan yang

tegas antara teori dengan hipotesa. Hipotesa merupakan jawaban sementara yang

diformulasikan berdasarkan kajian konsep teori, hasil temuan peneliti atau

pengamatan peneliti pada fenomena lapangan yang diteliti.

Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang

menghubungkan antara dua variabel atau lebih (Singarimbun:2001:43). Adapun

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha :Terdapat hubungan komunikasi interpersonal antara perawat dengan

(38)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication, yang artinya sama.

Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna

mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh

komunikan.

Salah tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang

atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, agar isi

pesan yang disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta pada tahap selanjutnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Carl Hoveland (Effendy,1995:10) “Komunikasi

adalah proses dimana seorang komunikator menyampaikan perangsang untuk

merubah tingkah laku orang lain”.

Sedangkan menurut Edward Depari (Widjaja, 2000:13) menyatakan bahwa, “Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima pesan dengan maksud mencapai kebersamaan (Commons).

Dari beberapa defenisi diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa

komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan (stimulus, signal,

simbol atau informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal dari

pengirim kepada komunikan) dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek

kognitif, afektif maupun psikomotorik dan behavioral.

Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien.

(39)

yang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, maupun

dengan tenaga kesehatan yang lain dalam rangka membantu mengatasi masalah

pasien. Secara umum komunikasi memilik tujuan, yaitu:

1. Supaya pesan yang disampaikan komunikator dapat dimengerti oleh

komunikan.

Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu

menyampaikan pesan tentang diagnosa penyakit dengan jelas, lengkap

dengan tutur kata yang lembut dan sopan. Agar pesan yang disampaikan

dapat diterima oleh pasien.

2. Memahami orang lain.

Proses komunikasi tidak dapat berlangsung dengan baik, bila perawat

tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diiginkan pasien.

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain.

Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu

memberikan pendidikan tentang kesehatan kepada pasien, betapa

pentingnya menjaga kesehatan. Peran ini akan efektif dan berhasil bila apa

yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien.

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatau.

Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai dengan

keinginan kita, yang tentunya bermanfaat bagi pasien. Dalam hal ini perlu

adanya pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dengan komunikasi

(40)

Menurut Mundakir (2006:15), secara umum komunikasi yang dilakukan seorang perawat mempunyai tujuan dan target, yaitu :

1). Sosial Change/Social Participation, 2). Attitude Change,

3). Opinion Change, 4). Behavioral Change.

Menurut Widjaja (2000:15), apabila komunikasi dipandang dari arti yang luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran pesan atau informasi tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide-ide. Maka komunikasi memiliki fungsi dalam sistem sosial yaitu:

a. Sebagai informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

b. Sosialisasi (Kemasyarakatan). Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif, sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif didalam masyarakat.

c. Motivasi. Proses komunikasi yang membuat atau mendorong seseorang untuk menentukan pilihannya dan melakukan sesuatu yang diinginkannya untuk mencapai tujuan.

d. Perdebatan dan diskusi. Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan menggunakan komunikasi baik secara debat maupun diskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.

e. Pendidikan. Komunikasi sebagai proses pengalihan atau transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif.

f. Memajukan kehidupan. Komunikasi berfungsi menyebarkan kebudayaan dan seni dengan melestarikan warisan kebudayaan masa lalu, membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetika.

g. Hiburan. Dengan komunikasi banyak hiburan yang ditampilkan dari dunia

Entertaimant.

(41)

Komunikasi memiliki berbagai tingkatan, yaitu:

1. Komunikasi Intrapersonal.

Komuniasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri

atau proses berfikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan dan berbicara

pada diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya,

shalat, kita berkomunikasi dengan Allah SWT, yaitu dengan memohon

doa kepada Sang Pencipta.

2. Komunikasi Interpersonal.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua

orang, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan.

Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium.

Komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat,

dan perilaku seseorang.

3. Komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua

orang atau tiga orang, bisa berbentuk kelompok diskusi, rapat dan lain-lain

yang satu sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok

remaja, pengajian ibu-ibu, dan lain-lain.

4. Komunikasi Publik.

Komunikasi publik adalah proses komunikasi yang terjadi didepan publik

atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan

(42)

5. Komunikasi Organisasi.

Komunikasi yang terjadi didalam organisasi yang bersifat formal maupun

non-formal.

6. Komunikasi Massa.

Komunikasi yang melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar

dalam area geografis yang luas, heterogen, namun mempunyai perhatian

dan minat terhadap suatu isu atau berita. Biasanya dalam komunikasi ini

melibatkan media misalnya, Televisi, Surat kabar, majalah, dan lain-lain,

Dalam penelitian ini penulis menggunakan komunikasi interpersonal.

Karena komunikasi interpersonal sangat efektif dilakukan perawat dan pasien

dalam hal merubah perilaku pasien dalam penyembuhan.

II.2 Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

Menurut Mulyana (2002:73), komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal.

Komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) adalah komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik (Effendy,1986:61).

(43)

Dari pernyataan diatas ada beberapa elemen yang ada dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Adanya pesan,

b. Adanya orang-orang/sekelompok kecil, c. Adanya penerimaan pesan,

d. Adanya efek, dan e. Adanya umpan balik.

Menurut Ellis (1995:6), komunikasi interpersonal adalah komunikasai yang terjadi antara dua orang yang bertatap muka, misalnya antara perawat dan pasien yang menimbulkan respon atau umpan balik. Seperti yang kita lihat dalam bagan di bawah ini:

Gambar 1

Sumber : Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan (Rogers, B. Ellis, 1995:6)

Dari diagram diatas pesan dan umpan balik berasal dari informasi. Diagram

diatas menunjukkan komunikasi dua arah yang saling timbal balik. Sumber

(perawat) menyampaikan pesan kepada penerima pesan (pasien). Baik

pesan-pesan yang bersifat informatif, persuasif dan koersif.

Dalam hal ini penerima pesan (pasien) akan memberi umpan balik kepada

sumber informasi (perawat), baik pesan itu diterima atau ditolak oleh penerima

pesan.

Bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik

yang melibatkan hanya dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

Umpan Balik Sumber (Informasi)

Perawat

Pesan Penerima Pesan

(44)

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun non-verbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang

guru dengan muridnya, dan seorang perawat dengan pasiennya.

Steward L.Tubs dan Sylvia Moss (Mulyana, 2002:74) mengatakan ciri-ciri komnuikasi diadik adalah:

1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat

2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal dan non-verbal.

Steward L. Tubs dan Sylvia Moss (Rakhmat, 1996:16) juga menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif memiliki tanda-tanda atau setidaknya menimbulkan, yaitu:

a. Saling pengertian

b. Memberikan kesenangan c. Mempengaruhi sikap

d. Hubungan sosial yang semakin baik e. Adanya tindakan

Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi

instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena

kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk

pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang

paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting

hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataanya

komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan

sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,

televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih.

Jalaluddin Rakhmat (1994:80) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.

1. Persepsi Interpersonal

(45)

berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu :

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;

b. Merasa strata dengan orang lain;

c. Menerima pujian tanpa rasa malu;

d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;

e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuia dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari mata kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita, akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomuinkasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

Hubungan antara konsep diri dan membuka diri berkaitan dengan Johari Window (Jendela Johari) yang diperkenalkan oleh Joseph Luft pada tahun 1996 (liliweri, 1991:53), yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Seperti bagan dibawah ini:

Tabel 3

Diketahui Sendiri Tidak Diketahui Sendiri

Diketahui orang lain

Tidak diketahui

orang lain

Sumber: Komunikasi Antar Pribadi (Liliweri, 1991:53). Terbuka ( I ) Buta ( III )

(46)

Dalam hal komunikasi, sangat diperlukan keterbukaan seseorang, maka kuadran pertama (I) sangat diperlukan dalam komunikasi. Kuadran pertama (I) melukiskan suatu kondisi diantara seorang dengan yang lain, atau antara komunikan (perawat) dan komunikator (pasien) mengembangkan suatu hubungan yang saling terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui tentang hubungan mereka.

c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai

Communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaiman kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

3. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antar pribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:

1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristik secara negatif.

2. Efektifitas komunikasi. Komunikasi antar pribadi dinyatakan efektif, bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam suatu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan orang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

4. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cepat persepsi tentang orang lain dan persepsi dirinya. Sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta komunikasi.

(47)

Menurut De Vito (1997:233), hubungan komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap pengembangan yaitu:

a. Kontak, pada tahap ini alat indera sangat diperlukan untuk melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Bila pada tahap kontak terbina persepsi yang positif maka akan membawa seseorang pada hubungan yang lebih erat yaitu persahabatan, saling terbuka dan penuh kehangatan.

b. Keterlibatan, adalah tahap pengenalan lebih jauh, mengikatkan diri kita untuk mengenal orang lain dan mengungkapkan diri.

c. Keakraban, pada tahap ini kita mengikat diri lebih jauh lagi bagaimana seseorang dapat menjadi sahabat yang baik.

d. Pengrusakan, tahap ini terjadi penurunan hubungan, dimana ikatan antara kedua pihak melemah.

e. Pemutusan, tahap ini terjadi pemutusan ikatan yang mepertalikan keduanya. Apabila komunikasi interpersonal terjalin tidak baik, maka akan terjadi pemutusan, misalnya perawat tidak melayani pasien dengan baik, maka akan terjadi pemutusan, dan pasien tersebut tidak akan mau berobat kerumah sakit tersebut. Oleh karena itu diharapkan perawat menjalin komuniaksi interpersonal yang baik kepada pasien.

Untuk mengetahui sejauhmana hubungan interpersonal terjalin, maka De

Vito (Liliweri, 1991:13), menyebutkan bahwa ciri-ciri komunikasi antar pribadi

terdiri dari:

1. Keterbukaan (Openes).

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan

bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutup-tutupi) dan terbuka tanpa rasa

takut atau malu. Keduanya saling mengerti dan saling memahami. Dalam hal ini

perawat sebagai komunikator dan pasien sebagai komunikan, dan diharapkan

antara perawat dan pasien harus saling terbuka agar tercapai komunikasi

(48)

2. Empati (Empathy).

Segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh

perhatian oleh kedua belah pihak, terutama perawat ber-empati dengan keadaan

pasien yang sedang sakit dan mengaharapkan bantuan dan perhatian pasien.

3. Dukungan (Supportiveness).

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan

dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dukungan memmbantu seseorang untuk

lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang

diinginkan. Begitu juga seorang perawat memberikan dukungan dan semangat

kepada pasien, meyarankan makan dan minum obat teratur, untuk meraih

keinginan pasien yaitu sembuh dari sakit.

4. Rasa positif (Positiveness).

Tanggapan pertama yang positif, maka akan lebih mudah untuk melanjutkan

percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang

berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka buruk yang dapat mengganggu

jalinan komunikasi interpersonal. Oleh karena itu perawat diharapkan untuk tidak

berprasangka buruk terhadap pasien dan begitu juga sebaliknya.

5. Kesamaan (Equality).

Komunikasi akan menjadi lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi kuat

apabila memiliki kesamaan tertentu, seperti kesamaan pandangan, sikap, usia dan

(49)

II. 3. Komunikasi Interpersonal antara Perawat dan Pasien (Komunikasi

Terapeutik).

Komunikasi interpersonal yang disebut juga komunikasi Terapeutik,

merupakan komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Wijaya, dkk, 1996:53).

Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, tetapi

harus direncanakan, dipertimbangkan dan dilaksanakan secara profesional.

Komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalm membantu pasien dalam

memecahkan masalah yang dihadapi.

Komuniikasi interpersonal atau yang disebut juga komunikasi terapeutik

adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal (Mulyana, 2003 :73).

Defenisi lain menyebutkan komunikasi terapeutik merupakan suatu tehnik dalam usaha mengajak pasien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan (Mundakir, 2006:115). Tehnik tersebut mencakup keterampilan berkomunikasi secara verbal dan non-verbal.

Potter dan Perry (Arwani. 2002:19-30) menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi ada dua cara yaitu, komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal termasuk kedalam pengguanan kata-kata atau tulisan dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemaknaan kata (dentotative and connotative meaning), perbendaharaan kata (vocabulary), kecepatan (pacing), intonasi/nada suara (Intonation) kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity), waktu dan relevansi (timing and relevance).

a. Kemaknaan (denotative and connotative meaning),

Kemaknaaan sesungguhnya relatif lebih mudah ditangkap karena

menggunakan makna dengan kata yang diucapkan sesuai dengan kondisi.

Misalnya, pengguanan kata “serius” menyatakan penyakit yang serius, “kritis”

menyatakn pasien dalam keadaan gawat, dan “darurat” untuk menyatakan

(50)

b. Perbendaharaan kata (vocabulary),

Perbendaharaan kata sangat berpengaruh terhadap jalannya komunikasi

terapeutik, apabila penerima tidak mampu mengartikan kata-kata atau kalimat dari

pengirimnya (perawat), maka akan terjadi kesalah pahaman atau pasien tersebut

tidak mengerti.

c. Kecepatan (Pacing),

Kecepatan ucapan adalah aspek lain yang mempengaruhi komunikasi verbal.

Berbicara dengan cepat dalam menyampaikan informasi atau sedang berbicara

dapat menyebabkan kebingungan pada pasien.

d. Intonasi/nada suara (Intonation),

Berkomunikasi atau berbicara dengan intonasi atau nada suara yang tinggi

bias memberikan penilaian bagi pasien bahwa perawat tersebut bernada marah

dan menimbulkan persepsi yang salah atau negatif. Sedangkan sebaliknya bila

intonasi/nada suara pelan, bisa-bisa tidak terdengar oleh pasien. Oleh karena itu

berintonasi/nada suara yang standard, tidak terlalu kuat dan tidak terlalu pelan.

Intonasi nada suara dipengaruhi oleh keadaan/kondisi emosi pada saat

berkomunikasi (berbicara).

e. Kejelasan dan keringkasan (clarity and brevity)

Kejelasan dan keringkasan pesan yang disampaikan dapat dikatakan efektif

jika disampaikan dengan cara yang sederhana. Semakin singkat kata yang

digunakan, semakin sedikit kebingungan yang timbul. Kejelasan pesan biasanya

(51)

f. Waktu dan relevansi (timing and relevance).

Penyampaian pesan yang penting, dengan cara yang baik dengan emosi yang

terkendali, namun bila tidak dilakukan pada waktu yang tepat, maka pesan yang

disampaikan tidak diterima oleh pasien. Waktu menjadi sesuatu yang kritis bagi

persepsi seseorang terhadap pesan yang diterima. Misalnya, pasien yang akan

dioperasi mengalami ketakutan yang besar, namun perawat menceritakan

resiko-resiko yang mungkin terjadi akibat dari operasi tersebut. Hal ini waktunya tidak

tepat dan tidak relevan, karena akan membuat pasien takut dan trauma untuk

dioperasi. Oleh karena itu diharapkan perawat menggunakan waktu yang tepat dan

relevansi dalam menyampaikan sesuatu hal yang penting.

Sedangkan komunikasi yang bersifat non-verbal merupakan ungkapan yang

berupa isyarat-isyarat, bahasa tubuh yang dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:

a. Penampilan

Penampilan merupakan salah satu yang paling penting diperhatikan dalam

proses komunikasi. Karenanya penampilan fisik seorang perawat harus mampu

memberikan ciri positif pada pasien. Seperti pasien yang memberikan gambaran

tentang perawat yang memakai seragam putih, yang mencerminkan kemurnian,

kesucian dan ketulusan hati.

b. Postur dan cara berjalan

Cara orang berjalan dan postur tubuh mencerminkan emosi, konsep diri dan

kondisi fisik yang prima. Postur tubuh dan cara berjalan yang tegap memberikan

(52)

c. Ekspresi wajah

Ungkapan perasaan seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajah.

Kegembiraan, kesedihan, kebingungan, bahkan tulus tidaknya senyuman

seseorang dapat dilihat dari eksprfesi wajah.

d. Isyarat/gerak tangan

Perasaan hormat dan menyayangi seseorang dapat dilakukan dengan isyarat

tangan yaitu berupa, sentuhan tangan dan acungan jempol. Seorang perawat harus

belajar menggunakan dan memperhatikan isyarat-isyarat sebagai bagian dari

komunikasi dengan pasien.

e. Pandangan

Pandangan adalah hal yang paling penting dalam berkomunikasi yaitu

adanya kontak mata. Tatapan atau pandanagan yang tajam kepada seseorang

bisa diartikan kekaguman dan bisa juga bentuk perlawanan. Pandangan yang

jauh ketika berbicara berarti kesedihan atau ada sesuatu yang dipikirkan.

f. Sentuhan

Ungkapan perhatian, empati dan kasih sayang dapat diungkapkan melalui

sentuhan. Sentuhan seorang perawat kepada pasien bisa memberi pesan tentang

adanya perhatian dan keseriusan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

g. Jarak tubuh dan kedekatan

Jarak tubuh dan kedekatan mempengaruhi komunikasi non-verbal.

Kenyamanan komunikasi bisa dinilai dari jarak tubuh dan seseorang yang sudah

Gambar

Tabel 2 Variabel Teoritis
Gambar 2
Gambar 4
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan khususnya kepada UPTD Puskesmas Dawan I agar dapat mengambil langkah-langkah yang lebih efektif dalam penyuluhan

daerah yang direhabilitasi telah disertakan ke dalam cagar-cagar rehabilitasi se telah penambangan.15 PRAKTEK UNGGULAN PROGRAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN UNTUK IN DUSTRI

Pada prinsipnya, tindakan untuk pengelolaan dan perlindungan pantai dari abrasi/erosi adalah dengan (a) pencegahan, dengan melakukan pengaturan penggunaan lahan

The persistence of herbicides applied in vineyards has become a concern in recent years due to their wide use. Investigations into the fate of herbicides in a vineyard in the

Besi sekang type “J” dapat dipasang sebelum atau sesudah tiang besi didirikan. Pemasangan kabel udara pada tiang ini dilakukan dengan cara menjepitkan Cable bearernya pada

Untuk menambah pengetahuan penulis tentang bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak pengguna jasa laundry pakaian serta pertanggungjawaban pihak pelaku usaha

, Job Involvement, dan Job Satisfaction terhadap Kinerja Perawat yang Bekerja di Rumah Sakit Bhakti Timah Kota Pangkal pinang”. 1.2