• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Pengalaman Karies Dan Indeks Oral Higiene Pada Murid SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Pengalaman Karies Dan Indeks Oral Higiene Pada Murid SMP"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN

GIGI DAN MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES

DAN INDEKS ORAL HIGIENE PADA MURID SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

Jesica N. Sihite NIM : 070600084

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011

Jesica N. Sihite

Hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP.

ix+ 61 halaman

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh sikap dan perilaku hidup sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies dan indeks oral higiene, serta menganalisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada siswa SMP kelas VII, VIII, dan IX SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan, dengan responden sebanyak 230 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah Indeks Karies Klein (DMF-T) dan indeks pengukuran oral higiene adalah Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Uji analisis dilakukan dengan one way Anova dan

(3)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DMFT siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan adalah sebesar 2,44 ± 2,005 yang termasuk kedalam tingkat keparahan karies rendah menurut WHO (1,2-2,6) dan rata-rata indeks oral higiene sebesar 1,8363 ± 1,01647 yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati kriteria jelek. Berdasarkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan pagi telah dilakukan oleh 30,87% anak dan kebiasaan menyikat gigi malam hari sebelum tidur telah dilakukan oleh 35,65% anak. Hal ini menunjukkan jumlah siswa yang menyikat gigi pada waktu yang tepat masih rendah. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT) dan indeks oral higiene (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah (p < 0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada siswa SMP Nurul Hasanah Medan dan juga diharapakan kerja sama guru dan orang tua untuk lebih memperhatikan upaya pendidikan kebersihan mulut dan pencegahan terhadap karies gigi anak serta memotivasi anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 09 Februari 2011

Pembimbing Tanda Tangan

1. Taqwa Dalimunthe,drg., Sp.KGA ...……….

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 09 Februari 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Essie Octiara, drg., Sp. KGA

ANGGOTA : 1. Yati Roesnawi, drg

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1.

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi drg, selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Taqwa Dalimunthe drg., Sp.KGA sebagai pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(7)

Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada Yusuf, Jazzalina, Iiyani, Soli dan teman-teman seangkatan reguler stambuk 2007 dan Kepala Sekolah SMP Nurul Hasanah Medan yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan bimbingan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, Februari 2011 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN……….……... 1

1.1 Latar Belakang………...………... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.5 Hipotesa Penelitian... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….. 8

2.1 Perilaku………... 8

2.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut……….….... 10

2.2.1 Karies Gigi……….... 11

2.2.2 Oral Higiene………... 16

2.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut... 19

2.3.1 Perilaku Menyikat Gigi………..…... 20

2.3.2 Diet Makanan……….……... 25

2.3.3 Kunjungan Ke Dokter Gigi……….…….. 28

2.4 Kerangka Teori... 30

(9)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 32

3.1 Rancangan Penelitian………... 32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian………. 32

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian……….... 33

3.4 Kriteria Inklusi………... 33

3.5 Variabel Penelitian………. 33

3.6 Defenisi Operasional………... 34

3.7 Cara Pengambilan Data……….. 37

3.8 Pengolahan dan Analisis Data……… 38

3.9 Anggaran Penelitian………... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN………... 41

BAB 5 PEMBAHASAN………... 48

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 56

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Lima tingkat keparahan karies menurut WHO... 16

2 Kuesioner perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut... 35

3 Gambaran responden berdasarkan usia dan kelas... 41

4 Gambaran perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa SMP Nurul Hasanah berdasarkan kelas... 42

5 Prevalensi karies siswa SMP Nurul Hasanah tahun 2010... 42

6 Rata-rata pengalaman karies gigi... 43

7 Rata-rata indeks oral higiene... 44

8 Uji statistik antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies... 44

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial

yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu... 12 2 Prevalensi karies gigi pada anak-anak usia 12 tahun di seluruh dunia

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Jadwal kegiatan penyusunan skripsi 2 Kuesioner

3 Lembar pemeriksaan gigi

4 Surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian 5 Surat keterangan izin penelitian dari SMP Nurul Hasanah

6 Surat persetujuan Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011

Jesica N. Sihite

Hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP.

ix+ 61 halaman

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh sikap dan perilaku hidup sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies dan indeks oral higiene, serta menganalisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada siswa SMP kelas VII, VIII, dan IX SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan, dengan responden sebanyak 230 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah Indeks Karies Klein (DMF-T) dan indeks pengukuran oral higiene adalah Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Uji analisis dilakukan dengan one way Anova dan

(14)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DMFT siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan adalah sebesar 2,44 ± 2,005 yang termasuk kedalam tingkat keparahan karies rendah menurut WHO (1,2-2,6) dan rata-rata indeks oral higiene sebesar 1,8363 ± 1,01647 yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati kriteria jelek. Berdasarkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan pagi telah dilakukan oleh 30,87% anak dan kebiasaan menyikat gigi malam hari sebelum tidur telah dilakukan oleh 35,65% anak. Hal ini menunjukkan jumlah siswa yang menyikat gigi pada waktu yang tepat masih rendah. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT) dan indeks oral higiene (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah (p < 0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada siswa SMP Nurul Hasanah Medan dan juga diharapakan kerja sama guru dan orang tua untuk lebih memperhatikan upaya pendidikan kebersihan mulut dan pencegahan terhadap karies gigi anak serta memotivasi anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut, menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir, tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan.1

Hasil laporan Studi Morbiditas tahun 2001, menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat yaitu sebesar 60%.1

(16)

komponen keempat adalah waktu. Keempat komponen ini sering digambarkan sebagai empat lingkaran yang mempengaruhi karies gigi.3,4

Pola makan mempengaruhi karies gigi dalam hal frekuensi mengkonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terbentuk lubang pada gigi.5

Kecenderungan terjadinya karies merupakan ciri-ciri nyata anak dengan kondisi oral higiene buruk, sering dijumpai penumpukan plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi karena pada anak lebih sulit menjaga kebersihan mulut. Kondisi oral higiene akan semakin buruk pada keadaan gigi yang berjejal dan adanya kelainan lengkung rahang, sehingga risiko karies menjadi meningkat.5

(17)

Kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh sikap dan perilaku hidup sehat. Kemampuan untuk memelihara diri agar dapat mencapai tingkat higiene mulut yang memadai adalah, kondisi yang memacu tinggi atau rendahnya status kesehatan gigi dan mulut. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembagan sosial budaya dan tingkat ekonomi masyarakat yang bersangkutan.6

Menurut Bahar salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk di Negara Berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku yang dapat mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan pemeliharaan kebersihan mulut, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. 1

Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menunjukkan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah, sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai dengan anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat gigi. Laporan riset kesehatan dasar tahun 2007-2008 propinsi Sulawesi Tengah, proporsi penduduk di Sulawesi Tengah yang menggosok gigi setiap hari lebih banyak (89,7%) dari pada yang tidak (10,3%) namun lebih banyak menggosok gigi dengan cara yang salah (91,7%).7

(18)

salah satunya adalah sekolah, memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku. Penentuan perilaku dalam hal ini adalah dihasilkannya kebiasaan menyikat gigi pada anak, yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada perasaan terpaksa.1 Salah satu kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan gigi pada anak adalah melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).1

UKGS yaitu salah satu program pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. UKGS memberikan pelayanan dalam bentuk peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang ditujukan bagi anak usia sekolah binaan dengan maksud agar mendapatkan generasi yang sehat.1

Menurut WHO, kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena pada usia tersebut anak akan meninggalkan sekolah dasar dan merupakan kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem UKGS, dan pada usia tersebut anak dapat lebih mudah diajak komunikasi. Menurut SKRT tahun 1995 anak usia 5-14 tahun, jumlah anak yang sama sekali tidak menyikat gigi sebanyak 23,4% dan jumlah anak yang menyikat gigi pada waktu yang tepat sebanyak 5,6%. Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada anak usia sekolah ternyata pengetahuan mengenai waktu penyikatan yang benar masih rendah, sehingga Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) masih perlu ditingkatkan lagi.8

(19)

menyikat gigi yang benar.9 Proses penyikatan gigi pada anak dengan frekuensi yang tidak optimal dapat disebabkan karena anak tidak dibiasakan melakukan penyikatan gigi secara dini oleh orang tua, sehingga anak tidak mempunyai kesadaran dan motivasi untuk memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya.10 Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar, penggunaan alat, metode penyikatan gigi, lamanya menyikat gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.11

WHO menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi pada kelompok usia 12 tahun, karena merupakan kelompok usia yang kritis terhadap kesehatan gigi. Oleh karena itu, subjek penelitian adalah murid SMP yang diperkirakan berusia 12-15 tahun yang baru saja meninggalkan Sekolah Dasar, sehingga diharapkan anak dapat menerapkan pengetahuan kesehatan gigi yang diperoleh dari SD pada tingkat SMP. Tempat penelitian yang dipilh adalah SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah karena sekolah tersebut lebih mudah dijangkau oleh peneliti dan adanya kerja sama dari pihak sekolah tersebut dalam kelangsungan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui indeks oral higiene pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.

2. Mengetahui pengalaman karies pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.

3. Menganalisis hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks oral higiene pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.

4. Menganalisis hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies pada anak SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sekolah dan UKGS

Sebagai masukan untuk meningkatkan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut murid.

2. Guru

Sebagai masukan untuk lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut murid. 3. Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumber informasi penelitian Ilmu Kedokteran Gigi Anak. 4. Peneliti

(21)

1.5 Hipotesa Penelitian

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Para penganut teori perilaku Skinner percaya bahwa perilaku adalah respons terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut.12 Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap dan tindakan.6

Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena itu, perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri manusia atau unsur kejiwaannya. Meskipun demikian, faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia.6

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:1

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

(23)

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Bentuk operasional perilaku kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu:6

1. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni dengan mengetahui status atau rangsangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit, dan penyakit.

2. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap rangsangan dari luar yang dipengaruhi faktor lingkungan: fisik yaitu kondisi alam: biologi yang berkaitan dengan makhluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yakni masyarakat sekitarnya.

3. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan luar.

(24)

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :13 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku penggunaan fasilitas kesehatan (health seeking behavior)

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya

Perilaku kesehatan terbentuk dari tiga faktor utama, yaitu pertama adalah faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap, kepercayaaan, nilai-nilai, umur, pendidikan, pekerjaan dan status sosial ekonomi keluarga. Kedua, faktor pendukung yang terdiri atas lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, serta ada atau tidak adanya program kesehatan. Dan ketiga, faktor pendorong terdiri atas sikap dan perbuatan petugas kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan.6

2.2 Status Kesehatan Gigi Dan Mulut

(25)

anak usia 12 tahun adalah usia penting, karena selain anak akan meninggalkan bangku SD, juga merupakan usia gigi bercampur karena gigi permanen telah erupsi, kecuali gigi molar ketiga. Anak usia 12 tahun adalah sebuah sampel yang reliable, dan mudah diperoleh di sekolah.14

2.2.1 Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Jaringan gigi mengalami kalsifikasi yang ditandai oleh demineralisasi dari bagian inorganik dan destruksi dari substansi organik gigi.5

2.2.1.1 Etiologi Karies

(26)

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu.8

Faktor Host atau Tuan Rumah

Untuk terjadinya karies gigi antara lain dibutuhkan tuan rumah yang rentan. Lapisan keras gigi terdiri dari enamel dan dentin, dimana enamel adalah lapisan yang paling luar, dan seperti diketahui karies selalu dimulai dari lapisan luar. Oleh karena itu, enamel sangat menentukan proses terjadinya karies.5

(27)

Faktor Agen atau Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan dalam proses inflamasi jaringan lunak sekitar gigi. Efek merusak ini terutama disebabkan karena kegiatan metabolisme mikroorganisme di dalam plak gigi tersebut. Streptococcus mutans diakui sebagai penyebab utama karies karena mempunyai sifat

asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam). Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.4,5

Plak ini mula-mula berbentuk agak cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri. Tidak dapat disangkal bahwa setelah makan kita harus meniadakan plak sebanyak mungkin, karena plak merupakan awal terjadinya kerusakan gigi. Seperti dikatakan oleh Kantorowicf: gigi yang bersih akan sulit rusak.2,5

Faktor Substrat atau Diet

(28)

Penelitian Vipeholm menyimpulkan bahwa faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi, dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung, padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di mulut, frekuensi makan snacks serta lamanya interval waktu makan.17

Pembentukan plak gigi dan pembentukan asam berlangsung setiap kali mengkonsumsi gula dan selama gula tersebut berada di dalam mulut. Risiko pembentukan plak dan pembentukan asam ditentukan oleh frekuensi konsumsi gula dan bukan oleh banyaknya gula yang dimakan. Anak yang berisiko karies tinggi sering mengkonsumsi makan makanan manis diantara jam makan.8,17

Faktor Waktu

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat mempengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengkonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan pH akan turun dari normal sampai mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit. pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur setelah satu jam. Oleh sebab itu menyikat gigi segera sesudah makan dapat mempercepat proses kenaikan pH menjadi normal (6-7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies.17

(29)

2.2.1.2 Indeks Karies

Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi tersebut tidak tumbuh.

Karies dapat dideteksi dengan visual atau menggunakan sonde dan dihitung dengan menggunakan indeks karies Klein yaitu DMF-T.5

Indeks Gigi Permanen (DMF-T)

D = Decayed : Gigi yang mengalami karies atau yang belum ditambal. M= Missing : Gigi yang sudah dicabut karena karies atau gigi yang rusak

karena karies yang tidak bisa dirawat indikasi pencabutan. F = Filling : Gigi dengan lesi karies dan sudah ditambal.

T = Tooth : Satuan gigi.

(30)

Tabel 1. LIMA TINGKAT KEPARAHAN KARIES MENURUT WHO18

Warna pada peta

(Gambar 2) Tingkat Keparahan Karies Rata- rata DMF-T

Hijau Sangat rendah 0,0-1,1

Biru Rendah 1,2-2,6

Kuning Sederhana 2,7-4,4

Merah Tinggi 4,5-6,5

Coklat Sangat tinggi > 6,5

Gambar 2. Prevalensi karies gigi pada anak-anak usia 12 tahun di seluruh dunia pada tahun 1993 19

2.2.2 Oral Higiene

(31)

2.2.2.1 Indeks Oral Hygiene

Indeks Oral Higiene (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : indeks debris dan indeks kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Jika yang diukur hanya ke-enam gigi indeks, indeksnya dinamakan Indeks Oral Higiene Simplified (Green dan Vermilllion) dilakukan melalui pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya.

Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi yang terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga.

5,15

Indeks Debris15

Skor Kriteria

0 Tidak ada debris atau stein

1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut

2 Debris lunak meliputi lebih dari 1/3 tetap kurang dari 2/3 permukaan gigi

3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

(32)

Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati.

Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingival, kalkulus dapat dibedakan atas dua macam yaitu :

1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. Konsistensinya keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi.

15

2. Kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan darah. Konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat sangat erat kepermukaan gigi.

Indeks Kalkulus Skor

15

Kriteria 0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supra gingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2

Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena, atau adanya kalkulus sub gingiva berupa flek di sekeliling leher gigi

3 Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang tekena.

Adanya kalkulus sub gingiva berupa pita yang tidak terputus di sekeliling leher gigi

(33)

Bukal Labial Bukal

6 1 6

6 1 6

Lingual Labial Lingual

Skor indeks oral higiene individu diperoleh dengan menjumlahkan nilai indeks debris dan indeks kalkulus. Untuk mengukur rata-rata skor OHI-S adalah jumlah total OHI-S dibagi dengan jumlah permukaan yang diperiksa. OHI-S dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:15

- Baik : skor 0,0 – 1,2 - Sedang : skor 1,3 - 3,0 - Buruk : skor 3,1 – 6,0

2.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan.1

Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya. Dalam konsep ini yang dimaksudkan dengan kesehatan gigi adalah gigi dan semua jaringan yang ada di dalam mulut termasuk gusi.6

(34)

kesehatan gigi yaitu konsep gigi atau gusi sehat dan sakit serta upaya pemeliharaannya melalui proses sosialisasi.6,19

Notoatmodjo cited Fankari menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa.

2.3.1 Perilaku Menyikat Gigi

Kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu atau masyarakat tersebut. Perilaku kesehatan gigi positif misalnya, kebiasaan menyikat gigi sebaliknya perilaku kesehatan gigi negatif misalnya, tidak menyikat gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain mudah berlubang.1

(35)

2.3.1.1 Waktu Menyikat Gigi

Telah terbukti bahwa asam plak gigi akan turun dari pH normal sampai mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah makan makanan yang mengandung karbohidrat. pH saliva sudah menjadi normal (pH 6-7) 25 menit setelah makan atau minum. Menyikat gigi dapat mempercepat proses kenaikan pH 5 menjadi normal (pH 6-7) sehingga dapat mencegah proses pembentukan karies.17

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari prosedur penyikatan gigi, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah frekuensi penyikatan gigi. Menurut hasil penelitian Stecksen-Blicks dan Holm, anak yang melakukan penyikatan gigi secara teratur dalam sehari dengan frekuensi dua kali sehari atau lebih dan dibantu oleh orang tua, lebih rendah terkena resiko karies.10

2.3.1.2 Frekuensi Menyikat Gigi

(36)

2.3.1.3 Lamanya Menyikat Gigi

Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit. Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5 menit, tetapi umumnya orang menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit. Penentuan waktu ini tidak sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak. Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka hasilnya tidak begitu baik daripada bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang lebih lama, mengingat banyaknya permukaan gigi yang harus dibersihkan.20

2.3.1.4 Bentuk Sikat Gigi

Terdapat berbagai variasi mengenai sikat gigi. Ada bentuk sikat gigi yang permukaan bulu sikatnya berbentuk lurus, cembung, dan cekung sehingga dapat mencapai daerah tertentu dalam lengkung rahang. Oleh sebab itu, dianjurkan pemakaian sikat gigi yang serabutnya lurus dan sama panjang.21

(37)

2.3.1.5 Pemakaian Pasta Gigi

Fungsi utama pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan dan fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi, mempertinggi kesehatan gingival, serta untuk mengurangi bau mulut. Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasive 20-40%, pelembab (humectant) 20-40%, air 20-40%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ± 2%, bahan pengikat (binding agent) 2%, detergen 1-2%, bahan terapeutik ± 5%, dan pewarna <1%.5,23

2.3.1.6 Metode Menyikat Gigi

Dalam hal menyikat gigi, teknik apapun yang dipergunakan, harus diperhatikan cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi.23 Ada bermacam-macam metode penyikatan gigi, yaitu metode vertikal, metode horizontal, metode Roll, metode Bass, metode Charter, metode Fones atau teknik sirkuler dan metode Stillman. Kombinasi pemakaian beberapa metode menyikat gigi ini tergantung pada beberapa hal, yaitu besar dan bentuk rahang, susunan dan inklinasi gigi geligi, derajat retraksi gusi, hilangnya gigi geligi dan keterampilan tangan dalam menggunakan sikat gigi.5

Beberapa metode menyikat gigi: 3,8,20,24

(38)

gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.

2. Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah interdental.

3. Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan.

(39)

5. Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil.

6. Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.

Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll. Metode penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan giginya bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass dapat dilakukan.20,25

2.3.2 Diet Makanan

Tindakan pencegahan karies lebih tinggi menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasihat diet dan bahan pengganti gula.17

(40)

merangsang sekresi saliva. Menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan di antara jam makan.17

Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan,

berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Dapat dijumpai dalam bentuk tablet, permen karet, minuman ringan, farmasi dan lain-lain, mempunyai efek menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. mutans. Menurut Penelitian, xylitol lebih efektif karena tidak dapat dimetabolisme oleh mikroorganisme dalam pembentukan asam dan mempunyai efek anti mikroorganisme.17

Makanan yang dapat segera dimanfaatkan oleh mikroorganisme plak disebut sebagai makanan kariogenik. Meskipun kariogenik istilah yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik yang menyebabkan karies, selain itu juga dapat menyebabkan penyakit periodontal. Kariogenik adalah istilah relatif. Makanan yang paling mungkin menyebabkan karies dianggap sangat kariogenik. Sedangkan makanan yang tidak menyebabkan karies disebut sebagai non-kariogenik.26

Sebuah studi penelitian di Eastman Dental Center, New York mengurutkan makanan yang bersifat kariogenik, antara lain:

Kue, kentang goreng, donat, cupcake, manisan gula, dan kismis termasuk sangat kariogenik (highly cariogenic).

(41)

Kacang tanah, gelatin desserts, keripik jagung, dan yogurt termasuk low cariogenic.

Seseorang dengan diet karbohidrat cenderung memiliki lebih banyak karies. Jenis karbohidrat yang paling kariogenik adalah gula atau sukrosa karena mempunyai kemampuan untuk menolong pertumbuhan bakteri kariogenik. Karbohidrat yang dapat menyebabkan karies harus bersifat ada dalam diet dengan jumlah yang berarti, siap difermentasikan oleh bakteri kariogenik, dan larut secara perlahan-lahan dalam mulut. Gula berfungsi sebagai pemanis dan bahan pengawet, memberikan bau yang harum. Hal ini akan menimbulkan daya tarik baik rasa, bau maupun bentuk makanan itu sendiri, sehingga ada kecenderungan orang akan memilih makanan yang bergula.26

2.3.2.1 Frekuensi Dan Jumlah Konsumsi Gula

(42)

lesi karies kurang dari tiga. Pada penelitian sebelumnya terhadap anak-anak usia 4 tahun di Iceland, Hollbrook menunjukkan peningkatan level karies saat gula dikonsumsi lebih dari 30 kali seminggu (kira-kira empat kali sehari).27

Penelitian Holt pada anak-anak usia pra sekolah di Inggris, menemukan deft lebih tinggi (1,69) pada anak-anak yang memakan snack dan minum minuman bergula empat kali atau lebih dalam sehari dibandingkan dengan mereka yang hanya mengkonsumsi sekali sehari (1,01). Penelitian tersebut menunjukkan jika asupan gula kurang dari empat kali sehari, level karies akan menurun.27

2.3.3 Kunjugan Ke Dokter Gigi

Kunjungan ke dokter gigi sangat diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan kepercayaan pertama antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga diharapkan kesadaran, perilaku, dan sikap yang positif dan bertanggungjawab mengenai prinsip-prinsip perawatan kesehatan gigi anak.28

2.3.3.1 Penambalan Gigi

(43)

2.3.3.2 Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak dapat lagi dipertahankan dan apabila gigi tersebut menjadi penyebab dari infeksi di dalam rongga mulut dan dapat menyebabkan kelainan ke organ yang lainnya.28

2.3.3.3 Kontrol Enam Bulan Sekali

Kunjungan diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan kepercayaan pertama antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga diharapkan terbentuk kesadaran, perilaku, dan sikap yang positif dan bertanggung jawab mengenai prinsip-prinsip perawatan kesehatan gigi.28

(44)

Status Kesehatan Gigi Dan

Mulut

- Bentuk sikat gigi

- Pemakaian pasta gigi

- Beberapa metode menyikat

gigi,tdd: vertikal, horizontal, roll, Charter, Bass, Fones, dan Stillman.

Metode yg baik dilakukan oleh anak Metode makan sayur dan buah yg berserat, hindari makan yg manis dan lengket.

- Pengendalian frekuensi konsumsi gula, batasi jumlah makan hanya 3X, menekan keinginan makan diantara jam makan.

Kunjungan ke dokter gigi:

- Pemeriksaan

(45)

2.5 Kerangka Konsep

Variabel bebas

Variabel tergantung PERILAKU PEMELIHARAAN

KESEHATAN GIGI DAN MULUT:

 PERILAKU MENYIKAT GIGI

- Frekuensi (2 kali sehari)

- Waktu ( Pagi setelah sarapan dan

Malam sebelum tidur)

- Lamanya (2-3 menit)

- Bentuk sikat gigi

- Pemakaian pasta gigi

- Beberapa metode menyikat

gigi,yaitu: vertikal, horizontal, roll, Charter, Bass, Fones, dan

Stillman.

Metode yg baik dilakukan oleh anak Metode Roll

 DIET MAKANAN Menekankan pada:

- Pengurangan konsumsi gula

Perbanyak makan sayur dan buah yg berserat, hindari makan yg manis dan lengket.

- Pengendalian frekuensi konsumsi

gula batasi jumlah makan hanya 3X, menekan keinginan makan diantara jam makan.

 KUNJUNGAN KE DOKTER GIGI

- Pemeriksaan

- Kontrol 6 bulan sekali

INDEKS ORAL HIGIENE

(46)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian analitik dengan metode Cross Sectional.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh murid SMP dari Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Medan berjumlah 594 orang. Sampel penelitian dipilih dengan Systematic Random Sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel dihitung

menggunakan rumus besar sampel penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan:29

Keterangan:

Zα = deviat baku alfa = 5% = 1,96 Zβ = deviat baku beta = 10% = 1,28

S = standard deviasi gabungan pada penelitian sebelumnya = 18,77

(Sharda Archana J., Shetty Srinath. Relationship of Periodontal Status and Dental Caries Status with Oral Health Knowledge, Attitude and

Behavior among Professional Students in India. 2009)

X1 – X2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 6 30

(47)

(1,96 +1,28)2 (18,77)2 n = 2

62

= 7396,61

36

= 205 orang

Jumlah responden sebanyak 205 orang yang dibulatkan menjadi 230 orang dan diambil dari kelas VII,VIII dan IX SMP.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Penelitian dilakukan di sekolah SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah Jln. Letjend Djamin Ginting No.314 Padang Bulan, Medan.

b. Waktu penelitian akan dijalankan selama 8 bulan, dimulai dari pembuatan dan pengajuan proposal sehingga laporan penelitian.

3.4 Kriteria Inklusi

1. Murid SMP

2. Tidak crowded yang berat

3. Tidak memakai pesawat ortodonti cekat (fixed)

3.5 Variabel Penelitian

- Variabel Bebas : Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut, yaitu:

* perilaku menyikat gigi,

* diet makanan, dan

(48)

- Variabel Tergantung : - DMF-T

- Indeks Oral Higiene

3.6 Defenisi Operasional 3.6.1 Pengalaman Karies

Status karies merupakan pengalaman anak terkena karies pada saat diperiksa. Karies dapat dideteksi dengan visual atau menggunakan sonde dan dihitung dengan menggunakan indeks karies Klein yaitu DMF-T.2

3.6.2 Indeks Oral Hygiene

Oral Hygiene Indeks (OHI) untuk mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : indeks debris dan indeks kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Jika yang diukur hanya ke-enam gigi indeks, indeksnya dinamakan Indeks Oral Higiene Simplified (Green dan Vermillion), dilakukan melalui pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya. Skor OHI-S 0 – 1,2 dikategorikan baik; 1,3 - 3,0 sedang; dan 3,1 – 6 buruk.

Bukal Labial Bukal

6 1 6

6 1 6

(49)

3.6.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi perilaku menyikat gigi, diet makanan, dan kunjungan ke dokter gigi subjek yang diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner.

Tabel 2. KUESIONER PERILAKU PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

NO PERTANYAAN JAWABAN SKOR

1 Apakah Adik menyikat gigi setiap hari?

a. Ya* b. Tidak

1 0 2 Apakah Adik memakai sikat gigi

milik sendiri?

a. Ya* b. Tidak

1 0 3 Berapa kali Adik menyikat gigi

dalam sehari?

a. Dua kali sehari* b. Tidak tentu

1 0 4 Apakah Adik memiliki kebiasaan

sarapan pagi sebelum berangkat sekolah? 6 Bila pertanyaan no.5 dijawab iya,

kapan Adik menyikat gigi di pagi hari?

a. Setelah sarapan pagi* b. Sewaktu mandi pagi

1 0 7 Apakah Adik menyikat gigi sebelum

tidur malam?

Berapa lama Adik menyikat gigi? a. 2-3 menit* b. Tidak tentu 10 Apakah setelah menyikat gigi Adik

mencuci sikat gigi tsb?

a. Ya* b. Tidak

1 0 11 Bila jawaban no.10 ya, bagaimana

cara Adik mencuci sikat gigi tsb?

a. Mencuci di bawah air mengalir*

b. Mencelupkan ke dalam gayung berisi air

(50)

12 Berapa lama Adik mengganti sikat gigi yang Adik pakai?

a. 2-3 bulan*

b. Tidak pernah diganti/ jika bulu sikat sudah

rusak

1 0

13 Bagaimana gerakan Adik saat menyikat gigi?

a. Roll (gerakan memutar)* b. Tidak tentu

1 0 14 Bagaimana letak posisi sikat gigi

setelah Adik menyikat gigi?

a. Posisi berdiri* b. Posisi tidur

1 0 15 Berapa kali Adik makan nasi dalam

sehari?

a. Tiga kali sehari* b. Tidak teratur

1 0 16 Apakah Adik suka makan roti, kue,

bakso, sate, mie, dan snack?

a. Ya* b. Tidak

1 0 17

Apakah Adik suka makan sayur/buah? a. Ya* b. Tidak

1 0 18 Apakah Adik suka makan sebelum

tidur?

a. Ya b. Tidak*

0 1 19 Apakah orang tua Adik melarang

Adik jajan? 21 Jajanan apa yang paling sering Adik

makan?

a. Kacang-kacangan, keripik jagung, yogurt* b. Kue, biskuit, donat, permen, manisan.

1 0 22 Apakah yang Adik lakukan setelah

makan jajanan?

a. Kumur-kumur/sikat gigi* b. Tidak melakukan apa-apa

1 0 23

Apakah Adik pernah sakit gigi? a. Pernah

b. Tidak pernah*

0 1 24 Jika Adik sakit gigi, apa yang Adik

lakukan untuk mengobati sakit gigi tersebut?

Apakah Adik takut ke dokter gigi? a. Ya b. Tidak*

0 1 26 Apakah gigi Adik ada yang sudah

ditambal atau dicabut?

a. Ada

b. Tidak ada*

0 1 27 Apakah sejak kecil Adik sudah

dibawa ke dokter gigi oleh orang tua?

a. Ya* b. Tidak

(51)

28 Apakah Adik dibawa orang tua untuk pemeriksaan/kontrol ke 29 Kapan saja Adik melakukan kontrol

ke dokter gigi?

a. 6 bulan sekali* b. Tidak tentu

1 0 *Jawaban yang benar

Jumlah nilai maksimal adalah 29 dan nilai minimum adalah 0. Dengan kategori: Perilaku Baik (≥ 80%) = ≥ 23

Perilaku Sedang (60-79%) = 17-22 Perilaku Buruk (≤ 59%) = ≤ 16

3.7 Cara Pengambilan Data

Setelah surat ethical clearance dan izin dari Kepala Sekolah diperoleh peneliti, kemudian murid dibagikan surat persetujuan untuk diisi oleh orang tua dan dikembalikan pada peneliti.

Langkah-langkah cara pengambilan data yaitu:

a. Pengambilan data dilakukan pada ruangan yang telah disediakan pihak sekolah dengan penerangan yang cukup.

b. Setiap 10 murid yang memenuhi kriteria dipanggil dari kelasnya masing-masing dan dikumpulkan di ruang pemeriksaan, kemudian didudukkan di bangku yang telah disediakan. Posisi pemeriksa dan subjek saling berhadapan.

(52)

d. Anak diberi pertanyaan mengenai perilaku menyikat gigi, makan jajanan sehari- hari dan kunjungan ke dokter gigi, dan mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.

e. Pemeriksaan karies dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde tajam setengah lingkaran dengan penerangan senter untuk mengetahui skor DMF-T responden. Hasil pemerikasaan dicatat pada formulit yang tersedia. Indeks karies yang digunakan adalah indeks DMFT menurut Klein.

f. Pemeriksaan indeks oral higiene dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde berbentuk sabit saja tanpa menggunakan zat pewarna plak. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingiva, sepertiga tengah, dan sepertiga insisal. Untuk mengukur skor indeks debris, sonde ditempatkan pada sepertiga insisal gigi kemudian digerakkan ke arah sepertiga gingiva. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang telah tersedia.

Sebelum dilakukan penelitian, kalibrasi dilakukan dengan sesama pemeriksa untuk penyamaan persepsi agar hasil yang diperoleh lebih baik.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan sistem komputerisasi dengan software SPSS (Statistical Package for the Social Science) versi 17.0 dan dianalisis

(53)

3.9 Anggaran Penelitian

1. Biaya pengumpulan literatur = Rp 50.000,00

2. Biaya konsumsi

a. Pemeriksa 5 orang @ Rp 15.000,00 x 3 hari = Rp 225.000,00

b. Hadiah = Rp 150.000,00

c. Pengangkutan @ Rp 50.000,00 x 3 hari = Rp 150.000,00 3. Alat dan bahan

a. Sonde, pinset dan kaca mulut @ Rp 30.000,00 x 5 = Rp 150.000,00 b. Masker @ 1 kotak = Rp 50.000,00 c. Sarung tangan @ 1 kotak = Rp 20.000,00 d. Tisu @ 1 kotak = Rp 15.000,00 e. Senter mini @ Rp 10.000,00 x 5 buah = Rp 50.000,00 f. Alkohol @ Rp 20.000,00 x 2 botol = Rp 40.000,00 g. Antiseptik dan disinfektan = Rp 40.000,00 h. Aqua gelas @ Rp 20.000,00 x 2 dus = Rp 40.000,00 4. Biaya alat tulis kantor

a. Kertas kuarto 2 rim @ Rp 29.000,00 = Rp 58.000,00 b. Biaya fotokopi lembar kuesioner, lembar

pemeriksaan dan informed consent

(54)

5. Biaya laporan

(55)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Jumlah seluruh siswa yang terdapat di sekolah ini sebanyak 594 orang yang terdiri dari 16 kelas. Kelas VII mempunyai 5 kelas yang terdiri dari 209 orang, kelas VIII mempunyai 5 kelas yang terdiri dari 180 orang, serta kelas IX mempunyai 6 kelas yang terdiri dari 205 orang.

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 230 orang yang diambil secara systematic random sampling dari kelas VII sampai IX berdasarkan kriteria inklusi,

yaitu anak tidak memiliki crowded yang berat dan tidak memakai pesawat ortodonti cekat. Jumlah anak perempuan sebanyak 115 orang dan anak laki-laki sebanyak 115 orang. Gambaran responden dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. GAMBARAN RESPONDEN BERDASARKAN USIA DAN KELAS

Kategori Keterangan Jumlah %

(56)

Hasil penelitian perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa SMP Nurul Hasanah diperoleh melalui kuesioner dengan kategori perilaku baik jika nilai

≥23, perilaku sedang jika nilai 17-22, dan perilaku buruk jika nilai ≤ 1 6. Diperoleh jumlah anak kelas VII sebanyak 38 orang dengan perilaku baik 9 orang, perilaku sedang 8 orang, dan perilaku buruk 21 orang. Jumlah anak kelas VIII sebanyak 91 orang dengan perilaku baik 18 orang, perilaku sedang 33 orang, dan perilaku buruk 40 orang. Jumlah anak kelas IX sebanyak 101 orang dengan perilaku baik 27 orang, perilaku sedang 41 orang, dan perilaku buruk 33 orang. (Tabel 4)

Tabel 4. GAMBARAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SMP NURUL HASANAH BERDASARKAN KELAS

Kelas Kategori Perilaku

Baik Sedang Buruk Total

VII 9 8 21 38

VIII 18 33 40 91

IX 27 41 33 101

Total 54 82 94 230

4.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut

4.2.1. Prevalensi Karies

Prevalensi karies pada siswa SMP Nurul Hasanah terdiri dari bebas karies sebanyak 45 orang (19,56%) dan karies sebanyak 185 orang (80,44%). (Tabel 5) Tabel 5. PREVALENSI KARIES SISWA SMP NURUL HASANAH TAHUN 2010

Kejadian Karies Jumlah %

Karies 185 80,44

Bebas Karies 45 19,56

(57)

4.2.2. Rata-Rata Pengalaman Karies Gigi

Anak dengan kategori perilaku baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 54 orang dengan rata-rata pengalaman karies 0,50 (decay 0,43; missing 0,06; dan filling 0,02). Anak dengan kategori perilaku sedang dalam

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 82 orang dengan rata-rata pengalaman karies 1,79 (decay 1,59; missing 0,11; dan filling 0,10). Anak dengan kategori perilaku buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 94 orang dengan rata-rata pengalaman karies 4,12 (decay 3,63; missing 0,33; dan filling 0,18). Sehingga rata-rata DMFT (pengalaman karies) pada siswa SMP Nurul Hasanah adalah 2,44. (Tabel 6)

Tabel 6. RATA-RATA PENGALAMAN KARIES GIGI

Kategori

Perilaku N

Rata-rata Pengalaman Karies Gigi

D M F DMFT

Baik 54 0,43 0,06 0,02 0,50

Sedang 82 1,59 0,11 0,10 1,79

Buruk 94 3,63 0,33 0,18 4,12

Total 230 2,15 0,19 0,11 2,44

4.2.3. Indeks Oral Higiene

(58)

kategori perilaku buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 94 orang dengan rata-rata OHI-S 2,4015 (indeks kalkulus 1,2663 dan indeks debris 1,1616). Sehingga rata-rata Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah adalah 1,8363. (Tabel 7)

Tabel 7. RATA-RATA INDEKS ORAL HIGIENE

Kategori

Perilaku N

Rata-rata OHI-S Indeks

Kalkulus Indeks Debris OHI-S

Baik 54 0,8083 0,6630 1,5115

Sedang 82 0,8673 0,5648 1,4022

Buruk 94 1,2663 1,1616 2,4015

Total 230 1,0165 0,8317 1,8363

4.3 Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan

Pengalaman Karies

Pada uji statistik, diperoleh nilai p = 0,000 pada hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies. (Tabel 8)

Tabel 8. UJI STATISTIK ANTARA PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES

(59)

Perolehan hasil analitik tersebut memiliki hubungan bermakna, sehingga kemudian dilakukan post hoc test dan diperoleh hasil, yaitu:

- Antara kategori perilaku baik-sedang, p = 0,000 - Antara kategori perilaku baik-buruk, p = 0,000 - Antara kategori perilaku sedang-buruk, p = 0,000

4.4 Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan

Indeks Oral Higiene

Pada uji statistik, diperoleh nilai p = 0,000 pada hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks oral higiene. (Tabel 9)

Tabel 9. UJI STATISTIK ANTARA PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN OHI-S

Kategori

Perilaku N

OHI-S Nilai

minimum

Nilai

maksimum Mean SD P

Baik 54 0,33 3,67 1,3505 0,74276

0,000

Sedang 82 0,00 3,17 1,7131 0,77810

Buruk 94 0,50 5,34 2,8345 1,04511

Total 230 0,00 5,34 1,8363 1,01647

Perolehan hasil analitik tersebut memiliki hubungan bermakna, sehingga kemudian dilakukan post hoc test dan diperoleh hasil, yaitu:

(60)

4.5 Analisa Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah

Pada uji statistik diperoleh adanya hubungan yang bemakna (p < 0,05) antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah dengan kategori perilaku itu sendiri (perilaku baik, sedang, dan buruk). Perilaku yang diukur dan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah perilaku menyikat gigi 2 kali sehari (pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur), lamanya menyikat gigi 2-3 menit, menyikat gigi dengan gerakan roll, suka jajan, kumur-kumur/sikat gigi setelah jajan, pengalaman sakit gigi, pergi ke dokter gigi jika sakit gigi, dan kontrol 6 bulan sekali. Sedangkan perilaku yang ditemukan tidak cukup signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah perilaku anak yang berkaitan dengan kesukaan memakan buah dan sayur (p = 0,929). (Tabel 10)

Sikat gigi 2 kali sehari: -Ya

Sikat gigi sebelum tidur: -Ya

(61)

Lama sikat gigi 2-3 menit: -Ya

Gerakan roll saat sikat gigi: -Ya

Kumur2/sikat gigi setelah jajan: -Ya

Pergi ke drg jika sakit gigi: -Ya

(62)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan dengan memberikan lembar pertanyaan mengenai perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi perilaku menyikat gigi sehari-hari, kebiasaan makan jajanan, dan kunjungan ke dokter gigi. Kemudian dilakukan pemeriksaan DMFT dan OHI-S. Hasil yang diperoleh, jumlah siswa yang termasuk kategori perilaku baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 54 orang, kategori perilaku sedang sebanyak 82 orang, dan kategori perilaku buruk sebanyak 94 orang.

Jumlah siswa dengan kategori perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut baik paling banyak pada siswa kelas IX yaitu 27 orang. Sedangkan jumlah siswa dengan kategori perilaku buruk paling banyak pada siswa kelas VIII yaitu 40 orang. Anak dengan kategori baik pada kelas VII hanya sebanyak 9 orang. (Tabel 4) Pengetahuan kesehatan gigi seseorang dapat berhubungan dengan status karies giginya. Seseorang dengan pengetahuan tinggi juga belum cukup untuk mempengaruhi status karies giginya menjadi rendah apabila pengetahuan tersebut belum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semakin tinggi tingkatan kelas siswa, maka diharapkan akan lebih baik pula perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya.

(63)

Situmorang N. (2008) di beberapa kecamatan di Kota Madya Medan yaitu sebesar 74,69%.31 Berbeda pula pada penelitian Warni L (2009) di SD wilayah kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang dengan prevalensi karies sebesar 74%.1 Tingginya prevalensi karies pada penelitian ini, dapat disebabkan oleh karena subjek pada penelitian ini adalah murid SMP, sedangkan subjek penelitian oleh Situmorang N. dan Warni L. adalah murid SD. Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur.5

Rata-rata DMFT siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah adalah sebesar 2,44 yang termasuk kedalam tingkat keparahan karies rendah menurut WHO (1,2-2,6). Diperoleh rata-rata DMFT pada siswa dengan kategori perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut baik sebesar 0,50 yang termasuk tingkat keparahan karies sangat rendah menurut WHO (0,0-1,1), kategori perilaku sedang sebesar 1,79 dan siswa dengan kategori perilaku buruk sebesar 4,12 yang termasuk tingkat keparahan karies sedang menurut WHO (2,7-4,4).18

Decay (D) rata-rata siswa SMP Nurul Hasanah masih lebih tinggi

dibandingkan dengan filling (F). Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya kesadaran anak terutama orang tua untuk melakukan penambalan gigi pada gigi anak yang berlubang agar tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih lanjut ataupun dicabut. Diperlukan upaya-upaya untuk memotivasi murid agar pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang dimilikinya dapat diwujudkan dalam perilaku kesehatan giginya sehari-hari.

(64)

yang terjadi. Berbeda dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 yang menunjukkan indeks DMFT pada anak usia 12 tahun sebesar 1,1.1 Selain itu juga pada penelitian epidemiologi karies gigi di sekolah Chandigarh, India selama 25 tahun terakhir, diperoleh rata-rata DMFT 3,03±2.52 and 3.82 ± 2.85 pada anak berusia 12-15 tahun.32 Perbedaan rata-rata DMFT yang diperoleh dapat disebabkan oleh metode penelitian yang dipakai berbeda. Penelitian ini hanya terbatas pada satu sekolah SMP, sedangkan penelitian oleh SKRT dan penelitian epidemiologis karies di Chandigarh melibatkan banyak sekolah, sehingga populasi dan sampel yang digunakan cukup besar dan metode yang digunakan juga berbeda.

Pada penelitian ini juga diperoleh rata-rata indeks oral higiene siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah sebesar 1,8363 yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati kriteria jelek. Dengan nilai rata-rata OHIS 1,5115 pada siswa dengan kategori perilaku baik; 1,4022 pada siswa kategori perilaku sedang; dan 2,4015 pada siswa kategori perilaku buruk. Indeks oral hygiene 1,8363 pada penelitian ini termasuk kriteria sedang, yang lebih baik dibandingkan dengan OHIS pada penelitian Essie O. dan Yati R. (2001) pada anak Panti Karya Pungai di Binjai usia 6-14 tahun yaitu 2,37.33 Perbedaan ini dapat disebabkan oleh penelitian yang dilakukan pada anak panti Karya Pungai di Binjai masih pada periode gigi bercampur, sedangkan penelitian ini pada periode gigi tetap.

(65)

p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa paling tidak terdapat hubungan antara perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan DMFT dan OHIS. Perilaku merupakan realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi perbuatan nyata. Perilaku juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Secara aplikatif, terdapat hal yang berbanding terbalik antara perilaku terhadap karies gigi. Terutama yang sangat berpengaruh adalah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Semakin baik perilaku seseorang dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, maka semakin rendah pula status kariesnya. Semakin buruk perilakunya dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, maka semakin tinggi pula status kariesnya.1 Begitu juga sama halnya dengan indeks oral higiene, juga berbanding terbalik dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

(66)

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang diperoleh melalui kuesioner meliputi perilaku menyikat gigi anak sehari-hari, perilaku makan jajanan dan kunjungan ke dokter gigi. Ketiga hal tersebut dianggap cukup berperan terhadap pengalaman karies dan indeks oral hygiene anak. Hasil uji statistik perilaku yang diukur menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Namun juga ditemukan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna pada salah satu perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut yaitu kebiasaan suka makan sayur atau buah (p = 0,907 dan p = 0,971) (Tabel 10). Diperoleh 203 anak (88,26%) yang suka makan buah atau sayur. Artinya, hampir semua anak baik kategori perilaku baik, sedang, maupun buruk suka makan sayur atau buah.

Sama halnya dengan Penelitian epidemiologik Savara dan Suher dalam studi anak-anak di AS, tidak menemukan hubungan antara karies gigi dan frekuensi konsumsi buah. Setelah ditinjau secara ekstensif, bukti menghubungkan konsumsi buah untuk karies gigi, Rugg-Gunn menyimpulkan, buah segar tampaknya memiliki tingkat kariogenik yang rendah. Dia juga menyimpulkan dengan bukti-bukti baru, peningkatan konsumsi buah segar seperti jeruk, nenas dan lain-lain yang berserat untuk menyingkirkan gula dalam makanan dan bersifat self cleansing yang kemungkinan akan menurunkan tingkat karies gigi.26

(67)

pada waktu yang tepat masih tergolong rendah. Pengetahuan anak tentang waktu menyikat gigi masih belum tepat. Hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan anak yang menyikat gigi pada waktu yang salah, yaitu pada waktu mandi pagi sebelum sarapan, dan waktu mandi sore. Sulit bagi anak untuk mengubah kebiasaannya, sehingga dalam hal ini sangat diperlukan peran orang tua mendidik anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi sejak kecil.

Penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Warni L (2009) yang memiliki 83,3% responden dengan waktu menyikat gigi yang tepat.1 Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi dan waktu menyikat gigi dengan DMFT dan OHI-S.

Dalam hal lamanya menyikat gigi yaitu 2 sampai 3 menit, juga diperoleh hubungan bermakna dengan DMFT (p = 0,000) dan dengan OHIS (p = 0,032). Rateitschak dkk dan Kuroiwa mengatakan tujuan penyikatan adalah menghilangkan plak bakteri, dan selama ini tujuan tersebut dapat diterima melalui beberapa metode atau apa yang dikerjakan.34 Berdasarkan metode menyikat gigi yaitu dengan teknik roll diperoleh juga hubungan yang bermakna dengan DMFT dan OHIS, sebanyak 138 anak (60%) memakai teknik roll saat menyikat gigi.

(68)

tahun di Iceland, Eropa juga menemukan risiko anak yang mengkonsumsi gula lebih dari empat kali sehari memikili karies yang tinggi (p < 0,001). Sama halnya dengan penelitian Holt pada anak prasekolah di Inggris, menemukan tingginya indeks DMFT (DMFT 1,69) pada anak yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi jajanan bergula sebanyak empat kali atau lebih dalam sehari, dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi gula sebanyak satu kali dalam sehari (DMFT 1,01).26

Sebanyak 12 anak (22,22%) dengan kategori perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut baik pernah mengalami sakit gigi, 67 anak (81,71%) dengan kategori perilaku sedang pernah mengalami sakit gigi, dan 91 anak (96,81%) dengan kategori perilaku buruk pernah mengalami sakit gigi. Artinya, seluruh anak pernah mengalami sakit gigi. Hasil uji statistik ditemukan bahwa ada hubungan bermakna antara pengalaman karies dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (p = 0,000).

Begitu juga halnya dengan perilaku kunjungan ke dokter gigi jika mengalami sakit gigi, hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p = 0,000), dengan jumlah anak yang berkunjung ke dokter gigi sebanyak 180 orang (78,26%) dan sisanya 50 orang (21,74%) membeli obat sendiri dan tidak melakukan apa-apa untuk mengobati sakit gigi tersebut dengan alasan takut ke dokter gigi, faktor biaya, jarak rumah dengan dokter gigi atau toko obat jauh, dan termasuk faktor malas .

(69)

DMFT, namun tidak memiliki hubungan bermakna dengan OHI-S (p = 0,069). Diketahui bahwa kesadaran anak terhadap kunjungan ke dokter gigi masih rendah, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak maupun faktor sosial ekonomi. Tingkat pendidikan orang tua juga tidak secara langsung mempengaruhi status karies gigi anaknya, tetapi peran ibu sangat penting dalam membina perilaku kesehatan gigi anak sejak dini.

(70)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh status kejadian karies anak SMP Nurul Hasanah tahun 2010 masih tergolong tinggi (80,44%) dan dengan indeks oral hygiene yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati jelek (1,8363). Hasil uji statistik perilaku yang diukur menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang berhubungan secara bermakna dengan DMFT dan OHI-S adalah perilaku menyikat gigi dua kali sehari (p = 0,000), menyikat gigi setelah sarapan pagi (p = 0,000), menyikat gigi sebelum tidur malam (p = 0,000), lama menyikat gigi 2-3 menit (p = 0,000 dan p = 0,032), kesukaan anak

jajan (p = 0,000 dan p = 0,004), kumur-kumur atau sikat gigi setelah jajan (p = 0,000), pengalaman sakit gigi (p = 0,000), pergi ke dokter gigi jika sakit gigi

(p = 0,000), dan setiap enam bulan sekali kontrol ke dokter gigi ( p = 0,000 dan p = 0,069). Namun, tidak ada hubungan bermakna pada perilaku anak yang berhubungan dengan kesukaan memakan sayur atau buah (p = 0,907 dan p = 0,971).

(71)

6.2 Saran

1. Mengingat pentingnya peranan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), perlu kebijakan dari pihak sekolah untuk mulai mengadakan kegiatan UKGS di sekolah.

2. Diharapkan agar guru dan orang tua lebih memperhatikan upaya pendidikan kebersihan mulut dan pencegahan terhadap karies gigi anak serta mendorong anak untuk memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

(72)

DAFTAR PUSTAKA

1. Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas Vdan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli

Serdang tahun 2009. Tesis. Medan. Program Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat FKM USU; 2009: 20-25.

2. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Penerbit Hipokrates, 1990: 23-24.

3. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Edisi 2. Alih bahasa. Daya A. Jakarta: Widya Medika, 1992: 30,35.

4. Panjaitan Monang. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1995: 5, 8, 14-16, 18, 25.

5. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 4-8, 74-75, 79-81.

6. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010: 1-5, 17-19

7. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan riset kesehatan dasar tahun 2007-2008 Propinsi Sulawesi Tengah.

Jakarta, 2008.

8. Ariningrum R. Beberapa cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Cermin Dunia Kedokteran 2000; (126): 45-50.

Gambar

Gambar 1.  Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial           yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu.8
Tabel 1. LIMA TINGKAT KEPARAHAN KARIES MENURUT WHO18
Tabel 2. KUESIONER PERILAKU PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN     GIGI DAN MULUT
Tabel 3. GAMBARAN RESPONDEN BERDASARKAN USIA DAN KELAS
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bersama ini saya mohon kesediaan adik-adik siswa sekolah dasar untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya tentang Perbedaan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pembentukan perilaku seseorang diawali dari individu tahu terlebih dahulu mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga menghasilkan pengetahuan baru,

gigi secara berkesinambungan dan dengan cara yang benar (meliputi seluruh.. Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status

Simpulan penelitian ini adalah perilaku suku Dayak Indramayu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden memperlihatkan hasil yang kurang baik, hal

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan status oral higiene dan periodontal dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut pada pasien kompromis dan non kompromis

Pada konsumsi makanan yang menyehatkan gigi dan mengurangi makanan yang merusak gigi dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa semua informan mengatakan

Berdasarkan latar belakang ini, maka perlu diketahui hubungan antara SROH dengan in- deks kunjungan rutin untuk pemeriksaan gigi dan mulut (routine dental checkup=RDCU) agar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya orang dengan diet yang