• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Perendaman Ikan Lele (Clarias sp.) pada Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) yang diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Perendaman Ikan Lele (Clarias sp.) pada Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) yang diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PERENDAMAN IKAN LELE (

Clarias

sp.) PADA

EKSTRAK BATANG PISANG AMBON (

Musa paradisiaca

)

YANG DIINFEKSI BAKTERI

Aeromonas hydrophila

ENRIKA LIDIAWATI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Perendaman Ikan Lele (Clarias sp.) pada Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) yang diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Enrika Lidiawati

(4)

ABSTRAK

ENRIKA LIDIAWATI. Efektivitas Perendaman Ikan Lele (Clarias sp.) pada Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) yang diinfeksi Bakteri

Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh SRI NURYATI dan DINAMELLA WAHJUNINGRUM.

Penyakit MAS (motile aeromonad septicemia) disebabkan oleh bakteri

Aeromonas hydrophila. Ekstrak batang pisang ambon merupakan bahan alami yang mengandung zat tanin, saponin dan flavonoid yang berpotensi sebagai antibakteri dan imunostimulan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca) yang tepat sebagai upaya pencegahan infeksi A. hydrophila pada ikan lele (Clarias sp.). Ikan lele yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 9,88±0,27 cm, direndam dalam air yang mengandung ekstrak batang pisang ambon 2% (b/v), 4% (b/v) dan 6% (b/v) selama 30 menit setiap hari selama 7 hari. Uji tantang dilakukan dengan menyuntikkan secara intramuskuler 0,1 ml A. Hydrophila (105 cfu/ml) ke ikan lele pada hari ke-8. Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan selama 14 hari. Perlakuan dosis 2% (b/v) memberikan kelangsungan hidup sebesar 83,33% yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol positif yang memiliki kelangsungan hidup sebesar 30%.

Kata kunci: Aeromonas hydrophila , Ikan lele, Musa paradisiaca.

ABSTRACT

ENRIKA LIDIAWATI. Immersion Effectiveness of Catfish (Clarias sp.) in Banana Stem Extract (Musa paradisiaca) which was infected by Aeromonas

hydrophila. Supervised by SRI NURYATI and DINAMELLA

WAHJUNINGRUM.

Motile aeromonad septicemia (MAS) is caused by Aeromonas hydrophila. Banana stem extract is a natural substances that contain tannins, saponins and flavonoids that have the potential as an antibacterial and immunostimulant. This study aims to determine the concentration of banana stem extract (Musa paradisiaca) which is appropriate to prevent A. hydrophila infection on catfish (Clarias sp.). Catfish was used in this study measuring 9,88 ± 0,27 cm which was immersed in water that containing banana stem extract 2% (w/v), 4% (w/v) and 6% (w/v) during 30 minutes everyday for 7 days. Challenging test was carried out by intramuscularly injecting of 0,1 ml A. hydrophila (105 cfu/ml) into the fish on 8th day. Observation of survival rate was conducted for 14 days. The treatment of 2 % (w/v) gave survival rate of 83,33 % which is higher than the positive control treatment had survival of 30% .

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

EFEKTIVITAS PERENDAMAN IKAN LELE (

Clarias

sp.) PADA

EKSTRAK BATANG PISANG AMBON (

Musa paradisiaca

)

YANG DIINFEKSI BAKTERI

Aeromonas hydrophila

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Efektivitas Perendaman Ikan Lele (Clarias sp.) pada Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) yang diinfeksi Bakteri

Aeromonas hydrophila

Nama : Enrika Lidiawati NIM : C14100083

Disetujui oleh

Dr Sri Nuryati, SPi, MSi Pembimbing I

Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segenap rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul ‘Efektivitas Perendaman Ikan Lele (Clarias sp.) pada Ekstrak Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca) yang diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila’ dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai April 2014 bertempat di Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayah A. Roni dan Ibu Nurjanah serta Adik-adik atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

2. Ibu Dr Sri Nuryati, SPi, MSi dan Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukkan kepada penulis.

3. Bapak Ir Irzal Effendi, MSi selaku Dosen Penguji Tamu atas saran dan masukan terhadap penulisan skripsi ini .

4. Ibu Yuni Puji Hastuti, SPi, MSi selaku Wakil Dosen Komisi Pendidikan atas sarannya terhadap penulisan skripsi.

5. Bapak Dr Nur Bambang Priyo Utomo, MSc selaku Pembimbing Akademik. 6. Teman seperjuangan Nadia Aulia yang telah menemani dan membantu

selama penelitian berlangsung.

7. Teman-teman LKI (Evi, Bebe, Bude, Mbak Septi, Alit, Novi, Kak Yanti, Dede, Amal, dan Dian) yang telah memberikan bantuan dan doa selama penelitian.

8. Sahabat-sahabatku tercinta (Saki, Sulis, Evi, Vani, Sinta dan Pipit) atas bantuan, doa dan dukungannya.

9. Bu Sus, Bu Lilis dan andung atas doa dan dukungannya.

10. Pak Ranta, Pak Endang, Pak Hendah, Pak Jajang, Pak Marjanta, Mbak Yuli, Mbak Suri, Kang Abe, Kang Yosi atas bantuannya selama penelitian berlangsung.

11. Keluarga besar BDP 47 terimakasih atas doa, dukungan dan motivasinya. 12. Kak Raja Efrianti atas penelitian sebelumnya yang memberikan inspirasi bagi

penulis dalam menyusun skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xi

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 2

METODE... 2

Waktu dan Tempat... 2

Materi Uji... 2

Prosedur Penelitian... 2

Parameter Penelitian dan Analisis Data... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN... 8

Hasil... 8

Pembahasan... 13

KESIMPULAN DAN SARAN... 15

Kesimpulan... 15

Saran... 15

DAFTAR PUSTAKA... 15

LAMPIRAN... 18

(11)

DAFTAR TABEL

1 Diameter zona bening di sekitar kertas cakram yang diberi ekstrak batang pisang ambon... 4 2 Kisaran kualitas air pada media pemeliharaan ikan lele selama

pemeliharaan... 5

DAFTAR GAMBAR

1 Kelangsungan hidup ikan lele sebelum uji tantang... 9 2 Kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang... 9 3 Pola kelangsungan hidup ikan lele pada kondisi awal, sebelum uji

tantang dan setelah uji tantang... 10 4 Jumlah sel darah putih ikan lele pada kondisi awal, sebelum uji

tantang dan setelah uji tantang... 10 5 Persentase neutrofil ikan lele pada kondisi awal, sebelum uji tantang

dan setelah uji tantang... 11 6 Persentase monosit ikan lele pada kondisi awal, sebelum uji tantang dan

setelah uji tantang... 11 7 Persentase limfosit ikan lele pada kondisi awal, sebelum uji tantang dan

setelah uji tantang... 12 8 Persentase aktivitas fagositosis ikan lele pada kondisi awal, sebelum uji

tantang dan setelah uji tantang... 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pewarnaan gram dan uji biokimia... 18 2 Penghitungan nilai LD50 (Maharani 2009)... 18 3 Gambar hasil uji diameter zona bening di sekitar kertas cakram yang

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan lele (Clarias sp.) merupakan komoditas air tawar unggulan yang telah banyak dibudidaya dan memiliki prospek pasar yang kompetitif. Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menyebutkan bahwa produksi ikan lele tahun 2013 meningkat menjadi 758.455 ton, naik dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 441.217 ton (KKP 2013). Hal tersebut didukung oleh data tingkat konsumsi ikan nasional yang mengalami peningkatan dari 32,25 Kg/Kapita pada tahun 2011 menjadi 33,89 Kg/Kapita pada tahun 2012 (KKP 2013), sebagai contoh kebutuhan ikan lele/hari di Jakarta mencapai 80 ton. Permintaan lele yang cukup tinggi ini membuat harga ikan lele stabil pada kisaran Rp 15.000 sampai Rp 16.000/Kg (KKP 2012). Data tersebut menunjukkan bahwa besarnya perputaran uang dari bisnis budidaya ikan lele mencapai Rp 1.200.000.000/hari di Jakarta. Selain itu biaya pokok produksi untuk 1 Kg lele hanya sebesar Rp 8.000 sehingga bisnis budidaya ikan lele ini menguntungkan.

Ikan lele memiliki kandungan gizi berupa fosfor dan asam amino esensial. Kandungan fosfor pada ikan lele lebih tinggi dibandingkan dengan nilai fosfor pada telur selain itu ikan lele kaya akan asam amino esensial seperti Leusin dan Lisin yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan (Pusluhkan 2011). Harga yang kompetitif, dan nilai gizi yang cukup tinggi, serta teknik budidaya yang relatif dapat dikuasai menjadi faktor utama pesatnya perkembangan lele di Indonesia.

Perkembangan budidaya lele semakin berkembang pesat dengan padat penebaran yang semakin tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini menimbulkan permasalahan dalam budidaya lele yaitu penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang ikan lele disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan penyakit MAS (motile aeromonad septicemia) (Angka 2005). Penyakit bercak merah atau yang dikenal dengan MAS menyebabkan pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut dan pangkal sirip. Penyebaran penyakit ini terjadi secara horizontal yaitu melalui air yang terkontaminasi bakteri Aeromonas hydrophila atau dari ikan yang sakit (Yuhana 2008). Wabah penyakit ini menyebabkan kematian mencapai 80-100% dalam waktu yang singkat (1-2 minggu) (Lukistyowati et al. 2012). Hal tersebut tentu menimbulkan kerugian yang besar dalam kegiatan budidaya.

Salah satu upaya pencegahan yang efektif adalah dengan penggunaan fitofarmaka. Salah satu fitofarmaka yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan penyakit ikan adalah batang pisang ambon (Musa paradisiaca). Tanaman pisang merupakan tanaman yang mudah tumbuh di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman pisang terdiri dari buah, kulit, daun, batang dan bonggol pisang. Total produksi batang pisang dalam berat segar minimum mencapai 100 kali lipat dari produksi buah pisangnya (Fomunyam 1992 dalam

(14)

2

Penelitian menggunakan ekstrak batang pisang ambon telah dilakukan pada larva ikan gurame dan menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi sebesar 93,3% (Efrianti 2013). Penelitian mengenai pemanfaatan ekstrak batang pisang melalui perendaman pada ikan yang diinfeksi bakteri belum ada sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menentukan konsentrasi yang tepat terhadap infeksi bakteri dan diharapkan dapat meningkatkan kekebalan tubuh ikan dalam melawan infeksi bakteri.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca) yang tepat sebagai upaya pencegahan infeksi

Aeromonas hydrophila pada ikan lele (Clarias sp.) melalui teknik perendaman.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga April 2014 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Uji

Materi uji yang digunakan adalah ikan lele (Clarias sp.) yang diperoleh dari petani yang berada di daerah Ciapus, Bogor. Ikan lele yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bobot awal 10,83±0,89 g dan panjang awal 9,88±0,27 cm. Selain itu, digunakan juga batang pisang ambon (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari daerah Cibeureum, Bogor dan isolat bakteri Aeromonas hydrophila

yang merupakan koleksi Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian

Penyediaan Bakteri Uji

Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Aeromonas hydrophila yang diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Ikan. Bakteri ini disuntikkan ke ikan lele secara intramuskular untuk menguji virulensinya. Setelah itu dilakukan reisolasi dengan cara menggoreskan ose ke bagian ginjal dan hati kemudian dibiakkan di

(15)

3 dalam inkubator. Identifikasi yang dilakukan yaitu pewarnaan Gram dan uji biokimia (uji motilitas, uji oksidase, uji katalase, uji (OF) serta uji gelatinase). Identifikasi yang digunakan berdasarkan Bergey’s Mannual of Determination

Bacteriology (Holt et al. 1994). Hasil identifikasi berupa pewarnaan gram dan uji biokimia dapat dilihat pada Lampiran 1.

Bakteri yang digunakan dikultur kembali sebelum digunakan. Bakteri stok dari kultur primer digores kembali pada agar TSA dalam cawan petri sebanyak satu ose kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator. Bakteri dengan koloni yang homogen berumur 24 jam diambil sebanyak satu ose dan diinokulasikan ke dalam tabung yang berisi 10 ml media Trypticase Soy Broth

(TSB). Bakteri diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator bergoyang (shaker). Pengenceran berseri dilakukan untuk mendapatkan kepadatan bakteri 105 cfu/ml yang digunakan untuk uji tantang. Kepadatan bakteri yang digunakan untuk uji tantang berdasarkan pada penghitungan nilai LD50 (Maharani 2009) yang dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pembuatan Ekstrak Batang Pisang

Penelitian ini menggunakan batang pisang ambon yang diperoleh dari daerah Cibereum, Bogor. Bagian batang pisang ambon yang digunakan adalah batang pisang ambon hasil limbah pasca panen. Batang pisang ambon dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 50˚C selama 24 jam. Batang pisang ambon yang telah kering dihaluskan dengan penggiling hingga menjadi bubuk dan disimpan dalam wadah yang kedap udara.

Proses ekstraksi dilakukan dengan cara menyeduh serbuk batang pisang ambon dengan akuades steril sehingga mencapai konsentrasi stok ekstrak batang pisang yaitu 15% (15 g/100 ml). Akuades steril sebanyak 100 ml terlebih dahulu dipanaskan di dalam penangas air hingga suhu 50˚C lalu serbuk batang pisang ambon dimasukkan sesuai dengan konsentrasi larutan yang akan dibuat yaitu 15 g kemudian diaduk hingga tercampur antara akuades dan serbuk batang pisang. Campuran antara bubuk batang pisang ambon dan akuades didiamkan selama 15 menit pada suhu 50˚C (Wahjuningrum et al. 2008). Hasil seduhan disaring menggunakan saringan berupa kain furing agar mendapatkan ekstrak berupa cairan yang siap digunakan. Larutan ekstrak batang pisang dengan konsentrasi 15% diencerkan kembali untuk mencapai konsentrasi larutan yang akan digunakan dalam penelitian yaitu 2%, 4% dan 6% melalui rumus pengenceran (Ansel dan Stoklosa 2001) berdasarkan persamaan berikut :

n1. V1= n2. V2

Keterangan : n1 = nilai konsentrasi yang diinginkan

n2 = nilai konsentrasi larutan stok

V1 = volume konsentrasi ekstrak batang pisang yang diinginkan

V2 = volume konsentrasi stok ekstrak batang pisang

Uji In Vitro

(16)

4

optimum ekstrak batang pisang yang efektif untuk menghambat atau membunuh bakteri Aeromonas hydrophila yang selanjutnya dijadikan sebagai standar konsentrasi pada uji in vivo. Hasil uji aktivitas antibakteri dengan metode kertas cakram ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar kertas cakram.

Konsentrasi ekstrak batang pisang yang digunakan adalah 2% (2 g/100 ml), 4% (4 g/100 ml), dan 6% (6 g/100 ml) dengan 3 kali ulangan. Bakteri A. hydrophila dengan konsentrasi 109 cfu/ml sebanyak 0,05 ml disebar pada permukaan media TSA di cawan petri. Kertas cakram yang telah direndam dalam ekstrak batang pisang pada berbagai konsentrasi diletakkan di atas media TSA yang sudah disebar bakteri kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Diameter zona bening yang terbentuk diukur lebarnya dan semakin lebar zona bening maka semakin besar pula daya antibakterinya. Konsentrasi ekstrak batang pisang pada uji in vitro adalah konsentrasi optimum yang akan digunakan dalam uji in vivo. Gambar hasil uji zona bening di sekitar kertas cakram yang diberi ekstrak batang pisang ambon dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut ini merupakan hasil uji in vitro yang diperoleh berdasarkan uji zona bening.

Perlakuan Ulangan (cm) Rata-rata

(cm) akuarium percobaan. Pengambilan sampel darah dilakukan dengan menggunakan

syiringe 1 ml yang sebelumnya telah dibilas dengan antikoagulan. Darah yang diambil sebanyak 0,1-0,2 ml pada bagian vena caudalis. Sampel darah yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam eppendorf yang telah dibilas dengan antikoagulan. Sampel darah yang telah diambil kemudian digunakan untuk pembuatan preparat sel darah putih, diferensial leukosit dan aktivitas fagositosis. Pengambilan sampel darah dan pengamatan gambaran darah dilakukan di awal pemeliharaan, sebelum dan setelah uji tantang. Cara pembuatan preparat dan pengamatan parameter gambaran darah dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pemeliharaan Ikan

Persiapan wadah meliputi pencucian akuarium dan tandon, penyusunan akuarium dan setting aerasi. Akuarium berukuran 50 x 40 x 35 cm terlebih dahulu diisi air setinggi ¾ bagian akuarium lalu didesinfeksi dengan menggunakan klorin 30 ppm selama 24 jam. Air dalam akuarium dibuang dan diganti dengan air yang berasal dari tandon. Air tandon sebelumnya telah didesinfeksi dengan klorin 30 ppm serta diaerasi kuat selama 24 jam. Air tandon diberi Na-Thiosulfat 15 ppm setelah 24 jam. Pengisian air untuk media pemeliharaan sebanyak 20 liter.

Ukuran panjang ikan yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan ukuran benih ikan pada tahap pendederan ke-4 ikan lele (8-12 cm) (SNI 2000). Benih ikan pada tahap pendederan ke-4 merupakan benih sebar yang akan digunakan untuk tahapan pembesaran. Ikan lele terlebih dahulu diadaptasi di Tabel 1 Diameter zona bening di sekitar kertas cakram yang diberi ekstrak batang

(17)

5 akuarium stok berukuran 1 x 0,4 x 0,35 m selama 7 hari sebelum dipindahkan ke dalam akuarium percobaan. Sebelum ikan ditebar dilakukan pengukuran bobot dan panjang awal ikan kemudian dipindahkan ke dalam akuarium percobaan dengan kepadatan 10 ekor/akuarium.

Ikan lele dipelihara selama 21 hari dan diberi pakan komersil secara ad satiation dengan feeding frequency sebanyak 3 kali yaitu pagi hari (07.00 WIB), siang hari (12.00 WIB) dan sore hari (17.00 WIB). Pergantian air dilakukan pada media pemeliharaan setiap hari sebelum pemberian pakan. Air yang diganti sebanyak 50% dari volume air awal. Air dibuang dengan menggunakan selang sipon berdiameter 1 cm hingga air yang tersisa hanya 50% dari volume awal kemudian akuarium diisi kembali dengan air yang berasal dari tandon hingga volume air mencapai 100%.

Data parameter kualitas air diperoleh dari hasil pengukuran yang dilakukan selama pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, DO (oksigen terlarut), TAN dan amonia. Parameter kualitas air yang diamati yaitu suhu, pH, DO (oksigen terlarut) dan amonia. Pengukuran parameter suhu dan pH dilakukan setiap hari, DO diukur pada awal dan akhir pemeliharaan, sedangkan TAN dan Amonia diukur setiap seminggu sekali. Berikut ini merupakan kisaran kualitas air pada media pemeliharaan ikan lele selama pemeliharaan.

Tabel 2 Kisaran kualitas air pada media pemeliharaan ikan lele selama

Selama masa pemeliharaan, suhu yang terdapat pada media pemeliharaan berkisar antara 26,3-30˚C dan pH yang diperoleh selama masa pemeliharaan memiliki kisaran 5,04-8. Hal tersebut sesuai dengan Standar Nasional Indonesia tahun 2000 yang menyatakan bahwa suhu optimal untuk kegiatan pembeniahn beriksar antara 25-300C dan pH optimal berkisar antara 6,5-8,5. Nilai oksigen terlarut selama masa pemeliharaan berkisar antara 4,3-7,00 mg/l. Hal tersebut sesuai dengan nilai oksigen terlarut optimal bagi pembenihan lele yaitu >4 mg/l (SNI 2000). Konsentrasi amonia selama pemeliharaan berkisar antara 0,0001-0,0857 mg/l. Nilai tersebut tidak sesuai dengan nilai optimal bagi media pemeliharaan lele dimana nilai konsentrasi optimal yaitu < 0,01 mg/l (SNI 2000).

Pengukuran amonia didapatkan dari hasil konversi nilai TAN setiap minggunya. Nilai amonia pada media pemeliharaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus nilai pKa (Emerson et al. 1975 dalam El-Shafai et al. 2004 ) dan nilai amonia (Albert 1973 dalam El-Shafai et al. 2004):

(18)

6

Uji In Vivo

Pemberian ekstrak batang pisang ambon dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan lele selama masa pemeliharaan. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan sebagai berikut:

1. Kontrol Negatif

Ikan direndam dalam air pemeliharaan setiap hari selama 7 hari dan disuntik dengan PBS sebanyak 0,1 ml pada hari ke-8.

2. Kontrol Positif

Ikan direndam dalam air pemeliharaan setiap hari selama 7 hari dan disuntik dengan bakteri Aeromonas hydrophila dengan konsentrasi 105 cfu/ml sebanyak 0,1 ml pada hari ke-8.

3. Ekstrak Batang Pisang 2%

Ikan direndam dengan ekstrak batang pisang 2% selama 30 menit setiap hari selama 7 hari dan diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila dengan konsentrasi 105 cfu/ml sebanyak 0,1 ml pada hari ke-8.

4. Ekstrak Batang Pisang 4%

Ikan direndam dengan ekstrak batang pisang 4% selama 30 menit setiap hari selama 7 hari dan diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila dengan konsentrasi 105 cfu/ml sebanyak 0,1 ml pada hari ke-8.

5. Ekstrak Batang Pisang 6%

Ikan direndam dengan ekstrak batang pisang 6% selama 30 menit setiap hari selama 7 hari dan diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila dengan konsentrasi 105 cfu/ml sebanyak 0,1 ml pada hari ke-8.

(19)

7 Skema bagan penelitian yang lebih ringkas dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Parameter Penelitian dan Analisis Data

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Effendie 1997):

Keterangan: SR = tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = populasi ikan hari ke-t (ekor)

Perendaman dengan perlakuan 2% 30 Menit Pemeliharaan Ikan

1 7

Injeksi A. hydrophila

8 4%

Hari ke- 21

Perendaman dengan perlakuan 4% 30 Menit Pemeliharaan Ikan

Injeksi A. hydrophila

8 6%

Hari ke- 21

Perendaman dengan perlakuan 6% 30 Menit Pemeliharaan Ikan

(20)

8

Jumlah Sel Darah Putih

Jumlah sel darah putih dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Nabib dan Pasaribu 1989):

SDP =

x

Diferensial Leukosit

Diferensial leukosit dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Svobodova dan Vykusova 1991):

Jumlah monosit =

Jumlah neutrofil =

Jumlah limfosit =

Aktivitas fagositosis

Aktivitas fagositosis dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Anderson dan Siwicki 1993 dalam Zainun 2007):

AF = ∑

Analisis Data

Data yang telah diperoleh ditabulasi dan dianalisis menggunakan program Ms. Excel 2007. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan nilai dari tingkat kelangsungan hidup, hasil gambaran darah (jumlah sel darah putih, diferensial leukosit dan aktivitas fagositosis) serta nilai kualitas air yang disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kelangsungan Hidup

(21)

9

` Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan lele sebelum uji tantang

Berdasarkan Gambar 1 diperoleh informasi bahwa perlakuan 2% sebesar 96,67% memiliki nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang nilai kelangsungan hidupnya berkisar antara 36,67%-93,33%.

Berikut ini merupakan data tingkat kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang (Gambar 2).

Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang

Berdasarkan Gambar 2 diperoleh informasi bahwa perlakuan dengan dosis 2% memiliki nilai kelangsungan hidup tertinggi sebesar 83,33% dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif sebesar 30,00%.

(22)

10

Pola Kelangsungan Hidup

Berikut ini merupakan grafik pola kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan (Gambar 3).

Gambar 3 Pola kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan. Uji tantang ( ).

Berdasarkan Gambar 3 diperoleh informasi bahwa pola kelangsungan hidup ikan lele pada perlakuan kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 2% dan perlakuan 4% sampai hari ke-6 cenderung stabil selama masa pemeliharaan sebelum uji tantang dan cenderung menurun pada hari ke-7 selama masa pemeliharaan sebelum uji tantang. Perlakuan 6% cenderung mengalami penurunan hingga hari ke-7 sebelum uji tantang. Pola kelangsungan hidup ikan lele pada semua perlakuan setelah uji tantang rata-rata cenderung menurun hingga hari ke- 15 dan mulai stabil kembali pada hari ke-16 hingga hari ke-21 setelah uji tantang.

Jumlah Sel Darah Putih

Berikut ini merupakan grafik sel darah putih pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang dan setelah uji tantang (Gambar 4).

Berdasarkan Gambar 4 diperoleh informasi bahwa jumlah sel darah putih pada awal pemeliharaan relatif stabil yaitu sebesar 47,33 x 103 sel/ mm3. Jumlah sel darah putih tertinggi sebelum uji tantang terdapat pada perlakuan 2% sebesar

0

Sebelum uji tantang Setelah uji tantang

0

Awal Sebelum uji tantang Setelah uji tantang

J

(23)

11 73,33 x 103 sel/ mm3 dan terendah terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 44,33 x 103 sel/ mm3. Jumlah sel darah putih tertinggi setelah uji tantang terdapat pada perlakuan 6% sebesar 79,00 x 103 sel/ mm3 dan terendah terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 41,67 x 103 sel/ mm3.

Diferensial Leukosit

Berikut ini merupakan grafik persentase neutrofil pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang dan setelah uji tantang (Gambar 5).

Berdasarkan Gambar 5 diperoleh informasi bahwa persentase neutrofil pada awal pemeliharaan cenderung stabil pada setiap perlakuan yaitu sebesar 9,33%. Persentase neutrofil tertinggi sebelum uji tantang terdapat pada perlakuan kontrol positif sebesar 11,67% dan terendah pada perlakuan 4% sebesar 6,33%. Persentase neutrofil tertinggi setelah uji tantang terdapat pada perlakuan 4% sebesar 12,67% dan terendah pada perlakuan kontrol positif sebesar 4,33%.

Berikut ini adalah grafik persentase monosit pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang dan setelah uji tantang (Gambar 6).

Berdasarkan Gambar 6 diperoleh informasi bahwa persentase jumlah monosit pada awal pemeliharaan cenderung stabil pada setiap perlakuan yaitu sebesar 2% dari total sel leukosit. Persentase tertinggi sebelum uji tantang terdapat pada perlakuan 6% sebesar 16,67% dan terendah pada perlakuan kontrol negatif sebesar 2%. Persentase monosit tertinggi setelah uji tantang terdapat pada

0 5 10 15 20

Awal Sebelum uji tantang Setelah uji tantang

J

Awal Sebelum uji tantang Setelah uji tantang

J Gambar 5 Persentase neutrofil pada kondisi awal, sebelum dan setelah

uji tantang

(24)

12

perlakuan kontrol positif sebesar 6,33% dan terendah pada perlakuan 4% sebesar 3%.

Berikut ini merupakan grafik persentase limfosit pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang dan setelah uji tantang (Gambar 7).

Berdasarkan Gambar 7 diperoleh informasi bahwa persentase limfosit pada awal pemeliharaan cenderung stabil yaitu sebesar 88,67%. Persentase limfosit tertinggi sebelum uji tantang terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 91,33% dan terendah pada perlakuan 6% sebesar 73,33%. Persentase limfosit tertinggi setelah uji tantang terdapat pada perlakuan kontrol positif sebesar 89,33% dan terendah pada perlakuan 4% sebesar 84,33%.

Berikut ini merupakan grafik aktivitas fagositosis pada awal pemeliharaan, sebelum uji tantang dan setelah uji tantang (Gambar 8).

Berdasarkan Gambar 8 diperoleh informasi bahwa persentase aktivitas fagositosis pada awal pemeliharaan cenderung stabil pada setiap perlakuan yaitu sebesar 41,11%. Persentase aktivitas fagositosis tertinggi sebelum uji tantang terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 61,31% dan terendah pada perlakuan 2% sebesar 31,82%. Persentase aktivitas fagositosis tertinggi pada saat setelah uji tantang terdapat pada perlakuan 4% sebesar 49,37% dan terendah pada perlakuan kontrol negatif sebesar 28,97%.

Awal Sebelum uji tantang Setelah uji tantang

J

Awal Sebelum uji tantang Setelah uji tantang

Ak Gambar 7 Persentase limfosit pada kondisi awal, sebelum dan setelah

uji tantang

(25)

13

Pembahasan

Perendaman ekstrak batang pisang ambon terhadap kelangsungan hidup ikan lele memberikan dampak yang baik selama pemeliharaan sebelum uji tantang dimana pelakuan dengan konsentrasi 2% memiliki kelangsungan hidup tertinggi sebesar 96,67%, sedangkan kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan konsentrasi 6% sebesar 36,67%. Hal tersebut terjadi diduga karena toksisitas bahan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan dosis suatu bahan. Batang pisang mengandung senyawa tanin. Tanin diduga memiliki efek negatif bagi organisme yang hidup di perairan karena tanin dapat menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat proses penyerapan makanan diusus halus dan pada kadar tertentu dapat menyebabkan kematian pada organisme yang bersangkutan (Ahadi 2003).

Perendaman dengan ekstrak batang pisang juga memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang. Perlakuan dengan konsentrasi 2% memiliki nilai kelangsungan hidup tertinggi sebesar 83,33% sedangkan nilai kelangsungan hidup terendah terdapat pada perlakuan kontrol positif sebesar 30,00%. Tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dari perlakuan 2% diduga karena ekstrak batang pisang mengandung beberapa senyawa aktif berupa tanin, saponin dan flavonoid (Priosoeryanto et al. 2006). Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak batang pisang ambon diduga berperan sebagai senyawa immunostimulan. Kelangsungan hidup yang tinggi pada dosis 2% didukung pula oleh parameter gambaran darah.

Pengamatan gambaran darah dilakukan pada awal sebelum perlakuan, hari ke-7 setelah perlakuan perendaman dan hari ke-7 setelah uji tantang. Leukosit merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik yang akan melokalisasi dan mengeliminir patogen melalui proses fagositosis (Sukenda et al. 2008). Jumlah sel darah putih pada saat awal pemeliharaan relatif stabil pada setiap perlakuan yaitu sebesar 47,33 x 103 sel/ mm3. Jumlah sel darah putih tertinggi sebelum uji tantang terdapat pada perlakuan 2% sebesar 73,33 x 103 sel/ mm3 dan terendah terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 44,33 x 103 sel/ mm3. Jumlah sel darah putih pada perlakuan 2% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif setelah uji tantang. Hal tersebut diduga karena pada perlakuan perlakuan perendaman 2% mengandung senyawa-senyawa aktif yang berperan sebagai immunostimulan. Salah satu senyawa aktif yang terdapat pada batang pisang adalah flavonoid. Menurut Angka et al. (2004) bahwa adanya kandungan andrografolid yang merupakan senyawa flavonoid bersifat antibakteri dan antioksidan. Senyawa flavonoid dapat memicu sistem imun karena leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat dihasilkan dari sistem limfe.

(26)

14

dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif setelah uji tantang. Persentase neutrofil yang tinggi pada perlakuan 2% diduga terjadi karena adanya kandungan saponin dalam ekstrak batang pisang yang berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prasetyo (2008) bahwa zat aktif berupa saponin yang terdapat pada ekstrak batang pisang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh. Selain itu peningkatan neutrofil dalam darah dapat merangsang pembentukan monosit dan makrofag (Ellis 1986 dalam Iwama 1996). Persentase jumlah monosit pada awal pemeliharaan cenderung stabil pada setiap perlakuan yaitu sebesar 2% dari total sel leukosit. Persentase tertinggi sebelum uji tantang terdapat pada perlakuan 6% sebesar 16,67% dan terendah terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 2%. Persentase monosit pada perlakuan 2% lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif setelah uji tantang. Hal tersebut diduga karena sel neutrofil telah melaksanakan tugasnya dalam memfagosit banyak partikel-partikel asing berupa bakteri A. hydrophila

selanjutnya fungsi fagositosis dilaksanakan oleh sel monosit yang kemudian berkembang menjadi makrofag apabila teraktivasi. Menurut Kind et al. (2007), makrofag yang teraktivasi mempunyai aktivitas fagositis yang tinggi, meningkatkan pembunuhan mikroba melalui proses penelanan, pengaktifasi sel T serta dapat meningkatkan sekresi MHC II.

Persentase limfosit pada awal pemeliharaan cenderung stabil yaitu sebesar 88,67%. Persentase limfosit tertinggi pada saat sebelum uji tantang terdapat pada perlakuan kontrol negatif sebesar 91,33% dan terendah pada perlakuan 6% sebesar 73,33%. Persentase limfosit pada perlakuan 2% lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif. Persentase yang rendah diduga karena sel neutrofil dan monosit sebagai sel fagosit yang berperan dalam proses fagositosis telah banyak memfagosit bakteri pada awal infeksi sehingga kerja sel limfosit menjadi berkurang. Menurut Kollner et al. (2002), sel-sel fagosit merupakan respon imun non spesifik yang berfungsi untuk memfagosit, membunuh dan menelan mikroorganisme patogen. Fagositosis merupakan langkah awal dalam fungsi monosit dan makrofag untuk merangsang respon limfosit. Peningkatan persentase limfosit pada beberapa perlakuan pada saat setelah uji tantang diduga adanya proses fagositosis yang dapat merangsang respon limfosit dimana pada saat limfosit teraktivasi maka proses fagositosis akan berlangsung untuk mengeliminir antigen asing melalui sekresi sitokine (Kollner et al. 2002).

(27)

15

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca) dengan konsentrasi perendaman 2% dapat memberikan kelangsungan hidup ikan lele pasca uji tantang sebesar 83,33%, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif yang hanya memberikan kelangsungan hidup sebesar 30%.

Saran

Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan perlakuan perendaman dengan frekuensi waktu yang berbeda untuk melihat efektifitas dari ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca) untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahadi MR. 2003. Kandungan tanin terkondensasi dan laju dekomposisi pada serasah daun Rhizophora mucronata Lamk pada ekosistem tambak tumpangsari di Blanakan, Purwakarta, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Angka SL, Priosoeryanto BP, Lay BW, Harris E. 2004. Penyakit motile aeromonad septicemia pada ikan lele dumbo (Clarias sp.): Upaya pencegahan dan pengobatannya dengan fitofarmaka. Forum Pascasarjana. 27(4): 339-350.

Angka SL. 2005. Kajian penyakit motile aeromonad septicemia (MAS) pada ikan lele dumbo (Clarias sp.): patologi, pencegahan dan pengobatannya dengan fitofarmaka [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ansel HC, Stoklosa MJ. 2001. Pharmaceutical Calculation 12th Edition. Philadelphia (US): Lippincott Williams and Wilkins.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.

El-Shafai SA, El-Gohary FA, Nasr FA, Peter van der Steen N, Gijzen HJ. 2004. Chronic ammonia toxicity to duckweed-feed tilapia (Oreochromis niloticus).

Aquaculture. 232:117-127.

Efrianti R. 2013. Pemberian ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca) pada media pemeliharaan untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan gurame (Osphronemus goramy) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Holt JG, Krieg NR, Sheath PHA, Staley JT, Williams ST. 1994. Bergey’s Manual

of Deteterminative Bacteriology. Edisi ke-9. Baltimore (US): Williams & Wilkins.

(28)

16

Kindt et al. 2007. Immunologi Sixth Edition. Amerika (US): W.H. Freeman and Company.

KKP [Kementerian Kelautan Perikanan]. 2012. Bisnis ikan lele menggiurkan

[internet]. [diacu 2014 Agustus 14]. Tersedia dari: www.kkp.go.id.

KKP [Kementerian Kelautan Perikanan]. 2013. Statistik menakar target ikan air tawar tahun 2013 [internet]. [diacu 2014 Mei 11]. Tersedia dari: www.djpb.kkp.go.id.

Kollner B, Wasserab B, Kotterba G, Fischer U. 2002. Evaluation of immune funtion of rainbow trout (Oncorhyncus mykiss)-how can environmental influences be detected?. Toxicology letter. 131: 83-95.

Lay, BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persadaesember.

Lukistyowati I, Kurniasih. 2012. Pelacakan gen aerolysin dari Aeromonas hydrophila pada ikan mas yang diberi pakan ekstrak bawang putih. Jurnal Veteriner. 13: 43-50.

Maharani D. 2009. Potensi jeruk nipis Citrus aurantifolia untuk pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo

Clarias sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mims CA. 1987. The Pathogenesis of Infectious Disease. London (GB):

Priosoeryanto BP, Huminto H, Wientarsih I, Estuningsih S. 2006. Aktivitas getah batang pohon pisang dalam proses persembuhan luka dan efek kosmetiknya pada hewan. Lembaga Penelitian dan Pemberdayan Masyarakat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pusluhkan. 2011. Pengolahan ikan lele [internet]. [diacu 2014 Juli 6]. Tersedia dari: www.pusluh.kkp.go.id.

SNI [Standar Nasional Indonesia]. 2000. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. Fuscus) kelas benih sebar. Indonesia (ID): BSN.

Sukenda, Jamal L, Wahjuningrum D, Hasan A. 2008. Penggunaan kitosan untuk pencegahan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(2): 159-169.

Svobodova Z, Vykusova B. 1991. Diagnostics, prevention and therapy of fish disease and intoxication [internet]. [diacu 2014 Juni 27]. Tersedia dari: www.fao.org.

Wahjuningrum D, Ashry N, Nuryati S. 2008. Pemanfaatan ekstrak daun ketapang

Ternimalia cattapa untuk pencegahan dan pengobatan ikan patin

Pangasiodon hypopthalmus yang terinfeksi Aeromonas hydrophila. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(1): 79-94.

Yuhana M, Normalina I, Sukenda. 2008. Pemanfaatan ekstrak bawang putih

Allium sativum untuk pencegahan dan pengobatan pada ikan patin

Pangasionodon hypophthalmus yang diinfeksi Aeromonas hydrophila.

(29)

17 Wina E. 2001. Tanaman pisang sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa. 11(1). Zainun Z. 2007. Pengamatan parameter hematologis pada ikan mas yang diberi

(30)

18

Lampiran 1 Pewarnaan Gram dan uji biokimia

Isolat Gram Motilitas O/F Katalase Oksidase Gelatinase

1 - + F + + +

Holt et al 1994 - + F + + +

Lampiran 2 Penghitungan nilai LD50 (Maharani 2009) Kepadatan

Bakteri

Mati Hidup Ratio

Kematian

Akumulasi

Mati Hidup Ratio

Kematian

%

108 4 0 1 15 0 15/15 100

107 4 0 1 11 0 11/11 100

106 3 1 0,75 7 1 7/8 87,5

105 3 1 0,75 4 2 4/6 66,57

104 1 3 0,25 1 5 1/6 16,67

Selang proporsi =

=

= 0,33

Log negatif LD50 = Log negatif di atas 50% + selang proporsi = -Log 105 + 0,33

= -5 + 0,33 = 4,7 LD50 = 104,7 cfu/ml LD50 = 105 cfu/ml

(31)

19 Lampiran 3 Gambar hasil uji diameter zona bening di sekitar kertas cakram yang

diberi ekstrak batang pisang ambon.

a b c d e

Gambar 9 a. Kontrol positif (Alkohol 70%) b. Kontrol negatif (PBS) c. Perlakuan 2% d. Perlakuan 4% e. Perlakuan 6%

Lampiran 4 Cara pembuatan preparat dan pengamatan parameter gambaran darah

Pengukuran Jumlah Sel Darah Putih (Nabib dan Pasaribu 1989)

Darah dihisap dengan pipet berisi bulir merah sampai skala 0,5 kemudian ditambah larutan Turk’s sampai skala 11 dan diaduk membentuk angka delapan selama 3 – 5 menit sehingga darah tercampur rata. Darah yang telah tercampur

dengan larutan Turk’s dibuang sebanyak dua tetes pertama selanjutnya diteteskan pada haemacytometer tipe Neubauer yang ditutup dengan cover glass. Penghitungan jumlah sel darah putih dilakukan pada 5 bidang pandang dengan mikroskop.

Diferensial Leukosit (Svobodova dan Vykusova 1991)

Sampel darah diencerkan dengan antikoagulan dengan perbandingan 1:1. Kaca objek sebelumnya direndam dengan metanol selama 5 menit agar kotoran pada kaca objek hilang dan dikeringkan. Gelas obyek dipegang dengan telunjuk dan ibu jari. Darah ikan yang telah diencerkan diteteskan pada bagian sebelah kiri gelas obyek. Gelas obyek lain diletakkan disebelah kiri tetesan darah membentuk sudut 300. Gelas obyek ditarik sampai ke ujung kanan gelas obyek sampai darah menyebar disepanjang gelas obyek.

Darah yang baru diulas di gelas obyek dikering udarakan (fiksasi udara). Preparat ulas difiksasi ke dalam larutan methanol selama 10 menit. Setelah itu preparat ulas direndam dalam larutan giemsa yang diencerkan (1:60) selama 10 menit. Preparat ulas pada gelas obyek dicuci dengan akuades dan dikeringkan. Pengamatan sel monosit, neutrofil, dan limfosit dilakukan dengan mikroskop.

Aktivitas Fagositosis (Anderson dan Siwicki 1993 dalam Zainun 2007)

(32)

20

obyek ditarik sampai ke ujung kanan gelas obyek sampai darah menyebar disepanjang gelas obyek.

(33)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Perawang pada tanggal 16 April 1992, merupakan putri ke-1 dari 3 bersaudara dari keluarga Bapak A.Roni dan Ibu Nurjanah. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDN 005 Tualang, SMPN 1 Tualang, SMAN 1 Tualang, dan diterima di IPB melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) Pemda Kab. Siak tahun 2010 pada program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Penyakit Organisme Akuatik (2013) dan Menajemen Kesehatan Organisme Akuatik (2014). Penulis juga aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) yaitu sebagai anggota divisi Budaya, Olahraga dan Seni (BOS) (2011-2012) dan anggota divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) (2012-2013). Penulis juga pernah magang di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sukabumi (BPBAT) (2012). Penulis juga mengikuti kegiatan praktik lapangan di Balai Budidaya Laut Batam (2013).

Gambar

Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang
Gambar 3 Pola kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan. Uji
Gambar 5 Persentase neutrofil pada kondisi awal, sebelum dan setelah
Gambar 7 Persentase limfosit pada kondisi awal, sebelum dan setelah

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas pemberian ekstrak batang pohon pisang Ambon ( Musa paradisiaca var sapientum) dalam bentuk sediaan

Kesimpulan : Ekstrak etanol pelepah tanaman pisang ambon mempunyai daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 40%, 60% dan 80%

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol pelepah tanaman pisang ambon (Musa paradisiaca) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli

Perendaman ekstrak daun jeruju pada lele dumbo menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan lele dumbo dan ekstrak daun jeruju dengan dosis diatas kurang

Berdasarkan hasil tersebut konsentrasi ekstrak batang pisang ambon ( Musa Paradisiaca Var. Sapientum) yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap diameter zona

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengisolasi saponin yang terkandung pada ekstrak metanol batang pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.) dengan metode

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) untuk mencegah kerusakan pada jejunum, dan juga

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengisolasi saponin yang terkandung pada ekstrak metanol batang pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.) dengan metode