• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” Dalam Produksi Susu Karamel Kasus Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” Dalam Produksi Susu Karamel Kasus Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN

PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI

“KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL

(Kasus Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat)

DEBI WIRANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” dalam Produksi Susu Karamel” adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

(4)
(5)

DEBI WIRANTI. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” dalam Produksi Susu Karamel Kasus Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di bawah bimbingan MURDIANTO.

Kelompok wanita tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani yang mana anggotanya terdiri dari wanita-wanita yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel; menganalisis tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel; menganalisis hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas anggota KWT dalam produksi susu karamel. Metode penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dengan sensus kepada 25 responden dan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada informan. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan tabel frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produktivitas anggota kelompok tergolong sedang. Faktor yang berhubungan dengan hal ini adalah frekuensi keterlibatan anggota dalam kelompok

wanita tani “kania” pada seluruh tahapan partisipasi.

Kata kunci: partisipasi, produktivitas, kelompok wanita tani

ABSTRACT

DEBI WIRANTI. Relation of Participation Rate with Member Productivity of

“Kania” Women Farmer Group in Caramel Milk Production, Case of Tajur Halang Village, Cijeruk District, Bogor, West Java. Supervised by MURDIANTO.

Women farmers group is are institution consist of members of women famer who are involved in agricultural activities. The purpose of this study is to identify what factors are associated with the level of KWT members participation in the production of caramel milk; to analyze the level of KWT members participation in the production of caramel milk; to analyze the relation of KWT members’

participation level with members’ productivity in the production of caramel milk.

The method of this research is using a combination of quantitative approach with a survey of 25 respondents and qualitative depth interviews with informants. Data analyze using Rank Spearman correlation test and frequency table. The result shows that productivities of members classifieds to middle class with identified by the increasing of product production result. The factors that have relation are frequency of members related with participation level to all stages.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI

“KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL

(Kasus Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat)

DEBI WIRANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

Usaha kecil menengah di wilayah pedesaan tentunya tidak terlepas dari keikutsertaan masyarakat sekitar. Pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam sebuah kegiatan dapat menjadi faktor keberhasilan kegiatan tersebut. Partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat secara sukarela dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Partisipasi akan terwujud apabila terdapat kemampuan, kemauan dan kesempatan pada masyarakat yang berasal dari dalam diri masyarakat sendiri. Tingkat partisipasi anggota dalam penelitian ini diukur berdasarkan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yaitu: tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Selanjutnya penulis akan membahas hubungan tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok.

Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Ir. Murdianto, MSi. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan curahan waktunya selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, yaitu Ayahanda Masno dan Ibunda Nanik Martini, kakak Bayu Candra Winata Ssi, beserta kedua adik laki-laki Dimas Harya Winata dan Fhyan Nanda Winata, yang telah memberikan segenap kasih sayang, motivasi, dukungan dan untaian doa yang tidak pernah putus. Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu bimbingan Dijako Rizki dan Tazkiyah Alkaff, beserta teman-teman satu departemen SKPM angkatan 49, atas kebersamaan dalam berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran selama penulisan skripsi.

Penulis berharap kajian mengenai Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” dalam Produksi Susu Karamel Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat mampu memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Partisipasi Masyarakat 7

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi 11

Faktor Internal 12

Faktor Eksternal 13

Produktivitas 13

Kelompok Wanita Tani (KWT) 14

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis Penelitian 16

PENDEKATAN LAPANG 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Penentuan Responden dan Informan 18

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 19

Definisi Operasional 19

GAMBARAN UMUM DESA TAJURHALANG 23

Kondisi Geografis dan Demografi 23

Kondisi Ekonomi 24

Kondisi Sosial dan Budaya 25

(14)

Pengolahan Produk Susu Kelompok Wanita Tani “Kania” 26 FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KELOMPOK WANITA TANI

“KANIA” 29

Faktor Internal Kelompok Wanita Tani Kania 29

Usia 29

Tingkat Pendidikan 29

Tingkat Pendapatan 30

Faktor Eksternal Kelompok Wanita Tani “Kania” 31

Interaksi Anggota dengan Pengelola KWT 31

Pelayanan Pengelola KWT 32

TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI

“KANIA” 35

Tahap Pengambilan Keputusan 35

Tahap Pelaksanaan 36

Tahap Menikmati Hasil 36

Tahap Evaluasi 37

Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” 38 HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” 41 Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok 42 Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota Dengan Produktivitas Kelompok

Wanita Tani “Kania” 50

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 57

(15)

DAFTAR TABEL

1 Tangga partisipasi Arnstein 11

2 Definisi operasional faktor internal 20

3 Definisi operasional tingkat partisipasi 21

4 Definisi operasional produkivitas anggota 22

5 Luas dan persentase lahan berdasarkan pemanfaatan lahan Desa 23 Tajurhalang

6 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan mata 24 pencaharian tahun 2015

7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan 25

pemetaan tingkat kesejahteraan tahun 2015 25

8 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan tingkat 25

pendidikan 25

9 Jumlah dan persentase usia anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” 29 berdasarkan karakteristik individu

10 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan anggota Kelompok Wanita 30 Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu 30 11 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan anggota Kelompok Wanita 30

Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu 30 12 Jumlah dan persentase tahap pengambilan keputusan anggota Kelompok 35

Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota 35 13 Jumlah dan persentase tahap pelaksanaan anggota Kelompok Wanita 36

Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota 36 14 Jumlah dan persentase tahap menikmati hasil anggota Kelompok Wanita 37

Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota 37 15 Jumlah dan persentase tahap evaluasi anggota Kelompok Wanita Tani 37

“Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota 37 16 Jumlah dan persentase produktivitas anggota Kelompok Wanita Tani 38

“Kania” berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan 38 17 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap 42

pengambilan keputusan 42

18 Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat 43 partisipasi pada tahap pengambilan keputusan

19 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap 44 pelaksanaan

20 Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat 45 partisipasi pada tahap pelaksanaan

21 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap 46 menikmati hasil

22 Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat 47 partisipasi pada tahap menikmati hasil

23 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap 48 evaluasi

(16)

25 Hubungan tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok 51

wanita tani “kania”

26 Koefisien korelasi spearman (rs) antara tingkat partisipasi anggota pada 52 masing-masing tahapan dengan produktivitas kelompok

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Lokasi Penelitian 61

2 Jadwal Penelitian 62

3 Kerangka Sampling 63

4 Kuesioner 65

5 Panduan Wawancara Mendalam 71

6 Tulisan Tematik 73

7 Hasil Uji Statistik 79

(17)

PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian serta kegunaan penelitian bagi pihak terkait. Latar belakang berisi alasan mengenai pemilihan topik penelitian. Rumusan masalah berisi permasalahan yang ingin diteliti, tujuan penelitian merupakan jawaban dari masalah penelitian dan kegunaan penelitian berisi kegunaan untuk berbagai pihak yang menjadi sasaran dari hasil penelitian.

Latar Belakang

Sektor industri memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Fakta ini terbukti dalam perhitungan produk domestik bruto, sektor industri memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pada Tahun 2014 kontribusi sektor industri sebesar 21.02 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 20.98 persen. Sektor industri tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi akan tetapi juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Tahun 2013 sektor industri menyerap tenaga kerja sebesar 14 juta orang atau setara 70 persen tenaga kerja bekerja di sektor industri mikro dan kecil (BPS 2015).

Industri mikro dan kecil dalam bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Ditinjau dari segi jumlah usaha (estabilishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Jumlah unit UKM dan Tenaga Kerja UKM di Indonesia Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (2011) dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2006 jumlah UKM 49.021.803 menyerap tenaga kerja sebanyak 87.909.598 jiwa. Tahun 2010 jumlah UKM 53.823.732 menyerap tenaga kerja sebanyak 99.401.775 jiwa. Akan tetapi ditingkat regional Jawa Barat khususnya kota Bogor pertumbuhan UKM berdasarkan kementerian koperasi dan UKM (2012) mengalami fluktuasi, yaitu pada tahun 2011 sebesar 6.582, naik sebesar 4.06 persen menjadi 6.849 pada tahun 2012. Tahun 2013 jumlah UKM sebesar 6.640 menurun sebesar 3.05 persen dibanding tahun 2012. Jumlah UKM tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0.56 persen menjadi 6.770 dibanding tahun 2013. Di beberapa tingkat regional, UKM masih belum stabil karena belum optimal dalam pengembangan. Sehingga penting untuk melakukan pengembangan UKM berdasarkan potensi masing-masing daerah, sebagai usaha yang strategis untuk mempercepat pertumbuhan struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dan sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Desa Tajurhalang memungkinkan pengembangan subsektor produksi sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia. Salah satu potensi yang dimiliki adalah peternakan sapi perah yang dikembangkan di Desa Tajurhalang karena wilayah tersebut memiliki iklim dan geografis yang baik, hal ini sesuai dengan dukungan sumber daya alam dan lahan yang cukup tersedia karena berada di kaki gunung halimun salak yang memiliki iklim sejuk. Kelompok tani peternak sapi perah menghasilkan susu sapi perah murni yang memiliki nilai tinggi dan banyak di konsumsi oleh masyarakat.

(18)

kenaikan. Tahun 2006 produksi susu sebesar 616.000 ton, sedangkan konsumsi susu masyarakat Indonesia sebesar 1.354.235 ton. Tahun 2007 produksi susu sebesar 567.683 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 2.000.995 ton. Tahun 2008 produksi susu sebesar 646.952 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 2.125.327 ton. Tahun 2009 produksi susu sebesar 827.249 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 3.475.843 ton. Tahun 2010 produksi susu sebesar 909.532 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 3.864.454 ton (Direktorat Jendral Peternakan 2011). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat adanya kesenjangan antara produksi susu sapi yang dihasilkan dengan permintaan konsumsi susu sapi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan sapi perah untuk menunjang peningkatan produksi susu. Akan tetapi pada tahun 2007 harga susu sapi perah rendah sedangkan harga pakan untuk sapi semakin melambung tinggi. Sehingga muncullah pemikiran untuk mengolah susu sapi perah menjadi produk yang memiliki nilai harga jual yang lebih tinggi. Salah satunya adalah UKM di pedesaan yaitu Usaha Kelompok Wanita Tani (KWT) yang berada di Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kelompok Wanita Tani yang berada di Desa Tajur Halang adalah KWT

“Kania”. KWT ini memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan UKM dengan melakukan berbagai kegiatan produktif. KWT “Kania” berperan dalam menghasilkan olahan pangan berkualitas seperti produksi susu karamel dengan menonjolkan keunggulan dari produk dengan mempertahankan cita rasa dari susu sapi itu sendiri. Bahan dasar dalam pengolahan produk yang di produksi berasal dari susu sapi perah yang berasal dari desa itu sendiri yaitu kelompok tani peternak

sapi perah “Kania”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usaha dari KWT

“Kania” di Desa Tajurhalang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini diharapkan mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan penduduk desa. Walau demikian usaha dalam peningkatan produksi susu karamel terkait juga dengan keanggotaan kelompok yang memiliki hubungan terhadap produksi. Dalam sebuah kelompok maka penting untuk melihat peran serta maupun partisipasi antar anggota. Karena partisipasi dari anggota akan menentukan hasil yang akan dicapai oleh kelompok. Hal inilah yang dapat diukur melalui tahapan partisipasi yang dilakukan anggota dalam peranannya mengelola usaha produksi.

(19)

dalam pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil pembangunan bidang fisik, masyarakat setempat ikut berpartisipasi memberikan bantuan bentuk tenaga serta ikut terlibat mengajukan usulan-usulan pembangunan. Apandi (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi yang dilakukan oleh peserta program Aku Himung Petani Banua mayoritas masih kurang baik, dimana partisipasi peserta sebatas pada hadir dalam kegiatan rapat, pelatihan, maupun pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh perusahaan.

(20)

Rumusan Masalah

Menurut teori Cohen dan Uphoff (1977) suatu usaha dikatakan produktif apabila seluruh anggota terlibat dalam kegiatan. Akan tetapi dalam praktiknya partisipasi anggota masih mengalami banyak permasalahan yaitu masyarakat lapisan bawah ditingkat komunitas tidak berdaya menghadapi lapisan yang lebih kuat. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi anggota kelompok adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam anggota kelompok yang mencakup usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Sedangkan faktor eksternal menurut Pangestu (1995) meliputi interaksi anggota dengan pengelola program, dan pelayanan pengelola. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel?

Keterlibatan masyarakat dalam sebuah kegiatan dapat mempengaruhi proses partisipasi pengambilan keputusan yang bermaksud untuk melihat kesadaran masyarakat dalam menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Tingkat partisipasi masyarakat diukur berdasarkan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yaitu: tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Sehingga muncul pertanyaan kedua, bagaimana tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel?

(21)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat partisipasi anggota KWT dalam produktivitas susu karamel. Tujuan utama ini akan dijawab melalui tujuan khusus yang telah dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi

anggota KWT dalam produksi susu karamel;

2. Menganalisis tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel; 3. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas

anggota KWT dalam produksi susu karamel.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun terkait dengan kajian tingkat partisipasi masyarakat, khususnya kepada:

1. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran pemerintah dan keterlibatan yang dilakukan oleh lembaga pengelola program dalam aktivitas pengembangan masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah pengetahuan mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan produksi terutama produksi susu karamel.

2. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana hubungan antara masyarakat dengan pihak pengelola program pada tingkat partisipasi dengan produktivitas anggotanya. Sehingga dikemudian hari diharapkan dapat memberikan kebijakan-kebijakan sesuai.

3. Akademisi

(22)
(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan mengenai berbagai pustaka yang dirujuk dalam melakukan penelitian. Pustaka-pustaka tersebut diambil dari berbagai sumber seperti buku, peraturan pemerintah, maupun hasil-hasil penelitian. Selain itu, bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka penelitian beserta dengan hipotesis penelitian, dan definisi operasional dari masing-masing variabel yang dihitung.

Tinjauan Pustaka

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut pada subjek yang sadar (Nasdian 2014). Partisipasi merupakan proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan memantau kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi tidak hanya bagaimana individu bisa ikut serta dalam kegiatan, tetapi partisipasi adalah bagaimana agar individu dapat turut serta dalam merancang kegiatan dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan (Soemarto dan Hetifah 2009). Deviyanti (2013) mengartikan partisipasi sebagai keterlibatan setiap warga negara yang mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan dan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif. Sehingga partisipasi masyarakat yaitu hak atau kewajiban seseorang untuk memberikan kontribusi dan berkesempatan menyumbangkan inisiatif serta kreativitasnya dalam mencapai tujuan kelompok. Selanjutnya Faisal et al. (2013) menjelaskan bahwa seseorang bisa berpartisipasi apabila menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama.

Menurut FAO dalam Mikkelsen (2003) mengemukakan beberapa pengertian partisipasi sebagai berikut:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan.

(24)

4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

Pengembangan partisipasi anggota kelompok, perlu pemahaman dasar mengenai tahapan partisipasi untuk mengukur keterlibatan anggota dari masing-masing pihak. Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan yaitu meliputi tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan program, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Pada penelitian Rosyida dan Nasdian (2011) dijelaskan mengenai tahapan partisipasi berdasarkan teori Cohen dan Uphoff, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan yang dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini, padahal proses pengambilan keputusan juga sangat bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya. Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut, seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia dan tidak berkelanjutan.

(25)

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil tidak berhasil, dan efektif-tidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar. Arnstein (1969) menjelaskan bahwa ada delapan tangga partisipasi masyarakat, yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein. Selanjutnya pada penelitian Mukti (2013) menjabarkan kembali mengenai tipologi Arnstein yaitu sebagai berikut:

1. Manipulation (manipulasi)

Mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ’stempel karet’ dalam badan penasihat. Tingk ini dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh pihak penguasa.

2. Therapy (terapi/penyembuhan)

Tingkat therapy atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab lukanya.

3. Informing (informasi)

Memberi informasi kepada masyarakat tentang hak, tanggung jawab dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun seringkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi. Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitaan, pamflet dan poster.

4. Consultation (konsultasi)

(26)

membatasi usulan masyarakat, maka kegiatan tersebut hanyalah merupakan suatu partisipasi palsu. Masyarakat hanya dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi hanya diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga dari seberapa banyak kuesioner dijawab. Karena itu, pemegang kekuasaan telah merasa memiliki bukti bahwa mereka telah mengikuti rangkaian pelibatan masyarakat.

5. Placation (penentraman/perujukan)

Tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga.

6. Partnership (kerjasama)

Kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan dengan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Partnership dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpinnya bertanggung jawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi, sehingga akan mampu mempengaruhi suatu perencanaan.

7. Delegated Power (pelimpahan kekuasaan)

Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu, masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar. 8. Citizen Control (kontrol masyarakat)

Masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga akan mengadakan perubahan. Oleh sebab itu, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga.

(27)

keenam (partnership), tingkat ketujuh (delegated power) dan tingkat kedelapan (citizen control) masuk dalam tingkatan Degree of Citizen Power, atau tingkat dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tangga partisipasi Arnstein Tangga/Tingkatan

Partisipasi

Hakikat Kesertaan Tingkatan Pembagian Kekuasaan Terapi (Therapy) Sekedar agar masyarakat

tidak marah/mengobati

Dari berbagai pendapat di atas, secara umum partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat secara sukarela dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Sehingga dalam hal ini masyarakat harus memiliki suara dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan kegiatan kelompok dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam kegiatan, berbagi manfaat dari kegiataan kelompok dan evaluasi kegiatan kelompok. Oleh karena itu, tingkat partisipasi anggota dalam penelitian ini akan diukur menggunakan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

(28)

bersumber terutama pada struktur sosial yang berlaku dalam suatu komunitas. Dimensi kultural adalah sikap pasrah dari anggota komunitas karena terjerat dalam berbagai macam kekurangan sehingga warga komunitas terlihat tidak memiliki inisiatif, gairah dan tidak dinamis untuk mengubah hidup mereka yang kurang baik. Dimensi struktural-kultural mengandung makna berlakunya hubungan-hubungan sosial dan interaksi sosial yang khas dalam komunitas yang mengakibatkan

berlangsungnya suatu kebiasaan yang dapat “membius” dan membatasi inisiatif dan

semangat warga komunitas untuk berkembang. Berlangsungnya sikap-sikap pasrah, kurang kreatif, inisiatif dan berani dalam masyarakat secara langsung atau tidak langsung dapat mengkekalkan bentuk-bentuk dan sifat hubungan sosial yang khas dalam komunitas (Nasdian 2014).

Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat (internal) yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.

Faktor Internal

Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan lainnya. karakteristik individu merupakan faktor internal yang berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan mencakup usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan (Slamet 2003).

1. Usia

Usia merupakan lama hidup seseorang terhitung dari tahun dilahirkan hingga tahun saat ia hidup. Usia diharapkan dapat mempengaruhi partisipasi individu atau kelompok untuk menyampaikan pendapat atau idenya. Usia juga menentukan seseorang untuk dapat mengambil keputusan. Usia tua dianggap memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga cenderung memiliki pendapat yang lebih besar (Ainiya 2014). Pengelompokkan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) membagi kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18 – 29 tahun, usia pertengahan berusia 30 – 50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diterima seseorang yang memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman baik secara formal maupun informal. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi partisipasi, karena pengetahuan luas yang dimiliki individu cenderung memberikan pendapat yang lebih banyak, sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi (Ainiya 2014).

3. Tingkat pendapatan

(29)

pendapatan rendah cenderung memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterakan dirinya (Ainiya 2014).

Faktor Eksternal

Menurut Sunarti (2003) menjabarkan bahwa faktor-faktor eksternal dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program. Seperti halnya faktor eksternal menurut Pangestu (1995) meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola program dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu program jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selanjutnya bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam program tersebut.

Faktor eksternal dalam penelitian ini akan dianalisis berdasarkan teori Pangestu (1995) yaitu: interaksi anggota dengan pengelola KWT, serta pelayanan pengelola KWT. Dalam hal ini pihak pengelola merupakan orang-orang yang diharapkan mampu membawa anggotanya agar mau bersama-sama melakukan kegitan dalam kelompok. Selain itu, pihak pengelola harus mampu memberikan pelatihan kepada anggota, memfasilitasi, membagi informasi dan pengetahuan yang diperoleh, serta memberikan keterampilan atau mampu membimbing anggota. Sementara pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola sangat erat kaitannya dengan peran yang diberikan seseorang untuk membuat orang yang didampingi menjadi lebih mandiri. Pelayanan dari pengelola ini memiliki peran besar terhadap berjalannya suatu kegiatan kelompok, karena peranan penting yang dimiliki oleh pengelola memberikan stimulus yang besar untuk menarik partisipasi dari anggotanya.

Produktivitas

(30)

bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan/atau jasa), sehingga rumusan produktivitas adalah sebagai berikut:

Produktivitas = Jumlah outputSatuan Waktu

Yuniarsih (2009) mengemukakan bahwa produktivitas kerja dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas yang dihasilkan memiliki nilai tinggi. Produktivitas kerja memiliki dua dimensi yaitu efektivitas dan efisiensi. Sedarmayanti (2001) dikutip Kamuli (2012) menjabarkan bahwa dimensi efektifitas berkaitan dengan pencapain hasil kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi efisiensi berkaitan dengan upaya mem-bandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka produktivitas anggota kelompok dalam penelitian ini akan diukur berdasarkan produk total perhari yang dihasilkan oleh masing-masing individu dalam produksi susu karamel. Produktivitas anggota kelompok juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal individu.

Kelompok Wanita Tani (KWT)

Kelompok tani merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata, disamping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya. Beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usaha tani (Hermanto 2007). Nuryanti dan Swastika (2011) menjabarkan bahwa secara teoritis kelompok tani diartikan sebagai kumpulan petani yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kepentingan bersama dalam usaha tani. Kelompok tani mempunyai peran yang strategis dalam berbagai kegiatan pertanian baik yang berkaitan dengan usaha tani maupun kegiatan sosial ekonomi petani. Peningkatan pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi kuat dan mandiri (Redono 2012).

Kelompok tani perlu ditumbuh kembangkan, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian dikutip Hariadi (2007) Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

(31)

mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya. Setiap individu bisa tanpa atau menjadi anggota satu atau lebih kelompok.

2. Keterbukaan, artinya penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha.

3. Partisipatif, artinya semua anggota terlibat dan memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan serta mengelola (merencanakan, melaksanakan serta melakukan penilaian kinerja) kelompok tani.

4. Keswadayaan, artinya mengembangkan kemampuan penggalian potensi diri sendiri para anggota dalam penyediaan dana dan sarana serta penggunaan sumber daya guna terwujudnya kemandirian kelompok tani.

5. Kesetaraan, artinya hubungan antara penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha yang terjadi merupakan mitra sejajar.

6. Kemitraan, artinya penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghargai, saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang difasilitasi oleh penyuluh.

Sementara kelompok wanita tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani yang mana anggotanya terdiri dari wanita-wanita yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Berbeda dengan kelompok tani yang lainnya, kelompok wanita tani dalam pembinaannya diarahkan untuk mempunyai suatu usaha produktif dalam skala rumah tangga yang memanfaatkan atau mengolah hasil-hasil pertanian maupun perikanan, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga.

Kerangka Pemikiran

Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat secara sukarela dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan, karena dengan adanya pasrtisipasi akan menentukan keberhasilan maupun keberlangsungan suatu kegiatan. Menurut Faisal et al. (2013) seorang anggota dapat berpartisipasi apabila menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan, dan tanggung jawab bersama. Partisipasi masyarakat akan menjadi hak atau kewajiban seseorang anggota untuk memberikan kontribusi dan berkesempatan menyumbangkan inisiatif serta kreativitasnya dalam mencapai tujuan kelompok. Partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan berhubungan dengan beberapa faktor, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri anggota program yang dapat mempengaruhi individu untuk berpartisipasi.

(32)

Tingkat partisipasi anggota akan diukur berdasarkan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yang mencakup tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil sampai pada tahap evaluasi. Tahapan partisipasi tersebut menunjukkan bahwa setiap tahapan memiliki hubungan dengan produktivitas anggota kelompok dalam menghasilkan suatu barang produksi. Produktivitas kelompok mencakup produk total perhari yang dihasilkan oleh anggota dalam satu hari kerja. Produktivitas anggota dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas yang dihasilkan memiliki nilai tinggi. Sehingga semakin terlibat anggota untuk berpartisipasi maka semakin tinggi hasil yang diperoleh dalam memproduksi suatu produk dan dapat meningkatkan produktivitas anggota kelompok.

Keterangan :

: Berhubungan

: Diteliti secara kualitatif

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah:

1. Diduga terdapat hubungan antara faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel.

2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok dalam produksi susu karamel.

Faktor Internal

Karakteristik Individu 1) Usia

2) Tingkat pendidikan 3) Tingkat pendapatan

Tingkat Partisipasi Anggota

1) Tahap pengambilan keputusan 2) Tahap pelaksanaan

3) Tahap menikmati hasil 4) Tahap evaluasi

Produktivitas Kelompok

Produk total perhari

Produktivitas= Jumlah Satuan Waktuoutput

Faktor Eksternal

1) Interaksi anggota dengan pengelola KWT 2) Pelayanan pengelola KWT

(33)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian explanatory (penjelasan) yang dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengujian hipotesis. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode sensus dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Pendekatan kuantitatif untuk menjawab pertanyaan mengenai faktor internal yang meliputi karakteristik individu, tingkat partisipasi anggota dalam produksi susu karamel, produktivitas kelompok, hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota, dan hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas kelompok. Pengumpulan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam berdasarkan panduan pertanyaan yang diajukan kepada informan maupun responden mengenai faktor eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam prosuksi susu karamel. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif akan digunakan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan:

1. Desa Tajur Halang memiliki kelembagaan ekonomi lokal berupa KWT untuk menambah penghasilan para anggota dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

2. KWT Desa Tajur Halang memiliki koordinasi yang baik dengan pemerintah dan sudah berdiri sejak tahun 2007 hingga saat ini.

3. KWT Desa Tajur Halang mampu memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dan menjadikan masyarakat sekitar yang merupakan anggota dari KWT menjadi lebih produktif.

4. Desa Tajur Halang merupakan salah satu desa yang memiliki usaha kecil di bidang produk olahan susu dan dikelola oleh KWT.

5. Bahan dasar utama dalam pembuatan produk olahan susu berasal dari desa tersebut yaitu Desa Tajur Halang dan pemasarannya sudah meluas hingga keluar daerah.

6. Desa Tajur Halang dipilih untuk melihat bagaimana hubungan tingkat partisipasi petani dengan produktivitas KWT.

(34)

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang menjadi anggota dari KWT. Responden akan diwawancarai berdasarkan kuesioner yang telah dibuat dan responden hanya memberikan informasi mengenai dirinya sendiri. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota KWT di Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Responden diambil menggunakan metode sensus, hal ini dikarenakan jumlah anggota yang tidak terlalu banyak, sehinga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 25 orang (lihat Lampiran 3).

Informan adalah orang yang dapat menjelaskan dan memberikan keterangan atau gambaran mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain dan memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data di sekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Pemilihan terhadap informan akan dilakukan secara sengaja (purposive) kepada tokoh masyarakat atau stakeholder terkait yang mengetahui dengan jelas mengenai KWT diantaranya adalah kepala desa, ketua kelompok KWT, serta masyarakat yang memiliki pengaruh kuat di dalam desa tersebut. Banyaknya informan di sini tidak dibatasi, akan tetapi informan tersebut sudah dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat membantu peneliti dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapangan dengan cara observasi, dan wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan maupun responden dengan mangacu pada panduan pertanyaan dan kuesioner. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Kuesioner sebagai alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diujikan terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa baik hasil pengukuran dilapangan dilihat dari validitas dan reliabilitas (Singarimbun dan Effendi 1989). Terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk melakukan tes validitas yaitu (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur; (2) melakukan uji coba skala pengukuran yang telah disusun sebelumnya kepada sejumlah responden; (3) mempersiapkan tabel tabulasi jawaban; dan (4) menghitung korelasi antara masing-masing peryataan dengan skor total. Setelah diketahui bagaimana hasilnya, ketidaksesuaian pada kuesioner akan diperbaiki agar lebih valid. Pada penelitian ini kuesioner akan di uji validitasnya terlebih dahulu dengan ketentuan nilai alfa > 0.5, serta diuji reliabilitasnya sebagai instrumen pengumpul data kuantitatif minimal 10 kuesioner kepada KWT yang berada di daerah lain atau KWT yang memiliki anggota dengan karakteristik yang setara.

(35)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini memiliki dua jenis data yang diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Analisa data secara kuantitatif diolah dan disajikan menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013 dan SPSS for windows v.16. Microsoft Excel 2013 digunakan dalam membuat tabel frekuensi, grafik, diagram dan tabulasi silang (lihat Lampiran 7) untuk melihat data responden dan kerangka sampling dari penelitian ini. SPSS for windows v.16 digunakan untuk melakukan uji statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman Correlation untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal. Uji Rank Spearman Correlation dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan variabel dari data yang bersifat ordinal seperti hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota, hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas kelompok.

Rumus Rank Spearman

� = 1 −

� − �

6. ∑ ��

2

− 1

2 Keterangan:

� = Nilai Koefisien Rank Spearman Bi = Selisih antara peringkat bagi x� dan �� N = Jumlah sampe

Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Petama adalah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan dan penyederhanaan data hasil wawancara mendalam berupa catatan lapangan, observasi, dan studi dokumen yang direduksi menjadi tulisan-tulisan tematik. Tujuan dari reduksi data adalah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, menyederhanakan dan membuang data yang tidak diperlukan. Kedua adalah penyajian data dengan menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan berupa kutipan atau tipologi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah untuk mendukung data kuantitatif. Seluruh hasil penelitian akan dituliskan dalam skripsi.

Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri atas beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator diberi batasan terlebih dahulu sehingga dapat ditemukan skala pengukurnya. Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

I. Faktor Internal

(36)

Tabel 2 Definisi operasional faktor internal kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18 – 29 tahun, usia pertengahan berusia 30 – 50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun.

2 Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi

(37)

II. Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam semua tahapan kegiatan program. Tingkat partisipasi terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi.

Tabel 3 Definisi operasional tingkat partisipasi

No Konsep Indikator Skor Skala

1 Tahap pengambilan keputusan adalah keikutsertaan atau 2 Tahap pelaksanaan program

adalah keikutsertaan responden 3 Tahap menikmati hasil adalah

keikutsertaan responden dalam 4 Tahap evaluasi adalah

(38)

III. Produktivitas Anggota

Produktivitas adalah hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Tingkat produktivitas diukur berdasarkan waktu kerja dan produk total perhari.

Tabel 4 Definisi operasional produkivitas anggota

No Konsep Indikator Skor Skala

1 Produk total perhari adalah jumlah produk yang dihasilkan dalam satu waktu kerja oleh setiap responden.

Rendah ( < 2 pak) Sedang ( 2-4 pak) Tinggi ( > 5 pak)

1 2 3

(39)

GAMBARAN UMUM DESA TAJURHALANG

Kondisi Geografis dan Demografi

Desa Tajurhalang merupakan salah satu desa di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Desa Tajurhalang memiliki luas wilayah sebesar 390.527 Ha yang terdiri dari 3 Dusun, 6 RW dan 22 RT. Secara administratif, batas-batas wilayah Desa Tajurhalang adalah sebelah Utara berbatasan dengan Desa palasari, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjungsari, sebelah Selatan berbatasan dengan Tanah Kehutanan Gunung Halimun Salak, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukaharja.

Secara geografis, Desa Tajurhalang terletak 5 km dari Ibu Kota Kecamatan Cijeruk, 35 km dari Ibu Kota Kabupaten Bogor, 120 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Barat Bandung, dan 60 km dari Ibu Kota Negara Jakarta. Berdasarkan topologi dan kontur tanah, Desa Tajurhalang berada di kaki Gunung Halimun Salak dengan ketinggian 600-700 dpl, dengan tingkat curah hujan 3.328 mm per dtk, dan

suhu udara maksimum 23 ͦ C dan suhu udara minimum 9 ͦ C.

Tabel 5 Luas dan persentase lahan berdasarkan pemanfaatan lahan Desa Tajurhalang

No Pemanfaatan Lahan Luas Tanah

(Ha)

Persentase (%)

1. Perumahan / pemukiman dan pekarangan 88 27.5

2. Sawah 15.1 4.7

3. Ladang / huma / tegalan 6 1.9

4. Perkebunan / perkebunan rakyat 195.42 61.0

5. Kolam / tambak / empang 1.85 0.6

6. Sungai dan selokan 3 0.9

7. Jalan 2.49 0.8

8. Pemakaman / kuburan 0.35 0.1

9. Perkantoran 0.03 0.0

10. Peribadatan 0.49 0.2

11. Bangunan pendidikan 0.40 0.1

12. Lain-lain penggunaannya 7 2.2

13. Jumlah 320.13 100

Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015-2020

(40)

Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi di Desa Tajurhalang dapat dilihat antara lain melalui persentase jenis mata pencaharian penduduk dan persentase tingkat kesejahteraan penduduk.

Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan mata pencaharian tahun 2015

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Petani / buruh tani 828 43.7

2. Pedagang 526 27.8

3. Pegawai negeri 17 0.9

4. Pensiunan / purnawirawan 3 0.2

5. Peternak 214 11.3

6. Pengusaha 5 0.3

7. Karyawan swasta 75 4.0

8. Pengrajin 86 4.5

9. Tukang bangunan 22 1.2

10. Penjahit 5 0.3

11. Tukang ojek 71 3.7

12. Bengkel / tambal ban 6 0.3

13. Sopir angkot 20 1.1

14. Seniman 16 0.8

15. Jumlah 1.894 100.0

Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015-2020

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan data monografi desa tahun 2015 adalah sebesar 43.7 persen berprofesi sebagai petani. Banyaknya penduduk yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani ini dikarenakan oleh tingkat pendidikan kepala keluarga yang mayoritas hanya tamat sekolah dasar (SD).

Mayoritas penduduk di Desa Tajurhalang yang bekerja adalah kepala keluarga sedangkan wanita hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil data dilapang diperoleh bahwa, dibentuknya kelompok wanita tani “kania” adalah sebagai wadah untuk memfasilitasi penduduk desa khususnya wanita agar dapat memanfaatkan waktu luang yang dimiliki untuk dapat menambah penghasilan keluarga guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu kelompok wanita tani “kania” juga betujuan untuk mengurangi angka pengangguran dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi wanita desa.

(41)

Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan pemetaan tingkat kesejahteraan tahun 2015

No Tahapan Jumlah (keluarga) Persentase (%)

1. Keluarga pra sejahtera 272 17.0

2. Keluarga sejahtera 1 728 47.0

3. Keluarga sejahtera 2 430 28.0

4. Keluarga sejahtera 3 109 7.0

5. Keluarga sejahtera 3 plus 6 1.0

6. Jumlah 1.545 100.0

Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015-2020

Berdasarkan data monografi desa tahun 2015 pemerintah desa Tajurhalang telah melakukan pemetaan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Tajurhalang. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa terdapat jumlah Keluarga Miskin (Gakin) sebanyak 272 KK (17.0 persen) dari total keluarga di Desa Tajurhalang yang berjumlah 1545 KK. Terdapatnya keluarga pra sejahtera di Desa Tajurhalang ini mengungkapkan bahwa masih banyak hal yang harus dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Keberadaan kelompok wanita tani “kania” dalam bidang produksi susu karamel di Desa Tajurhalang diharapkan dapat membuat keluarga pra sejahtera semakin berkurang. Melalui kegiatan produksi susu karamel dapat membantu keluarga yang masih tergolong keluarga pra sejahtera untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Kondisi Sosial dan Budaya

Profil Desa Tajurhalang pada tahun 2015 menunjukkan bahwa desa ini memiliki 1.545 KK dengan jumlah penduduk 6.072 jiwa. Adapun komposisinya terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3.173 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.899 jiwa. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Tajurhalang mayoritas hanya tamat sekolah dasar yaitu sebesar 53.2 persen. Sedangkan penduduk yang melanjutkan pendidikan hingga jenjang S1 hanya sebesar 0.6 persen.

Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan tingkat pendidikan

No Jenis Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tidak tamat sekolah dasar (SD) 1.170 29.0

2. Tamat sekolah dasar / sederajat 2.143 53.2

3. Tamat SMP / sederajat 415 10.3

4. Tamat SMA / sederajat 267 6.6

5. Tamat D1 s/d D3 8 0.2

6. Tamat S1 s/d S3 25 0.6

Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015-2020

(42)

Profil Kelompok Wanita Tani “Kania”

Kelompok wanita tani ‘kania” merupakan kelompok yang bergerak dalam bidang pengolahan produk susu sapi yang berada di RT03/ RW03 Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Bahan dasar utama dalam pembuatan produk susu berasal dari peternakan sapi perah “kania” yang terletak di desa tersebut.

Peternakan sapi perah “kania” berdiri sejak tahun 1987, yang saat ini diketuai oleh

M. Enoch dengan jumlah anggota 50 peternak. Peternakan sapi perah dikembangkan di Desa Tajurhalang karena wilayah tersebut memiliki iklim dan geografis yang baik, hal ini sesuai dengan dukungan sumber daya alam dan lahan yang cukup tersedia karena berada di kaki gunung halimun salak yang memiliki iklim sejuk. Kelompok tani peternak sapi perah “kania” ini menghasilkan susu sapi perah murni. Susu sapi perah memiliki nilai tinggi dan banyak di konsumsi oleh masyarakat. Akan tetapi pada tahun 2007 harga susu sapi perah rendah sedangkan harga pakan untuk sapi semakin melambung tinggi. Sehingga muncullah pemikiran untuk mengolah susu sapi perah menjadi produk yang memiliki nilai harga jual yang lebih tinggi. Sehingga muncullah ide untuk mendirikan kelompok wanita tani

“kania” dengan tujuan untuk mendukung kelompok tani peternak sapi perah “kania”.

Berawal dari pemikiran tersebut pihak kelompok tani peternak sapi perah

“kania” melakukan Focussed Group Discussion (FGD) yang dihadiri aparat desa, tokoh masyarakat, dan perwakilan kelembagaan yang terdapat di Desa Tajurhalang (kelompok tani, kelompok pemuda, dan kelompok pengajian). Adapun dilakukannya FGD ini bertujuan untuk menampung aspirasi dan potensi dari desa tersebut yang disampaikan oleh berbagai pihak dalam rangka melakukan pengembangan potensi yang terdapat di Desa Tajurhalang.

Hasil FGD pertama maka dilaksanakan kembali FGD kedua untuk membentuk kelompok wanita tani yang sebagian besar dihadiri oleh ibu-ibu desa Tajurhalang. Kegiatan FGD kedua ini didampingi oleh beberapa aparat desa, tokoh masyarakat, dan perwakilan kelompok tani. Dari hasil FGD kedua tersebut, tepatnya pada tanggal 20 Mei 2007 terbentuklah Kelompok Wanita Tani “Kania” yang diketuai oleh Nyai Uniroh. Jumlah anggota dari kelompok wanita tani “kania” ini adalah sebanyak 25 orang. Nama dari KANIA ini sendiri berarti kesatuan antara niat, ilmu, dan amal. Dalam hal ini masyarakat berharap bahwa dengan adanya kelompok tersebut dapat membawa perubahan perekonomian bagi penduduk desa ke taraf hidup yang lebih baik. Selain itu segala kegiatan dalam kelompok tersebut diharapkan mampu memberikan rasa saling peduli yang tinggi dan dapat menjadi wadah silahturahmi antar penduduk.

Pengolahan Produk Susu Kelompok Wanita Tani “Kania”

(43)

produk yang diminati oleh masyarakat luas. Pengolahan susu sapi perah yang dilakukan oleh kelompok wanita tani “kania” ini bertujuan untuk mengubah bahan dasar susu sapi perah menjadi produk yang memiliki nilai harga jual yang lebih tinggi tanpa meninggalkan cita rasa dari susu sapi perah tersebut. Adapun produk makanan yang diolah yaitu dodol susu, karamel susu, stik susu, kerupuk susu dan pangsit susu.

Dodol merupakan sejenis makanan yang di kategorikan dalam jenis makanan manis. Untuk membuat dodol yang bermutu tinggi cukup sulit karena proses pembuatannya yang lama dan membutuhkan keahlian. Dodol menurut SNI 01-2986-1992 merupakan semi basah yang pembuatannya dari tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula. Pengolahan dodol susu di kelompok wanita tani “kania” dari semua bahan dasar hanya di tambahkan susu sapi murni saja. Hasil dari penambahan susu ini yang menjadi rasa dodol produk kelompok wanita tani “kania” menjadi lebih enak dan khas dibandingkan produk dodol yang ada dipasaran.

Kerupuk merupakan makanan ringan yang dapat di konsumsi dengan nasi ataupun juga sebagai makanan tambahan, kerupuk terbuat dari adonan tepung tapioka yang dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Pada pengolahan kerupuk susu tidak berbeda jauh bahan dasarnya dengan kerupuk lainnya, hanya produk kerupuk pada kelompok wanita tani “kania” ditambahkan susu murni sebagai bahan tambahan. Penambahan susu murni menjadikan kerupuk ini lebih renyah dan gurih. Kerupuk susu dapat di jadikan sebagai pelengkap untuk berbagai makanan indonesia seperti nasi goreng, gado-gado dan lain lain.

Karamel adalah gula-gula yang terbentuk dari proses karamelisasi, sehingga menghasilkan cairan lengket berwarna coklat keemasan sampai cokelat gelap. Karamel kadang terbentuk ketika memasak permen. Karamel dapat digunakan sebagai penambah rasa dalam puding dan berbagai macam hidangan penutup, sebagai isian permen, dan sebagai topping es krim atau hidangan custard. Karamel susu merupakan makanan cemilan atau sering di sebut juga sebagai permen yang memilki nilai gizi yang tinggi. Pembuatan karamel susu ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan karamel pada umunya bahan baku nya hanya gula dan susu sapi murni.

(44)
(45)

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KELOMPOK

WANITA TANI

KANIA

Faktor Internal Kelompok Wanita Tani Kania

Faktor internal kelompok merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi karakteristik individu. Karakteristik individu dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Berikut karakteristik individu anggota kelompok wanita tani “kania” akan dijabarkan satu persatu dalam pembahasan ini.

Usia

Usia merupakan lama hidup responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Pengelompokkan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) membagi kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18 – 29 tahun, usia pertengahan berusia 30 – 50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun.

Tabel 9 Jumlah dan persentase usia anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu

Kategori Rentang usia

(tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%)

Dewasa awal 18 – 29 1 4.0

Dewasa pertengahan 30 – 50 19 76.0

Dewasa akhir > 50 5 20.0

Total 25 100.0

Tabel 9 menunjukkan bahwa yang lebih dominan mengikuti kegiatan produksi pengolahan susu karamel adalah anggota yang tergolong berusia dewasa pertengahan (30 – 50 tahun) yaitu sebesar 76.0 persen. Hasil ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anggota pada usia dewasa pertengahan yang memiliki waktu luang. Sehingga melalui kegiatan produksi susu karamel di bawah naungan kelompok wanita tani “kania” dapat membantu para anggota dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara itu, anggota yang tergolong berusia dewasa akhir (> 50 tahun) yaitu sebesar 20.0 persen, memiliki usaha warung makanan sehingga kurang termotivasi untuk mengikuti kegitan produksi susu karamel. Selanjutnya, anggota yang tergolong berusia dewasa awal (18 – 29 tahun) yaitu sebesar 4.0 persen, pada umumnya telah bekerja sebagai buruh di pabrik baju dan tidak memiliki waktu luang untuk mengikuti kegiatan produksi susu karamel yang dilaksanakan oleh kelompok wanita tani “kania”.

Tingkat Pendidikan

(46)

SMP, dan lulusan SMA. Berikut ini karakteristik responden anggota kelompok wanita tani “kania” berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam tabel.

Tabel 10 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan anggota Kelompok Wanita Tani

“Kania” berdasarkan karakteristik individu

Kategori Tingkat

pendidikan

Jumlah (orang) Persentase (%)

Pendidikan rendah Lulus SD 20 80.0

Pendidikan sedang Lulus SMP 2 8.0

Pendidikan tinggi Lulus SMA 3 12.0

Total 25 100.0

Berdasarkan pengolahan data di atas anggota pada anggota kelompok wanita tani “kania” cenderung tergolong rendah. Hal ini dilihat dari jumlah anggota yang menempuh pendidikan formal hingga lulus SD mencapai tingkat tertinggi yaitu sebesar 80.0 persen. Anggota yang berpendidikan sedang hanya sebesar 8.0 persen dan anggota yang berpendidikan tinggi sebesar 12.0 persen. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar anggota merupakan penduduk asli Desa Tajur Halang yang telah menetap secara turun temurun. Sehingga pada saat itu pendidikan formal masih belum menjadi prioritas utama bagi penduduk. Selain itu biaya dan akses menuju sekolah masih sulit untuk dicapai.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan merupakan jumlah rupiah pemasukan atau pendapatan yang diperoleh responden dalam sebulan. Pengelompokkan pendapatan berdasarkan UMR jawa barat tahun 2016 yaitu Rp. 2.250.000,00. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya melihat pendapatan individu berdasarkan penghasilan yang diperoleh individu dalam kegiatan produksi yang dilakukan oleh kelompok wanita tani “kania” per satu bulan kerja. oleh karena itu, pengelompokkan tingkat pendapatan dalam penelitian ini dimodifikasi berdasarkan kondisi dan hasil penelitian selama dilapang. Penggolongan tersebut dihitung dari hasil setiap produksi pengolahan produk susu yang kemudian ditotal dalam satuan bulan. Berikut karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan anggota kelompok wanita tani “kania”.

Tabel 11 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu

Kategori Rentang (rupiah) Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Rendah 250.000,00 – 666.000.00 13 52.0

Sedang 667.000,00 – 1.083.000,00 9 36.0

Tinggi 1.084.000,00 –1.500.000,00 3 12.0

Total 25 100.0

Gambar

Tabel 1 Tangga partisipasi Arnstein
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 2 Definisi operasional faktor internal
Tabel 4 Definisi operasional produkivitas anggota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada hubungan yang signifikan antara tekanan kelompok dan agenda terselubung dengan tingkat partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam program KRPL di

Beberapa alasan yang menyebabkan tingkat loyalitas anggota rendah terhadap kelompok adalah sebagai berikut: (1) Motivasi anggota dalam partisipasi aktif terhadap kelompok

Terdapat hubungan yang signifikan signifikan antara lingkungan sosial dengan tingkat partisipasi petani dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi,

Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga anggota UPKD semakin tinggi pula tingkat partisipasi anggota dalam proyek UPKD karena untuk

Faktor internal yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam tahap pelaksanaan kegiatan adalah umur, tingkat pendidikan dan jumlah

Tesis yang berjudul :” PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM KEGIATAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT” ini adalah karya penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi tingkat partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Program Penangkaran Benih Padi Sawah Upsus Pajale Variabel X dalam penelitian ini merupakan