• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Antena Mikrostrip Patch Circular (2,45 Ghz) Dengan Teknik Planar Array Sebagai Penguat Sinyal WI-FI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Antena Mikrostrip Patch Circular (2,45 Ghz) Dengan Teknik Planar Array Sebagai Penguat Sinyal WI-FI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH

CIRCULAR (2,45 GHZ) DENGAN TEKNIK PLANAR

ARRAY SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro Sub Jurusan

Teknik Telekomunikasi

Oleh:

NIM : 100422024 NERONZIE JULARDI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH CIRCULAR (2,45 GHZ) DENGAN TEKNIK PLANAR

ARRAY SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI

Oleh :

100422024 NERONZIE JULARDI

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PPSE FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada Tanggal 10 Bulan Januari Tahun 2013 di depan penguji :

1. Ketua Penguji : Naemah Mubarakah, ST.MT 2. Anggota Penguji : Rahmad Fauzi, ST.MT 3. Anggota Penguji : Ir. M. Zulfin,MT

Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir

NIP. 197808262003121001 Ali Hanafiah Rambe, ST.MT

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

(3)

ABSTRAK

Antena mikrostrip saat ini merupakan salah satu antena yang sangat pesat

perkembangannya dalam sistem telekomunikasi, sehingga banyak diaplikasikan

pada peralatan-peralatan telekomunikasi modern saat ini. Salah satunya digunakan

sebagai WI-FI. Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti

handphone dengan menggunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat

mentransfer data dengan cepat dan aman. Adapun penggunaan antena ini dapat

mengakses jaringan wi-fi dari ruang kelas keseluruh kampus atau dari kantor ke

kantor yang berlainan dan antar gedung.

Tugas Akhir ini dirancang bangun sebuah antena mikrostrip patchcircular

yang disusun secara planar array yang digunakan sebagai penguat WI-FI. Untuk

merancang antena ini dilakukan dengan menggunakan Simulator Ansoft High

Frequency Structure Simulator (HFSS) V.10. Hasil yang diperoleh dari rancang

bangun antena mikrostrip yang disusun secara planar array berupa VSWR

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kehadiran Allah S.W.T yang telah

memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan dan

rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, selanjutnya shalawat beriring

salam penulis hadiahkan kepada nabi dan rasul akhir zaman Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelasaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di

Departemen Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini

adalah:

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH CIRCULAR (2,45 GHZ) DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI

Selanjutnya Tugas Akhir ini Penulis persembahkan buat ayahnda dan ibunda

tercinta yang telah mengorbankan segalanya buat anaknya yang tercinta. Semoga

dengan segala pengorbanannya Allah membalasnya dengan memudahkan segala

urusannya baik didunia maupun diakhirat kelak.

Selama penulis menjalani masa pendidikan dikampus ini hingga

diselesaikan-nya Tugas Akhir ini, penulis badiselesaikan-nyak menerima bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucap-

kan terima kasih kepada:

1. Bapak Ali Hanafiah Rambe,ST.MT selaku Dosen Pembimbing Tugas

Akhir yang dengan ikhlas dan sabar membimbing penulis hingga Tugas

(5)

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.si selaku Ketua Departemen Teknik

Elekto.

3. Bapak Rahmat Fauzi, ST.MT selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elekrto Fakultas Teknik.

4. Bapak Ir.Arman Sani, MT yang telah memberikan saran dan masukan

kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Kepada Bapak dan Ibu tercinta yang telah mengantarkan doa, perhatian,

semangat dan segalanya sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat

terselesaikan. Dan saudara-saudara penulis tercinta Nicell Julardi dan

Nevo Julardi terima kasih atas perhatian dan doanya.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah member bekal ilmu kepada penulis

selama menjalani perkuliahan.

7. Seluruh karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Universitas

Sumatera Utara, khususnya buat Bang Divo dan Bang Martin terima kasih

atas semua bantuannya.

8. Sahabat sekaligus teman terbaik Bang Wira Indani terima kasih atas semua

bantuannya, semoga Allah membalas semua kebaikan walaupun entah

dimana kita nantinya jangan lupa saling menasehati untuk kebaikan.

9. Sahabat-sahabat ekstensi 2010: Astrid, Edward, Roland, Franklin, Saipul,

Ginda, Yoland, Fauziah, Nata, Bang Doni, Dontri, Eljas, Iwan, Juhendra,

Ami, Reni, Gita, Ramando, Bang Hatta, Raihan, Nova, Winny, Masta, dan

(6)

kalian berikan kepada penulis selama kukiah, semoga silaturahim kita

terus terjaga.

10. Semua pihak yang tidak sempat penulis satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, baik

dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritikan dengan

tujuan penyempurnaan dan pengembangan penelitian dalam bidang ini sangat

penulis harapkan.

Akhir kata penulis mohon perlidungan pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir

ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama buat penulis sendiri.

Medan, November 2012

Penulis

Nim. 100422024 Neronzie Julardi

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Batasan Masalah... 2

1.5 Metode Penulisan ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II. TEORI DASAR ANTENA DAN WI-FI ... 5

2.1 Umum ... 5

2.2 Model Cavity ... 6

2.3 Antena Mikrostrip Patch Circular ... 9

2.4 Parameter Umum Antena Mikrostrip ... 11

2.4.1 Bandwith Antena ... 12

2.4.2 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) ... 14

2.4.3 Return Loss ... 15

2.4.4 Pola Radiasi Antena ... 15

2.4.4.1 Pola Radiasi Antena Omnidirectional ... 15

2.4.4.2 Pola Radiasi Antena Sectoral ... 16

2.4.4.3 Pola Radiasi Antena Directional ... 17

(8)

2.4.6 Gain Antena ... 18

2.4.7 Keterarahan (Directivity) ... 20

2.5 Teknik Pencatuan ... 21

2.6 Teknik Array ... 23

2.7 Impedance Matching ... 25

2.8 Power Divider ... 26

2.9 T-Juntion 50 Ohm ... 26

2.10 WI-FI (Wireless Fidelity) ... 27

2.10.1 Keunggulan dan Kelemahan Jaringan Wireless ... 29

2.11 Ansoft High Frequency Strukture Simulator V. 10 ... 29

2.12 Aplikasi Antena Mikrostrip... 30

BAB III. PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP PACTH CIRCULAR ... 33

3.1 Umum ... 33

3.2 Peralatan Yang Digunakan ... 33

3.3 Perancangan Antena Elemen Tunggal ... 34

3.3.1 Menentukan Karakteristik Antena ... 36

. 3.3.2 Jenis Substrat Yang Digunakan ... 36

3.3.3 Perancangan Dimensi Patch Circular Elemen Tunggal ... 37

3.3.4 Perancangan Lebar Saluran Pencatu ... 37

3.3.5 Simulasi ... 38

3.4 Perancangan Antena 4 Elemen Planar Array ... 43

3.4.1 Pengaturan Jarak Antar Elemen ... 44

3.4.2 Perancangan T-Junction ... 45

(9)

BAB IV. PENGUJIAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH CIRCULAR 4

ELEMEN PLANAR ARRAY ... 55

4.1 Umum ... 55

4.2 Fabrikasi Antena Mikrostrip Patch Circular ... 55

4.3 Perlengkapan Yang Digunakan ... 57

4.4 Pengujian Parameter Antena ... 58

4.4.1 Pengujian Gain Antena Mikrostrip PatchCircular 4 Elemen ... 58

4.4.2 Mengamati Pengujian ... 59

4.4.3 Hasil pengujian ... 60

4.5 Analisa Pencapaian Spesifikasi Antena ... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Antena sebagai peralatan transisi ... 6

Gambar 2.2 Distribusi muatan dan densitas arus yang terbentuk pada patch Mikrostrip ... 7

Gambar 2.3 Antena mikrostrip patch circular ... 9

Gambar 2.4 Rentang frekuensi yang menjadi bandwith ... 12

Gambar 2.5 Bentuk pola radiasi antena omnidirectional ... 16

Gambar 2.6 Bentuk pola radiasi antena sectoral ... 17

Gambar 2.7 Bentuk pola radiasi antena directional ... 17

Gambar 2.8 Teknik pencatuan metode proximity coupling ... 23

Gambar 2.9 Antena mikrostrip dengan teknik array ... 24

Gambar 2.10 N-way Wilkinson Combiner ... 26

Gambar 2.11 T-junction 50 ohm ... 27

Gambar 2.12 Mikrostrip pada Wimax ... 30

Gambar 2.13 Mikrostrip pada W-LAN ... 31

Gambar 2.14 Mikrostrip pada Bandpass Filter... 31

Gambar 2.15 Mikrostrip pada Mobile Satelite ... 32

Gambar 3.1 Diagram alir perancangan patch elemen tunggal ... 35

Gambar 3.2 Tampilan TXLine 2003 untuk mencari dimensi saluran pencatu ... 37

Gambar 3.3 Model antena mikrostrip patch circular elemen tunggal ... 38

Gambar 3.4 Grafik VSWR hasil simulasi awal ... 40

Gambar 3.5 Grafik VSWR hasil iterasi elemen tunggal ... 42

Gambar 3.6 Grafik gain hasil iterasi antena elemen tunggal ... 43

Gambar 3.7 Diagram alir perancangan antena mikrostrip 4 elemen planar array .... 44

(11)

Gambar 3.9 Model antena mikrostrip patch circular 4 elemen planar array ... 47

Gambar 3.10 Grafik VSWR hasil awal simulasi 4 elemen ... 48

Gambar 3.11 VSWR hasil iterasi jarak antar elemen ... 50

Gambar 3.12 Gain hasil iterasi jarak antar elemen ... 52

Gambar 3.13 Rancangan geometri antena 4 elemen planar array ... 54

Gambar 4.1 Antena mikrostrip patch circular yang telah difabrikasi ... 56

Gambar 4.2 Rangkaian pengujian antena mikrostrip patchcircular 4 elemen... 58

Gambar 4.3 Pengujian menggunakan antena dipole ... 59

Gambar 4.4 Pengujian menggunakan antena mikrostrip patch circular 4 elemen .... 60

Gambar 4.5 Access point didapat menggunakan antena dipole ... 61

Gambar 4.6 Access point didapat menggunakan antena mikrostrip 4 elemen ... 61

Gambar 4.7 Level sinyal penerimaan menggunakan antena dipole ... 63

Gambar 4.8 Level sinyal penerimaan menggunakan antena mikrostrip 4 elemen .... 64

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel2.1 Channel pada Wifi ... 28

Tabel 3.1 Spesifikasi substrat yang digunakan ... 36

Tabel 3.2 Hasil Iterasi Dimensi Patch Elemen Tunggal ... 41

Tabel 3.3 Hasil Iterasi Lebar Pencatu Elemen Tunggal ... 41

Tabel 3.4 Hasil iterasi jarak antar elemen ... 49

Tabel 3.5 Perbandingan parameter antena elemen tunggal dan 4 elemen ... 52

(13)

ABSTRAK

Antena mikrostrip saat ini merupakan salah satu antena yang sangat pesat

perkembangannya dalam sistem telekomunikasi, sehingga banyak diaplikasikan

pada peralatan-peralatan telekomunikasi modern saat ini. Salah satunya digunakan

sebagai WI-FI. Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti

handphone dengan menggunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat

mentransfer data dengan cepat dan aman. Adapun penggunaan antena ini dapat

mengakses jaringan wi-fi dari ruang kelas keseluruh kampus atau dari kantor ke

kantor yang berlainan dan antar gedung.

Tugas Akhir ini dirancang bangun sebuah antena mikrostrip patchcircular

yang disusun secara planar array yang digunakan sebagai penguat WI-FI. Untuk

merancang antena ini dilakukan dengan menggunakan Simulator Ansoft High

Frequency Structure Simulator (HFSS) V.10. Hasil yang diperoleh dari rancang

bangun antena mikrostrip yang disusun secara planar array berupa VSWR

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telekomunikasi adalah salah satu bidang yang memiliki peranan penting pada

abad ini. Dengan telekomunikasi orang saling bertukar informasi satu dengan

yang lainnya. Salah satu bagian utama dalam sistem telekomunikasi radio adalah

antena. Teknologi telekomunikasi saat ini terus mengalami perkembangan. Hal ini

juga didukung dengan perkembangan antena yang dapat memenuhi kebutuhan

teknologi tersebut. Berbagai antena yang telah banyak dikembangkan untuk

beragam aplikasi, salah satunya adalah antena Mikrostrip.

Antena mikrostrip adalah suatu antena konduktor metal yang menempel di

atas ground plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik. Antena mikrostrip

terdiri atas 3 komponen yaitu: groundplane, substrat, dan patch peradiasi. Antena

mikrostrip merupakan salah satu antena gelombang mikro yang digunakan sebagai

radiator pada sejumlah sistem telekomunikasi modern saat ini. Hal ini disebabkan

karena ukuran antena mikrostrip yang kecil dan beratnya yang ringan membuat

jenis antena ini sederhana untuk dibuat dan mudah untuk diintergrasikan.

Gain dari antena mikrostrip dapat diperbesar dengan menambah patch secara

array, sehingga membentuk antena mikrostrip array. Antena mikrostrip array

adalah pengembangan dari antena mikrostrip yang merupakan gabungan dari

beberapa elemen peradiasi yang membentuk suatu jaringan. Antena mikrostrip

array dapat berbentuk seri, paralel, atau gabungan dari keduanya. Kelebihan

antena mikrostrip array ini dibandingkan dengan antena mikrostrip biasa adalah

(15)

Ada beberapa macam konfigurasi antena array, diantaranya linear, planar,

dan circular. Masing-masing konfigurasi memiliki keuntungan, misalnya linear

array memiliki kelebihan dalam perhitungan yang tidak terlalu rumit, sedangkan

planar array memiliki kelebihan dalam pengaturan dan pengendalian arah pola

radiasi.

Pada tugas akhir ini, akan dibahas tentang perancangan antena Mikrostrip

patch circular dengan teknik planar array sebagai penguat sinyal wifi pada

frekuensi 2.45 GHz. Parameter-parameter utama yang akan dianalisis adalah

VSWR (Voltage Standing WaveRatio) dan gain.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

yaitu:

1. Bagaimana merancang antena mikrostrip patch circular yang tersusun

secara planar array ?

2. Apa manfaat antena mikrostrip patchcircularplanar array ?

3. Bagaimana menguji kinerja antena dari hasil rancang bangun antenna

tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah merancang antena mikrostrip patch circularyang disusun secara planar array sebagai penguat sinyal wifiyang dapat

bekerjapada frekuensi 2,4 GHz.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah, maka pembahasan pada Tugas Akhir ini

(16)

1. Hanya membahas antena mikrostrip patch circular secara umum.

2. Analisa parameter antena mikrostrip patch circular meliputi gain dan

VSWR.

3. Susunan antena secara planar array yang dibahas hanya 2 x 2.

4. Perancangan antena dilakukan dengan bantuan software Ansoft HFSS V.

10

1.5 Metode Penulisan

1. Studi Literatur

Dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik Tugas Akhir

yang terdiri dari buku-buku referensi baik yang memilki oleh penulis atau

dari perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, layanan internet, dan

lain-lain.

2. Studi Bimbingan

Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan para dosen lainnya

tentang topik Tugas akhir ini.

3. Merencanakan dan Merancang

Yaitu proses pembuatan antena mulai dari pemilihan bahan dan peralatan

yang dibutuhkan untuk membuat antena mikrostrip patch circular dengan

teknik planar array.

4. Pengukuran dan Analisa

yaitu serangkaian proses yang dilakukan untuk mengetahui apakah antena

yang telah dirancang telah bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan.

Serta mengumpulkan dan menyimpulkan hasil data yang telah didapat

(17)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini secara singkat,

maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan,

serta sistematika penulisan.

BAB II :

TEORI DASAR ANTENA DAN WI-FI

Bab ini berisi penjelasan tentang antena secara umum dan uraian

mengenai teknik planar array, wi-fi,serta teknik pencatuan.

BABIII: PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA

MIKROSTRIP PATCH CIRCULAR

Bab ini berisi mengenai perancangan dan pembuatan antena

mikrostrip patch circular yang disusun secara planar dan simulasi

menggunakan software Ansoft (HFSS) V.10.

BABIV: PENGUJIAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH

CIRCULAR DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

Bab ini berisi mengenai pengujian antena mikeostrip patch circular

yang disusun secara planar array. Prosedur pengujian peralatan yang

digunakan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil

(18)

BAB II

TEORI DASAR ANTENA DAN WI-FI

2.1 Umum

Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai pelepas

energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai

penerima energi itu dari ruang bebas. Antena merupakan bagian yang penting

dalam sistem komunikasi sehari-hari. Antena kita jumpai pada pesawat televisi,

telepon genggam, radio, dan lain-lain.

Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran

transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran transmisi

adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi gelombang

elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran transmisi yang

tak terhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang uniform

sepanjang saluran itu. Jika saluran ini dihubung singkat maka akan muncul

gelombang berdiri yang disebabkan oleh interferensi gelombang datang dengan

gelombang yang dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan

gelombang yang dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni.

Konsentrasi-konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi

listrik seluruhnya ke energi magnet total dua kali setiap periode gelombang itu.

Gambar 2.1 memperlihatkan sumber atau pemancar yang dihubungkan

dengan saluran transmisi AB ke antena[1]. Jika saluran transmisi disesuaikan

dengan impedansi antena, maka hanya ada gelombang berjalan ke arah B saja.

(19)

resonator. Di daerah antena energi diteruskan ke ruang bebas sehingga daerah ini

merupakan transisi antara gelombang terbimbing dengan gelombang bebas[1].

Gambar 2.1 Antena sebagai peralatan transisi

2.2 Model Cavity

Untuk dapat menganalisis sebuah antena mikrostrip, maka diperlukan sebuah

pemodelan yang dapat menggambarkan kondisi antena ke dalam sebuah kondisi

persamaan yang dapat dianalisis secara akurat. Berbagai pemodelan untuk antena

mikrostrip tersebut telah banyak dikembangkan dan satu diantaranya yang popular

adalah model cavity.

Pada model cavity, daerah interior yaitu ruang antara patch dan bidang

pentanahan diasumsikan sebagai sebuah ruang (cavity) yang dilingkari oleh suatu

dinding magnetik sepanjang tepinya, dan diapit oleh dinding elektrik dari atas dan

bawah. Model cavity dari sebuah antena mikrostrip diperlihatkan pada Gambar Gel. ruang bebas teradiasi

antena sal. transmisi

(20)

2.2. Beberapa asumsi model cavity berdasarkan observasi dari substrat tipis (h ≪

λo)[2]:

a. Medan elektrik E hanya terdiri atas komponen z, dan medan magnetik H

terdiri atas komponen transverse (komponen x dan y) di dalam daerah

yang dibatasi oleh patch dan bidang pentanahan.

b. Medan-medan dalam daerah ini tidak berubah-ubah (bebas) terhadap

koordinat z untuk semua frekuensi yang digunakan.

c. Komponen tangensial H sepanjang tepi diabaikan.

d. Memasukkan medan tepi (fringing field) dalam perhitungan dengan sedikit

memperlebar tepi-tepi.

Dengan peninjauan seperti diatas, maka Persamaan 2.1-2.4 Maxwel untuk

daerah diantara patch dengan bidang pentanahan dituliskan sebagai berikut:

���= −����� 2.1

��� =����+� 2.2

� .�= � 2.3

� .�= � 2.4

Dimana � adalah permitivitas dari substrat,��adalah permeabilitas ruang

hampa,dan J adalah rapat arus.

Gambar 2.2 Distribusi muatan dan densitas arus yang terbentuk pada patch

(21)

Ketika suatu patch (elemen peradiasi) diberikan daya, maka akan terjadi

distribusi muatan seperti yang terlihat pada bagian atas dan bawah permukaan

elemen peradiasi dan pada bagian bidang pentanahan (Gambar 2.2). Distribusi

muatan ini diatur dengan dua mekanisme yaitu mekanisme tarik-menarik dan

mekanisme tolak-menolak. Mekanisme tarik–menarik terjadi antara dua muatan

yang berlawanan yaitu antara muatan yang terdapat pada bagian bawah dari

elemen peradiasi dengan muatan yang terdapat pada bidang pentanahan. Hal

tersebut akan membantu menjaga agar konsentrasi muatan tetap ada pada bagian

bawah elemen peradiasi. Mekanisme tolak-menolak terjadi antar muatan yang

terdapat pada bagian bawah elemen peradiasi. Hal tersebut akan menyebabkan

beberapa muatan terdorong dari bagian bawah patch ke bagian atas dari patch.

Pergerakan muatan ini akan menyebabkan arus mengalir pada bagian bawah dan

atas dari elemen peradiasi.

Model analisis cavity mengasumsikan bahwa perbandingan ketebalan

dengan lebar (ketebalan substrat dan lebar elemen peradiasi) sangat kecil dan

akibatnya, mekanisme tarik-menarik antar muatan akan mendominasi dan

menyebabkan sebagian besar konsentrasi muatan dan arus akan terjadi pada

bagian bawah dari permukaan patch. Ketika perbandingan height to width

semakin menurun arus yang berada pada bagian atas permukaan elemen peradiasi

akan mendekati nol, sehingga tidak akan terbentuk komponen tangensial medan

magnetik pada tepi elemen peradiasi. Empat dinding sisi antena dapat dimodelkan

sebagai permukaan konduktor magnetik yang sempurna. Hal ini menyebabkan

distribusi medan magnet dan medan listrik yang terdapat pada elemen peradiasi

(22)

medan magnetik tidak akan sama dengan nol tetapi memiliki nilai yang sangat

kecil dan dinding sisi antena bukan merupakan konduktor magnetik yang

sempurna karena dinding cavity (dalam hal ini merupakan material substrat)

lossless, cavity tidak akan beradiasi dan sifat dari impedansi masukannya akan

murni reaktif [2].

2.3 Antena Mikrostrip Patch Circular

Antena mikrostrip dengan patch circular memilki performa yang sama

dengan antena mikrostrip patch segiempat. Pada aplikasi tertentu, seperti array,

patch circular ini akan menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan patch

yang lainnya. Antena mikrostrip dengan patch circular ini akan lebih mudah

dimodifikasi untuk menghasilkan jarak nilai impedansi, pola radiasi, dan

frekuensi kerja. Untuk menganalisis antena mikrostrip patch circular ini banyak

metode yang telah digunakan, termasuk diantaranya dengan menggunakan model

rongga (cavity model). Untuk lebih memahami antena mikrostrip patch circular

ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.[3].

patch feed

patch

feed

grounplane

Substrate 1

Substrate 2

a. Tampilan mikrostrip circular dari atas b. Tampilan mikrostrip circular dari samping

(23)

Di dalam merancang antena mikrostrip patch circular ada pertimbangan

yang harus di perhatikan, yaitu pertimbangan memilih substrat untuk antena

mikrostrip patch circular sama seperti antena mikrostrip patch persegi panjang,

yaitu dimulai dengan memilih bahan dielektrik yang cocok dengan menyesuaikan

tingkat ketebalan h dan rugi-rugi garis singgung. Semakin tebal substrat, di

samping secara mekanik akan lebih kuat, akan meningkatkan daya radiasi,

mengurangi rugi-rugi konduktor, dan memperbaiki impedansi bandwidth.

Bagaimanapun hal ini juga akan meningkatkan berat, rugi dielektrik,

rugi-rugi gelombang permukaan, dan radiasi yang tidak berhubungan dari penyulang

pemeriksa. Konstanta substrat dielektrik εr memiliki fungsi yang sama seperti

ketebalan substrat. Nilai εr yang rendah akan meningkatkan daerah pinggir dari

keliling patch, sehingga akan meradiasikan daya. Oleh karena itu substrat dengan

nilai εr ≤ 2.5 lebih baik kecuali jika diinginkan ukuran patch yang lebih kecil.

Meningkatnya ketebalan substrat akan memiliki dampak yang sama ketika

menurunnya nilai εr dari karakteristik antena. Rugi-rugi garis singgung yang

tinggi akan meningkatkan rugi-rugi dielektrik dan oleh karena itu hal ini akan

menurunkan efisiensi antena. Bahan yang biasa digunakan sebagai substrat

diantaranya adalah honeycomb (εr = 1.07 ), duroid (εr = 2.32 ), quartz (εr = 3.8 ),

dan alumina (εr

Metalisasi patch dengan jari-jari ditentukan oleh kondisi resonansi dengan

Persamaan 2.5 di bawah ini :

= 10). Jadi substrat yang digunakan haruslah memiliki konstanta

dielektrik yang rendah. Hal ini bertujuan agar diperoleh efisiensi radiasi yang

lebih tinggi. Selain itu substrat yang semakin tebal akan meningkatkan impedansi

(24)

2.5

Dimana untuk mencari nilai jari-jari patch (a) digunakan Persamaan dibawah ini:

2.6

nilai dari a yang diinginkan pada frekuensi kerja (fr

=

8.794�109

fr√��

2.7

) dan konstanta dielektrik

relatif (εr) didapatkan dengan menggunakan Persamaan 2.7 berikut ini[3]:

Untuk menentukan dimensi elemen peradiasi, maka terlebih dahulu harus

ditentukan frekuensi kerja (fr) yang digunakan untuk mencari panjang gelombang diruang bebas (�0) pada Persamaan 2.8:

0

=

2.8

Setelah nilai (�0) diperoleh, maka panjang gelombang pada saluran transmisi mikrostrip (△ �) dapat dihitung dengan Persamaan 2.9:

△ �

=

�0

√�� 2.9

Impedansi karakteristik antena mikrostrip ditentukan dengan Persamaan 2.10

sebagai berikut[3]:

��= 60△� 2.10

Dimana : W : Diameter elemen peradiasi (mm).

2.4 Parameter Umum Antena Mikrostrip

Kinerja dan daya guna suatu antena dapat dilihat dari nilai parameter-

parameter antena tersebut. Beberapa dari parameter tersebut saling berhubungan

(25)

menganalisis suatu antena adalah Bandwidth, Voltage Wave Standing Ratio

(VSWR), Gain antena, Impedansi masukan, Retrun loss, Pola radiasi dan

Keterarahan (Directivity) [2].

2.4.1 Bandwith Antena

Bandwidth suatu antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi di mana

kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti Voltage

Standing Wave Ratio (VSWR), Gain Antena, Impedansi Masukan, Retrun loss,

Pola radiasi dan Keterarahan (Directivity) memenuhi spesifikasi standar. Gambar

2.4 memperlihatkan grafik rentang frekuensi yang menjadi bandwidth[4].

Return loss

bandwith

-10dB

Gambar 2.4 Rentang frekuensi yang menjadi bandwith

Dalam menentukan bandwidth antena penting untuk menspesifikasikan

kriteria apa saja yang digunakan karena tidak terdapat definisi yang baku dari

bandwidth. Jadi, bandwidth suatu antena ditentukan oleh parameter apa yang

digunakan. Beberapa definisi dari bandwidth yang berhubungan dengan antena

mikrostrip adalah [4]:

a. Impedance bandwidth adalah rentang frekuensi tertentu dimana patch

antena matching dengan saluran catunya. Hal ini terjadi karena impedansi

(26)

menurut frekuensi. Kondisi matching dari suatu elemen antena dapat

dilihat dari retrun loss atau VSWR. Pada umumnya nilai retrun loss yang

diminta < -9,54 dBi atau VSWR <2, namun pada beberapa sistem ada

yang meminta retrun loss < -15 dBi atau VSWR<1,5.

b. Pattern bandwidth adalah rentang frekuensi dengan beamwidth, sidelobe,

atau gain memenuhi nilai tertentu. Nilai tersebut harus kita tentukan

sehingga besarnya bandwidth dapat ditentukan. Seperti property antena

lainnya, beamwidths, sidelobe, dan gain juga bervariasi menurut frekuensi.

c. Axial Ratio Bandwidth (ARBW) adalah rentang frekuensi dimana polarisi

(linier atau melingkar) masih terjadi. Dengan menentukan nilai maksimum

dari cross-polarization atau axial ratio, maka bandwidth antena dengan

polarisasi linier atau melingkar dapat ditentukan. Pada umumnya nilai

batas ARBW <3. Nilai ARBW yang semakin mendekati 1 menunjukkan

polarisasi antena yang semakin melingkar.

Bandwidth (BW) antena biasanya ditulis dalam bentuk persentase bandwidth

karena bersifat relative lebih konstan terhadap fekuensi dan dirumuskan pada

Persamaan 2.11[4]:

��

=

�2−�1

��

100%

2.11

Dengan : f1

f

= frekuensi tertinggi dalam band (GHz).

2

f

= frekuensi terendah dalam band (GHz).

(27)

2.4.2 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

VSWR adalah perbandingan antara ampiltudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum (|V| max) dengan minimum (|V| min). Pada saluran transmisi ada

dua komponen (Vo+) dan tegangan yang direfleksikan (Vo

Γ

=

�0−

0+

=

��−�0

��+�0

2.12

). Perbandingan antara

tegangan yang direfleksikan dengan tegangan yang dikirimkan tersebut sebagai

koefisien refleksi tegangan (Γ) menggunakan Persamaan 2.12[5]:

Dimana ZL

Γ

adalah impedansi beban (load) dan Zo adalah impedansi

saluran lossless. Koefisien refleksi tegangan (Γ) memiliki nilai kompleks, yang

merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa

kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari Γ adalah nol, maka:

•Γ=−1 : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat.

•Γ=0 :tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matching sempurna.

•Γ=+1 : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.

Sedangkan rumus untuk mencari nilai VSWR adalah dengan Persamaan 2.13[5]:

���� =|��|��� |��|��� =

1+|Γ|

1−|Γ|

2.13

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (VSWR=1) yang berarti

tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun

kondisi ini pada prakteknya sulit untuk didapatkan. Pada umumnya nilai VSWR

(28)

2.4.3 Return Loss

Retrun loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang

direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirim. Retrun loss

digambarkan sebagai peningkatan amplitudo dari gelombang yang direfleksikan

(Vo- ) sebanding dengan gelombang yang dikirim (Vo+

=

|��|��� |��|���

=

1+ |Γ|

1− |Γ|

=

����−1

����+1

2.14

). Retrun loss dapat terjadi

akibat adanya diskontinuitas diantara saluran transmisi dengan impedansi

masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki

diskontinuitas (mismatched), besarnya Retrun loss bervariasi tergantung pada

frekuensi dengan menggunakan Persamaan 2.14-2.15[2].

����������= 20���10|Γ| 2.15

2.4.4 Pola Radiasi Antena

Pola radiasi antena atau pola antena didefinisikan sebagai fungsi matematik

atau representasi grafik dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat.

Disebagian besar kasus, pola radiasi ditentukan diluasan wilayah dan

direpresentasikan sebagai fungsi dari koordinat directional. Pola radiasi antena

adalah plot-3 dimensi distribusi sinyal yang dipancarkan oleh sebuah antena atau

plot-3 dimensi tingkat penerimaan sinyal yang diterima oleh sebuah antena[5].

2.4.4.1 Pola Radiasi Antena Omnidirectional

Antena Omnidirectional mempunyai sifat umum radiasi atau pancaran

sinyal yang digambarkan seperti bentuk kue donat (doughout) dengan pusat

berimpit. Antena Omnidirectional pada umumnya mempunyai pola radiasi 3600

(29)

gain sekitar 3-12 dBi, yang digunakan untuk hubungan Point-To-Multi-Point

(P2Mp) atau satu titik ke banyak titik di sekitar daerah pancaran. Yang bekerja

dari jarak 1-5 km, akan menguntungkan jika client atau penerima menggunakan

antena directional atau antena yang terarah. Gambar 2.5 merupakan gambaran

secara umum bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena omnidirectional[6].

Gambar 2.5 Bentuk pola radiasi antena omnidirectional

2.4.4.2 Pola Radiasi Antena Sectoral

Antena Sectoral hampir mirip dengan antena omnidirectional, yang juga

digunakan untuk hubungan Point-to Multi-Point (P2Mp) links. Beberapa antena

sectoral dibuat vertikal dan ada juga yang horizontal. Antena ini mempunyai gain

yang lebih besar dibandingkan dengan antena omnidirectional yaitu 10-20 dBi,

yang bekerja pada jarak atau area 6-8 km. Sudut pancaran antena ini adalah 450

-1800 dan tingkat ketinggian pemasangannya harus diperhatikan agar tidak terdapat

kerugian dalam penangkapan sinyal. Gambar 2.6 merupakan gambaran secara

(30)
[image:30.595.138.475.88.241.2]

Gambar 2.6 Bentuk pola radiasi antena sectoral

2.4.4.3 Pola Radiasi Antena Directional

Antena directional mempunyai pola radiasi yang terarah dan dapat

menjangkau jarak yang relatif jauh. Jenis antena ini digunakan pada sisi client

(penerima) dan mempunyai gain yang sangat tinggi yang diarahkan ke titik

sumber pancaran sinyal. Contoh yang biasa digunakan dari jenis antena ini yaitu

yagi digunakan untuk jarak pendek karena penguatannya rendah dan mempunyai

penguatan antara 7-19 dBi, parabolic (parabola) digunakan untuk jarak menengah

atau sedang dan mempunyai penguatan antara 18-28 dBi, wajan bolic jenis antena

ini sering digunakan di sisi client (penerima) pada jaringan RT/RW-net. Gambar

2.7 merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang dihasilkan oleh

antena directional[6].

[image:30.595.138.494.585.724.2]
(31)

2.4.5 Impedansi Masukan

Impedansi masukan dari suatu antena dapat dilihat sebagai impedansi dari

antena tersebut pada terminalnya. Impedansi masukan, (���) terdiri dari bagian

real (Rin)dan imajiner (Xin

Z

) dengan Persaamaan 2.16 [2].

in = ( Rin + j Xin

Resistansi masukan (R

) Ω 2.16

in

2.4.6 Gain Antena

) mewakili disisipi yang terjadi karena dua hal.

Pertama karena daya yang meninggalkan antena dan tidak kembali lagi (radiasi),

yang kedua karena rugi-rugi ohmic yang terkait dengan panas pada struktur

antena. Namun pada banyak antena, rugi-rugi ohmic sangat kecil bila

dibandingkan dengan rugi-rugi akibat radiasi tersimpan pada medan dekat antena.

Kondisi matchingharus dibuat sedemikian rupa sehingga mendekati 50 + j0Ω.

Gain adalah perbandingan antara rapat daya per satuan unit antena terhadap

rapat daya antena referensi dalam arah dan daya masukan yang sama. Gain suatu

antena berlainan dengan gain kutub empat, gain diperhatikan daya masukan ke

terminal antena. Gain didapat dengan menggunakan Persamaan 2.17[6] :

G =

η

x D 2.17

Dimana : G : Gain antena (dBi)

η

:

Efisiensi antena

D : Directivity

Ada dua jenis parameter penguatan (Gain) yaitu absolute gain dan relative

(32)

antara intensitas pada arah tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika

daya yang diterima oleh antena teradiasi secara isotropik. Intensitas radiasi yang

berhubungan dengan daya yang diradiasikan secara tropik sama dengan daya

diterima oleh antena (Pin

����

= 4

�(�,�)

���

2.18

) dibagi 4

π

.

Absolute gain ini dapat dihitung dengan

Persamaan2.18[7]:

Dimana : �(�,�) : Intensitas radiasi pada arah tertentu

Pin : Intensitas radiasi yang diterima

Selain absolute gain juga ada relative gain. Relative gain didefenisikan

sebagai perbandingan antara perolehan daya pada sebuah arah dengan perolehan

daya pada antena referensi pada arah yang direferensikan juga. Daya masukan

harus sama di antara kedua antena itu. Akan tetapi, antena refensi merupakan

sumber isotropic yang lossless (Pin(lossless)). Secara rumus dapat dihubungkan

pada Persamaan 2.19[7] :

����

=

4��(�,�)

�����������

2.19

Adapun cara lain untuk menghitung gain antena yaitu dengan mengguna-

kan bantuan perangkat lunak tertentu. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan level

penerimaan sinyal. Untuk menghitung gain dapat dilihat pada Persamaan 2.20

berikut ini:

(33)

Dimana: Ga : Gain total antena

Pa : Nilai level sinyal maksimum yang diterima antena terukur (dBm)

Ps : Nilai level sinyal maksimum yang diterima antena referensi (dBm)

Gs : Gain antena referensi

2.4.7 Keterarahan (Directivity)

Keterarahan dari sebuah antena dapat didefenisikan sebagai perbandingan

(rasio) intensitas radiasi sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi

rata-rata pada semua arah. Intensitas radiasi rata-rata sama dengan jumlah daya

yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4π. Jika arah tidak ditentukan, arah

intensitas radiasi maksimum merupakan arah yang dimaksud. Keterarahan ini

dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.21 berikut ini [2] :

� = �

�0 =

4��

���� 2.21

Dan jika arah ini tidak ditentukan, keterarahan terjadi pada intensitas radiasi

maksimum yang didapat dengan Persamaan 2.22[2] :

���� =�0 = ���� 0 =

4�����

���� 2.22

Keterangan :

D = keterarahan

D0

U = intensitas radiasi maksimum = keterarahan maksimum

Umax

U

= intensitas radiasi maksimum

0

P

= intensitas radiasi pada sumber isotropic

(34)

Adapun cara lain untuk menghitung directivity single slot dapat dicari dengan

menggunakan Persamaan 2.23 berikut ini:

� =4�

22

�02�1

2.23

Dimana nilai �1 dapat dihitungan dengan menggunakan Persamaan 2.24 berikut

ini:

�1 = �

120�2�2

90�02 2.24

Setelah nilai directivity didapat maka nilai directivity susunnya dapat dicari

dengan menggunakan Persamaan 2.25 sebagai berikut:

������ = 2� 2.25

Setelah directivity ditentukan maka didapatlah nilai directivity total untuk

menghitung besarnya directivity total dapat dicari dengan menggunakan Persama-

an 2.26 sebagai berikut:

������ = ������× ������� 2.26

Keterangan:

������= banyak elemen yang akan dirancang

2.5 Teknik Pencatuan

Pada dasarnya saluran pencatu untuk antena mikrostrip dapat dibagi menjadi

2, yaitu pencatuan secara langsung (direct coupling) dan pencatuan secara tidak

langsung (electromagnetic coupling). Pada awalnya pencatuan secara langsung

banyak digunakan karena mempunyai kelebihan, yaitu sangat sederhana dalam

(35)

terdapat pada pencatuan ini, seperti sangat sulit jika antena mikrostrip akan

disusun secara array dan antena mikrostrip akan menghasilkan pita frekuensi atau

bandwidth yang sempit sekitar 2% - 5% [3].

Dengan kekurangan ini maka dalam perkembangan selanjutnya

diperkenalkan apa yang disebut pencatuan tidak langsung atau electromagnetic

coupling. Keuntungan dari teknik pencatuan ini adalah dapat memperlebar

bandwidth dan dapat mengurangi proses penyolderan.

Dengan teknik pencatuan secara tidak langsung (electromagnetic coupling)

tidak ada kontak langsung antara saluran transmisi dengan elemen peradiasinya.

Ada dua teknik teknik pengkopelan yang biasanya digunakan pada pencatuan ini,

yaitu proximity coupling yang diperkenalkan oleh Oltman dan Huebner pada

tahun 1981 dan aperture coupling yang diperkenalkan oleh Pozar, Grunoa dan

Wolf pada tahun 1986[3].

Untuk rancang bangun antena mikrostrip ini digunakan teknik pencatuan

proximity coupling. Pada teknik pencatuan ini saluran transmisi (feedline)

diletakan pada posisi yang lebih rendah dari patch, lebih tepatnya dibawah patch,

mekanisme penggandengan yang akan timbul akan,seperti terlihat pada Gambar

2.8. Pendekatan ini digunakan dua buah substrat, dimana patch pada substrat

bagian atas dengan bidang pentanahannya dihilangkan seluruhnya dan substrat

(36)

Gambar 2.8 Teknik pencatuan metode proximity coupling

2.6 Teknik Array

Antena mikrostrip memiliki beberapa kelebihan seperti memiliki bentuk

yang sederhana, efisien, ekonomis, dan mudah pembuatannya. Namun demikian

antena mikrostrip ini juga memiliki kelemahan yang sangat mendasar, yaitu

bandwidth yang sempit, keterbatasan gain, dan daya yang rendah. Hal ini dapat

diatasi dengan menambah patch secara array.

Antena mikrostrip array merupakan gabungan dari beberapa elemen

peradiasi yang membentuk suatu jaringan. Antena mikrostrip array dapat

berbentuk seri, paralel, atau gabungan keduanya. Dalam antena mikrostrip patch,

yang disusun secara array adalah bagian patch. Medan total dari antena array

ditentukan oleh penjumlahan vektor dari medan yang diradiasikan oleh elemen

tunggal. Untuk membentuk pola yang memiliki keterarahan tertentu, diperlukan

medan dari setiap elemen array berinterferensi secara konstruktif pada arah yang

diinginkan dan berinterferensi secara destruktif pada arah lain.

Ada beberapa macam konfigurasi antena array, diantaranya linear, planar,

dan circular. Masing masing konfigurasi memiliki keuntungan, misalnya linear

(37)

planar array memiliki kelebihan dalam pengaturan dan pengendalian arah pola

radiasi.

Antena mikrostrip bentuk array memiliki beberapa kelebihan dibanding

dengan antena mikrostrip konvensional. Kelebihannya yaitu memiliki bandwidth

dan gain yang lebih besar. Disamping memiliki kelebihan, antena jenis ini juga

memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan suatu jalur transmisi/pencatu antara

elemen peradiasi dan input connector untuk mengurangi rugi-rugi sehingga

mengurangi efisiensi antena.

Pada antena array terdapat Array Factor (AF) yang merupakan pengali dari

medan elektrik dari elemen tunggal. Array Factor inilah yang menentukan

bagaimana pola radiasi dan seberapa besar tingkat daya yang diradiasikan oleh

antena tersebut. Gambar 2.9 menunjukkan antena mikrostrip dengan teknik array.

Teknik Planar Array

Teknik Linier Array

[image:37.595.140.500.441.731.2]

Teknik Circular Array

(38)

2.7 Impedance Matching

Impedance matching merupakan cara atau teknik yang dipakai untuk

menyesuaikan dua impedansi yang tidak sama, yaitu impedansi karakteristik

saluran (Zo) dan impedansi beban (ZL

Transformator λ/4 adalah suatu teknik impedance matching dengan cara

memberikan saluran transmisi dengan impedansi Z

). Beban dapat berupa antena atau rangkaian

lain yang mempunyai impedansi ekivalen. Impedance matching mempunyai

peranan yang sangat penting untuk memaksimalkan transfer daya dari sumber

sinyal ke beban. Kondisi yang sesuai (match) antara impedansi karakteristik

saluran dengan beban akan menghasilkan transfer daya yang maksimal karena

redaman yang disebabkan daya pantul akan diminimalkan. Pada prinsipnya, untuk

menyesuaikan impedansi saluran dengan impedansi beban dilakukan dengan

menyisipkan suatu “transformator impedansi” yang berfungsi mengubah

impedansi beban sama dengan impedansi karakteristik saluran. Ada beberapa

bentuk atau model teknik penyesuaian impedansi ini, diantaranya adalah,

transformator λ/4, single stub tuner, double stub tuner, dan lumped circuit. Pada

Tugas Akhir ini digunakan teknik transformator λ/4[2].

T

=

�0

�����

2.27

di antara dua saluran

transmisi yang tidak match. Panjang saluran transformator ini λ/4 adalah sebesar

�= 14�� dimana λg merupakan panjang gelombang pada bahan dielektrik yang

besarnya dapat dihitung dengan Persamaan 2.27.

dimana λ0 adalah panjang gelombang pada ruang bebas. Nilai impedansi ZT dapat

(39)

=

��

1

3 2.28

2.8 Power Divider

Salah satu teknik yang dapat mendukung impedance matching pada saluran

transmisi khususnya untuk antena mikrostrip array adalah power divider

(combiner). Dalam hal ini, metoda Wilkinson merupakan teknik yang umum

digunakan. Gambar 2.10 memperlihatkan power divider metoda Wilkinson [8].

Z

Z

Z

Z Z0

1

2

1

3

N

R

R

R

R

R = Z0

Gambar 2.10 N-way Wilkinson Combiner

Pada metoda Wilkinson, nilai impedansi Z diberikan dengan Persamaan 2.29

berikut [8].

�= �0√� 2.29 dimana N adalah jumlah titik pencabangan.

2.9 T-Junction 50 Ohm

T-junction merupakan sebuah teknik power divider yang umum digunakan

pada konfigurasi antena array. Terdapat dua jenis T-junction 50 Ohm yang dapat

(40)

Gambar 2.11 T-junction 50 ohm

2.10 WI-FI (Wireless Fidelity)

Wireless adalah koneksi suatu perangkat dengan perangkat lainnya tanpa

menggunakan kabel. Wireless internet merupakan koneksi internet yang

menggunakan frekuensi radio dan bekerja pada kecepatan tinggi yaitu 11-54

Mbps, jauh lebih cepat daripada layanan internet melalui telepon yang hanya

kecepatan maksimum 56 Kbps (milik telkom). Pemakaian wireless internet

memungkinkan akses internet selama 24 jam dengan biaya sangat murah karena

wireless internet tidak akan dikenakan pulsa, sehingga pemakai hanya dikenakan

biaya pembayaran kepada Internet Service Provider (ISP).[9]

Wifi kependekan dari Wireless fidelity, adalah sekumpulan standar yang

digunakan untuk jaringan lokal nirkabel (Wireless Local Area Network – WLAN).

Secara teknis operasional, wifi merupakan salah satu varian teknologi komunikasi

dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLAN (Wireless Local

Area Network). Dengan kata lain, wifi adalah nama dagang (certification) yang

diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi (internet) yang bekerja di

jaringan W-lan dan sudah memenuhi kualitas interoperability yang

(41)

Wifi adalah koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan menggunakan

teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat dan

aman. wifi hanya dapat di akses dengan komputer, laptop, PDA atau Cellphone

yang telah dikonfigurasi dengan wifi certified Radio.

Karena sistem wifi mengunakan transmisi frekuensi secara bebas, maka

pancaran sinyal yang ditransmit pada unit wifi dapat ditangkap oleh komputer lain

sesama pemakai wifi. Tentu kita tidak seseorang masuk kedalam jaringan Network

tanpa izin. Pada teknologi wifi ditambahkan juga sistem pengaman misalnya WEP

(Wired Equivalent Privacy) untuk pengaman sehingga antar komputer yang telah

memiliki otorisasi dapat saling berbicara. Pada frekuensi wifi, ada beberapa

channel yang diizinkan beroperasi masing-masing 5 MHz, diperlihatkan pada

[image:41.595.217.407.439.740.2]

Tabel 2.1[9].

Tabel 2.1Channel pada wifi

Channel Frekuensi

1 2,412 MHz

2 2,417 MHz

3 2,422 MHz

4 2,427 MHz

5 2,432 MHz

6 2,437 MHz

7 2,442 MHz

8 2,447 MHz

9 2,452 MHz

10 2,457 MHz

11 2,462 MHz

12 2,467 MHz

13 2,472 MHz

14 2,477 MHz

15 2,482 MHz

16 2,487 MHz

(42)

2.10.1Keunggulan dan Kelemahan Jaringan Wireless

Jaringan wireless memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa

keunggulannya diantaranya biaya pemeliharannya murah, infrastrukturnya ber-

dimensi kecil, pembangunannya cepat, mudah dikembangkan, mudah dan murah

untuk direlokasi dan mendukung portabelitas.

Sedangkan kelemahannya adalah biaya peralatan mahal, delay yang besar,

adanya masalah propagasi radio (terhalang bangunan, interferensi), kapasitas

jaringan terbatas, dan keamanan data (kerahasiaan) kurang terjamin[9].

2.11 Ansoft High Frequency Structure Simulator V.10

Banyak perangkat lunak (Software) simulasi yang digunakan dalam

menganalisis karakteristik antena mikrostrip. Salah satunya adalah Ansoft High

Structure Simulator V.10. Dalam Tugas Akhir ini, penulis menggunakan Ansoft

High Structure Simulator V.10 untuk menganalisis karakteristik antena mikrostrip

yang penulis buat dalam Tugas Akhir ini.

Ansoft High Structure Simulator V.10 juga merupakan dasar dari

perancangan desain yang menyarankan pemakai untuk mendesain model dan

mensimulasikan secara analog, RF, aplikasi mixed-signal, membentuk papan

sirkuit, dan memperformasikan sinyal tersebut. Dalam software ini

terbentuk-bentuk skematik dengan berbagai macam layout, dan mempunyai bermacam

bentuk visualisasi dan analisis data.

Ansoft HFSS V.10 menggunakan teknik Finite Elemen Method (FEM)

dalam menghitung parameter antena. FEM adalah sebuah teknik penyelesaian

dengan cara mendiskretisasi (membagi-bagi) volume dari antena menjadi bagian

(43)

Ukuran panjang sisi dari bagian-bagian tersebut maksimal harus lebih pendek

dari 1/10 panjang gelombang. Sehingga jika struktur yang akan dihitung

mempunyai dimensi yang sangat besar dibandingkan dengan panjang gelombang,

maka jumlah segitiga yang digunakan juga akan banyak, dan ini berarti jumlah

unknown atau dimensi matrix yang akan diinversikan juga akan bertambah.

2.12 Aplikasi Antena Mikrostrip

Antena mikrostrip sudah banyak digunakan dalam era informasi saat ini.Umumnya aplikasi yang telah digunakan antara lain adalah Wimax, W-LAN,

bandpass filter, mobile satellite[4].

A. Wimax

Dalam penggunaan mikrostrip untuk Wimax yang bekerja pada frekuensi 2,3

[image:43.595.153.474.427.668.2]

GHz yang ditunjukkan pada Gambar 2.12[4].

(44)

B. W-LAN

Antena mikrostrip yang digunakan adalah antenna mikrostrip planar array

yang berfungsi untuk menambah penguatan pada W-LAN.Antena mikrostrip

dalam penggunaan W-LAN dapat dilihat pada Gambar 2.13[4].

Gambar 2.13 Mikrostrip pada W-LAN

c. Bandpass Filter

Bandpass filter bertugas untuk menyaring sinyal yang berada ditengah, sinyal

rendah dan tinggi ditolak.Antena mikrostrip adalah teknologi yang paling fleksible

untuk merancang filter. Filter Hairpin berikut ini bekerja pada frekuensi 2,45 GHz

yang ditunjukkan pada gambar 2.14[10].

(45)

D. Mobile Satelite

Antena mikrostrip array ini digunakan pada sistem komunikasi mobile satellite

pada rentang frekuensi 2,5-2,6 GHz dapat dilihat pada gambar 2.15[4].

[image:45.595.192.430.182.392.2]

(46)

BAB III

PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP PATCH CIRCULAR

3.1 Umum

Pada bagian ini akan dirancang antena mikrostrip patch c i r c u l a r

p l a n a r array 4 elemen dengan pencatuan Electro Magnetic coupled (EMC),

yang dapat beroperasi pada frekuensi 2,45GHz (2,4–2,5GHz) untuk

diaplikasikan pada teknologi wi-fi. Secara umum, perancangan antena ini dapat

dikelompokan atas 2 tahapan. Tahapan pertama adalah perancangan antena

mikrostrip patch cir cul ar elemen tunggal. Kegiatan yang dilakukan pada

tahapan ini adalah penentuan frekuensi resonansi yang diinginkan, penentuan

spesifikasi substrat yang akan digunakan, penentuan dimensi patch antena dan

penentuan dimensi saluran pencatunya. Hasil yang diperoleh dari tahapan

pertama selanjutnya dilanjutkan pada tahapan kedua. Pada tahapan ini, empat

buah patch elemen tunggal disusun dengan konfigurasi planar array sehingga

menghasilkan antena mikrostrip patch circular planar array 4 elemen.

Jenis antena mikrostrip yang dirancang adalah antena dengan patch

ber-bentuk circular dengan teknik pencatuan Electromagnetic couple. Teknik ini

memberikan peningkatan performansi yaitu meningkatkan lebar bandwith, tetapi

membutuhkan ketelitian penyesuaian kedua layernya agar tepat berada pada

koordinat yang sama.

3.2 Peralatan Yang Digunakan

Dalam tahap perancangan ini ada beberapa peralatan yang digunakan,

(47)

sebelum antena yang akan dirancang, sedangkan hardware digunakan untuk

fabrikasi serta pengujian antena. Berikut ini adalah beberapa peralatan yang akan

digunakan dalam perancangan antena mikrostrip patch circular :

a. Ansoft HFSS V.10, dengan progam ini, rancangan fisik antena mikrostrip

dapat dimodelkan dan disimulasikan serta dilihat parameter-parameter

antena antara lain VSWR dan gain.

b. TXLine 2003, digunakan untuk menentukan impedansi karakteristik dan

lebar saluran dari saluran mikrostrip.

c. Microsoft Visio 2007, digunakan untuk melakukan visualisasi desain pe-

rancangan dan juga berbagai macam visualisasi yang digunakan dalam

Tu gas Akhi r ini.

d. Kabel coaxial 50 Ω untuk pencatu.

e. Substrat mikrostrip FR4 (epoxy).

f. Konektor dengan impedansi karakteristik 50 Ω (SMA konektor).

3.3 Perancangan Antena Elemen Tunggal

Pada perancangan patch circular elemen tunggal ini terdapat beberapa

tahapan yang diawali dengan menentukan frekuensi kerja yang diinginkan

beserta spesifikasi yang akan dicapai. Selanjutnya menentukan jenis substrat

yang akan digunakan.

Dalam pemilihan jenis substrat harus mempertimbangkan kesesuaian antara

karakteristik substrat dengan spesifikasi antena yang dirancang, hal ini bertujuan

untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Sebelum simulasi dilakukan, terlebih

dahulu menentukan parameter dari antena yaitu dimensi patch, lebar saluran

(48)

dibahas pada bab II. Pada proses simulasi, dimungkinkan untuk memodifikasi

beberapa parameter yang telah ditentukan untuk mendapatkan hasil yang diingin-

kan, diantaranya adalah dengan mengatur lebar patch yang umumnya dapat

mengatur frekuensi resonansi menjadi lebih tinggi atau lebih rendah, sedangkan

pengaturan lebar atau panjang saluran pencatu, umumnya dilakukan untuk

mendapatkan nilai VSWR yang diinginkan.

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk mendapatkan sebuah elemen

tunggal dengan dimensi patch dan l ebar pencatu yang optimal yaitu mampu

memberikan nilai VSWR ≤ 2, gain≥ 2 pada rentang frekuensi 2,4 - 2,5 GHz.

Diagram alir perancangan antena mikrostrip patch circular elemen tunggal dapat

dilihat pada Gambar 3.1.

Mulai

Menghitung dimensi patch

satu elemen

Menghitung panjang dan lebar pencatu

Simulasi dengan Ansoft HFSS V.10.0

Apakah VSWR ≤ 2, gain ≥ 2 pada frekuensi 2,4-2,5 GHz?

Selesai

Iterasi dimensi patch dan lebar pencatu

Tidak

Ya

Menentukan karakteristik yang diinginkan (frekuensi kerja,

VSWR , gain) dan jenis

substrate yang digunakan

[image:48.595.127.497.376.741.2]

Membuat model rancangan antena mikrostrip

(49)

3.3.1 Menentukan Karakteristik Antena

Pada rancangan antena mikrostrip ini, diinginkan dapat bekerja pada

frekuensi 2,4-2,5 GHz. Hal ini berarti, frekuensi resonansinya adalah 2,4-2,5 GHz

dengan frekuensi tengah 2,45 GHz. Frekuensi tengah resonansi ini, selanjutnya

akan menjadi nilai parameter frekuensi dalam menentukan parameter-parameter

lainnya seperti dimensi patch dan lebar saluran pencatu. Pada rentang frekuensi

kerja tersebut (2,4 - 2,5 GHz), diharapkan antena memiliki parameter VSWR ≤ 2

serta gain≥ 2.

3.3.2 Jenis Substrat Yang Digunakan

Dalam pemilihan jenis substrat sangat dibutuhkan pengetahuan tentang

spesfikasi umum dari susbtrat tersebut, kualitasnya, ketersediannya, dan yang

tidak kalah penting adalah harga atau biaya yang harus dikeluarkan untuk

mendapatkannya, karena akan mempengaruhi nilai jual ketika akan dipabrikasi

secara massal untuk dipasarkan.

Jenis substrat yang digunakan pada perancangan antena ini adalah dua

buah substrat jenis fiber dengan ketebalan yang sama (h1 = h2). Adapun

[image:49.595.165.457.607.717.2]

parameter substrat dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Spesifikasi substrat yang digunakan

Jenis Substrat FR-4 epoxy

Konstanta Dielektrik Relatif (εr) 4,4

Dielektrik Loss Tangent (tan δ) 0,02

(50)

3.3.3 Perancangan Dimensi Patch Circular Elemen Tunggal

Antena yang akan dirancang pada Tugas Akhir ini adalah antena

mikrostrip patch circular dengan frekuensi kerja 2,45 GHz (2,4-2,5 GHz). Untuk

perancangan awal dari dimensi antena digunakan perhitungan antena mikrostrip

patch circular pada Persamaan (2.7).

=

8.794�10

9

fr x109√��

� = 8,794 � 10

9

2,45 x 109√4.4

= 17,1 mm

Dari perhitungan diatas, didapatlah nilai spesifikasi substrat yang akan

digunakan, m a k a diperoleh nilai radius patch adalah 17,1 mm.

3.3.4 Perancangan Lebar Saluran Pencatu

Saluran pencatu yang digunakan pada perancangan antena mikrostrip patch

circular ini, diharapkan mendekati nilai impedansi masukan sebesar 50 Ω. Untuk

mendapatkan nilai impedansi tersebut dilakukan pengaturan lebar dari saluran

pencatu dengan menggunakan bantuan program TXLine 2003. Tampilan dari

program TXLine 2003 untuk mencari lebar pencatu agar mempunyai impedansi 50

[image:50.595.130.497.595.736.2]

Ω dapat dilihat pada Gambar 3.2.

(51)

Pada Gambar 3.2, setelah dimasukkan semua parameter yang digunakan,

maka program ini akan menampilkan nilai lebar dari saluran pencatu agar

menghasilkan nilai impedansi 50 Ω. Melalui perangkat lunak TXLine 2003 ini

diperoleh bahwa untuk menghasilkan impedansi 50 Ω dibutuhkan lebar saluran

pencatu sebesar 3,00593 mm. Untuk memudahkan dalam proses perancangan

maka lebar ini dibulatkan menjadi 3 mm.

3.3.5 Simulasi

Setelah semua langkah perancangan diatas dilakukan dengan meng-

gunakan simulator ansoft HFSS V.10 maka didapatlah model antena mikrostrip

[image:51.595.122.498.379.630.2]

patchcircular elemen tunggal seperti yang tampak pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Model antena mikrostrip patch circular elemen tunggal

Setelah model antena mikrostrip patchcircular elemen tunggal disimulasi-

kan, maka didapat parameter yang diinginkan pada Tugas Akhir ini antara lain

(52)

menggunakan Persamaan 2.13, sebelumnya terlebih dahulu harus dicari besar

impedansi beban dari antena mikrostrip. Untuk mencari impedansi beban dapat

menggunakan Persamaan 2.8 sampai 2.10, hasilnya sebagai berikut:

�0 =� = 3×10 8

2,45×109= 122,449 mm = 122 mm

Setelah nilai panjang gelombang di ruang bebas (�0) diperoleh, maka panjang

gelombang pada saluran transmisi (△ �) dengan Persamaan berikut ini:

△ �= �0

√4,4= 122

√4,4= 58,37527 mm

��� = 60△ � = 60

58,37527

34,2 = 102,41257 Ω

Dari nilai impedansi beban diatas maka dicari besar koefisien refleksi (Γ) dengan

menggunakan Persamaan 2.12. Dan hasilnya sebagai berikut ini:

Γ = ZL− Z0 ZL+ Z0 =

102,41257−50

102,1257 + 50

= 102,41257−50 102,41257 + 50

=

52,41257

152,41257

=

0,342

Selanjutnya dari nilai koefisien refleksi diatas maka dicari VSWR secara teori.

Untuk menghitung nilai VSWR dapat dicari dengan menggunakan Persamaan

2.13. Adapun hasilnya sebagai berikut:

VSWR =1− |Γ| 1 + |Γ|=

1 + |0,342| 1−|0,342|=

1,342

0,658= 2,0396

Dari nilai diatas diketahui nilai VSWR secara teori didapat adalah 2,0396. Dari

(53)

2,40 GHz 1,48

[image:53.595.140.499.84.284.2]

2,50 GHz 3,69

Gambar 3.4 Grafik VSWR hasil simulasi awal

Dari Gambar 3.4, didapatkan nilai VSWR pada saat frekuensi 2,45 Ghz

sebesar 2,42. Secara perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan

nilai VSWR sebesar 2,1, namun kalau dilihat dari Gambar 3.4 diatas bahwa ketika

frekuensi 2,4 Ghz-2,5 Ghz besarnya VSWR berkisar dari 1,48 sampai 3,69, hal ini

menandakan bahwa secara teori nilai VSWR yang didapat tidak jauh berbeda

dengan hasil simulasi. Dari nilai VSWR yang didapatkan tidak sesuai dengan

diinginkan karena itu diperlukan proses iterasi pada antena mikrostrip ini,

sehingga hasil VSWR mencapai nilai yang diinginkan. Hal ini didapatkan dengan

cara mengubah nilai besaran dimensi patch dan mengubah lebar pencatu sehingga

dihasilkan nilai VSWR yang diinginkan (VSWR ≤ 2).

Dari hasil perhitungan, nilai VSWR dan gain yang dihasilkan belum

sesuai dengan yang diharapkan. Diperlukan iterasi pada antena tersebut agar

didapat nilai VSWR dan gain yang optimal. Banyak hal yang mempengaruhi nilai

VSWR dan gain tersebut antara lain besaran dimensi patch, lebar pencatu, dan

panjang pencatu. Maka untuk tahap awal yang perlu diiterasi adalah dimensi

(54)
[image:54.595.114.511.95.348.2]

Tabel 3.2 Hasil Iterasi Dimensi Patch Elemen Tunggal

No Radius

Patch (mm)

VSWR Gain (dBi)

2,40 GHz 2,45 GHz 2,50 GHz 2,40 GHz 2,45 GHz 2,50 GHz

1 17,1 1,48 2,42 2,20 2,79 2,74 2,62

2 17,0 1,46 2,37 3,62 2,64 2,68 2,54

3 16,9 1,24 1,85 2,92 2,79 2,77 2,69

4 16,8 1,30 1,60 2,50 2,77 2,77 2,71

5 16,7 1,41 1,44 2,20 2,77 2,79 2,74

6 16,6 1,59 1,34 1,90 2,74 2,78 2,75

7 16,5 1,77 1,32 1,71 2,74 2,79 2,78

8 16,4 2,06 1,37 1,46 2,69 2,76 2,77

Dari Tabel 3.2 diatas didapat hasil iterasi radius patch dengan nilai VSWR

1,32 pada frekuensi 2,45 Ghz dan gain 2,79 dBi yang memenuhi saat radius

patch 16,5 mm, namun dalam hal ini perlu adanya perbaikan agar mendapatkan

nilai gain yang diinginkan, sehingga diperlukan iterasi kembali. Pada tahap kedua

ini, bagian yang perlu diiterasi adalah lebar pencatu dengan mengubah nilai lebar

pencatu dan tidak mengubah nilai radius patch karena telah mencapai nilai yang

diinginkan. Untuk hasil iterasi lebar patch dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Hasil Iterasi Lebar Pencatu Elemen Tunggal

No Lebar

Pencatu

Radius

Patch (mm)

VSWR Gain (dBi)

2,40 GHz 2,45 GHz 2,50 GHz 2,40 GHz 2,45 GHz 2,50 GHz

1 3 16,5 1,76 1,33 1,70 2,74 2,79 2,78

2 2,9 16,5 1,85 1,30 1,61 2,76 2,83 2,84

3 2,8 16,5 1,70 1,29 1,77 2,76 2,81 2,79

[image:54.595.115.512.566.758.2]
(55)

Dari Tabel 3.3, dapat ketahuai bahwa VSWR yang dihasilkan sudah

optimal dengan nilai 1,29 pada frekuensi 2,45 Ghz hal ini didapat dengan cara

mengubah lebar pencatu dari 3 mm menurun hingga menjadi 2,7 mm, sehingga

dihasilkan nilai VSWR yang optimum pada frekuensi antara 2.40-2.50 Ghz. Nilai

tersebut menunjukan bahwa VSWR yang dihasilkan dari iterasi lebar pencatu

berada dibawah 2, karena itu paremeter yang dilihat selanjutnya adalah besar gain

yan

Gambar

Gambar 2.7 Bentuk pola radiasi antena directional
Gambar 2.9 Antena mikrostrip dengan teknik array
Tabel 2.1 Channel pada wifi
Gambar 2.12 Mikrostrip pada Wimax
+7

Referensi

Dokumen terkait

Haryanto (Pengantar Pendidikan Luar Biasa Dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus) menyatakan ABK adalah anak yang dalam proses tumbuh kembang secara signifikan mengalami kelainan

Pada suatu pemasaran banyak sekali bentuk dan macam-macam aneka ragam makanan dari yang kecil hingga yang besar dan dari yang murah hingga sampai yang mahal. Dalam kebutuhan

Berdasarkan uraian di atas, hasil dari penelitian yang relevan mendukung hasil penelitian dari peneliti bahwa program pengajaran remedial mempunyai pengaruh yang signifikan

'HQJDQ PHQJJXQDNDQ 0RGHO , \DLWX GHQJDQ PHPDVXNNDQ HPSDW YDULDEHO -XPODK 'RVHQ -XPODK 0DKDVLVZD 3HULODNX 0DKDVLVZD GDQ 3HUVHSVL 0DKDVLVZD HILVLHQVL )DNXOWDV 0,3$ DGDODK

Jadi menurut Kostelnik dan kawan-kawan disiplin adalah sebuah perilaku sukarela (tanpa adanya paksaan) yang menunjukkan keteraturan internal akan peraturan- peraturan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pengeringan yang dibutuhkan mesin pengering lada dengan menggunakan rak berbahan logam, plafon GRC dan karung

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model PBL dapat meningkat kan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika kelas SD Negeri Gendongan 02

atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen, cara penjualan.. atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik. khusus yang menjadi