• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS pada Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS pada Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK BAHASAN JURNAL PENYESUAIAN di SMA N 2 UNGARAN TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Nikmah Khoiroh NIM 7101407199

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 2 Agustus 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Trisni Suryarini,SE,M.Si NIP. 196208121987021001 NIP. 197804132001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Senin

Tanggal : 15 Agustus 2011

Penguji,

Drs Tarsis Tarmudji, M.M NIP. 194911211976031002

Anggota I Anggota II

Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Trisni Suryarini, SE,M.Si NIP. 196208121987021001 NIP. 197804132001122001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar – benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya akan bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, 2 Agustus 2011

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Buatlah semua orang bersyukur dan bahagia atas kedatangan kita.

Sesengguhnya bersama kesusahan itu terdapat kemudahan ( QS. Al – Insyirah 6 ). Jangan takut gagal.

Perjuangan dan doa tidak akan sia – sia.

Persembahan

Bapakku Romadlon dan Ibuku Siti Fatimah Tercinta.

Kakakku Mustihanah, mas faat, mas opa, mas khoirudin, dan Adik – adikku tersayang Azka, Hikmal dan Nazila.

Putera Sampoerna Foundation (PSF). Sahabat – sahabatku di Sampoerna Foundation Scholar Club ( SFSC ) Semarang.

Abi Saefudin Husni.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Efektivitas

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS pada Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian di SMA N 2 Ungaran Tahun Ajaran 2010 /

2011 ”, ini dengan baik.

Skripsi ini disusun dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang telah mengesahkan skripsi ini.

3. Dr. Partono Thomas,M.S, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Drs Agus Wahyudin, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Trisni Suryarini, SE, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

7. Dra Jadmi Rahayu, Kepala SMA N 2 Ungaran yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Ridawati, M.Pd, Guru mata pelajaran Ekonomi Akuntansi SMA N 2 Ungaran yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Semarang, 2 Agustus 2011

(8)

viii SARI

Khoiroh, Nikmah. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS pada Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian di SMA N 2 Ungaran Tahun Ajaran 2010 / 2011. Skripsi. Pendidikan Ekonomi (Akuntansi). Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs Agus Wahyudin, M.Si. II. Trisni Suryarini, SE, M.Si. 118 halaman

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, Macromedia Flash,

Model Pembelajaran Konvensional, Prestasi Belajar.

Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS di SMA N 2 Ungaran pada mata pelajaran akuntansi yang belum optimal dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih mengedepankan keaktivan siswa dan menggunakan bantuan media pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dukungan media pembelajaran yang inovatif, berbasis teknologi dan menarik dapat diperoleh dengan menggunakan media pembelajaran macromedia flash. Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan macromedia flash dapat meningkatkan prestasi belajar? 2) apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan macromedia flash lebih efektif dibanding dengan model konvensional?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan macromedia flash dapat meningkatkan prestasi belajar serta lebih efektif dibandingkan dengan model konvensional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA N 2 Ungaran Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah 164 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan sampel sebanyak 2 kelas yaitu kelas XI IPS 5 dan XI IPS 4 yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling. Alat pengumpulan data berupa tes dalam bentuk pilihan ganda dan lembar observasi aktivitas siswa.

(9)

ix

macromedia flash dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 79,25 dibandingkan dengan 72,62.

(10)

x ABSTRACT

Khoiroh, Nikmah. 2011. The Effectiveness of Cooperative Learning Model Type Jigsaw by using Macromedia Flash on Student Achievement for Grade XI IPS on Accounting Adjusting Entries in SMA N 2 Ungaran School Year

2010/2011. Final Project. Economics Education (Accounting). Economic Faculty.

Semarang State University. 1st adviser Drs Agus Wahyudin, M.Si and 2nd adviser Trisni Suryarini, SE, M.Si.118 pages

Keywords: Cooperative Learning Model, Jigsaw, Macromedia Flash,

Conventional Learning Model, Students Achievement.

The Efforts to improve student achievement in high school grade XI IPS N 2 Ungaran on Accounting subjects that have not been optimal can be done by applying the learning model that develope students activities and using media is by using a model of cooperative learning jigsaw type. Media support the learning of innovative, technology - based and interest can be obtained by using a medium of learning Macromedia Flash. The problem of this research 1) what is the cooperative learning model type jigsaw by using macromedia flash can improve students achievement? 2) is the cooperative learning model type jigsaw by using macromedia flash more effective than conventional models?. The purpose of this research is to determine between the cooperative learning models type jigsaw by using macromedia flash can improve students achievement and more effective than conventional models.

The population in this research are all high school students in grade XI IPS N 2 Ungaran School Year 2010/2011 which consist of 164 students. This research is an experimental research with use XI IPS 4 and XI IPS 5 classes as sample classes which obtained by cluster random sampling technique. The data were collected by using multiple choice test and student activities observation sheets.

The results obtained the average of student achievement using cooperative learning model type jigsaw by using macromedia flash increase of 28.44 which was started from 50.81 to 79.25 and higher than the increase in students achievement in conventional learning models class which only increase of 21.34 (51.28 to 72.62 ). The results of paired sample t test showed a significance value of 0.000, so H1 is accepted, which is means that there are differences average achievement of students who use the cooperative learning model type jigsaw by using macromedia flash between before and after treatment. The results of independent sample t test obtained significance value of 0.001, so H1 is accepted, which is means that there are differences average student achievement by using cooperative learning model type jigsaw by using macromedia flash with students who use conventional learning models.

(11)

xi

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

SURAT REKOMENDASI ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Manfaat Penelitian ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 18

2.1 Prestasi Belajar ... 18

2.1.1Hakikat Belajar ... 18

2.1.2Teori – Teori Belajar ... 19

2.1.3Pengertian dan Fungsi Prestasi Belajar... 21

2.1.4Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24

2.2 Efektivitas Pembelajaran... 27

2.2.1Pembelajaran ... 27

2.2.2Pengertian dan Ciri – ciri Efektifitas ... 29

2.3 Model dan Metode Pembelajaran ... 30

(13)

xiii

2.3.2Metode Pembelajaran ... 34

2.3.3Metode Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 37

2.3.4Model Pembelajaran Konvensional... 41

2.4 Media Pembelajaran ... 42

2.4.1Pengertian Media Belajar ... 42

2.4.2Manfaat Penggunaan Media Belajar ... 43

2.4.3Prinsip – Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media ... 45

2.4.4Media Pembelajaran Macromedia Flash ... 46

2.5 Mata Pelajaran Akuntansi ... 49

2.5.1Pengertian dan Tujuan Pengajaran Akuntansi... 49

2.5.2Jurnal Penyesuaian... 50

2.6 Kerangka Berpikir ... 51

2.7 Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III METODE PENELITIAN ... 60

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 60

3.2 Penentuan Objek Penelitian... 61

3.2.1Populasi... 61

3.2.2Sampel ... 61

3.3 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 71

3.5 Alat Pengumpulan Data ... 72

3.5.1Tahap Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 72

3.5.2Teknik Analisis Alat Pengumpulan Data... 73

3.6 Hasil Analisis Perangkat Tes Uji Coba ... 77

3.6.1Hasil Uji Validitas ... 77

3.6.2Hasil Uji Reliabilitas ... 77

3.6.3Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal... 78

3.6.4Hasil Uji Daya Beda ... 79

3.7 Teknik Analisis Data ... 81

3.7.1Analisis Data Awal ( Pre Test ) ... 81

(14)

xiv

3.7.2.1. Analisis Data Pos Test ... 84

3.7.2.2. Analisis Hipotesis Penelitian ... 85

3.7.2.3. Analisis Deskriptif Prosentase ... 86

3.8 Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 87

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 88

4.1.Hasil Penelitian ... 88

4.1.1. Lokasi Penelitian ... 88

4.1.2. Pelaksanaan Penelitian ... 89

4.1.2.1.Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen .... 90

4.1.2.2.Proses Pembelajaran pada Kelas Kontrol ... 93

4.1.3. Hasil Analisis Data Awal ( Pre Test ) ... 94

4.1.4. Hasil Analisis Data Akhir ( Post Test ) ... 97

4.1.5. Hasil Analisis Hipotesis Penelitian ... 100

4.1.5.1 Hipotesis 1 ... 100

4.1.5.2 Hipotesis 2 ... 102

4.1.6. Hasil Analisis Deskriptif Prosentase ... 104

4.2.Pembahasan ... 105

BAB V PENUTUP ... 115

5.1 Simpulan ... 115

5.2 Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rata – rata Siswa SMA N 2 Ungaran ... 5

Tabel 1.2 Jumlah Ketuntasan Siswa... 6

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 60

Tabel 3.2 Desain Kegiatan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60

Tabel 3.3 Jumlah Populasi Penelitian ... 61

Tabel 3.4 Hasil Analisis Uji Homogenitas Populasi ... 62

Tabel 3.5 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Macromedia Flash ... 63

Tabel 3.6 Kategori Validitas Soal ... 77

Tabel 3.7 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 79

Tabel 3.8 Kategori Daya Beda Soal ... 80

Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Uji Coba Soal ... 80

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Uji Kemampuan Awal Sebelum Perlakuan ... 94

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Sebelum Pembelajaran 95 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Sebelum Pembelajaran ( One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ) ... 96

Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Rata – rata Data Pre Test ( Independent Sampel T Test )... 97

Tabel 4.5 Deskriptif Data Prestasi Belajar setelah Pembelajaran (Post Test) . 98 Tabel 4.6 Uji Homogenitas Data setelah Pembelajaran (Post Test ) ... 98

(16)

xvi

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Rata – rata Kelas Eksperimen

( Paired Sample T Test ) ... 100 Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Rata – rata Kelas Kontrol ... 101 Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Rata – rata Post Test

( Independent Sample T-Test ) ... 102 Tabel 4.11 Ringkasan Ketuntasan Siswa ... 103 Tabel 4.12 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase Aspek Afektif

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pembelajaran Jigsaw... 38 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir... 58 Gambar 3.1 Kerangka Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IPS ... 119

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 120

Lampiran 3 Hasil Uji Homogenitas Populasi... 121

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 122

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 132

Lampiran 6 Kisi – Kisi dan Indikator Materi Soal Uji Coba ... 137

Lampiran 7 Tabel Spesifikasi Soal Uji Coba ... 138

Lampiran 8 Soal Uji Coba ... 139

Lampiran 9 Tabulasi Data Uji Instrumen Tes ... 154

Lampiran 10 Kisi – Kisi dan Indikator Materi Soal Pre Test dan Post Test... 160

Lampiran 11 Tabel Spesifikasi Soal Pre Test dan Post Test ... 161

Lampiran 12 Soal Pre Test dan Post Test... 162

Lampiran 13 Daftar Nilai Pre Test Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 175

Lampiran 14 Daftar Nilai Post Test dan Ketuntasan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 176

Lampiran 15 Hasil Uji Homogenitas Data Pre Test ... 177

Lampiran 16 Hasil Uji Normalitas Data Pre Test ... 178

Lampiran 17 Hasil Uji Homogenitas Data Post Test ... 179

Lampiran 18 Hasil Uji Normalitas Data Post Test ... 190

Lampiran 19 Hasil Uji Perbedaan Rata – Rata Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 181

Lampiran 20 Hasil Uji Perbedaan Rata – Rata Pre Test – Post Test Kelas Eksperimen ... 182

Lampiran 21 Hasil Uji Perbedaan Rata – Rata Pre Test – Post Test Kelas Kontrol ... 183

Lampiran 22 Hasil Uji Perbedaan Rata – Rata Post Test ... 184

Lampiran 23 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 185

(19)

xix

Lampiran 25 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 196 Lampiran 26 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase Aspek Afektif

dan Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 202 Lampiran 27 Hasil Analisis Deskriptif Prosentase Aspek Afektif

dan Psikomotorik Kelas Kontrol ... 203 Lampiran 28 Dokumentasi Proses Pembelajaran ... 204 Lampiran 29 Media Pembelajaran Macromedia Flash... 209

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkannya untuk kepentingan pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Pengajaran akuntansi di Sekolah Menengah Atas sangat diperlukan mengingat pentingnya peranan akuntansi dalam kehidupan nyata. Tujuan mempelajari akuntansi di sekolah adalah membekali siswa dengan berbagai kompetensi dasar akuntansi yang meliputi : akuntansi dan lingkungannya, dasar - dasar prosedur pembukuan, jurnal dan posting, penyesuaian pembukuan, neraca lajur, penutupan buku dan penyesuaian kembali. Dengan berbagai kompetensi tersebut siswa diharapkan mampu menguasai dan menerapkannya, baik untuk kepentingan melanjutkan ke perguruan tinggi maupun terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa maupun masyarakat disekitarnya. ( Depdiknas, 2003 : 2 )

(21)

masyarakat. Adapun komponen – komponen pengajaran menurut Hamalik (2008:77) adalah meliputi tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau siswa, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media pengajaran dan evaluasi pengajaran. Proses pengajaran ditandai dengan adanya interaksi antar komponen tersebut.

Tujuan pengajaran akuntansi dapat tercapai jika tujuan dari kegiatan utamanya yaitu pembelajaran atau Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) dapat berkualitas yakni berkaitan dengan bagaimana kegiatan yang dilakukan selama ini dapat berjalan dengan baik serta memberikan luaran yang baik pula. Luaran yang baik tersebut dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

(22)

perubahan sikap yang telah diraihnya dan ditunjukkan melalui angka atau nilai dalam raport. Jadi siswa yang prestasi belajarnya tergolong baik maka menunjukkan penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang baik pula pada mata pelajaran yang ditempuhnya. Prestasi belajar bisa dikatakan merupakan tolok ukur keberhasilan dari kegiatan belajar siswa.

Tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan prestasi belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam usaha pencapaian prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa penting diketahui oleh guru untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam memberikan suatu materi pembelajaran sehingga dapat melakukan evaluasi apabila hasilnya kurang maksimal. Prestasi belajar juga penting bagi siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan belajarnya dan dijadikan sebagai indikator tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap dan memahami suatu materi, serta mengetahui seberapa besar minat terhadap suatu materi pembelajaran. Seorang guru dikatakan berhasil melakukan proses pembelajaran apabila sebagian besar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya dimana ketentuan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran di Sekolah ditunjukkan dengan prestasi belajar siswa sudah dapat melampaui Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM ) yang ditentukan oleh Sekolah.

(23)

internal ) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa ( Faktor eksternal ). Faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah faktor metode pembelajaran, media pembelajaran dan lingkungan. Secara umum faktor – faktor tersebut dapat dikerucutkan menjadi empat hal yakni guru, siswa, kurikulum dan lingkungan.

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran karena guru memegang kendali utama untuk mengantarkan siswa mencapai keberhasailan tujuan pembelajaran. Dalam kurikulum KTSP, guru dituntut untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif. Tugas ini merupakan titik awal keberhasilan yang nantinya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa melalui penentuan konsep pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah dan keadaan siswa. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif guru harus mempunyai ketrampilan mengajar, mengelola tahapan belajar, memanfaatkan metode, menggunakan media dan mengalokasikan waktu. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, dimana siswa akan turut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

(24)

perkembangan dan tuntutan zaman. Guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran.

Hasil observasi awal di lapangan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pencapain prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di salah satu instansi sekolah yaitu di SMA Negeri 2 Ungaran diperoleh data nilai Ujian Tengah Semester ( UTS ) Semester Genap Tahun 2011 yang menunjukkan masih terdapat banyak siswa yang prestasi belajarnya tergolong rendah yakni dilihat dari rata – rata nilai kelas yang rendah dan masih banyak siswa yang tidak tuntas. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 Tabel Nilai Rata - rata Siswa

No Kelas Nilai Total Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai

1 XI IPS I 229 32 7,14

2 XI IPS 2 203 34 5,97

3 XI IPS 3 195 34 5,72

4 XI IPS 4 223 32 6,96

5 XI IPS 5 212 32 6,62

Total 1062 164 6,48

Sumber : Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi 2010/2011

(25)

lain belum memenuhi nilai KKM yang sudah ditentukan sekolah yaitu kelas XI IPS 2 dengan nilai rata – rata 5,97, kelas XI IPS 3 dengan nilai rata – rata 5,72 dan kelas XI IPS 5 dengan nilai rata – rata kelas 6,62.

Tabel 1.2. Tabel Jumlah Ketuntasan Siswa

Kelas Tuntas Tidak tuntas % tuntas % tidak tuntas

XI IPS 1 23 9 71,87 28,12

XI IPS 2 12 22 35,29 64,50

XI IPS 3 11 23 32,35 67,64

XI IPS 4 21 11 65,62 34,37

XI IPS 5 19 13 59,37 40,63

Total 86 78 52,90 47,05

Sumber : Daftar Nilai Guru Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi 2010/2011.

(26)

Hasil observasi awal di atas secara keseluruhan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Ungaran pada Mata Pelajaran Akuntansi masih belum optimal karena sebesar 47,05% dari jumlah seluruh siswa di kelas XI IPS belum memenuhi target yang diharapkan sekolah yakni 85% siswa dalam kelas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM ) individual yaitu sebesar 69.

Prestasi belajar siswa yang belum optimal tersebut diduga diakibatkan oleh adanya gangguan dari faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seperti pendapat Slameto sebelumnya dan juga dapat diakibatkan oleh 3 faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajarannya yang meliputi : Pertama, bagaimana strategi pendekatan guru terhadap siswa yang kurang menonjol. Kedua, strategi guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran ( berkaitan dengan model dan metode ) dan Ketiga, strategi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran. ( Tu’u, 2004:78 )

(27)

pembelajaran konvensional dimana guru hanya ceramah sementara siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan guru jarang sekali memberikan kesempatan untuk bertanya maupun melontarkan pertanyaan. Siswa tidak mendapatkan banyak kesempatan untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Interkasi hanya terjadi satu arah, pembelajaran masih terpusat pada guru dan siswa belum ditempatkan sebagai subjek atau pemeran utama dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini melelahkan guru, membosankan siswa, interaksi rendah, siswa hanya mendengar dan menghapal saja. Disini siswa tampil sebagai model yang hanya datang, duduk, diam, dengar dan catat ( D4C ). Dapat dimengerti jika kemudian kualitas pembelajaran menjadi rendah dan berakibat pada prestasi belajar siswa yang rendah pula.

Ketiga, Strategi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran. Guru belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal dan belum ada inovasi padahal sarana pembelajaran di sekolah cukup memadai untuk memanfaatkan media yang inovatif dan sesuai dengan perkembangan jaman. Media yang digunakan masih terbatas pada Lembar Kerja Siswa ( LKS ) dimana masih menimbulkan permasalahan dalam menunjang keberhasilan pembelajaran yaitu siswa merasa bosan dan jenuh sehingga menghambat pemahaman siswa terhadap materi, terlebih lagi guru hanya ceramah dalam menyampaikan materi.

(28)

merupakan penyebab masih rendahnya prestasi belajar siswa Kelas XI IPS di SMA N 2 Ungaran pada mata pelajaran Akuntansi.

Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sebenarnya ada bermacam – macam dan penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan pembelajaran. Salah satu model yang dapat diterapkan untuk pencapaian prestasi belajar dan keaktivan belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menurut Slavin ( 2008:8 ) merupakan proses pembelajaran dimana siswa dengan kemampuan yang berbeda akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang atau lebih untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang aktif bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat siswa belajar sama baiknya. Roger dan David Johnson dalam Agus ( 2009:58 ) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki 5 unsur penting yaitu : 1) Saling ketergantungan positif, 2) Tanggung jawab perseorangan, 3) Interaksi promotif, 4) Komunikasi antar anggota, dan 5) Pemprosesan kelompok.

(29)

mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Agus ( 2009:58 ) juga menyatakan bahwa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif adalah dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yakni bercirikan dua hal : 1) “ memudahkan siswa belajar ” sesuatu yang “ bermanfaat ” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, 2)pengetahuan, nilai dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. Dari pendapat dua ahli tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

(30)

Keuntungan dari metode jigsaw menurutDavidson (1991) dalam Suyatna dan Yulianti adalah dapat memacu siswa untuk berfikir kritis, memberikan kesempatan siswa membuat kata – kata yang tepat untuk menjelaskan kepada teman lain, ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan sosialnya serta dengan adanya diskusi yang terjadi tidak didominasi siswa tertentu akan menuntut siswa untuk menjadi aktif.

Beberapa penelitian mengenai penerapan metode jigsaw menyebutkan bahwa jigsaw mampu mengantarkan siswa ke dalam pembelajaran yang menyenangkan, mencetak siswa yang peduli terhadap sesama serta dapat mengingkatkan prestasi belajar ( Aronson,1971 ). Moskoweitz dan Malvin dalam Slavin (2008:72) dalam penelitiannya (1983) pada kelas matematika juga menunjukkan bahwa metode jigsaw mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dukungan media pembelajaran juga penting untuk keberhasilan pembelajaran seperti yang dipaparkan oleh Sudjana & Rifai dalam Arsyad (2009:24) bahwa dengan pemanfaatan media maka pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pelajaran.

(31)

pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Media berfungsi untuk membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu diucapkan oleh guru melalui kata-kata atau kalimat. Selain hal tersebut media juga dapat digunakan kapanpun siswa dan guru membutuhkan selama sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersedia.

Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar ada berbagai jenis. Salah satu media yang sedang berkembang saat ini yaitu dengan memanfaatkan teknologi komputerisasi yang berbasis informasi dan komunikasi. Penerapan media ini tentunya didukung dengan adanya sarana yang memadai di Sekolah. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang mempunyai arti dan bermanfaat bagi manusia. Sedangkan komunikasi adalah penyampaian pikiran oleh seseorang kepada orang lain melalui media. Media yang berbasis teknologi dan informasi ini diharapkan mampu memecahkan kesulitan yang dialami oleh siswa.

(32)

menampilkan informasi yang berupa tulisan, gambar-gambar serta animasi bergerak sehingga siswa lebih tertarik dan lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru. Macromedia Flash juga memberikan tampilan yang tidak statis sehingga dapat meminimalisir tingkat kebosanan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Beberapa penelitian lain yang mendukung tentang penerapan model , metode serta media pembelajaran sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut: Anggela Puspita Veranica (2005) yang mengkaji Efektifitas model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pokok bahasan laporan keuangan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Grobogan memperoleh hasil dengan penerapan model kooperatif hasil belajar siswa lebih tinggi dibanding dengan model konvensional yakni 7,80 dengan 7,02.

Bahriyatul Azizah (2006) melakukan penelitian dengan judul “ Studi

komparasi metode pemebelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan metode konvensional pokok bahasan jurnal khusus sebagai upaya meningkatkan hasil

belajar siswa kelas XI MAN Suruh ” dari penelitian yang dilakukannya diperoleh

hasil dengan menggunakan metode pembelajaan kooperatif tipe jigsaw siswa memperoleh hasil belajar lebih tinggi dibanding dengang yang diajar menggunakan konvensional yakni 6,84 dengan 6,04.

Kristiningrum ( 2007 ) dalam penelitiannya “ Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif ( MPI ) dengan Macromedia Authorware 7.0 pada Materi

Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus “

(33)

untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

Tri Indah Nurchayati ( 2010 ) dalam penelitiannya yang berjudul

“ Penerapan Macromedia Flash untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata

pelajaran akuntansi di SMA Sudirman Ambarawa “ juga menunjukkan hasil

penelitian bahwa macromedia flash efektif untuk digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar.

Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang usaha peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Akuntansi melalui penerapan model, metode dan media pembelajaran. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian di SMA N 2 Ungaran Tahun Ajaran 2010/2011“

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

(34)

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan macromedia flash lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal penyesuaian di SMA Negeri 2 Ungaran tahun ajaran 2010 / 2011?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

berbantuan macromedia flash dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal penyesuaian di SMA N 2 Ungaran Tahun Ajaran 2010/ 2011.

2. Untuk mengetahui manakah yang lebih efektif diantara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan macromedia flash dengan model konvensional untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal penyesuaian di SMA N 2 Ungaran Tahun Ajaran 2010 / 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

(35)

inovasi dan kreativitas metode serta media sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi siswa, khususnya metode berbasis kerja kelompok atau kooperatif dan media pembelajaran berbasis teknologi terutama macromedia flash untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran akuntansi pada umumnya dan pokok bahasan jurnal penyesuaian pada khususnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya pengolahan kelas dengan baik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yakni melalui kombinasi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan dibantu media berbasis teknologi yakni macromedia flash dimana mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan memberikan pemahaman lebih mendalam. Selain itu juga dengan memperkenalkan media pembelajaran yang berbasis teknologi berupa macromedia flash ini akan memberikan wacana baru serta mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari akuntansi.

b. Bagi guru

(36)

bisa menjadi fasilitator dan distribusi pengetahuan siswa dapat mudah tercapai secara menyeluruh tanpa terjadi miskonsepsi atas pemahaman materi oleh siswa sehingga penerapan kombinasi ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan jurnal penyesuaian pada khususnya dan mata pelajaran akuntansi pada umumnya.

c. Bagi Sekolah

(37)

18

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individual itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang baru ini terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar. ( Slameto, 2003:2 )

Harold Spears dalam Suryabrata ( 2004:231 ) menyatakan Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen and to follow direction, yang kemudian ditarik kesimpulan oleh Suryabrata mengenai hal – hal pokok dalam belajar adalah kegiatan yang membawa perubahan ( dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial ), mendapatkan kecakapan baru serta perubahan ini terjadi karena usaha.( Suryabrata, 2004:232 )

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing ). Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi mengalami. ( Hamalik, 2008:27 ).

(38)

antara guru, siswa, metode pembelajaran dan media belajar. Suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah terjadi perubahan tingkah laku secara positif dan telah mencapai tujuan yang diinginkan.

Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktifitas usaha yang bertujuan untuk mencapai perubahan perilaku, pengetahuan dan keterampilan dengan cara meneliti, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan dan mengikuti arahan serta hasil interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

2.1.2 Teori – Teori Belajar

Pada hakekatnya ada 3 perspketif utama dalam teori belajar menurut beberapa ahli yaitu : behaviorisme, kognitivisme dan konstruktivisme. Teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. ( Sandi,2007 )

(39)

ini diantaranya adalah Ivan Pavlov, John B Watson Edward Thorndike dan Skinner.

Belajar menurut teori kognitivisme adalah melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Tokoh teori ini adalah antara lain Edwar Tolman dan Jerome Bruner. Mereka meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian.

Teori Konstruktivisme mendefinisikan belajar sebagai proses di mana pembelajar secara aktif mengkonstruksi atau membangun gagasan-gagasan atau konsep-konsep baru didasarkan atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu

atau ada pada saat itu. Dengan kata lain, ” belajar melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri ”.

(40)

dengan belajar kita bisa mendapatkan hasil terbaik. Konstruktivisme dengan sendirinya memiliki banyak variasi, seperti Generative Learning, Discovery Learning, dan knowledge building. Mengabaikan variasi yang ada, konstruktivisme membangkitkan kebebasan eksplorasi siswa dalam suatu kerangka atau struktur.

Berdasarkan uraian dari beberapa teori di atas maka penelitian ini merujuk pada teori konstruktivisme yakni belajar melibatkan siswa secara aktif dalam suatu kerangka atau struktur untuk mengkonstruksi atau membangun gagasan-gagasan atau konsep-konsep baru siswa didasarkan atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu.

2.1.3 Pengertian dan Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut Djamarah ( 2002:1 ) prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan belajar merupakan perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan dari yang tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang. Adapun prestasi menurut Tu’u ( 2004:75 ) adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.

(41)

sendiri (2004:75) yaitu prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar siswa dirumuskan dalam tiga hal yaitu hasil belajar yang dicapai ketika mengikuti pembelajaran di sekolah, aspek utama yang dinilai adalah aspek kognitif dan prestasi siswa dibuktikan dengan nilai atau angka hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas, ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Nana Sudjana (1990:23) dalam Tu’u mengatakan bahwa diantara ketiga ranah dalam pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, aspek kognitiflah yang paling mudah dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran dan dapat diwujudkan dengan nilai.

Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai oleh seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau memperoleh sesuatu yang digunakan sebagai indikator adanya derajat perubahan perilaku siswa (Hamalik, 2001:159). Prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan sejauh mana anak memahami suatu materi yang diterima (Slameto, 2003:17).

(42)

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik yang meliputi berbagai aspek pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang akan ditunjukkan dengan nilai atau angka hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas dan ujian yang ditempuh siswa yang dapat digunakan sebagai indikator adanya derajat perubahan perilaku siswa.

Menurut Arifin (1991:3) dalam Tri menyatakan bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, diantaranya adalah sebagai berikut : Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dicapai oleh peserta didik, sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, dimana dari prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peran sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan, sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu instansi pendidikan serta dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

(43)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam proses belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sehingga mengakibatkan adanya keberhasilan proses belajar dan ada kegagalan proses belajar. Tu’u ( 2004 : 78 ) menarik kesimpulan dari pendapat Bobbi De Porter dalam buku Quantum Teaching bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh tiga hal yaitu : pertama, Strategi pendekatan pribadi terhadap siswa yang kurang menonjol dalam bidang – bidang tertentu sesuai dengan tujuh macam kecerdasan meliputi : musik, olah tubuh, logika matematis, bahasa, ruangan, interpersonal dan intrapersonal. Kedua, strategi guru melibatkan siswa dalam pembelajaran secara penuh dengan suasana gembira dan menyenangkan. Ketiga, strategi guru membuat alat bantu (media) dan menciptakan ruangan yang hidup.

Sanggalang dalam Tu’u (2004:78-81) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dikemukakan Sanggalang meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, bakat, motif dan cara belajar. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat, faktor lingkungan tetangga, dan faktor organisasi. Kecerdasan adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu, kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi baru yang cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

(44)

sekumpulan objek. Oleh karena itu untuk menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus mempunyai minat dan perhatian terhadap materi yang disampaikan. Bakat adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang ketika dia dilahirkan. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

Motif merupakan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Menurut Tu’u motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar seorang siswa yang mempunyai motivasi yang kuat akan berusaha guna mencapai prestasi yang memuaskan. Cara belajar atau Learning Style yang sekarang lebih dikenal dengan penggunaan istilah gaya belajar yang dilakukan oleh siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar yang didapat. Apabila seorang siswa mampu menerapkan cara belajar yang efisien maka hasil yang didapat akan lebih memuaskan dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan cara yang tidak efisisen.

(45)

Faktor sekolah terdiri dari faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar, misalnya metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan materi, monoton, kurang variatif sehingga kurang menarik dan membosankan siswa. Untuk menanggulangi kebosanan siswa terhadap materi maka dibutuhkan media belajar yang dapat membantu siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran suatu materi. Faktor guru meliputi mengajar terlalu cepat, suara kurang keras, penguasaan materi kurang baik, penguasaan kelas rendah, motivasi rendah dan terlalu banyak jam mengajar. Hal ini akan menganggu hasil belajar siswa. Faktor sarana sekolah, misalnya gedung, ruangan, meja, kursi, buku-buku, jika kurang memadai, akan menganngu hasil belajar. Begitu pula dengan lingkungan yang ramai misalnya pasar, pusat perbelanjaan, rumah sakit, jalan raya. Bila disiplin sekolah kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh tidak baik pada proses belajar anak.

(46)

Sedikit berbeda dengan Sanggalang, Slameto ( 2003,54-72 ) di dalam bukunya mengungkapkan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dengan fakto intern yang meliputi faktor jasmani dan faktor psikologis, sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Akan tetapi hasil yang disampaikan oleh Slameto juga hampir sama dimana faktor psikologis terdiri dari intelegensi atau kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Hal yang sedikit membedakan terdapat dalam faktor sekolah karena dalam Slameto faktor sekolah dijabarkan lebih rinci menjadi metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

2.2 Efektivitas Pembelajaran 2.2.1 Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa dan kemampuan siswa berubah ke arah yang lebih baik. Adapun pembelajaran secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Behaviorik

(47)

2. Kognitif

Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Ini sesuai dengan pengertian belajar menurut aliran kognitif yang menekankan pada keampuan mengenal pada individu yang belajar

3. Gestalt

Pembelajaran adalah usaha guru memberikan materi pembelajaran dengan sedemikian rupa sehingga siswa mudah mengorganisasikannya menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan kemampuan mengorganisir yang terdapat pada diri siswa.

4. Humanistik

Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Munculnya berbagai pengertian mengenai pembelajaran seperti diatas adalah pertanda bahwa kegiatan pembelajaran itu merupakan sesuatu yang kompleks dan berkembang. Pembelajaran itu sendiri sebenarnya mempunyai tujuan untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah baik, baik itu menyangkut kualitas maupun kuantitas.

Beberapa ciri pembelajaran yang dapat diungkapkan dengan melihat pengertian pembelajaran yaitu sebagai berikut :

(48)

2. Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang kemungkinan siswa dapat belajar.

3. Pembelajaran lebih ditekankan pada pengaktifan siswa. ( Tim MKDK, 1996:11 )

2.2.2 Pengertian dan Ciri – ciri Efektivitas

Efektivitas menurut Said dalam Agung ( 2009 ) merupakan usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Purwadarminto dalam Agung ( 2009 ) menyatakan bahwa efektivitas dalam pengajaran adalah berkenaan dengan pencapaian tujuan sehingga analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pembelajaran . Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas dalam pembelajaran adalah keberhasilan atas suatu usaha yang disusun dan dilaksanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Ciri – ciri efektivitas pembelajaran menurut Harry dalam Agung ( 2009 ) adalah ditandai dengan adanya tiga hal yaitu :

a.Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan – tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

(49)

c.Memiliki sarana – sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

2.3 Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends dalam Agus ( 2009:46 ) model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas maupun tutorial yang mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap – tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan dan pengelolaan kelas. Adapun model pembelajaran kooperatif menurut Slavin ( 2008:8 ) merupakan proses pembelajaran dimana siswa dengan kemampuan yang berbeda akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang atau lebih untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang aktif bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat siswa belajar sama baiknya. Panitz dalam Agus ( 2009:54 ) mendefinisikan model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk – bentuk yang lebih diarahkan oleh guru dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan –pertanyaan serta menyediakan bahan – bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

(50)

atau tim kecil yaitu antara 4 – 6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda atau heterogen. Dukungan Teori Konstruktivisme Sosial Vygotsky terhadap model pembelajaran kooperatif adalah adanya penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif serta arti penting belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie dalam Agus (2009:56), pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah homo homini socius. Dialog interaktif adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup.

Roger & David Johnson dalam Agus ( 2009:58 ) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima unsur penting yaitu :

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan

(51)

3. Interaksi promotif

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dan sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapatnya. 5. Pemprosesan kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

Model pembelajaran kooperatif menurut Sulastri ( 2009 ) dikembangkan untuk mencapai setidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu :

(52)

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan ketrampilan sosial

Pengembangan keterampilan sosial adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Slavin dalam Wina ( 2006:240 ) mengemukakan dua alasan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan.

Agus ( 2009:58 ) juga menyatakan keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif adalah dapat menumbuhkan pembelajaran

(53)

“bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, 2) pengetahuan, nilai dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Slavin menyatakan keuntungan pembelajaran kooperatif adalah tidak hanya mampu meningkatkan prestasi belajar akademik siswa saja tetapi juga cara untuk meningkatkan kemampuan afeksi dan interpersonal. Douglass dalam Slavin juga menyatakan keuntungan pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan ketrampilan kerjasama yang sangat penting ( Basic Cooperatif Skill ) seperti mendengarkan secara aktif, memberikan balikan secara konstruktif, respek terhadap orang lain, melibatkan orang lain dalam diskusi dan lain sebagainya. (Murda, 2006:636)

Dari pendapat dua ahli tersebut tentang keuntungan dari penerapan model pembelajaran kooperatif, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini masih memiliki kelemahan.

2. Metode Pembelajaran

(54)

dan efisien dan mengena pada tujuan yang diharapkan yakni melalui teknik – teknik penyajian atau disebut dengan metode mengajar. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Selain itu metode mengajar sangat menentukan dan menunjang berhasilnya proses belajar mengajar yang diciptakan oleh seorang guru. ( Djamarah,2010:46 ).

Menurut Surakhmad dalam Djamarah ( 2010:46 ) mengemukakan ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut: 2 Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kemampuan pada diri anak didik, proses pengajaran dan penyeleksian metode yang akan digunakan. Metode yang dipilih harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik.

3 Anak didik yang bermacam – macam tingkat kematangannya

Masing-masing peserta didik mempunyai latar belakang, aspek biologis, intelektual dan psikologis yang berbeda sehingga mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif lama. Jadi, kematangan peserta didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.

4 Situasi dengan Berbagai Keadaan

Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamanya sama. Seorang guru harus dapat memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakannya itu.

(55)

Fasilitas adalah kelengkapan penunjang belajar anak didik di sekolah, lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. 6 Pribadi Guru serta Kemampuan Profesionalnya yang Berbeda.

Setiap guru mempunyai kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar yang berbeda. Seorang guru yang bertitel sarjana pendidikan berbeda dengan guru yang sarjana bukan pendidikan. Jadi latar belakang pendidikan dan pengalaman belajar adalah permasalahan intern yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan mengajar.

(56)

3. Metode Pembelajaran Tipe Jigsaw

Metode pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah metode pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen, beranggotakan 4 - 6 siswa dimana setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar dan harus mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lainnya. ( Slavin,2008:14 )

Jigsaw merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki

kesamaan dengan teknik “ pertukaran dari kelompok ke kelompok ” (Group to group exchange). Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain. (Mel Silberman : 160). Teknik mengajar Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara ( Anita Lie dalam Agus, 2009:56 ). Metode Jigsaw terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli ( Saptono, 2003: 36 ).

Menurut Arends dalam Sulastri ( 2009 ) langkah – langkah penerapan metode jigsaw adalah berikut :

1. Membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4 – 6 orang.

2. Masing – masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli.

(57)

4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok awal, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.

5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.

Adapun menurut Slavin ( 2009:241 ) metode jigsaw terdiri atas siklus reguler dari kegiatan – kegiatan pengajaran berikut :

1. Membaca, para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.

2. Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok – kelompok ahli.

3. Laporan tim, para ahli kembali kepada kelompok mereka masing – masing untuk mengajari topik – topik mereka kepada teman satu timnya.

4. Tes, para siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik. 5. Recognisi tim, skor tim dihitung kemudian diumumkan tim terbaik.

Kerangka pembelajaran dengan metode jigsaw menurut Saptono (2003:36) dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok asal

Kelompok ahli

(58)

Keterangan :

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula ( asal ) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada kelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.

Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Davidson ( 1991 ) dalam Suyatna dan Yulianti ( 2009 ) meliputi :

1. Memacu siswa untuk berfikir kritis

2. Memberikan kesempatan siswa membuat kata – kata yang tepat untuk menjelaskan kepada teman lain, ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan sosialnya.

3. Diskusi yang terjadi tidak didominasi siswa tertentu, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif.

Menurut Apriyani (2007) kelebihan metode jigsaw adalah :

1. Dapat mengembangkan hubungan antara pribadi positif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

(59)

5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6. Sikap apatis berkurang

7. Pemahaman materi lebih mendalam 8. Meningkatkan motivasi belajar

Adapun kelemahannya menurut Roy Killen (1996) dalam Sulastri dan Yulianti ( 2009 ) adalah :

a. Prinsip utama pembelajaran ini adalah “ peer teaching “, pembelajaran oleh teman sendiri, yang masih sering menimbulkan kendala berupa perbedaan persepsi ( missconception ) dalam memahami konsep yang di diskusikan bersama dengan siswa lain.

b. Dirasa sulit untuk meyakinkan siswa untuk berdiskusi dengan baik, maka guru harus mengadakan pengawasan yang aktif.

c. Awal penggunaan ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini dilaksanakan agar berjalan dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode jigsaw memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa.

b. Menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. c. Terdiri dari tim – tim belajar yang heterogen.

(60)

e. Setiap siswa bertanggung jawab untuk memahami suatu pokok materi dan harus mampu menyampaikan materi kepada siswa lain ( Tanggungjawab individu terhadap pemahaman kelompok ).

4. Model Pembelajaran Konvensional

Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar atau pembelajaran ( Djamarah, 2010:97 ). Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar. Siswa dipandang sebagai obyek yang menerima apa yang diberikan oleh guru. Biasanya guru menyampaikan informasi/materi pelajaran dalam bentuk penjelasan secara lisan. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang diberikan guru, serta mengungkapkan kembali melalui respon yang diberikan pada saat diberi pertanyaan.

(61)

metode dan isi pengajaran, kegiatan cenderung sama yang diberikan oleh guru, karena cara itu dianggap cara paling mudah untuk mengontrol ketenangan dalam kelas. Akibatnya siswa cenderung mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat bergantung pada guru. Selain itu juga perbedaan individu diabaikan, potensi diri siswa kurang dapat dikembangkan secara optimal.

Adapun keuntungan dari pengajaran konvensional adalah guru dapat mengajar dengan urutan materi sesuai yang dikehendakinya, dengan prinsip materi yang telah diwajibkan dalam GBPP, guru dapat mengunakan waktu

seefisien dan seefektif mungkin untuk mengatur ketenagan dalam kelas. ( Margono, 1993: 56-57 ).

Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional memiliki karakterstik sebagai berikut :

2.2 Pembelajaran berpusat pada aktivitas guru.

2.3 Siswa tidak mendapatkan kesempatan lebih untuk berbicara ( menyampaikan pendapat, baik kepada guru maupun kepada siswa lain).

2.4 Tidak terdapat kerjasama kelompok. 2.5 Tidak terdapat diskusi antar siswa.

2.6 Siswa bertanggungjawab atas pemahaman materi secara individu.

3.3 Media Pembelajaran 2.1 Pengertian Media Belajar

(62)

televisi, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan animasi komputer dapat dikatakan sebagai media. Gagne dan Brigs ( 1975 ) mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat fisik yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang terdiri dari buku pelajaran, tape recorder, kaset, video camera, slide, photo, gambar, grafik, televisi dan komputer.

Hamidjojo dalam Arsyad ( 2009:4 ) mengemukakan bahwa media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga dapat sampai kepada penerima yang dituju. Apabila media tersebut digunakan untuk membawa pesan – pesan atau informasi yang mengandung tujuan instruksional atau pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.

Media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai semua bentuk perantara fisik yang digunakan untuk membantu menyampaikan informasi pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Seels ( 1994 ) dalam Arsyad mengelompokkan media menjadi 4 yaitu : 1). Media hasil teknologi cetak, 2). Media hasil teknologi audio – visual, 3). Media hasil teknologi komputer, dan 4). Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

2.2 Manfaat Penggunaan Media Belajar

(63)

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh - pegaruh psikologis terhadap siswa.

Sudjana & Rifai dalam Arsyad ( 2009:24 ) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa sebagai berikut : pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pelajaran, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata melalui komunikasi verbal, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga serta siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan memerankan.

Gambar

Tabel 4.11  Ringkasan Ketuntasan Siswa ....................................................
Gambar 3.1  Kerangka Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 1.1 ini menunjukkan bahwa nilai rata – rata siswa dalam kelas
Tabel 1.2. Tabel Jumlah Ketuntasan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

PSG yang dilaksanakan melalui praktek kerja industri diharapkan bisa menciptakan kemampuan profesional peserta didik sesuai dengan program keahliannya masing-masing

perusahaan untuk menemukan strategi promosi yang terbaik bagi Gama Catering. dan strategi guna mengatasi melonjaknya harga bahan baku

Widjaja Martokusumo yang sedang menjabat Ketua Prodi Magister dan Doktor Arsitektur dan Ketua Prodi Magister Rancang Kota telah diangkat sebagai Waki' Dekan

Penelitian ini dirancang untuk dilaksanakan dalam beberapa siklus. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model yang.. dikembangkan oleh Kemmis

Tidak perlu diminta pernyataan batal (nietig verklaring). Risiko kerugian dibagi dua antara pihak yang menyewakan dengan pihak si penyewa. Segera setelah musnahnya seluruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan jasa pada Telkomsel Selaku penyelenggara operator seluler kartu Simpati berdasarkan

Modal kerja permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara

Pada simpulan hasil belajar siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan. melalui permainan sundul bola di matras mengalami