• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

KURNIA RAHMAWATI

PERSENTASE ORGAN PENCERNAAN BROILER YANG DIBERI

PAKAN MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

(4)

ABSTRAK

KURNIA RAHMAWATI. Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan. Dibimbing oleh NAHROWI dan RITA MUTIA.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pakan yang mengandung bungkil inti sawit yang disaring atau tidak disaring pada perkembangan organ pencernaan broiler berumur 35 hari. Sebanyak 200 DOC broiler strain Hubbard dialokasikan pada empat perlakuan pakan, yaitu P1= pakan perlakuan mengandung bungkil inti sawit tidak disaring; P2= pakan perlakuan mengandung bungkil inti sawit yang disaring; P3= pakan perlakuan mengandung bungkil inti sawit yang disaring dan batok bungkil inti sawit; P4= pakan perlakuan mengandung bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersial. Rancangan yang digunakan adalah RAL (rancangan acak lengkap). Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Peubah yang diukur adalah persentase berat proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar, dan seka serta panjang relatif usus halus, usus besar, dan seka. Persentase berat proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar dan seka tidak berbeda nyata antar perlakuan. Perlakuan juga tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap panjang relatif jejunum, usus besar, dan seka. Dapat disimpulkan bahwa penyaringan bungkil inti sawit tidak mempengaruhi persentase berat dan panjang relatif organ pencernaan broiler.

Kata kunci: batok, broiler, bungkil inti sawit, organ pencernaan, penyaringan

ABSTRACT

KURNIA RAHMAWATI. Percentage of Digestive Organs of Broiler Chickens Fed Diet Containing Sieved or Unsieved Palm Kernel Meal. Supervised by NAHROWI and RITA MUTIA. shell of Palm Kernel Meal (PKM) as grit; P4 = treatment diet containing sieved palm kernel meal plus commercial grit in completely randomized design. Feed and water were given ad libitum. Variables measured were weight percentage of proventriculus, gizzard, small intestine, caeca, colon, relative length of small intestine, colon and caeca. The result showed that weight percentage of proventriculus, gizzard, small intestine, and colon were not affected by the treatments. Relative length of jejunum, colon, and caeca were also not affected by the treatments. It is concluded that sieving palm kernel meal did not affect weight percentage and relative length of digestive organs of broiler chicken.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

KURNIA RAHMAWATI

PERSENTASE ORGAN PENCERNAAN BROILER YANG DIBERI

PAKAN MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan

Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan Nama : Kurnia Rahmawati

NIM : D24090119

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Pembimbing I

Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengurangan serat kasar dalam bungkil inti sawit, dengan judul Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan.

Bungkil inti sawit merupakan salah satu hasil samping dari produksi minyak sawit yang memiliki potensi untuk dijadikan salah satu bahan pakan ternak karena memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi, namun kandungan serat kasar didalam bungkil inti sawit juga tinggi. Penulis akan mempelajari metode untuk menurunkan kandungan serat kasar dalam bungkil inti sawit sehinga dapat digunakan sebagai pakan ternak khususnya unggas dalam jumlah yang lebih optimal.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dan dunia peternakan. Terima kasih.

Bogor, Oktober 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 1

Bahan 1

Alat 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Prosedur Percobaan 4

Persiapan Grit Batok Inti Sawit 4

Persiapan Kandang 4

Pelaksanaan Pemeliharaan 4

Pemanenan dan Pengambilan Sampel 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Saluran Pencernaan Broiler 6

Persentase Berat Proventrikulus dan Gizzard 6 Persentase Berat dan Panjang Relatif Duodenum, Jejunum, dan Ileum 7 Persentase Berat dan Panjang Relatif Usus Besar, dan Seka 9

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 12

RIWAYAT HIDUP 14

(11)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi ransum broiler starter dan broiler finisher 2 2 Komposisi nutrien ransum perlakuan broiler starter dan broiler finisher 2 3 Komposisi nutrien ransum komersil broiler starter dan broiler finisher 3 4 Komposisi nutrien bungkil inti sawit tidak disaring, bungkil inti sawit

disaring, dan batok inti sawit 3

5 Rataan bobot potong, berat, dan persentase proventrikulus dan gizzard 6 6 Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif duodenum,

jejunum, dan ileum 8

7 Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif usus besar,

dan seka 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap persentase bobot potong 12

2 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan terhadap persentase berat proventrikulus 12 3 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap persentase gizzard 12

4 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap persentase berat duodenum 12

5 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap persentase berat jejunum 12

6 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap persentase berat ileum 12

7 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan terhadap persentase berat usus besar 13 8 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap persentase berat seka 13

9 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap panjang relatif duodenum 13

10 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap panjang relatif jejunum 13

11 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

penyaringan terhadap panjang relatif ileum 13

12 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan terhadap panjang relatif usus besar 13 13 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa

(12)

PENDAHULUAN

Bungkil inti sawit merupakan salah satu hasil samping industri minyak kelapa sawit yang ketersediaannya semakin meningkat dan sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Berdasarkan data BPS (2010), pada tahun 2010 jumlah produksi minyak sawit kasar (CPO) adalah sebesar 14.038 juta ton, maka potensi bungkil inti sawit yang dihasilkan dari total produksi kelapa sawit adalah sebesar 1.6 juta ton (11.83%). Bungkil inti sawit mengandung protein kasar 15.85%, total asam amino 12.64%, dan serat kasar 32.95% (Yatno 2011).

Ketersediaan bungkil inti sawit yang meningkat belum diikuti dengan tingkat pemakaian yang tinggi dalam ransum unggas, hal ini disebabkan oleh kandungan serat kasar yang tinggi karena adanya batok inti sawit dengan jumlah 9.1% - 22.8% (Chin 2002; Sinurat et al. 2009). Kandungan serat kasar yang tinggi menyebabkan level penggunaan bungkil inti sawit bervariasi, yaitu antara 5% - 10% pada ransum broiler (Sinurat et al. 2009). Kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang telah mengalami penyaringan diharapkan dapat berkurang karena batoknya telah dipisahkan. Selanjutnya batok yang mempunyai tekstur yang serupa dengan batu kerikil diharapkan dapat digunakan sebagai grit untuk membantu pencernaan mekanik pada gizzard. Penggunaan grit yang berasal dari batok inti sawit belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini akan mengevaluasi nilai nutrien bungkil inti sawit hasil penyaringan dan kemampuan batok bungkil inti sawit dalam menggantikan grit komersial pada ayam broiler dilihat dari pengaruhnya pada organ pencernaan broiler.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh penggunaan bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan serta grit batok asal bungkil inti sawit terhadap persentase bobot proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar, seka, dan panjang relatif usus halus, usus besar, dan seka broiler.

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC ayam broiler strain Hubbard sebanyak 200 ekor, sekam padi, disinfektan, kapur, ransum komersil, dan ransum perlakuan broiler starter dan finisher. Ransum komersil tersusun atas bahan pakan jagung, dedak halus, bungkil kedele, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun kanola, kalsium, fosforus, vitamin, trace mineral, dan anti oksidan. Ransum perlakuan tersusun atas bahan pakan jagung, dedak halus, bungkil kedele, CGM, tepung ikan, DCP, garam, DL-Methionin, bungkil inti sawit, CPO, CaCO3, dan premix. Komposisi

(13)

2

serta batok inti sawit ditampilkan pada Tabel 4. Penelitian ini juga menggunakan Vitachick yang dicampurkan ke dalam air minum.

Tabel 1 Komposisi ransum broiler starter dan broiler finisher*

Bahan baku Penggunaan (%)

Ransum broiler starter Ransum broiler finisher

Jagung 53.50 51.80

Perhitungan kebutuhan nutrien berdasarkan Lesson and Summer (2005)

Tabel 2 Komposisi nutrien ransum perlakuan broiler starter dan broiler finisher

Nutrien

Kandungan*

Ransum broiler starter Ransum broiler finisher

(14)

3

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang sistem litter, lampu pijar 60 watt, karung, timbangan digital, plastik, vibrator mill nomor mesh 50 dan 100 dengan ukuran 0.589 mm dan 0.149 mm, tempat pakan, dan tempat minum. Perlengkapan untuk pengolahan organ pencernaan terdiri dari pisau, pinset, dan gunting operasi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2013 di kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Bahan Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan

Tabel 4 Komposisi nutrien bungkil inti sawit tidak disaring, bungkil inti sawit disaring, dan batok inti sawit

Hasil Analisis Proksimat di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan (2013); BK: bahan kering, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, Beta-N: bahan ekstrak tanpa nitrogen, Ca: kalsium, P: fosfor, NaCl: natrium klorida, GE: gross energy

Tabel 3 Komposisi nutrien ransum komersil broiler starter dan broiler finisher

(15)

4

Teknologi Pakan. Pengukuran organ pencernaan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Percobaan

Persiapan grit batok inti sawit

Sebanyak 60 kg bungkil inti sawit disaring menggunakan vibrator mill nomor mesh 50 dan 100. Bungkil inti sawit yang tertinggal di mesh tersebut dipisahkan dari batok secara manual. Batok yang telah terpisah dijadikan sebagai grit, diberikan secara terpisah sebanyak 2% dari ransum.

Persiapan kandang

Kandang yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan detergen dan karbol. Kemudian dilakukan pengapuran pada seluruh dinding maupun lantai kandang dan sekat serta penyemprotan disinfektan pada sekam dengan tujuan menghambat pertumbuhan dan membunuh bibit penyakit. Tempat pakan dan air minum dibersihkan dengan sabun dan air.

Pelaksanaan pemeliharaan

DOC (day old chick) strain Hubbard sebanyak 200 ekor dipelihara selama 5 minggu dan ditempatkan pada kandang dengan sistem litter. DOC ditempatkan pada 20 petak kandang dengan 10 ekor DOC pada tiap kandang. Perlakuan pakan yang diberikan adalah P1 (ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring), P2 (ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring), P3 (ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit batok bungkil inti sawit) serta P4 (ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersil). RK (ransum komersil) diberikan sebagai kontrol positif. Pemberian grit diberikan sejak umur 1 minggu hingga umur 5 minggu. Pemberian grit dilakukan secara terpisah dari ransum dan diberikan pada pagi hari setelah pemberian pakan sebanyak 2% dari pakan. Air minum diberikan ad libitum.

Pemanenan dan pengambilan sampel

Pemanenan dilakukan pada hari ke-35. Sampel diambil sebanyak 1 ekor dari tiap ulangan berdasarkan rataan bobot hidup terdekat. Organ pencernaan dari tiap ayam dikeluarkan, dipisahkan dari lemak kemudian ditimbang beratnya dan diukur panjangnya serta dihitung presentasenya terhadap bobot hidup sebelum dipotong. Presentase organ pencernaan didapatkan dari perhitungan sebagai berikut :

1. Persentase proventrikulus

Persentase proventrikulus diperoleh dari pembagian antara bobot proventrikulus dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.

2. Persentase gizzard

(16)

5 3. Persentase duodenum

Persentase duodenum diperoleh dari pembagian antara bobot duodenum dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.

4. Persentase jejunum

Persentase jejunum diperoleh dari pembagian antara bobot jejunum dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.

5. Persentase ileum

Persentase ileum diperoleh dari pembagian antara bobot ileum dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.

6. Persentase usus besar

Persentase usus besar diperoleh dari pembagian antara bobot usus besar dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.

7. Persentase seka

Persentase seka diperoleh dari pembagian antara bobot seka dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.

8. Panjang relatif duodenum, jejunum, ileum, usus besar, dan seka

Panjang relatif usus halus, usus besar, dan seka dinyatakan dalam panjang per gram bobot badan (cm g-1 bobot badan).

Analisis Data

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : P1 = Ransum perlakuan mengandung 7.5%bungkil inti sawit tanpa disaring P2 = Ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring P3 = Ransum perlakuan mengandung 7.5%bungkil inti sawit yang disaring dan

grit batok bungkil inti sawit

P4 = Ransum perlakuan mengandung 7.5%bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersil

Model matematik dari Rancangan Acak Lengkap menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut :

Yij = μ + τ + εij

Keterangan

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = Rataan umum

τ = Pengaruh pemberian bungkil inti sawit ke-i (i = 1, 2, 3)

= μ i - μ

εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j ( j = 1, 2, 3, 4 )

Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA). Sebelum dilakukan analisis, data persentase yang nilainya terletak antara 0 dan 20 atau 80

dan 100, ditransformasi terlebih dahulu ke dalam arcsin √x. Ransum Komersil

(17)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Saluran Pencernaan Broiler

Saluran pencernaan broiler terdiri dari mulut, esophagus, crop atau tembolok, proventrikulus, gizzard, usus halus yang meliputi duodenum, jejunum, dan ileum, usus besar, seka, dan kloaka (Amrullah 2003). Gambar 1 menjelaskan bagian-bagian organ pencernaan broiler.

Gambar 1 Saluran pencernaan broiler

(Gambar direproduksi dari Gauthier (2002) dengan seizin penerbit Puerto Vallarta)

Persentase Berat Proventrikulus dan Gizzard

Rataan bobot potong, berat, dan persentase berat proventrikulus serta gizzard broiler umur 5 minggu ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Rataan bobot potong, berat dan persentase proventrikulus dan gizzard

Peubah Perlakuan

a

RKb P1 P2 P3 P4

Bobot potong (g ekor-1)

1 495±99.83 1 052.5±53.77b 925±59.72a 955±41.23a 1 035±50b

Proventrikulus

(g) 7.075±0.62 6.475±0.80 5.950±0.58 6.850±0.62 6.725±1.82

(%) 0.687±0.03 0.784±0.06 0.801±0.03 0.847±0.050 0.799±0.11

Gizzard

(g) 26.35±3.99 21.675±0.62 21.200±4.00 22.675±3.22 24.025±1.58

(%) 1.317±0.07 1.436±0.05 1.511±0.15 1.538±0.09 1.524±0.07

a

(18)

7 Berdasarkan uji statistik, rataan persentase berat proventrikulus dan gizzard pada perlakuan tidak berpengaruh nyata. Nilai rataan persentase proventrikulus pada broiler umur lima minggu yaitu 0.784% - 0.847%, Persentase berat proventrikulus berturut-turut P1, P2, P3, P4 sebesar 0.784%; 0.801%; 0.847%; dan 0.799%. Nilai rataan persentase berat gizzard sebesar 1.436% - 1.538%. Sedangkan berdasarkan uji deskriptif, ransum komersil (RK) menunjukkan rataan persentase berat proventrikulus dan gizzard yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu sebesar 0.687% dan 1.317%.

Persentase berat proventrikulus selama 5 minggu pemeliharaan memiliki nilai yang lebih besar dari rataan persentase proventrikulus yang diteliti oleh Gonzales-Alvrado et al. (2007) yaitu sebesar 0.52% - 0.58% dan Uchegbu et al. (2004) dengan persentase sebesar 0.34% - 0.56%. Sedangkan rataan nilai persentase gizzard yang dihasilkan pada penelitian ini lebih kecil dari persentase berat gizzard pada penelitian Syukron (2006) yaitu sebesar 1.99% dan penelitian Soltan (2009) dengan persentase berat gizzard sebesar 2.14% - 3.12%. Penelitian (Sinurat et al. 2006) juga menghasilkan persentase berat gizzard yang lebih besar yaitu 1.49% - 1.70%. Ransum yang digunakan mengandung serat kasar sebesar 5%. Menurut Hetland dan Svihus (2001), tingginya kandungan serat kasar dapat menyebabkan peningkatan persentase berat organ pencernaan. Hal ini juga sesuai dengan Gonzales-Alvrado et al. (2007) yang menyatakan berat proventrikulus meningkat dengan pakan yang mengandung serat tinggi. Gizzard berfungsi menggiling atau memecah partikel makanan agar ukurannya menjadi lebih kecil (Pond et al. 1995). Menurut Anaeto et al. (2009), berat gizzard meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan level bungkil inti sawit dalam ransum hingga 30% karena kandungan serat kasar yang tinggi. Persentase berat gizzard yang dihasilkan pada penelitian ini sesuai dengan yang diperoleh Okeudo et al. (2005) yang menggunakan bungkil inti sawit dengan level 10%, 20%, dan 30% dalam ransum menghasilkan presentase berat gizzard yang tidak berbeda nyata, namun lebih besar dibandingkan ransum yang tidak menggunakan bungkil inti sawit. Serat yang tinggi juga dapat menstimulasi fungsi gizzard (Hetland et al. 2005). Selain itu struktur pakan yang keras juga meningkatkan perkembangan muskular dan ukuran organ (Gonzales-Alvadro et al. 2007). Batok inti sawit memiliki kandungan serat kasar yang tinggi dan struktur yang keras, sehingga persentase gizzard pada P3 menjadi lebih besar dibandingkan yang lain yaitu sebesar 1.538%.

Persentase Berat dan Panjang Relatif Duodenum, Jejunum, dan Ileum

(19)

8

duodenum, jejunum, dan ileum penelitian Widianingsih (2008) dengan nilai berturut-turut 0.25% - 0.36, 0.23% -0.35%, dan 0.20% - 0.31%. Amrullah (2003) menyatakan bahwa organ pencernaan dapat diperbesar dengan pemberian pakan yang lebih keras, butiran, dan mengandung serat kasar yang tinggi. Sturkie (2000) menyatakan bobot ileum dapat meningkat karena adanya peregangan struktur vili. Panjang jejunum per gram bobot badan tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan panjang duodenum dan ileum per gram bobot badan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05). Perlakuan P2, P3, dan P4 memiliki panjang duodenum yang lebih tinggi dibandingkan dengan P1. Nilai rataan panjang duodenum per gram bobot badan penelitian ini berkisar 0.028 cm g-1 - 0.035 cm g-1. Panjang duodenum pada kontrol (RK) memiliki panjang relatif 0.022 cm g-1. Secara deskriptif, hasil ini menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan. Panjang ileum per gram bobot badan juga menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05). Panjang ileum pada perlakuan P4 menunjukkan nilai tertinggi yaitu sebesar 0.094 cm g-1. Secara deskriptif, panjang ileum pada perlakuan kontrol (RK) memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan. Hal ini disebabkan karena kandungan serat kasar yang terdapat pada pakan perlakuan lebih tinggi dibandingkan pakan komersil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Esonu et al. (2004) bahwa serat kasar dapat meningkatkan aktivitas usus, pergerakan peristaltik, dan produksi enzim. Syamsuhaidi (1997) juga menyatakan bahwa peningkatan kadar serat kasar dalam ransum akan memperpanjang usus. Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif duodenum, jejunum, dan ileum disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif duodenum,

(g) 18.975±4.93 18.225±1.44 16.800±2.60 21.10±3.85 15.550±2.47

(20)

9

Persentase Berat dan Panjang Relatif Usus Besar dan Seka

Usus besar atau colon berfungsi sebagai tempat penyerapan air. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan penyaringan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase berat dan panjang relatif usus besar, namun secara deskriptif rataan persentase berat dan panjang usus besar per gram bobot badan pada kontrol (RK) memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan. Rataan persentase pada kontrol (RK) yaitu sebesar 0.364% sedangkan persentase berat usus besar pada perlakuan (P1, P2, P3, dan P4) berkisar 0.430% - 0.456%.

Seka berfungsi membantu absorpsi air, pencernaan karbohidrat dan protein dengan bantuan mikroorganisme di dalam seka. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan penyaringan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase berat seka dan panjang seka per gram bobot badan. Panjang seka per gram bobot badan pada ransum komersil (RK sebagai kontrol positif) yaitu 0.011 cm g-1. Secara deskriptif, hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan panjang seka per gram bobot badan pada perlakuan (P1, P2, P3, dan P4) yaitu berturut-turut sebesar 0.015 cm g-1, 0.016 cm g-1, 0.018 cm g-1 dan 0.018 cm g-1. Menurut Syamsuhaidi (1997), semakin tinggi kandungan serat kasar akan menyebabkan peningkatan panjang seka. Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif usus besar dan seka disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif usus besar dan seka

(%) 0.364±0.01 0.430±0.01 0.451±0.06 0.456±0.04 0.447±0.02

(21)

10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian pakan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring tidak mempengaruhi persentase berat organ pencernaan yang meliputi proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar dan seka serta panjang relatif usus halus, usus besar dan seka.

Saran

Berdasarkan penelitian ini, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan metode yang lebih optimal dalam pemisahan batok dari bungkil inti sawit dan penggunaan bungkil inti sawit dengan level yang berbeda untuk mengetahui level optimal pemberian bungkil dalam ransum dan pengaruhnya terhadap organ pencernaan broiler.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-1. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunungbudi.

Anaeto M, Chioma GO, Omosebi DJ. 2009. Palm kernel cake as substitute for maize in broiler finisher diet. Int J Poult Sci. 8(12):1206-1208.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia 2010. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.

Chin FY. 2002. Utilization of palm kernel cake as feed in Malaysia. Asian Livestock. 26(4):19-26.

Esonu BO, Azubuike JC, Emanalom OO, Etuk EB, Okoli IC, Ukwu HO, Nneji CS. 2004. Effect of enzyme supplementation on the performance of broiler finisher fed microdermis peberula leaf meal. Int J Poult Sci. 3:112-114. Gauthier R. 2002. Intestinal Health, The Key to Productivity (The Case of

Organic Acid). Mexico (MX): Puerto Vallarta.

González-Alvarado JM, Jiménez-Moreno E, Valencia DG, Lázaro R, Mateos GG. 2007. Effects of fiber source and heat processing of the cereal on the development and pH of the gastrointestinal tract of broilers fed diets based on corn or rice. Poult Sci. 87:1779–1795.

Hetland H, Svihus B. 2001. Effect of oat hulls on performance, gut capacity and feed passage time in broiler chickens. Br Poult Sci. 42:354–361.

Hetland H, Svihus B, Choct M. 2005. Role of insoluble fiber on gizzard activity in layers. J Appl Poult Res. 60:415–422.

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3th ed. Ontario (CN): University Books.

Matjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Press.

(22)

11 Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th

ed. New York (US): John Wiley and Sons.

Sinurat AP, Purwadaria T, Pasaribu T. 2006. Evaluasi nilai gizi solid heavy phase sebagai pengganti jagung dalam ransum broiler. JITV. 11(3):167-174. Sinurat AP, Purwadaria T, Pasaribu T, Ketaren P, Hamid H, Emmi E, Fredick,

Udjianto, Haryono. 2009. Proses pengolahan bungkil inti sawit dan evaluasi biologis pada ayam [laporan penelitian]. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.

Soltan MA. 2009. Growth performance, immune respone and carcass traits of broiler chicks fed on graded levels of palm kernel cake without or with enzyme supplementation. Livestock Res Rural Dev. 21 (3).

Strurkie PD. 2000. Avian Physiology. Ed ke-15. New York (US): Spinger Verlag. Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan duckweed (family Lemnaceae) sebagai pakan

serat sumber protein dalam ransum ayam pedaging [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syukron M. 2006. Kandungan lemak dan kolesterol daging serta persentase organ dalam ayam broiler yang diberi ransum finisher dengan penambahan kepala udang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Uchegbu MC, Okoli IC, Anyanwu CE, Etuk EB, Esonu BO, Udedibie ABI. 2004. Performance, carcass and organ characteristics of finisher broilers fed graded levels of raw Napoleona imperialis seed meal. Livestock Res Rural Dev. 16(6).

Widianingsih MN. 2008. Persentase organ dalam broiler yang diberi ransum crumble berperekat onggok, bentonit, dan tapioka [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(23)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Rataan Bobot Akhir

SK Db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 77 443.7500 5.16E+03

Perlakuan 3 45 468.75000 1.52E+04 5.69E+00 3.490295 5.952544683

Eror 12 31 975.0000 2.66E+03

Perlakuan 3 0.008798 0.002933 0.610729 3.490295 5.952545

Eror 12 0.058 0.004802

Lampiran 3 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Persentase Berat Gizzard

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.143 0.009515

Perlakuan 3 0.024859 0.008286 0.843646 3.490295 5.952545

Eror 12 0.118 0.009822

Lampiran 4 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Persentase Berat Duodenum

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.117 0.0078176

Perlakuan 3 0.0233403 0.0077801 0.9940136 3.4902948 5.9525447

Eror 12 0.094 0.0078269

Lampiran 5 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Persentase Berat Jejunum

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.295 0.0196959

Perlakuan 3 0.1379909 0.045997 3.5056995 3.4902948 5.9525447

Eror 12 0.157 0.0131206

Lampiran 6 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Persentase Berat Ileum

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.275 0.0183527

Perlakuan 3 0.0305212 0.0101737 0.4987738 3.4902948 5.9525447

(24)

13 Lampiran 7 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa

Penyaringan terhadap Persentase Berat Usus Besar

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.016 0.001098

Perlakuan 3 0.001458 0.000486 0.388541 3.490295 5.952545

Eror 12 0.015 0.001251

Lampiran 8 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Persentase Berat Seka

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.108 0.007184

Perlakuan 3 0.033963 0.011321 1.840936 3.490295 5.952545

Eror 12 0.074 0.00615

Lampiran 9 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Panjang Relatif Duodenum

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.000 1.31E-05

Perlakuan 3 9.34E-05 3.11E-05 3.622327 3.490295 5.952545

Eror 12 0.000 8.6E-06

Lampiran 10 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Panjang Relatif Jejunum

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.005 0.000328

Perlakuan 3 0.001796 0.000599 2.299583 3.490295 5.952545

Eror 12 0.003 0.00026

Lampiran 11 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Panjang Relatif Ileum

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.002 0.000159

Perlakuan 3 0.001134 0.000378 3.631995 3.490295 5.952545

Eror 12 0.001 0.000104

Lampiran 12 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Panjang Relatif Usus Besar

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.000 1.6E-06

Perlakuan 3 8.43E-07 2.81E-07 0.145608 3.490295 5.952545

Eror 12 0.000 1.93E-06

Lampiran 13 Pengaruh Pemberian Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan terhadap Panjang Relatif Seka

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 15 0.000 6.37E-06

Perlakuan 3 0.00002 6.67E-06 1.05912 3.490295 5.952545

(25)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 27 Juli 1991. Penulis adalah anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Rahmat dan Titi Dharmawati. Pendidikan yang ditempuh yaitu sekolah menengah pertama di SMPN 98 Jakarta, kemudian dilanjutkan di SMAN 38 Jakarta, setelah itu masuk ke Institut Pertanian Bogor pada tahun ajaran 2009-2010 melalui penerimaan mahasiswa jalur SNMPTN dan masuk ke Fakultas Peternakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Selama kuliah, penulis mendapatkan

prestasi di bidang akademik yaitu sebagai mahasiswa berprestasi peringkat 1 kategori IPS (Indeks Prestasi Semester) pada semester enam tahun ajaran 2011-2012 dan semester tujuh tahun ajaran 2011-2012-2013. Di bidang non akademik penulis pernah meraih juara 2 lomba MTQ gedung A3 tahun 2009, juara 1 lomba nasyid putri tahun 2009 dan juara 2 lomba nasyid putri bersama Mahabbah Voice tahun 2010. Selama di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis tergabung sebagai pengajar dalam program BBQ (Bimbingan Baca Al-Qur’an) asrama TPB dan selama di Fakultas Peternakan penulis tergabung dalam organisasi mahasiswa Himasiter (Himpunan Mahasiswa Nutrisi Makanan Ternak) pada tahun 2010-2011 sebagai angggota Departemen Nutricom (Nutrisi Comunity) dan pada tahun 2011-2012 sebagai anggota Departemen PWI (Promosi, Wisuda, dan Informasi). Selain kegiatan organisasi, penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan, IPB dan di PT. Sierad Produce pada tahun 2012. Penulis juga tercatat sebagai mahasiswa penerima beasiswa PPA dari tahun 2010-2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 1 Komposisi ransum broiler starter dan broiler finisher*
Tabel 3 Komposisi nutrien ransum komersil broiler starter dan broiler finisher
Tabel 5 Rataan bobot potong, berat dan persentase proventrikulus dan gizzard
Tabel 6 Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif duodenum,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan bagi perawat serta rumah sakit dapat menjadikan musik klasik sebagai terapi komplementer, serta menambah referensi untuk lebih meningkatkan mutu

Selanjutnya untuk mengurangi biaya konsumsi bahan bakar pengoperasian kapal penangkap ikan disarankan dalam pengunaan sistem propulsi hybrid diesel-listrik, diesel

Apakah ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi anak usia 1-3 tahun berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

Fungsi yang berlangsung dalam arus mundur ( backward flow) dari pelanggan ke perusahaan : o Pemesanan : komunikasi dari para anggota saluran pemasaran ke produsen mengenai

Beberapa penilaian ulama tentang kitab Tadri&gt;b al-Ra&gt;wi&gt; fi&gt; Syarh} Taqri&gt;b al- Nawawi&gt; bahwa kitab ini mengumpulkan banyak kaidah dalam ilmu hadis

o Fungsi : mengangkat mandibula untuk merapatkan gigi sewaktu mengunyah... o Ini adalah otot kuadrangularis yang mencakup aspek lateral ramus dan proses koronoideus mandibula. o

8.1.1. Siswa dapat menyusun teks berupa dialog terkait dengan ungkapan menyatakan sapaan beserta responnya dalam bahasa.. digunakan untuk pengajaran dikelas nantinya. RPP akan

satunya yang dimiliki para pembelajar sehingga tata bahasa terkadang digunakan untuk. menyusun kalimat untuk