• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggabungan Dimensi Fraktal dan Kode Fraktal untuk Identifikasi Tumbuhan Obat Indonesia Menggunakan Probabilistic Neural Network

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggabungan Dimensi Fraktal dan Kode Fraktal untuk Identifikasi Tumbuhan Obat Indonesia Menggunakan Probabilistic Neural Network"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGABUNGAN DIMENSI FRAKTAL DAN KODE FRAKTAL UNTUK

IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT INDONESIA MENGGUNAKAN

PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

SISKA SUSANTI

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SISKA SUSANTI

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komputer pada

Departemen Ilmu Komputer

PENGGABUNGAN DIMENSI FRAKTAL DAN KODE FRAKTAL UNTUK

IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT INDONESIA MENGGUNAKAN

(3)

ABSTRACT

SISKA SUSANTI. Fusion of Fractal Dimension and Fractal Code for Indonesia Medicinal Plants Identification using Probabilistic Neural Network. Supervised by YENI HERDIYENI.

This research proposed a new method to identify Indonesia medicinal plants using fractal dimension (FD) and fractal code (FC) using Probabilistic Neural Network (PNN). This research investigates the effectiveness of fusion of FD and FC in order to identify Indonesia medicinal plants. FD is measured by Box Counting method. FD has non-integer value that represents the self-similarity of fractal. FC is based on the self-similarity in a picture. It means that small pieces of the picture can be approximated by transformed versions of some other (larger) pieces of the picture. The fusion of FD and FC is done by using vector fusion and Product Decision Rule (PDR). The total medicinal plants used in this research are 20 species taken from Biofarmaka Farm, Cikabayan and Green House Center Ex-Situ Conservation of Medicinal Plants Indonesia Tropical Forest. Each species consists of 30 images, thus the total images used in this research are 600 images. The PNN is trained using 450 images to classify 20 kinds of plants. The experimental results shows that fractal dimension has an accuracy rate of 57%, fractal code 21%, vector fusion 58%, and PDR 58%. The experimental result also shows that fractal fusion is not necessary because the fractal dimension has significant information compared to the fractal code.

Keywords : fractal code, fractal dimension, medicinal plants, probabilistic neural network,

(4)

Judul Skripsi : Penggabungan Dimensi Fraktal dan Kode Fraktal untuk Identifikasi Tumbuhan Obat Indonesia Menggunakan Probabilistic Neural Network

Nama : Siska Susanti

NRP : G64080077

Menyetujui: Pembimbing

Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom. NIP. 19750923 200012 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Ilmu Komputer

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. NIP. 19660702 199302 1 001

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa-ta'ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Identifikasi Tumbuhan Obat Berbasis Citra dengan Penggabungan Fraktal Menggunakan Probabilistic Neural Network. Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari 2012 sampai dengan Agustus 2012 dan bertempat di Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu:

1 Ayahanda M. Sulur, Ibunda K. Nuryati, serta kakak-kakakku Erna Sulistyaningsih, S.TP dan Dwi Sulistyarini, S.Pi yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan doa. 2 Ibu Dr. Yeni Herdiyeni S.Si., M.Kom. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3 Bapak Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom. dan Bapak Toto Haryanto S.Kom., M.Si. yang telah

bersedia menjadi penguji.

4 Mayanda Mega Santoni, Ni Kadek Sri Wahyuni, Ryantie Oktaviani, Oki Maulana, Kak Desta, Kak Fauzi, Pak Rico, Mbak Gibtha sebagai teman satu bimbingan yang selalu memberikan masukan, saran, dan semangat kepada penulis.

5 Fania RK, Susi Handayani, Brenda Kristi, Mitha Rachmawati, Neri Petri Anti, Putri Dewi PS, Deviyantini, dan Surya Hadi Kusuma yang setia menemani, membantu, dan memberikan semangat dalam proses penulisan ini.

6 Rekan-rekan di Departemen Ilmu Komputer IPB angkatan 45 atas segala kebersamaan, canda tawa, dan kenangan indah yang telah mengisi kehidupan penulis selama di kampus. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pihak lain yang mambutuhkan.

Bogor, September 2012

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Februari 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan M. Sulur dan Nuryati. Pada tahun 2008, penulis menamatkan pendidikan di SMA Negeri 5 Bogor. Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(7)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan... 1

Ruang Lingkup ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Fraktal... 1

Ekstraksi Fitur dengan Fraktal ... 2

Probabilistic Neural Network (PNN) ... 3

Product Decision Rule (PDR) ... 4

METODE PENELITIAN Citra Tumbuhan Obat ... 4

Praproses Data ... 5

Ekstraksi Fitur ... 5

Klasifikasi Citra dengan Probabilistic Neural Network (PNN) ... 6

Penggabungan Fitur dengan Product Decision Rule (PDR) ... 7

Evaluasi ... 7

Lingkungan Pengembangan Sistem ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Fitur dengan Dimensi Fraktal... 7

Ekstraksi Fitur dengan Kode Fraktal ... 9

Ekstraksi Fitur dengan Penggabungan Vektor Ciri ... 10

Identifikasi Citra dengan Ekstraksi Dimensi Fraktal ... 10

Identifikasi Citra dengan Ekstraksi Kode Fraktal ... 12

Identifikasi Citra dengan Ekstraksi Penggabungan Vektor Ciri ... 13

Identifikasi Citra dengan Penggabungan Fitur ... 14

Hasil Antarmuka Sistem ... 16

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 17

Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Identifikasi nilai r, N, log(1/r) dan log(N) ... 7

2 Perhitungan nilai log(1/r) dan log(N) ... 7

3 Hasil dimensi fraktal pada tiga kelas untuk sepuluh daun... 9

4 Nilai kode fraktal daun Akar Kuning... 10

5 Hasil kode fraktal pada tiga kelas untuk sepuluh daun ... 11

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kesamaan diri pada fraktal (Mulyana 2012). ... 2

2 Pembagian citra menggunakan Box Counting dengan nilai r yang berbeda mulai dari r =1 sampai r=16 (Mulyana 2012). ... 3

3 Citra yang memiliki (a) kemiripan bentuk dan (b) tekstur pada bagian bagiannya (Mulyana 2012). ... 3

4 Struktur PNN. ... 4

5 Metode penelitian. ... 5

6 Pembagian citra (a) local region dan (b) globalregion. ... 6

7 Ilustrasi pembentukan blok domain. ... 6

8 Ilustrasi pembentukan blok range. ... 6

9 Gabungan vektor ciri dimensi fraktal dan kode fraktal. ... 7

10 Citra daun Lilin dibagi ke dalam box r. ... 7

11 Distribusi dimensi fraktal untuk local region. ... 8

12 Grafik perbandingan nilai log(1/r) dan log(N) daun Lilin. ... 8

13 Nilai dimensi fraktal setiap region. ... 8

14 Citra daun Akar Kuning (a) asli dan (b) intensitas piksel. ... 10

15 Hasil gabungan vektor ciri fraktal untuk sepuluh daun. ... 11

16 Grafik akurasi citra tumbuhan obat untuk setiap kelas menggunakan dimensi fraktal. ... 12

17 Contoh citra daun data latih dan data uji pada kelas 20 (Pegagan). ... 12

18 Contoh citra daun data latih dan data uji pada kelas 8 (Pungpulutan). ... 12

19 Hasil identifikasi citra daun Pungpulutan dengan dimensi fraktal. ... 12

20 Grafik akurasi citra tumbuhan obat untuk setiap kelas menggunakan kode fraktal. ... 13

21 Contoh citra daun data latih dan data uji pada kelas 6 (Daruju). ... 13

22 Contoh citra daun data latih dan data uji pada kelas 12 (Akar Kuning). ... 13

23 Hasil identifikasi citra daun Akar Kuning dengan kode fraktal... 13

24 Grafik akurasi citra tumbuhan obat untuk setiap kelas sebelum dan sesudah penggabungan vektor ciri dimensi fraktal dan kode fraktal. ... 14

25 Grafik akurasi citra tumbuhan obat untuk setiap kelas sebelum dan sesudah penggabungan fitur dimensi fraktal dan fitur kode fraktal. ... 14

26 Akurasi hasil klasifikasi citra tumbuhan. ... 15

27 Antarmuka MedLeaf (a) Identifikasi berdasarkan citra (b) Hasil identifikasi (c) Detail tumbuhan obat. ... 16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Dua puluh kelas citra tumbuhan obat... 20

2 Pembentukkan blok domain dan blok range ... 21

3 Confusion matrix dimensi fraktal ... 24

4 Confusion matrix kode fraktal ... 25

5 Confusion matrix penggabungan vektor ciri ... 26

6 Nilai peluang fitur dimensi fraktal, kode fraktal, dan penggabungan PDR pada kelas 16 ... 27

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman tumbuhan obat yang tersebar di berbagai daerah. Hingga tahun 2001, sebanyak 2039 jenis tumbuhan berhasil diidentifikasi dan didapatkan informasi yang lengkap oleh Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (Damayanti et al. 2011). Adanya keanekaragaman tumbuhan obat, yakni tumbuhan obat yang bervariasi dan tidak seragam mengakibatkan tumbuhan obat sulit dikenali.

Tumbuhan obat dapat diidentifikasi berdasarkan salah satu bagian tumbuhan. Daun merupakan bagian yang paling mudah didapatkan dan secara umun dimiliki oleh tumbuhan obat sehingga proses identifikasi dapat dilakukan berdasar citra daun. Bentuk dan tekstur daun yang dimiliki setiap tumbuhan obat berbeda-beda. Akan tetapi, pola bentuk dan pola tekstur pada satu jenis tumbuhan obat sama meskipun ukurannya berbeda-beda. Pola bentuk dan pola tekstur dari daun dapat dijadikan sebagai penciri tumbuhan obat. Fraktal merupakan salah satu ekstraksi fitur untuk proses identifikasi. Citra daun dapat dihitung nilai dimensinya dan dicari bagian-bagiannya yang memiliki kemiripan antara satu bagian dengan bagian lainnya berdasarkan fraktal. Fraktal memiliki sifat self similarity, yaitu terdiri atas bagian-bagian yang memiliki kemiripan dari satu bagian dengan bagian lainnya (Mandelbrot 1982). Ada dua pendekatan ekstraksi fitur dengan metode fraktal, yaitu dimensi fraktal (fractal dimension) dan kode fraktal (fractal code). Dimensi fraktal didasarkan pada tingkat keseragaman pola bentuk yang dimiliki suatu citra, sedangkan kode fraktal didasarkan pada kemiripan pola tekstur pada diri sendiri dari suatu citra (Barnsely et al.

1988).

Beberapa penelitian yang menggunakan metode fraktal yaitu Ratu (2011) yang melakukan penelitian ekstraksi bentuk daun berdasarkan dimensi fraktal dengan akurasi sebesar 67%. Pada penelitian tersebut digunakan vektor ciri dengan sembilan

elemen dimensi fraktal (FD) dan

Probabilistic Neural Network (PNN) sebagai

classifier. Pada penelitian lain, Mulyana (2012) menerapkan dimensi fraktal yang terdiri atas lima elemen FD dan kode fraktal

(FC) dengan classifier Fuzzy C-Means (FCM) sehingga diperoleh akurasi masing-masing sebesar 85% dan 80%.

Oleh karena itu, penelitian ini

mengimplementasikan penggabungan

dimensi fraktal dan kode fraktal untuk identifikasi tumbuhan obat Indonesia menggunakan classifier Probabilistic Neural Network.

Tujuan

Tujuan penelitian ini ialah

mengimplementasikan penggabungan

dimensi fraktal dan kode fraktal untuk identifikasi tumbuhan obat Indonesia menggunakan classifier Probabilistic Neural Network.

Ruang Lingkup

Data penelitian ini diperoleh dari hasil pengambilan citra 20 jenis tumbuhan obat berukuran 256 × 256 piksel yang berasal dari kebun Biofarmaka, Cikabayan dan rumah kaca Pusat Konservasi Ex-situ Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia, Fakultas Kehutanan IPB.

TINJAUAN PUSTAKA

Fraktal

Fraktal berasal dari bahasa latin yaitu

fractus yang berarti pecah (broken) atau tidak teratur (irregular). Pada dasarnya, fraktal merupakan geometri sederhana yang dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian yang memiliki bentuk seperti bentuk sebelumnya dengan ukuran yang lebih kecil (Mandelbrot 1982). Fraktal memiliki sifat-sifat self-similarity, self-affinity, self-inverse, dan self-squaring. Sifat self-similarity menunjukkan bahwa fraktal terdiri atas bagian-bagian yang berbentuk serupa satu sama lain. Self-affinity

menggambarkan bahwa fraktal disusun atas bagian-bagian yang saling terangkai satu sama lain. Self-inverse artinya suatu bagian dari fraktal dapat merupakan susunan terbalik dari susunan lainnya, sedangkan self-squaring dapat diartikan bahwa suatu bagian dari fraktal merupakan peningkatan kerumitan dari bagian terdahulu (Peitgen et al. 1992).

(10)

(a) (b) (c)

Gambar 1 Kesamaan diri pada fraktal (Mulyana 2012).

gambar yang terdiri atas satu garis utama dan 2 garis cabang. Bila aturan pada Gambar 1 (a) diterapkan pada cabang-cabangnya maka diperoleh Gambar 1 (b). Bila setiap cabang pada Gambar 1(b) diterapkan, aturan yang sama akan diperoleh Gambar 1 (c). Gambar 1 (b) dan 1 (c) diperoleh dengan menerapkan aturan yang sama secara berulang-ulang. Proses perulangan ini dapat berlangsung tanpa batas dengan berbagai ukuran atau skala. Cabang yang lebih kecil memiliki sifat yang sama dengan cabang yang lebih besar.

Ekstraksi Fitur dengan Fraktal

Fitur merupakan karakteristik unik dari suatu objek. Ekstraksi fitur adalah proses mendapatkan penciri atau fitur dari suatu citra. Ada beberapa bagian citra yang dapat dijadikan fitur citra, antara lain bentuk dan tekstur. Ciri bentuk merepresentasikan informasi geometris yang bergantung pada posisi, orientasi, dan ukuran. Ciri tekstur didefinisikan sebagai pengulangan pola yang ada pada daerah bagian citra. Tekstur dapat juga membedakan permukaan dari beberapa kelas objek (Acharya & Ray 2005). Dalam citra digital, tekstur dicirikan dengan variasi intensitas atau warna.

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk ekstraksi fitur citra berbasis fraktal, yaitu dimensi fraktal (fractal dimension) dan kode fraktal (fractal code).

a Dimensi fraktal

Fraktal memiliki dimensi yang berbeda dengan dimensi benda dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan dimensi ruang

Euclid, yaitu 1, 2, dan 3. Nilai dimensi pada objek-objek Euclid berupa bilangan bulat. Misalnya garis berdimensi 1 karena memiliki panjang, bidang berdimensi 2 karena memiliki panjang dan lebar, sedangkan ruang memilik dimensi 3 karena memiliki panjang, lebar dan kedalaman.

Metode untuk menghitung dimensi fraktal suatu citra ialah metode Box Counting

yang dinyatakan dengan Persamaan 1. Konsepnya ialah membagi citra menjadi persegi-persegi yang lebih kecil dengan ukuran tertentu seperti pada Gambar 2.

dengan N banyaknya kotak yang berisi objek,

D dimensi fraktal objek, dan r adalah rasio.

Adapun langkah-langkah metode Box

Counting adalah sebagai berikut (Backes & Bruno 2008):

1 Citra dibagi ke dalam kotak-kotak dengan ukuran r. Nilai r berubah dari 1 sampai 2k, dengan k = 0, 1, 2,… dan seterusnya, dan 2k tidak boleh lebih besar dari ukuran citra. Bila citra berukuran 2m × 2m maka nilai k akan berhenti sampai m.

2 Menghitung banyaknya kotak N yang berisi bagian-bagian objek pada citra. Nilai N sangat tergantung pada r.

3 Menghitung nilai log (1/r) dan log (N). 4 Membuat garis lurus menggunakan nilai

log (1/r) dan log (N).

5 Menghitung kemiringan (slope) dari garis lurus dengan Persamaan 2 (Backes &

n banyaknya data yang digunakan, x ialah nilai , y nilai , dan FD nilai dimensi fraktal.

b Kode fraktal

Kode fraktal didasarkan pada karakteristik utama dari fraktal, yaitu memiliki kemiripan dengan diri sendiri. Kode fraktal menunjukkan bagian-bagian yang memiliki kemiripan tekstur pada citra dan ditampilkan dalam bentuk data matematis. Gambar 3 (a) memperlihatkan citra yang memiliki kemiripan bentuk pada bagian-bagiannya sedangkan Gambar 3 (b) memperlihatkan citra yang memiliki kemiripan tekstur pada bagian-bagiannya.

(1)

(2)

(11)

r = 1 r = 2 r = 4 r = 8 r=16

Gambar 3 Citra yang memiliki (a) kemiripan bentuk dan (b) tekstur pada bagian bagiannya (Mulyana 2012).

Tahapan pengkodean fraktal sebagai berikut (Soelaiman et al. 2007):

1 Menampilkan nilai intensitas piksel dari citra asli. hingga ke pojok kanan bawah.

- Membuat blok domain dengan

menghitung rata-rata kelompok empat piksel dari subcitra yang telah terbentuk. 3 Membangun blok range :

Mempartisi citra menjadi subcitra dengan partisi quadtree. Partisi ini membagi citra menjadi empat bagian yang sama besar. Kemudian setiap bagian yang terbentuk dibagi lagi menjadi empat bagian dan seterusnya hingga mencapai ukuran 4 × 4 piksel dan 2 × 2 piksel. Hasil subcitra dengan partisi quadtree merupakan blok

range.

4 Menghitung faktor penskalaan kontras (s) dan faktor kecerahan (g) dengan

adalah tingkat kecerahan, n adalah jumlah piksel yang ada pada blok yang sedang diperiksa, ri adalah elemen-elemen blok

range jika blok range adalah R={r1,r2,…, ), dan di adalah elemen-kecerahan, n jumlah intensitas piksel yang ada pada blok yang sedang diperiksa, ri

6 Menyimpan faktor penskalaan kontras (s), faktor kecerahan (g), nilai rata-rata blok

Probabilistic Neural Network (PNN) diusulkan oleh Donald Specht pada tahun 1990 sebagai alternatif dari back-propagation neural network. PNN memiliki beberapa kelebihan, yaitu pelatihan yang hanya memerlukan satu kali iterasi dan solusi umumnya diperoleh dengan menggunakan pendekatan Bayesian (Ramakrishnan 2008).

PNN merupakan jaringan syaraf tiruan yang menggunakan radial basis function

(RBF). RBF adalah fungsi yang berbentuk seperti bel yang menskalakan variabel nonlinear (Wu et al. 2007). Keuntungan utama menggunakan PNN ialah pelatihannya yang mudah dan cepat. Bobot bukan merupakan hasil pelatihan melainkan nilai yang akan menjadi masukan.

Struktur PNN terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan masukan, pola, penjumlahan, dan keluaran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Lapisan-lapisan yang menyusun PNN adalah sebagai berikut:

(6)

(4)

(12)

f1

Gambar 4 Struktur PNN. 1 Lapisan masukan (input layer)

Lapisan masukan merupakan inputx yang

terdiri atas nilai yang akan

diklasifikasikan pada salah satu kelas dari kelas.

2 Lapisan pola (pattern layer)

Pada lapisan pola dilakukan perkalian titik (dot product) antara input dan vektor bobot , kemudian dibagi dengan

bias terte tu σ da selanjutnya

dimasukkan ke dalam fungsi radial basis, yaitu (- . Dengan demikian, Persamaan 7 merupakan persamaan yang digunakan pada lapisan pola dengan xij

menyatakan vektor bobot atau vektor latih kelas ke-i urutan ke-j.

- - -

22 (7)

3 Lapisan penjumlahan (summation layer) Pada lapisan penjumlahan setiap pola pada masing-masing kelas dijumlahkan sehingga dihasilkan population density function untuk setiap kelas. Persamaan 8 adalah persamaan yang digunakan pada lapisan ini.

4 Lapisan keluaran (output layer)

Pada lapisan keluaran, input x akan diklasifikasikan ke kelas I jika nilai paling besar dibandingkan kelas lainnya.

Product Decision Rule (PDR)

Classifier combination adalah kombinasi dari dua atau lebih hasil nilai aturan keputusan ciri individual (decision rules).

Tujuan dari classifier combination ialah meningkatkan efisiensi dan akurasi.

Classifier combination berusaha mengurangi

variance dalam sebuah estimasi sehingga akurasi dari klasifikasi menjadi meningkat daripada menggunakan satu buah classifier

(Kittler 1998).

Masing-masing fitur yang diklasifikasikan dengan sebuah classifier menghasilkan prior probability dan posterior probability. Salah satu teknik classifier combination yang dapat digunakan berdasarkan kedua probabilitas tersebut ialah product decision rule (PDR).

Misalkan prior probability dari kelas j

dinotasikan p(wj) dan probabilitiy density

function input xi dengan kondisi kelas j dinotasikan p(⃗⃗ | ). Dengan mengasumsikan semua vektor ciri ⃗⃗ adalah saling bebas, persamaan untuk product decision rule untuk kelas wj didefinisikan dengan Persamaan 9:

( ∏ ( |⃗⃗ ⃗⃗

a ∏ ⃗⃗ |

dengan R merupakan jumlah classifier yang akan dikombinasikan dan C adalah jumlah kelas target. Berdasarkan posterior probabilities ⃗⃗ | = | ⃗⃗ ⃗⃗ , maka

Secara garis besar, metode penelitian terdiri atas praproses, ekstraksi fitur menggunakan fraktal, penggabungan fraktal, dan proses identifikasi. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Citra Tumbuhan Obat

Data penelitian berupa kumpulan citra yang diakuisisi dari kebun Biofarmaka Cikabayan dan rumah kaca Pusat Konservasi Ex-Situ Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia Fakultas Kehutanan IPB. Pada penelitian ini, citra daun tumbuhan obat yang digunakan adalah 20 jenis dan masing-masing jenis terdiri atas 30 citra daun sehingga totalnya adalah 600 data.

Data citra daun tumbuhan obat diambil menggunakan 5 kamera digital yang berbeda,

(13)

Kueri : Citra

Gambar 5 Metode penelitian. yaitu DSC-W55, 7210 Supernova, Canon Digital Axus 95 IS, Samsung PL100, dan EX-Z35. Resolusi citra awal yang didapatkan rata-rata berukuran 10 megapiksel kemudian ukuran citra diubah menjadi 256 × 256 piksel tanpa mengubah proporsi citra. Setelah itu dilakukan beberapa perbaikan citra, yaitu mengganti latar belakang citra daun dengan latar berwarna putih, posisi citra daun diatur tegak lurus dengan ujung daun mengarah ke atas, dilakukan penyesuaian kecerahan, peregangan kontras, dan pengaturan level. Proses ini dilakukan untuk masing-masing citra sesuai dengan kebutuhan.

Citra daun yang digunakan merupakan citra yang memiliki tekstur tulang daun yang cukup jelas dengan format JPG dan berukuran 256 × 256 piksel. Jenis-jenis daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.), Dandang Gendis (Clinacanthus nutans

Lindau), Iler (Coleus scutellarioides, Linn, (Excoceria cochinchinensis Lour.), Jambu Biji (Psidium guajava L.), Akar Kuning dapat dilihat pada Lampiran 1.

Praproses Data

Tahap praproses dilakukan untuk mempersiapkan citra sebelum masuk ke dalam tahap ekstraksi fitur. Praproses yang dilakukan pada penelitian ini ialah mengubah citra menjadi grayscale serta menyeragamkan ukuran citra menjadi 16 × 16 piksel.

Ekstraksi Fitur

Citra grayscale kemudian diolah dengan fraktal untuk diperoleh nilai vektor cirinya. Ekstraksi fitur yang dilakukan terdiri atas tiga metode, yakni dimensi fraktal, kode fraktal, dan penggabungan vektor ciri (dimensi fraktal + kode fraktal).

a Dimensi Fraktal

Dimensi fraktal dilakukan pada local region dan global region. Gambar 6 (a) merupakan contoh local region sedangkan Gambar 6 (b) merupakan contoh global region. Penghitungan dimensi fraktal menggunakan metode box counting dilakukan dengan membagi gambar menjadi empat bagian yang disebut dengan local region

kemudian masing-masing bagian dihitung dimensi fraktalnya berdasarkan Persamaan 1. Perhitungan dimensi fraktal pun dilakukan pada citra keseluruhan sehingga diperoleh vektor ciri yang terdiri atas lima elemen dimensi fraktal.

b Kode Fraktal

(14)

(a)

Gambar 8 Ilustrasi pembentukan blok range. piksel dan ukuran blok 4 × 4 piksel menjadi 2 × 2 piksel. Proses partisi ini menghasilkan 20 blok domain. Ilustrasi partisi pembentukan blok domainditunjukan pada Gambar 7.

Blok range dibentuk dengan mempartisi citra menggunakan partisi quadtree. Partisi ini membagi citra menjadi empat bagian yang sama besar sampai ukuran 2 × 2 piksel. Ilustrasi partisi pembentukan blok range dengan partisi quadtree ditunjukan pada Gambar 8.

Tahap selanjutnya yaitu mengukur kemiripan antara blok domain dan blok

range. Kemiripan diukurdengan menghitung skala kontras, faktor kecerahan, dan RMS

dari masing-masing pasangan blok domain dan blok range. Hasil ekstraksi fitur citra daun dengan kode fraktal menghasilkan vektor ciri yang terdiri atas empat elemen kode fraktal, yaitu skala kontras (s), faktor kecerahan (g), rata-rata blok domain (Avgdomain), dan rata-rata blok range

(Avgrange) (Mulyana 2012). c Penggabungan Vektor Ciri

Pada tahap ini, ekstraksi dimensi fraktal (FD) dan kode fraktal (FC) dilakukan secara bersamaan. Vektor ciri dari penggabungan dimensi fraktal dan kode fraktal (FD+FC) memiliki sembilan elemen. Lima elemen awal berupa elemen dari dimensi fraktal (FD) dan sisanya merupakan elemen dari kode fraktal (FC) ditunjukkan pada Gambar 9.

Klasifikasi Citra dengan Probabilistic Neural Network (PNN)

Citra yang telah diekstraksi menggunakan ketiga metode fraktal akan dilakukan klasifikasi dengan Probabilistic Neural Network (PNN) agar dapat diidentifikasi. Hasil ekstraksi 600 citra tumbuhan obat menggunakan dimensi fraktal menghasilkan vektor-vektor. Vektor-vektor tersebut dijadikan masukan bagi klasifikasi citra menggunakan PNN yang memiliki empat lapisan, yaitu lapisan masukan, lapisan pola, lapisan penjumlahan, dan lapisankeluaran.

Lapisan keluaran memiliki target kelas sesuai dengan jumlah jenis tumbuhan obat. Dalam membuat model, data citra tumbuhan obat dibagi menjadi dua, yaitu 83% data digunakan sebagai data latih dan sisanya sebagai data uji (25 data latih dan 5 data uji). Nilai bias ( ) yang digunakan pada lapisan pola bernilai tetap yang dicari secara trial and error.

Nilai bias yang digunakan setiap metode ekstraksi berbeda-beda. Penentuan nilai tersebut dilakukan mulai dari 0.08 kemudian dilakukan secara menaik hingga 1 dan secara menurun hingga 0. Jika akurasi terbaik terletak pada dua nilai bias yang berdekatan, nilai bias ditambahkan satu angka di belakang koma sehingga akurasi terbaik hanya terletak pada satu nilai bias. Bias yang menghasilkan akurasi terbaiklah yang digunakan.

(15)

( dengan dimensi fraktal + kode fraktal.

Penggabungan Fitur dengan Product Decision Rule (PDR)

Identifikasi citra dengan penggabungan fitur memiliki tahapan yang hampir sama

dengan tanpa penggabungan model

klasifikasi. Perbedaan terdapat pada proses pengenalan citra. Pengenalan citra dilakukan dengan menggabungkan model klasifikasi untuk setiap fitur yang akan dikombinasikan menggunakan teknik classifier combination, yaitu product decision rule (PDR).

Penggabungan dilakukan dengan

mengkombinasikan model klasifikasi dimensi fraktal dan kode fraktal.

Evaluasi

Evaluasi untuk hasil identifikasi didasarkan pada jumlah data uji yang dapat

dihitung menggunakan akurasi yang

didefinisikan pada Persamaan 11.

a urasi u a data u i be ar u a data u i (11)

Lingkungan Pengembangan Sistem

Penelitian ini menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras dengan spesifikasi sebagai berikut:

Perangkat lunak

 Sistem operasi Windows 7 Ultimate.

 Microsoft Visual Studio 2010.

 OpenCV 2.1.

 Notepad++.

 MySQL.

Server XAMPP 1.7.2.

Web browser melalui local area network: Mozilla Firefox.

Perangkat keras

 AMD E-450 1.65 GHz.

 RAM 2 GB.

Harddisk dengan sisa kapasitas 464 GB.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi Fitur dengan Dimensi Fraktal

Dimensi fraktal citra daun tumbuhan obat dihitung menggunakan metode Box Counting.

Penghitungan dimensi fraktal global untuk citra daun Lilin dilakukan dengan membagi citra global yang berukuran 16 × 16 piksel dengan ukuran box (r) untuk satu citra mulai dari 1, 2, 4, 8, dan 16 seperti pada Gambar 10. Selain itu, pada citra dilakukan pembagian citra menjadi empat local region

yang bertujuan menambah karakteristik fitur pada daerah ujung dan pangkal daun serta sisi kanan dan kiri daun. Distribusi dimensi fraktal (FD) pada local region ditunjukkan pada Gambar 11.

Tabel 1 menunjukkan hasil identifikasi jumlah box yang berisi citra (N) berdasarkan

Gambar 10 Citra daun Lilin dibagi ke dalam

(16)

FD00 FD01

itu, Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan log(1/r) dan log(N) berdasarkan hasil identifikasi pada Tabel 1. Setelah diperoleh nilai log(1/r) dan log(N), hasil perhitungan tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik citra daun Lilin seperti pada Gambar 12.

Gambar 12 menunjukkan titik-titik hasil

box counting dari global region citra daun Lilin tidak membentuk garis lurus, tetapi hanya mendekati sebuah garis lurus. Berdasarkan grafik tersebut dapat diartikan bahwa bentuk citra daun Lilin tidak seragam (irregular).

Nilai dimensi fraktal merupakan nilai kemiringan garis dari grafik perbandingan nilai log(1/r) dan log(N) berdasarkan Persamaan 2 dan Persamaan 3. Nilai dimensi fraktal untuk global region citra daun Lilin ialah 1.4175. Perhitungan dimensi fraktal

local region sama dengan global region. Akan tetapi, ukuran box (r) untuk satu local region dimulai dari 1, 2, 4, hingga 8. Perhitungan dimensi fraktal menghasilkan lima nilai vektor ciri yang terdiri atas empat nilai dimensi fraktal local region dan satu nilai dimensi fraktal global region seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13.

Dalam penelitian ini, citra masukan ekstraksi berupa citra grayscale daun tumbuhan obat merepresentasikan sebuah fitur, yakni bentuk daun. Fitur tersebut menentukan nilai dari dimensi fraktal. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa dimensi fraktal untuk citra daun global region berkisar dari satu sampai dua sedangkan dimensi fraktal untuk citra daun setiap local region berkisar dari nol sampai dua (Ratu 2011).

Gambar 13 menunjukkan contoh nilai dimensi fraktal pada setiap local region dan

global region. Terlihat bahwa setiap bagian memiliki nilai dimensi fraktal yang tidak terlalu jauh berbeda. Pada bagian ujung daun, nilai dimensi fraktal FD00 = 1.4253 dan FD01 = 1.3026. Hal ini menunjukkan bahwa ujung daun bagian kanan dan kiri memiliki bentuk yang tidak sama. Selain itu, pada bagian pangkal daun nilai dimensi fraktal FD10 = 1.1595 dan FD11 = 1.1927. Hal ini menunjukkan bahwa pangkal daun bagian kiri dan kanan memiliki bentuk yang sama karena nilai dimensinya hampir sama.

Setiap kelas citra daun tumbuhan obat akan membentuk grafik vektor dimensi fraktal yang berbeda dan mencirikan kelas tersebut (Mulyana 2012). Kemiripan pola vektor dimensi fraktal dalam satu kelas akan mengakibatkan kelas tersebut lebih mudah

dikenali dan sebaliknya. Tabel 3

menunjukkan hasil ekstraksi berupa grafik vektor dimensi fraktal untuk tiga kelas. Setiap kelas terdiri atas sepuluh citra daun.

(17)

Tabel 3 Hasil dimensi fraktal pada tiga kelas untuk sepuluh daun

Kelas Citra Grafik gabungan dimensi fraktal

6 dari pola vektor ciri antar kelas.

Kelas Akar Kuning dan Pegagan memiliki pola dimensi fraktal yang saling mendekati antara satu citra dan citra yang lain. Berbeda dengan dua kelas tersebut, vektor dimensi kelas Daruju memiliki pola yang tidak teratur. Berdasarkan grafik vektor ciri daun Daruju, pada FD ke-1 dan ke-2 terlihat adanya perbedaan nilai yang sangat berbeda. FD ke-1 dan ke-2 ini merepresentasikan citra bagian ujung daun. Dari sepuluh citra Daruju, secara visual terlihat bagian ujung daun citra tidak seluruhnya menghadap ke atas, terkadang ada yang ke kanan atau ke kiri. Hal ini yang menyebabkan nilai FD ke-1 dan ke-2 dari kelas Daruju berbeda-beda.

Ekstraksi Fitur dengan Kode Fraktal

Kode fraktal citra daun tumbuhan obat dihitung berdasarkan nilai intesitas piksel dari citra tersebut. Gambar 14 merupakan (a) citra

asli dan (b) intensitas piksel dari citra daun Akar Kuning.

Penghitungan kode fraktal bergantung pada blok domain dan blok range yang berukuran 4 × 4 piksel dan 16 blok berukuran 2 × 2 piksel. Lampiran 2 menunjukkan blok domain dan blok range yang terbentuk.

Proses ekstraksi citra dengan kode fraktal yaitu membandingkan kemiripan tekstur dari pasangan blok domain dan blok range. Pasangan yang memiliki nilai RMS (root means square) minimum dianggap memiliki tingkat kemiripan yang paling tinggi. Pasangan blok domain dan blok range

(18)

(a)

Gambar 14 Citra daun Akar Kuning (a) asli dan (b) intensitas piksel. Tabel 4 Nilai kode fraktal daun Akar Kuning

S G Average direpresentasikan berupa grafik vektor ciri kode fraktal. Setiap kelas akan membentuk grafik vektor kode fraktal yang berbeda dan mencirikan kelas tersebut. Tabel 5 menunjukkan hasil ekstraksi berupa grafik vektor kode fraktal untuk tiga kelas yang telah dinormalisasi. Setiap kelas terdiri atas 10 citra daun.

Hasil vektor ciri bergantung pada data citra yang digunakan. Tabel 5 menunjukkan bahwa tiga kelas citra memiliki grafik atau pola vektor ciri yang berbeda-beda. Akan tetapi, beberapa citra pada kelas yang berbeda memiliki vektor ciri yang agak serupa antar satu kelas dengan kelas yang lain. Pola antarcitra pada kelas 2 (Dandang Gendis) dan

6 (Daruju) saling mendekati. Dengan kata lain, tekstur atau pencahayaan citra dari masing-masing kelas bersifat seragam.

Berbeda dengan kelas 20 (Pegagan), kelas ini menghasilkan vektor ciri yang tidak saling mendekati. Tekstur kelas ini beragam berdasarkan nilai average domain dan

average range yang berarti lokasi kemiripan tekstur citra berbeda-beda. Ekstraksi dengan kode fraktal pada penelitian ini tidak selalu menghasilkan vektor ciri yang berbeda dan mencirikan suatu kelas.

Ekstraksi Fitur dengan Penggabungan Vektor Ciri

Ekstraksi dimensi fraktal dan kode fraktal dilakukan secara bersamaan sehingga hasil ekstraksi penggabungan ini diperoleh vektor ciri dengan sembilan elemen. Penggabungan vektor ciri dapat merepresentasikan bentuk daun sekaligus tekstur daun pada citra. Elemen ke-1 hingga elemen ke-5 merupakan hasil ekstraksi dengan dimensi fraktal sedangkan yang lain merupakan hasil ekstraksi dengan kode fraktal. Gambar 15 merupakan grafik vektor ciri dari salah satu kelas daun yang memiliki bentuk yang unik dan bertekstur cukup jelas. Grafik tersebut terdiri atas 10 citra daun kelas 15 (Mrambos). Berdasarkan elemen ke-1 hingga elemen ke-5 dari grafik tersebut, terlihat bahwa kelas Mrambos memiliki dimensi fraktal yang berbeda-beda. Artinya, bentuk dari citra daun Mrambos tidak sama. Akan tetapi, jika dilihat dari elemen ke-6 hingga elemen ke-9 yang merupakan hasil ekstraksi dengan kode fraktal, kelas ini memiliki kesamaan nilai pada skala kontras dan tingkat kecerahan. Hal ini menunjukkan bahwa citra Mrambos memiliki tekstur atau pencahayaan yang seragam dan tulang daun yang jelas.

Identifikasi Citra dengan Ekstraksi Dimensi Fraktal

(19)

Tabel 5 Hasil kode fraktal pada tiga kelas untuk sepuluh daun

Kelas Citra Grafik gabungan kode fraktal

2

Berdasarkan Gambar 16, grafik dimensi fraktal kelas 2 (Dandang Gendis), 5 (Lilin), 12 (Akar Kuning), dan 20 (Pegagan) memiliki akurasi sebesar 100% yang berarti citra kelas tersebut selalu terklasifikasikan benar. Gambar 17 merupakan salah satu kelas dengan akurasi 100%, yakni Pegagan. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kelas 20 (Pegagan) memiliki bentuk citra yang seragam, baik data latih maupun data uji. Selain itu, hasil ekstraksi ciri menunjukkan bahwa seluruh bagian memiliki nilai dimensi fraktal yang hampir sama. Oleh karena itu, kelas tersebut dapat teridentifikasi dengan benar.

Sebaliknya, berdasarkan Gambar 16, kelas 8 (Pungpulutan), 10 (Sambang Darah), 14 (Handeleum), dan 16 (Nandang Gendis Kuning) hanya memiliki akurasi sebesar 20% yang berarti hanya satu citra yang terklasifikasi dengan benar. Gambar 18 yang merupakan salah satu kelas dengan akurasi 20% (Pungpulutan) menunjukkan bahwa

kelas ini memiliki bentuk citra yang beragam sehingga ekstraksi ciri yang dihasilkan memiliki nilai beragam pada local region.

(20)

Gambar 16 Grafik akurasi citra tumbuhan obat untuk setiap kelas menggunakan dimensi fraktal.

Data Latih Data Uji

Gambar 17 Contoh citra daun data latih dan data uji pada kelas 20 (Pegagan).

Data Latih Data Uji

Gambar 18 Contoh citra daun data latih dan

data uji pada kelas 8

(Pungpulutan).

Data uji Hasil identifikasi

Gambar 19 Hasil identifikasi citra daun Pungpulutan dengan dimensi fraktal.

Nilai yang beragam mengakibatkan citra tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan baik. Hasil identifikasi kelas 8 ditunjukkan pada Gambar 19 dengan data uji kelas ini diidentifikasi sebagai kelas 1 (Jarak Pagar), 12 (Akar Kuning), 8 (Pungpulutan), dan 15 (Mrambos).

Gambar 19 menunjukkan bahwa bentuk dari citra Pungpulutan memiliki bentuk yang hampir sama dengan tiga kelas daun tumbuhan obat yang lain pada bagian FD ke-3 (pangkal daun bagian kiri), FD ke-4 (pangkal daun bagian kanan), dan FD ke-5 (citra daun keseluruhan). Lampiran 3 menunjukkan confusion matrix seluruh citra hasil identifikasi dengan dimensi fraktal.

Berdasarkan bentuk daun, terdapat beberapa kemiripan bentuk daun dari data tumbuhan obat yang digunakan. Kelas 1 (Jarak Pagar) memiliki kemiripan bentuk dengan kelas 8 (Pungpulutan), 12 (Akar Kuning), dan 15 (Mrambos). Selain itu, kelas 2 (Dandang Gendis) memiliki kemiripan bentuk dengan kelas 5 (Lilin), 9 (Kumis Kucing), 10 (Sambang Darah), 13 (Kemangi), 14 (Handeuleum), 16 (Nandang Gendis Kuning), dan 19 (Bidani). Adanya kemiripan bentuk daun tersebut mengakibatkan tidak semua data terklasifikasikan dengan benar.

Identifikasi Citra dengan Ekstraksi Kode Fraktal

Akurasi yang diperoleh dari hasil identifikasi menggunakan kode fraktal yaitu

sebesar 21% dengan bias 0.00125.

Perbandingan akurasi perkelas hasil identifikasi citra dengan dimensi fraktal ditunjukkan pada Gambar 20.

Gambar 20 menunjukkan grafik akurasi kode fraktal yang memiliki dua kelas tumbuhan obat dengan akurasi sebesar 80%, yakni kelas 2 (Dandang Gendis) dan 6 (Daruju). Pada Gambar 21 terlihat bahwa citra daun kelas Daruju memiliki tekstur dan pencahayaan yang seragam, baik pada data latih maupun data uji. Selain itu, hasil ekstraksi menunjukkan nilai yang hampir

sama di semua elemen. Hal ini

mengakibatkan kelas Daruju dapat

teridentifikasi dengan benar.

(21)

Gambar 20 Grafik akurasi citra tumbuhan obat untuk setiap kelas menggunakan kode fraktal.

Data Latih Data Uji

Gambar 21 Contoh citra daun data latih dan data uji pada kelas 6 (Daruju).

Data Latih Data Uji

Gambar 22 Contoh citra daun data latih dan data uji pada kelas 12 (Akar

Data uji Hasil identifikasi

Gambar 23 Hasil identifikasi citra daun Akar Kuning dengan kode fraktal.

(Handeleum), 15 (Mrambos), 19 (Bidani), dan 20 (Pegagan). Hal ini disebabkan hasil ekstraksi ciri dengan kode fraktal tidak mencirikan suatu kelas sehingga banyak citra yang diidentifikasi salah. Gambar 22 menunjukkan citra data latih dan data uji dari kelas 12 yaitu Akar Kuning.

Gambar 22 menunjukkan bahwa kelas Akar Kuning memiliki data latih dan data uji dengan tekstur atau tingkat pencahayaan yang berbeda sehingga vektor ciri dari tekstur citra tersebut menjadi lebih beragam dan sulit untuk dilakukan identifikasi. Selain itu, kesalahan identifikasi bisa terjadi karena nilai dari kode fraktal antar satu kelas citra dengan kelas citra yang lain saling mendekati, misalnya kelas 12 yakni Akar Kuning. Kelas ini memiliki akurasi 0%, di mana 2 dari citra data uji diidentifikasi sebagai kelas 11 (Jambu Biji) dan sisanya sebagai kelas 15 (Mrambos) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 23.

Berdasarkan Gambar 23 terlihat bahwa citra Akar Kuning memiliki tingkat pencahayaan yang hampir sama dengan dua kelas yang lain, yakni kelas citra Jambu Biji

dan Mrambos. Hasil ekstraksi pun

menunjukkan nilai yang hampir sama pada semua elemen kode fraktal. Lampiran 4 menunjukkan confusion matrix seluruh citra hasil identifikasi dengan kode fraktal.

Berdasarkan tekstur daun, terdapat beberapa kelas yang memiliki kemiripan tekstur. Kelas 1 (Jarak Pagar), memiliki kemiripan tekstur dengan kelas 7 (Bunga Telang), 11 (Jambu Biji), dan 15 (Mrambos) sedangkan kelas 3 (Iler) mirip dengan kelas 4 (Cincau Hitam). Selain itu, kelas 14 (Handeuleum), memiliki kemiripan dengan kelas 16 (Nandang Gendis Kuning) dan 19 (Bidani). Adanya kemiripan tersebut

mengakibatkan terjadinya kesalahan

identifikasi.

Identifikasi Citra dengan Ekstraksi Penggabungan Vektor Ciri

(22)

akurasi per kelas hasil identifikasi citra dengan penggabungan vektor ciri fraktal ditunjukkan pada Gambar 24.

Grafik akurasi fraktal gabungan pada Gambar 24 menunjukkan hasil yang hampir sama dengan identifikasi dengan dimensi fraktal yang terdapat empat kelas tumbuhan obat yang sama yang memiliki akurasi sebesar 100%. Gabungan vektor ini memiliki akurasi sebesar 58%. Perbedaannya dengan hasil identifikasi dimensi fraktal yakni terjadi pada kelas 15 yaitu Mrambos. Hal ini disebabkan ekstraksi dengan gabungan vektor ciri fraktal menghasilkan vektor yang saling mendekati yang merepresentasikan bentuk sekaligus tekstur dari citra daun tumbuhan obat sehingga ciri dari kelas Mrambos lebih spesifik. Lampiran 5 menunjukkan confusion matrix seluruh citra hasil identifikasi dengan penggabungan vektor ciri.

Identifikasi Citra dengan Penggabungan Fitur menggunakan PDR

Penggabungan model klasifikasi dimensi fraktal dan kode fraktal menghasilkan akurasi sebesar 58%. Besar akurasi ini sama dengan identifikasi dengan penggabungan vektor ciri tetapi akurasi perkelasnya berbeda. Gambar 25 menunjukkan akurasi per kelas yang dihasilkan oleh identifikasi dengan penggabungan fitur menggunakan PDR.

Bila dibandingkan dengan dua metode identifikasi sebelumnya, yakni dengan ekstraksi dimensi fraktal dan kode fraktal, terjadi penurunan akurasi pada beberapa kelas, yaitu kelas 12 (Akar Kuning), 16 (Nandang Gendis Kuning), dan 17 (Tabat Barito). Salah satu contoh, yaitu kelas 16 mengalami penurunan akurasi, yaitu akurasi penggabungan dua fitur dimensi fraktal dan kode fraktal sebesar 20% sedangkan

Gambar 24 Grafik akurasi citra tumbuhan obat untuk setiap kelas sebelum dan sesudah penggabungan vektor ciri dimensi fraktal dan kode fraktal.

Gambar 25 Grafik akurasi citra tumbuhan obat untuk setiap kelas sebelum dan sesudah penggabungan fitur dimensi fraktal dan fitur kode fraktal.

0

dimensi fraktal kode fraktal dimensi fraktal+kode fraktal

0

(23)

akurasi sebelum dilakukan penggabungan dua fitur, yaitu fitur dimensi fraktal sebesar 20% sedangkan fitur kode fraktal 40%. Penurunan ini terjadi karena semua data uji memiliki nilai peluang fitur dimensi fraktal yang besar, yang sebagian besar fitur dimensi fraktal tersebut teridentifikasi salah pada kelas target sehingga peluang salah teridentifikasi lebih

besar dibandingkan peluang benar

teridentifikasi. Nilai peluang fitur dimensi fraktal, kode fraktal, dan penggabungan PDR pada kelas 16 dapat dilihat pada Lampiran 6.

Perubahan akurasi identifikasi setelah penggabungan PDR sangat ditentukan oleh nilai peluang fitur yang digabungkan. Hasil identifikasi pada penggabungan PDR akan salah teridentifikasi jika mengalami beberapa kondisi sebagai berikut:

1 Peluang maksimum yang teridentifikasi salah lebih besar dibandingkan peluang maksimum yang teridentifikasi benar. 2 Peluang maksimum yang teridentifikasi

benar lebih besar dibandingkan peluang yang teridentifikasi salah. Akan tetapi, nilai peluang yang teridentifikasi salah memiliki nilai yang sangat kecil sehingga nilai peluang yang dihasilkan kecil.

3 Peluang maksimum kedua fitur

teridentifikasi salah pada kelas target. Beberapa kelas lainnya mengalami peningkatan setelah dilakukan penggabungan fitur, yakni kelas 1 (Jarak Pagar) , 4 (Cincau Hitam), dan 14 (Handeleum). Pada kelas 1, sebelum dilakukan penggabungan fitur diperoleh akurasi identifikasi dimensi fraktal sebesar 40% sedangkan fitur kode fraktal

sebesar 20%. Setelah dilakukan

penggabungan dengan PDR, akurasi

meningkat menjadi 60%. Hasil identifikasi

pada penggabungan PDR dapat

mengidentifikasi citra kueri dengan benar jika mengalami beberapa kondisi sebagai berikut : 1 Peluang maksimum kedua fitur sama-sama teridentifikasi benar pada kelas target.

2 Peluang maksimum yang teridentifikasi benar lebih besar dibandingkan peluang maksimum yang teridentifkasi salah.

Kemudian, nilai peluang yang

teridentifkasi salah memiliki nilai yang tidak kecil sehingga pada saat digabungkan peluang teridentifikasi benar akan tetap mendominasi hasil identifikasi.

3 Peluang maksimum kedua fitur

teridentifikasi salah tetapi saat dilakukan penggabungan fitur dengan PDR hasil identifikasi menjadi benar. Hal ini terjadi jika kedua fitur memiliki nilai peluang yang mendekati nilai peluang maksimum pada masing-masing fitur sehingga nilai peluang pada saat digabungkan menjadi lebih tinggi.

Nilai peluang PDR akan maksimum jika nilai-nilai peluang setiap fitur yang digabungkan memiliki nilai yang seimbang sehingga satu fitur dengan fitur yang lain dapat saling melengkapi kekurangan pada saat pengidentifikasian.

Pada penggabungan fitur dimensi fraktal dan kode fraktal, peningkatan tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan dimensi fraktal. Hal ini terjadi karena sebagian besar fitur dimensi fraktal memiliki peluang yang lebih tinggi dibandingkan peluang dari fitur kode fraktal. Hasil identifikasi citra pada penggabungan fitur dapat dilihat lebih jelas pada tabel confusion matriks pada Lampiran 7.

Gambar 26 menunjukkan akurasi hasil identifikasi berdasarkan empat metode yang digunakan, yakni dimensi fraktal, kode fraktal, penggabungan vektor ciri, dan penggabungan fitur.

Gambar 26 menunjukkan bahwa hasil penggabungan vektor ciri dan penggabungan fitur tidak memberikan peningkatan akurasi yang berarti. Selain itu, dapat dikatakan kode

fraktal tidak berpengaruh dalam

penggabungan fraktal sehingga untuk identifikasi cukup menggunakan hasil dari ekstraksi dengan dimensi fraktal.

Pada penelitian Mulyana (2012), akurasi yang diperoleh untuk dimensi fraktal sebesar 85% dan kode fraktal sebesar 80% dengan

(24)

ekstraksi yang sama. Penelitian tersebut menggunakan Fuzzy C-Means (FCM) dengan cluster sebanyak 20. Berdasarkan akurasi tersebut, dapat dikatakan bahwa metode FCM lebih baik dibandingkan dengan metode PNN.

Hasil Antarmuka Sistem

Sistem ini diberi nama MedLeaf. Antarmuka sistem ini terdiri atas Home, Text, Image, dan Database. Gambar 27 merupakan antarmuka MedLeaf (a) identifikasi

(a)

(b)

(c)

(25)

berdasarkan citra, (b) hasil identifikasi citra, dan (c) detail kelas citra.

Pada sistem ini, pengguna perlu memasukkan citra yang akan diidentifikasi dan ekstraksi fitur yang digunakan. Saat mengidentifikasi, sistem ini tidak memerlukan waktu lama untuk mendapatkan hasil identifikasi. Setelah itu, MedLeaf akan menampilkan beberapa kelas yang mungkin benar dengan kueri yang diberikan dengan hasil yang pertama merupakan hasil identifikasi oleh sistem dengan nilai peluang tertinggi. Jika pengguna memilih salah satu kelas tumbuhan obat hasil identifikasi citra, pengguna dapat mengetahui informasi mengenai tumbuhan obat jenis tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penerapan dimensi fraktal, kode fraktal, dan fraktal gabungan berupa gabungan vektor ciri dan penggabungan fitur dengan Product Decision Rule (PDR) berbasis web berhasil diimplementasikan. Ekstraksi dengan dimensi fraktal (FD) menghasilkan akurasi sebesar 57%, kode fraktal (FC) memiliki akurasi paling kecil sebesar 21% sedangkan ekstraksi gabungan vektor ciri (FD+FC) menghasilkan akurasi 58%. Penggabungan fitur dengan PDR menghasilkan akurasi sebesar 58%.

Pada metode penggabungan fraktal, kode fraktal tidak memengaruhi akurasi sehingga ekstraksi dengan dimensi fraktal sudah cukup. Classifier Probabilistic Neural Network (PNN) yang digunakan untuk metode fraktal menghasilkan akurasi yang lebih rendah dibandingkan dengan Fuzzy C-Means (FCM).

Saran

Terdapat beberapa hal yang dapat ditambahkan atau diperbaiki untuk penelitian selanjutnya, antara lain:

1 Menggabungkan ekstraksi fitur bentuk menggunakan dimensi fraktal dengan ekstraksi fitur lain, seperti tekstur dan

warna menggunakan PDR untuk

identifikasi tumbuhan obat. John Willey & Son Inc.

Backes AR, Bruno OM. 2008. A New Approach to Estimate Fractal Dimension of Texture Images. Heidelberg: Springer. Barnesley MF, Devaney RL, Mandelbrot,

Peitgen HO, Saupe D, et al. 1988. The Science of Fractal Images. Heidelberg: Springer.

Damayanti EK, Hikmat A, Zuhud EAM. 2011. Indonesian tropical medicinal plants diversity: Problems and Challenges in Identification. Di dalam: Linking Biodiversity and Computer Vision Technology to Enhance Sustainable Utilization of Indonesian Tropical Medicinal Plants; Bogor, 11 Agu 2011. Bogor: Institut Pertanian Bogor. hlm: 6-15.

Kittler J. 1998. On combining classifier.

IEEE Transactions on Pattern Analysis an Machine Intelligence 20(3):226-239. Mandelbrot BB. 1982. The Fractal Geometry

of Nature. New York: W.H. Freeman and Company.

Mulyana I. 2012. Identifikasi tumbuhan obat berbasis fraktal menggunakan klasifikasi Fuzzy C-Means [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Peitgen HO, Jürgens H, Saupe D, Hosselbarth

C, Maletsky E, et al. 1992. Fractal for Classroom Part 1: Introduction to Fractal and Chaos. New York: Springer-Verlag.

Ramakrishnan S, Emary I. 2008.

Comparative Study Between Traditional and Modified Probabilistic Neural Network. India: Springer Science.

Ratu DA. 2011. Ekstraksi daun menggunakan dimensi fraktal untuk identifikasi tumbuhan obat di indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

(26)

Depok: Universitas Indonesia. hlm: 212-220.

(27)
(28)
(29)

Lampiran 2 Pembentukkan blok domain dan blok range

Intensitas piksel citra

255 255 255 255 255 255 250 255 255 255 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 254 113 253 255 255 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 254 116 112 209 254 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 143 120 100 122 199 255 255 255 255 255

255 255 255 255 254 121 124 91 103 122 253 255 255 255 255

255 255 255 255 149 151 147 87 111 97 153 255 255 255 255

255 255 255 255 111 109 83 70 100 117 139 191 255 255 255

255 255 255 233 85 84 83 72 83 83 119 156 254 255 255

255 255 255 70 75 67 78 56 68 74 93 139 209 255 255

255 255 251 76 62 73 54 68 73 70 84 109 146 254 255

255 255 76 65 60 53 53 67 66 56 81 89 112 254 255

255 255 45 53 45 47 47 67 59 62 65 74 92 254 255

255 255 65 82 50 37 36 69 61 59 63 60 68 255 255

255 255 65 48 45 59 32 64 58 53 36 57 221 255 255

255 255 78 41 38 34 34 130 77 55 56 41 255 255 255

255 255 254 38 29 31 255 255 255 148 228 255 255 255 255

Blok Domain

Sub citra ukuran 8 × 8 piksel

255 255 255 255 255 255 255 250 255 255 255 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 255 254 113 253 255 255 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 255 254 116 112 209 254 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 255 143 120 100 122 199 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 254 121 124 91 103 122 253 255 255 255 255

255 255 255 255 255 149 151 147 87 111 97 153 255 255 255 255

255 255 255 255 255 111 109 83 70 100 117 139 191 255 255 255

255 255 255 255 233 85 84 83 72 83 83 119 156 254 255 255

00 01

255 255 255 255 70 75 67 78 56 68 74 93 139 209 255 255

255 255 255 251 76 62 73 54 68 73 70 84 109 146 254 255

255 255 255 76 65 60 53 53 67 66 56 81 89 112 254 255

255 255 255 45 53 45 47 47 67 59 62 65 74 92 254 255

255 255 255 65 82 50 37 36 69 61 59 63 60 68 255 255

255 255 255 65 48 45 59 32 64 58 53 36 57 221 255 255

255 255 255 78 41 38 34 34 130 77 55 56 41 255 255 255

255 255 255 254 38 29 31 255 255 255 148 228 255 255 255 255

(30)

Lanjutan

Sub citra ukuran 4 × 4 piksel

255 255 255 255 255 255 255 250 255 255 255 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 255 254 113 253 255 255 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 255 254 116 112 209 254 255 255 255 255 255

255 255 255 255 255 255 143 120 100 122 199 255 255 255 255 255

00 01 02 03

255 255 255 255 255 254 121 124 91 103 122 253 255 255 255 255

255 255 255 255 255 149 151 147 87 111 97 153 255 255 255 255

255 255 255 255 255 111 109 83 70 100 117 139 191 255 255 255

255 255 255 255 233 85 84 83 72 83 83 119 156 254 255 255

10 11 12 13

255 255 255 255 70 75 67 78 56 68 74 93 139 209 255 255

255 255 255 251 76 62 73 54 68 73 70 84 109 146 254 255

255 255 255 76 65 60 53 53 67 66 56 81 89 112 254 255

255 255 255 45 53 45 47 47 67 59 62 65 74 92 254 255

20 21 22 23

255 255 255 65 82 50 37 36 69 61 59 63 60 68 255 255

255 255 255 65 48 45 59 32 64 58 53 36 57 221 255 255

255 255 255 78 41 38 34 34 130 77 55 56 41 255 255 255

255 255 255 254 38 29 31 255 255 255 148 228 255 255 255 255

30 31 32 33

Rata-rata 4 piksel dari Sub citra ukuran 8 × 8 piksel menghasilkan 4 × 4 piksel 255 255 255 218 255 255 255 255

255 255 255 158 136 241 255 255

255 255 228 136 98 156 255 255

255 255 171 89.8 81.3 115 214 255

00 01

255 254 70.8 68 66.3 80.3 151 255

255 158 55.8 50 64.8 66 91.8 255

255 160 56.3 41 63 52.8 102 255

255 211 36.5 88.5 179 122 202 255

10 11

Rata-rata 4 piksel dari Sub citra ukuran 4 × 4 piksel menghasilkan 2 × 2 piksel 255 255 255 218 255 255 255 255

255 255 255 158 136 241 255 255

00 01 02 03

255 255 228 136 98 156 255 255

255 255 171 89.8 81.3 115 214 255

10 11 12 13

255 254 70.8 68 66.3 80.3 151 255

255 158 55.8 50 64.8 66 91.8 255

20 21 22 23

255 160 56.3 41 63 52.8 102 255

255 211 36.5 88.5 179 122 202 255

(31)

Lanjutan

Blok Range

partisi blok range sampai ukuran 4 × 4 piksel

255 255 255 255 255 255 255 250

255 255 255 255 255 255 254 113

255 255 255 255 255 255 254 116

255 255 255 255 255 255 143 120

255 255 255 255 255 254 121 124

255 255 255 255 255 149 151 147

255 255 255 255 255 111 109 83

255 255 255 255 233 85 84 83

00

255 255 255 255 255 255 255 250

255 255 255 255 255 255 254 113

255 255 255 255 255 255 254 116

255 255 255 255 255 255 143 120

00-00 00-01

255 255 255 255 255 254 121 124

255 255 255 255 255 149 151 147

255 255 255 255 255 111 109 83

255 255 255 255 233 85 84 83

00-10 00-11

partisi blok range sampai ukuran 2 × 2 piksel

255 255 255 255 255 255 255 250 255 255 255 255 255 255 254 113 00-00-00 00-00-01 00-01-00 00-01-01

255 255 255 255 255 255 254 116 255 255 255 255 255 255 143 120 00-00-10 00-00-11 00-01-10 00-01-11

255 255 255 255 255 254 121 124 255 255 255 255 255 149 151 147 00-10-00 00-10-01 00-11-00 00-11-01

255 255 255 255 255 111 109 83

255 255 255 255 233 85 84 83

(32)

Lampiran 3 Confusion matrix dimensi fraktal

observasi

kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

aktual

1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0

2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

8 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0

10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0

11 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0

15 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1

16 0 1 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 0 0 0

18 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 0

(33)

Lampiran 4 Confusion matrix kode fraktal

observasi

kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

aktual

1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0

2 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

3 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0

4 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0

5 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

8 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 0 1 0 0

11 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 0 0

13 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0

14 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0

15 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 2 0 0

19 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0

(34)

Lampiran 5 Confusion matrix penggabungan vektor ciri

observasi

kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

aktual

1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0

2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

8 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0

10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0

11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 1 0 0

12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0

15 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1

16 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 0 0 0

18 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 0

(35)

Lampiran 6 Nilai peluang fitur dimensi fraktal, kode fraktal, dan penggabungan PDR pada kelas 16

Kelas

1 2 3 4 5

Dimensi fraktal

Kode

fraktal PDR

Dimensi fraktal

Kode

fraktal PDR

Dimensi fraktal

Kode

fraktal PDR

Dimensi fraktal

Kode

fraktal PDR

Dimensi fraktal

Kode

fraktal PDR

1 0 2.53E-14 0 0 1.36E-13 0 0 5.27E-02 0 0 2.46E-07 0 0 2.04E-02 0

2 1.22E-30 9.95E-02 6.08E-33 6.11E-76 1.00E-01 3.07E-78 7.62E-02 1.70E-08 6.46E-11 9.99E-01 4.74E-03 2.37E-04 2.59E-22 6.40E-14 8.28E-37

3 0 3.12E-03 0 2.14E-165 1.90E-03 2.03E-169 0 1.04E-01 0 1.02E-119 7.44E-03 3.80E-123 0 1.19E-01 0

4 0 2.33E-05 0 0 1.50E-05 0 0 7.55E-02 0 0 9.06E-03 0 0 3.11E-04 0

5 2.30E-95 1.96E-02 2.26E-98 0 2.74E-02 0 0 7.94E-02 0 5.71E-251 1.02E-01 2.92E-253 1.37E-105 8.91E-02 6.12E-108

6 1.21E-75 2.39E-19 1.45E-95 8.16E-20 3.42E-20 1.40E-40 9.24E-01 3.08E-206 1.42E-207 7.84E-18 1.39E-30 5.46E-49 1.14E-28 1.07E-70 6.10E-100

7 0 4.71E-72 0 0 2.51E-70 0 0 5.38E-05 0 0 1.60E-53 0 0 3.93E-20 0

8 0 3.E-02 0 0 3.17E-02 0 0 9.94E-02 0 0 8.68E-02 0 0 7.84E-02 0

9 1 4.54E-02 2.27E-03 2.04E-35 4.16E-02 4.24E-38 1.06E-164 2.93E-06 1.55E-171 5.96E-17 1.97E-01 5.87E-19 9.99E-01 6.88E-02 3.44E-03

10 2.01E-141 1.72E-02 1.73E-144 3.80E-261 1.67E-02 3.17E-264 1.49E-240 1.05E-01 7.82E-243 7.00E-227 5.59E-02 1.96E-229 5.49E-52 6.17E-02 1.69E-54

11 0 3.80E-06 0 1.05E-66 1.49E-06 7.80E-74 0 7.45E-02 0 1.60E-203 2.55E-12 2.05E-216 4.40E-213 1.93E-12 4.24E-226

12 0 7.73E-07 0 0 2.23E-06 0 0 9.85E-02 0 0 5.74E-03 0 0 1.35E-05 0

13 6.91E-57 1.30E-01 4.52E-59 1.66E-222 1.29E-01 1.07E-224 7.51E-186 1.40E-02 5.26E-189 1.64E-253 4.46E-02 3.64E-256 5.50E-19 1.68E-01 4.61E-21

14 8.65E-77 1.36E-01 5.89E-79 9.37E-46 1.45E-01 6.78E-48 0 1.26E-01 0 3.16E-47 1.72E-01 2.72E-49 2.02E-15 5.95E-02 6.00E-18

15 0 1.87E-138 0 0 4.75E-136 0 0 2.78E-04 0 0 4.66E-112 0 0 3.02E-59 0

16 1.39E-49 2.23E-01 1.55E-51 1 2.15E-01 1.08E-02 1.99E-35 2.01E-10 2.01E-46 8.79E-24 1.40E-01 6.15E-26 2.01E-05 8.23E-02 8.25E-08

17 0 7.21E-02 0 0 6.23E-02 0 0 5.26E-03 0 0 1.26E-02 0 0 9.68E-02 0

18 1.83E-208 5.31E-03 4.87E-212 3.95E-141 8.69E-03 1.72E-144 0 2.75E-02 0 4.83E-83 5.54E-02 1.34E-85 7.11E-148 1.01E-03 3.60E-152

19 1.31E-91 7.90E-02 5.17E-94 6.48E-38 7.80E-02 2.53E-40 0 5.89E-02 0 2.89E-44 9.26E-02 1.34E-46 2.95E-81 8.58E-02 1.26E-83

20 0 1.39E-01 0 0 1.42E-01 0 0 7.90E-02 0 0 1.37E-02 0 0 6.93E-02 0

Probabilistik

maksimum 1 2.23E-01 2.27E-03 1 2.15E-01 1.08E-02 9.24E-01 1.26E-01 6.46E-11 9.99E-01 1.97E-01 2.37E-04 9.99E-01 1.68E-01 3.44E-03 Hasil

identifikasi S B S B B B S S S S S S S S S

(36)

Lampiran 7 Confusion matrix penggabungan fitur

observasi

kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

aktual

1 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

8 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0

10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0

11 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0

15 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2

16 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 1

18 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 0

Gambar

Gambar 1  Kesamaan diri pada fraktal
Gambar 2  Pembagian citra  menggunakan
Gambar 4  Struktur PNN.
Gambar 5  Metode penelitian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

b) If one or more Parties request verification of the technical competence or compliance of a proposed Testing Laboratory or Certification Body, such request will be made in

Pernyataan ini didukung oleh Andarias (1982), hal ini dikarenakan penurunan gula yang terjadi akibat adanya aktivitas Saccharomycces sp yang menggunakan gula sebagai

sebelah dalam, diluarnya diliputi oleh lapisan subendotel yang merupakan jaringan ikat fibroelastis halus, dan yang paling luar berupa sabuk serat elastis yang disebut

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing melalui model desain sistem pembelajaran ADDIE (Analysis, Design,

Begitu juga dengan sayuran, bagi masyarakat Indonesia tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari ‐ hari karena mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah

Di mana penelitian normative empiris merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengambil data lapangan atau fakta-fakta yang ada dilapangan dan untuk selanjutnya dianalisa

• Bagaimana Anda menanggapi perkembangan teknologi musik, dari zaman piringan hitam, kaset, CD sampai MP3 seperti sekarang ini? Manakah yang paling Anda sukai dan nikmati??. •

Untuk menganalisa profitabilitas produk sehingga dapat ditentukan konsentrasi pemasaran masing-masing produk pada setiap daerah pemasaran, dan dengan mempertimbangkan data