• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Logistik Pasokan Tandan Buah Segar Untuk Pemenuhan Kapasitas Pabrik(Studi Kasus Di PKS Rambutan PTPN III)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Logistik Pasokan Tandan Buah Segar Untuk Pemenuhan Kapasitas Pabrik(Studi Kasus Di PKS Rambutan PTPN III)"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS LOGISTIK PASOKAN TANDAN BUAH SEGAR

UNTUK PEMENUHAN KAPASITAS PABRIK

(STUDI KASUS DI PKS RAMBUTAN PTPN III)

TESIS

Oleh:

BAWON UTOMO

127025001/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS LOGISTIK PASOKAN TANDAN BUAH SEGAR

UNTUK PEMENUHAN KAPASITAS PABRIK

(STUDI KASUS DI PKS RAMBUTAN PTPN III)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

BAWON UTOMO

127025001/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS LOGISTIK PASOKAN TANDAN BUAH SEGAR UNTUK PEMENUHAN KAPASITAS PABRIK

STUDI KASUS DI PKS RAMBUTAN PTPN III

Nama Mahasiswa : Bawon Utomo Nomor Pokok : 127025001 Program Studi : Teknik Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng)

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Nazaruddin, MT)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Ir. Humala L. Napitupulu, DEA) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Desember 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng Anggota : Dr. Ir. Nazaruddin, MT

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

ANALISIS LOGISTIK PASOKAN TANDAN BUAH SEGAR UNTUK PEMENUHAN KAPASITAS PABRIK STUDI KASUS DI PKS RAMBUTAN PTPN III, adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya, sumber-sumber data dan infromasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Desember 2014 Yang Membuat Pernyataan

(6)

MOTTO & PERSEMBAHAN

Bahagia itu adalah mereka yang bangga menjadi dirinya sendiri, tanpa

mengkhawatirkan apa yg dipikirkan orang lain pada dirinya

Tesis ini kupersembahkan untuk

(7)

ABSTRAK

PKS Rambutan PTPN III merupakan Pabrik Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO dan Inti Sawit. Memiliki kapasitas terpasang sebesar 30 Ton TBS per Jam. Selama kurun waktu 6 tahun, sejak tahun 2008 hingga tahun 2013 produksi olah cenderung menurun hal ini akibat pasokan TBS yang kurang. Rata- rata penerimaan TBS perhari hanya sekitar 540 ton TBS, sedangkan pabrik mampu untuk mengolah hingga 750 Ton TBS perhari. Utilitas yang terpakai hanya sekitar 70% hingga 80%. Sedangkan sasaran minimum utilitas nya adalah 90%.

Analisis deskriptif Food Supply Chain Networking (FSCN) dilakukan untuk menggambarkan Rantai Pasokan TBS, Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan TBS akan menganalisis beberapa aspek yakni sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai, serta analisis kinerja rantai pasokan. Aspek logistik didasarkan pada ketersediaan TBS dari kebun pemasok.

Tujuan akhir penelitian ini merancang pemenuhan pasokan bahan baku TBS di PTPN III PKS Rambutan untuk memenuhi kapasitas terpasang pabrik sebesar 30 ton TBS Per Jam berdasarkan proyeksi perhitungan ketersediaan TBS dari kebun pemasok. Menghitung ketersediaan TBS berdasarkan pasokan yang berasal dari delapan kebun pemasok. Perhitungan didasarkan atas luas lahan, umur tanaman, kerapatan per hektar dan kelas lahan. Dari data diperoleh variabel umur tanaman untuk delapan kebun sebanyak 49 umur tanaman dengan variasi tahun sebanyak 17 tahun. Seluruh kebun memiliki kelas lahan yang sama yaitu kelas S2.

Dari hasil analisis perhitungan produksi diperoleh pada tahun 2014 -2018 sebesar 254.762 ton, 249.198 ton, 244.400 ton, 236.120 ton, 227.553 ton. Berdasarkan target olah sebanyak 92% utilitas pabrik, cukup untuk memenuhi kapasitas pabrik sebesar 92% selama 3 tahun dan ditahun 2017 pasokan sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kapasitas pabrik, sehinga diperlukan tambahan dari pihak III.

Produksi TBS dari kebun sendiri menurun sebesar 3% setiap tahun, berdasarkan komposisi tanaman sawit remaja sebesar 38,55%, sedangkan pada sawit muda sebesar 6,99% dan pada sawit dewasa sebesar 54,45%. Dari komposisi tanaman terlihat tidak seimbang dimana sawit produksi sawit remaja akan naik, produksi sawit muda akan maksimum dan produksi sawit dewasa akan menurun.

(8)

ABSTRACT

PKS (Oil Palm Plant) Rambutan PTPN III is the processing plant of TBS (fresh fruit racemes) which is processed to be CPO (Crude Palm Oil) and oil palm kernels. It has installed capacity of 30 tons of TBS per hour. Within 6 years, from 2008 to 2013, processed industry was inclined to decrease because of the lack of TBS supply. The average production of TBS per day was around 540 tons, while the plant was only able to process around 750 tons per day. The used-up utility was only 70% to 80% while the minimum target of the utility was 90%.

Descriptive analysis of Food Supply Chain Networking (FSCN) was conducted to describe the link of TBS supply. The discussion on the management of the link of TBS supply would analyze some aspects such as link target, link structure, link management, link resources, link business process, and link supply performance analysis. The logistic aspect was based on the availability of TBS from the supply plantation.

The objective of the research was to design the supply of component part of TBS in PTPN III PKS Rambutan to meet the plant installed capacity of 30 tons of TBS per hour, based on the calculated projection of the availability of TBS from the supplying plantation. Calculating the supply of TBS was based on the supply from eight supplying plantations. The calculation was based on land area, average life of plants, density per hectare, and land class. The data revealed that the variable of the average life of plants in the eight plantations was 49 years of plant life with the variation of 17 years. All plantations have the same land class; they were S2 land classes.

The result of the analysis of the calculation for production in the period of 2014-2018 showed that the production was 254,762 tons, 249,198 tons, 244,400 tons, 236,120 tons, and 227,553 tons. Based on the processed target of 92% of plant utility, it was sufficient to meet the plant capacity of 92% within three years, and 2017 the supply would not be sufficient to meet plant capacity so that addition from the third party would be needed.

The production of TBS from its own plantation decreased 3% each year, based on the composition of adolescent oil palms of 38.55%, young oil palm of 6.99%, and old oil palm of 54.4%. From the composition, it could be found that the composition was not balanced in which the production of adolescent oil palms would increase, the production of young oil palms would be maximum, and the production of old oil palms would decrease.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 April 1980 di Kebumen Jawa Tengah, setelah

Lulus SMU di Kebumen kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Jurusan Teknik

Mesin UGM Yogyakarta dan lulus pada Agustus 2004. Pada 2005 penulis diterima

bekerja di PTPN III (Persero) sampai dengan sekarang. Pada tahun 2012 penulis

berkesempatan mendapat tugas belajar pada Strata-2 di Fakultas Teknik Program Studi

Magister Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

Hormat Penulis,

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul”ANALISIS LOGISTIK PASOKAN TANDAN BUAH SEGAR UNTUK PEMENUHAN KAPASITAS PABRIK STUDI KASUS DI PKS RAMBUTAN PTPN III”.Tesis ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan yang diwajibkan dalam rangka menyelesaikan Program Magister Teknik di Universitas Sumatera Utara dan tesis ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk PTPN III dalam hal pasokan TBS.

Pembuatan tesis ini telah melibatkan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang sangat baik ini, saya ingin mengucapkan terima kasih dengan hatiyang tulus & ikhlas kepadaProf. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.Prof. Dr. Ir. Humala L Napitupulu, DEA, selaku Ketua Jurusan Magister Teknik Industri Universsitas Sumatera Utara.Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku pembimbing utama yang telah memberi waktu, ilmu dan bimbingan yang sangat berharga, Dr. Ir. Nazaruddin, MT, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE dan Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT. selaku pembanding yang memberikan masukan untuk menyelesaikan tesis ini.

(11)

Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa penilitian ini masih sangat memerlukan banyakperbaikan dan penyempurnaan dan hanya dari pembacalah, proses penyempurnaanini akan dapat kami wujudkan di masa mendatang.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 April 1980 di Kebumen Jawa Tengah, setelah Lulus SMU di Kebumen kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Jurusan Teknik Mesin UGM Yogyakarta dan lulus pada Agustus 2004. Pada 2005 penulis diterima bekerja di PTPN III (Persero) sampai dengan sekarang. Pada tahun 2012 penulis berkesempatan mendapat tugas belajar pada Strata-2 di Fakultas Teknik Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

Hormat Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... 7

1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... 8

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 10

2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... 10

2.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 11

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 15

2.4. Lokasi Perusahaan ... 16

2.5. Struktur Organisasi Perusahaan ... 16

2.6. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... 19

2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... 23

2.8. Standart Mutu Produk ... 24

2.9. Mesin dan Peralatan ... 24

(14)

2.11. Safety and Fire Protection ... 25

2.12. Sistem Rantai Pasok TBS di PKS Rambutan Saat Ini ... 27

BAB 3 LANDASAN TEORI ... 29

3.1. Deskripsi Teori ... 29

3.1.1. Konsep Manajemen Rantai Pasok ... 29

3.1.2. Definisi Manajemen Rantai Pasok ... 29

3.2. Persamaan dan Perbedaan logistik dan SCM ... 38

3.3. Definisi Logistik ... 39

3.4. Sistem Logistik ... 40

3.5. Analisis Logistik Ketersediaan TBS ... 42

3.6. Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan ... 42

3.6.1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan FAO 1976 ... 42

3.6.2. Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan . 41 3.7. Penelitian Terdahulu ... 47

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 51

4.1. Rancangan Penelitian ... 51

4.1.1. Tipe Penelitian ... 51

4.1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

4.1.3. Prosedur Penelitian ... 52

4.2. Pengumpulan Data ... 54

4.2.1. Sumber Data ... 54

4.2.2. Metode Pengumpulan Data ... 54

4.3 Kerangka Konseptual ... 55

4.4. Analisa Data ... 57

4.4.1. Model Rantai Pasokan ... 58

4.4.2. Sasaran Rantai ... 58

4.4.3. Struktur Jaringan ... 59

4.4.4. Manajemen Rantai ... 59

4.4.5. Sumber Daya Rantai ... 60

4.4.6. Proses Bisnis Rantai ... 61

4.5. Analisis Ketersediaan Produksi TBS Kebun ... 61

(15)

BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 62

5.1. Analisis Manajemen Rantai Pasok ... 62

5.2. Sasaran Rantai ... 63

5.2.1. Sasaan Pasar ... 63

5.2.2. Sasaran Pengembangan ... 65

5.3. Struktur Rantai ... 66

5.3.1. Kantor Pusat PTPN III dan Distrik Manager ... 67

5.3.2. Pemasok TBS Kebun Seinduk ... 68

5.3.3. Pemasok TBS Pihak III (Rakyat) ... 69

5.3.4. Pengangkutan TBS ... 70

5.3.5. PKS Rambutan ... 71

5.3.6. Perusahaan Pengangkutan CPO ... 73

5.3.7. Kantor Pemasaran Bersama ... 73

5.3.8. Stakeholder ... 74

5.4. Manajemen Rantai ... 75

5.4.1. Hubungan Mitra ... 75

5.4.2. Kesepakatan Kontraktual ... 79

5.4.3. Sistem Transaksi ... 81

5.4.4. Dukungan Pemerintah ... 81

5.4.5. Kolaborasi Rantai Pasokan ... 82

5.5. Sumber Daya Rantai ... 85

5.5.1. Sumber Daya Fisik ... 85

5.5.2. Sumber Daya Teknologi ... 86

5.5.3. Sumber Daya Manusia... 86

5.6. Proses Bisnis Rantai ... 86

5.6.1. Pola Distribusi ... 86

5.7. Kinerja Rantai ... 90

5.7.1. Efisiensi Rantai Pasokan ... 90

5.8. Data Pengolahan PKS Rambutan ... 91

5.9. Data Produksi Kebun Seinduk PTPN III ... 92

5.10. Perbandingan Ketersediaan TBS dari Kebun Seinduk dengan Kemampuan Olah PKS ... 93

5.11. Profil Kebun Pemasok Berdasarkan Luas Areal, Tahun Tanam Dan Jumlah Tanaman ... 95

5.11.1. Kebun Gunung Pamela ... 95

(16)

5.11.4. Kebun Sarang Giting ... 97

5.11.5. Kebun Gunung Monako ... 97

5.11.6. Kebun Silau Dunia ... 98

5.11.7. Kebun Gunung Para ... 98

5.11.8. Kebun Sei Putih ... 99

5.12. Perhitungan Potensi Produksi TBS Pemasok Berdasarkan Kelas Lahan ... 99

5.13. Perhitungan Potensi Produksi TBS Pemasok Berdasarkan Kelas Lahan ... 100

5.13.1. Kebun Gunung Pamela ... 100

5.13.2. Kebun Rambutan ... 101

5.13.3. Kebun Tanah Raja ... 101

5.13.4. Kebun Sarang Giting ... 102

5.13.5. Kebun Gunung Monako ... 103

5.13.6. Kebun Silau Dunia ... 103

5.13.7. Kebun Gunung Para ... 104

5.13.8. Kebun Sei Putih ... 105

5.14. Luas Kebun Pemasok ... 106

5.15. Persentase Pemasok Buah Ke PKS Rambutan... 108

5.16. Jarak Ke Pabrik Serta Tarif Angkutan Rupiah per kg ... 108

BAB 6 ANALISA DAN PERANCANGAN ... 110

6.1. Analisis Ketersediaan TBS ... 110

6.2. Rancangan Pemenuhan Pasokan TBS PKS Rambutan ... 112

6.3. Analisis Biaya Pengiriman TBS ... 114

6.4. Analisis Biaya Pengiriman CPO ... 115

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

7.1. Kesimpulan ... 116

7.2. Saran ... 117

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1. Data Pengolahan PRBTN Tahun 2008 s.d. 2013 ... 4

3.1. Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan (Sumber PPKS Medan) ... 46

3.2. Daftar Penelitian ... 48

5.1. Kriteria Pemilihan Mitra ... 77

5.2. Hasil Olah PRBTN Tahun 2008 Hingga Tahun 2014 ... 91

5.3. Hasil Produksi Kebun Tahun 2008 Hingga Tahun 2013 ... 92

5.4. Perbandingan Ketersediaan TBS dengan Olah Efektif Tahun 2008-2013 .... 94

5.5. Profil Kebun Gunung Pamela Berdasarkan Tahun Tanam ... 95

5.6. Profil Kebun Rambutan Berdasarkan Tahun Tanam ... 96

5.7. Profil Kebun Tanah Raja Berdasarkan Tahun Tanam ... 96

5.8. Profil Kebun Sarang Giting Berdasarkan Tahun Tanam ... 97

5.9. Profil Kebun Gunung Monako Berdasarkan Tahun Tanam ... 97

5.10. Profil Kebun Silau Dunia Berdasarkan Tahun Tanam ... 98

5.11. Profil Kebun Gunung Para Berdasarkan Tahun Tanam ... 98

5.12. Profil Kebun Sei Putih Berdasarkan Tahun Tanam ... 99

5.13. Perhitungan Hasil Produksi TBS Kebun Gunung Pamela ... 100

5.14. Perhitungan Hasil Produksi TBS Kebun Kebun Rambutan ... 101

5.15. Perhitungan Hasil Produksi TBS Kebun Tanah Raja ... 102

5.16. Perhitungan Hasil Produksi TBS Kebun Sarang Giting ... 102

5.17. Perhitungan Hasil Produksi TBS Kebun Gunung Monako ... 103

5.18. Perhitungan Hasil Produksi TBS Kebun Silau Dunia ... 104

5.19. Perhitungan Hasil Produksi TBS Kebun Gunung Para ... 104

5.20. Perhitungan Hasil Produksi TBS Kebun Sei Putih ... 105

(18)

5.23. Jumlah TBS Tersedia Berdasarkan Perhitungan Hasil Produksi ... 106

5.24. Jarak Rata Rata Dari Kebun Ke Pabrik ... 108

5.25. Tarif Pengangkutan TBS Dari Kebun Ke Pabrik ... 109

6.1. Profil Ragam Tahun Tanaman Kebun Pemasok ... 110

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1. Pengolahan PRBTN Tahun 2008 s.d. 2014 ... 3

1.2. Tren Rata-rata Olah PRBTN Tahun 2008 s.d. 2014 Cenderung Menurun . 4 2.1. Struktur Organisasi PTPN III PKS Rambutan ... 18

2.2. Struktur Bagian Tata Usaha PRBTN ... 19

2.3. Struktur Bagian Teknik PRBTN ... 20

2.4. Struktur Bagian Laboratorium PRBTN ... 21

2.5. Struktur Bagian Pengolahan PRBTN ... 22

2.6. Struktur Bagian Administrasi Pengolahan PRBTN ... 23

2.7. Skema Pasokan TBS PKS Rambutan Saat Ini ... 28

3.1. Para Pelaku dalam Rantai Pasokan (Chopra & Meindl 2007) ... 33

3.2. Aliran Di Dalam Supply Chain (Diadaptasi Dari Lumsden, 1998) ... 35

3.3. Kerangka Analisis Rantai Pasokan (Van Der Vorst, 2005) ... 36

3.4. Sistem Rantai Pasok Pada Agro Industri Kelapa Sawit ... 38

3.5. Definisi Logistik (modifikasi dari Prof. Senator, 2003) ... 40

3.6. Sistem Logistik ... 41

3.7. Potensi Produksi Menurut Kelas Lahan ... 45

4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... 53

4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... 56

4.3. Kerangka Aliran Bahan Baku TBS ... 57

5.1. Struktur Rantai Pasok TBS PKS Rambutan ... 67

5.2. Aliran Produk Rantai Pasokan TBS PKS Rambutan ... 87

5.3. Aliran Uang Rantai Pasokan TBS PKS Rambutan ... 88

5.4. Aliran Informasi dalam Rantai Pasokan TBS ... 89

5.5. Produksi Kebun Tahun 2008-2013 ... 93

5.6. Perbandingan TBS Olah Dengan TBS Tersedia Tahun 2008-2013 ... 94

(20)
(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Jarak ke PKS ... 121

2. Umur Tanaman ... 122

3. Kerapatan Tanaman ... 125

(22)

ABSTRAK

PKS Rambutan PTPN III merupakan Pabrik Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO dan Inti Sawit. Memiliki kapasitas terpasang sebesar 30 Ton TBS per Jam. Selama kurun waktu 6 tahun, sejak tahun 2008 hingga tahun 2013 produksi olah cenderung menurun hal ini akibat pasokan TBS yang kurang. Rata- rata penerimaan TBS perhari hanya sekitar 540 ton TBS, sedangkan pabrik mampu untuk mengolah hingga 750 Ton TBS perhari. Utilitas yang terpakai hanya sekitar 70% hingga 80%. Sedangkan sasaran minimum utilitas nya adalah 90%.

Analisis deskriptif Food Supply Chain Networking (FSCN) dilakukan untuk menggambarkan Rantai Pasokan TBS, Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan TBS akan menganalisis beberapa aspek yakni sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai, serta analisis kinerja rantai pasokan. Aspek logistik didasarkan pada ketersediaan TBS dari kebun pemasok.

Tujuan akhir penelitian ini merancang pemenuhan pasokan bahan baku TBS di PTPN III PKS Rambutan untuk memenuhi kapasitas terpasang pabrik sebesar 30 ton TBS Per Jam berdasarkan proyeksi perhitungan ketersediaan TBS dari kebun pemasok. Menghitung ketersediaan TBS berdasarkan pasokan yang berasal dari delapan kebun pemasok. Perhitungan didasarkan atas luas lahan, umur tanaman, kerapatan per hektar dan kelas lahan. Dari data diperoleh variabel umur tanaman untuk delapan kebun sebanyak 49 umur tanaman dengan variasi tahun sebanyak 17 tahun. Seluruh kebun memiliki kelas lahan yang sama yaitu kelas S2.

Dari hasil analisis perhitungan produksi diperoleh pada tahun 2014 -2018 sebesar 254.762 ton, 249.198 ton, 244.400 ton, 236.120 ton, 227.553 ton. Berdasarkan target olah sebanyak 92% utilitas pabrik, cukup untuk memenuhi kapasitas pabrik sebesar 92% selama 3 tahun dan ditahun 2017 pasokan sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kapasitas pabrik, sehinga diperlukan tambahan dari pihak III.

Produksi TBS dari kebun sendiri menurun sebesar 3% setiap tahun, berdasarkan komposisi tanaman sawit remaja sebesar 38,55%, sedangkan pada sawit muda sebesar 6,99% dan pada sawit dewasa sebesar 54,45%. Dari komposisi tanaman terlihat tidak seimbang dimana sawit produksi sawit remaja akan naik, produksi sawit muda akan maksimum dan produksi sawit dewasa akan menurun.

(23)

ABSTRACT

PKS (Oil Palm Plant) Rambutan PTPN III is the processing plant of TBS (fresh fruit racemes) which is processed to be CPO (Crude Palm Oil) and oil palm kernels. It has installed capacity of 30 tons of TBS per hour. Within 6 years, from 2008 to 2013, processed industry was inclined to decrease because of the lack of TBS supply. The average production of TBS per day was around 540 tons, while the plant was only able to process around 750 tons per day. The used-up utility was only 70% to 80% while the minimum target of the utility was 90%.

Descriptive analysis of Food Supply Chain Networking (FSCN) was conducted to describe the link of TBS supply. The discussion on the management of the link of TBS supply would analyze some aspects such as link target, link structure, link management, link resources, link business process, and link supply performance analysis. The logistic aspect was based on the availability of TBS from the supply plantation.

The objective of the research was to design the supply of component part of TBS in PTPN III PKS Rambutan to meet the plant installed capacity of 30 tons of TBS per hour, based on the calculated projection of the availability of TBS from the supplying plantation. Calculating the supply of TBS was based on the supply from eight supplying plantations. The calculation was based on land area, average life of plants, density per hectare, and land class. The data revealed that the variable of the average life of plants in the eight plantations was 49 years of plant life with the variation of 17 years. All plantations have the same land class; they were S2 land classes.

The result of the analysis of the calculation for production in the period of 2014-2018 showed that the production was 254,762 tons, 249,198 tons, 244,400 tons, 236,120 tons, and 227,553 tons. Based on the processed target of 92% of plant utility, it was sufficient to meet the plant capacity of 92% within three years, and 2017 the supply would not be sufficient to meet plant capacity so that addition from the third party would be needed.

The production of TBS from its own plantation decreased 3% each year, based on the composition of adolescent oil palms of 38.55%, young oil palm of 6.99%, and old oil palm of 54.4%. From the composition, it could be found that the composition was not balanced in which the production of adolescent oil palms would increase, the production of young oil palms would be maximum, and the production of old oil palms would decrease.

(24)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak semua perusahaan menyadari kemungkinan bahwa logistik modern bisa membawa kemajuan terhadap operasional mereka. Untuk mengenali pentingnya logistik, perusahaan harus memahami bahwa hal tersebut dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif.

Terdapat perbedaan antara konsep manajemen rantai pasok dengan konsep logistik secara tradisional. Logistik umumnya mengacu pada aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam sebuah organisasi, sedangkan rantai pasok mengacu pada jaringan beberapa organisasi yang saling bekerjasama dan berkoordinasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Perbedaan lainnya, logistik lebih fokus pada aktivitas-aktivitas seperti pengadaan, distribusi, pemeliharaan dan manajemen persediaan. Sedangkan fokus manajemen rantai pasok selain yang dilakukan dalam logistik juga beberapa aktifitas lain meliputi pemasaran, pengembangan produk baru, keuangan dan layanan konsumen (Hugos, 2003).

(25)

Sawit Rambutan PTPN III juga memasarkan produknya di luar negeri (ekspor). Nilai strategis komoditas CPO mendorong PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Rambutan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat mencapai keunggulan bersaing.

Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III merupakan salah satu pabrik dari 12 Pabrik Kelapa Sawit yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III. Sumber bahan baku TBS berasal dari delapan pemasok kebun seinduk dalam dua wilayah distrik yaitu Distrik Deli Serdang I (DSER I) dan Distrik Deli Serdang II (DSER II). Wilayah DSER I terdiri dari Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Monako, Kebun Gunung Para dan Kebun Silau Dunia sedangkan wilayah Distrik DSER II terdiri dari Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Sarang Giting, Kebun Sei Putih, yang tersebar di sekitar Kabupaten Serdang Bedagai dengan jarak bervariasi menuju pabrik, serta beberapa supplier pihak III.

(26)

Gambar 1.1 Pengolahan PRBTN Tahun 2008 s.d 2014 (Sumber: Data yang diolah dari PRBTN)

(27)

Gambar 1.2 Trend Rata-rata Olah PRBTN Tahun 2008 s.d 2014 Cenderung Menurun

Data pengolahan Pabrik Rambutan enam tahun terakhir disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Pengolahan PRBTN Tahun 2008 s.d 2013.

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Realisasi

Olah 210.428.900 201.553.300 208.716.000 194.628.000 182.915.000 187.561.000

Kapasitas

Terpasang 241.920.000 241.920.000 241.920.000 241.920.000 241.920.000 241.920.000

Kapasitas

Maksimum 259.200.000 259.200.000 259.200.000 259.200.000 259.200.000 259.200.000

Utilitas

Pabrik 0,811839892 0,777597608 0,805231481 0,75087963 0,705690586 0,723614969

Tahun

(28)

PKS Rambutan merupakan pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) dengan kapasitas olah terpasang sebesar 30 Ton TBS/jam atau maksimum dalam sehari mampu mengolah sebesar 30 ton x 24 Jam = 720 Ton per hari. Dari data pengolahan diatas dapat dilihat bahwa kapasitas pabrik yang sebesar 30 Ton TBS per jam tidak dapat mengolah secara efektif, hal itu terlihat dari jumlah TBS yang diolah dalam setahun serta dari hasil olah rata-rata perhari. Dari data enam tahun terakhir terlihat penurunan hasil pengolahan. Kapasitas pabrik yang terpakai hanya sekitar 70% hingga 80% sehingga terjadi idle capacity. Faktor utamanya adalah pasokan TBS yang semakin turun.

Apabila kondisi tersebut berlangsung terus maka daya saing PKS Rambutan akan menjadi rendah, serta pemenuhan kapasitas yang tidak tercapai dan terjadi idle

kapasitas. Sehingga kinerja PKS Rambutan menjadi rendah. Berdasarkan sasaran direktur utama perusahaan, bahwa kapasitas olah minimal adalah 90% untuk Pabrik 30 ton Oleh karena itu, pada penelitian ini berfokus terhadap konsep pemenuhan bahan baku olah TBS untuk memenuhi kapasitas pabrik, menganalisis ketersediaan bahan bahan baku TBS, baik yang berasal dari kebun sendiri. Serta mengkaji pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan terkait dengan ketersedian pasokan bahan baku TBS, Sehingga diperoleh solusi rancangan pasokan TBS untuk memenuhi kapasitas pabrik dengan demikian, diharapkan PKS Rambutan menjadi perusahaan dengan kinerja yang memuaskan.

(29)

yang dihasilkan, jarak menuju PKS, umur tanaman yang beragam, kerapatan pohon per hektar serta kualitas TBS itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka pokok permasalahan yang akan dipecahkan melalui penelitian ini adalah ketidak-seimbangan dalam hal pengadaan bahan baku TBS dengan kemampuan olah Pabrik Kelapa Sawit Rambutan (PRBTN). Ketidak-seimbangan ini telah berakibat pada produktivitas pabrik tidak optimal, sehingga perlu dirancang suatu konsep pemenuhan bahan baku TBS dalam upaya pemenuhan kapasitas olah pabrik sehingga kinerja PKS Rambutan dapat ditingkatkan pada tahun mendatang.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan merancang pemenuhan pasokan bahan baku TBS di PTPN III PKS Rambutan untuk memenuhi kapasitas terpasang pabrik sebesar 30 ton TBS Per Jam. Berdasarkan proyeksi perhitungan ketersediaan TBS dari kebun pemasok.

1.4 Manfaat Penelitian

(30)

1. Secara Ilmiah.

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya dan memberikan sumbangan pemikiran khususnya bagi para pengambil keputusan di perusahaan.

b. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Secara praktis.

a. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan serta sebagai bahan informasi dan rekomendasi untuk selanjutnya menjadi referensi bagi perusahaan dalam meningkatkan produktivitasnya.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi siapa saja yang ingin mengkaji permasalahan ini.

1.5 Batasan Masalah Dan Asumsi Batasan yang digunakan adalah:

1. Penelitian hanya dilakukan di PKS RAMBUTAN PTPN III dan Kebun Pemasok Inti khususnya pada ketersediaan TBS dari kebun pemasok.

2. Pembahasan penelitian didasarkan pada jumlah luas lahan, umur tanaman, kelas lahan, kerapatan tanaman per hektar.

(31)

Adapun asumsi yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah:

1. Kapasitas pabrik dalam keadaan normal, yaitu mampu mengolah 30 Ton TBS per jam.

2. Proses produksi berjalan normal, tidak terjadi gangguan force major, seperti musim yang ekstrim atau terjadi bencana alam.

3. Tidak terjadi perubahan sistem pasokan TBS.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri, maka penulisan laporan tesis ini disusun ke dalam delapan bab.

Bab 1 (Pendahuluan) menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan, dan sistematika penulisan laporan.

Bab 2 (Gambaran Umum Perusahaan) menjelaskan secara singkat berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis usaha, ruang lingkup bidang usaha, serta organisasi dan manajemen perusahaan.

Bab 3 (Landasan Teori) memaparkan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan masalah. Landasan teori yang digunakan adalah bertujuan untuk menguatkan metode dan teknik yang dipakai untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian di perusahaan.

(32)

ringkas tiap tahapan penelitian dengan disertai diagram alirannya (kerangka konseptual) menjelaskan konsep penelitian yang dilaksanakan. Dilanjutkan dengan penjelasan tentang definisi variabel yang harus dipakai pada saat penelitian dilakukan pada saat penelitian dan tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat penelitian.

Bab 5 (Hasil dan Pembahasan) mengidentifikasi data penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dokumen perusahaan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang akan dilakukan. Hasil pengolahan data tersebut digunakan sebagai dasar dalam analisis dan pemecahan masalah. Bab 6 (Analisa dan Perancangan).

(33)

BAB 2

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Umum Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Sejarah Perseroan diawali pada tahun 1958 dengan proses pengambil-alihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).

(34)

Tahun 1994 tiga BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero) dan PT Perkebunan V (Persero) pengelolaannya ke dalam satu manajemen.

Melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996.

2.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik. Misi Perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategik dan mengembangkannya secara optimal.

(35)

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

Sadar bahwa tanggung jawab pembangunan masa depan PTP Nusantara III ada pada seluruh karyawan maka dari itu bertekad mewujudkan paradigma bisnis baru di PTP Nusantara III:

1. Perubahan, perbaikan dan Peningkatan metode dan kinerja adalah salah satu keharusan.

2. Kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama untuk memenangkan persaingan.

3. Setiap kegiatan bisnis harus menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan. 4. Pengembangan hubungan industrial yang egaliter berdasarkan

keterbukaan, kesetaraan, dan kebhinekaan.

5. Pengembangan SDM yang terintegrasi untuk membangun kapital insani (Human and Intellectual Capital) yang dibutuhkan perusahaan.

6. Kepemimpinan yang efektif membangun pengaruh melalui kemampuan mengajar dan mebagi ilmu, membina hubungan baik dan menjadi panutan.

7. Penghargaan diberikan kepada karyawan berdasarkan kompetensi dan kinerjanya.

(36)

9. Pemanfaatan teknologi sebagai perangkat untuk peningkatan produktifitas kerja dan keunggulan kompetitif.

10. Keputusan yang diambil berdasarkan fakta dan data yang akurat.

11. Setiap tugas dan operasional perusahaan dilaksanakan dengan cepat tanggap, cepat tindak lanjut, tuntas, berkualitas, dan penuh tanggung jawab.

12. Seluruh aktifitas perusahaan harus berorientasi pada peningkatan mutu dan lingkungan.

Selain itu PTPN III memiliki Tata Nilai antara lain:

1. Proactivity (Proaktif): Selalu bersikap proaktif dengan penuh inisiatif dan mengevaluasi risiko yang mungkin terjadi.

2. Excellence (Terbaik): Selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai dengan kompetensi kita.

3. Team work (Kerjasama): Selalu mengutamakan kerjasama tim, agar mampu menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.

4. Innovation (Perubahan): Selalu menghargai kreativitas dan menghasilkan inovasi dalam metode baru dan produk baru.

(37)

Pabrik Kelapa Sawit Rambutan dibangun pada tahun 1983 dan merupakan salah satu pabrik dari 12 PKS yang dimiliki oleh PTPN III, terletak di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai-Propinsi Sumatera Utara, sekitar 65 km ke arah Tenggara Kota Medan. PKS Rambutan mempunyai kapasitas terpasang sebesar 30 Ton Tandan Buah Segar (TBS) per Jam. Secara keseluruhan pabrik ini terdiri atas:

a. Bangunan pabrik. b. Instalasi.

c. Pembangkit Tenaga Listrik. d. Bangunan Bengkel.

e. Gudang. f. Kantor.

g. Perumahan Staff dan Karyawan.

Didalam menghadapi pasar bebas di Era Globalisasi sekarang ini, PKS Rambutan telah menerapkan:

1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001.

Sasarannya adalah untuk menjamin produksi yang dihasilkan sesuai dengan standar secara konsisten dan memuaskan pelanggan, dan ini telah di Audit oleh pihak external pada bulan Mei 2000 (PT. TUV Internasional Indonesia) pada bulan Mei 2000 telah mendapat Sertifikat ISO 2002.

2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.

(38)

menjalani trial audit oleh pihak external pada bulan Juni 2000 (PT. Surveyor Indonesia).

3. Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap seluruh karyawan dan merupakan tanggung jawab sosial. Telah menjalani Audit oleh pihak External pada bulan oktober 2000 (PT. Sucofindo) atas Rekomendasi PT. Sucofindo bahwa PKS Rambutan memperoleh “SERTIFIKAT DAN BENDERA EMAS”.

Selain itu PKS Rambutan juga telah mendapatkan “PIAGAM PENGHARGAAN ZERO ACCIDENT AWARD” untuk 1.500.000 jam periode 1 Januari 1997 sampai dengan 30 Desember 1999 (Sesuai SK. Manaker No : KEP 11/MEN/2000 tanggal 25 Januari 2000).

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan saat ini keberadaannya tidak hanya sebagai tempat Pengolahan TBS dari Kebun Seinduk atau Pihak III saja, namun telah berperan serta mendukung suksesnya Pendidikan Nasional yaitu dengan cara menerima secara terbuka para Mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta serta pelajar-pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan untuk Kerja Praktek di Pabrik.

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha

(39)

(ampas) digunakan sebagai bahan bakar boiler dalam memproduksi uap. Untuk penjualan produk tersebut dilakukan oleh bagian pemasaran pada kantor pusat (Head Office), pihak pabrik hanya melakukan proses pengolahan saja.

2.4. Lokasi Perusahaan

PKS Rambutan terletak di Kecamatan Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi,

Propinsi Sumatera Utara. PKS Rambutan berada pada 3.35 Lintang Utara dan 98.41

Bujur Timur atau berada 65 km arah tenggara kota Medan. Elevasi pabrik berada pada 18 meter diatas permukaan laut. Dengan elevasi seperti ini suhu minimum dan maksimum berkisar antara 22˚C - 32˚C dan suhu rata-rata mencapai 27˚C. PKS Rambutan mempunyai curah hujan rata-rata lima tahun terakhir 1447 mm/tahun dengan 86 hari hujan dan beriklim sedang. PKS Rambutan mengolah tandan buah segar yang berasal dari berbagai daerah. Daerah-daerah pemasok TBS yang diolah di PKS Rambutan adalah Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Gunung Para, Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Monako, Kebun Silau Dunia, Kebun Sarang Giting, Kebun Sei Putih dan pihak luar seperti koperasi dan perkebunan inti rakyat (PIR).

2.5. Struktur Organisasi Perusahaan

(40)

orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut sehingga mengetahui batas kewajibannya, wewenang, serta tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya dan dapat melaksanakan aktivitas untuk mendukung tercapainya sasaran perusahaan. Dengan demikian diharapkan ada satu kesatuan perintah dalam gerak dan langkah untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan, sehingga masing-masing pekerja akan mengetahui dengan jelas dari mana ia mendapat perintah dan kepada siapa dia mempertanggung jawabkan hasil kerjanya.

Sebelum menjalankan suatu aktivitas dalam perusahaan, sangat penting untuk mencantumkan struktur organisasi yang ada, dalam hal ini merupakan landasan kerja bagi seluruh pegawai yang ada dalam perusahaan. Struktur organisasi yang digunakan pada PTPN III PKS Kebun Rambutan adalah struktur organisasi yang berbentuk garis dan fungsional berdasarkan fungsi. Dilihat dari struktur organisasinya, terlihat adanya pembidangan tugas, dimana pembagian unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas. Disamping itu, wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi di bawahnya dalam bidang-bidang tertentu secara langsung. Untuk membagi tugas dan tanggung jawab terdapat kegiatan-kegiatan didalam perusahaan, PTPN III PKS Rambutan membentuk suatu struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi juga ditentukan dan dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan tersebut.

(41)

atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpang siuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.

[image:41.612.124.517.402.628.2]

Pada struktur organisasi garis prinsip Unity of command atau kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberi perintah. Organisasi Fungsional dalam struktur organisasi ini setiap petugas memiliki fungsi yang telah ditentukan oleh pimpinan perusahaan. Jadi tugas dan tanggung jawab dalam organisasi ini dibagi menurut fungsi masing-masing. Pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang menyangkut bidang kerjanya. Petugas-petugas yang setingkat mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sama. Struktur organisasi PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(42)

2.6. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

Untuk melaksanakan aktivitas perusahaan PTPN III PKS Rambutan membutuhkan tenaga kerja dan staffnya untuk menjalankan fungsi manajemen tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan sesuai dengan jabatannya masing-masing. Pembagian tugas dalam organisasi didasarkan atas kualifikasi dan tanggung jawab. Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dari pimpinan/staff yang bekerja di PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada pada bagan break down Gambar 2.2 s.d 2.6.

[image:42.612.114.529.342.664.2]

a. Bagan bagian Tata Usaha dan Personalia.

(43)
[image:43.612.117.525.102.475.2]

b. Bagan Bagian Teknik.

(44)
[image:44.612.113.529.107.432.2]

c. Bagan Bagian Laboratorium.

(45)
[image:45.612.117.537.120.473.2]

d. Bagan Bagian Pengolahan.

(46)
[image:46.612.165.473.131.443.2]

d. Bagan Bagian Administrasi Pengolahan.

Gambar 2.6 Struktur Bagian Administrasi Pengolahan PRBTN

2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

(47)

untuk lebih meningkatkan semangat dan gairah dalam bekerja. Agar kompensasi yang diberikan dapat memberikan efek positif, maka jumlah yang diberikan haruslah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta sesuai dengan peraturan yang ada.

2.8. Standart Mutu Produk

Sebagai hasil produksi pabrik pengolahan sawit PTPN 3 Kebun Rambutan, adalah sebagai berikut:

1. Minyak sawit (Crude Palm Oil), dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Kadar Air < 0,15%.

b. Kadar Kotoran < 0,015%. c. Kadar Asam Lemak < 3,5%.

2. Inti Sawit ( Kernel ), dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Kadar Air < 7,0%.

b. Kadar Kotoran < 6,0%.

c. Kadar Asam Lemak Bebas < 1,0%. d. Inti Pecah < 15%.

e. Inti Berwarna < 60%.

2.9. Mesin dan Peralatan

(48)

dari listrik misal bahan bakar atau tenaga surya dan lain-lain. PTPN III PKS Kebun Rambutan menggunakan mesin dan peralatan yang berteknologi yang canggih dan efisien. Teknologi merupakan fasilitas fisik dan nonfisik yang keduanya berguna dalam pekerjaan-pekerjaan praktis mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.

2.10. Utilitas

Utilitas merupakan sarana pendukung yang harus dipenuhi dalam proses produksi, setiap perusahaan mempunyai peralatan baik itu yang langsung berhubungan dengan proses produksi maupun peralatan penunjang lainnya. Untuk menghasilkan produk setengah jadi ataupun produk jadi, untuk itu utilitas harus dijaga keberadannya untuk mengoptimalkan kerja.

1. Genset.

Fungsi: Pembantu power listrik atau pembangkit listrik bagi mesin dan peralatan jika arus listrik PLN terputus.

2. Loader.

Fungsi: Memindahkan bahan-bahan yang mempunyai volume besar dan berat seperti buah kelapa sawit dan bahan lainnya yang baru tiba atau yang akan dipindahkan dari truk kegudang bahan baku.

2.11. Safety and Fire Protection

(49)

diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat hal ini akan menyebabkan tingginya biaya produksi.

Jadi salah satu usaha untuk memperkecil biaya produksi adalah dengan menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat pelindung yang aman guna memperkecil akibat yang ditimbulkan mesin tersebut jika terjadi kecelakaan. Masalah keselamatan harus benar-benar diperhatikan pada saat perancangan dan bukan baru dipikirkan kemudian setelah pabrik didirikan. Namun sekalipun pabrik sudah beroperasi, perencanaan tetap penting untuk mencapai standar keselamatan kerja yang tinggi.

Terdapat Perencanaan keselamatan dan efisiensi produksi di PTPN III PKS Kebun Rambutan yaitu:

a. Menciptakan keadaan yang aman untuk berjalan dilantai, tangga-tangga, tempat dan daerah kerja dan sebagainya.

b. Memfasilitasi transportasi yang harus disertai perlengkapan keselamatannya.

c. Mengisolasi daerah-daerah yang berbahaya.

(50)

Cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan menggunakan peralatan pelindung diri yang tergantung pada jenis pekerjaan dilapangan dan alat-alat pelindung diri yang meliputi:

a. Pelindung telinga khusus digunakan khusus bagi pekerja yang mendapatkan kebisingan di sekitar mesin boiler dan sebagainya.

b. Sepatu pengaman untuk melindungi pekerja dari kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat yang menimpa kaki, benda tajam yang mungkin terinjak, di daerah sekitar proses produksi.

c. Topi/helm khusus untuk melindungi kepala pekerja saat bekerja dari benda yang jatuh atau melayang dari atas di daerah sekitar proses produksi.

d. Tali pengaman (safety belt) untuk pekerja yang bekerja ditempat-tempat tinggi.

2.12. Sistem Pasokan TBS di PKS Rambutan

(51)
[image:51.612.146.513.166.470.2]

TBS yang diolah saat ini berasal dari delapan kebun yang berada di wilayah kabupaten Deli Serdang.

Gambar 2.7 Skema Pasokan TBS PKS Rambutan Saat Ini PKS Rambutan Distrik Serdang I

Kebun Gunung Pamela Kebun Silau Dunia Kebun Gunung Monako Kebun Gunung Para

Distrik Serdang II

Kebun Sarang Giting

(52)

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1. Deskripsi Teori

3.1.1. Konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

Manajemen rantai pasok (supply chain management) merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Sebagai dasar untuk memahami mengenai bagaimana manajemen rantai pasok dilakukan, sebelumnya akan dijelaskan definisi manajemen rantai pasok.

3.1.2. Definisi Manajemen Rantai Pasok

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan manajemen rantai pasok (supply chain management), terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai definisi rantai pasok (supply chain). Sampai saat ini belum ada sebuah definisi yang baku untuk menjelaskan pengertian dari rantai pasok. Namun, dalam bukunya Hugos (2003) memberikan beberapa definisi rantai pasok, sebagai berikut:

A supply chain is the alignment of firms that bring products or services to market” (Lambert, Stock and Ellram di dalam Hugos, 2003).

A supply chain consists of all stages involved, directly or indirectly, in fulfilling a customer request. The supply chain not only includes the manufacturer and suppliers,

(53)

Manajemen rantai pasok adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yang sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang (Indrajit & Djokopranoto 2002). Sebuah rantai pasokan terdiri dari seluruh pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001). Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. (Lee dan Billington, 1995), Manajemen rantai pasok merupakan suatu jaringan fasilitas yang bermula dari bahan mentah dan ditransformasikan menjadi bahan setengah jadi dan kemudian produk akhir serta pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi yang tepat. Saat ini, banyak perusahaan terkemuka menerapkan sistem manajemen rantai pasok dalam rangka menjaga keberlangsungan produksi dengan mempertimbangkan kualitas tinggi dengan biaya rendah. Selain itu, manajemen rantai pasok dapat meningkatkan efisiensi kerja dalam suatu perusahaan sehingga menghasilkan produk secara optimal.

(54)

kedinamisannya serta terjadinya konflik tujuan antar fasilitas dan partner (Shimchi-Levi et al. 2003).

Terdapat perbedaan antara konsep manajemen rantai pasok dengan konsep logistik secara tradisional. Logistik umumnya mengacu pada aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam sebuah organisasi, sedangkan rantai pasok mengacu pada jaringan beberapa organisasi yang saling bekerjasama dan berkoordinasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Perbedaan lainnya, logistik lebih fokus pada aktivitas-aktivitas seperti pengadaan, distribusi, pemeliharaan dan manajemen persediaan. Sedangkan fokus manajemen rantai pasok selain yang dilakukan dalam logistik juga beberapa aktifitas lain meliputi pemasaran, pengembangan produk baru, keuangan dan layanan konsumen (Hugos, 2003).

Istilah rantai pasokan agroindustri (agri-food supply chain) sendiri digunakan untuk menggambarkan aktivitas mulai dari proses produksi hingga ke proses distribusi yang membawa produk perkebunan atau produk pertanian dari tanah pertanian ke konsumen (Ahumada & Villalobos 2009). Rantai pasokan agroindustri dibentuk oleh serangkaian organisasi yang melakukan proses produksi (oleh petani), proses distribusi, proses pengolahannya, dan pemasaran produk hasil perkebunan ke konsumen.

(55)

1. Sifat produksinya, yang sebagian berbasis pada proses biologis, sehingga meningkatkan keanekaragaman dan resiko.

2. Sifat produknya, yang memiliki beberapa karakterisitik khusus, seperti mudah rusak/lenyap (perishablelity) dan kamba (bulky), sehingga membutuhkan rantai pasok tipe tertentu.

3. Perilaku sosial dan konsumen terhadap isu-isu keamanan pangan, keselamatan binatang, dan tekanan lingkungan.

(56)

Istilah supply chain atau rantai pasokan mengandung arti bahwa hanya ada satu pemain yang terlibat pada setiap tahap rantai pasok. Pada kenyataanya, sebuah pabrik dapat menerima bahan baku dari beberapa pemasok dan kemudian memasok produk jadinya ke beberapa distributor. Berdasarkan hal ini, sesungguhnya kebanyakan supply chain (rantai pasokan) merupakan network atau jaringan (Chopra & Meindl 2007). Pada umumnya rantai pasokan melibatkan beberapa pelaku yang diperlihatkan pada Gambar 3.1, meliputi:

1. Konsumen.

2. Retailers/pengecer. 3. Wholesalers/distributor. 4. Manufacturer/pabrik.

[image:56.612.117.530.421.627.2]

5. Supplier/pemasok bahan baku/komponen.

(57)

Jaringan rantai pasok terdiri dari pemasok, gudang, pusat distribusi, dan outlet retail, termasuk bahan baku, persediaan (Work in process inventory), dan produk jadi yang mengalir melalui fasilitas tersebut (Shimchi-Levi et al. 2003). Menurut Aramyan et al. (2006), terdapat dua tipe rantai pasok agroindustri, yaitu:

1. Rantai pasok untuk produk segar, seperti sayuran, bunga dan buah-buahan.

2. Rantai pasok untuk produk pertanian hasil pemrosesan termasuk produk perkebunan.

Proses yang terjadi dalam sebuah rantai pasokan dibagi menjadi dua kategori, tergantung dari pertimbangan apakah proses tersebut dilakukan sebagai respon atas pesanan konsumen (pull processes) atau sebagai antisipasi terhadap pesanan konsumen (push processes). Tinjauan push/pull processes dalam sebuah rantai pasokan dapat mempengaruhi pertimbangan keputusan stategis pada saat pembangunan desain rantai pasokan (Chopra & Meindl 2007). Faktor lain yang mempengaruhi rancangan rantai pasokan adalah sifat dari permintaan terhadap produk (nature of the demand), apakah termasuk produk fungsional atau produk inovatif.

Menurut (Lumsden, 1998), rantai pasokan terdiri dari lima aliran yang berbeda, seperti Gambar 3.2, antara lain:

(58)

2. Aliran moneter biasanya berjalan dari belakang konsumen kepada produsen melalui organisasi di dalam rantai pasokan.

3. Aliran horizontal informasi dua arah; dari konsumen terhadap produser dan kembali lagi. Informasi yang dibutuhkan, misalnya, untuk menghasilkan produk yang tepat atau mengenai waktu pengiriman.

4. Arus informasi vertikal terjadi antara empat arus horisontal, untuk Misalnya, sistem track-dan-trace truk.

5. Aliran fisik lainnya adalah aliran sumber daya, misalnya, truk yang digunakan untuk mengangkut barang dari satu tujuan yang lain di dalam perusahaan.

[image:58.612.103.533.364.570.2]

Gambar 3.2 Aliran Di Dalam Supply Chain (Diadaptasi Dari Lumsden, 1998)

Analisis rantai pasokan dapat dievaluasi dalam konteks jaringan rantai pasokan makanan yang kompleks, disebut juga sebagai Food Supply Chain Network

(FSCN). Dalam FSCN, beberapa perusahaan yang berbeda berkolaborasi secara

RESOURCE FLOW

VERTICAL INFO FLOW HORIZONTAL

INFO FLOW MONETARY FLOW MATERIAL FLOW Compa

ny1

Compa ny 3 Compa

ny 2

PRODUCER

(59)
[image:59.612.124.514.405.637.2]

strategis dalam satu atau lebih area dengan tetap menjaga identitas dan otonominya sendiri (Lazzarini dalam Vorst, 2005). Ketika peneliti atau manajer mendiskusikan pengembangan jaringan dan rantai pasok yang potensial, dibutuhkan suatu kerangka kerja (framework) untuk mendeskripsikan rantai pasok, pelakunya, prosesnya, produk-produknya, sumberdaya, dan manajemen, hubungan antara pelaku rantai pasokan dan jenis atribut yang terkait, dalam upaya untuk memungkinkan pelaku rantai pasokan saling mengerti peranannya secara jelas (Vorst, 2005). Empat elemen yang dapat digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan dalam FSCN antara lain struktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai dan sumber daya rantai. Kerangka analisis manajemen rantai pasokan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar. 3.3 Kerangka Analisis Rantai Pasokan (Van Der Vorst, 2005)

Siapa saja anggota rantai dan apa perannya Konfigurasi peraturannnya

Sasaran Rantai Proses Bisnis

Rantai Manajemen

Rantai

Kinerja Rantai Siapa pelaku bisnis dan proses apa dalam MRP Bagaimana Integrasinya setiap proses

Struktur Rantai Pasokan

Sumber Daya

Rantai Sumberdaya apasaja yang digunakan disetiap proses

dalam rantai Apa yang digunakan

(60)

Empat elemen yang digunakan untuk menjelaskan, menganalisis atau mengembangkan secara spesifik rantai pasok tandan buah segar di PKS Rambutan dengan FSCN ini nantinya akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi nyata yang terjadi dalam rantai pasokan tersebut. Untuk menjamin penerapan manajemen pasokan TBS yang optimal, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002). Manajemen Rantai Pasokan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, dimana banyak hambatan yang dihadapi dalam implementasinya, sehingga dalam implementasinya memang membutuhkan tahapan mulai tahap perancangan sampai tahap evaluasi dan perbaikan berkelanjutan. Selain itu implementasi manajemen rantai pasokan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini seluruh partner yang ada.

(61)

Gambar 3.4. Sistem Rantai Pasok Pada Agro Industri Kelapa Sawit

3.2. Persamaan dan Perbedaan Antara Manajemen Logistik dan SCM

Keduanya menyangkut pengelolaan arus barang atau jasa, keduanya menyangkut pengelolaan mengenai pembelian, pergerakan, penyimpanan, pengangkutan, administrasi dan penyaluran barang, keduanya menyangkut usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan barang. Perbedaan mendasar antara manajemen logistik dan SCM adalah manajemen logistik mengutamakan pengelolaan, termasuk arus barang dalam perusahaan. Berorientasi pada perencanaan dan kerangka kerja yang menghasilkan rencana arus barang dan informasi di perusahaan.

(62)

a. SCM dipandang sebagai logistik bagian luar perusahaan yang meliputi pelanggan dan supplier. Serta tidak cukup hanya integrasi di bagian dalam perusahaan saja.

b. Manajemen logistik lebih memfokuskan pada pembuatan rencana untuk aliran produksi dan informasi di dalam perusahaan.

3.3. Definisi Logistik

Konteks logistik identik dengan organisasi, pergerakan, dan penyimpanan dari material dan manusia. Domain dari aktivitas logistik sendiri adalah menyediakan sistem dengan produk yang tepat, di lokasi yang tepat, pada waktu yang tepat (right product, in the right place, at the right time) terkait dengan penelitian ini adalah menyediakan TBS dengan jumlah yang tepat, dilokasi yang tepat (pabrik) dengan waktu yang tepat (kontinu) (Ghiani, Laporte, & Musmanno, 2004).

(63)

Dalam cetak biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional), seperti pada Gambar 3.5 logistik didefinisikan sebagai bagian dari rantai pasok (supply chain) yang menangani arus barang, informasi, dan uang melalui proses pengadaan (procurement), penyimpanan (warehousing), transportasi (transportation), distribusi (distribution), dan pelayanan pengantaran (delivery services). Adapun penyusunan sistem logistik ditujukan untuk meningkatkan keamanan, efisiensi, dan efektfitas pergerakan barang, informasi, dan uang mulai dari titik asal (point of origin) sampai dengan titik tujuan (point of destination) sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki konsumen.

Gambar 3.5. Definisi Logistik (modifikasi dari Prof. Senator, 2003)

3.4. Sistem Logistik

(64)

Pembahasan dalam sistem logistik ini merupakan pembahasan yang komperhensif, termasuk pembahasan mengenai proses pengolahan, pergudangan, pendistribusian, titik/poin pengalihan angkutan, terminal transportasi, penjualan eceran, pusat penyortiran barang, dan dokumen, pusat penghancuran, dan pembuangan dari keseluruhan kegiatan industri (Ghiani, Gianpaolo, Laporte, Musmanno, 2004), diperlihatkan pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Sistem Logistik

(65)

hilir. Dalam penelitian ini logistik hanya dibatasi dari pemasok hingga pabrik (Produsen). Logistik utama adalah bahan baku TBS untuk pemenuhan kapasitas pabrik.

3.5. Analisis Logistik Ketersediaan TBS

Untuk menganalisis logistik tandan buah segar PKS Rambutan secara keseluruhan, ada delapan tahapan yang dilakukan yaitu, Produksi Kebun Seinduk PTPN III, Proses Pengolahan PKS Rambutan, Perbandingan TBS Olah dan TBS tersedia, Persentase Pemasok Buah ke PKS Rambutan, Luas Kebun Pemasok, Jarak dari kebun ke pabrik serta tarif angkutan rupiah per kg, sistem pengangkutan. Sedangkan untuk mengetahui potensi ketersediaan TBS dihitung menggunakan perhitungan Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan.

3.6. Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan 3.6.1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan FAO 1976

Pengertian kesesuaian lahan, kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan (matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976 dalam Rayes (2007) adalah terdiri dari 4 kategori sebagai berikut:

(66)

didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.

4. Satuan (Unit) : menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

Kesesuaian lahan pada tingkat ordo: kesesuaian lahan pada tingkat ordo berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:

1. Ordo S, sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Penggunaan lahan tersebut akan memberi keuntungan lebih besar daripada masukan yang diberikan.

2. Ordo N, tidak sesuai (Not Suitable) adalah lahan yang mempunyai pembatas demikian rupa sehingga mencegah penggunaan secara lestari untuk suatu tujuan yang direncanakan.

(67)

pula didasarkan pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai keuntungan yang diharapkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas, kelas merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu Ordo.

Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang ditulis dibelakang simbol Ordo. Nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan kelas yang makin menurun dalam suatu Ordo.

Jumlah kelas yang dianjurkan adalah sebanyak 3 (tiga) kelas dalam Ordo S, yaitu: S1, S2, S3 dan 2 (dua) kelas dalam Ordo N, yaitu: N1 dan N2. Penjelasan secara kualitatif dari definisi dalam pembagian kelas disajikan dalam uraian berikut:

Kelas S1 atau Sangat Sesuai (Highly Suitable) merupakan lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya.

Kelas S2 atau Cukup Sesuai (Moderately Suitable) merupakan lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta meningkatkan masukan yang diperlukan.

(68)

Kelas N1, kelas N1 atau tidak sesuai saat ini (Currently Not Suitable) merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga menghalangi keberhasilan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

Kelas N2, kelas N2 atau tidak sesuai selamanya (Permanently Not Suitable) merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.

3.6.2. Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan (PPKS)

Gambar 3.7 dibawah ini menunjukkan produksi TBS dimulai pada tahun ke 3 meningkat hingga tahun ke delapan, pada tahun ke sembilan hingga tahun ke 13 produksi akan mencapai maksimum, dan kemudian pada tahun ke 14 produksi TBS akan menurun hingga tahun ke 25 masa efektif kelapa sawit. Untuk lahan kelas 1 yaitu S1 lahan dengan kualitas sangat baik, sehingga produksi pada lahan kelas ini akan menghasilkan produksi TBS paling banyak, dilanjutkan dengan lahan kelas S2 dan S3.

(69)
[image:69.612.119.525.214.577.2]

Tabel 3.1 menunjukkan potensi produksi kelapa sawit bermutu dan melaksanakan budidaya sesuai dengan standar teknis, berdasarkan kelas tanah dalam jangka waktu 20 tahun.

Tabel 3.1 Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kelas Lahan (Sumber PPKS Medan)

Komposisi Tanaman Umur Tanaman

(Tahun)

Potensi Produksi Menurut Kelas Lahan TBS (Ton/Ha)

S1 S2 S3

Muda (3-8 tahun) 3

4 5 6 7 8 9 15 18 21 26 30 7,3 13,5 16 18,5 23 25,5 6,2 12 14,5 17 22 24 Remaja (9-13 Tahun) 9

10 11 12 13 31 31 31 31 31 28 28 28 28 28 26 26 26 26 26 Dewasa (14-20 tahun) 14

15 16 17 18 19 20 30 28 27 26 25 24 23 27 26 25,5 24,5 23,5 22,5 21,5 25 24,5 23,5 22 21 20 19

Tua (21-24 tahun) 21

22 23 24 22 20 19 18 21 19 18 17 18 17 16 15 Renta ( >24 tahun)

Jumlah Rata-rata 25 - - 17 553 24 16 505,3 22,0 14 460,7 20,0 Keterangan:

S1 : Lahan kualitas 1, S2 : Lahan kualitas 2, S3 : Lahan kualitas 3

Klasifikasi kesesuaian lahan meliputi:

1 Kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai saat ini (N1), tidak sesuai permanen (N2).

(70)

3 S2, ada pembatas kecil, berpengaruh terhadap hasil, perlu input, dapat diatasi petani.

4 S3, faktor pembatas berat, perlu input lebih banyak, perlu modal besar dan bantuan pemerintah.

5 N, tidak sesuai untuk diusahakan, sulit diatasi.

Pada Komoditas Sawit daya hasil (ton/ha/tahun) tandan buah segar berdasarkan kelas kesesuaian lahan:

a. S1 : > 24 ton/ha/th. b. S2 : 19-24 ton/ha/th. c. S3 : 13-18 ton/ha/th. d. N : < 12 ton/ha/th.

Berdasarkan data dari bagian tanaman. Seluruh kebun seinduk yang memasok ke PKS Rambutan mempunyai karakteristik lahan kelas S2. Sehingga dari Tabel 3.1 diatas dapat digunakan untuk menghitung produksi yang dihasilkan dari kebun pemasok.

3.7. Penelitian Terdahulu

(71)

No

Nama Peneliti/

Tahun

Judul

Penelitian Variabel Metodologi Hasil

1 Arie Saputra 2012

Desain Rantai Pasok Agro Industri Kopi Organik di Aceh Tengah untuk Optimalisasi Balancing Risk Kualitas dan kuantitas pasokan, standarisasi produk organik, Permintaan konsumen

Pendekatan terhadap proses identifikasi risiko lebih diutamakan pada sisi kualitas dan kuantitas pasokan. Kualitas berdasarkan standarisasi produk organik menjadi parameter paling penting terhadap kesuksesan manajemen risiko rantai pasok. Salah satu metode mitigasi risiko yang banyak dipakai di dalam berbagai kasus manajemen risiko rantai pasok adalah model distribusi risiko (risk sharing

Terdapat empat komponen faktor risiko yaitu risiko pasokan, kualitas,

permintaan dan harga. Metode

penanggulangan risiko dilakukan melalui model distribusi risiko atau RS dengan mekanisme penentuan harga jual optimal untuk setiap pelaku di dalam rantai pasok berdasarkan tingkat pencapaian kinerja dari masing-masing pelaku.

Perancangan rantai pasok berkelanjutan diperoleh melalui mekanisme model RS dan rancangan struktur kontrak yang terbukti mampu meningkatkan total profit koperasi, petani, prosesor dan kolektor.

2 Retno Astuti 2012 Pengembangan Rantai Pasok buah Manggis di Kabupaten Bogor Jawa Barat

Metode yang digunakan pada langkah awal ini adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah manggis yang menjadi objek

penelitian. Identifikasi peran masing-masing pelaku dalam rantai pasok dan analisis elemen kunci struktur rantai pasok. Intepretative

(72)

No

Nama Peneliti/

Tahun

Judul

Penelitian Variabel Metodologi Hasil

Indikator kinerja kunci dan risiko kemudian

diidentifikasi dengan

menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP). Dalam

pengembangan rantai pasok ini, kinerja rantai pasok diukur menggunakan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan nilai tambah juga dianalisis menggunakan metode Hayami.

3 Diqbal Satya Negara 2012 Analisis Manajemen Rantai Pasok pada Industri Batik Banten MRP merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Menggunakan model pengukuran kinerja MRP SCOR (Supply Chain Operations Reference) yang dikembangkan oleh Supply Chain Council. SCOR merupakan suatu metode sistematik yang

mengombinasikan unsur-unsur seperti teknik bisnis, benchmarking dan praktek terbaik (best practice) untuk diterapkan dalam rantai

Dalam hal ini terdapat tiga (3) aliran dalam rantai pasokan, yaitu aliran barang, aliran informasi dan aliran financial. Dalam Proses Bisnis, perencanaan

menjadi prioritas tertinggi, dari hasil AHP maupun ANP.

(73)

No

Nama Peneliti/

Tahun

Judul

Penelitian Variabel Metodologi Hasil

4 Windy

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PTPN III PKS Rambutan
Gambar 2.2 Struktur Bagian Tata Usaha PRBTN
Gambar 2.3  Struktur Bagian Teknik PRBTN
Gambar 2.4  Struktur Bagian Laboratorium PRBTN
+7

Referensi

Dokumen terkait