• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi kelayakan pengelolaan Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi kelayakan pengelolaan Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN PENGELOLAAN

WANA WISATA MANTINGAN

KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

SOFA MARWA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

STUDI KELAYAKAN PENGELOLAAN

WANA WISATA MANTINGAN

KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

SOFA MARWA E14061705

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

5

RINGKASAN

Sofa Marwa. E14061705. Studi Kelayakan Pengelolaan Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dibimbing oleh Ir. Yulius Hero, M.Sc.

Hutan merupakan sumberdaya alam yang memiliki peran strategis. Oleh karena itu, hutan harus dikelola secara optimal dengan membangun rekreasi. Wana Wisata Kartini Mantingan (WWKM) merupakan salah satu tempat rekreasi di Rembang yang dahulu dikelola oleh KPH Mantingan. Seiring berjalannya waktu, WWKM dikelola oleh KBM JLPL. Untuk membangun WWKM, biaya dan pendapatan harus diperhatikan untuk mengetahui kelayakan usaha.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengunjung dan menganalisis kelayakan usaha WWKM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menghitung analisis kelayakan usaha dengan kriteria NPV, BCR dan IRR. Kemudian penelitian ini juga menghitung periode pengembalian modal (pay back period) dan analisis sensitivitas.

Karakteristik pengunjung WWKM adalah perempuan sebesar 53% dan berasal dari Rembang sebesar 45%. Pendidikan terakhir pengunjung adalah SMA sebesar 50% yang bekerja sebagai wiraswasta sebesar 32%. Pendapatan pengunjung adalah Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 sebesar 25% dan berpendapat tarif karcis sedang sebesar 44%. Kemudian pengunjung berpendapat fasilitas memuaskan sebesar 54% dan menginginkan penambahan fasilitas permainan sebesar 38,346%.

Dari Analisis kelayakan, sebelum dikelola KBM JLPL yang diperhitungkan seluruh biaya investasi untuk membangun WWKM, usaha ini layak dijalankan karena nilai NPV sebesar Rp 223.397.974, BCR sebesar 1,117 dan IRR sebesar 16,985%. Perhitungan setelah dikelola oleh KBM JLPL yang memperhitungkan biaya investasi pada saat WWKM dikelola oleh KBM JLPL, usaha ini juga layak karena nilai NPV sebesar Rp 774.737.902, BCR sebesar 1,572 dan IRR sebesar 47,697%. Pada tahun ke-4 (3 tahun 8 bulan) proyek ini sudah mengembalikan modal yang sudah ditanam. Usaha ini sensitif terhadap penurunan pendapatan daripada kenaikan biaya. Apabila kenaikan biaya mencapai 58%, maka NPV bernilai negatif, yaitu (Rp 11.177.040). Jika pendapatan menurun 37%, NPV menurun menjadi (Rp 13.274.654).

(4)

SUMMARY

Sofa Marwa. E14061705. Management Feasibility Study Wana Wisata Kartini Mantingan Rembang, Cental Java. Under supervised by Ir. Yulius Hero, M.Sc.

Forest is a natural resource that has a strategic role. Therefore it has to be optimally managed such as by developing a recreation area. WWKM is one of recreation area in Rembang formerly managed by KPM Mantingan and later managed by KBM JLPL. Revenue and cost have to be pointed out in developing WWKM to determine the business feasibility

This study analyze visitor characteristic and analyze WWKM business feasibility. Methods used in this study are calculate and analyze using NPV, BCR, and IRR criteria; calculate the payback period and sensitivity analysis.

WWKM visitor’s characteristics are female visitors 53%, visitors from

Rembang 45%, visitors with high school educated are 50%, self-employed visitors 32%, visitors with income from Rp 500.000 – Rp 1000.000 are 25%, visitors think that the ticket price is average 44%. Visitors satisfy with existing facilities 54% and visitors expected more game facilities are 38,346%. Based on feasibility analysis and taken from the entire investment with NPV Rp 223.397.974, BCR 1.117 and IRR 16.985% indicate that WWKM was an appropriate business before it was runned by KBM JLPL. It also a valuable business under KBM JLPL management with NPV Rp. 774.737.902, BCR of 1.572 and IRR of 47.697%. In fourth year ( 3 years and 8 months ) this project has refund its investment. This project is more sensitive to income decrease than cost increase. If expense raise to 58% will cause a negative NPV (Rp 11.177.040) and the NPV will down to (Rp 13.274.654) if revenue decrease to 37%.

(5)

7

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kelayakan Pengelolaan Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 31 Januari 2011

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : ANALISIS KELAYAKAN PENGELOLAAN WANA

WISATA MANTINGAN KABUPATEN REMBANG

JAWA TENGAH

Nama : Sofa Marwa

NRP : E14061705

Menyetujui, Pembimbing Akademik

Ir. Yulius Hero, M.Sc NIP : 19650707 199003 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP: 19630401 199403 1001

(7)

9

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Studi Kelayakan Pengelolaan Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Departemen Manejemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dan Almarhum Bapak Soeryadi sebagai orang tua penulis yang memberikan dukungan moral sejak penulis masih kecil.

2. Bapak Ir. Yulius Hero, M.Sc sebagai dosen pembimbing penulis yang telah memberikan pengarahan dalam penelitian dan penulisan skripsi.

3. Bapak S. Lukman Hadi, SH, MM sebagai manajer KBM JLPL dan Erry Juhari sebagai asisten manajer KBM JLPL yang membantu perizinan dalam melakukan penelitian.

4. Kak Arif Wahyudi, Kak Nanang, Pak Sandoyo, Kak Budi dan rekan-rekan di Wana Wisata Kartini Mantingan yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data dalam penelitian di lapangan.

5. Devie yang telah membantu dan menemani selama melakukan penelitian. 6. Mba Neti, Mba Yanti, Mba Midhi yang telah memberikan dukungan selama

melakukan penulisan skripsi

7. Alwin Taher sebagai teman dekat yang telah membantu memberikan masukan dalam penulisan skripsi.

8. Mutia, Iyis, Adek, Anita dan teman-teman MNH 43 yang telah memberikan semangat.

9. Ari, Lia, Eko, Nana, dek Rum, dan teman- teman di Griya dan Asad yang telah menemani sejak penulis masuk kuliah.

(8)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sempurna, namun harapan penulis adalah semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Semoga Allah SWT memberkati kita semua. Amiiin.

Bogor, 31 Januari 2011

(9)

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, tanggal 12 Maret 1988 dari pasangan Ibu dan Almarhum Bapak Soeryadi. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Bintara Depok dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Penulis menempuh pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Kemudian penulis diterima di program studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi International Forestry Student Association (IFSA) sebagai sekretaris pada tahun 2007. Kemudian penulis mengikuti kepanitiaan Temu Manajer 2008 sebagai panitia dana usaha.

Penulis telah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2008 di Cilacap-Baturraden. Kemudian Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat Sukabumi dan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciajur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.

(10)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1 Pengertian Rekreasi ... 2

2.2 Rekreasi Alam Sebagai Komoditi Ekonomi ... 3

2.3 Pengelolaan Wana Wisata ... 3

2.4 Penilaian Proyek ... 5

2.5 Investasi ... 7

2.6 Analisis Discounted Cash Flow (DCF) ... 8

2.7 Analisis Sensitivitas ... 10

2.8 Periode Pengembalian Waktu (Pay Back Period) ... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

4.8 Jumlah Pengunjung Tahunan ... 19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1 Karakteristik Pengunjung ... 21

(11)

13

5.2.1 Biaya Investasi Sebelum Dikelola KBM JLPL ... 26

5.2.2 Biaya Investasi Sesudah Dikelola KBM JLPL ... 26

5.2.3 Biaya Operasional ... 29

5.3 Perbandingan Biaya Operasional dan Biaya Investasi ... 33

5.4 Pendapatan ... 34

5.5 Analisis Kelayakan ... 34

5.5.1 Analisis Kelayakan Sebelum Dikelola KBM JLPL ... 34

5.5.2 Analisis Kelayakan Sesudah Dikelola KBM JLPL ... 35

5.6 Perbandingan Analisis Kelayakan Sebelum dan Sesudah Dikelola KBM JLPL ... 36

5.7 Periode Waktu Pengembalian Modal (Pay Back Period) ... 37

5.8 Analisis Sensitivitas ... 38

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

7.1 Kesimpulan ... 41

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Daftar Harga WWKM 2010 ... 19

2 Jumlah Pengunjung WWKM 2006-2009 ... 20

3 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jenis Kelamin ... 21

4 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal ... 22

5 Persentase Pengunjung Terhadap Pengenalan Tempat ... 22

6 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal ... 23

7 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan ... 23

8 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pendapatan ... 23

9 Persentase Pengunjung Terhadap Tarif Karcis ... 24

10 Persentase Pengunjung Terhadap Kepuasan Fasilitas ... 24

11 Persentase Pengunjung Terhadap Penambahan Fasilitas ... 24

12 Biaya Investasi WWKM Sebelum Dikelola KBM JLPL ... 26

13 Nilai Biaya Investasi Mulai Tahun 2007 WWKM ... 27

14 Biaya Investasi Sesudah Dikelola KBM JLPL ... 28

15 Biaya Operasional WWKM Tahun 2007 ... 29

16 Kenaikan Biaya Operasional WWKM 2007-2017 ... 31

17 Pendapatan WWKM Tahun 2007 ... 32

18 Laju Kenaikan Pendapatan WWKM ... 33

19 Hubungan Kenaikan Biaya dan NPV ... 38

(13)

15

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1 Grafik Hubungan Kenaikan Biaya dan NPV ... 39

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Menghitung NPV, BCR dan IRR Sebelum Dikelola KBM JLPL ... 44

2 Menghitung NPV, BCR dan IRR Setelah Dikelola KBM JLPL ... 46

3 Biaya-Biaya Pemeliharaan ... 48

4 Pendapatan WWKM ... 51

5 Perhitungan Biaya Investasi 2007 Sebelum Dikelola Oleh KBM JLPL ... 54

(15)

17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan mempunyai peran yang strategis baik sebagai pelindung ekosistem dan plasma nutfah maupun dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Hutan mempunyai dua jenis manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain manfaat tangible yang merupakan manfaat yang diperoleh dari hutan yang dapat dinikmati secara langsung dan manfaat intangible yang merupakan manfaat yang tidak langsung dari hutan.

Pemanfaatan hutan perlu dilakukan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara untuk meningkatkan fungsi hutan adalah membangun dan meningkatkan manfaat rekreasi alam. Rekreasi alam dapat meningkatkan peranan ekonomi kehutanan baik pada perekonomian wilayah atau nasional.

Wana Wisata Kartini Mantingan (WWKM) merupakan suatu wana wisata yang dibangun di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang kurang lebih 5 km arah selatan dari Makam Pahlawan Emansipasi Wanita, RA Kartini. WWKM yang berkolaborasi pengelolaan dan sistem bagi hasil antara Dinas Pariwisata dan Perum Perhutani KBM JLPL (Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lainnya) Unit I Jawa Tengah menjadikan WWKM sebagai salah satu sumber pendapatan daerah di sektor wisata bagi kabupaten di ujung timur Pantura Jawa Tengah ini.

Pengembangan WWKM memerlukan pengelolaan yang baik dengan memperhatikan biaya-biaya dan pendapatan terhadap pembangunan wana wisata ini. Oleh karena itu, perlu penelitian kelayakan usaha ini untuk mengetahui kelayakan usaha pengelolaan WWKM yang akan datang.

1.2 Tujuan

Penelitian mengenai studi kelayakan pengelolaan WWKM ini bertujuan untuk :

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rekreasi

Rekreasi secara harfiah berarti re-creation; kembali kreatif. Menurut Douglas (1982), rekreasi adalah aktivitas yang dapat menyegarkan sikap dan mental individu manusia. Rekreasi dapat menghidupkan spirit, memulihkan vitalitas, inisiatif dan perspektif kehidupan. Menurut Direktorat Perlindungan dan Pelestarian Alam (1979) dalam Soemarno (2009), rekreasi alam atau wisata alam merupakan salah satu bagian dari kebutuhan hidup manusia yang khas dipenuhi untuk memberikan keseimbangan, keserasian, ketenangan dan kegairahan hidup, dimana rekreasi alam atau wisata alam adalah salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang berlandaskan atas prinsip kelestarian alam. Kegiatan rekreasi akan berpengaruh terhadap psikologis seseorang, yaitu terhadap emosi dan inspirasinya. Setelah melakukan kegiatan rekreasi, seseorang bisa segar kembali, lebih bergairah serta bersemangat sehingga dapat lebih meningkatkan produktifitas dan kreatifitasnya (Basuni dan Soedargo1988).

Menurut Basuni dan Soedargo (1988), rekreasi alam memerlukan ruang lepas pandang atau terbuka dan sumberdaya alam yang tidak sedikit untuk memenuhi kesenangan seseorang. Kemudian Douglas (1982) mengatakan rekreasi alam terbuka adalah rekreasi di alam tanpa dibatasi bangunan tertentu. Pantai, danau, waduk, sungai, hutan, gunung dan panorama indah adalah tempat dimana dilakukan rekreasi alam terbuka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi di alam terbuka adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat yang unsur-unsurnya terdiri dari ukuran populasi, tempat tinggal, umur dan tingkat pendidikan.

2. Uang yang unsur-unsurnya terdiri dari tingkat pendapatan dan kemakmuran. 3. Waktu yang unsur-unsurnya terdiri dari kesempatan dan mobilitas.

(17)

19

2.2 Rekreasi Alam Sebagai Komoditi Ekonomi

Menurut Tim Studi Fakultas Kehutanan IPB (1992) menyatakan pengembangan pemanfaatan hutan wisata menyangkut alokasi sumber dana atau modal yang sifatnya terbatas. Oleh karena itu, modal yang digunakan dalam pengembangan pemanfaatan hutan wisata harus memenuhi kriteria ekonomi, yaitu diperoleh suatu manfaat yang lebih besar dari korbanan yang dikeluarkan.

Berdasarkan perkembangan ekonomi yang membawa penuntun hutan wisata dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi. Beberapa permasalahan mendasar dalam pengembangan pemanfaatan hutan wisata adalah mengenai nilai manfaat hutan wisata, manfaat bagi pengelolaan yang melakukan investasi, dan penetuan pilihan hutan wisata yang layak untuk dikembangkan (Tim Studi Fakultas Kehutanan IPB 1992).

2.3 Pengelolaan Wana Wisata

UU No.9 tahun 1990 dalam Damardjati (2006) menyatakan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta besifat sementara untuk meningkatkan objek dan daya tarik wisata. Kemudian Perum Perhutani (1987) dalam Soemarno (2009), wana wisata adalah objek-objek alam yang dibangun dan dikembangkan oleh Perum Perhutani sebagai objek-objek wisata yang terletak dalam kawasan hutan produksi atau hutan lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokok. Kemudian pengertian itu sejalan dengan pernyataan Arief et al. (2001) yang mengatakan wana wisata adalah kawasan untuk berwisata yang dikelola oleh Perum Perhutani untuk mengoptimalkan fungsi hutan tanpa mengubah fungsi pokok, yaitu kawasan hutan produksi atau hutan lindung.

Menurut Arief et al. (2001), tujuan dari pembangunan wana wisata dan obyek wisata alam hutan oleh Perum Perhutani, antara lain :

1. Menyediakan sarana rekreasi bagi masyarakat yang sehat dan murah.

2. Menyediakan sarana pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk penelitian berbagai manfaat flora, fauna dan ekosistem.

3. Merangsang pertumbuhan rasa cinta alam dan lingkungan utamanya bagi generasi muda.

(18)

4. Memelihara kelestarian sumber plasma nutfah dan konservasi hutan, tanah dan air.

5. Menggali potensi ekonomi yang terkandung di dalam hutan melalui penjualan jasa wisata.

6. Menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan lapangan usaha sebagai dampak dari adanya obyek wisata hutan. Salah satu manfaat yang dapat dikembangkan di dalam kawasan hutan dan perairan, sesuai fungsinya adalah obyek rekreasi dan wisata alam dan dapat dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam.

Menurut Direktorat Jenderal PHPA (1979), tujuan pengelolaan hutan yang memanfaatkan wilayah kerja Perum Perhutani bagi kegiatan wisata alam, ialah:

1. Membantu pemerintah dalam penyediaan tempat rekreasi yang sehat di dalam hutan.

2. Menampung dan mengembangkan minat masyarakat terhadap rekreasi hutan alam.

3. Memanfaatkan segala potensi hutan yang ada, termasuk keindahan, keunikan, dan kenyamanan guna kepentingan rekreasi dan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang pengembangan pariwisata.

4. Membina rasa cinta alam dan lingkungan pada masyarakat agar mereka dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan.

5. Menyediakan tempat bagi pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan, tanpa mengurangi fungsi hutan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mempelancar terselenggarannya wisata alam dengan baik efektif, mereka harus ada pengunjungan yang berupa hal sebagai berikut:

1. Adanya perencanaan dan perancangan yang seksama. 2. Tersedianya prasarana dan fasilitas yang memandai. 3. Sistem pengelolaan yang baik dan efektif.

4. Terciptanya suasana sekitar yang dapat membangkitkan kesadaran lingkungan pada pengunjung sehingga kelestarian tempat atau hutan tersebut dapat terjaga.

(19)

21

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut diperlukan adanya fasilitas-fasilitas yang dapat memperkuat daya tarik dan memudahkan pengunjung dalam melakukan kegiatannya, meliputi:

1. Tempat pakir yang memandai dengan bentuk dan sistem yang disesuaikan dengan alam sekitarnya.

2. Jalan pencapaian tujuan yang memudahkan kedatangan pengunjung. Oleh karena itu, perlu kerja sama dengan Pemda setempat untuk pembangunan jalan.

3. Lintasan-lintasan yang dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk untuk menunjang kegiatan-kegiatan, seperti berjalan kaki, berkuda, maupun kegiatan aktif lainnya.

4. Pusat informasi yang memandai. 5. MCK dan sarana air bersih.

6. Gardu panjang (shelter), bangku-bangku dan tempat sampah pada tempat yang strategis dengan bentuk dan bahan yang sesuai.

7. Kios penjualan yang dapat menyediakan berbagai macam kebutuhan, seperti makanan, perlengkapan perkemahan, maupun penempatan cinderamata khas dengan letak penempatan sesuai

Menurut Soemarno (2009), fasilitas-fasilitas yang memadai diperlukan agar pengunjung dapat menikmati keindahan atau kebudayaan daerah tersebut. Penerangan disampaikan kepada pengunjung mengingat akan pentingnya keselamatan pengunjung dan kelestarian alam dan kebersihan lingkungan.

2.4 Penilaian Proyek

Darusman (1981) mengatakan proyek adalah unit dasar dan terkecil dari proses perencanaan ekonomi, dimana rencana nasional dan rencana sektoral diterjemahkan dan dibentuk menjadi kegiatan nyata dan langkah pembangunan yang konkrit. Menurut Djamin (1984), proyek merupakan rangkaian kegiatan investasi yang menggunakan modal atau sumber-sumber produksi diharapkan mendapatkan kemanfaatan (benefit) setelah suatu jangka tertentu (over an extended period of time). Kemudian menurut Kadariah et al. (1978), definisi proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan

5

(20)

uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu unit.

Kadariah et al. (1978) menyatakan maksud dari analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, maka perlu sekali diadakan perhitungan percobaan sebelum proyek dilaksanakan, untuk menentukan hasil berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang diharapkan masing-masing proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka. Aktivitas suatu proyek selalu ditunjukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point). Baik biaya-biayanya maupun hasilnya yang pokok dapat diukur. Kemudian Nadiasa (2006) menyatakan studi kelayakan proyek adalah menganalisis tentang layak atau tidaknya suatu investasi proyek dilaksanakan.

Djamin (1984) menyatakan bahwa maksud dan tujuan analisis proyek adalah untuk melakukan perhitungan-perhitungan agar pilihan menjadi tepat dalam rangka usaha untuk melakukan investasi. Selanjutnya, menurut Djamin (1984), maksud serta tujuan analisis proyek adalah melakukan perhitungan-perhitungan (forecasting) agar pilihan menjadi tepat dalam rangka usaha untuk melakukan suatu investasi.

Selanjutnya, Kadariah et al. (1978) menyatakan bahwa proyek dapat dievaluasikan atas enam aspek, ialah:

1. Aspek teknis meliputi evaluasi tentang pemasukan (input) dan pengeluaran (output) dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek.

2. Aspek manajerial dan administratif menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administratif aktivitas dalam ukuran besar (large scale activities). Jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.

(21)

23

apakah hubungan masing-masing wewenang dan tanggung jawab dapat diketahui dengan jelas.

4. Aspek komersial menyangkut penawaran barang dan jasa yang diperlukan proyek, baik waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek.

5. Aspek ekonomis diperhatikan dalam rangka menentukan apakah proyek itu akan memberikan sumbangan atau mempunyai peranan yang positif dalam pembangunan ekonomi seluruhnya dan apakah peranannya itu cukup besar dalam memutuskan penggunaan sumber-sumber yang langkah dibutuhkan.

Menurut Kadariah et al. (1978), ada dua macam kenyataan yang harus dihadapi, yaitu sumber-sumber bersifat langkah dan kegiatan yang berbeda atau kegiatan yang sama dalam lingkungan yang berbeda. Keadaan tersebut mengakibatkan perlu diadakan pemilihan antar berbagai macam proyek atau analisis proyek. Tujuan analisis proyek adalah:

1. Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi suatu proyek.

2. Menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek-proyek yang tidak menguntungkan.

3. Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif yang paling menguntungkan.

4. Menentukan prioritas investasi.

2.5 Investasi

(22)

diperoleh manfaat-manfaat. Kemudian menurut J.V.C Horne dalam Basalamah (1991), investasi adalah kegiatan yang dilangsungkan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada waktu sekarang dengan tujuan untuk menghasilkan laba yang diharapkan di masa depan. Selanjutnya, Peraturan Menteri No. 34 Tahun 2006 menyebutkan investasi adalah suatu bentuk proses dalam rangka terselenggaranya usaha yang dapat memberikan manfaat dan keuntungan.

Menurut Nugroho (2008), suatu investasi dikatakan mendatangkan manfaat atau menguntungkan apabila dari kegiatan yang dibiayai tersebut dapat mengembalikan seluruh korbanan sumberdaya ekonomi yang ditambah dengan keuntungan yang merupakan sisa hasil usaha. Korbanan sumberdaya ekonomi yang diperlukan untuk menjalankan investasi dapat bermacam-macam jenisnya, seperti dana (uang), tenaga kerja, lahan, teknologi, manajemen dan lain sebagainya.

Kadariah et al. (1978) menyatakan melalui investasi tersebut sumber-sumber tersebut menjadi modal, yang merupakan salah satu faktor produksi yang menghasilkan barang dan jasa untuk konsumsi di waktu yang akan datang. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan investasi adalah dana yang tersedia, besarnya proyek, serta kesempatan mengadakan investasi kembali manfaat proyek. Kemudian Nugroho (2008) menyatakan analisis investasi pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana proyek yang akan dibiayai tersebut mendatangkan keuntungan bagi pemarkasa proyek. Untuk menganalisis investasi, data yang diperlukan adalah biaya investasi, biaya operasional dan pendapatan. Menurut Nadiasa (2006), biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan yang akan menghasilkan manfaat (pendapatan) di masa depan. Kemudian biaya operasional adalah biaya rutin yang dikeluarkan selama usaha itu berlangsung. Nugroho (2008) menyatakan pendapatan adalah hasil dari korbanan (biaya-biaya) berupa manfaat yang diperoleh.

2.6 Analisis Discounted Cash Flow (DCF)

(23)

25

dibandingkan dengan teknik lainnya ialah pengakuan bahwa uang mempunyai nilai waktu. Suatu ciri utama analisis DCF, yaitu direncanakan untuk menilai harga suatu proyek dengan memperhitungkan waktu kejadian (timing) dan besarnya aliran kas (cash flow).

Selanjutnya, Djamin (1984) menyatakan bahwa ciri utama dari analisis DCF, yaitu direncanakan untuk harga suatu proyek dengan memperhitungkan waktu kejadian dan besarnya aliran kas (cash flow). Istilah aliran kas (cash flow) diartikan sebagai arus pembayaran tunai kepada atau oleh sebuah organisasi. Kemudian Nugroho (2008) menambahkan aliran kas adalah sebuah uraian yang menggambarkan keadaan pengeluaran (biaya) dan penghasilan/pemasukan (manfaat) tunai proyek/investasi dari waktu ke waktu selama periode analisis proyek/investasi.

Arus kas keluar pada dasarnya merupakan proyeksi biaya-biaya yang akan atau telah dikeluarkan (tergantung kapan penilaian/analisis dilakukan) selama periode analisis investasi yang ditetapkan. Pada analisis investasi pengeluaran-pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran-pengeluaran-pengeluaran-pengeluaran yang bersifat tunai atau benar-benar dikeluarkan (out of pocket). Kemudian arus kas masuk pada dasarnya merupakan proyeksi pemasukan uang (manfaat) dari berbagai sumber (Nugroho 2008).

Dari aliran kas yang memuat informasi pengeluaran dan penghasilan tunai akan diperoleh pengetahuan tentang manfaat netto proyek. Dengan demikian, pada dasarnya aliran kas akan terdiri dari informasi tentang pengeluaran (expenditures) tunai atau arus kas masuk (cash outflows), penghasilan (revenue) tunai atau arus kas masuk (cash inflows) dan manfaat netto pada masing-masing tahun operasi (apabila periode pembungaan uang adalah tahunan) (nugroho 2008).

Dalam menganalisis aspek finansial suatu proyek digunakan berbagai macam indeks, yaitu yang disebut kriteria investasi atau investment criteria. Setiap kriteria harus menggunakan present value yang telah discount dari arus pembiayaan dan arus pendapatan sebelum umur suatu proyek. Tidak jarang digunakan dua atau lebih kriteria investasi dalam menentukan kemungkinan investasi (Nadiasa 2006).

Menurut Darusman (1981) terdapat tiga bentuk penyajian DCF (Discounted Cash Flow), yang sekarang ini banyak digunakan:

(24)

1. Net Present Value (NPV), yang digunakan dapat mendiskonto semua biaya dan pendapatan pada suku bunga (discount rate) tertentu dan kemudian hasil diskonto pendapatan dikurangi hasil diskonto biayanya. Suatu proyek dikatakan berguna jika NPV positif.

2. Benefit Cost Ratio (BCR) yang didapat dengan membagi jumlah hasil diskonto pendapatan dengan jumlah hasil diskonto biaya. Tentunya proyek yang baik bila BCR lebih dari satu.

3. Internal Rate of Return (IRR) adalah suku bunga yang mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Suatu proyek dikatakan baik bila IRR lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku.

Kadariah et al. (1978) menjelaskan bahwa dalam evaluasi tertentu tanda proyek baik dijalankan (go) dinyatakan oleh nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol. Jika NPV lebih kecil nol berarti proyek tidak baik dijalankan (no go), artinya proyek tersebut tidak layak.

Menurut Nugroho (2008), analisis rasio manfaat dan biaya pada dasarnya akan membandingkan antara manfaat diperoleh dari suatu investasi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan investasi tersebut. Kemudian Kadariah et al. (1978) menyatakan Benefit Cost Ratio (BCR) yang lebih besar atau sama dengan satu, merupakan tanda baik dijalankan (go) untuk suatu proyek, sedangkan BCR yang nilainya lebih kecil satu harus diberi tanda tidak baik dijalankan ( no go), artinya proyek tersebut dinyatakan tidak layak.

Kemudian Nadiasa (2006) manambahkan IRR merupakan suatu analisis untuk mengetahui tingkat pengembalian yang ditentukan. Pada umumnya, proyek-proyek dengan suku bunga yang telah ditentukan akan diterima dan yang lebih rendah akan ditolak. Apabila harus memilih diantara beberapa alternatif, maka yang seharusnya dipilih adalah yang mempunyai IRR tertinggi.

2.7 Analisis Sensitivitas

(25)

27

melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau pendapatan.

Nugroho (2008) mengatakan terdapat beberapa alasan yang menyebabkan teknik analisis ini sering digunakan, antara lain:

1. Disadari bahwa di dalam membuat proyeksi aliran kas terdapat ketidaksempurnaan estimasi yang menyangkut aliran kas masuk (manfaat-manfaat) dan keluar (biaya-biaya).

2. Adanya ketidakpastian (uncertainty) baik yang menyangkut harga-harga maupun estimasi produksi (produktivitas), dan lain sebagainya.

2.8 Periode Waktu Pengembalian Modal (Pay Back Period)

Definisi periode waktu pengembalian modal (pay back period) adalah suatu periode yang menunjukan berapa modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali (Husnan dan Suwarsono 1997). Kemudian Nadiasa (2006) mengatakan metode periode waktu pengembalian modal (pay back period) adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi dihitung dari aliran kas bersih.

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wana Wisata Kartini Mantingan (WWKM), Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Waktu penelitian selama satu bulan, mulai tanggal 14 Juni 2010 sampai 14 Juli 2010.

3.2Bahan

Penelitian memerlukan berbagai bahan data untuk dianalisis dan dibahas. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

3.2.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan dan wawancara. Jenis data primer yang dapat diperoleh, antara lain kondisi fisik lapangan dan karakteristik pengunjung.

1. Data fisik lapangan, yaitu: keadaan fasilitas dan pelayanan di wana wisata 2. Karakteristik pengunjung, yaitu: jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh dari lapangan secara langsung. Data ini diperoleh dengan berhubungan dengan pihak atau instansi yang terkait. Jenis-Jenis data sekunder adalah:

1. Kondisi umum lokasi

2. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk Wana Wisata, antara lain:

a. Investasi awal, seperti jalan, gedung, MCK, pintu gerbang, pos keamanan, sarana ibadah dan biaya lain.

b. Pengeluaran rutin, seperti pemeliharaan sarana dan prasarana, gaji pegawai, dan biaya lain.

(27)

29

3.3 Cara Pengambilan Data

Pengambilan data dan informasi yang diperlukan dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:

1. Observasi dengan mengamati langsung kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengelolaan WWKM.

2. Wawancara langsung pihak pengelola WWKM dan pihak yang terkait. 3. Studi pustaka dari berbagai literatur yang menunjang penelitian.

3.4 Metode Pengelolaan Data

Perhitungan tingkat manfaat yang diperoleh pengelola digunakan analisis diskonto aliran kas (Discounted Cash Flow) dengan pendekatan finansial. Pengelolaan data dengan menggunakan DCF adalah sebagai berikut:

3.4.1 Net Present Value

Net Present Value (NPV) digunakan untuk menghitung selisih pendapatan dengan biaya yang telah didiskonto. Suatu proyek layak dilakukan jika hasil perhitungan NPV > 0.

Keterangan:

(28)

Keterangan:

Internal rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga yang membuat proyek mampu mengembalikan semua investasi yang telah ditanamkan seluruh umur proyek. Suatu proyek layak dilaksanakan jika IRR > suku bunga bank yang berlaku untuk proyek tersebut.

Keterangan:

i1 = Suku bunga yang menghasilkan NPV positif

i2 = Suku bunga yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = Net Present value positif

NPV2 = Net Present value negatif

3.4.4 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu pengujian untuk mengetahui tingkat kepekaan hasil analisis terhadap perubahan keadaan yang terjadi dalam proyek. Suatu proyek sering dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penurunan pendapatan dan kenaikan biaya pengelolaan. Oleh karena itu, proyek perlu dikaji kepekaan proyek terhadap faktor tersebut.

Dalam penelitian ini, kepekaan proyek dianalisis terhadap perubahan pendapatan dan biaya. Analisis sensitivitas yang dihitung adalah sebagai berikut. 1. Mengestimasi bila terjadi kenaikan biaya

2. Mengestimasi bila terjadi penurunan pendapatan.

3.4.5 Periode Waktu Pengembalian Modal (Pay Back Period)

Periode waktu pengembalian modal (pay back period) merupakan metode untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan. Dalam perhitungan periode waktu pengembalian modal (pay back period), komponen pendapatan dan pengeluaran sangat diperlukan. Pendapatan dan pengeluaran disusun dalam aliran kas. Hasil pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui keuntungan bersih (net benefit).

(29)

31

Setelah itu, hasil keuntungan bersih (net benefit) yang diperoleh dapat dihitung nilai kumulatif dalam aliran kas. Dalam penentuan periode waktu pengembalian modal (pay back period), tahun yang kumulatif aliran kas positif adalah tahun yang mengembalikan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan.

(30)

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 Sejarah

Wana Wisata Kartini Mantingan (WWKM) merupakan tempat rekreasi yang sangat tua. Wana Wisata ini sudah dibangun sejak tahun 1928. Bangunan yang pertama kali dibangun adalah pesanggerahan yang sering digunakan R.A Kartini untuk penginapannya. Kemudian di lokasi tersebut dibuat kolam renang. Pada tahun itu, kolam renang masih terbuat dari batu-batuan. Konon, kolam renang itu dahulu merupakan salah satu tempat rekreasi R.A Kartini juga. Oleh karena itu, pada saat Hari Nasional Kartini, banyak orang yang berenang di kolam renang itu yang dipercaya sebagai air keramat. Tahun 1987, kolam renang yang dahulunya berbentuk batu-batu diubah menjadi kolam renang yang dindingnya dipadatkan dan diberi ubin. Kemudian, pada kolam renang tersebut dibuat papan loncat.

Dahulu, WWKM dipegang dan dikelola oleh Perum Perhutani, KPH Mantingan. Pada bulan April 2006, WWKM mengalami masa peralihan pengelolaan. WWKM yang dahulu dikelola oleh KPH Mantingan dipindahtangankan kepada KBM WBU (Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata Benih dan Usaha Lain). Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengelolaan hasil hutan bukan kayu, seperti sutera, rekreasi hutan, dan lain-lain. Tahun 2007, WWKM yang sudah dipegang oleh KBM WBU sudah bekerja efektif. Kemudian pada tahun 2009, KBM WBU diganti nama menjadi KBM AEJ (Kesatuan Bisnis Mandiri Agroforesty Ekowisata Jasa Lingkungan). Sejak itu, WWKM ditambah fasilitasnya. Penambahan fasilitasnya adalah seluncur air (waterboom) dan permainan rekreasi alam terbuka (outbound). Pada tahun 2010, nama KBM AEJ diganti menjadi KBM JLPL (Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya).

4.2 Kerja Sama Pihak Eksternal

(31)

33

mengelola WWKM. Selain itu, CV. Joujo Junior dapat menyediakan fasilitas-fasilitas seperti hiburan musik (soudsystem), badut dan penambahan permainan anak. Namun, perusahaan ini melanggar perjanjian kerjasama kontrak. Oleh karena itu, tahun 2008, CV Joujo Junior keluar dan membubarkan diri.

Selain itu, KBM JLPL juga melakukan kerjasama dengan Pemda (Dinas Pariwisata). Pada perjanjian kerjasama, kontribusi WWKM adalah 30% dari setiap harga karcis masuk. Dalam perjanjian ini, Pemda berkontribusi kepada WWKM untuk membuat arah petunjuk jalan. Namun, petunjuk arah menuju WWKM saat ini belum dilaksanakan. Oleh karena itu, KBM JLPL memutuskan untuk memberikan kontribusi kepada Pemda sebanyak 15% dari pendapatan karcis tanda masuk. Sampai saat bulan Juni 2010, pembuatan surat perjanjian kerjasama Pemda secara tertulis masih dalam proses pembuatan. Pada tahun 2010, harga karcis tanda masuk adalah Rp 3.000/orang sehingga kontribusi WWKM untuk Pemda adalah Rp 450/orang.

KBM JLPL juga mengadakan kerja sama dengan perusahaan swasta. Perusahaan yang mengadakan kerjasama untuk WWKM bergerak di bidang asuransi, yaitu PT. Jasa Raharja. Pada perjanjian kerjasama ini, WWKM memberikan kontribusi Rp 200 atau 7% setiap tarif karcis tanda masuk.

4.3 Letak dan Luas

WWKM seluas 4,8 ha terletak di dalam kawasan hutan produksi petak 16 H RPH Mantingan, BKPH Kebon, KPH Mantingan. Objek wisata ini berada di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang 18 km ke selatan jurusan Blora, berdekatan dengan Makam RA. Kartini (kurang lebih berjarak 4 km ke arah Selatan). Berdasarkan batas administrasinya WWKM terletak di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang dengan batas-batasnya sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Mantingan. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan hutan petak 16 C. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Mantingan. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Mantingan.

(32)

4.4 Flora dan Fauna

Beberapa jenis flora dan fauna yang masih dijumpai di lokasi WWKM adalah: 1. Flora

a. Mahoni (Swietenia mahagoni) b. Trembesi (Samanea saman) c. Sonokeling (Dalbergia latifolia) d. Akasia (Acacia auriculiformis) e. Jati (Tectona grandis)

f. Salam (Eugenia polyantha) g. Karet Kebo (Ficus elastica) h. Trengguli (Cassia fistula) 2. Fauna

a. Rusa (Cervus timorensis) (dalam penangkaran) b. Burung Trucukan (Pycnonotus goiavier) c. Burung Ketilang (Pycnonotus aurigaster)

4.5 Aksesibilitas

Aksesmenuju WWKM sangat tinggi dapat dicapai dengan kendaraan roda dua atau roda empat melalui jalan raya dari kota Rembang sejauh 22 km dan dari kota Blora sejauh 18 km. Kondisi jalan yang dilewati sangat baik dan dilewati oleh angkutan umum sehingga pencapaian ke lokasi sangat mudah.

4.6 Daya Tarik Wisata

WWKM ini memiliki daya tarik pengunjung untuk menikmati tempat rekreasi ini. Daya tarik wisata alam yang dimiliki oleh WWKM antara lain:

1. Pemandangan pohon yang beranekaragam jenisnya, seperti mahoni, Sonokeling, Jati dan lain-lain.

2. Penyewaan lokasi perkemahan yang sering digunakan oleh para pelajar dan mahasiswa untuk kegiatan kemah dari sekitar wilayah tersebut.

3. Tempat penangkaran rusa dengan jumlah 19 ekor yang terdiri atas rusa jantan 8 ekor, betina 8 ekor dan 3 anakan.

(33)

35

5. Fasilitas permainan rekreasi alam terbuka (Outbound), yaitu terbang bebas layang (flying fox) dan tangga yang terbuat dari tali.

4.7 Sarana dan Prasarana

WWKM mempunyai sebuah pintu gerbang masuk dan di pintu gerbang itu juga terdapat loket penjualan tiket masuk. Di WWKM terdapat tempat penangkaran rusa. Jalan menuju tempat rekreasi ini sudah beraspal. WWKM menyediakan tempat parkir untuk kendaraan-kendaraan para pengunjung.

Objek wisata menarik yang terdapat dalam WWKM adalah kolam renang untuk anak-anak dan dewasa. Kolam Renang ini menyediakan seluncur air (waterboom). Kemudian ada pesanggerahan untuk tempat menginap yang terdapat tiga kamar tidur. Selain itu, sarana yang ada di tempat ini adalah pendopo tempat pertemuan, ruang informasi, shelter-shelter tempat berteduh dan permainan rekreasi alam terbuka (outbound).

Objek wisata ini juga mempunyai fasilitas lokasi perkemahan dengan berbagai jenis perlengkapan untuk berkemah yang dapat disewa di tempat itu. pada setiap hari Minggu atau hari libur sekolah sangat ramai dikunjungi oleh para pemuda yang melakukan kegiatan pramuka atau kemah (camping).

Dalam WWKM ini, setiap pengunjung yang masuk dikenakan biaya retribusi. Selain itu, beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh pengunjung dikenakan biaya-biaya. Berikut adalah tabel daftar harga WWKM.

Tabel 1 Daftar Harga WWKM 2010

No. Jenis Karcis Masuk Harga

1 Karcis tanda masuk Rp. 3000/orang

2 Karcis kendaraan roda 2 Rp. 1000/kendaraan

3 Karcis kendaraan roda 4 Rp. 2000/kendaraan

4 Pesanggerahan Rp.100.000/hari

5 Kolam renang Rp.12.000/orang

6 Permainan rekreasi terbuka (Outbound) Rp.5000/orang

7 Penyewaan lokasi perkemahan 1 hari = Rp.4000

2 hari = Rp.8000 3 hari = Rp.10.000

Sumber: Harga Wana Wisata Kartini Mantingan 2010

4.8 Jumlah Pengunjung Tahunan

(34)

minat rekreasi alam terhadap suatu wana wisata alam. Berdasarkan tabel pengujung dapat diketahui jumlah pengunjung tiap tahun dari tahun 2006 sampai 2009 sebagai berikut.

Tabel 2 Jumlah Pengunjung WWKM 2006-2009

Sumber: Data KBM JLPL 2010

Berdasarkan Tabel 2, jumlah pengunjung dari tahun 2006 sampai 2009 rata-rata adalah 35.992 orang. Setiap tahun terjadi kenaikan pengunjung dengan kenaikan pengunjung rata-rata adalah 10,126%. Kenaikan jumlah pengunjung relatif besar terjadi pada tahun 2007 (setelah WWKM dikelola oleh KBM JLPL), yaitu sebesar 34.478 orang atau 12,750%. Hal ini disebabkan oleh adanya fasilitas-fasilitas yang menarik perhatian pengunjung, seperti seluncur air (waterboom). Selain itu, usaha promosi yang dilakukan WWKM juga mempengaruhi laju kunjungan WWKM.

No. Tahun Pengunjung (Orang) Peningkatan (%)

1. 2006 30.579 -

2. 2007 34.478 12,750

3. 2008 38.096 10,494

4. 2009 40.814 7,135

(35)

37

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Pengunjung

Dalam penelitian ini, penyebaran kuesioner dilakukan sebanyak 100 responden. Penyebaran kuesioner ini dilakukan secara acak sempurna (random sampling) yangberguna untuk mengetahui karakteristik pengunjung WWKM. Di bawah ini adalah hasil wawancara melalui penyebaran kuesioner sebagai berikut.

5.1.1 Jenis Kelamin

Dari 100 orang responden yang diwawancarai, pengunjung yang paling banyak datang dalam WWKM ini adalah perempuan (53%). Sementara itu, persentase pengunjung laki-laki adalah 47%. Berikut adalah tabel karakteristik berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 3 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase

1 Laki-Laki 47 47%

2 Perempuan 53 53%

Sumber: Wawancara melalui kuesioner Juni 2010

5.1.2 Daerah Asal Pengunjung

(36)

Tabel 4 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal

No Daerah Asal Pengunjung Jumlah (Orang) Persentase

1 Rembang 45 45%

Sumber: Wawancara melalui kuesioner Juni 2010

5.1.3 Informasi WWKM

Berdasarkan hasil wawancara melalui kuesioner, sebagian besar pengunjung mengenal WWKM melalui teman atau informasi lisan (mouth to mouth) dengan persentase sebesar 56%. Selain itu, pengunjung mengetahui WWKM dengan melihat sendiri sebesar 36%, media massa sebesar 6% dan biro perjalanan sebesar 2%.

Tabel 5 Persentase Pengunjung Terhadap Pengenalan Tempat

No. Pengenalan Tempat Jumlah (Orang) Presentase

1 Teman 56 56%

2 Biro perjalanan 2 2%

3 Media massa 6 6%

4 Sendiri 36 36%

Sumber: Wawancara melalui kuesioner Juni 2010

5.1.4 Pendidikan

(37)

39

Tabel 6 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) Persentase

1 Tidak sekolah 2 2%

2 Sekolah Dasar (SD) 4 4%

3 Sekolah Manengah Pertama (SMP) 16 16%

4 Sekolah Menengah Atas (SMA) 50 50%

5 Perguruan Tinggi 28 28 %

Sumber: Wawancara melalui kuesioner Juni 2010

5.1.5 Pekerjaan Pengunjung

Kebanyakan pekerjaan pengunjung adalah wiraswasta sebesar 32%. Jumlah pekerjaan pengunjung di WWKM adalah 29 orang atau 29%. Sementara pekerjaan pengunjung yang lain adalah pelajar sebesar 23%, pegawai swasta sebesar 24%, ibu rumah tangga sebesar 10%, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 9% dan petani sebesar 2%. Berikut tabel karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan.

Tabel 7 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase

1 Ibu rumah tangga 10 10%

Sumber: Wawancara melalui kuesioner Juni 2010

5.1.6 Pendapatan

Pendapatan pengunjung mempengaruhi jumlah permintaan pengunjung di WWKM. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, semakin besar pula peluang masyarakat untuk mengalokasikan pendapatan untuk berkreasi. Dari hasil wawancara, pengunjung di WWKM pada umumnya berpenghasilan antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 setiap bulannya dengan persentase sebesar 27%. Tabel karakteristik pengunjung menurut pendapatan pengunjung sebagai berikut. Tabel 8 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pendapatan

No Pendapatan (Rp.) Jumlah (Orang) Persentase

1 < 50.000 13 13%

Sumber: Wawancara melalui kuisioner Juni 2010

(38)

5.1.7 Tarif Karcis

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner 100 orang, sebagian besar pengunjung menilai tarif karcis WWKM adalah sedang sebesar 44%. Kemudian pengunjung juga menilai tarif karcis mahal sebesar 36% dan murah sebesar 20%. Berikut adalah tabel hasil pendapat pengunjung mengenai tarif karcis.

Tabel 9 Persentase Pengunjung Terhadap Tarif Karcis

No Tarif Karcis Jumlah (Orang) Persentase

1 Murah 20 20%

2 Sedang 44 44%

3 Mahal 36 36%

Sumber: Wawancara melalui kuesioner Juni 2010

5.1.8Kepuasan Fasilitas

Berdasarkan wawancara melalui kuesioner sebanyak 100 orang, sebagian besar pengunjung berpendapat bahwa fasilitas yang ada di WWKM memuaskan sebanyak 54%, sedangkan pengunjung yang menyatakan fasilitas WWKM belum memuaskan sebanyak 46%. Berikut adalah tabel pengunjung terhadap kepuasan fasilitas di WWKM.

Tabel 10 Persentase Pengunjung Terhadap Kepuasan Fasilitas

No Kepuasan Fasilitas Jumlah (Orang) Persentase

1 Memuaskan 54 54%

2 Belum memuaskan 46 46%

Sumber: Wawancara melalui kuesioner Juni 2010

Dari hasil pengisian kuesioner oleh 100 orang, pengunjung ingin adanya penambahan fasilitas di WWKM. Tujuan penambahan fasilitas adalah untuk menambah kepuasan pengunjung. Tabel keinginan pengunjung terhadap penambahan fasilitas sebagai berikut.

Tabel 11 Persentase Pengunjung Terhadap Penambahan Fasilitas

No Fasilitas (*) Jumlah (Orang) Persentase

1 Permainan 51 38,346%

(39)

41

Penambahan permainan di WWKM merupakan keinginan yang paling banyak oleh pengunjung sebesar 38,346%. Penambahan permainan dapat menjadikan wana wisata menjadi lebih menarik. Permainan yang diinginkan oleh pengunjung adalah panjat tebing dan permainan anak-anak, seperti perosotan, ayunan dan lain-lain.

Peningkatan kebersihan adalah hal yang penting untuk keindahan WWKM. Sebanyak 30,827% pengunjung ingin kebersihan di tempat WWKM ditingkatkan lagi. Banyak pengunjung menginginkan penambahan tempat sampah.

WWKM memang banyak pedagang yang menjual berbagai makanan. Namun, pihak WWKM sendiri belum menyediakan restoran. Sebanyak 24,060% responden menginginkan penambahan fasilitas restoran di WWKM.

WWKM terdapat banyak toilet, tetapi beberapa toilet sudah rusak. Hal ini menyebabkan sebagian besar pengunjung mengantri untuk menggunakan toilet. Perbaikan toilet diinginkan pengunjung sebanyak 3,579%.

Penambahan pegawai di WWKM sangat penting. Pengunjung menginginkan adanya petugas kebersihan untuk menjaga kebersihan WWKM. Selain itu, pengunjung menginginkan adanya penjaga keamanan (security) untuk menjaga keamanan wana wisata ini. Penambahan pegawai di WWKM diinginkan pengunjung sebanyak 0,752%

WWKM belum ada toko cinderamata, padahal pengunjung ingin memiliki barang-barang ciri khas WWKM. Sebanyak 0,752% responden menginginkan adanya toko cinderamata di WWKM.

WWKM sampai saat ini belum mempunyai papan petunjuk lokasi wana wisata ini. Papan petunjuk perlu dibuat untuk memenuhi keinginan pengunjung sebesar 0,752%. Letak WWKM relatif jauh dari jarak pusat kota Rembang dengan jarak 22 Km dan pusat kota Blora dengan jarak 18 Km sehingga papan petunjuk arah sangat dibutuhkan agar pengunjung lebih mudah mencapai WWKM.

WWKM sudah ada lapangan parkir, tetapi lapangan parkir belum tertata rapih. Berdasarkan hasil wawancara melalui kuesioner, sebanyak 0,752% pengunjung menginginkan lapangan parkir perlu dirapihkan dengan memadatkan tanah, seperti pembuatan jalan dari aspal atau jalan dari blok semen (pavin block).

(40)

5.2 Analisis Biaya

Pengeluaran pada dasarnya merupakan proyeksi biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode analisis investasi dilakukan. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah biaya investasi dan biaya operasional. Berikut adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Wana Wisata Kartini Mantingan (WWKM).

5.2.1 Biaya Investasi Sebelum Dikelola KBM JLPL

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan masa depan. Biaya investasi untuk WWKM berupa bangunan yang digunakan untuk menunjang usaha WWKM. Dalam analisis biaya ini, biaya investasi sebelum dikelola oleh KBM JLPL juga diperhitungkan. Jumlah biaya

investasi yang telah dikeluarkan sebelum dikelola oleh KBM JLPL adalah Rp 203.576.640. Berikut adalah biaya investasi sebelum dikelola oleh KBM

JLPL.

Tabel 12 Biaya Investasi WWKM Sebelum Dikelola KBM JLPL

No .Uraian Bangunan Satuan Volume Jumlah Biaya

(Rp)

Sumber: Berita Serah Terima Wana Wisata Kartini Mantingan 2006

(41)

43

Tabel 13 Nilai Biaya Investasi mulai tahun 2007 WWKM

No Uraian Bangunan Satuan Volume Jumlah Biaya

(Rp) Biaya (%)

(*) Biaya bangunan nomor 2 sampai 11 hasil perhitungan nilai sisa bangunan dan penyusutan

(lihat Lampiran 5)

Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah biaya investasi tahun 2007 adalah Rp 1.297.500.719. Dalam biaya investasi ini, pembangunan pesanggerahan merupakan biaya investasi yang terbesar, yaitu 37,053%. Bahan bangunan pesanggerahan ini terbuat dari kayu Jati Randublatung Blora. Luas pesanggerahan adalah 200 m2. Pesanggerahan WWKM ini dibangun tahun 1928 dengan biaya Rp 200. Berdasarkan PU Rembang tahun 2007, nilai biaya bangunan pesanggerahan ini adalah Rp 480.769.200.

Kemudian biaya investasi biaya terbesar kedua adalah pembangunan permainan rekreasi alam terbuka (outbound) sebesar Rp 400.000.000 yang dibangun tahun 2008. Besar biaya pembangunan permainan rekreasi alam terbuka (outbound) ini adalah 30,828% dari seluruh biaya investasi yang telah dikeluarkan untuk WWKM. Pembangunan ini dilakukan secara borongan. Pembangunan rekreasi alam terbuka (outbound) di WWKM terdiri dari terbang bebas layang (flying fox), gazebo untuk tempat karcis, tempat duduk yang terbuat dari semen, tangga yang terbuat dari tali tambang.

Biaya investasi terbesar ketiga adalah fasilitas seluncur air (waterboom). Fasilitas seluncur air (waterboom) dapat dinikmati di kolam renang WWKM. Jumlah biaya investasi ini adalah Rp 280.000.000 atau 21,578% dari seluruh biaya investasi yang telah dikeluarkan untuk WWKM.

(42)

Biaya investasi lainnya adalah tembok pagar kandang rusa senilai Rp 41.218.450 atau 3,176%. Tembok pagar kandang rusa ini terbuat dari besi

beton. Kemudian biaya investasi gapura, loket dan gerbang pada tahun 2007 adalah Rp 28.058.250 atau 2,126%. Pembangunan gapura, loket dan gerbang dilakukan secara borongan. Kemudian WWKM terdapat bangunan rumah penjaga dengan luas 100 m2. Besar biaya investasi rumah penjaga pada tahun 2007 adalah Rp 23.935.004 atau 1,844%. Selanjutnya, biaya investasi lainnya adalah musolah sebesar 0,787%, jalan aspal sebesar 0,778% dan pagar kolam renang sebesar 0,056%.

5.2.2 Biaya Investasi Sesudah Dikelola KBM JLPL

WWKM setelah dikelola oleh KBM JLPL melakukan penambahan fasilitas. Penambahan fasilitas bertujuan untuk meningkatkan daya tarik pengunjung. Penambahan fasilitas tentunya memerlukan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Pada saat WWKM dipegang oleh KBM JLPL, biaya investasi yang diperhitungkan adalah biaya investasi yang hanya dikeluarkan oleh KBM JLPL untuk penambahan fasilitas seluncur air (waterboom) dan pembangunan permainan rekreasi alam terbuka (outbound). Jumlah biaya investasi penambahan fasilitasnya adalah Rp.680.000.000 Berikut adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh KBM JLPL untuk WWKM.

Tabel 14 Biaya Investasi Sesudah Dikelola KBM JLPL

No. Uraian

(43)

45

Kemudian biaya investasi lain yang dibangun oleh KBM JLPL adalah seluncur air (waterboom). Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan ini adalah Rp 280.000.000 atau 41,176%.

5.2.3 Biaya Operasional

Biaya operasional yang telah dikeluarkan untuk menjalankan usaha WWKM, antara lain: biaya pemeliharaan, biaya gaji pegawai, biaya bahan bakar, dan biaya pemeliharaan rutin lainnya. Dalam penelitian ini, jumlah biaya operasional WWKM pada tahun 2007 adalah Rp 76.745.500. Berikut ini adalah tabel biaya operasional tahun 2007.

Tabel 15 Biaya Operasional WWKM Tahun 2007

No Uraian Biaya Satuan Biaya Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%)

1 Pemeliharaan kolam

renang

Rp/ tahun 7.356.000 9,585

2 Pemeliharaan musholah Rp/tahun 228.000 0,297

3 Pemeliharaan MCK Rp/tahun 1.140.000 1,485

4 Pemeliharaan

pesanggerahan

Rp/tahun 228.000 0,297

5 Pemeliharaan satwa Rp/tahun 7.650.000 9,698

6 Pemeliharaan jalan Rp/tahun 360.000 0,469

7 Gaji karyawan

11 Biaya dinas pekerja Rp/tahun 337.000 0,391

12 Biaya laporan lapangan Rp/tahun 300.000 0,391

13 Asuransi 2% Rp/tahun 1.869.200 2,345

14 Pemda 15% Rp/tahun 12.995.500 16,933

Jumlah 76.745.500

Sumber: KBM JLPL 2010

Berdasarkan perhitungan, biaya operasional terbesar yang dikeluarkan oleh KBM JLPL adalah biaya gaji tenaga kerja lapang sebesar Rp 31.037.400 atau 40,442%. Jumlah tenaga kerja lapang adalah 5 orang, antara lain dua penjaga loket, satu orang petugas kebersihan dan dua petugas kolam renang. Masing-masing tenaga kerja mendapat penghasilan yang sama. Setiap pekerja mendapatkan penghasilan sekitar Rp 17.000 /orang dalam satu hari. Biaya tahun 2007 yang dikeluarkan untuk gaji tenaga kerja adalah rata-rata Rp 5.172.900/ orang.

(44)

Biaya operasional terbesar kedua adalah biaya kontribusi Pemda. Jumlah biaya kontribusi Pemda adalah Rp 12.995.500 atau 16,993%. Harga karcis masuk WWKM pada tahun 2007 adalah Rp 2000/orang. Harga karcis masuk dapat naik pada saat hari libur nasional sekitar Rp 3.500/orang. Kontribusi WWKM untuk Pemda adalah 15% setiap harga karcis masuk yang terjual.

Biaya operasional lainnya adalah biaya pemeliharaan satwa sebesar Rp 7.650.000 atau 9,698%. Pemeliharaan satwa rusa adalah pemberian makan dan biaya kesehatan satwa. Kemudian biaya pemeliharaan kolam renang sebesar Rp 7.356.000 atau 9,585%. Barang-barang yang digunakan untuk pemeliharaan kolam renang adalah HCL, kaporit dan amplas. Selanjutnya, gaji karyawan pelaksana (koordinator) merupakan biaya operasional. Karyawan pelaksana (koordinator) terdiri dari dua orang. Pada tahun 2007, gaji pelaksana (koordinator) adalah Rp 521.200/orang dalam satu bulan. Biaya operasional juga dikeluarkan untuk bahan bakar. Bahan bakar yang diperlukan adalah solar dan bensin untuk keperluan vakum genset dan diesel pompa air. Biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar adalah Rp 5.367.000 atau 6,993%. Selain itu, biaya operasional lain adalah asuransi sebesar Rp 1.869.000 atau 2,345%. Asuransi dipungut dari 2% dari harga karcis masuk. Kemudian biaya laporan lapangan merupakan biaya yang diperlukan untuk merekap biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh di lapangan. Biaya yang diperlukan untuk laporan rekap biaya dan pendapatan di lapangan adalah Rp 300.000 atau 0,391%. Kemudian biaya pemeliharaan jalan adalah Rp 360.000 atau 0,469%. Biaya operasional yang terkecil adalah biaya pesanggerahan dan biaya musola dengan persentase 0,297%. Jumlah biaya yang

diperlukan untuk biaya pemeliharaan musolah dan pesanggerahan adalah Rp 228.000. Rincian biaya pemeliharaan dapat dilihat di Lampiran 3.

(45)

47

Tabel 16 Kenaikan Biaya Operasional WWKM Tahun 2007-2017

No Tahun Jumlah Biaya Operasional (Rp) Kenaikan (%)

1 2007 76.745.500 -

Kenaikan biaya operasional terbesar adalah tahun 2009 sebesar 45,895%. Kenaikan biaya operasional tahun 2007 disebabkan oleh penambahan dua pekerja lapangan. Biaya gaji tenaga kerja merupakan biaya terbesar yang dikeluaran dari seluruh biaya operasional lainnya, yaitu 40,442%. Kemudian laju kenaikan biaya kontribusi pemda juga mempengaruhi kenaikan laju biaya operasional. Besarnya biaya kontribusi Pemda adalah 16, 993% dari jumlah biaya operasional lainnya. Oleh karena itu, kenaikan gaji tenaga kerja lapangan dan kenaikan biaya kontribusi Pemda berdampak besar terhadap laju kenaikan biaya operasional.

5.3 Perbandingan Biaya Operasional dan Biaya Investasi

Perbandingan biaya operasional dengan biaya investasi terdiri dari dua kasus. Kasus pertama adalah perbandingan biaya operasional dengan biaya investasi sebelum dikelola oleh KBM JLPL. Kemudian kasus kedua adalah perbandingan biaya operasional dengan biaya investasi setelah dikelola oleh KBM JLPL.

Pada kasus pertama, pengeluaran WWKM lebih besar adalah biaya operasional sebesar Rp 1.477.713.500 atau 53,247%, sedangkan biaya investasi sebelum WWKM dikelola oleh KBM JLPL adalah Rp 1.297.500.719 atau 46,753%. Kemudian kasus kedua, biaya investasi diperhitungkan hanya pada saat biaya investasi dikeluarkan oleh KBM JLPL. Pengeluaran WWKM untuk biaya operasional sebesar Rp 1.477.713.500 atau 68,485% lebih besar daripada biaya investasi sesudah KBM JLPL sebesar Rp 680.000.000 atau 31,515%. Penyebab biaya operasional lebih besar daripada biaya investasi adalah biaya operasional dikeluarkan secara rutin, sedangkan biaya investasi dikeluarkan satu kali.

(46)

Jika kasus pertama dibandingkan dengan kasus kedua, biaya investasi pada kasus pertama lebih besar daripada kasus kedua. Hal ini disebabkan oleh kasus pertama semua biaya investasi yang dikeluarkan sebelum dikelola KBM JLPL dan sesudah dikelola oleh KBM JLPL diperhitungkan. Pada kasus kedua, biaya yang dihitung adalah biaya yang hanya dikeluarkan sejak KBM JLPL mengelola WWKM.

5.4 Pendapatan

Pendapatan usaha WWKM adalah pendapatan karcis masuk, sewa pesanggerahan, kolam renang, dan permainan rekrasi alam terbuka (outbound). Untuk memasuki WWKM, tiap pengunjung dikenakan biaya karcis masuk. Dalam WWKM belum ada paket harga. Berikut adalah tabel pendapatan WWKM.

Tabel 17 Pendapatan WWKM tahun 2007

No. Uraian Pendapatan Harga Jumlah

Pendapatan (Rp)

Biaya (%)

1 Karcis tanda masuk Rp 2000/orang 55.965.000 34,666

2 Retribusi kendaraan roda 2 Rp 1000/unit 1.832.000 1,135

3 Retribusi kendaraan roda 4 Rp 2000/unit 1.608.000 0,996

4 Lokasi penyewaan

5 Kolam renang Rp 5000/orang 54.250.000 33,603

6 Pesanggerahan Rp 50.000/hari 225.000 0,139

7 Penyewaan listrik Rp 75.000/kegiatan 75.000 0,046

8 CV. Joujo Junior 45.000.000 27,874

Jumlah pendapatan 161.442.000

Sumber: Data KBM JLPL 2010

Pendapatan WWKM terbesar pertama yang berkontribusi untuk KBM JLPL pada tahun 2007 adalah karcis tanda masuk sebesar 34,666%. Pendapatan karcis tanda masuk diperoleh ketika setiap pengunjung masuk ke WWKM untuk menikmati keindahan alam dan fasilitas yang ada di WWKM. Jumlah pendapatan karcis tanda masuk WWKM pada tahun 2007 adalah Rp 55.965.000.

Pendapatan terbesar kedua adalah kolam renang. Besar kontribusi pendapatan WWKM adalah 33,603% Di WWKM, kolam renang merupakan fasilitas yang paling diminati oleh pengunjung. Jumlah pendapatan dari kolam renang adalah Rp 54.250.000.

(47)

anak-49

anak di WWKM. Nilai kontrak kerja sama ini adalah Rp 21.000.000. Tiap bulan, CV Joujo Junior membayar penyewaan tempat sebesar Rp 1.200.000/bulan. Jumlah pendapatan dari CV Joujo Junior adalah Rp 45.000.000

Pendapatan dari penyewaan lokasi perkemahan berkontribusi untuk WWKM sebesar Rp 2.487.000 atau 1,540%. Kemudian pengunjung lebih banyak menggunakan kendaraan roda dua dibandingkan kendaraan roda empat. Hal itu dapat dilihat pendapatan roda dua sebesar Rp 1.832.000 atau 1,135%, sedangkan pendapatan kendaraan roda empat sebesar Rp 1.608.000 atau 0,996%. Selain itu, pendapatan lain yang berkontribusi adalah penyewaan pesanggerahan sebesar 0,139%. Jumlah pendapatan pesanggerahan ini adalah Rp 225.000. Kemudian pendapatan yang berkontribusi kecil adalah penyewaan listrik sebesar 0,046%. Jumlah pendapatan dari penyewaan listrik Rp 75.000. Penyewaan listrik digunakan saat pengunjung melakukan perkemahan. Pada tahun 2007, pendapatan penyewaan listrik diperoleh hanya satu kegiatan pengunjung.

Laju Pendapatan WWKM naik setiap tahun. Pada tahun 2009 sampai 2017, laju pendapatan konstan. Berikut ini adalah tabel laju kenaikan biaya operasional WWKM 2007 sampai 2010.

Tebel 18 Laju Kenaikan Pendapatan WWKM

No. Tahun Jumlah Pendapatan (Rp) Kenaikan (%)

(48)

kenaikan harga. Selain itu, rencana promosi jangka panjang dan penambahan fasilitas yang dapat menaikan pendapatan belum ada.

5.5 Analisis Kelayakan

Untuk mengetahui kelayakan suatu proyek, komponen-komponen yang harus diketahui adalah pendapatan dan pengeluaran. Data Pendapatan dan pengeluaran dihitung dengan menggunakan present value tiap tahunnya yang telah didiskonto. Suku bunga yang berlaku adalah 12%.

Dalam penelitian ini, analisis kelayakan dilakukan untuk jangka waktu usaha selama 10 tahun, yaitu tahun 2007 (WWKM dikelola KBM JLPL dalam satu tahun penuh) sampai 2017. Analisis kelayakan yang dilakukan untuk dua perhitungan, yaitu analis kelayakan sebelum WWKM dikelola oleh KBM JLPL dan WWKM setelah dikelola oleh KBM JLPL.

5.5.1 Analisis Kelayakan Sebelum Dikelola KBM JLPL

Dalam analisis kelayakan ini, seluruh biaya investasi yang telah dikeluarkan untuk WWKM diperhitungkan, termasuk biaya pembangunan pesanggerahan, kolam renang, pagar kolam renang, kandang rusa, dan lain-lain. Biaya-biaya sebelum dikelola oleh KBM JLPL dihitung menjadi nilai biaya pada tahun 2007. Jumlah biaya yang dikeluarkan adalah Rp 2.800.311.719 atau

40,096% dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari WWKM adalah Rp 4.183.535.300 atau 59,543%. Perhitungan kelayakan sebelum dikelola KBM

JLPL tertera pada Lampiran 1. Kemudian biaya dan pendapatan dihitung dengan NPV, BCR, dan IRR. Berikut ini adalah penjelasan hasil perhitungan.

1. Net Present Value (NPV)

(49)

51

hasil yang diperoleh adalah positif. Oleh karena itu, usaha WWKM layak untuk dijalankan.

2. Benefit Cost Ratio (BCR)

Berdasarkan hasil perhitungan yang tertera Lampiran 1, jumlah biaya yang didiskonto 12% adalah Rp 1.906.365.691 dan jumlah pendapatan yang didiskonto 12% adalah Rp 2.129.763.665. Oleh karena itu, pembagian jumlah pendapatan yang telah didiskonto 12% dengan jumlah pengeluaran yang telah didiskonto 12% akan menghasilkan nilai yang lebih dari satu, yaitu 1,117 sehingga usaha WWKM layak untuk dijalankan.

3. Internal Rate of Return (IRR)

Hasil perhitungan yang tertera di Lampiran 1, nilai IRR yang diperoleh adalah 16,985 %. Nilai IRR lebih besar daripada suku bunga yang ditetapkan, yaitu 12% sehingga WWKM mampu mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan pada tingkat suku bunga modal 16,985%. Oleh karena itu, usaha WWKM layak untuk dijalankan.

5.5.2 Analisis Kelayakan Setelah Dikelola KBM JLPL

Dalam analisis kelayakan setelah dikelola oleh KBM JLPL, biaya-biaya investasi yang diperhitungkan adalah hanya pada saat WWKM dikelola oleh KBM JLPL, seperti seluncur air (waterboom) dan permainan rekreasi alam (outbound). Kemudian pendapatan yang diperhitungkan adalah mulai tahun 2007 (setelah dikelola oleh KBM JLPL). Jumlah biaya yang dikeluarkan adalah Rp 2.182.811.000 atau 34,286% dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari WWKM adalah Rp 4.183.535.300 atau 65,713%. Tersedianya data pengeluaran dan pendapatan dapat menghitung suatu kelayakan dengan berbagai kriteria, yaitu NPV, BCR, dan IRR. Perhitungan analisis kelayakan setelah dikelola KBM JLPL tertera di Lampiran 2. Berikut adalah penjelasan kriteria-kriteria untuk mengetahui kelayakan suatu usaha.

1. Net Present Value (NPV)

Berdasakan hasil perhitungan yang tertera di Lampiran 2, jumlah pengeluaran yang sudah didiskonto 12% adalah Rp 1.355.035.763, sedangkan jumlah pendapatan setelah dikelola WWKM yang sudah didiskonto 12% adalah Rp 2.129.763.665. Oleh karena itu, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh KBM

Gambar

Tabel 2   Jumlah Pengunjung  WWKM 2006-2009
Tabel  4   Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Daerah Asal
Tabel 7    Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan
Tabel  11  Persentase Pengunjung Terhadap Penambahan Fasilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tiga prioritas alternatif strategi yang diusulkan berdasarkan analisis SWOT, yaitu: koordinasi antara pengelola kawasan wisata dengan pihak-pihak lain seperti

Setelah membahas materi yang telah diuraikan mulai dari bab I hingga bab IV pada laporan ini, maka kesimpulan yang dapat diambil Kantor KBM JLPL Perum Perhutani

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan metode Cost Benefit Analysis adalah mengidentifikasi biaya investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan serta biaya tambahan

Berbagai benturan kepentingan antara masyarakat sekitar kawasan dengan status cagar alam yang ditujukan semata hanya untuk konservasi ekosistem kawasan, mengarahkan tesis

Biaya yang dikeluarkan PT Alove Bali dalam pelaksanaan kegiatannya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni biaya investasi, dan biaya operasional.Biaya investasi merupakan

Setelah mendapatkan hasil rata-rata dari biaya variabel dan biaya tetap maka dilakukan penjumlahan biaya untuk mengetahui rata-rata Total biaya yang dikeluarkan

Biaya yang dikeluarkan PT Alove Bali dalam pelaksanaan kegiatannya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni biaya investasi, dan biaya operasional.Biaya investasi merupakan

Pola arus pada saat pengukuran sangat dipengaruhi oleh pasut, namun demikian pada saat yamg lain perlu dilakukan pengukuran kembali.Arus sejajar pantai yang ditimbulkan