PENGEMBANGAN MODEL PITA UKUR DAN RUMUS
PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN
LINGKAR DADA PADA TERNAK KAMBING
SKRIPSI
Oleh:
ERNA SANTI SINAGA 110306060
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGEMBANGAN MODEL PITA UKUR DAN RUMUS
PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN
LINGKAR DADA PADA TERNAK KAMBING
SKRIPSI
Oleh:
ERNA SANTI SINAGA 110306060/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pengembangan Model Pita Ukur dan Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Lingkar Pada Ternak Kambing Nama : Erna Santi Sinaga
NIM : 110306060
Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing
Hamdan, S.Pt. M.Si Prof. Dr. Ir. H. Hasnudi, MS Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr.Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
ERNA SANTI SINAGA, 2015: “PENGEMBANGAN MODEL PITA UKUR DAN RUMUS PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA PADA TERNAK KAMBING”. Dibimbing oleh HAMDAN dan H. HASNUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan atau keakuratan berbagai jenis pita ukur dan mengembangkan model pita ukur dan rumus pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran lingkar dada pada kambing Boerka, kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan Etawa dan kambing Samosir. Penelitian ini dilaksanakan di Loka Penelitian Kambing Potong, Desa Sei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli serdang, di Desa Batubinumbun Kecamatan Muara, di Gang Ikhlas, Desa Kelambir V dan di Desa Parsaoran I, Kecamatan Pangururan. Dari bulan Mei sampai Juli 2015. Pita ukur yang adalah pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo, kemudian menggunakan rumus Schoorl dan Smith sebagai perbandingan, serta menggunakan analisa korelasi sederhana dalam pengujian data penelitian.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pendugaan bobot badan untuk kambing Boerka, kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan Etawa dan kambing Samosir dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh penyimpangan 43,14% untuk ternak jantan dan 41,03% untuk ternak betina. Kesimpulan pendugaan bobot badan yang paling mendekati pada kambing Boerka, kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan Etawa dan kambing Samosir adalah menggunakan rumus regresi, yaitu untuk ternak jantan Y = -34,176+0,961 X dan untuk ternak betina Y = -38,584+1,014 X.
ABSTRACT
ERNA SANTI SINAGA, 2015 : "DEVELOPMENT OF TAPE MEASURE MODEL’S AND ESTIMATION BODY WEIGHT FORMULA BASED ON HEART GIRTH ON CATTLE GOAT". Guided by Hamdan and H.HASNUDI.
This study aimed to test the reliability or accuracy of various types of tape measure and develop models measuring tape and body weight estimation formula based on the size of the heart girth at Boerka goat, Kacang goat, Muara goat, Peranakan Etawa goat and Samosir goat. This research was conducted in Research Station Goat, Sei Putih, sub district Galang of Deli Serdang district, in village Batubinumbun of Muara district, in Gang Ikhlas Kelambir V, and in Village Parsaoran I of Pangururan district. From May to July 2015. The tape measure used is the measuring tape Agrotech, Animeter and Rondo, then use a formula Schoorl and Smith as a comparison, and using a simple correlation analysis in testing research data.
The result showed that the estimation of body weight for Boerka goat, Kacang goat, Muara goat, Peranakan Etawa goat and Samosir goat using measuring tape Agrotech, Animeter and Rondo obtained deviation 43.14% for male cattle and 41.03% for female cattle. Conclusion estimation weight closest to Boerka goat, Kacang goat, Muara goat, Peranakan Etawa goat and Samosir goat is using a regression formula, that for male cattle Y = -34.176 + 0.961 X and for female cattle Y = -38.584 + 1.014 X.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tarutung pada tanggal 23 Agustus 1992 dari ayah
Jurung Sinaga dan ibu Ratna Wati Sihombing. Penulis merupakan putri kedua dari
empat bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri I Tarutung dan pada tahun
2011 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama
(UMB). Penulis memilih program studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Kristen Peternakan, sebagai koordinator bidang Pendidikan dan
Pelatihan Ikatan Mahasiswa Peternakan, sebagai asisten praktikum di
Laboratorium Dasar Genetika Ternak, Laboratorium Ilmu Pemuliaan Ternak,
Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas, Laboratorium Tata Niaga Ternak
dan Laboratorium Manejemen Ternak Unggas.
Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) Bukit Sentang Desa Securai Utara Kecamatan Babalan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Pengembangan Model Pita Ukur dan Rumus Pendugaan
Bobot Badan Berdasarkan Lingkar Dada Pada Ternak Kambing”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat
dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada Hamdan, S.Pt. M.Si selaku ketua komisi
pembimbing dan Prof. Dr. Ir. H. Hasnudi, MS selaku anggota komisi pembimbing
yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas
akademia di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Kegunaan Penelitian... 4
TINJAUAN PUSTAKA Kambing . ... 5
Kambing Boerka ... 6
Kambing Kacang ... 6
Kambing Muara ... 7
Kambing Pernakan Ettawa ... 7
Kambing Samosir ... 7
Korelasi Bobot Badan Dengan Lingkar Dada ... 7
Akurasi Pengukuran Dan Rumus Pendugaan Bobot Badan ... 9
Keandalan Pita Ukur ... 12
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana ... 14
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat ... 16
Bahan ... 16
Alat ... 16
Metode Penelitian... 16
Parameter Penelitian ... 17
Pengumpulan Data ... 17
Analisa Data Menggunakan Rumus Bobot Badan ... 18
Analisa Data Menggunakan Korelasi dan Regresi Linier Sederhana ... 18
Pendugaan Bobot Badan Antar Ternak Berdasarkan Schoorl, Smith
dan Pita Ukur ... 24
Pendugaan Bobot Badan Ternak Kambing Berdasarkan Rumus Schoorl dan Smith ... 26
Pendugaan Bobot Badan Ternak Kmbing Berdasarkan Pita Ukur ... 30
Pendugaan Bobot Badan Ternak Kambing Berdasarkan Rumus Schoorl, Smith dan Pita Ukur ... 34
Analisis Korelasi dan Regresi Linear Sederhana Pada Lingkar Dada dan Bobot Badan Antar Bangsa Kambing ... 37
Kambing Boerka ... 37
Kambing Kacang ... 40
Kambing Muara ... 43
Kambing Peranakan Etawa (PE) ... 46
Kambing Samosir ... 49
Analisis Korelasi dan Regresi Linear Sederhana Pada Lingkar Dada dan Bobot Badan Kambing ... 52
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56
Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Bobot Badan Nyata dan Hasil Penaksiran Berdasarkan Jenis Kelamin ... 12 2. Rataan Bobot Badan Kambing Boerka, Kacang, Muara, PE dan Samosir Jantan Berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan Bobot Badan
dengan Pita Ukur, dan Rumus Schoorl, Smith dan Regresi. ... 24 3. Rataan Bobot Badan Kambing Boerka, Kacang, Muara, PE dan Samosir Betina Berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan Bobot Badan
dengan Pita Ukur, dan Rumus Schoorl, Smith dan Regresi. ... 25 4. Rataan Bobot Badan Kambing Jantan dan Betina Berdasarkan Bobot
Badan Timbang, Pendugaan Bobot Badan dengan Pita Ukur, dan Rumus Schoorl, Smith dan Regresi. ... 34 5. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Boerka ... 37 6. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Kambing
Boerka . ... 39 7. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Kacang ... 40 8. Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Kambing
Kacang ... 42 9. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Muara... 43 10.Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Kambing
Muara . ... 45 11.Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Peranakan Ettawa (PE) ... 46 12.Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Kambing
Peranakan Ettawa (PE) . ... 48 13.Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Samosir ... 49 14.Anova Regresi Linier Sederhana Pendugaan Bobot Badan Kambing
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Kambing Boerka ... 5
2. Kambing Kacang ... 6
3. Kambing Muara ... 6
4. Kambing Peranakan Ettawa (PE) ... 7
5. Kambing Samosir ... 9
DAFTAR GRAFIK
No. Hal.
1. Jenis Kurva Negatif ... 16
2. Jenis Kurva Positif ... 16
3. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Boerka jantan. ... 38
4. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Boerka betina ... 38
5. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Kacang jantan ... 41
6. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Kacang betina ... 41
7. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Muara jantan. ... 44
8. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Muara betina. ... 44
9. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Peranakan Ettawa (PE) betina. ... 47
10.Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Peranakan Ettawa (PE) betina. ... 47
11.Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Samosir jantan ... 50
12.Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Samosir betina ... 50
13.Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing jantan ... 53
ABSTRAK
ERNA SANTI SINAGA, 2015: “PENGEMBANGAN MODEL PITA UKUR DAN RUMUS PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA PADA TERNAK KAMBING”. Dibimbing oleh HAMDAN dan H. HASNUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan atau keakuratan berbagai jenis pita ukur dan mengembangkan model pita ukur dan rumus pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran lingkar dada pada kambing Boerka, kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan Etawa dan kambing Samosir. Penelitian ini dilaksanakan di Loka Penelitian Kambing Potong, Desa Sei Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli serdang, di Desa Batubinumbun Kecamatan Muara, di Gang Ikhlas, Desa Kelambir V dan di Desa Parsaoran I, Kecamatan Pangururan. Dari bulan Mei sampai Juli 2015. Pita ukur yang adalah pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo, kemudian menggunakan rumus Schoorl dan Smith sebagai perbandingan, serta menggunakan analisa korelasi sederhana dalam pengujian data penelitian.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pendugaan bobot badan untuk kambing Boerka, kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan Etawa dan kambing Samosir dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh penyimpangan 43,14% untuk ternak jantan dan 41,03% untuk ternak betina. Kesimpulan pendugaan bobot badan yang paling mendekati pada kambing Boerka, kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan Etawa dan kambing Samosir adalah menggunakan rumus regresi, yaitu untuk ternak jantan Y = -34,176+0,961 X dan untuk ternak betina Y = -38,584+1,014 X.
ABSTRACT
ERNA SANTI SINAGA, 2015 : "DEVELOPMENT OF TAPE MEASURE MODEL’S AND ESTIMATION BODY WEIGHT FORMULA BASED ON HEART GIRTH ON CATTLE GOAT". Guided by Hamdan and H.HASNUDI.
This study aimed to test the reliability or accuracy of various types of tape measure and develop models measuring tape and body weight estimation formula based on the size of the heart girth at Boerka goat, Kacang goat, Muara goat, Peranakan Etawa goat and Samosir goat. This research was conducted in Research Station Goat, Sei Putih, sub district Galang of Deli Serdang district, in village Batubinumbun of Muara district, in Gang Ikhlas Kelambir V, and in Village Parsaoran I of Pangururan district. From May to July 2015. The tape measure used is the measuring tape Agrotech, Animeter and Rondo, then use a formula Schoorl and Smith as a comparison, and using a simple correlation analysis in testing research data.
The result showed that the estimation of body weight for Boerka goat, Kacang goat, Muara goat, Peranakan Etawa goat and Samosir goat using measuring tape Agrotech, Animeter and Rondo obtained deviation 43.14% for male cattle and 41.03% for female cattle. Conclusion estimation weight closest to Boerka goat, Kacang goat, Muara goat, Peranakan Etawa goat and Samosir goat is using a regression formula, that for male cattle Y = -34.176 + 0.961 X and for female cattle Y = -38.584 + 1.014 X.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produktivitas ternak, terutama ternak potong diukur bedasarkan capaian
bobot badan. Untuk mengukur pertambahan bobot badan dan bobot potong ternak,
digunakan alat ukur berat yakni timbangan. Timbangan merupakan alat ukur
bobot badan yang paling akurat. Hanya saja untuk jenis ternak besar seperti
kambing, sapi dan kerbau akan membutuhkan ukuran timbangan yang juga
berukuran besar, sehingga hanya bisa dilakukan pada lokasi tertentu dan oleh
pihak tertentu saja seperti di RPH atau oleh perusahaan besar yang memiliki
peralatan dan dana yang cukup, sementara bagi para peternak tentu hal ini menjadi
kendala, karena mereka tidak memilikinya dan mobilitas alat timbang ukuran
besar ini sangat rendah sehingga sulit diaplikasikan, sementara pada umumnya
para peternak memelihara ternaknya berada di wilayah pedesan atau bahkan
dilokasi-lokasi yang aksesnya sangat sulit. Kalaupun ada saat ini timbangan
portabel, harganya cukup mahal untuk dibeli oleh para peternak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran-ukuran tubuh dapat
digunakan untuk mengestimasi bobot badan ternak. Ukuran tubuh dapat
digunakan untuk mengestimasi bobot badan pada ternak seperti lingkar dada,
panjang badan dan sebagainya. Metode yang akurat untuk mengestimasi bobot
badan sangat diperlukan untuk program pemuliaan dan produksi.
Untuk mengatasi kendala yang dihadapi jika alat ukur untuk menimbang
ternak yang berkapasitas besar tidak tersedia, dapat dilakukan penaksiran bobot
ternak tersebut melalui dimensi tubuhnya, seperti lingkar dada dan panjang badan
sangat kuat dengan bobot hidup ternak tersebut dibandingkan dengan ukuran
panjang badan. Bahkan menurut Kidwel (1965), penafsiran yang paling tepat
dalam pendugaan bobot badan ternak sapi adalah melalui ukuran lingkar dada.
Pengukuran lingkar dada ternak dapat dilakukan menggunakan pita ukur
sederhana atau pita ukur yang sudah dirancang dan diproduksi sedemikian rupa
yang berfungsi sekaligus sebagai alat penduga bobot badan ternak, karena pada
pita ukur yang tediri atas dua sisi. Jika satu sisi menunjukkan besaran dari ukuran
lingkar dada ternak yang diukur, maka pada sisi lainnya secara otomatis
menunjukkan nilai bobot badan ternak dalam satuan bobot tertentu. Oleh karena
itu, biasanya pita ukur disebut juga dengan pita bobot (weighing band).
Ada beberapa negara atau perusahaan yang telah memproduksi pita ukur
yang dipasarkan secara komersil yang biasa digunakan, diantaranya pita Dalton,
Animeter, Agrotech, Butterfly, Rondo, Coburn dan FHK. Penggunaan pita ukur
untuk pendugaan bobot badan ternak sangat mudah dan sederhana
pengoperasiannya, karena langsung dapat dilihat nilai bobot badannya. Bahkan
jika peternak hanya menggunakan pita ukur konvensional (bukan pita pemberat),
juga dapat langsung diaplikasikan dengan beberapa model perhitungan atau
rumus-rumus pendugaan yang telah dikembangkan oleh para penemu dan peneliti
sebelumnya. Seperti model yang dikembangkan oleh Schoorl dan Smith yang
hanya menggunakan ukuran lingkar dada dalam model perhitungannya.
Hanya saja, beberapa hasil penelitian yang menggunakan pita ukur
komersil dan rumus pendugaan bobot badan yang ada tersebut mendapatkan hasil
yang selisihnya cukup besar jika dibandingkan nilai bobot badan ternak yang
yang dikembangkan berdasarkan ternak-ternak sapi atau babi ras eropah yang
kurang sesuai dengan kondisi tropis, khususnya ternak lokal Indonesia.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menguji keandalan atau
keakuratan berbagai jenis pita ukur dan model perhitungan atau rumus pendugaan
bobot badan berdasarkan ukuran lingkar dada pada ternak lokal seperti kambing,
sapi dan kerbau. Sehingga dapat dievaluasi dan disimpulkan alat dan metode
perhitungan yang mana yang paling memiliki keandalan dalam menduga bobot
badan yang sebenarnya.
Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan atau keakuratan berbagai
jenis pita ukur dan mengembangkan model pita ukur dan rumus pendugaan bobot
badan berdasarkan ukuran lingkar dada pada kambing Boerka, kambing Kacang,
kambing Muara, kambing Peranakan Etawa dan kambing Samosir.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan informasi bagi peternak, peneliti dan masyarakat mengenai
keandalan atau keakuratan berbagai jenis pita ukur dan pengembangan model pita
ukur dan rumus pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran lingkar dada pada
kambing Boerka, kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan Etawa
dan kambing Samosir dan juga sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan
salah satu syarat menempuh ujian sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Kambing
Ternak Kambing pertama kali dipelihara di daerah pengunungan Asia
Barat pada kurun waktu 8.000-7.000 SM. Jadi sebagai ternak, kambing lebih tua
daripada sapi. Diduga kambing yang dipelihara saat ini (Capra aegagrus hircus)
berasal dari keturunan tiga macam kambing liar yaitu Benzoar goat atau kambing
liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy) dan
Markhor goat atau kambing Markhor (Capra falconeri). Persilangan yang terjadi
antara ketiga jenis kambing tersebut menghasilkan keturunan yang subur
(Mulyono dan Sarwano, 2004).
Menurut Davendra and Mcleroy (1982), sistematika kambing adalah
sebagai berikut : Kingdom : Animals, Phylum : Chordta, Group : Cranita
(Vertebra), Class : Mammalia, Order : Artiodactyla, Sub order : Ruminantia,
Famili : Bovidae, Sub Famili : Caprinae, Genus : Capra atau Hemitragus,
Spesies : Capra hircus, Capra ibex, Capra caucasica, Capra pyrenaica, Capra
falconeri
Kambing Boerka Kambing boerka adalah kambing hasil persilangan antara pejantan Boer
dengan induk kacang. Program pembentukan kambing silangan Boer dengan
Kacang adalah untuk mendapatkan kambing Boerka dengan komposisi 50% Boer
dan 50% Kacang. Dari pengalaman membentuk domba Sei Putih, Bradford et al
(1996) menyimpulkan bahwa komposisi 50 : 50 untuk ras lokal dan ras eksotik
merupakan kombinasi yang cukup optimal. Mengambil pelajaran dari
pembentukan domba Sei Putih, maka dikembangkan program pembentukan
perkawinan sesama Boerka (intersemating). Pejantan maupun betina Boerka yang
dikawinkan adalah kelompok yang telah lolos seleksi pada tahap pra dan lepas
sapih. Walaupun demikian, ke depan tidak tertutup kemungkinan untuk
meningkatkan atau menurunkan persentase darah Boer dalam pembentukan
kambing Boerka yang lebih efisien sesuai dengan kondisi agroekosistem dimana
kambing Boerka akan dikembangkan.
Gambar 1. Kambing Boerka
Kambing Kacang
Kambing kacang adalah jenis kambing yang berbadan kecil dengan berat
badan sekitar 30 kg yang jantan, 20-25 kg yang betina. Baik yang jantan maupun
yang betina bertanduk, tetapi relative pendek, melengkung kebelakang dengan
ujungnya membengkok keluar. Bentuk hidung lurus, leher pendek dan pada jantan
berjenggot dan baik tumbuhnya. Warna rambut macam-macam yang betina lebih
pendek, ada yang coklat, hitam atau putih. Kambing kacang terkenal karena
ketahananya dan merupakan ternak di Indonesia yang tersebar luas dimana-mana.
Ia sangat subur berkembangbiak. Pada umumnya ia melahirkan anak kembar dua,
bahkan tiga. Ia juga semata-mata dipelihara untuk daging dan kulitnya. Daun
telinga pendek, berdiri tegak mengarah ke depan dan ke samping dan ada kalanya
Gambar 2. Kambing Kacang
Kambing Muara
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten
Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Penampilannya kambing ini nampak
gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu
coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara
lebih besar dibandingkan dengan kambing Kacang dan diduga kambing prolifik
(Batubara et al., 2005).
Gambar 3. Kambing Muara
Kambing Peranakan Etawa (PE)
Kambing Peranakan Etawa merupakan jenis kambing hasil persilangan
tergolong tipe dwiguna yang banyak dipelihara untuk menghasilkan daging dan
susu (Sarwono, 2002).
Karakteristik kambing PE menurut Markel dan Subrandiyo (1997) adalah
kuping panjang antara 18-19 cm, tinggi badan antara 75-100 cm dan bobot badan
jantan sekitar 40 kg dan bobot betina sekitar 35 kg.
Ciri khas kambing PE antara lain; bentuk muka cembung melengkung dan
dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh berawal dari
sudut janggut, telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat,
ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung
mengombak ke belakang, bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak,
punggung dan paha, bulu paha panjang dan tebal. Warna bulu ada yang tunggal;
putih, hitam dan coklat, tetapi jarang ditemukan. Kebanyakan terdiri dari dua atau
tiga pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam
(Subandryo et al., 1995).
Gambar 4. Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Kambing Samosir
Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara
turun-temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Toba
untuk bahan upacara persembahan pada acara keagaamaan salah satu aliran
kepercayaan (Parmalim) penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan
harus yang berwarna putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif
untuk memelihara kambing, mereka mengutamakan yang berwarna putih. Dalam
selang waktu yang lama dan beradaptasi dengan kondisi alam yang cenderung
kering berbatu-batu serta topografi berbukit, ternak kambing diduga mengalami
evolusi dan beradaptasi dengan lingkungan Pulau Samosir sehingga membentuk
kambing spesifik lokasi yang disebut Kambing Samosir atau Kambing Batak oleh
penduduk setempat (Dolok saribu et al, 2006).
Bobot badan kambing Samosir lebih besar dari pada kambing Marica, atau
hampir sama besarnya dengan kambing Kacang, tetapi ciri khas yang paling
menonjol adalah warna bulu putihnya sangat dominan. Warna tanduk dan
kukunya juga agak keputihan. Kambing Samosir bisa menyesuaikan diri dengan
kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau
biasanya rumput sangat sulit dijumpai dan kering. Ternyata kambing ini dapat
beradaptasi dan berkembang biak dengan baik, pada kondisi Pulau Samosir yang
Gambar 5. Kambing Samosir
Korelasi Bobot Badan dan Lingkar Dada
Menurut Gunawan et al., (2008) bahwa nilai korelasi yang berpengaruh
tinggi dalam pendugaan bobot badan domba Garut tangkas, pedaging dan
persilangannya adalah panjang badan, tinggi pundak, dalam dada dan lingkar
dada. Persamaan Regresi Linier Ganda merupakan penduga bobot badan terbaik
berdasarkan ukuran-ukuran tubuh pada domba Garut tangkas, pedaging dan
persilangannya.
Lingkar dada dan dalam dada mempunyai hubungan erat dengan bobot
hidup sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup disamping tinggi
pundak, panjang badan, lebar dada pada domba lokal di Unit Pendidikan dan
Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) (Utami, 2008). Koefisien regresi antara
lingkar dada, panjang badan dan lingkar skrotum dengan bobot hidup bernilai
positif dan bersifat nyata sehingga secara langsung mempengaruhi bobot hidup
(Hanibal, 2008).
Bobot badan dapat diduga oleh seseorang yang telah berpengalaman
beberapa tahun, sedangkan tingkat kebenarannya sangat subyektif. Hal ini
mengakibatkan bahwa tidak mudah sembarang orang menduga bobot badan
bobot lahir ternak. Pendugaan bobot badan memakai pita ukur buatan Dalton,
yang berasal dari Inggris, terutama digunakan untuk ternak sapi. Jelas bahwa pita
ini kurang tepat apabila dipergunakan untuk ternak kerbau yang berbeda keadaan
klan bangsanya (Ensminger, 1968). Dimana hal ini sesuai dengan hasil penelitian
dari Brookes dan Harrington (1960) yang melakukan penelitian pada sapi jantan
Hereford, Dairy Shorthorn dan Frisian, yang menyatakan bahwa korelasi tertinggi
antara bobot hidup dengan ukuran ukuran badan adalah lingkar dada (r = 0,90).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Zulbardi dan Sastrodihardjo (1983),
kedudukan lingkar dada pada anak kerbau betina menempati koefisien korelasi
tertinggi jika dibanding kan dengan ternak jantan. Namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk pendugaan bobot badan dengan
variabel tunggal lingkar dada masih bernilai rendah (0,4201 pada betina dan
0,2654 pada jantan) jika dibandingkan dengan pendugaan bobot badan dengan
menggunakan kombinasi variabel lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Akurasi Pengukuran dan Rumus Pendugaan Bobot Badan
Rumus pendugaan menggunakan dua peubah bahkan lebih kurang praktis
karena pengukuran sangat dipengaruhi posisi berdiri ternak. Pengukuran lingkar
dada akan lebih praktis dibandingkan panjang badan, dalam dada, tinggi pundak,
dan ukuran linear tubuh lainnya. Pengukuran lingkar dada lebih mudah karena
dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun (Herman et al., 1985).
Penelitian yang dilakukan oleh Francis et al., (2002) pada 116 sapi lokal
Zimbabwe, 72 Friesen, 95 Brahma, 88 Red dane dan 123 sapi silangan dari 42
peternakan di Lancashire Zimbabwe diketahui bahwa nilai korelasi antara bobot
bobot badan dengan lingkar dada adalah sebesar 0,96 dengan koefisien
determinan sebesar 0,97.
Secara umum ada dua teknik penentuan bobot badan seekor ternak, yaitu
penimbangan (weight scale) dan penaksiran. Kedua teknik tersebut memiliki
keuntungan dan keterbatasannya masing-masing. Metode penimbangan
merupakan cara paling akurat tetapi memiliki beberapa kelemahan, antara lain
membutuhkan peralatan khusus dan dalam beberapa kasus membutuhkan operator
relatif lebih banyak (terutama dalam peternakan besar dengan sistem ranch)
sehingga menjadi kurang efisien, dan tidak semua ranch memiliki peralatan
(weight scale) tersebut. Adapun metode penaksiran atau pendugaan umumnya
dilakukan melalui ukuran-ukuran tubuh ternak, misalnya melalui lingkar dada,
tinggi pundak, dan lain lain. Metode pendugaan ini memiliki keunggulan dalam
hal kepraktisan, akan tetapi memiliki kendala dengan tingkat akurasi
pendugaannya dan masih perlu terus dikembangkan terutama dalam konteks
ternak-ternak lokal di Indonesia (Gunawan et al, 2008).
Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk
menduga bobot badan adalah :
Rumus Schoorl :
(��(��)+22)2
100 (kg)
Rumus Winter : (LD)2(inchi) x PB(inchi) (dalam satuan pound) 300
Rumus Smith :
(
��
(��)+ 18)
2100
(kg)Keterangan : LD = Lingkar Dada PB = Panjang Badan
Penelitian Dewi (2010), terhadap 101 domba Batur tanpa memperdulikan
adalah y = -93,62 + 1,851x dengan koefisien determinasinya sebesar 96,4%.
Persamaan regresi linear untuk domba Batur betina adalah y = -37,50 + 0,9385x
dengan koefisien determinasinya sebesar 89,00%. Nilai korelasi antara lingkar
dada dan bobot hidup cukup tinggi, pada domba jantan dan betina berturut-turut
adalah 0,9817 dan 0,9435. Jantan memiliki nilai koefisien regresi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan betina, yang menunjukkan perbedaan pertambahan
bobot badan terhadap setiap pertambahan lingkar dada.
Penelitian Herman et al. (1985), terhadap 295 ekor kambing Peranakan
Etawah dari lepas sapih hingga dewasa menunjukkan persamaan allometris lingkar
dada untuk gabungan jantan dan betina adalah log y = 0,2930 + 0,3286 log x.
Persamaan ini mempunyai nilai r sama dengan 0,9677 dengan interpretasi sebesar 94
persen. Persamaan garis kuadratis yang dibentuk oleh lingkar dada dan bobot tubuh
adalah y = -6,25 + 0,104x + 0,0046x2 dengan nilai r2 sebesar 0,9616.
Menurut hasil penelitian Malewa (2009), bahwa rumus Lambourne dan
Schoorl dapat digunakan untuk menaksir bobot badan domba Donggala. Rumus
yang lebih akurat menaksir bobot badan domba Donggala adalah Lambourne.
Rataan Simpangan Baku antara bobot nyata domba betina dengan bobot hasil
rumus adalah Lambourne (1,45) dan Schoorl (1,76).
Tabel 1. Bobot Badan Nyata dan Hasil Penaksiran Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Bobot Badan
Nyata Penaksiran
Lambourne Schroll
Jantan 28,59 28,15 28,34
Betina 25,43 26,09 26,73
Menurut Wahyudin (2007), hasil rumus Lambourne lebih mendekati berat
real sapi sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan
Masalah yang sering dihadapi dalam mengukur bobot badan ternak dalam
jumlah yang besar serta biasanya tidak dikandangkan adalah membutuhkan
peralatan, tenaga dan waktu yang banyak sehingga pekerjaan menjadi tidak efektif
dan efisien. Menurut Takaendengan (1998), sudah cukup banyak jenis timbangan
yang sifatnya dapat dibawa (portable) akan tetapi hal tersebut belum dapat
mengatasi masalah pengukuran yang lebih praktis, mudah dan murah tanpa
mengurangi efektifitas hasil kerjanya. Beberapa parameter ukuran tubuh ternak
yang memiliki hubungan yang erat dengan bobot badan sering dimanfaatkan
sebagai penduga bobot badan. Menurut Gunawan (1990), bahwa ketelitian
pengukuran akan lebih baik apabila ternak dikelompokkan menurut jenis kelamin.
Mcculloch dan Talbot, (2007) menyatakan bahwa pengukuran statistik
vital berupa panjang badan dan lingkar dada untuk menduga bobot badan sudah
dilakukan pada beberapa bangsa sapi baik pada umur maupun jenis kelamin yang
berbeda. Rata-rata penyimpangan yang diperoleh dalam pendugaan bobot badan
tersebut mencapai 5-10%. Selaras dengan pernyataan tersebut Williamson dan
Payne (1978) juga menyatakan bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan
umumnya berkisar antara 5% sampai 10 % dari bobot badan sebenarnya.
Keandalan Pita Ukur
Suatu alat ukur dikatakan memiliki keterandalan (reliabilitas tinggi) atau
dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap dalam pengertian bahwa hasil yang
diperoleh dengan penerapan alat tersebut tidak berbeda jauh dengan bobot hidup
yang sesungguhnya. Untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur disebut
mantap, maka perlu diketahui indeks atau koefisien reliabilitasnya. Indeks
artinya alat ukur yang digunakan masih belum dapat diandalkan (Natsir, 1985).
Tingkat reliabilitas alat pengumpul data hanya dapat dilakukan dengan
perhitungan korelasi dan data untuk perhitungan dapat diperoleh dari hasil ujicoba
pada sejumlah individu di luar sampel tetapi berasal dari populasi yang sama
(Nawawi, 1985). Berdasarkan hasil penelitian (Undang, 2001) menyatakan bahwa
penggunaan metode pita ukur cocok untuk tipe ternak seperti pada sapi-sapi di
Indonesia
Penelitian untuk mengetahui keterandalan pita Coburn dalam menduga
bobot badan juga telah dilakukan oleh Sahat (2013) terhadap 30 ekor sapi ACC.
Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa penyimpangan bobot badan dengan pita
ukur Coburn sebesar 6,79%, sedangkan bila dibandingkan dengan rumus Schoorl
0,40%. Sehingga penyimpangan bobot badan berdasarkan rumus Schoorl nyata
(P<0,05) lebih rendah daripada penyimpangan dengan pita ukur Coburn. Dari
hasil penelitian, disimpulkan bahwa pendugaan bobot badan dengan
menggunakan pita ukur Coburn tidak cocok bila dibandingkan dengan rumus
Schoorl dalam menduga bobot badan sapi ACC.
Penelitian untuk mengetahui keterandalan pita Dalton dalam menduga
bobot hidup kerbau Lumpur, sapi Bali, dan babi persilangan Landrace telah
dilakukan oleh Putra (2005) terhadap 544 ekor kerbau lumpur, 1264 ekor sapi
Bali, dan 200 ekor babi persilangan Landrace jantan dan betina menunjukkan
bahwa pita Dalton tidak dapat diandalkan secara langsung untuk menduga bobot
hidup kerbau Lumpur, sapi Bali, dan babi. Pita Dalton terandalkan penggunannya
bila dikoreksi melalui regresi linier sederhana antara bobot hidup hasil
rumus untuk menduga bobot hidup ternak melalui pita Dalton adalah
masing-masing : BH (Bobot Hidup) = 37.408+0.729 PD (Pita Dalton) untuk kerbau
Lumpur, BH = 30.167+0.670 PD untuk sapi Bali , BH = 8.609 + 0.714 PD untuk
babi persilangan Landrace.
Analisa Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)
linear antara dua variabel atau lebih. Besarnya koefisien relasi berkisar antara +1
sampai dengan -1, dimana koefisien relasi menunjukkan kekuatan (strength)
hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak (Sarwono, 2006).
Pengambilan keputusan dalam uji regresi sederhana dapat mengacu pada dua hal,
yakni dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel, atau dengan
membandingkan nilai signifikasi dengan nilai probabilitas 0,05
Analisa korelasi merupakan alat yang dipakai untuk mengukur keeratan
hubungan antara dua variabel. Perhitungan dari derajat keeratan didasarkan pada
persamaan regresi (Kustituanto, 1984). Korelasi r adalah hubungan timbal balik
atau asosiasi yaitu saling bergantungnya dua variabel misalnya Y1 dan Y2. Ada
dua hubungan antara dua variabel tersebut, yaitu hubungan negatif pada gambar 4
dan hubungan negatif pada gambar 5. Bila variabel-variabel memiliki hubungan
negatif, maka hubungan tidak searah yaitu semakin tinggi nilai variabel Y1 maka
semakin rendah variabel Y2. Begitupun sebaliknya jika dua variabel berhubungan
positif, maka hubungan diantara keduanya bersifat searah yaitu semakin tinggi
Gambar 1. Jenis kurva korelasi negatif Gambar 2. Jenis kurva korelasi positif
Analisis regresi dan korelasi telah dikembangkan untuk penelitian dan
mengukur hubungan statistik yang ada antara dua atau lebih variabel. Istilah
regresi linier sederhana dan korelasi linier sederhana menunjukkan bahwa
hubungan yang diteliti dalam pembahasan ini hanya melibatkan dua variabel saja.
Jika lebih dari dua variabel yang diteliti dan diukur hubungannya maka dikatakan
sebagai regresi linier berganda. Di dalam analisis regresi, dikembangkan suatu
persamaan matematis yang menggambarkan karakteristik pola hubungan yang ada
antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Dalam hal ini istilah
regresi sendiri berimplikasi pada pros esestimasi, sehingga persamaan matematis
regresi tidak lain adalah persamaan untuk estimasi. Variabel yang akan diestimasi
dikatakann sebagai variabel respons, atau variabel dependen. Dikatakan demikian
karena nilai yang akan didapatkan dari proses estimasi tersebut ditentukan oleh
variabel estimatornya, yaitu variabel prediktor atau lazim dikatakan sebagai
variabel independen (Ahmad, 2007).
Korelasi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan analisis regresi
linier sederhana (Seni, 2005)
Y = a + bX
dimana:
X = variabel bebas (independent)
a = nilai konstanta
b = koefisien arah regresi (kemiringan)
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Loka Penelitian Kambing Potong, Desa Sei
Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli serdang, di Desa Batubinumbun
Kecamatan Muara, di Gang Ikhlas, Desa Kelambir V dan di Desa Parsaoran I,
Kecamatan Pangururan. Dari bulan Mei sampai Juli 2015.
Bahan dan Alat Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah kambing Boerka = 50 ekor,
kambing Kacang = 94 ekor, kambing Muara = 50 Ekor, kambing Peranakan
Ettawa = 50 Ekor dan kambing Samosir = 52 ekor. Umur dan kondisi tubuh
ternak kambing yang digunakan dalam penelitian ini adalah bervariasi tetapi
membandingkan antara jantan dan betina.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah pita ukur merk Animeter, Agrotech, dan
Rondo, timbangan portabel, alat tulis serta lembar data untuk mencatat hasil
pengamatan ukuran-ukuran tubuh serta kamera digital untuk mendokumentasikan
pengamatan.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengukuran
langsung terhadap lingkar dada kambing dengan menggunakan pita ukur dengan
pengukuran sebanyak 3 kali pada tiap ekor ternak. Ada 3 (tiga) jenis pita ukur
yang digunakan, yakni pita ukur merk : Animeter dan Agrotech dari Indonesia,
dan Rondo dari Jerman. Dari hasil pengukuran dilakukan pendugaan bobot badan
kambing dengan menggunakan rumus Smith dan rumus Schoorl. Jumlah ternak
dilakukan juga penimbangan langsung terhadap bobot badan kambing
menggunakan timbangan portabel. Penimbangan bobot badan kambing secara
langsung tersebut dilakukan sebagai pembanding terhadap hasil pendugaan bobot
badan yang diperoleh dengan menggunakan pita ukur.
Parameter Penelitian
Parameter dalam penelitian ini adalah :
1. Lingkar dada.
Lingkar dada diukur menggunakan beberapa pita ukur (satuan dalam cm)
melingkar pada rongga dada di belakang sendi tulang bahu (os. Scapula)..
Cara pengukuran dilakukan mengikuti petunjuk FAO (2012)
Gambar 6. Pengukuran Lingkar Dada Ternak Kambing
2. Berat badan.
Berat badan kambing ditimbang secara langsung menggunakan timbangan
portabel.
Pengumpulan Data
Memilih dan menentukan sampel penelitian kambing (Boerka = 50 ekor,
52 ekor), menyiapkan pita ukur dengan panjang minimal 250 cm, menyiapkan
timbangan portabel dengan kapasitas 200 kg dan menyiapkan buku data untuk
mencatat hasil pengukuran lingkar dada. Kemudian menuliskan setiap data yang
diperoleh dari pengamatan ke buku data.
Analisa Data Menggunakan Rumus Bobot Badan
Data hasil pengukuran Lingkar dada menggunakan pita ukur kemudian
akan diuji dengan rumus pendugaan bobot badan, yakni Schoorl dan Smith
dengan rumus sebagai berikut.
Rumus Schoorl :
(��(��)+22)2
100 (kg)
Rumus Smith :
(
��
(��)+ 18)
2100
(kg)Keterangan: LD = Lingkar Dada
Setelah diuji dengan rumus pendugaan bobot badan, selanjutnya data hasil
pengukuran lingkar dada menggunakan pita ukur, dibandingkan dengan data
bobot badan yang diukur langsung menggunakan timbangan portabel, sehingga
diperoleh simpangan baku dari beberapa jenis pita ukur tersebut. Pita ukur yang
paling andal merupakan pita ukur yang simpangannya paling mendekati dari
bobot badan sebenarnya. Nilai penyimpangan dapat dihitung dengan rumus:
P = ���−���
��� x 100%
dimana,
P = Prosentase Penyimpangan
BBR = Bobot badan hasil pendugaan menggunakan rumus dan pita ukur BBT = Bobot badan hasil timbang
Dari hasil penelitian dihitung dan diolah untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas (X) yaitu eksterior tubuh kambing yang meliputi lingkar
dada kambing terhadap variabel tidak bebas (Y) yaitu bobot badan kambing.
Pita ukur yang paling mendekati dari bobot badan sebenarnya kemudian
akan ditransformasikan kedalam satu model persamaan regresi linear.
Y = a + bX
dimana,
Y = variable dependent / terikat (Berat Badan)
a = konstanta
b = koefisien regresi (kemiringan)
X = variable independent / bebas (Lingkar Dada)
Data-data yang diperoleh dapat dihitung dan diolah dengan metode analisa
korelasi dan regresi sederhana. Angka koefisien relasi (r) baik ganda maupun
sederhana menunjukkan arah dan derajat keeratan hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Persamaan regresi baik sederhana maupun
ganda menunjukkan baentuk hubungan secara sistematis antara variabel
independen dengan variabel dependen. Pengambilan keputusan dalam uji regresi
sederhana dapat mengacu pada dua hal, yakni dengan membandingkan nilai t
hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai
probababilitas 0,05.
Pengujian statistik terhadap koefisien relasi (baik sederhana maupun
ganda) digunakan untuk menjawab hipotesis mengenai atau tidaknya hubungan
yang signifikasi antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun
1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1
H0 : r ≈ 0 berarti tidak ada hubungan signifikan anatar X dan Y
H0 : r ≠ 0 berarti ada hubungan signifikan antara X dan Y
2. Menghitung nilai uji statistik
Nilai uji statistik regresi sederhana adalah t, sedangkan nilai uji statistik
untuk regresi berganda adalah F. Nilai t diperoleh dengan membandingkan
nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai signifikansi
dengan nilai probabilitas 0,05. Demikian juga halnya dengan nilai F
diperoleh melalui perbandingan nilai hitung dengan tabel pada taraf nyata.
3 Menentukan kriteria keputusan
H0 diterima (H1 ditolak) apabila t atau F hitung ˂ t atau F tabel
H0 ditolak (H1 diterima) apabila t atau F hitung ≥ t atau F tabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 4 peternakan kambing di wilayah Sumatera
Utara yaitu peternakan Kambing Boerka dan Kacang di Loka Penelitian Kambing
Potong, Desa Sei Putih, Kecamatan Galang, peternakan Kambing PE di Gang
Ikhlas, Desa Kelambir V, peternakan kambing Samosir Desa Parsaoran I,
Kecamatan Pangururan dan Peternakan kambing Muara di Desa Batubinumbun
Kecamatan Muara. Jumlah masing-masing kambing yang diukur lingkar dada dan
ditimbang adalah sebanyak 50 ekor kambing Boerka (25 ekor jantan dan 25 ekor
betina), 94 ekor kambing Kacang (44 ekor jantan dan 50 ekor betina), 50 ekor
kambing Muara (25 ekor jantan dan 25 ekor betina), 50 ekor kambing Peranakan
Ettawa (23 ekor jantan dan 27 ekor betina) dan 52 ekor kambing Samosir (27 ekor
jantan dan 25 ekor betina).
Perbedaan bobot badan kambing antara satu tempat dengan tempat lainnya
disebabkan karena latar belakang pemeliharaan dan lingkungan (suhu, cuaca,
iklim, hijauan, dll) yang berbeda-beda. Faktor lingkungan sangat berpengaruh
terhadap ukuran-ukuran tubuh dan bobot badan kambing. Faktor lingkungan yang
banyak mempengaruhi kondisi kambing tersebut terutama adalah faktor pakan
(Devendra dan Burns, 1994). Ternak kambing yang dipelihara oleh masyarakat
rata-rata diberi pakan berupa rumput seadanya, dan digembalakan (ekstensif)
secara berpindah-pindah. Hal ini mengakibatkan kurangnya menejemen dalam
pemeliharaan ternak kambing, terlihat dengan bobot badan ternak kambing yang
Pendugaan Bobot Badan Antar Bangsa Ternak Kambing Berdasarkan Schoorl, Smith dan Pita Ukur
Hasil pendugaan bobot badan antar bangsa ternak kambing dapat dilihat
pada tabel 2 dibawah ini
Tabel 2. Rataan Bobot Badan Kambing Boerka, Kacang, Muara, PE dan Samosir Jantan berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan Bobot Badan dengan Pita Ukur, dan Rumus Schoorl, Smith dan Regresi
Tabel 3. Rataan Bobot Badan Kambing Boerka, Kacang, Muara, PE dan Samosir Betina berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan Bobot Badan dengan Pita Ukur, dan Rumus Schoorl, Smith dan Regresi
Jenis Kambing Bobot Badan Timbang Keterangan : Pita 1 = Agrotehch
1. Pendugaan Bobot Badan Ternak Kambing Berdasarkan Rumus Schoorl dan Smith
Untuk lebih mengetahui pendugaan bobot badan dengan rumus Schoorl
dan Smith dan menggunakan pita ukur dapt diketahui pada penjelasan untuk
setiap jenis kambing dibawah ini.
Rata-rata pendugaan bobot badan pada kambing Boerka, kambing Kacang,
kambing Muara, kambing PE dan kambing Samosir jantan dan betina hasilnya
yang paling mendekati adalah dengan menggunakan rumus regresi yaitu rata-rata
bobot badan sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Rumus Schoorl
dan Smith terdapat selisih yang sangat besar terhadap rata-rata bobot badan
sebenarnya. Perbedaan bobot badan sebenarnya dengan menggunakan rumus
disebabkan karena rumus tersebut biasa digunkaan untuk bangsa sapi Eropa dan
tidak cocok untuk sapi lokal termasuk ternak kambing. Pada pendugaan bobot
badan dengan regresi baik koefisien korelasi maupun koefisien determinasi
memiliki nilai hampir mendekati nilai 1 yang menunjukkan hubungan signifikan
antara variabel, baik lingkar dada, panjang badan dan bobot badan ternak
(Mansyur, 2010).
Pendugaan bobot badan kambing Boerka jantan dengan menggunakan
rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 67,02 ± 10,82 kg , menggunakan
rumus Smith diperoleh 60,65 ± 10,28 kg sedangkan bobot badan kambing Boerka
jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 22,68 ± 5,33 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -44,34 kg dengan
persentase penyimpangan 203,97%, dan Smith yaitu -37,97 kg dengan persentase
betina dengan menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 66,83
± 13,15 kg, menggunakan rumus Smith diperoleh 60,65 ± 10,28 kg sedangkan
bobot badan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 23,15 ± 7,71 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -43,98 kg dengan
persentase penyimpangan 214,75%, dan Smith yaitu -37,33 kg dengan persentase
penyimpangan 183,26 %.
Pendugaan bobot badan kambing Kacang jantan dengan menggunakan
rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 64,17 ± 16,55 kg , menggunakan
rumus Smith diperoleh 57,98 ± 15,70 kg sedangkan bobot badan kambing Kacang
jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 18,27 ± 9,72 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -45,90kg dengan
persentase penyimpangan 345,21%, dan Smith yaitu -39,74 kg dengan persentase
penyimpangan 298,09%. Sementara pendugaan bobot badan kambing Kacang
betina dengan menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 66,93
± 13,49 kg, menggunakan rumus Smith diperoleh 60,58 ± 12,80 kg sedangkan
bobot badan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 20,25 ± 7,52 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -46,68 kg dengan
persentase penyimpangan 264,14%, dan Smith yaitu -40,33 kg dengan persentase
penyimpangan 227,69 %.
Pendugaan bobot badan kambing Muara jantan dengan menggunakan
rumus Smith diperoleh 45,48 ± 17,96 kg sedangkan bobot badan kambing Muara
jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 13,18 ± 8,83 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -37,76 kg dengan
persentase penyimpangan 372,47%, dan Smith yaitu -32,30 kg dengan persentase
penyimpangan 315,75%. Sementara pendugaan bobot badan kambing Muara
betina dengan menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 65,43
± 19,92 kg, menggunakan rumus Smith diperoleh 59,20 ± 18,89 kg sedangkan
bobot badan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 20,42 ± 10,28 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -45,01 kg dengan
persentase penyimpangan 290,49%, dan Smith yaitu -38,78 kg dengan persentase
penyimpangan 248,75 %.
Pendugaan bobot badan kambing PE jantan dengan menggunakan rumus
Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 92,70 ± 25,36 kg , menggunakan rumus
Smith diperoleh 85,22 ± 24,36 kg sedangkan bobot badan kambing PE jantan
berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 41,67 ± 21,48 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -51,03 kg dengan
persentase penyimpangan 148,16%, dan Smith yaitu -43,55 kg dengan persentase
penyimpangan 127,49%. Sementara pendugaan bobot badan kambing PE betina
dengan menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 116,52 ±
20,90 kg, menggunakan rumus Smith diperoleh 108,07 ± 20,12 kg sedangkan
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -65,52 kg dengan
persentase penyimpangan 134,61%, dan Smith yaitu -57,07 kg dengan persentase
penyimpangan 117,21 %.
Pendugaan bobot badan kambing Samosir jantan dengan menggunakan
rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 48,41 ± 12,52 kg , menggunakan
rumus Smith diperoleh 46,05 ± 11,78 kg sedangkan bobot badan kambing
Samosir jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 10,29 ± 4,67 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -38,12 kg dengan
persentase penyimpangan 438,54%, dan Smith yaitu -35,76 kg dengan persentase
penyimpangan 314,17%. Sementara pendugaan bobot badan kambing Samosir
betina dengan menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 65,29
± 17,76 kg, menggunakan rumus Smith diperoleh 59,05 ± 16,84 kg sedangkan
bobot badan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 18,08 ± 9,01 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -47,21 kg dengan
persentase penyimpangan 327,95%, dan Smith yaitu -40,97 kg dengan persentase
penyimpangan 282,89 %.
Dari hasil data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa nilai
penyimpangan pendugaan bobot badan pada kambing jantan dan betina sangat
tinggi. Tingginya nilai penyimpangan terjadi karena rumus Schoorl biasa
digunakan pada sapi perah. Dimana sapi perah memiliki konformasi tubuh yang
yang menyatakan bahwa pendugaan berat badan sapi menggunakan rumus
Schoorl biasa dilakukan pada sapi FH. Bobot badan hasil pendugaan
menggunakan rumus Smith memberikan hasil dengan selisih yang lebih kecil
dibandingkan dengan bobot badan hasil pendugaaan menggunakan rumus
Schoorl. Hal ini disebabkan karena nilai konstanta rumus Smith (18) lebih kecil
dibandingkan dengan konstanta rumus Schoorl (22).
2. Pendugaan Bobot Badan Ternak Kambing Berdasarkan Pita Ukur Rata-rata pendugaan bobot badan pada kambing Boerka, kambing Kacang,
kambing Muara, kambing PE dan kambing Samosir jantan hasilnya yang paling
mendekati adalah dengan menggunakan rumus regresi yaitu rata-rata bobot badan
sebenarnya atau dengan menggunakan timbangan. Dimana tidak ada perbedaan
antara Pita ukur yang dipakai yaitu pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo
dalam menduga bobot badan ternak.
Pendugaan bobot badan kambing Boerka jantan dengan menggunakan pita
ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 29,60 ± 6,74
kg, sedangkan bobot badan kambing Boerka jantan berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 22,68 ± 5,33 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -6,92 kg dengan persentase penyimpangan 31,87 %.
Sementara pendugaan bobot badan kambing Boerka betina dengan menggunakan
pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 29,32 ±
8,56 kg, sedangkan bobot badan kambing Boerka betina berdasarkan bobot badan
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -6,17 kg dengan persentase penyimpangan 29,09%.
Pendugaan bobot badan kambing Kacang jantan dengan menggunakan pita
ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 27,39 ± 10,71
kg, sedangkan bobot badan kambing kacang jantan berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 18,27 ± 9,72 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -9,12 kg dengan persentase penyimpangan 67,32%.
Sementara pendugaan bobot badan kambing Kacang betina dengan menggunakan
pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 29,36 ±
8,68 kg, sedangkan bobot badan kambing Kacang betina berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 20,25 ± 7,52 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -9,11 kg dengan persentase penyimpangan 49,17%.
Pendugaan bobot badan kambing Muara jantan dengan menggunakan pita
ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 18,26 ± 12,83
kg, sedangkan bobot badan kambing Muara jantan berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 13,18 ± 8,83 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -5,08 kg dengan persentase penyimpangan 25,73 %.
Sementara pendugaan bobot badan kambing Muara betina dengan menggunakan
pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 27,90 ±
12,90 kg, sedangkan bobot badan kambing Kacang betina berdasarkan bobot
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -7,48 kg dengan persentase penyimpangan 39,81%.
Pendugaan bobot badan kambing Peranakan Etawa (PE) jantan dengan
menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan
sebesar 46,32 ± 18,43 kg, sedangkan bobot badan kambing Peranakan Etawa (PE)
jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 41,67 ± 21,48 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -4,65 kg dengan persentase
penyimpangan 19,91 %. Sementara pendugaan bobot badan kambing Peranakan
Etawa (PE) betina dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo
diperoleh bobot badan sebesar 62,37 ± 16,50 kg, sedangkan bobot badan kambing
Peranakan Etawa (PE) betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 51,00 ±
13,36 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan
timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -11,37 kg
dengan persentase penyimpangan 22,89%.
Pendugaan bobot badan kambing Samosir jantan dengan menggunakan
pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 18,38 ±
8,09 kg, sedangkan bobot badan kambing Samosir jantan berdasarkan bobot badan
timbang diperoleh 10,29 ± 4,67 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -8,09 kg dengan persentase penyimpangan 50,07 %.
Sementara pendugaan bobot badan kambing Samosir betina dengan menggunakan
pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 28,02 ±
badan timbang diperoleh 18,08 ± 9,01 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan pendugaan bobot badan
menggunakan pita ukur yaitu -9,94 kg dengan persentase penyimpangan 57,52%.
Rata-rata penyimpangan pendugaan bobot badan dengan bobot badan
timbang menggunakan pita ukur merk Agrotech, Animeter dan Rondo Dari data
hasil penelitian diperoleh nilai penyimpangan terbesar pada kambing Kacang
jantan yaitu 67,32% dan Kambing Kacang betina yaitu 49,17 dan penyimpangan
terkecil adalah pada kambing Peranakan Etawa (PE) jantan yaitu 19,91% dan
kambing Peranakan Etawa betina yaitu 22,89%. Berdasarkan data hasil penelitian,
maka pita ukur tidak dapat digunakan dalam menduga bobot badan ternak
kambing jantan maupun betina. Hasil penimbangan dengan metode pita ukur ini
memiliki selisih yang besar, sehingga tidak mendekati berat badan sesungguhnya.
Sesuai dengan pernyataan Undang (2001) yang menyatakan bahwa penggunaan
metode pita ukur cocok untuk tipe ternak seperti pada sapi-sapi di Indonesia.
Sehingga jenis-jenis pita ukur yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat
3. Pendugaan Bobot Ternak Kambing Berdasarkan Berdasarkan Schoorl, Smith dan Pita Ukur
Hasil pendugaan bobot badan antar bangsa ternak kambing dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini
Tabel 4. Rataan Bobot Badan Kambing Jantan dan Betina Berdasarkan Bobot Badan Timbang, Pendugaan Bobot Badan dengan Pita Ukur, dan Rumus Schoorl, Smith dan Regresi
Jenis Kambing Bobot Badan Timbang Keterangan : Pita 1 = Agrotehch
Pita 2 = Animeter Pita 3 = Rondo
Pendugaan bobot badan kambing jantan yang digunakan dalam penelitian
dengan menggunakan rumus Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 63,97 ± 22,35
kg , menggunakan rumus Smith diperoleh 57,82 ± 21,27 kg sedangkan rata-rata
bobot badan kambing jantan berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 20,39 ±
14,99 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan
timbang dan rumus pendugaan bobot badan antara lain Schoorl yaitu -43,58 kg
dengan persentase penyimpangan 311,45%, dan Smith yaitu -37,43 kg dengan
persentase penyimpangan 266,72%. Sementara pendugaan rata-rata bobot badan
Schoorl diperoleh bobot badan sebesar 75,21 ± 25,42 kg, menggunakan rumus
Smith diperoleh 68,52 ± 24,29 kg sedangkan bobot badan berdasarkan bobot
badan timbang diperoleh 25,86 ± 15,09 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh
berdasarkan selisih bobot badan timbang dan rumus pendugaan bobot badan
antara lain Schoorl yaitu -49,35 kg dengan persentase penyimpangan 247,83%,
dan Smith yaitu -42,66 kg dengan persentase penyimpangan 213,30 %.
Pendugaan bobot badan kambing jantan yang digunakan dalam penelitian
dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter dan Rondo diperoleh bobot
badan sebesar 27,65 ± 14,84 kg, sedangkan rata-rata bobot badan kambing jantan
berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 20,39 ± 14,99 kg. Nilai
penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan timbang dan
pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -7,26 kg dengan persentase
penyimpangan 43,14%. Sementara pendugaan bobot badan kambing betina yang
digunakan dalam penelitian dengan menggunakan pita ukur Agrotech, Animeter
dan Rondo diperoleh bobot badan sebesar 34,75 ± 17,22 kg, sedangkan rata-rata
bobot badan kambing betina berdasarkan bobot badan timbang diperoleh 25,86 ±
15,09 kg. Nilai penyimpangan yang diperoleh berdasarkan selisih bobot badan
timbang dan pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur yaitu -8,89 kg
dengan persentase penyimpangan 41,03%.
Rata-rata pendugaan bobot badan pada ternak kambing jantan dan betina
hasilnya yang paling memdekati adalah dengan menggunakan rumus persamaan
regresi yaitu rata-rata bobot badan sebenarnya atau dengan menggunakan
timbangan. Dimana hasil pendugaan bobot badan berdasarkan rumus Schoorl dan
dengan bobot badan kambing sebenarnya, karena rata-rata pemyimpangan yang
diperoleh dalam pendugaan bobot badan tersebut lebih dari 5-10%. Hal ini sesuai
dnegan pernyataan Williamson dan Payne (1978), yang menyatakan bahwa
penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya berkisar antara 5% sampai 10%
dari bobot badan sebenarnya. Sehingga rumus Schoorl dan Smith beserta pita ukur
Agrotech, Animeter dan Rondo tidak dapat diandalkan dalam menduga bobot
badan kambing Boerka, kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan
Etawa (PE) dan kambing Samosir jantan maupun betina.
Pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Schoorl dan Smith
tidak dapat digunakan dalam menduga bobot badan ternak kambing Boerka,
kambing Kacang, kambing Muara, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing
Samosir. Penelitian memberikan hasil bahwa pemakaian ukuran lingkar dada
tidak dapat menduga bobot badan seekor kambing dengan tepat. Sesuai dengan
pernyataan Dwiyanto (1982), komponen tubuh yang berhubungan erat dengan
bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan. Dimana pengukuran dengan
lingkar dada hanya memberikan hal kepraktisan dalam pengukuran sementara
Analisis, Korelasi dan Regresi Linier Sederhana pada Lingkar Dada dan Bobot Badan Antar Bangsa Kambing
Hasil pendugaan bobot badan kambing Boerka, kambing Kacang, kambing
Muara, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Samosir berdasarkan analisa
korelasi dan regresi liniear menggunakan lingkar dada dan bobot badan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
1. Kambing Boerka
Tabel 5. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Boerka
Variabel Jantan Betina
Persamaan R Persamaan R
LD(X) Y = -18,179+0,686X 0,867 Y = -28,801+0,876X 0,972 Keterangan : LD = Lingkar Dada
Signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh dengan bobot badan
diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t terhadap koefisien relasi
(R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi
dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap bobot badan kambing
Boerka jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar dada (X) adalah R =
0.867 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan adalah 86,7%.
Sementara pada kambing Boerka betina diperoleh hasil nilai koefisien lingkar
dada (X) adalah R = 0.972% atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan
adalah 97,2%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak kambing Boerka menggunakan lingkar dada lebih baik jika digunakan pada
kambing betina, dimana nilai korelasinya adalah 97,2%. Hal ini menunjukkan
bahwa lingkar dada lebih tepat digunakan untuk kambing Boerka betina dalam
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
eksterior tubuh ternak pada kambing Boerka dapat dilihat pada grafik berikut ini
Grafik 3. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Kambing Boerka Jantan
Grafik 4. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Kambing Boerka Betina B
o b o t B a d a n
Lingkar Dada
Lingkar Dada B
Pada grafik 3 dan 4 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan
kambing Boerka jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif.
Berdasarkan hasil statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil
penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan kambing Boerka jantan dapat
menggunakan formula BB = -18.179+0.686LD, dan pendugaan bobot badan
kambing Boerka betina dapat menggunakan formula BB = -28.801+0.876LD.
Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh
bahwa tingkat signifikan antara lingkar dada dengan terhadap bobot badan
kambing Boerka jantan dan betina adalah 0.000 < 0.005 (lebih kecil dari 0,005),
maka dengan demikian lingkar dada memiliki hubungan signifikan atau hubungan
positif terhadap bobot badan kambing Boerka jantan dan betina dengan tujuan
pendugaan bobot badan.
2. Kambing Kacang
Tabel 7. Hubungan lingkar dada dengan bobot badan kambing Kacang
Variabel Jantan Betina
Persamaan R Persamaan R
LD(X) Y = -30,027+0,841 0,925 Y = -27,925+0,812X 0,937 Keterangan : LD = Lingkar Dada
Berdasarkan data hasil penelitian pendugaan bobot badan pada kambing
Kacang, diperoleh hubungan signifikansi hubungan antara ukuran eksterior tubuh
dengan bobot badan diperoleh berdasarkan analisa data penelitian yaitu uji t
terhadap koefisien relasi (R) dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan
hasil uji statistik korelasi dan regresi linier sederhana pada lingkar dada terhadap
bobot badan kambing Kacang jantan diperoleh bahwa hasil nilai koefisien lingkar
dada (X) adalah R = 0.925 atau nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan
adalah 92,5%. Sementara pada kambing Kacang betina diperoleh hasil nilai
koefisien lingkar dada (X) adalah R = 0,937% atau nilai korelasi lingkar dada
dengan bobot badan adalah 93,7%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dalam menduga bobot badan
ternak kambing Kacang menggunakan lingkar dada dapat digunakan pada
kambing betina, dimana nilai korelasinya adalah 93,7%. Hal ini menunjukkan
bahwa lingkar dada tepat digunakan dalam menduga bobot badan kambing
Kacang betina.
Adapun gambaran sebaran data hubungan bobot badan dengan ukuran
Grafik 5. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Kambing Kacang Jantan
Grafik 6. Hubungan Lingkar Dada dengan Bobot Badan Kambing Kacang Betina B
o b o t B a d a n
B o b o t B a d a n
Pada grafik 5 dan 6 menunjukkan pola titik-titik yang menunjukkan garis
lurus diagonal miring ke kanan dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan
kambing Kacang jantan dan betina membentuk garis linier dengan arah positif.
Berdasarkan hasil statistik regresi linier sederhana yang dilakukan pada data hasil
penelitian, diketahui bahwa pendugaan bobot badan kambing Kacang jantan dapat
menggunakan formula BB = -30,027+0,841LD, dan pendugaan bobot badan
kambing Kacang betina dapat menggunakan formula BB = -27,925+0,812LD.
Pada tabel Anova hasil pengujian regresi linier sederhana berikut ini, diperoleh
bahwa tingkat signifikan antara lingkar dada dengan terhadap bobot badan
kambing Boerka jantan dan betina adalah 0.000 < 0.005 (lebih kecil dari 0,005),
maka dengan demikian lingkar dada memiliki hubungan signifikan atau hubungan
positif terhadap bobot badan kambing Kacang jantan dan betina dengan tujuan
pendugaan bobot badan.