• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna dan Arti Umpasa Batak Toba: Suatu Tinjauan Resepsi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makna dan Arti Umpasa Batak Toba: Suatu Tinjauan Resepsi Sastra"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran Informan I

Nama : Pahala Sinaga

Alamat : Pinda raya, Tuk-Tuk Siadong Umur : 41 Tahun

(4)

Informan II

Nama : Op. Anvina Siallagan

Alamat : Pinda raya, Tuk-Tuk Siadong Umur : 65 Tahun

Pekerjaan : Petani/pemuka adat

(5)

Informan III

Nama : Op. Ruspida Siallagan

Alamat : Sosorgalung, Tuk-Tuk Siadong Umur : 76 Tahun

Pekerjaan : Petani/Pemuka adat

(6)
(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Aminunddin. 1981. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar

Baru Algesindo.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Hutajulu, Nicolaus. 2015. Interpretasi Mahasiswa Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU Stambuk 2011 Terhadap Antologi Puisi Suara Peri dan Mimpi: Kajian Resepsi Sastra (Skripsi). Medan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Irwansyah. 1989. “Syair Putri Hijau: Telaah Sejarah Teks dan Resepsi” (Tesis S2). Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Jauss, Hans Robert. 1974. “Literary History asa A Challenge’’ dalam Ralp Cohen

(ed). New Direction in Literary History. Rudledge & Kegan Paul, London.

Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Cet. 1. Jakarta: Sinar Harapan KBBI. Edisi ketiga. 2007. Jakarta: Balai Pustaka.

Minichiello, victor., et al. (1995). In Depth Interviewing Principles, Techniques

Analisys. Melbourne: Addison Wesley Longman

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: Poda.

Sulistiono dkk. 2013. Seri Bahasa Indonesia. Medan: Aneka Ilmu. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Poerwandi. E. Kristi

Pradopo, Rachmat Djoko.2001. Beberapa Teori Sastra Metode Kritik dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka

Pradotokusumo, Partini Sarjono. 1986. Kakawin Gajah Madah : Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad ke-20 Suntingan Naskah Serta Telaah

Struktur, Tokoh, dan Hubungan Antarteks. Cet. 1. Bandung:

Binacipta.

(9)

Simbolon, dkk. 1986. Peranan Umpasa dalam masyarakat Batak Toba. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Van Luxemburg, Jan, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1989. Pengantar

Ilmu Sastra (Terjemahan Dick Hartoko). Cet. 3. Jakarta:

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi adalah letak atau tempat ( Alwi, dkk 2003: 680). Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Pulau Samosir, Kecamatan Simanindo, tepatnya di Kelurahan Tuk-Tuk Siadong dengan mengumpulkan data dan beberapa narasumber yang berada di lokasi penelitian.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu adalah seluruh rangkaian ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau langsung (Alwi, 2005: 1267). Penulis melakukan penelitian objek mulai dari tanggal 19 Oktober 2015 sampai tanggal 19 Noveember 2015.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer

Data perimer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan mewawancarai narasumber untuk mengumpulkan data secara mendalam 2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari buku seperti karya R.A. Lumongga Pardede yang judulnya “Masisisean di Ulaon Adat”.

(11)

Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Alwi, dkk 2003: 889).

Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar kelurahan Tuk-Tuk Siadong dengan Informan dalam penelitian ini dipilih dari kalangan pemuka adat atau yang megetahui umpasa. Tidak semua orang mampu memahami makna umpasa. Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan syarat-syarat berikut ini.

1. Berjenis kelamin pria; 2. Berusia antara 30-60 tahun;

3. Jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya; 4. Berpendidikan atau tidak berpendidikan;

5. Menguasai bahasa dan budaya Batak Toba dengan baik;

6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya;

3.3.2 Sampel

(12)

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara wawancara. Didalam memilih subjek, penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling

atau dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya (poerwanndi, 1998). Teknik ini melibatkan beberapa informan yang berhubungan dengan peneliti. Nantinya informan ini akan menghubungkan dengan jaringan sosialnya yang cocok dijadikan sebagai narasumber penelitian demikian seterusnya (Minichielo, 1995)

Pada langkah awal jumlah subjek yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini berjumlah 2 orang pemuka adat Batak Toba. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti tidak akan membatasi jumlah subjek penelitian. Pengambilan data akan dihentikan apabila peneliti merasa data sudah terkumpul dan telah cukup akurat.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

(13)

BAB IV

MAKNA DAN ARTI UMPASA BATAK TOBA : SUATU TINJAUAN RESEPSI SASTRA

Makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan, makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ada tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya yaitu a) Makna adalah hasil hubungan bahasa dengan dunia luar, b) Penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, c) Perwujutan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.

Mempelajari suatu makna pada hakikatnya mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahwa dapat saling mengerti. Tanpa adanya makna tuturan ini tidak akan berfungsi apa-apa dalam sebuah percakapan atau komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering tidak berkata terus terang dalam menyampaikan maksudnya, bahkan hanya menggunakan isyarat tertentu. (Mansoer Pateda 2001:79)

Arti adalah maksud yang terkandung dalam perkataan, kalimat. (KBBI, 2007).

Umpasa adalah karya sastra dalam bentuk syair/puisi yang memiliki

(14)

4.1 Makna dan Arti Umpasa dalam Peristiwa Perkawinan

Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah peristiwa adat yang besar, karena dalam kesempatan ini semua golongan berkumpul bersama-sama, bahkan juga muncul golongan baru yaitu kenalan dan kawan-kawan. Seperti dalam setiap peristiwa adat lainnya, menuaikan tugas kewajiban yang sudah tertentu dan dalam pembicaraan adat yang resmi sesudah makan bersama, masing-masing mendapat giliran resmi juga. Mereka mengucapkan sepatah dua kata. Urutan tata acara sudah disusun dengan baik melalui diskusi dengan beberapa orang yang dianggap mengerti adat. Hampir semua pembicara dipastikan akan mengucapkan umpasa sebagai bentuk untuk memperlihatkan kemahiran menggunakan umpasa yang baru dipelajari. Siapa pun yang berbicara dan umpasa

apa pun yang diucapkan, dapatlah dikemukakan bahwa umpasa-umpasa itu selalu berisikan nasihat, pandangan hidup, dan berkat. (Simbolon apul, dkk, 1986)

1) Andor ras ma andor ris

(Ubi yang merambat kemana mana)

Andor ni Lumbantonga tonga

(Ubi berasal dari lumban tonga-tonga)

Sai horas ma hamu jala torkis-torkis

(Selalu sehat dan bergerak dengan leluasa)

Hatop jala mamora

(15)

Andor adalah ubi rambat yang dikenal dapat tumbuh dan menjalar kemana mana..torkis-torkis diartikan selalu leluasa dan dapat bergerak bebas untuk mencari kekayaan untuk dan diibaratkan supaya hidup ubi rambat yaitu dapat mencari kemana mana.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan supaya pengantin hidup selalu

sehat dan semoga pasangan ini juga cepat mendapatkan kekayaan.

2) Bagot na marijuk

( Pohon aren yang berijuk)

Bagot ni purbatua

(Pohon aren dari purbatua)

Dilehon Tuhan ma dihamu anak na bisuk

(Tuhan mengaruniakan anak yang pintar)

Dohot boru siboan tua

(Dan putri yang cerdas)

Bagot adalah pohon aren yang memiliki manfaat dan di dalam budaya batak

dapat digunakan untuk keperluan untuk hidup. Bisuk artinya memunyai kepintaran yang lebih dan anak dapat tumbuh dengan sehat dan kelak membahagiakan kedua orangtuanya seperti pohon aren yang memiliki manfaat.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan dan berkat dari Tuhan supaya

(16)

3) Binuat ma hau toras

(Mengambil kayu keras)

Bahen tiang sopobalian

(Untuk membuat tiang rumah kecil di ladang)

Sai gabe ma hamu jala horas horas

(Banyak keturunan dan sehat-sehat)

Tiur tiur ma nang pansarian

(Murah rejeki)

Hau toras adalah kayu yang sudah matang, dan sudah dapat digunakan

menjadi alat yang diperlukan untuk membuat sesuatu. Kalau orang Batak Toba ingin membuat sopo (rumah kecil) harus menggunakan hau toras untuk menjadi tiang supaya bisa bertahan lama. Sopobalian adalah rumah kecil yang ada di ladang digunakan untuk tempat beristirahat atau menyimpan sesuatu. Gabe

artinya adalah semoga dapat apa yang diinginkan dan selalu sehat Tiur tiur artinya terang benderang terhadap apa yang hendak dicari, kuat seperti hau toras dan tidak gampang menyerah .

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan supaya pengantin selalu

diberkati dalam mencari rejeki.

4) Bintang na rumiris

(Bintang yang bertaburan)

Tu ombun nasumorop

(17)

Maramak ma hamu miris

(Memunyai anak lelaki yang banyak)

Marboru antong torop

(Dan anak perempuan yang banyak)

Bintang adalah benda luar angkasa kecil yang banyak dan bertaburan mampu menerangi. Nasumorop artinya tebal dan mampu melingkupi dan memberi kesejukan. Maranak miris (banyak anak laki-laki), Marboru torop (banyak anak perempuan), orang Batak Toba dahulu mempercayai bahwa dengan banyak anak maka akan mampu menerangi seperti bintang atau akan banyak rejeki yang akan datang.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan dan berkat kepada kedua

pengantin supaya diberi banyak anak laki-laki dan juga banyak juga anak perempuan.

5) Bolon do dengke Toba, etek ia pora pora

(Ikan danau toba yang besar, ikan pora pora kecil)

Anak ,boru na marbagas on sai sahat mamora

(Anak lelaki dan perempuan yg menikah kaya)

Arian dohot borngin tongtong marlas ni roha

(Siang dan malam selalu bergembira)

Tumpahon ni Tuhanta Debata parasiroha

(18)

Bolon artinya sesuatu yang besar dibandingkan dengan yang lain. dengke

artinya ikan, etek artinya sesuatu yang lebih kecil dibandingkan yang lain,

mamora artinya kaya dan memunyai banyakk harta, kelak pengantin yang

menikah diharapakan memiliki harta yang banyak.

Umpasa disampaikan sebagai pengharapan dan berkat yang ditujukan kepada

pengantin yang menikah supaya selalu mendapatkan berkat dari Tuhan yang Maha kasih berupa perlindungan dalam berumah tangga dan jauh dari segala bahaya yang datang di dalam rumah tangga mereka kelak.

6) Bona ni Aekpuli

(Pangkal dari Aekpuli)

Di dolok ni sitapongan

(Diatas bukit sitapongan)

Sai ro ma angka nauli

(Selalu hadir yang indah-indah)

Martambatamba ma sinadongan

(Dan bertambah harta)

Bona adalah pangkal, Aekpuli adalah sumber air yang berasal dari Aekpuli

sebagai salah satu sumber kehidupan yang mengalir dari dolok bukit sitapongan.

Nauli artinya semua yang datang adalah yang indah- indah dan rejeki pengantin

baru diibaratkan seperti air yang selalu mengalir dan tidak pernah berhenti.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan dan berkat kepada kedua

(19)

7) Dolok ni purbatua

(Bukit purbatua)

Tongdongkan ni siborotan

(Dekat siborotan)

Sai saur ma hamu saurmatua

(Sampai kepada umur yang panjang)

Paihutihut angka pomparan

(Dengan cucu anak lelaki dan perempuan)

Dolok adalah dataran yang tinggi, siborotan adalah nama desa, saurmatua

artinya memunyai umur yang panjang biasanya digunakan untuk mereka yang sudah memiliki cucu dan anaknya sudah semua menikah, pomparan adalah para keturunan biasanya digunakan untuk mereka yang sudah memiliki cucu dan umur para keturunannya juga saurmatua.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan supaya pengantin yang

menikah panjang umur dan memunyai keturunan yang banyak.

8) Duru ni hauma

(Pinggiran sawah)

Panuanan ni sanggesangge

(Tempat menamam cengkeh)

Sai sahat ma hamu saurmatua

(Sampai panjang umur)

(20)

(Selalu sehat sampai tua)

Duru adalah bagian yang paling tepi pada suatu tempat, hauma adalah sawah

biasayang digunakan untuk memanam padi dan jenis tumbuhan lainnya.

Panuanan artinya tempat menanam tanaman atau biasa disebut dengan tempat

yang cocok, sanggesangge adalah tanaman cengkeh, saurmatua artinya

saurmatua artinya memunyai umur yang panjang biasanya digunakan untuk

mereka yang sudah memiliki cucu dan anaknya sudah semua menikah dan kelak seperti cengkeh yang berumur panjang.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan supaya nantinya kedua

pengantin yang menikah selalu sehat dan panjang umur sampai tua.

9) Eme na marbiur

(Padi yang telah berbuah)

Donokhon ni hariara

(Dekat pohon hariara)

Sai matorop ma hamu maribur

(Banyak keturunan)

Matangkang ma juara

(Menjadi yang pintar pintar)

Eme artinya adalah padi yang sudah ada isinya, Hariara adalah nama pohon,

maribur artinya cepat dapat anak, matangkang artinya selalu tangguh dan pantang

(21)

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan kepada kedua pengantin yang menikah memunyai banyak keturunan dan memunyai anak-anak yang pintar-pintar.

10)Bona ni Aekpuli

(Pangkal dari Aekpuli)

Panuanan ni sanggesangge

(Tempat menanam cengkeh)

Sai sahat ma hamu saurmatua

(Semoga sampai tua)

Horas horas jala gabe

(Selalu sehat sehat)

Bona adalah pangkal dari sebuah tempat, sanggesangge adalah suatu jenis

tumbuhan yang dapat lama tumbuh. Saurmatua artinya memunyai umur yang panjang biasanya digunakan untuk mereka yang sudah memiliki cucu dan anaknya sudah semua menikah dan kelak seperti cengkeh yang berumur panjang.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan kepada kedua pengantin yang

menikah supaya sehat sampai tua dan selalu sehat diberkati.

11) Giringgiring gostagosta

(Lonceng kecil)

Binoan tu Onan Sarulla

(22)

Hatop ma hamu mangiringiring jala marompaompa

(Cepat kalian menatah menggendong anak)

Dongan saur matua

(teman hingga hari tua nanti)

Giringgiring adalah lonceng yang kecil yang biasa digunakan oleh anak-anak

yang dijual di pasar, mangiringiring artinya menatah anak, cepat memunyai keturunan supaya marompa artinya mengendong anak, dalam tradisi batak mangompa adalah salah satu bentuk yang dulu sering dilakukan menggunakan kain sarung fungsingya untuk menidurkan bayi dengan nyenyak dan juga kalo ada kegiatan yang lain. saurmatua artinya memunyai umur yang panjang biasanya digunakan untuk mereka yang sudah memiliki cucu dan anaknya sudah semua menikah.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan kepada kedua pengantin yang

menikah supaya cepat memunyai keturunan supaya kelak hingga tua nanti ada anak yang menemani sepanjang hidup orang tua.

12)Laklak diatas pintu

(buku pusaka diatas pintu)

Singkoru ginolomgolom

(biji singkoru digenggam)

Maranak ma hamu sapulupitu

(semoga memunyai anak tujuh belas)

(23)

(memunyai anak perempuan enam belas)

Laklak adalah sebuah buku pusaka yang dipercayai orang batak dahulu

sebagai buku pusaka yang memunyai kekuatan mistik di dalamnya, singkoru

artinya biji tumbuhan yang bulat dan memunyai lobang di tengahnya dan bisa dibuat menjadi kalung atau gelang, Maranak artinya memunyai anak, dalam konteks ini berbeda, anak yang dimaksud adalah anak laki-laki berbeda dengan

Marboru adalah memunyai anak tapi yang dimaksud adalah anak perempuan.

Memiliki banyak anak laki-laki dan perempuan seperti singkoru yang memiki banyak biji.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan ditujukan kepada kedua

pengatin yang menikah oleh pihak keluarga laki-laki maupun pihak dari keluarga wanita berupa pemberkatan melalui doa kepada sang pencipta supaya mereka cepat diberi keturunan, murah rejeki dan selalu sehat dan sekata dalam rumah tangga mereka kelak.

13)Manginsir ma sidohar

(Manjalarlah sidohar)

Di uma ni palipi

(di ladang kampung palipi)

Torop ma hamu marpinompar

(Banyaklah keturunan kalian)

Jala bagasmu sitorop pangisi

(24)

Sidohar adalah sejenis tumbuhan yang dapat menjalar kemana-mana, Torop

artinya banyak dan beragam jenis, Marpinompar adalah keturunan-keturunan yang banyak, Bagasmu adalah rumah atau tempat tinggal, pangisi orang atau benda yang akan datang dan tinggal itu banyak seperti sidohar yang cepat bertumbuh.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan kepada pengantin yang

menikah supaya diberi banyak keturunan dan nantinya rumah ditinggali pengantin banyak penghuni.

14)Niumpat padang togu

(Dicabut padang togu)

Tarihut simarnulubulu

(mengiikut simarnulubulu)

Ganjang ma jala lelengma umurmu mangolu

(semoga umur kalian panjang)

Pairingiring anak dohot pahompu

(mendampingi anak dan keturunan kelak)

Padang togu adalah salah satu nama jenis tumbuhan, simarbulubulu adalah

nama jenis tumbuhan juga namun berbeda dengan padang togu jika padang togu

(25)

Umpasa ini disampaikan sebagai pengaharapan kepada kedua pengantin supaya mereka diberi umur yang panjang dan kelak mereka dapat mendampingi anaknya hingga memunyai cucu kelak.

15)Pinantik hujur

(Busur ditancapkan)

Di topi ni tapian

(di dekat labuhan)

Tudia pe hamu marhuta dohot manosor

(kemanapun nanti kalian tinggal dan hidup bersama)

Disi ma hamu dapot parsaulian

(selalu kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan)

Hujur artinya busur yang digunakan untuk menombak ikan dan memiliki

ketajaman, manosor artinya adalah tinggal menetap dan mencari rejeki di daerah tempat tinggal tersebut, parsaulian artinya hal-hal yang mengarah kepada yang baik, indah dan lancar serta dapat segala yang hendak dicari seperti tajamnya

hujur untuk menombak ikan.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan kepada pengantin supaya

kemanapun mereka melangkah dan tinggal bersama, mereka akan selalu dapat yang mereka inginkan.

16)Timbo dolok martimbang

(26)

Panatapan tu pangaloan

(Tempat melihat ke Pangaloan)

Asi ma roha ni Tuhan

(Semoga Tuhan yang Maha Kasih)

Tongtong ma hamu masihaholongan

(Tetaplah kalian saling mencintai)

Timbo artinya tinggi dan biasanya mengatakan dolok (bukit), martimbang

merupakan nama suatu desa, asi artinya mengasihi, memberkati, memberi perhatian, Masihaholongan artinya saling mengasihi, mencintai satu sama lain seperti indahnya pemandangan dari dolok martimbang yang memberi kenyamanan hati.

Umpasa ini disampaikan sebagai berkat dan nasihat kepada kedua pengantin

agar mereka selalu diberkati oleh Tuhan dalam suka maupun duka dan sampai kapanpun mereka akan selalu mencintai satu sama lain.

17)Tinaba hau situlan

(Ditebang kayu besar)

Binola bahen soban

(Dibuat jadi kayu bakar)

Sai tubu ma anak di hamu na boi pangaluahon

(Semoga kalian diberikan anak laki-laki yang membawa rejeki)

Dohot boru na uli basa na boi paulaean

(27)

Tinaba artinya ditebang biasanya kata ini digunakan untuk menebang hau

(kayu), situlan artinya kayu yang besar dan sudah tua cocok digunakan untuk

soban (kayu bakar), pangaluahon artinya bisa membawa rejeki dan kelak nanti

anaknya bisa membahagiakan orangtuanya, paulehan adalah bisa memberikan keturunan dan kebahagiahan seperti kayu situlan yang berguna untuk kayu bakar untuk memasak dan keperluan lainnya.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengaharapan kedua pengatin supaya kelak

mereka dapat memiliki anak-anak yang sumber rezeki bagi keluarga baik laki-laki maupun perempuan.

18)Tubu ma tambinsu

(tumbuhlah tambinsu)

Jonokkon ni pinasa

(Dekat pohon Nangka)

Sai tubu ma anak di hamu na nabisuk

(semoga diberikan anak pintar)

Dohot boru na malo marlindung jala na ulibasa

(dengan anak perempuan yang baik hatinya)

Tambinsu adalah nama sebuah tumbuhan dan biasanya tumbuh di dekat

pinasa (pohon nangka), nabisuk artinya pintar dan cerdas memunyai keunggulan

(28)

rumah tangga, malo marlindung artinya pandai dalam mengurus rumah tangga

dan ulibasa adalah baik hatinya serta lemah lembut perilakunya.

Umpasa ini disampaikan pengharapan supaya kedua penganti diberikan anak

laki-laki yang pintar dan juga anak perempuan yang baik hatinya.

19)Timbo do dolok Tolong

(Tingginya bukit Tolong)

Panatapan tu Tao Toba

(tempat melihat ke danau Toba)

Molo tongtong hamu dirahuti holong

(kalau kalian tetap saling mencintai satu sama lain)

Mago do sude angka nahumurang

(Hilang semua segala kekurangan yang ada)

Timbo artinya tinggi dan biasanya mengatakan dolok (bukit), tolong nama

suatu bukit yang memiliki pemandangan yang indah, dirahuti artinya selalu mengisi hati dengan hal yang baik seperti holong (cinta), nahumurang segala kekurangan yang ada akan hilang jika diisi dengan cinta seperti jika memandang dari dolok tolong akan terlihat pemandangan yang menyejukkan dan menenangkan hati

Umpasa ini disampaikan sebagai nasihat kepada kedua pengantin supaya

(29)

20). sada tangan siamun ma hamu

(satu tanganlah kalian berdua)

Sada tangan hambiring

(satu tangan kiri juga)

Badanmu naso ra sirang

(badan kalian tidak akan terpisah)

Tondimuna ma masigomgoman

(Roh kalian saling mengikat)

Siamun artinya kanan, hambiring artinya kiri. Sirang adalah berpisah atau

putus dari hubungan yang telah terjalin sebelumnya dalam budaya Batak Toba sirang merupakan perbuatan yang merusak nama baik keluarga. Tondi artinya roh yang ada dalam diri manusia, marsigomgoman artinya saling mengikat satu sama lain, jadi mereka tidak akan berpisah jika roh mereka saling marsigomgoman

seperti tangan siamun dan tangan hambiring akan kuat jika saling bergandengan walaupun masalah menerpa.

Umpasa disampaikan sebagai nasihat kepada kedua pengantin supaya mereka

tetap bersama sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun.

4.2 Makna dan Arti Umpasa dalam Peristiwa Kelahiran

(30)

bayi didahului oleh suatu keadaan nyata yang menimpa seorang ibu, yaitu dengan dalam keadaan hamilnya si ibu bagi orang Batak Toba, peristiwa mengandung seorang wanita yang sudah bersuami selalu merupakan panggilan bagi pihak tertentu untuk melaksanakan kewajiban tertentu, pula kewajiban yang harus dilakukan oleh keluarga pihak perempuan ini, dikenal dengan nama margirdak, yang kurang lebih berarti memberi makan si wanita yang mengandung secara resmi oleh keluarga itu.

Selain dari makanan lahiriah, yang bersangkutan juga diberi santapan rohaniah yang berupa berkat yang dinyatakan dalam suatu acara pembicaraan resmi sehabis makan. Pada waktu berbicara inilah segala harapan baik dan permohonan berkat kepada Tuhan Yang Mahakuasa, diungkapkan oleh pembicara. Pada umumnya doa restu, pengharapan, dan permohonan ini selalu dinyatakan dengan gaya yang khas, berbeda dengan gaya berbicara sehari-hari dan jika tidak diselang-selingi dengan umpasa pastilah diakhiri atau disimpulkan dengan satu atau tiga buah umpasa (biasanya lebih digemari jumlah umpasa yang ganjil). (Simbolon apul, dkk, 1986)

1) Ijuk tarup ni sopo godang

(Atap ijuk di rumah besar)

Basbason tarup ni Sopo balian

(Atap rumah kecil di ladang)

Simbur ma ibana magodang

(31)

Sitongka panahit-nahiton

(dan tidak pernah sakit-sakitan)

Sopo godang adalah rumah besar yang digunakan masyarakat Batak Toba

untuk tinggal, sopobalian rumah yang berukurang lebih kecil dan ada di ladang digunakan untuk berteduh dan kadang untuk menyimpan peralatan dan hasil ladang, simbur artinya cepatlah bertembuh dan besar, magodang adalah bertumbuh dewasa.

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan yang ditujukan kepada anak

yang lahir supaya cepat bertumbuh besar dan juga jarang atau tidak pernah sakit apapun.

2) Ranting ni bulu godang

(Ranting dari bambo besar)

Tanggo pinangait-aithon

(kuat untuk dibuat kait)

Simbur ma ibana magodang

(cepatlah dia bertumbuh dewasa)

Sai unang ma ngalingalian

(dan tidak selalu kedinginan)

Tanggo artinya kuat dan bisa digunakan untuk menampang sesuatu, simbur

(32)

Umpasa ini disampaikan sebagai pengharapan kepada anak yang lahir supaya dia berrtumbuh dewasa dan tidak akan mengalami kedinginan berupa penyakit kelak.

3) Parik ni Janjiuli

(Parik kampung janjiuli)

Hatutubuan ni simarhasoli

(Tempat tumbuh simarhasoli)

Ampe ma ibana goar nauli

(Memunyai nama yang indah)

Jala goar sigomgom tondi

(dan nama itu satu menyatu dengan rohnya)

Goar nauli adalah nama yang indah dan terberkati, sigomgom tondi artinya

namanya telah menyatu dengan rohnya.

Umpasa ini disampaiakan sebagai berkat dari Tuhan yang Mahakuasa dan

ditujukan kepada anak yang baru lahir karena dia memiliki nama yang indah dan bagus dan semoga namanya itu menyatu dengan rohnya dan akan tetap begitu selamanya.

4) Habang pidong sipigo

(Terbang burung sipigo)

Di rura ni sibuluan

(33)

Saluhut na tapangido

(Semua yang kita minta)

Nungga tangkas dipasahat Tuhan

(Sudah jelas akan diberikan oleh Tuhan)

Sipigo adalah seekor jenis burung yang berukuran kecil dan lincah yang

mencari makanan ke lembah sibuluan, Saluhut artinya semua yang telah disampaikan, tapangido artinya meminta apa yang diperlukan supaya dikabulkan seperti burung sipigo yang dengan cepat dapat mendapatkan makanannya di lembah sibulan dengan cepat demikian juga keperluan yang diminta supaya cepat dikabulkan oleh Tuhan.

Umpasa ini disampaikan sebagai permohonan berkat kepada Tuhan yang

MahaKuasa dan ditujukan kepada anak yang lahir supaya apapun yang diminta untuk kebaikan anak tersebut akan dikabulkan oleh Tuhan.

5) Eme piniar piar

(Padi yang dijemur)

Na jomurni pardegean

(Dijemur dengan menginjak)

sorang ma di hamu anak napistar

(Tambah lagi lahir yang pintar)

Dohot boru boi pangalualuan

(34)

Eme artinya adalah padi yang sudah ada isinya, piniar piar artinya dijemur, padi dijemur supaya keras dan dapat digiling, anak napistar artinya anak laki-laki yang pandai dan murah hati, boru boi pangaluahon artinya murah hati dan lembut demikian juga anak dan borunya diharapkan seperti Eme yang dipiniar yang memiliki kualitas yang bermutu.

Umpasa ini disampaikan sebagai doa dan pengharapan ditujukan kepada

orangtua yang anaknya dibaptis supaya mereka juga semoga segera memunyai anak yang pintar lagi dan juga anak perempuan yang bisa jadi ibu yang baik di kemudian hari.

6) Eme sitambatua

(Padi yang berasal sitambatua)

Niengge bahen boni

(direndam jadi benih padi)

Debata silehon tua

(Tuhan memberi berkat)

Horas horashamu diramoti

(selalu dilindungi)

(35)

Umpasa ini disampaikan sebagai doa dan pengharapan yang ditujukan kepada orangtua yang anaknya dibaptis supaya mereka diberkati oleh Tuhan sekeluarga serta dilindungi dari segala macam bahaya.

7) Sopo partarup ijuk

(Rumah kecil yang beratapkan ijuk)

Paadop rumah gorga

(berhadapan dengan rumah adat batak)

Di pasariangkon Debata ma di hamu anak na bisuk

(Tuhan memberi anak yang pintar)

Dohot boru na ra mamora jala na uli basa

(dengan anak perempuan yang kaya dan berhati mulia)

Rumah gorga adalah rumah adat batak yang penuh dengan ornamen-ornamen

batak toba dan juga dengan hasil pahatan kayu yang diukir sesuai dengan motif batak dan penuh dengan nilai seni yang tinggi, bisuk artinya pintar, cerdas dan memunyai keunggulan. Ulibasa artinya murah hati, demikian juga anak dohot

boru diharapkan seperti rumah gorga yang memiliki arti setiap ornamennya.

Umpasa ini disampaikan sebagai doa dan pengharapan yang ditujukan kepada

orangtua yang anaknya dibaptis supaya Tuhan lagi memberi mereka anak laki-laki yang pintar dan juga anak perempuan yang baik hati dan berhati mulia.

8) Mangimbur ma ibana songon ansimun

(36)

Mabalga songon gundun

Ansimun artinya tanamanan timun yang cepat Mangimbur artinya bertumbuh

subur dan banyak berbuah, mangangkat artinya meloncat dan bergerak aktif. Anak yang lahir diharapakan supaya cepat bertumbuh dengan cepat seperti timun dan besar seperti labu.

Umpasa ini disampaikan sebagai doa dan pengharapan yang ditujukan kepada

anak yang dibaptis supaya dia cepat tumbuh dan bisa berjalan.

9) Sahat sahat ni solu

(sampan yang sudah sampai)

Sahat sahat ma tu bontean

(sampai ke tepian pantai)

Nungga simpul tahalashon pandidion on

(Telah selesai baptisan ini dengan gembira)

Sahat ma hita sude tu parhorasan sahat ma nang tu panggabean

(Sampailah kita kepada kemakmuran dan kekayaan)

(37)

pelabuhan ke pelabuhan lain. Panggabean artinya kebahagiahan yang lama sampai kepada keturunan berikutnya. Untuk mencapai kebahagiahan harus ada yang dicapai dan diibaratkan seperti mencapai bontean menggunakan solu

Umpasa ini disampaikan sebagai permohonan berkat dari Tuhan yang Maha

(38)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Telah dilakukan penelitian Makna dan Arti Umpasa Batak Toba dengan tinjauans resepsi sastra, sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Makna dan Arti Umpasa Perkawinan

Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah peristiwa adat yang besar, karena dalam kesempatan ini semua golongan berkumpul bersama-sama untuk merayakan pesta bersama, sehingga acapkali di dalam perayaan perkawinan tersebut selalu disertai dengan penggunaan umpasa-umpasa yang berisikan nasihat, pandangan hidup, dan berkat yang ditujukan kepada kedua pengantin. 2. Makna dan Arti Umpasa Kelahiran

Secara universal peristiwa kelahiran seorang manusia dianggap sebagai suatu peristiwa besar, baik oleh kegembiraan yang ditimbulkannya bagi keluarga yang mengalaminya maupun oleh kekaguman manusia atas peristiwa itu sendiri atau oleh kepercayaan yang tersangkut di dalamnya sehingga penggunaan umpasa dalam acara kelahiran juga penting adanya karena berisi segala harapan baik dan permohonan berkat kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang ditujukan kepada anak yang baru lahir maupun orang tuanya.

5.2 Saran

(39)

pendekatan yang berbeda. Hal tersebut dimaksudkan agar eksistensi penggunaan

(40)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk, 2003: 588). Konsep-konsep yang dipakai di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.1.1 Makna

Mansoer Pateda (2001: 79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.

2.1.2 Arti

Arti adalah maksud yang terkandung dalam perkataan, kalimat. (KBBI, 2007)

2.1.3 Umpasa

Umpasa adalah puisi Batak Toba yang terdiri dari dua, tiga, empat

larik atau lebih dapat diperbandingkan dengan karmina, pantun biasa, dan jenis talibun dalam sastra Indonesia lama (Simbolon apul, dkk, 1986)

2.1.4 Batak Toba

(41)

Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosir. Dengan letak geografis 1030’ - 2040’ Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur.

2.1.5 Resepsi Sastra

Resepsi sastra merupakan penelitian teks sastra dengan bertitik tolak pada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks itu. Karya sastra tidaklah sama hasil pembacaan, pemahaman, dan penilaian sepanjang masa atau dalam seluruh golongan masyarakat tertentu. (Pradopo, 2001: 117).

Ini adalah fakta yang diketahui oleh setiap orang yang sadar akan keragaman makna yang diberikan kepada karya sastra.

2.2 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan landasan teori karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi (Alwi, 2005: 117).

2.2.1 Resepsi Sastra

(42)

terpikirkan tanpa partisipasi para pembaca. Pembaca itu memunyai peranan aktif, bahkan merupakan kekuatan pembentuk sejarah (Jauss, 1974: 12).

Resepsi mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbitnya selalu mendapat resepsi atau tanggapan dari para pembaca. Dalam meneliti karya sastra berdasarkan metode respsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pendekatan sinkronik dan diakronik.

Sinkronik ialah cara penelitian terhadap karya sastra dalam satu masa atau

periode. Jadi, yang diteliti adalah tanggapan pembaca dalam satu kurun waktu. Namun, harus diingat bahwa dalam satu kurun waktu itu bisa ada norma-norma yang yang sama dalam memahami karya sastra. akan tetapi, karena tiap-tiap orang itu memunyai cakrawala harapan sendiri, berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, bahkan juga ideologinya, maka mereka akan menanggapi sebuah karya sastra dengan berbeda

Untuk mengetahui tanggapan-tanggapan yang berbeda dapat dikumpulkan dengan cara wawancara kepada pembaca sekurun waktu. Kemudian dapat diteliti tanggapan dari masing-masing pembaca. Dengan demikian dapat disimpulkan karya sastra pada satu kurun waktu.

Penelitian secara diakronis ialah penelitian dengan menngumpulkan tanggapan-tanggapan pembaca ahli sebagai wakil-wakil pembaca dari tiap-tiap periode. Misalnya saja, bila orang akan meneliti

konkretisasi dan nilai sajak Chiril Anwar, maka dapat diteliti bagaimana

(43)

periode-periode selanjutnya, dan resepsi pada periode sekarang ini terhadap karya-karya tersebut. Dengan demikian, dapat diketahui atau dapat disimpulakan bagaimana nilai estetika sebuah karya sastra berdasarkan resepsi-resepsi disetiap periode itu.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, dan pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon. (Alwi, dk, 2003: 912).

Penelitian dengan menggunakan pendekatan resepsi sudah pernah dilakukan peneliti sebelumnya. Adapun peneliti yang sudah pernah mengkaji dengan pendekatan resepsi adalah Nicolaus (2015) dalam skripsinya yang berjudul Interpretasi Mahasiswa Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU Stambuk 2011 Terhadap Antologi Puisi Suara Peri dan Mimpi :

Kajian Resepsi Sastra. Dalam skripsi tersebut, Nicolaus membahas Interpetasi

Mahasiswa terhadap Nilai Estetika yang terdapat dalam antologi puisi Suara Peri

(44)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan hasil pemikiran pengarang terhadap gambaran kehidupan sosial masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat mengajar. Hal ini senada seperti yang dikatakan oleh Teuuw (1984: 23).

Sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sanskerta; akar kata sas-,dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan mengajar, memberi petunjuk atau intruksi. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat sarana. Oleh karena itu, sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku intruksi, atau pengajaran. Karya sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan pengalaman kehidupan yang dialaminya sendiri, atau pengalaman kehidupan orang lain yang kemudian dituangkan ke dalam suatu karya sastra yang hanya memunyai makna jika diberi pembaca. Teeuw (1984: 191) mengatakan bahwa

Karya sastra adalah artefak yang merupakan benda mati yang baru memunyai makna dan menjadi objek estetik bila diberi arti oleh manusia pembaca sebagaimana artefak peninggalan manusia purba yang memunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog.

(45)

suku, budaya, adat dan istiadat dapat menghasilkan banyak karya sastra yang berbeda antara satu suku dengan suku lainnya.

Batak Toba merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang budayanya cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia memunyai suatu karya sastra yaitu umpasa yang tersebar dan digunakan di wilayah Batak Toba.

Mencakup wilayah Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan. Kabupaten masyarakat Batak Toba ini berbatasan dengan: Provinsi D.I. Aceh di sebelah utara; Kabupaten Dairi, Karo, Simalungun di sebelah timur; Kabupaten Asahan, Labuhan Batu di sebelah selatan; Kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan di sebelah barat. Kabupaten Tapanuli Utara yang bersuhu sekitar 17-29º dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 85,04% ini memunyai luas wilayah 10:605,3 km atau 1.060.530 ha termasuk perairan Danau Toba seluas 1.102,6 km atau 110.260 ha. (Sibarani, 2004: 3).

Batak Toba sebagai salah satu etnis masyarakat Indonesia tersebar di berbagai daerah memunyai adat istiadat yang cukup kuat dan kental. Dalam menjalankan suatu acara adat, suku Batak Toba menjadikan

umpasa sebagai keperluan untuk acara adat dan juga merupakan sebagai

salah satu media untuk memberikan arahan/pesan kepada pihak/orang tertentu.

Umpasa adalah bentuk ekspresi pikiran dan perasaan orang Batak

(46)

Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger dalam Aminuddin, 1981: 108).

Arti adalah maksud yang terkandung dalam perkataan, kalimat. (KBBI, 2007)

Setiap umpasa Batak Toba mengandung makna dan arti serta penggunaannya sangat penting di dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, khususnya dalam acara adat. Dalam acara adat Batak Toba, ada beragam umpasa yang digunakan contohnya umpasa untuk acara kelahiran dan acara perkawinan yang masing-masing tiap umpasa

memunyai makna dan arti. Makna dan arti dari umpasa kelahiran dan perkawinan yang dituturkan berbeda antara satu dengan lainnya.

Peran pembaca sangat hakiki dan menentukan dalam sastra, khususnya makna dan arti dari umpasa dalam acara adat Batak Toba. Pembacalah yang menilai, menikmati, menafsirkan, memahami karya sastra, dan menentukan nasib serta peranannya. (Teeuw, 1984: 196).

Tanggapan atau resepsi pembaca dapat bersifat pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca memahami sebuah karya dan melihat hakikat estetika yang ada di dalamnya, atau dapat juga tanggapan itu bersifat aktif, yaitu bagaimana seorang pembaca ‘’merealisasikan’’ apa yang dibacanya. (Junus, 1985: 1).

(47)

tanggapan-tanggapan pembaca terhadap sebuah karya sastra. Pembaca yang dimaksud adalah pembaca yang cakap, bukan yang awam, yaitu para kritikus sastra dan ahli sastra yang dipandang dapat mewakili para pembaca pada periodenya.

(48)

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah makna dan arti umpasa pada acara perkawinan serta makna dan arti umpasa pada acara kelahiran Batak Toba?”

1.3 Batasan Masalah

Sebuah penelitian membutuhkan batasan masalah agar penelitian tersebut terarah dan tidak terlalu luas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yaitu menganalisis makna dan arti umpasa pada acara perkawinan dan acara kelahiran Batak Toba yang didapat dari pembaca selaku responden yang memberi makna dan arti.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna dan arti umpasa pada acara perkawinan dan makna umpasa pada acara kelahiran yang ada dalam Batak Toba.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Penelitian sudah seharusnya memberikan manfaat kepada pembaca. Adapun manfaat yang diharapkan peneliti adalah:

1.4.2.1 Manfaat Teoretis

(1) Menjadi pengetahuan kepada pembaca untuk mengetahui makna dan arti umpasa acara perkawinan dan makna umpasa

(49)

(2) Menambah wawasan pembaca tentang resepsi sastra terhadap makna dan arti umpasa acara perkawinan dan makna umpasa

pada acara kelahiran yang ada dalam Batak Toba.

1.4.2.2 Manfaat Praktis

(1) Memperkenalkan kepada pembaca bahwa umpasa dapat dijadikan sebagai bahan penelitian untuk skripsi

(2) Dapat dijadikan sebagai pelestarian umpasa karena sebagian naskah umpasa akan diinvetariskan dalam penelitian ini.

(50)

MAKNA DAN ARTI UMPASA BATAK TOBA: SUATU TINJAUAN RESEPSI SASTRA

JOHANDI SINAGA

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU

ABSTRAK

Umpasa adalah puisi Batak Toba yang terdiri dari dua, tiga, empat larik

atau lebih. Umpasa dapat disejajarkan dengan karmina, pantun biasa dan talibun dalam sastra Indonesia lama yang memiliki makna dan arti. Umpasa sering disampaikan dalam acara perkawinan dan kelahiran adat Batak Toba. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan makna dan arti umpasa dalam acara perkawinan dan kelahiran dalam bahasa Batak Toba dengan tinjauan resepsi sastra. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara wawancara dan Populasi penelitian ini adalah masyarakat Batak Toba, Sampel dipilih secara purposif yaitu orang yang mengerti tentang

umpasa .Dalam memilih subjek, penelitian ini menggunakan teknik snowball

sampling atau teknik berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah

diwawancarai atau dihubungi, demikian seterusnya. Metode yang digunakan dalam menganalisis umpasa adalah mengindentifikasi dan mengklasifikasikan berdasarkan rumusan masalah kemudian menafsir seluruh umpasa untuk menemukan kepaduan dan hubungan antar data. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah makna dan arti umpasa Batak Toba pada acara perkawinan dan kelahiran, yaitu berisikan tentang Berkat, Pandangan hidup, Nasihat, Doa Pengharapan dan Permohonan berkat dari Tuhan yang MahaKuasa

(51)

Makna Dan Arti Umpasa Batak Toba:

Suatu Tinjauan Resepsi Sastra

SKRIPSI

OLEH

Johandi Sinaga

110701049

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(52)

MAKNA DAN ARTI UMPASA BATAK TOBA : SUATU TINJAUAN RESEPSI SASTRA

Oleh: Johandi Sinaga

110701049

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. Dra.Keristiana,M.Hum NIP. 19620419 198703 2 001 NIP. 19610610 198601 2 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

(53)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, 27 Desember 2015

(54)

MAKNA DAN ARTI UMPASA BATAK TOBA: SUATU TINJAUAN RESEPSI SASTRA

JOHANDI SINAGA

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU

ABSTRAK

Umpasa adalah puisi Batak Toba yang terdiri dari dua, tiga, empat larik

atau lebih. Umpasa dapat disejajarkan dengan karmina, pantun biasa dan talibun dalam sastra Indonesia lama yang memiliki makna dan arti. Umpasa sering disampaikan dalam acara perkawinan dan kelahiran adat Batak Toba. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan makna dan arti umpasa dalam acara perkawinan dan kelahiran dalam bahasa Batak Toba dengan tinjauan resepsi sastra. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara wawancara dan Populasi penelitian ini adalah masyarakat Batak Toba, Sampel dipilih secara purposif yaitu orang yang mengerti tentang

umpasa .Dalam memilih subjek, penelitian ini menggunakan teknik snowball

sampling atau teknik berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah

diwawancarai atau dihubungi, demikian seterusnya. Metode yang digunakan dalam menganalisis umpasa adalah mengindentifikasi dan mengklasifikasikan berdasarkan rumusan masalah kemudian menafsir seluruh umpasa untuk menemukan kepaduan dan hubungan antar data. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah makna dan arti umpasa Batak Toba pada acara perkawinan dan kelahiran, yaitu berisikan tentang Berkat, Pandangan hidup, Nasihat, Doa Pengharapan dan Permohonan berkat dari Tuhan yang MahaKuasa

(55)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas segala Kasih dan berkatNya yang telah menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Makna dan Arti Umpasa Batak Toba: Suatu Tinjauan Resepsi Sastra”.

Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, berupa bantuan moral seperti doa, dukungan, nasihat, dan petunjuk praktis, maupun bantuan material.

Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, demikian juga penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan fakultas Ilmu Budaya, Prof Dr. M. Husnah Lubis, M.A. selaku wakil Dekan I, Drs. Syamsul Tarigan selaku wakil Dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. selaku wakil Dekan III.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia dan Drs. Haris Sultan Lubis, M.SP., sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(56)

waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Staf Pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, serta Bapak Slamet yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan segala urusan administrasi selama perkuliahan.

5. Seluruh SKPD Kecamatan Simanindo, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data.

6. Op. Anvina Siallagan, Op. Ruspida Siallagan, Bapak Pahala Sinaga, telah bersedia membantu memberikan informasi dan mengajari berbagai hal tentang umpasa perkawinan dan kelahiran.

7. Secara khusus penulis ucapkan kepada ayah terbaik A. Sinaga dan ibu tercinta M. Siallagan, abang Boy Sendi Sinaga, dan juga kepada adik-adik tersayang Mayken Sinaga, Defit Sinaga, dan Nikita Sinaga yang selalu hadir dalam setiap kehidupan, mengajari berbagai hal, memotivasi dalam setiap waktu, mendukung baik dari segi moril, materi dan doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Sahabat sekaligus pacar, Deasy Handayani Purba, yang telah bersedia berbagi dalam suka dan duka serta selalu setia menemani dan memberikan waktunya untuk memotivasi dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(57)

Yayuk, Ririn, Fajar, Nasir, Nuen, Hadian, Doni, Wanty, Riryn, adik stambuk 2013 dan 2015 yang selalu mengisi waktu kosong dengan kegiatan pengakraban dan semakin mengenal satu sama lain dan akan selalu ada petualangan yang memberi arti kepada kita selama kita bersama apapun akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Salam KORIDOR. 10.Teman-teman UKM KMK St. Gregorius Agung, Jekli, Flo, Eka, Harapan,

Edo, Lisna, Jernita, Tasya, Kak Devi, Kak Carol, Mika, dll yang telah menjadi rumah rohani bagiku di dalam masa perkuliahan dulu, dan juga menjadi keluarga baru yang saling mendoakan satu sama lain baik suka maupun duka.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan penelitian lebih lanjut. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi penulis ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan wawasan kita semua. Terima kasih.

Medan, 27 Desember 2015

Penulis

(58)
(59)

3.2 Sumber Data ... 11

3.3 Populasi dan Sampel ... 11

3.3.1 Populasi ... 11

3.3.2 Sampel ... 12

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 13

3.5 Metode dan Teknik Analisa Data ... 13

BAB IV MAKNA DAN ARTI UMPASA BATAK TOBA ... 14

4.1 Makna dan Arti Umpasa dalam Peristiwa Perkawinan ... 15

4.2 Makna dan Arti Umpasa dalam Peristiwa Kelahiran ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan bahasan tentang Tortor dalam Pesta Horja pada masyarakat Batak Toba4. Bagaimana bentuk penyajian Tortor dalam Pesta Horja, dan bagaimana makna maupun

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna referensial dalam umpasa Batak Toba lebih mengacu pada benda serta memilki hubungan dengan makna umpasa sedangkan untuk makna

Saur Matua adalah orang yang meninggal dunia telah memiliki keturunan dan cucu baik dari anak laki-laki maupun dari anak perempuan.Saur artinya lengkap atau

Nilai yang paling penting menurut bapak secara pribadi yang harus kita warisi kepada anak itu adalah silsilah, tarombo, supaya dia kelak tahu dan paham tentang Sangkep Sitelu,

Selain memiliki peranan sebagai pengasuh anak, perempuan batak toba memiliki peranan lain yaitu sebagai perempuan dari keturunan masyarakat batak toba dengan konsep “boru ni

Apabila seseorang sudah gabe yang artinya dari segi usia sudah memiliki keturunan baik anak dan cucu bahkan cicit akan menjadi kebanggan bagi orang tersebut,

Karya sastra EST dapat dianggap sebagai suatu strategi budaya atau solusi bagi persoalan masyarakat Batak yang tidak memiliki anak laki-laki dan memberikan dasar yang cukup

Hasil analisis data yang diperoleh dari umpasa dalam upacara adat pernikahan Batak Toba serikat tolong menolong dosroha terdapat beberapa aspek yang terdiri dari peran, makna, dan