PERILAKU REMAJA AWAL DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN
SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013
RAVINA PRIMURSANTI 125102042
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perilaku Remaja Awal Dalam Hal Perubahan Fisiologis Pada Masa Pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013 Abstrak
Ravina Primursanti
Latar belakang : Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. berdasarkan persentase terkecil aspek fisik pada perilaku remaja mengenai keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang memiliki pengetahuan, penilaian serta pengharapan yang belum baik tentang perubahan fisik. Hasil penelitian lain menunjukkan Remaja pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63% dan penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%.
Tujuan penelitian : ini adalah untuk mengetahui perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 173 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah secara proporsi bertingkat (proportional stratified sampling) dan acak sederhana (simple random sampling). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013.
Hasil : Hasil penelitian diperoleh pengetahuan remaja awal berpengetahuan baik sebanyak 134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak 36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (1,7 %), sikap remaja mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 162 orang (93,6 %) dan minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang (6,4 %), tindakan remaja diperoleh tindakan baik sebanyak 157 orang ( 90,8 %) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang ( 9,2 %). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 baik.
Kesimpulan : Diharapkan bagi remaja dapat lebih memahami dampak negatif dari perilaku remaja awal terhadap perubahan fisiologis dan lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada dirinya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada
masa pubertas”
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan,
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Ketua program studi D-IV
Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.
3. Dina Indarsita, SST, M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah
banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis semoga Allah
memberikan balasan yang setimpal untuknya.
4. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep. Ns. M.Kep selaku penguji I dalam sidang
Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan masukan dan arahan.
5. Dr. Ichwanul Adenin, SpOG(K) selaku penguji II dalam sidang Karya Tulis
Ilmiah yang telah memberikan masukan dan arahan.
6. Seluruh staf dan dosen program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang secara langsung banyak memberikan ilmu
7. Buat Ibunda dan Ayahanda tercinta dan adik tersayang yang tidak
henti-hentinya memberikan dukungan moril maupun material sehingga bisa berhasil
dan sukses.
8. Seluruh teman D-IV Bidan pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara,
yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan ini.
Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah penulis
menyadari bahwa masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna. Untuk itu penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah nantinya.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
1. Bagi Responden ... 5
1. Defenisi Remaja... 11
2. Pembagian masa remaja...12
C. Pubertas ... 12
1. Defenisi Pubertas ... 12
2. Tahap Pubertas ... 12
3. Perubahan fisiologis pada masa pubertas ... 13
4. Sikap terhadap perubahan fisiologis ... 16
6. Perbedaan sikap hidup remaja pubertas ... 19
7. Perasaan negatif pada remaja pubertas... 19
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep... 21
B. Definisi Operasional ... 21
BAB IV METODE PENELITIAN
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 29
I. Rencana Analisa Data ... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Distribusi Pengetahuan...31
2. Distribusi Sikap...33
3. Distribusi Tindakan...35
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Remaja
awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah
Medan...32
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di
SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan...32
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Sikap Remaja awal
dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah
Medan...34
Tabel 5.4 Distribusi Sikap Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP
Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan...35
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tindakan Remaja awal
dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah
Medan...36
Tabel 5.6 Distribusi Tindakan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di
SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan menjadi responden Penelitian
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 : Surat content validitas
Lampiran 5 : Hasil Output Data Penelitian
Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian
Lampiran 7 : Balasan Surat izin penelitian
Lampiran 8 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Perilaku Remaja Awal Dalam Hal Perubahan Fisiologis Pada Masa Pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013 Abstrak
Ravina Primursanti
Latar belakang : Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. berdasarkan persentase terkecil aspek fisik pada perilaku remaja mengenai keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang memiliki pengetahuan, penilaian serta pengharapan yang belum baik tentang perubahan fisik. Hasil penelitian lain menunjukkan Remaja pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63% dan penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%.
Tujuan penelitian : ini adalah untuk mengetahui perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 173 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah secara proporsi bertingkat (proportional stratified sampling) dan acak sederhana (simple random sampling). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013.
Hasil : Hasil penelitian diperoleh pengetahuan remaja awal berpengetahuan baik sebanyak 134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak 36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (1,7 %), sikap remaja mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 162 orang (93,6 %) dan minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang (6,4 %), tindakan remaja diperoleh tindakan baik sebanyak 157 orang ( 90,8 %) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang ( 9,2 %). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 baik.
Kesimpulan : Diharapkan bagi remaja dapat lebih memahami dampak negatif dari perilaku remaja awal terhadap perubahan fisiologis dan lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada dirinya.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi
dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama
kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa.
(Soetjiningsih, 2004).
Dalam usahanya mencari identitas dirinya sendiri, seorang remaja sering
membantah orang tuanya karena ia mulai punya pendapat-pendapat sendiri, cita-cita
serta nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orangtuanya. Perubahan-perubahan
sekunder juga terjadi, badan bertambah tinggi dengan cepat. Hal ini disebabkan masa
remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa
transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang
membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus
bertingkah laku seperti orang dewasa.
Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia,
seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat
Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 225, yang terdiri dari
50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (dikutip dari Nancy P,2002).
Para ahli merumuskan bahwa pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan
biologis baik bentuk maupu n fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa
anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi, sedangkan istilah
adolescence lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang
Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk
pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan
pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan kejiwaan. Remaja menjadi
individu yang sensitive, mudah menangis, mudah cemas, frustasi, tetapi juga mudah
tertawa. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan
mudah bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai mampu berfikir abstrak, senang
mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru.
Salah satu Perguruan Tinggi Negeri Surabaya melakukan penelitian di Jawa
Timur terkait dengan usia pubertas yang hasilnya masa pubertas pada perempuan
dimulai usia 12,5 tahun dengan puncak pubertas pada usia 15 tahun. Sedangkan masa
pubertas laki-laki lebih lambat, yaitu dimulai pada usia 13 tahun dengan puncak
pubertas 16 tahun (Rahmawati, 2010).
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja
put ri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki.
Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh
pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar
terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya
yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan
mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan
mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang
memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif
(Soetjiningsih, 2004).
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi
sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai
remaja. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya (Santrock, JW. 2003).
Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak
mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya, serta mencari
pedoman hidup, untuk bekal kehidupan mendatang. Pada kegiatan anak dalam
rangka penemuan akunya itu anak mulai menyadari akan keberadaan dirinya, yang
lebih dalam dibanding pada sebelumnya. Oleh karena itu anak menjadi agak bersikap
tertutup (introvert), dan lebih senang mengungkap pengalamannya itu pada buku
harian, senang termenung, dan lain-lain.
Solihah (2007 : 144) menyatakan bahwa permasalahan yang paling banyak
dikonsultasikan remaja pada MCR (Mitra Citra Remaja) Jawa Barat saat masa
pubertas, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan perubahan fisik 27%,
kekhawatiran pada masa puber 16%, pubertas sebagai awal masa remaja 10,1%, dan
keadaan emosi 7,6%.
Yulianto (2012) menjelaskan, berdasarkan persentase terkecil aspek fisik pada
perilaku remaja mengenai keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini mengindikasikan
bahwa masih banyak siswa yang memiliki pengetahuan, penilaian serta pengharapan
yang belum baik tentang perubahan fisik.
Berdasarkan penelitian Yulianto, H (2012) dengan menggunakan Daftar Cek
Masalah (DCM) yang telah dilakukan di SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran
2010-2011, menunjukkan adanya konsep diri negatif pada siswa. Hal ini dapat dilihat
pada perilaku siswa X Tahun Ajaran 2010-2011 yang merasa tidak percaya diri
menyebabkan siswa menjadi tidak percaya diri dalam bergaul, serta adanya perilaku
yang tidak sesuai dengan etika dan nilai-nilai yang berlaku di sekolah ataupun di
masyarakat. Dilihat dari fenomena-fenomena yang dipaparkan diatas, banyak siswa
yang mengkhawatirkan, memiliki penilaian yang rendah terhadap diri sendiri,
berperilaku salah serta tidak merasa puas terhadap perubahan fisik yang terjadi.
Berdasarkan penelitian Dewi, P. (2010) mengenai perilaku remaja dalam
menghadapi pubertas. Penelitian ini melibatkan siswa SMPN 1 Sungai Sarik
Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah sampel 124
responden. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah crosssectional.
Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Terdapat hubungan yang bermakna
antara kecemasan dan perubahan perilaku remaja dalam menghadapi perubahan fisik
pubertas (p 0,003).
Berdasarkan penelitian Fatwiany (2010) mengenai perubahan fisik remaja pada
masa pubertas. Penelitian ini melibatkan siswa SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan
dengan jumlah sampel 117 orang. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi
.
Hasilpenelitian menunjukkan Remaja putri pada masa pubertas memiliki penerimaan yang
positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63%, dan penerimaan negatif
terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan nilai p=0,002, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.
Berdasarkan literatur diatas, maka peneliti tertarik meneliti tentang perilaku
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas
di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada
masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun
2013.
.2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja awal dalam menghadapi
perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
b. Untuk mengetahui sikap remaja awal dalam menghadapi perubahan
fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan Tahun 2013.
c. Untuk mengetahui tindakan remaja awal dalam menghadapi perubahan
fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan Tahun 2013.
D. Manfaat penelitian 1. Bagi responden
Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja awal yang
terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam menghadapi perubahan
2. Bagi tempat penelitian
Sebagai bahan masukan bagi instansi dalam memberikan informasi yang
jelas kepada remaja di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan untuk berperilaku yang sesuai dalam menghadapi perubahan
fisiologis pada masa pubertas.
3. Bagi penulis
Menambah wawasan bagi penulis dan diharapkan karya tulis ilmiah ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku 1. Defenisi
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain: berjalan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
dan membaca. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut “S-O-R”
atau Stimulus-Organisme-Respons.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua.
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata
atau praktik.
2. Bentuk Perilaku
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku manusia dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif, afektif dan
psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
a. Pengetahuan (kognitif)
Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan
kemampuan memecahkan masalah. Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmojo, 2003 dan Sanjaya, 2008)
b. Sikap (afektif)
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Seseorang hanya akan memiliki
sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif
tingkat tinggi. Domain afektif memiliki tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
c. Tindakan ( psikomotor)
Tindakan adalah sikap yang belum otomatis dalam suatu tindakan, untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata maka diperlukan faktor
pendukung lain. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan
erat antara sikap dan tindakan yang didukung oleh sikap yang mengatakan bahwa
sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak, faktor pendukung atau suatu kondisi memungkinkan, antara lain:
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka sudah mencapai
praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
B. Remaja
1. Defenisi Remaja
Masa remaja adalah masa yang khusus dan penting, karena merupakan
periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja disebut juga masa
pubertas, merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan berbagai perubahan
fisik, emosi dan psikis (Pinem, 2009).
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan
masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah
dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses
pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan
fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir
secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
2. Pembagian Masa Remaja
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
(Konopka, 1973 dalam pikunas, 1976; Ingersoll 1989 ; Agustiani 2006)
1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu memulai meninggalkan peran sebagai individu yang
unik dan tidak tergantung pada orang tua.
2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.
3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang
dewasa.
C. Pubertas
1. Defenisi Pubertas
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah
dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual (hurlock, 1990).
Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi
perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal
(Santrock, 2003)
2. Tahap Pubertas
Meskipun masa puber relatif merupakan periode yang singkat dalam rentang
1. Tahap prapuber
Tahap ini bertumpang tindih dengan satu atau dua tahun terakhir masa
kanak-kanak pada saat anak dianggap sebagai “prapuber” yaitu bukan lagi seorang
anak tetapi belum juga seorang remaja. Dalam tahap prapuber, ciri-ciri seks
sekunder mulai tampak tetapi organ-organ reproduksi belum sepenuhnya
berkembang.
2. Tahap Puber
Tahap ini terjadi pada garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa
remaja, saat dimana kriteria kematangan seksual muncul. Haid pada anak
perempuan dan pengalaman basah pertama kali pada anak laki-laki, ciri-ciri
seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ
seks.
3. Tahap Pascapuber
Tahap ini bertumpang tindih dengan tahun pertama atau kedua masa remaja.
Selama tahap ini, ciri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan
organ-organ seks mulai berfungsi secara matang.
3. Perubahan fisiologis pada masa pubertas
Selama pertumbuhan pesat pada masa puber, terjadi empat perubahan fisik
penting di mana tubuh anak dewasa :
1. Perubahan ukuran tubuh
Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh
dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak perempuan, rata-rata peningkatan
pertahun dalam tahun sebelum haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga
terjadi dari 5 sampai 6 inci. Dua tahun sebelum haid peningkatan rata-rata adalah 2,5
Setelah haid, tingkat pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan
berhenti sekitar delapan belas tahun.
Bagi anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tubuh
dimulai rata-rata pada usia 12,8 tahun dan berakhir rata-rata pada 15,3 tahun dengan
puncaknya pada empat belas tahun.
Pertambahan berat tidak hanya karena lemak, tetapi juga karena tulang dan
jaringan otot bertambah besar. Jadi, meskipun anak puber dengan pesat bertambah
berat badan, tetapi seringkali kelihatannya kurus dan kering.
2. Perubahan proporsi tubuh
Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi
terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh
yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Badan yang kurus dan
panjang mulai melebar dibagian pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang
berkembang. Pola yang sama terjadi pada pertumbuhan lengan, yang
pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampak terlalu
panjang.
3. Ciri-ciri seks primer
Pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer yaitu organ-organ seks.
Pada pria, testis yang terletak didalam scrotum, terjadi pertumbuhan pesat selama
satu atau dua tahun. Segera setelah pertumbuhan pesat testis terjadi, maka
pertumbuhan penis meningkat pesat. Jika fungsi organ-organ reproduksi pria sudah
matang, maka biasanya mulai basah malam.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam
tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia sebelas tahun atau duabelas
Tubafallopi, telur-telur dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama
bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya
haid. Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan
lamanya berbeda-beda pada tahun pertama.
4. Ciri-ciri seks sekunder
Perkembangan seks sekunder membedakan pria dari wanita dan membuat
anggota seks tertentu tertarik pada organ jenis kelamin yang lain. Ciri ini tidak
berhubungan dengan reproduksi meskipun secara tidak langsung ada juga
hubungannya, yaitu karena pria tertarik pada wanita dan begitu pula sebaliknya.
Ciri-ciri seks sekunder yang penting :
Laki-laki Perempuan
Rambut
Rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testis dan penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut diwajah timbul kalau pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai, demikian pu;a rambut tubuh. Pada mulanya rambut yang tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang. Kemudian menjadi lebih gelap, lebih kasar, lebih subur dan agak keriting.
Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
Kelenjar
Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalannya masa puber.
Otot
Otot-otot bertambah besar dan muat, sehingga memberi bentuk bagi lengan,
Pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit.
Payudara
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara berkembang. Puting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
Rambut
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
Kulit
tungkai kaki dan bahu.
Suara
Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun, volumenya meningkat dan mencapai pada yang lebih enak. Suara yang pecah sering terjadi kalau kematangan berjalan pesat.
Benjolan Dada
Benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria timbul sekitar usia duabelas dan empatbelas tahun. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik jumlahnya maupun besarnya.
Kelenjar
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat ,menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
Otot
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
Suara
Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.
4. Sikap terhadap perubahan fisiologis
1. Ingin menyendiri
Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, anak-anak biasanya menarik
diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, dsan sering
bertengkar dengan teman-teman dan dengan anggota keluarga. Anak puber
kerap melamun betapa seringnya ia tidak dimengerti dan diperlakukan
dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan eksperimen seks melalui
masturbasi. Gejala menarik diri mencakup ketidakinginan berkomunikasi
dengan orang-orang lain.
2. Bosan
Anak puber bosan dengan permainan yang sebelumnya sangat digemari,
tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial, dan kehidupan pada umumnya.
bidang menurun. Anak menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi
khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak
normal.
3. Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi
gerakan, dan anak akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu.
Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
4. Antagonisme Sosial
Anak puber seringkali tidak mau bekerjasama, sering membantah dan
menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan
diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan.
Dengan berlanjutnya masa puber, anak kemudian menjadi lebih ramah, lebih
dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.
5. Emosi yang Meninggi
Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis
karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa
puber. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah dan cepat marah. Sedih,
mudah marah, dan suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama
masa prahaid dan awal periode haid. Dengan semakin matangnya keadaan
fisik anak, ketegangan lambat laun berkurang dan anak sudah mulai mampu
mengendalikan emosinya.
6. Hilangnya Kepercayaan Diri
Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi
menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi dari orangtua dan
teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber
mempunyai perasaan rendah diri.
7. Terlalu Sederhana
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan anak
menjadi sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut
orang-orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan memberi
komentar yang buruk.
5. Tindakan terhadap perubahan fisiologis remaja
1. Remaja cenderung cemas terhadap penampilan badan / fisik. Remaja wanita
akan mulai menggunakan bra karena payuda mulai membesar, dan remaja
laki-laki mulai memelihara kumis.
2. Anak laki-laki yang tadinya baik dapat menjadi lebih agresif, dapat juga
karena timbulnya jerawat, baik itu pada remaja laki-laki dan perempuan.
3. Bereksperimen dengan cara berpakaian, berbicara, dan cara penampilan diri,
sebagai suatu usaha untuk mendapatkan identitas baru.
4. Ingin tampak sama dengan teman, yaitu dalam cara berpakaian, gaya rambut,
mendengarkan musik, dan lainnya.
5. Sangat menuntut keadilan, tetapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam
putih serta dari sisi pandang mereka sendiri. Mungkin timbul iri hati
terhadap saudara kandung dan seringkali ribut dengan mereka.
6. Perbedaan sikap hidup remaja pubertas
Kegiatan kegiatan bagi anak wanita dan pria akan terdapat perbedaan
biologis dan kejiwaannya, juga karena adanya pandangan sikap dalam hidupnya.
Laki-laki Wanita
a. Aktif memberi
b. Cenderung untuk memberikan perlindungan
c. Minat tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak
d. Berusaha memutuskan sendiri dan ikut berbicara.
e. Sifat saklik dan objektif
a. Pasif dan menerima.
b. Cenderung untuk menerima perlindungan.
c. Minat tertuju kepada yang bersifat emosional dan konkret
d. Berusaha mengikut, dan menyenangkan orangtua e. Sikap personlik dan subjektif.
7. Perasan negatif pada remaja pubertas
Pada kegiatan mencari pedoman hidup, anak puber sering menampakkan
sikap – sikap yang kontroversial dalam suatu masyarakat tertentu. Perkembangan
lainnya pada masa pubertas ini yaitu munculnya perasaan-perasaan negatif pada
anak. Anak mulai ingin melepaskan diri dari orangtua, bebas dari anggapan bahwa ia
sebagai anak-anak dan ingin menyamakan status dengan orang dewasa.
Perasaan negatif yang dialami, antara lain:
1. Ingin selalu menentang lingkungan
2. Tidak tenang dan gelisah
3. Menarik diri dari masyarakat
4. Kurang suka bekerja
5. Kebutuhan untuk tidur semakin tinggi
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan
variabel-variabel yang diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan adalah
pengetahuan, sikap dan tindakan dimana peneliti mengidentifikasi perilaku remaja
awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1 Kerangka Konsep
B. Defenisi Operasional N
o variabel
Defenisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1 Pengetahuan Kemampuan
remaja untuk
Kuesioner 1.Baik: bila menjawab benar
2 Sikap Respon tertutup Dengan Kuesioner 1.Sikap Negatif Nominal
Perilaku remaja awal : - Pengetahuan - Sikap
- Tindakan
remaja dalam 2. Sikap Positif:
bila skor responden 6-10
3 Tindakan Perbuatan nyata yang dilakukan secara langsung
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
deskriptif, dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui
perilaku remaja awal terhadap perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP
Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja awal yang berusia 12 sampai 15
tahun di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan tahun ajaran
2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 304 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek penelitian yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi.
a) Besaran sampel
Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :
n =
( )
21 N d
N +
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
n =
Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 173 responden.
b) Tekhnik pengambilan sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara proporsi bertingkat (proportional
stratified sampling) dan acak sederhana (simple random sampling). Cara mengambil
sampel dengan proportional stratified sampling adalah :
ni = n
Ni : Besar populasi stratum (kelas) ke i
N : Besar populasi
N : Besar sampel
Cara pengambilan sampel pada tiap-tiap kelas :
Kelas VII A = 173 16,5
304 29
=
× (dibulatkan menjadi 17 siswa)
Kelas VII B = 173 16,5
304
29 × =
(dibulatkan menjadi 17 siswa)
Kelas VII C = 173 16,5
304 29
=
× (dibulatkan menjadi 17 siswa)
Kelas VII LS = 173 9,10 304
16
=
× (dibulatkan menjadi 9 siswa)
Kelas VIII A = 173 14,2 304
25
=
× (dibulatkan menjadi 14 siswa)
Kelas VIII C = 173 13,6 304
24
=
× (dibulatkan menjadi 14 siswa)
Kelas VIII D = 173 14,2 304
25
=
× (dibulatkan menjadi 14 siswa)
Kelas VIII LS = 173 7,9 304
14 × =
(dibulatkan menjadi 8 siswa)
Kelas IX A = 173 14,2
304
25 × =
(dibulatkan menjadi 14 siswa)
Kelas IX B = 173 14,2
304 25
=
× (dibulatkan menjadi 14 siswa)
Kelas IX C = 173 14,2
304 25
=
× (dibulatkan menjadi 14 siswa)
Kelas IX LS = 173 7,3
304 13
=
× (dibulatkan menjadi 7 siswa)
Setelah itu, sampel pada tiap-tiap kelas diambil secara acak sederhana (Simple
random sampling) dengan menggunakan tekhnik undian hingga mencapai 173 siswa.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan dengan pertimbangan bahwa di Sekolah ini belum pernah dilakukan
penelitian mengenai perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa
pubertas dan populasi remaja cukup untuk memenuhi target populasi.
D. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2012 sampai April 2013.
E. Etika penelitian
Peneliti mengajukan surat permohonan ijin melakukan penelitian kepada
Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara, dan permintaan izin dari Kepala Sekolah SMP Yayasan Pendidikan
responden mengerti dan memahami maksud dan tujuan penelitian yaitu bahwa
data-data yang diperoleh dari responden semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu
pengetahuan, maka secara sukarela responden menandatangani lembar persetujuan
penelitian, kerahasiaan responden penelitian juga sangat diperhatikan, dengan tidak
mencantumkan nama, hanya mencantumkan kode tertentu pada lembar kuesioner
serta hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut.
F. Alat pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dengan mengacu
pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner.
Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup
sehingga responden hanya perlu untuk memberikan jawaban berupa tanda (√) pada
jawaban yang benar. Lembaran kuesioner ini dibuat oleh peneliti dan bukan kutipan
dari instrumen milik peneliti lain. Kuesioner terdiri dari empat bagian yaitu :
1. Data Pengetahuan
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja dalam hal
perubahan fisiologis pada masa pubertas. Terdiri dari 10 pertanyaan multiple
choice. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah
diberi skor 0. Nilai minimum yang didapat adalah 0 dan nilai maksimum adalah
10. Penilaian yang digunakan tersebut adalah menurut skala guttman.
Berdasarkan rumus statistika :
P=
������� (�)������ �����
P merupakan panjang kelas, R adalah rentang, merupakan skor terbesar – skor
yang terdiri dari 3 kelas yakni baik, cukup, kurang. Untuk mendapatkan
perhitungan tersebut adalah dengan :
- Menentukan skor kategori
Kurang = Jika responden menjawab 0-3 pertanyaan dengan benar
Cukup = Jika responden menjawab 4-7 pertanyaan dengan benar
Baik = Jika responden menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar
2. Data Sikap
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap remaja dalam hal perubahan
fisiologis pada masa pubertas. Terdiri dari 10 pertanyaan dengan tipe check list
menggunakan skala likert yang terdiri dari 4 kategori jawaban untuk pertanyaan
positif yaitu sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju
(TS) diberi skor 2, sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Dan untuk pertanyaan
negatif yaitu sangat setuju (SS) diberi skor 1, setuju (S) diberi skor 2, tidak
setuju (TS) diberi skor 3, sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4. Total skor
diperoleh nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 40. Berdasarkan statistik dapat
diukur nilainya dengan rumus :
P= �������
������ �����
Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan dengan menentukan skor
tertinggi dan skor terendah.
a. Skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah adalah 10
b. Menentukan nilai rentang (R)
Rentang = Skor tertinggi – Skor terendah
d. Panjang kelas (P) = �������
������ �����
= 30/2 = 15
Untuk menentukan kategori sikap adalah sebagai berikut :
Jika skor responden 10-25, maka sikap responden adalah negatif
Jika skor responden 26-40, maka sikap responden adalah positif
3. Data Tindakan
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tindakan remaja dalam hal
perubahan fisiologis pada masa pubertas. Terdiri dari 10 pertanyaan tipe check
list dengan menggunakan skala guttman dibagi dalam 2 kategori yaitu :
Dilakukan (Baik) = diberi skor 1 dan Tidak dilakukan (Kurang) = diberi skor 0.
Maka berdasarkan statistik dapat diukur nilainya dengan rumus :
P= �������
����� ������
Dimana panjang kelas dengan rentang 10 dibagi 2 kategori kelas dalam tindakan
yaitu baik dan kurang baik. Maka didapatkan nilai tertinggi panjang kelas (P)
adalah 10 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah interval kelas.
Untuk menentukan kategori Baik dan Kurang adalah :
• Jika skor responden 0 – 5, maka responden memiliki tindakan kurang
• Jika skor responden 6 – 10, maka responden memiliki tindakan baik
G. Uji validitas dan reliabilitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan
validity) yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan, 10 pertanyaan sikap, dan 10
pertanyaan tindakan yang dibuat berlandaskan teori dan dikonsulkan kepada Febrina
Oktavinola Kaban, SST, M.Keb.
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dan pengamatan bila fakta di
ukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Uji reliabilitas dalam
penelitian mengukur tingkat kestabilan jawaban yang diberikan responden atas
pertanyaan dari kuesioner. Koefisien reabilitasnya dilakukan 30 responden yang
memiliki kriteria yang sama dengan sampel. Kemudian data tersebut diolah
menggunakan Program SPSS dengan mencari nilai koefisien reabilitas Alpha
Cronbach. Maka didapatkan hasil pengetahuan 0,632, sikap 0,656 dan tindakan
0,818.
H. Prosedur pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada responden
satu persatu dan menjelaskan tujuan penelitian kepada responden. Peneliti kemudian
meminta kesediaan responden untuk menjadi responden penelitian dan
menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Setelah diberi penjelasan
mengenai cara pengisian kuisioner, responden diberi waktu untuk mengisi kuesioner
sesuai dengan keadaan sebenarnya secara jujur. Kuesioner yang telah terkumpul
kemudian diolah dan dianalisis secara statistik.
I. Analisis data
Analisa data dalam penelitian ini adalah univariat dan bersifat deskriptif
yaitu dengan melihat persentase data yang terkumpul dan disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi. Analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam Bab ini diuraikan hasil penelitian perilaku remaja awal dalam hal
perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013, yang didapat dari pengumpulan data pada bulan April tahun 2013.
Adapun jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 173 responden yang
terdiri dari responden laki-laki dan perempuan.
Berikut ini merupakan penjabaran deskripsi perilaku remaja awal dalam hal
perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
1. Distribusi Pengetahuan remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
a. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Remaja awal dalam
hal perubahan fisiologis adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang
pengetahuan, mayoritas menjawab Benar adalah pernyataan No. 1 tentang pengertian
perubahan yang normal (fisiologis) pada remaja yaitu 171 orang (98,8 %), sedangkan
mayoritas responden yang menjawab Salah adalah pernyataan No. 8 tentang salah
satu ciri tahap pubertas yaitu 49 orang (28, 3 %). Secara rinci dapat dilihat pada tabel
Tabel 5.1.
Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013
No Pernyataan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f %
1 Pengertian perubahan yang normal (fisiologis) pada remaja.
171 98,8 2 1,2
2 Yang termasuk perubahan fisik yang normal pada remaja
152 87,9 21 12,1
3 Bagian manakah dari tubuh remaja yang terlebih dahulu mengalami perubahan
155 89,6 18 10,4
4 Perubahan proporsi tubuh 157 90,8 16 9,2
5 Ciri-ciri seks primer 127 73,4 46 26,6
6 Ciri-ciri seks sekunder 131 75,7 42 24,3
7 Salah satu ciri seks sekunder 146 84,4 27 15,6
8 Yang merupakan salah satu ciri-ciri tahap pubertas
124 71,7 49 28,3
9 Yang merupakan salah satu ciri-ciri seks sekunder
148 85,5 25 14,5
10 Perubahan kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal termasuk pengertian
148 85,5 25 14,5
b. Distribusi Pengetahuan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis adalah senagai berikut :
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan remaja awal
berpengetahuan baik sebanyak 134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak
36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (1,7 %). Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2.
Distribusi Pengetahuan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentasi (%)
Baik 134 77,5
Cukup 36 20,8
Kurang 3 1,7
2. Distribusi sikap remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
a. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Sikap Remaja awal dalam hal
perubahan fisiologis adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang sikap
remaja awal, mayoritas menjawab Sangat Setuju adalah pernyataan no. 10 tentang
keringat yang berlebihan, remaja menjadi kurang percaya diri yaitu 124 0rang (71,7
%) kemudian pernyataan no. 5 tentang timbulnya jerawat, remaja merasa tidak
mempunyai daya tarik yaitu 98 orang (56,6 %) dan pernyataan No. 6 tentang telah
mengalami mimpi basah/menstruasi, remaja merasa telah sepenuhnya dewasa yaitu
94 orang (54,3 %), mayoritas responden yang menjawab Setuju adalah pernyataan
No. 3 tentang ukuran pinggang yang semakin besar, remaja lebih senang memakai
baju yang lebar yaitu 76 (43,9 %), mayoritas responden yang menjawab Tidak Setuju
adalah pernyataan No. 8 tentang perubahan suara yang mulai membesar, remaja
menjadi kurang percaya diri untuk berbicara didepan umum yaitu 53 orang (30,6 %),
sedangkan mayoritas responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju adalah masing
– masing mempunyai nilai sama pada pernyataan no. 1 tentang perubahan tinggi
badan, remaja takut orang lain memperhatikan perubahan yang dialaminya yaitu 105
orang (60,7 %) dan pernyataan No. 9 tentang otot mulai membesar, remaja sering
menjadi kikuk dan janggal yaitu 105 orang (60,7 %). Secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Sikap Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
f % f % f % f %
1. -
perubahan tinggi badan, remaja takut orang lain memperhatikan perubahan yang dialaminya
10 5,8 40 23,1 18 10,4 105 60,7
2 +
perubahan berat badan, remaja takut orang lain berkomentar buruk tentang dirinya
79 45,7 72 41,6 13 7,5 9 5,2
3 +
ukuran pinggang yang semakin besar, remaja lebih senang memakai baju yang lebar
81 46,8 76 43,9 13 7,5 3 1,7
4 -
ukuran bahu yang semakin lebar, remaja suka berpenampilan sederhana agar tidak diperhatikan orang
4 2,3 17 9,8 49 28,3 102 59,0
5 +
timbulnya jerawat, remaja merasa tidak mempunyai daya tarik
98 56,6 21 12,1 36 20,8 18 10,4
6 +
telah mengalami mimpi basah/menstruasi, remaja merasa telah sepenuhnya dewasa
94 54,3 31 17,9 34 19,7 14 8,1
7 -
telah timbulnya rambut kemaluan, remaja lebih sering menyendiri dan bereksperimen seks seperti onani
5 2,9 42 24,3 37 21,4 89 51,4
8 -
perubahan suara yang mulai membesar, remaja menjadi kurang percaya diri untuk berbicara didepan umum
9 5,2 27 15,6 53 30,6 84 48,6
9 -
otot mulai membesar, remaja sering menjadi kikuk dan janggal
7 4,0 44 25,4 17 9,8 105 60,7
10 +
keringat yang berlebihan, remaja menjadi kurang percaya diri
b. Distribusi Sikap Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis adalah sebagai
berikut:
Distribusi frekuensi berdasarkan sikap remaja dari 173 responden mayoritas
memiliki sikap positif sebanyak 162 orang (93,6 %) dan minoritas memiliki sikap
negatif sebanyak 11 orang (6,4 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4.
Distribusi Sikap Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Sikap Frekuensi (f) Persentasi (%)
Negatif 11 6,4
Positif 162 93,6
Total 173 100
3. Distribusi tindakan remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
a. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tindakan Remaja awal dalam hal
perubahan fisiologis adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang tindakan
remaja awal, mayoritas menjawab Dilakukan adalah pernyataan No. 7 tentang
tumbuhnya rambut kemaluan, remaja sering membersihkan kelamin yaitu 170 orang
(98,3 %), mayoritas responden yang menjawab Tidak Dilakukan adalah pernyataan
No. 4 tentang ukuran bahu yang semakin lebar, remaja suka memakai kemeja yaitu
Tabel 5.5.
Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tindakan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Dilakukan Tidak dilakukan
F % F %
1 perubahan tinggi badan, remaja lebih suka berolahraga
128 74,0 45 26,0
2 bertambahnya berat badan, remaja lebih mengatur pola makan
134 77,5 39 22,5
3 ukuran pinggang yang semakin besar, remaja lebih senang memakai baju ukuran besar
86 49,7 87 50,3
4 ukuran bahu yang semakin lebar, remaja suka memakai kemeja
68 39,3 105 60,7
5 timbulnya jerawat, remaja lebih sering mencuci muka
166 96,0 7 4,0
6 telah mengalami mimpi basah dan merasa kotor, remaja sering mengganti celana dalam
168 97,1 5 2,9
7 tumbuhnya rambut kemaluan, remaja sering membersihkan kelamin
170 98,3 3 1,7
8 pembesaran otot, remaja lebih sering berolahraga
102 59,0 71 41,0
9 membesarnya suara, remaja merasa malu untuk berbicara dengan lawan jenis
133 76,9 40 23,1
10 perubahan kelenjar keringat, remaja lebih sering
mengganti baju
130 75,1 43 24,9
b. Distribusi Tindakan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis adalah sebagai
berikut :
Distribusi frekuensi berdasarkan tindakan remaja remaja diperoleh tindakan
baik sebanyak 157 orang ( 90,8 %) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang ( 9,2 %).
Tabel 5.6.
Distribusi Tindakan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Tindakan Frekuensi (f) Persentasi (%)
Baik 157 90,8
Kurang 16 9,2
Total 173 100
4. Distribusi perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku remaja remaja diperoleh perilaku
baik sebanyak 88 orang ( 50,9 %) dan perilaku kurang sebanyak 85 orang ( 49,1 %).
Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7.
Distribusi Perilaku Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Perilaku Frekuensi (f) Persentasi (%)
Baik 88 50,9
Kurang 85 49,1
Total 173 100
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada remaja awal dalam
hal perubahan fisiologis pada masa pubertas Tahun 2013, diperoleh data yang
merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 173 remaja
awal. Data tersebut dijadikan tolok ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai
1. Pengetahuan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Pada tabel 5.2. dapat diamati bahwa pengetahuan remaja awal sebagian besar
berpengetahuan baik sebanyak 136 orang (78,6 %), dan sebagian kecil
berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (1,7 %).
Hal ini menyatakan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan
tinggi karena responden telah memasuki sekolah pada tingkat menengah pertama dan
telah terpapar dengan pengetahuan tentang perubahan fisiologis dari pendidikan di
sekolah.
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian Dewi, P (2010) diperoleh
pengetahuan remaja sebagian besar baik yaitu sebanyak 20 orang (55,6 %),
berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (25 %) dan berpengetahuan kurang
sebanyak 7 orang (19,4 %)
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri,
media dan lingkungan. Pengetahuan baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti: sumber informasi, faktor pendidikan. Semakin banyak seseorang
mendapatkan informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Dengan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi
diharapkan remaja dapat mengambil keputusan yang lebih bijak tentang apa yang
seharusnya boleh mereka lakukan dan apa yang seharusnya belum boleh mereka
2. Sikap Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Pada tabel 5.4. dapat diamati bahwa sikap remaja awal sebagian besar
bersikap positif sebanyak 162 orang (93,6 %) dan sebagian kecil yang bersikap
negatif sebanyak 11 orang (6,4 %).
Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki sikap positif telah
meyakini bahwa telah siap menghadapi perubahan fisiologis secara baik. Sikap
positif dan negatif dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami
individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan
dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama
hidupnya, sikap ini tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang
lain. Sedangkan remaja yang memiliki sikap negatif disebabkan belum siap
menghadapi perubahan fisiologis yang dialaminya dan juga kurang mendapat
informasi mengenai perubahan fisiologis. Remaja yang kurang akan pengetahuan
tersebut menjadi rendah diri pada saat suaranya mulai membesar, ditambah
perubahan fisik dan wajahnya yang berjerawat, sehingga perubahan tersebut
membuat remaja menarik diri. Menghadapi perubahan yang cukup pesat ini remaja
seringkali tidak pernah cukup untuk mengenal tubuh.
Pernyataan ini juga didukung dengan hasil penelitian Fatwiany (2010),
diperoleh responden yang bersikap positif terhadap perubahan fisiologis sebanyak
78,63 % dan yang bersikap negatif terhadap perubahan fisiologis sebanyak 21,37 %.
Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu,
berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Secara nyata sikap
adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat
respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Sikap yang positif akan menjadi salah satu tolok ukur kematangan seseorang,
ditandai dengan konsep diri yang memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri
yang pada akhirnya akan membentuk rasa percaya diri.
3. Tindakan Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Pada tabel 5.6. diperoleh sebagian besar remaja memiliki tindakan baik yaitu
sebanyak 157 orang (90,8 %) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang (9,2 %). Hal
ini menunjukkan bahwa remaja – remaja yang memiliki tindakan baik melakukan
tindakan sesuai dengan perubahan fisiologis yang dialaminya dan remaja yang
memiliki tindakan kurang tidak melakukan hal – hal yang sesuai dengan perubahan
fisiologis yang dialaminya.
Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian Dewi, P (2010) yaitu sebagian
besar remaja memiliki tindakan positif sebanyak 24 orang (72,7 %) dan yang
memiliki tindakan negatif sebanyak negatif sebanyak 9 orang (27,3 %).
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan atau praktek dilaksanakan setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian terhadap
apa yang diketahui. Dengan kata lain tindakan atau praktek dilaksanakan karena
dinilai baik dan diyakini.
Kecerdasan pengetahuan, individu lebih mudah mengendalikan perilaku dan
dorongan – dorongan dari dalam individu tersebut dalam melakukan suatu tindakan.
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat
memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, remaja mampu
remaja dapat dikembangkan dan di aplikasikan dalam kehidupannya sehingga
mereka mempunyai pola berfikir dan mampu menentukan tindakan dari apa yang
telah mereka ketahui.
4. Perilaku Remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Pada tabel 5.7. dapat diamati bahwa sebagian besar remaja memiliki perilaku
baik yaitu sebanyak 88 orang (50,9 %) dan sebagian kecil memiliki perilaku kurang
yaitu sebanyak 85 orang ( 49,1 %). Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang
memiliki perilaku baik telah melakukan sesuai dengan perubahan fisiologis yang
dialami berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sedangkan remaja yang masih
kurang memperhatikan perubahan fisiologis yang dialaminya masih mempunyai
perilaku kurang.
Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian Dewi, P (2010) yaitu sebagian
besar remaja memiliki perilaku baik sebanyak 28 orang (77,7%) dan sebagian kecil
memiliki perilaku kurang yaitu sebanyak 8 orang 22,3(%).
Sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007) dimana perilaku merupakan
respons seseorang atau tindakan seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)
yang merupakan kumpulan berbagai faktor saling berinteraksi. Sehingga dapat
dilaksanakan jika tindakan tersebut di nilai baik dan diyakini.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perilaku individu dapat
memberikan pengaruh yang baik sehingga individu memiliki perilaku yang baik.
Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap individu dapat
memiliki perilaku yang baik dan terhindar dari timbulnya gejala ketidak sesuaian,
sehingga sekolah hendaknya berfungsi sebagai suatu lingkungan yang memberikan
memasuki masa transisi memerlukan bantuan dan bimbingan dalam pemenuhan
tugas – tugas perkembangan yang harus dikuasai. Oleh karena itu, pendidikan tidak
hanya mampu mengantarkan siswa pada standar kemampuan profesional dan
akademis tetapi juga mampu membuat perkembangan diri sebagai remaja yang sehat
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan terhadap 173 orang responden yaitu remaja
awal terhadap perubahan fisiologis Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Perilaku remaja awal di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan Tahun 2013 sebagian besar memiliki perilaku baik sebanyak 88 orang
(50,9 %).
2. Pengetahuan remaja awal di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan Tahun 2013 sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 136 orang
(78,6 %).
3. Sikap remaja awal di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013 sebagian besar memiliki sikap positif sebanyak 116 orang (67,1 %).
4. Tindakan remaja awal di di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
Medan Tahun 2013 sebagian besar memiliki tindakan baik sebanyak 157 orang
(90,8 %).
B. SARAN
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti agar penelitian ini dikembangkan di SMP Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan untuk mengetahui perilaku remaja awal dalam hal
perubahan fisiologis. Selain itu peneliti juga menyarankan agar pada penelitian
selanjutnya diteliti secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja
2. Bagi Profesi Kebidanan
Pada penelitian ini masih didapati bahwa ada remaja yang bersikap negatif
terhadap perubahan fisiologis. Hal ini apabila dibiarkan akan membuat remaja tetap
tidak mendapatkan informasi yang benar dalam menyikapi perubahan fisiologis.
Untuk itu diharapkan agar bidan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan reproduksi
remaja agar lebih aktif mengadakan penyuluhan dan program pendidikan tentang
kesehatan reproduksi bagi remaja dan orang tua.
3. Bagi Responden
Bagi responden agar dapat lebih memahami dampak negatif dari perilaku
remaja awal terhadap perubahan fisiologis. Remaja lebih banyak menggali informasi