Wawancara “Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis”
Dengan ini saya meminta kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini. Adapun ini merupakan kebutuhan pengumpulan data untuk menyelesaikan tugas skripsi dan mata kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan2 di Jurusan Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Peneliti : Wika Candra Kasih
Pokok Pembahasan : Potensi Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Pengembangan Sumber Daya Potensial Desa Tujuan wawancara : Menemukan gambaran pemikiran dan daya
dukung masyarakat desa untuk terlibat dalam perencanaan pengembangan desa menjadi daerah tujuan wisata
DATA RESPONDEN
Nama : ... Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur : 18-25 tahun 26-40 tahun 41-55 tahun >55 tahun Pendidikan : SD/Sederajat SMP/Sederajat
SMA/Sederajat Diploma/Sederajat S1
Pekerjaan : Petani/Pekebun Tukang
Berdagang Tidak Bekerja
Lain-lain
(Mohon Sebutkan : ... ) Sebagai Petani/Pekebun : Kelapa Sawit Karet
Lainnya
(Sebutkan : ... ) Status Kepemilikan Lahan : Milik Pribadi Milik Orang Lain
1.Apakah anda menginginkan desa tempat tinggal anda sebagai tujuan wisata? a. Ya, saya ingin desa ini sebagai tujuan wisata
b. Saya tidak menginginkan desa ini sebagai tujuan wisata
2. Apakah anda berkenan untuk terlibat dalam meningkatkan pariwisata di desa ini?
a. Bersedia b. Tidak Bersedia
3. Apa motivasi anda ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pariwisata di desa ini?
a. Apabila potensi daerah desa dikembangkan
b. Apabila pengembangan pariwisata tersebut meningkatkan pemasukan keluarga
c. Apabila tingkat ekonomi masyarakat lokal menjadi lebih berkembang dari sebelumnya
b. Program yang memberi keuntungan untuk saya dan masyarakat desa
5. Apakah anda menginginkan pertanian/perkebunan sebagai sumber mata pencaharian anda untuk kedepannya?
a. ya, sebab pertanian/perkebunan memberikan penghasilan yang menjanjikan untuk kedepannya.
b. tidak, sebab penghasilan yang diperoleh tidak mencukupi
6. Apa yang anda yakini bila desa anda dijadikan sebagai tujuan wisata?
a. produk lokal dari desa akan banyak dijual kepada pengunjung yang datang b. terbukanya peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.
7. Apakah anda siap dengan perubahan yang akan terjadi untuk keadaan lingkungan dan sosial budaya di desa ini?
a. Tidak masalah sebatas perubahan yang terjadi secara fisik untuk lingkungan tempat tinggal
b. Setuju apabila terjadi perbaikan dalam bentuk apapun.
8. Apakah anda bersedia apabila ada pihak lain dari luar untuk memahami dan meneliti tentang daerah tempat tinggal anda sekarang?
a. Saya siap menerima pihak lain b. Saya tidak bersedia ada pihak lain
9. bagaimana pendapat anda bila desa anda dikembangkan dengan menerapkan program pelestarian lingkunga?
a. Mendukung
b. Tidak paham mengenai program pelestarian lingkungan
10. Apakah pendapatan di desa ini cukup untuk anda memenuhi seluruh kebutuhan hidup?
a. Ya, cukup b. Tidak cukup
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, W., Astuti, D. W. & Syarifudin, D. (2015). Contribution of
Community-Based Development Toward Environment Improvement As an Effort of
Poverty Alleviation. Journal of Procedia – Social and Behavioral Sciences, 179, 250-257.
Damanik J. & Weber H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata, Dari Teori Keaplikasi.
Yogyakatra: Pusat Studi Pariwisata UGM dan Andi
Daim, M. S., Bakri, A. F., Kamarudin, H. & Zakaria, S. A. (2012). Being
Neighbor to A National Park: Are We Ready for Community Participation?.
Journal of Procedia Social and Behavioral Sciences, 36, pp. 214;219.
Devarani, L. & Basu, D. (2009). Participatory Wetland Management in Loktak
Lake: A Road to Sustainable Development. Journal of Crop and Weed, 5(1),
178-190
Diniz, S. R., Falleiro, S. P. & Barros, M. M. D. (2014). A Study of The Gendered
Perception of Tourism in Coastal Goa, India. Journal of Researchers World
– Journal Of Arts, Science &Commerce, 5(4), 160-171
Fandeli, C. & Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas
Kehutanan UGM
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Jakarta: UI-PRESS
Ismail, W. A. W. & Said, I. (2015). Integrating the Community in Urban Design
and Planning of Public Spaces: A review in Malaysian Cities. Journal of
Procedia Social and Behavioral Sciences, 168, pp. 363.
Muljadi, A.J. 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Rajawali Pres
Marpaung. H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta
Marpaung, H. & Bahar, H. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta
M. O. Y. Beny. 2015. Suatu Kajian Ilmiah Mengenai Strategi Komunikasi Di
Suatu Kampung. Medan: Program Studi Magister Teknik Arsitektur USU
Pendit, N.S. 2003. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita
Prabhakaran, S., Nair, V. & Ramachandran, S. (2014). Community Participation
in Rural Tourism: Towards A Conceptual Framework. Journal of Procedia
Social and Behavioral Sciences, 144, 290–295.
Ross, G.F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Said, H. M. (2011). Promoting Community Based Tourism In Bajau Laut
Community In Kampung Pulau Gaya, Sabah. Ersiti Tun Abdul Razak
E-Journal, 7(2), 46-57.
Sinulingga.S.2012. Metode Penelitian. Medan: USU Press
Spillane, J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Wahab, Salah. (1975). Tourism Management (hal.55). London: Tourism
Warpani, S. P. & Warpani, I. P. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah.
Bandung: ITB
Wester, M. (2009) Cause and Consequences of Crises: How Perception Can
Influence Communication. Journal of Article In Journal Of Contingencies
And Crisis Management, 17(2), 118 -125.
WTO (1993) Sustainable Tourism Development: A Guide for Local Planners,
Madrid: World Tourism Planners
Yoeti,Oka.A.1985.Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandunng:Angkasa
Yoeti,Oka.A.1995.Tour Travel Management.Jakarta:PT Pradnya Paramita
Yoeti,Oka.A.1996. Anatomi Pariwisata. Bandung: Angkasa
Yoeti,Oka.A.2005.Perencanaan Strategi Pemasaran, Derah Tujuan Wisata.
Jakarta: PT Pradnya Paramita
Website : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Labuhanbatu_Utara.
Website : http://labuhanbatuutarakab.go.id
Website : http://mengakubackpacker.blogspot.co.id
Website : http://gunung leuser.or.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, hal tersebut
sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan Sinulingga (2012), bahwa tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk mendeskripsikan secara faktual dan akurat fakta
serta yang terjadi dalam penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini penelitian yang
dilakukan yaitu terkait sumber daya potensial yang terdapat di Desa Simonis serta
gambaran pemikiran masyarakat untuk terlibat dalam upaya pengembangan
pariwisata di desa. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif, dimana data yang akan dikumpulkan bersifat kualitatif.
Penelitian ini juga dikatagorikan sebagai penelitian survei, dimana
data-data yang diperlukan akan dikumpulkan melalui wawancara dengan pihak
pemerintahan kabupaten yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam
pembangunan daerah, pihak pemerintahan desa yang berwenang, tokoh
masyarakat, dan masyarakat desa setempat juga melakukan observasi langsung
pada kawasan kajian.
3.2 Data Penelitian
Adapun dalam melakukan identifikasi terhadap gambaran pemikiran
masyarakat dalam upaya pengembangan desa menjadi tujuan wisata, serta
1. Objek daya tarik potensial yang terdapat di Desa Simonis.
2. Gambaran pemikiran masyarakat terhadap upaya pengembangan pariwisata di
desa.
Kemudian untuk memperoleh data terkait gambaran pemikiran masyarakat
dalam upaya pengembangan objek daya tarik potensial yang terdapat di Desa
Simonis, maka peneliti akan mengajukan pertanyaan kepada responden yang
terpilih, yaitu:
1. Mengetahui status responden seperti, umur, jenis kelamin, latar belakang
budaya, pendidikan dan pekerjaan.
2. Mengetahui bagaimana persepsi dan partisipasi responden terhadap rencana
pengembangan objek daya tarik potensial yang ada di Desa Simonis untuk
menjadi tujuan wisata.
3.3 Populasi / Sampel Penelitian
Populasi merupakan batasan dari objek yang akan diteliti, mempunyai
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti, sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi yang tidak menggunakan semua data untuk diambil
melainkan hanya perwakilan dari populasi, serta alasan penggunaan sampel untuk
mempelajari karakteristik adalah agar mengefisiensi waktu, biaya dan teknis yang
dilakukan dalam penelitian (Sinulingga, 2012). Sebagai populasi dalam penelitian
ini adalah masyarakat Desa Simonis. Berdasar data BPS (2013) diketahui bahwa
jumlah total penduduk Desa Simonis adalah sebanyak 2338 jiwa. Sedangkan
untuk sampel pada penelitian ini, berpedoman berdasarkan penelitian sejenis yang
stakeholder dan masyarakat desa setempat. Adapun metode yang digunakan
dalam pengambilan sampel yang akan menjadi responden yaitu menggunakan
metode Purposive Sampling. Selain itu, dalam penentuan karakteristik responden,
peneliti menentukan batasan yang akan menjadi responden yaitu: masyarakat
yang termasuk dalam kategori dewasa, dan mempertimbangkan masyarakat yang
mengetahui keadaan desa, memiliki gambaran pemikiran mengenai desa tempat
tinggalnya, mampu menggambarkan dan memahami potensi desa untuk kemajuan
seluruh masyarakat desa. Sedangkan untuk jumlah sampel yang diambil untuk
menjadi responden yaitu 30 responden berdasarkan penentuan ukuran sampel rule
of thum Roscoe, 1975 (Sinulingga, 2012), maka peneliti mengambil sampel
sebanyak 30 orang yang terdiri dari masyarakat desa dan stakeholder.
3.4 Metoda Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Dalam pengumpulan data peneliti akan melakukan studi literature, wawancara,
serta observasi langsung pada kawasan kajian.
3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis sumber data, yaitu:
berupa data kualitatif yaitu wawancara dan observasi langsung pada kawasan
kajian. Peneliti akan secara langsung datang pada kawasan kajian untuk
melakukan observasi, disamping itu juga peneliti akan melakukan wawancara
3.4.2 Data Sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder merupakan data yang bersumber dari
observasi pustaka. Adapun yang menjadi referensi literatur untuk menetukan
potensi-potensi desa yang dapat digali untuk dapat dikembangkan sebagai daerah
tujuan wisata dengan basis masyarakat, diambil dari buku-buku, serta jurnal atau
karya ilmiah sejenis lainnya yang pernah diteliti mengenai pariwisata dengan
basis partisipasi masyarakat.
Berikut pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk
mengidentifikasi gambaran pemikiran masyarakat terkait rencana pengembangan
pariwisata di desa dengan potensi sumber daya potensial desa sebagai tujuan
wisata:
1. Apakah anda menginginkan desa tempat tinggal anda sebagai tujuan wisata?
2. Apakah anda berkenan untuk terlibat dalam meningkatkan pariwisata di desa
ini?
3. Apa motivasi anda ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pariwisata di desa
tempat anda tingal?
4. Program seperti apa yang membuat anda akan ikut berpartisipasi?
5. Apakah anda menginginkan pertanian/perkebunan sebagai sumber mata
pencaharian anda untuk kedepannya?
6. Apa yang anda yakini bila desa anda dijadikan sebagai tujuan wisata?
7. Apakah anda siap dengan perubahan yang akan terjadi untuk keadaan
8. Apakah anda bersedia apabila ada pihak lain dari luar untuk memahami dan
meneliti tentang daerah tempat tinggal anda sekarang?
9. Bagaimana pendapat anda bila desa anda dikembangkan dengan menerapkan
program pelestarian lingkungan?
10. Apakah pendapatan di desa ini cukup untuk anda memenuhi seluruh
kebutuhan hidup?
3.5 Kawasan Penelitian
Dalam penentuan kawasan kajian, peneliti memperhatikan tiga unsur,
yaitu adanya tempat, masyarakat dan kegiatan pada daerah tersebut. Adanya
tempat, masyarakat, dan kegiatan yang dilakukan merupakan unsur yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan
identifikasi sumber daya potensial desa Simonis yang dapat dikelola dan
dikembangkan, serta keinginan masyarakat untuk terlibat apabila desa tempat
mereka tinggal dijadikan tujuan wisata, serta pemahaman masyarakat mengenai
keadaan fisik kawasan desa yang mereka tempati.
Kawasan kajian yang dipilih pada penelitian ini adalah Desa Simonis.
Simonis merupakan desa yang terletak di Kecamatan Aek Natas, dengan luas
wilayah 6.114 Ha2 dan jumlah penduduk 2338 jiwa berdasarkan data BPS 2012.
Topologi Desa Simonis secara keseluruhan merupakan daerah yang berbukit.
Salah satu perbukitan yang terkenal di Desa Simonis yaitu bukit Tor Simargolang.
Selain berbukit, kawasan desa Simonis juga dilalui oleh dua sungai (aek), yaitu
Aek Natas dan Aek Kuo. Hal tersebut menjadi dasar penamaan dari Kecamatan
potensi sumberdaya potensial desa tersebut. Masyarakat yang menghuni tempat
tersebut memahami potensi sumber daya potensial desa. Secara fisik tempat
tersebut memiliki potensi untuk direncanakan sebagai tujuan wisata meskipun
memerlukan proses yang panjang. Unsur alamiah pada tempat tersebut, potensi
untuk dirancang sebagai tujuan wisata. Kehidupan sebagai petani dan adanya
beragam etnik merupakan suatu potensi penting untuk pengembangan pariwisata
di Desa Simonis.
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Labuhanbatu Utara
Gambaran kawasan Desa Simonis
Lokasi Kawasan Desa Simonis
Kantor kepala desa, Desa Simonis
Gambar 3.2 Gambaran letak lokasi kawasan kajian
Pemilihan kawasan kajian juga didasari oleh beberapa alasan, diantaranya
: Desa Simonis merupakan salah satu desa binaan yang berada di Kecamatan Aek
Natas. Sedangkan kecamatan Aek Natas pada tahun 2013 mendapat penghargaan sebagai Kecamatan Terbaik tingkat Provinsi Sumatera Utara, hal tersebut tentunya menjadi nilai positif yang menjadi peluang besar untuk terus mengembangkan potensi
daerah yang dimiliki. Disamping itu juga, lokasi kawasan yang cukup familiar oleh
peneliti.
3.6 Metoda Analisa Data
Untuk mengidentifikasi data-data yang telah diperoleh baik hasil
wawancara, foto-foto hasil pengamatan pada kawasan kajian serta studi literatur
yang berkaitan dengan objek penelitian, dilakukan analisis dengan
mengklasifikasikan berdasarkan sifat-sifatnya. Sedangkan untuk analisis data
verbal dikakukan dengan mencari esensinya, serta menggunakan teori sebagai alat
landasan.
Kemudian, setelah peneliti melakukan analisis terhadap seluruh data yang
diperoleh, maka ditarik suatu kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian
terhadap konsep pengembangan pariwisata yang sesuai dengan sumber daya
3.7 Kerangka Penelitian
Gambar 3.3 Kerangka Penelitian
(Sumber: Analisa Peneliti)
LATAR BELAKANG
Perencanaan dan pengembangan wisata sering kali tidak memperhatikan gambaran pemikiran masyarakat, sehingga pengembangan yang dilakukan tidak sesuai potensi pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat setempat. Dalam perencanaan pengembangan desa penting untuk mengkaji sumber daya potensial dan persepsi masyarakat setempat, guna menyesuaikan pengembangan objek daya tarik serta keinginan pasar yang potensial.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengembangan pariwisata dengan potensi sumber daya potensial yang ada serta didukung dengan partisipasi masyarakat?
ANALISIS DATA Potensi sumber daya alam &
sosial
Persepsi/gambaran pemikiran
KESIMPULAN AKHIR JUDUL PENELITIAN
WISATA BERBASIS MASYARAKAT STUDI KASUS DESA SIMONIS KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
PENELITIAN
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam pengembangan suatu tempat menjadi daerah tujuan wisata, penting
untuk memahami potensi-potensi sumber daya yang terdapat di daerah tersebut.
Dengan mengerti pentingnya lingkungan, hal tersebut akan memberikan
pemahaman terhadap potensi-potensi yang dapat dikembangkan pada suatu
daerah, untuk menjadi daerah tujuan wisata yang akan memberikan dampak
positif pada perkembangan daerah tersebut (Marpaung, 2015). Dari hasil
penelitian dan observasi yang dilakukan secara langsung pada kawasan kajian,
peneliti membagi potensi yang ada pada Desa Simonis menjadi dua bagian yaitu:
potensi sumber daya alam dan potensi sosial budaya masyarakat.
4.1.6 Analisa Objek Daya Tarik Potensial Desa
Hasil observasi yang dilakukan pada kawasan kajian, ditemukan beberapa
sumber daya alam desa yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek daya
tarik wisata, yaitu: sungai; air terjun; panorama pemandangan dan sektor
pertanian, serta potensi sosial budaya masyarakat setempat. Menurut Marpaung
(2002) bahwa adanya daya tarik wisata merupakan aktifitas dan fasilitas yang
saling berhubungan, serta dapat menimbulkan minat pengunjung untuk datang
pada suatu daerah tertentu, dan daya tarik yang belum dikembangkan hanya akan
menjadi sumber daya potensial dan belum dapat dikatakan sebagai objek daya
daya tarik tersebut. Diperlukan adanya rencana dan upaya untuk
pengembangan objek daya tarik yang ada, sehingga potensi yang ada dapat
terkelola dengan lebih baik dan menjadi objek daya tarik wisata yang dilengkapi
dengan aktifitas dan fasilitas yang saling berhubungan, yang akan menarik minat
wisatawan untuk datang pada objek daya tarik yang telah direncanakan dan
dikelola sesuai dengan strategi pengembangan yang ditentukan.
Masyarakat pada umumnya menginginkan adanya perkembangan pada
desa tempat mereka tinggal. Dengan adanya rencana pengembangan desa untuk
menjadi desa tujuan wisata, masyarakat menyambut baik rencana tersebut dan
menyatakan keinginannya bila Desa Simonis dapat dijadikan sebagai tujuan
wisata. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 30 orang responden,
semua memberikan jawaban bahwa mereka ingin bila Desa Simonis dijadikan
sebagai tujuan wisata (100%). Hal tersebut disimpulkan berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan masyarakat Desa Simonis yang bermata pencaharian
sebagai petani/pekebun. Seperti yang disampaikan oleh bapak Ramli Munthe
salah seorang masyarakat desa Simonis yang sudah lama tinggal di desa tersebut.
Beliau menyampaikan pendapatnya terkait pengembangan desa untuk menjadi
desa tujuan wisata.
Dalam pengertian modern pariwisata menurut E. Guyer F. (Yoeti, 1985)
timbul karena kebutuhan dan keinginan yang beraneka ragam, termasuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap keindahan alam. Dengan besarnya keinginan
masyarakat bila desa mereka dijadikan tujuan wisata, maka untuk rencana
pengembangan Desa Simonis sebagai tujuan wisata sangat berpeluang untuk
dilakukan. Sebab masyarakat sebagai salah satu penentu dalam kebijakan telah
menyatakan keinginannya untuk menjadikan desa mereka sebagai tujuan wisata,
serta sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap potensi keindahan alam desa
tempat mereka tinggal.
Selain keinginan yang besar dari masyarakatnya untuk menjadikan desa
mereka sebagai tujuan wisata, ketika ditanya prihal kesediannya untuk terlibat
dalam upaya pengembangan pariwisata di desa. mayoritas masyarakat
memberikan jawaban bersedia untuk terlibat dalam upaya pengembangan
pariwisata di desa (90%). Masyarakat merupakan orang-orang yang memiliki
pengaruh dalam penentu kebijakan untuk berkembangnya suatu daerah (Devani
dan Basau, 2009). Dalam mengembangkan suatu perancangan, masyarakat akan
turut berpartisipasi jika mereka diikutsertakan dalam proses perancangan.
Partisipasi harus memberdayakan masyarakat sebagai penentu dalam
tahapan-tahapan proyek, sekaligus membelajarkan masyarakat untuk memiliki
tanggungjawab, komitmen dan hasil maupun resiko yang mungkin dicapai melalui
proyek (Damanik dan Weber,2006). Sehingga, semakin banyak masyarakat yang
bersedia untuk terlibat, maka peluang untuk mengembangkan desa menjadi tujuan
salah seorang masyarakat desa Simonis yang memilki lahan perkebunan kelapa
sawit dan juga merupakan tenaga pendidik pada sekolah swasta yang ada di desa,
yaitu MTs Irsyadul Islamiyah Simonis. Selain menyatakan keinginannya bila
Simonis dijadikan tujuan wisata, beliau juga bersedia untuk terlibat maupun
dilibatkan dalam program yang dijalankan sebagai upaya pengembangan
pariwisata di desa.
“ letak desa ini dapat dikatakan cukup strategis, baik dari lintasan masyarakat yang datang dari kota maupun dari desa tetangga. Dari itu, saya mendukung kalau desa ini dibangun, dan dibina untuk menjadi desa wisata, karena hal-hal yang mendukung untuk itu ada potensinya. Dan saya melihat di Simonis ini sangat agraris sekali, sangat berpotensi sekali untuk menanam palawija, holtikultura, tapi yg sekarang berkembang sawit dan karet, sehingga untuk menanam semacam kebun buah belum ada, tapi potensi untuk menanam itu ada lahannya, cuma sekarang tergantung dengan sumber daya manusianya, juga pemilik tanah yang kurang memadai untuk membudidayakan tanaman buah. Dan saya pribadi sangat setuju dan siap untuk terlibat bila memang desa ini mau dikembangkan menjadi desa wisata”.
Adapun masyarakat yang menyatakan tidak bersedia untuk terlibat (10%)
hal tersebut di karenakan faktor usia, sehingga untuk terlibat secara langsung
merasa tidak mampu. Namun meski demikian, untuk berpartisipasi dalam bentuk
pemikiran dengan memberikan pendapat terkait rencana pengembangan desa
menjadi tujuan wisata mereka menyatakan kesediaaanya.
Potensi sumber daya alam desa yang lebih mendominasi menjadikan
konsep pengembangan pariwisata desa yang paling potensial untuk dikembangkan
yaitu ekowisata, yang mengarah pada pengembangan wisata alam. Dengan
pengembangan ekowisata yang mengarah pada potensi sumber daya alam desa,
berpartisipasi pada pengembangan daerah. Pariwisata menjadi sektor prioritas
dalam pembangunan daerah-daerah di Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan
pariwisata yang cukup signifikan, menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar
bagi suatu negara (Wahab, 1975). Dengan demikian pembangunan daerah melalui
pengembangan pariwisata akan memberikan dampak dan manfaat besar yang
akan dirasakan oleh masyarakat setempat, yang akan menjadi sumber pendapatan
bagi masyarakat juga daerah. Hal tersebut didukung dengan adanya potensi
sumber daya alam yang terdapat di desa. Dari beberapa potensi objek daya tarik
yang terdapat di desa, serta gambaran pemikiran masyarakat dari hasil wawancara
yang dilakukan terhadap persepsi masyarakat pada pengembangan pariwisata di
Desa Simonis, maka peneliti kemudian melakukan analisa berdasarkan potensi
objek daya tarik yang ada, untuk menemukan konsep pengembangan yang sesuai
terhadap potensi pasar dan dapat diterima oleh masyarakat setempat.
4.1.1 Analisa Potensi Sungai
Desa Simonis dilalui dua sungai (aek) yang cukup besar bernama Aek
Natas dan Aek Kuo. Aek Natas mengalir di sebelah utara sepanjang desa, dari
Desa Poldung di sebelah barat dan mengalir ke timur melalui Kelurahan Bandar
Durian di kawasan pusat kecamatan. Keberadaan sungai ini merupakan latar
belakang dari nama Kecamatan Aek Natas. Sungai ini memiliki kekayaan
ekosistem yang berlimpah, sehingga dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, mencari ikan dan bahkan sebagai sarana tempat wisata. Air
juga untuk keperluan masak dan air minum. Kondisi sungai Aek Natas seperti
yang terlihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Gambaran kondisi sungai Aek Natas
(Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)
Hasil tangkapan ikan yang diperoleh masyarakat dari sungai tidak hanya
dimanfaatkan secara pribadi untuk dikonsumsi, namun juga dapat mereka jual.
Masyarakat dalam menangkap ikan menggunakan cara tradisional yaitu dengan
memancing, menjaring juga menembak. Teknik yang digunakan dalam mencari
ikan merupakan cara yang aman, sehingga tidak merusak lingkungan maupun
ekosistem sungai. Selain itu, sungai Aek Natas yang dibuka sebagai tempat wisata
yang dikelola oleh masyarakat Desa Simonis, bekerjasama dengan lembaga desa
setempat, sehingga keberadaan sungai Aek Natas menjadi sangat penting, tidak
hanya bagi masyarakat Desa Simonis tetapi juga masyarakat desa lainnya yang
juga dilalui oleh sungai Aek Natas. Dengan keindahan dan kekayaan ekosistem
yang ada, sungai Aek Natas memiliki potensi sebagai objek daya tarik yang
bahwa objek wisata yang menarik adalah sesuatu yang dihubungkan dengan
keindahan alam, kebudayaan dan sejarah. Dengan potensi keindahan alam sekitar
lokasi sungai Aek Natas, hal tersebut menjadi daya tarik yang dapat
dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata.
Beberapa lokasi dari aliran sungai Aek Natas yang dibuka sebagai objek
wisata yang terdapat di Desa Simonis diantaranya yaitu: wisata Pulau Biski,
Pantai Aruan, Tambatan dan Sampuran. Pembukaan lokasi wisata Pulau Biski di
prakarsai oleh pemuda desa setempat, yang bekerja sama dengan pihak
pemerintahan desa, tokoh desa serta pemilik lahan. Kerjasama dari setiap pihak
membentuk suatu dukungan dalam mengelola lokasi tersebut menjadi tempat
wisata. Menurut penuturan bapak iwan yang merupakan salah seorang tokoh
pelopor dibukanya objek wisata Pulau Biski bahwa:
“Pada awalnya saya berinisiatif membuka lokasi Pulau Biski
sebagai objek wisata berawal dari keprihatinan saya. Banyak muda-mudi yang berasal dari desa Simonis maupun yang berasal dari desa tetangga, mengalami kecelakaan dijalan lintas sumatera saat libur perayaan hari-hari besar. Sehingga saya berinisiatif untuk membuka objek wisata di daerah sendiri agar muda-mudi desa tidak keluar kejalanan lintas sumatera. Selain itu dengan adanya objek wisata juga dapat memberikan peluang untuk masyarakat desa setempat berjualan pada lokasi wisata dan mendapat pemasukan”.
Kehadiran objek wisata di Desa Simonis menjadi referensi untuk
berwisata di daerah sendiri, sehingga hal tersebut mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan mudi-mudi desa di jalanan lintas Sumatera pada saat libur hari-hari
besar, dikarenakan tidak adanya tempat tujuan wisata yang dapat dipilih.
Disamping itu juga kehadiran objek wisata dapat memberikan peluang usaha bagi
memiliki sesuatu yang dapat dinikmati bagi pengunjung yang datang, yang
menjadikan daya tarik bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu tempat,
merupakan salah satu aspek pembentuk pariwisata (Yoeti, 1983). Upaya yang
dilakukan masyarakat Desa Simonis untuk mengembangkan pariwisata yaitu
dengan mengadakan perlombaan dan menyediakan hiburan serta fasilitas untuk
menarik minat orang-orang berkunjung pada lokasi sungai Aek Natas yang di
buka sebagai tempat wisata. Pada hari-hari libur di akhir pekan dan perayaan
hari-hari besar seperti tahun baru, hari kemerdekaan RI, lebaran dan hari-hari
besar lainnya, lokasi-lokasi wisata tersebut ramai dikunjungi oleh pengunjung
yang datang tidak hanya dari masyarakat sekitar Desa Simonis tetapi juga
pengunjung yang datang dari luar Kabupaten Labuhanbatu Utara (gambar 4.2).
Gambar 4.2 gambaran kondisi wisata Pulau Biski saat ramai dikunjungi
(Sumber: Google Image)
Gambaran kondisi suasana lokasi Pulau Biski saat ramai dikunjungi
masyarakat seperti yang terlihat pada gambar 4.2, menunjukkan besarnya minat
masyarakat untuk datang berwisata bersama keluarga maupun teman ke lokasi
objek wisata Pulau Biski. Hal tersebut menunjukkan potensi yang besar untuk di
Namun potensi masyarakat untuk mengelola objek wisata Pulau Biski
Tambatan dan Sampuran terkendala dengan persoalan kepemilikan lahan serta
keterbatasan modal. Untuk lokasi yang digunakan sebagai area parkir dan jalan
menuju ke Pulau Biski merupakan milik masyarakat, yaitu milik Bapak H.
Suprianto dan Bapak H. Bani. Selain itu, keterbatasan modal juga menjadi salah
satu permasalahan. Dalam pengembangan lokasi menjadi tempat wisata tentu
membutuhkan modal untuk mengelola serta menata lokasi dengan baik. Pada
lokasi Pulau Biski saat ini dijadikan sebagai area pengambilan batu. Adanya
kegiatan tersebut, tentunya akan berdampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan. Pemilik lokasi cenderung lebih mementingkan untuk memperoleh
keuntungan, sehingga tidak memperhatikan kemungkinan resiko dan kerusakan
lingkungan yang akan terjadi. Padahal jika lokasi Pulau Biski dikelola untuk
menjadi tempat wisata hal tersebut akan lebih memberikan manfaat yang besar,
baik bagi pemilik lahan maupun masyarakat desa setempat, dan hasil yang
diperoleh akan dapat dinikmati dalam jangka panjang, tanpa harus merusak
kelestarian lingkungan maupun ekosistem sungai.
Dalam perencanaan dan pengembangan suatu kawasan menjadi tujuan
ekowisata, harus berlandaskan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, agar
pelaksanaan program dapat terus berjalan berkesinambungan dalam jangka
panjang. Jika dilihat dari letak lokasi Pulau Biski, sangat strategis dan memiliki
potensi yang besar untuk dikelola dan dikembangkan menjadi objek wisata
Gambar 4.3 Letak Lokasi Pulau Biski
(Sumber: Google Image)
Lokasi Pulau Biski dari jalan lintas sumatera berjarak kurang lebih 11 km
dan dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat
dalam waktu lebih kurang 20 menit. Luas area Pulau Biski yang menjadi jalan dan
lahan area parkir lebih kurang 5 hektar. Dengan potensi sumber daya alam yang
ada, masyarakat seharusnya dapat diarahkan untuk mengembangkan lokasi Pulau
Biski sebagai objek wisata, dengan pelaksanaan program ekowisata serta
penerapan pariwisata berbasis masyarakat. Pelaksanaan konsep pariwisata
berbasis masyarakat dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan terkait pelestarian lingkungan dan ekonomi. Community based
tourism (wisata berbasis masyarakat) merupakan bentuk program yang dilakukan
dengan adanya kontribusi aktif dari masyarakat desa setempat (Marpaung, 2015).
Untuk menarik keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan dan mengelola
lokasi Pulau Biski dapat dilakukan dengan perencanaan dan pembagian tugas
yang jelas. Dibutuhkan pula suatu lembaga masyarakat yang dibentuk untuk
mewadahi masyarakat dengan penerapan Forum Group Discussion (FGD) dalam
desa tempat mereka tinggal. Dengan demikian masyarakat akan memiliki rasa
tanggung jawab serta komitmen untuk terlibat karena merasa memiliki peranan
dalam program yang akan dijalankan.
Selain dari pada keinginan dan kesediaan masyarakat untuk terlibat dalam
pengembangan desa menjadi desa tujuan wisata. penting untuk mengetahui
motivasi dari masyarakat desa sehingga bersedia untuk turut berpartisipasi dalam
peningkatan pariwisata di desa. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan
beberapa masyarakat yang dipilih dan bermata pencaharian sebagai
petani/pekebun, sebagian masyarakat ingin berpartisipasi untuk meningkatkan
pariwisata di desa apabila pengembangan pariwisata tersebut dapat meningkatkan
ekonomi masyarakat lokal menjadi lebih berkembang dari sebelumnya (63,3%).
Mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani/pekebun, hal tersebut
menjadikan masyarakat menggantungkan pendapatannya dari hasil panen kebun
karet dan kelapa sawit yang mereka miliki, maupun kebun orang lain yang mereka
kelola dengan sistem bagi hasil. Hal tersebut juga mendorong keinginan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pengembangan pariwisata di desa
apabila proyek tersebut dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat desa
setempat (30%). Dengan bertambahnya peluang usaha bagi masyarakat desa
setempat, akan menambah pemasukan bagi pendapatan masyarakat, sehingga
masyarakat tidak lagi harus bergantung pada pendapatan dari hasil kebun karet
dan kelapa sawit. Selain itu, 6,7% masyarakat menyatakan kesediaannya untuk
meningkatkan potensi yang terdapat di Desa Simonis. Seperti yang dikatakan
bapak Junaidi bahwa:
“antusias untuk terlibat dalam upaya pengembangan pariwisata desa, karena makin ada peluang untuk berusaha dan pekerjaan tambahan dan bisa membangkitkan perekonomian, karena kalau dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat belum mencukupi”.
Jika ditinjau sebagai bentuk industri, pariwisata merupakan salah satu jenis
industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyedia
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta mendorong
sektor-sektor produktif lainnya. (Pendit, 2003). Keberadaan pariwisata bagi masyarakat
desa Simonis akan dapat membuka peluang usaha dan meningkatkan pendapatan
masyarakat, disamping itu juga akan mengembangkan potensi yang dimiliki desa.
Hal tersebut yang menjadi pendorong atau motivasi masyarakatnya untuk terlibat
dalam upaya pengembangan pariwisata di desa.
Keterlibatan masyarakat dapat dilakukan baik sebagai penentu kebijakan
maupun pelaksana kegiatan yang dapat dibagi sesuai dengan peranan yang
dibutuhkan. Masyarakat desa setempat dapat melakukan kerjasama, mengajak
pemilik lahan bahwa dengan mengembangkan lokasi Pulau Biski untuk menjadi
objek wisata dan dikelola secara bersama oleh masyarakat, hal tersebut akan
memberikan keuntungan yang sangat besar sekaligus sebagai upaya untuk lebih
mengembangkan desa tempat mereka tinggal melalui pengembangan pariwisata di
desa yang memberikan keuntungan yang akan diterima dalam jangka panjang
Pengelolaan objek wisata yang langsung dilakukan masyarakat mendorong
mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangan kawasan
tersebut. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dan dapat menarik partisipasi
masyarakat desa untuk turut terlibat dalam upaya pengembangan dan pengelolaan
pariwisata di desa. Dan jika dalam pengembangan suatu kawasan dilakukan oleh
masyarakat secara langsung, hal tersebut tentu akan banyak menarik partisipasi
masyarakat desa setempat, serta mendorong masyarakat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mendukung keberlanjutan pariwisata di desa sebagai upaya
pengembangan sumber daya potensial yang ada di desa untuk menjadi tujuan
wisata. Potensi masyarakat yang memiliki motivasi untuk terlibat dalam
pengembangan pariwisata di desa, hal tersebut tentunya harus diiringi dengan
jalannya program yang dilaksanakan dalam upaya pengembangannya. Dalam
wawancara yang dilakukan peneliti dengan masyarakat Desa Simonis, diperoleh
persepsi masyarakat terkait gambaran program yang diinginkan masyarakat
sehingga akan turut berpartispasi dalam upaya pengembangan desa menjadi
tujuan wisata. Mayoritas masyarakat menginginkan program yang dijalankan
sebaiknya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat (56,7%). Masyarakat
berpendapat bahwa dengan penerapan grogram yang dapat memberikan
keuntungan bagi mereka merupakan hal yang paling penting untuk
dipertimbangkan dalam pelaksanaan program pengembangan desa yang akan
dijalankan.
Dalam pengembangan suatu daerah masyarakat akan bersedia untuk
memiliki persepsi yang berbeda-beda terkait dampak pariwisata yang akan
mereka rasakan. Persepsi masyarakat terkait program yang akan memberikan
keuntungan bagi masyarakat akan menarik keinginan masyarakat untuk turut
berpatisipasi. Selain itu, 33,3% masyarakat memberikan jawaban bahwa mereka
menginginkan program yang dapat dirasakan secara nyata oleh mereka.
Masyarakat berpendapat bahwa penerapan program yang dapat dirasakan secara
nyata akan memberikan dampak tidak hanya untuk peningkatan ekonomi, tetapi
juga akan memberikan dampak positif diluar dari aspek ekonomi, seperti
perbaikan infrastruktur pada kawasan desa yang masih memerlukan perbaikan
maupun pengadaan. Selain itu, dalam pelaksanaan program pengembangan suatu
kawasan, masyarakat menginginkan program yang dapat dirasakan secara nyata,
sehingga akan lebih mendorong masyarakat untuk terlibat langsung dalam
program yang dijalankan. Selebihnya masyarakat menginginkan program yang
mudah untuk dipahami (10%). Selain keuntungan yang akan diperoleh masyarakat
serta keuntungan yang dapat dirasakan secara nyata sehingga masyarakat akan
terdorong untuk terlibat dalam program pengembangan suatu kawasan,
masyarakat akan berinisiatif terlibat pada suatu proyek pengembangan jika
program yang dijalankan mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh masyarakat,
sehingga masyarakat dapat menerima program yang dijalankan serta tidak
menimbulkan kekhawatiran akan munculnya perbedaan pendapat terkait
kerjasama yang akan disepakati. Seperti pendapat ibu Dahniar:
dirasakan secara langsung. Selain itu, untuk program yang akan dibuat, sebaiknya harus mudah dipahami sehingga tidak akan menimbulkan perbedaan pendapat terhadap program yang akan dijalankan nantinya”. Suatu program pengembangan kawasan sebaiknya akan mampu untuk
memperbaiki kehidupan dan masa depan masyarakat melalui pengembangan
terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat. Dengan adanya program
yang baik akan memberikan pengaruh terhadap kualitas lingkungan serta hunian
masyarakat, hal tersebut juga akan tercermin pada kualitas hidup masyarakatnya
(Asturi, Astuty & Syarifudin, 2014). Melihat gambaran pemikiran masyarakat
terkait kriteria program yang sebaiknya diterapkan pada pengembangan desa
Simonis yang dapat memberikan keuntungan bagi mereka, tentunya hal tersebut
harus menjadi pertimbangan dalam penentuan program yang akan dijalankan,
dengan pertimbangan perancangan konsep-konsep yang sesuai dengan keinginan
serta kemampuan masyarakat. Dan dengan adanya program yang baik, hal
tersebut tentu akan mendorong motivasi masyarakat untuk ikut terlibat. Dengan
demikian, dalam rencana pengembangan desa menjadi tujuan wisata, untuk
rancangan program yang dibuat harus memperhatikan keinginan dan harapan
masyarakat agar memberikan keuntungan bagi masyarakat dan program yang
dirancang dapat dijalankan serta diterima oleh masyaraka desa setempat.
Sebagai konsep pengembangan lokasi Pulau Biski berdasarkan hasil
observasi pada kawasan kajian, studi literatur serta gambaran pemikiran
masyarakat, dinilai dari respon masyarakat yang menyatakan keinginannya dan
kesediaannya, serta motivasi untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata di
menyimpulkan bahwa lokasi tersebut dapat dikembangkan dan ditata sebagai area
objek wisata pemandian keluarga yang di lengkapi dengan area camping, atau
outbond. Sebagai bentuk partisipasi maupun keterlibatan masyarakat dalam
pengembangan lokasi Pulau Biski sebagai objek wisata, maka berikut contoh
maupun bentuk partisipasi yang dapat dilakukan. Masyarakat yang merupakan
kaum ibu, dapat turut berpartisipasi untuk membuat produk jajanan yang dapat
dijual sebagai oleh-oleh yang dapat dibawa pulang bagi pengunjung yang datang.
Produk olahan tersebut dapat berupa makanan yang berbahan ubi dan pisang yang
banyak terdapat di Desa Simonis. Adapun bagi kaum bapak dapat berpartisipasi
menata lokasi Pulau Biski yang dilakukan secara bergotong royong, baik itu untuk
membenahi jalan untuk menuju lokasi maupun membuat pondok-pondok untuk
tempat duduk pengunjung yang datang, bertindak sebagai penyedia penyewaan
fasilitas seperti tikar, ban maupun pelampung, atau juga dapat berperan sebagai
juru atur parkir bagi kendaraan pengunjung yang datang. Sedangkan bagi
pemuda-pemudi desa dapat berperan sebagai pengawas bagi pengunjung yang
melakukan kegiatan mandi-mandi di sungai, berjaga-jaga apa bila ada pengunjung
yang tidak bisa berenang dan terseret arus sungai.
4.1.2 Analisa Potensi Gua, Mata Air, Dan Air Terjun
Selain dari potensi air sungai Aek Natas yang jernih dan keindahan alam
sekitarnya, pada lokasi Pulau Biski, Tambatan dan Sampuran terdapat potensi lain
yang dapat dikelola dan dikembangkan yaitu adanya gua-gua, dan mata air yang
dari lereng batu tersebut jernih dan bersih. Bahkan setelah dilakukan pengujian,
dan dibandingkan dengan air galon yang dijual oleh depot air yang ada di desa,
hasilnya lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi (gambar 4.4).
Gambar 4.4 Letak lokasi serta kondisi gua dan mata air di Pulau Biski
(Sumber: Google Image dan Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)
Saat ini sebagai pemanfaatan dari mata air, dibuat kolam-kolam
penampungan air yang bersumber dari lereng batu bekas pengambilan batu, serta
diisi dengan beberapa jenis ikan, seperti ikan nila, mas dan lele yang dijaga oleh
salah seorang warga masyarakat Desa Simonis (gambar 4.5).
[image:31.595.123.502.165.447.2]
Gambar 4.5Kolam ikan yang berada di Pulau Biski
[image:31.595.162.466.578.697.2]Upaya pemanfaatan sumber mata air tersebut dengan membuat
kolam-kolam, merupakan bentuk upaya awal yang positif untuk mengembangkan potensi
sumber daya alam yang ada, sehingga dapat menjadi objek yang memiliki daya
tarik yang akan menarik pengunjung datang ketempat tersebut. Hasil ternak ikan
pada kolam-kolam yang ada di lokasi Pulau Biski, menjadi potensi tambahan
untuk mendukung pengembangan kawasan Pulau Biski menjadi lokasi wisata
yang direncanakan serta dikelola dengan tepat. Bagi pengunjung yang datang
bersama keluarga dan ingin bersantai menikmati panorama keindahan alam wisata
Pulau Biski serta menikmati segarnya air sungai Aek Natas, juga dapat
memanggang ikan segar yang dapat langsung dipilih dari kolam, sehingga tidak
perlu repot membawa banyak persiapan bekal dari rumah. Sumber daya alam
yang potensial menjadi faktor penting untuk pengembangan suatu kawasan,
disamping masyarakat bertindak sebagai pengelola dari potensi sumber daya yang
ada agar terwujudnya konsep pariwisata yang berbasis masyarakat.
Keberadaan dari gua dan mata air yang ada dilokasi Pulau Biski
menambah potensi serta daya tarik untuk dapat mengembangkan pariwisata di
Desa Simonis. Perencanaan dan pengembangan desa menjadi tujuan wisata harus
pula melihat bagaimana persepsi masyarakat desa terkait dampak yang mereka
yakini akan terjadi apabila dijadikan sebagai tujuan wisata. dari hasil wawancara
peneliti dengan responden disimpulkan bahwa 55% masyarakat meyakini bahwa
dengan dijadikannya Simonis menjadi desa tujuan wisata, akan membuka peluang
lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa setempat. Sedangkan sebahagian
tujuan wisata akan dapat membuka peluang untuk masyarakat menghasilkan
produk yang dapat dijual kepada pengunjung yang datang (45%). Masyarakat
memiliki perbedaan pendapat terkait dampak yang mereka yakini apabila pada
lingkungan tempat mereka tinggal dikembangkan menjadi tujuan wisata. Seperti
pendapat bapak Asrin Munthe bahwa:
“kalau Simonis dijadikan desa wisata, pastinya akan membuka peluang usaha untuk masyarakat, dan itu merupakan dampak yang positif untuk perkembangan desa”.
Pentingnya pandangan serta pemahaman menyeluruh masyarakat terhadap
dampak pariwisata yang akan terjadi dalam perencanaan dan pengembangan suatu
daerah untuk menjadi tujuan wisata (Said, 2011). Dari potensi yang telah diyakini
oleh masyarakat apabila pada lingkungan tempat tinggal mereka dikembangkan
menjadi daerah tujuan wisata, hal tersebut dapat menjadi dasar dalam perencanaan
dan program pengembangan desa Simonis.
Potensi pengembangan lokasi Pulau Biski dengan keberadaan gua dan
mata air, menambah potensi untuk pengembangan lokasi Pulau Biski sebagai
objek daya tarik wisata. Sebagai pengembangan lokasi Pulau Biski dapat
dijadikan sebagai area camping atau perkemahan pada area sekitar lokasi gua dan
mata air berada. Hal tersebut didukung dengan adanya Pramuka yang menjadi
kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Desa Simonis sendiri terdapat beberapa
sekolah diantaranya: SD, SMP dan MTs. Tidak hanya itu, hal tersebut juga akan
menarik sekolah-sekolah yang berasal dari desa serta kecamatan lain untuk
mengadakan kegiatan perkemahan pada lokasi Pulau Biski. Selain itu disetiap
sekolah SMA, SMK, maupun MAN yang datang ke Pulau Biski untuk sekedar
menikmati keindahan alam sekitarnya atau juga mandi-mandi di sungai, hal
tersebut dapat menjadi potensi sebagai media promosi, dimana siswa-siswi
tersebut yang aktif pada kegiatan ekstrakulikuler Pramuka di sekolah dapat
melakukan kegiatan perkemahan pada area sekitar mata air dan gua yang berada
di Pulau Biski. Banyak potensi dan peluang untuk dapat mengembangkan
pariwisata di Desa Simonis, serta membutuhkan partisipasi dari masyarakat
sekitar untuk terlibat langsung dalam pengelolaannya. Hal tersebut sekaligus
sebagai upaya untuk memberdayakan sumber daya manusia yang ada di desa,
serta menarik keterlibatan dan peran serta masyarakatnya dalam mengembangkan
desa tempat mereka tinggal.
Potensi sumber daya alam lain terdapat pada lokasi wisata Sampuran,
menyuguhkan keindahan panorama air terjun yang belum banyak dikenal oleh
masyarakat luas dan masih mayoritas masyarakat sekitar Desa Simonis yang
mengetahui lokasi air terjun tersebut. Kondisi air terjun Sampuran masih asri,
sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan konsep pengembangan yang
tepat, agar tidak merusak kelestariannya. Jika potensi sumber daya yang ada
dibiarkan namun tetap dikunjungi, hal tersebut akan berpotensi menimbulkan
dampak kerusakan pada kelestarian sumber daya alam yang ada, sebab tidak
mendapat perhatian.
Lokasi air terjun Sampuran berada pada aliran sungai Aek Natas, yang
berasal dari puncak lerengan batu pada tepi sungai. Sehingga curahan air terjun
Gambar 4.6 Kondisi & letak air terjun
Sampuran
(Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)
Kemungkinan kerusakan yang akan terjadi bila suatu objek daya tarik
terus di kunjungi namun tidak mendapat perhatian yaitu kelestarian sumber daya
alam yang masih asri akan tercemar dengan sampah bungkus makanan yang
dibawa oleh pengunjung yang datang. Pengunjung tidak akan merasa bersalah jika
meninggalkan sampah karena merasa tidak ada yang melarang. Oleh sebab itu,
untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada, harus ada upaya
perencanaan pengembangan lokasi objek daya tarik air terjun Sampuran serta
melibatkan masyarakat desa setempat, agar kesadaran masyarakat juga timbul
untuk turut bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian sumber daya potensial
yang ada di desa tempat mereka tinggal.
Sebagai bentuk partisipasi masyarakat pada pengembangannya yaitu dapat
[image:35.595.123.505.73.357.2]suatu ikatan remaja mesjid (IRMI) Desa Simonis, maka dapat dilibatkan dalam
program pengembangan untuk secara langsung menjadi tim yang
bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kelestarian objek daya tarik air terjun
Sampuran berada. Sehingga potensi yang ada dapat terus dikembangkan dengan
lebih memperhatikan kelestarian objek daya tariknya.
Selain potensi air terjun Sampuran, ada juga air terjun yang berada di
samping jembatan atau titi gantung yang membentang di atas sungai Aek Natas,
dan terletak dekat dengan permukiman masyarakat dusun dua Desa Simonis, yang
[image:36.595.114.514.340.527.2]berjarak kurang lebih 150 meter dari permukiman warga (gambar 4.7).
Gambar 4.7 Letak air terjun dan titi gantung
(Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)
Keberadaan titi gantung tersebut menjadi sarana dan akses penting bagi
masyarakat untuk menyeberangi sungai, yang menghubungkan Desa Simonis
dengan Desa Perkebunan Halimbe, sehingga tidak harus jauh mutar melalui
jembatan Bandar Durian. Meskipun hanya kendaraan roda dua yeng dapat
melewati titi gantung tersebut, namun keberadaan titi gantung tersebut sangat
Perkebunan Halimbe dengan menggunakan kendaraan roda empat dapat ditempuh
dalam waktu kurang lebih 1 jam, maka akan dapat ditempuh dalam waktu 15
menit jika menggunakan kendaraan roda dua dengan melalui titi gantung.
Perawatan jembatan selama ini menjadi perhatian masyarakat desa setempat,
termasuk untuk perbaikan yang perlu dilakukan pada bagian jembatan yang rusak.
[image:37.595.182.443.264.453.2]Lebar titi gantung lebih kurang 1,5 meter. Kondisi jembatan dapat dilihat pada
gambar 4.8.
Gambar 4.8Kondisi dan aktivitas di titi gantung
(Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)
Keberadaan titi gantung yang memiliki fungsi sebagai akses yang
menghubungkan dua desa, tentu perlu mendapat perhatian yang lebih, sehingga
bila keberadaan titi gantung tersebut dikembangkan untuk menjadi salah satu
objek daya tarik yang dapat dikunjungi oleh masyarakat luas, akan berdampak
positif terhadap perawatan jembatan tersebut. Pengembangan lokasi titi gantung
akan banyak menarik keterlibatan masyarakat Desa Simonis. Hal tersebut
didukung dengan lokasi titi gantung yang berada dekat dengan permukiman
yang berada dekat di samping titi gantung, menambah keindahan panorama yang
dapat dinikmati keindahan serta kesejukan airnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bila perencanaan
pengembangan desa telah berjalan, maka masyarakat harus pula siap dengan
perubahan yang akan terjadi terhadap keadaan lingkungan dan sosial budaya pada
masyarakat. Dari hasil wawancara yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa
masyarakat tidak keberatan bila terjadi perubahan secara fisik terhadap
lingkungan tempat mereka tinggal (60%). Adapun selain itu, masyarakat
memberikan jawaban bahwa mereka setuju terhadap semua perubahan yang akan
terjadi (40%). Masyarakat desa Simonis memahami bahwa dengan adanya
perubahan yang akan terjadi pada lingkungan tempat tinggal mereka, hal tersebut
akan menjadikan lingkungan tempat tinggal mereka tertata menjadi lebih baik.
Seperti pendapat bapak Samuki Munthe bahwa:
“Dalam pengembangan desa Simonis untuk menjadi tujuan wisata
seharusnya diiringi dengan perbaikan infrastruktur desa seperti jalan, untuk mendukung jalannya pariwisata, dengan kemudahan akses menuju ke lokasi wisata. Jadi, kalau pun ada perubahan yang akan terjadi hal tersebut tidak masalah asalkan tujuannya untuk pengembangan desa”. Pariwisata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga aspek, yaitu: ekonomi, fisik dan social
(Marpaung, 2002). Perubahan yang terjadi seharusnya dapat membangun
masyarakat lokal dan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi yang sesuai
keinginan masyarakat, agar menghasilkan hal-hal positif dalam perencanaan
Jika dilihat dari potensi keberadaan titi gantung dan adanya air terjun yang
menambah daya tarik, maka hal tersebut sangat potensial untuk dikembangkan
sebagai objek daya tarik wisata. Sebagai pengembangan terhadap potensi titi
gantung dan air terjun yang berada dekat dengan permukiman warga dusun 2
Desa Simonis, maka potensi untuk mengembangkan lokasi tersebut sebagai objek
wisata dapat dilakukan menjadi objek wisata panorama sungai Aek Natas, dimana
pengunjung yang datang dapat menikmati sungai Aek Natas dan panorama air
terjun dari atas titi gantung. Selain itu, bagi para pengunjung yang memiliki
kegemaran fotografi juga akan menjadi objek yang menarik dengan keberadaan
titi gantung di dukung juga dengan adanya keindahan panorama air terjun. Tidak
hanya itu, potensi lain untuk mengembangkan lokasi titi gantung yaitu sebagai
objek wisata kuliner buah durian, hal tersebut didukung dengan telah ditanamnya
pohon durian di area dekat titi gantung berada, dimana area tersebut merupakan
perkebunan kelapa sawit milik warga masyarakat sekitar yang berada di belakang
permukiman masyarakat. Potensi partisipasi masyarakat bila objek daya tarik titi
gantung dikembangkan sebagai objek daya tarik wisata hal tersebut dapat
dilakukan dengan menarik keterlibatan masyarakat setempat untuk secara
bergotong royong mulai menata area titi gantung agar lebih menarik untuk di
kunjungi, diantaranya masyarakat khususnya kaum bapak dan muda-mudi desa
dapat membuat pondok-pondok pada tepi sungai Aek Natas sebagai tempat duduk
pengunjung yang datang, dimana dari tempat tersebut dapat menikmati panorama
alam sekitar sungai, juga menyediakan area parkir bagi kendaraan pengunjung.
jajanan yang dapat dijual sebagai oleh-oleh yang dapat dibawa pulang bagi
pengunjung yang datang. Produk olahan tersebut dapat berupa makanan yang
berbahan ubi dan pisang yang banyak terdapat di Desa Simonis. Bentuk
partisipasi masyarakat tersebut merupakan penerapan pengembangan wisata yang
berbasis masyarakat (Community based tourism), dimana masyarakat secara
langsung mengelola potensi objek wisata dan mendapatkan hasilnya.
Dari potensi sungai, mata air dan gua yang berada pada tepi aliran sungai
Aek Natas ada potensi tambahan yang sebenarnya juga memiliki daya tarik yaitu
adanya lereng-lerang bekas pengambilan batu yang terdapat di sepanjang sungai
Aek Natas (gambar 4.9).
Gambar 4.9 Lereng bekas pengambilan batu
sepanjang sungai Aek Natas
[image:40.595.117.507.350.717.2]Adanya daya tarik dari lereng bekas pengembilan batu juga merupakan
potensi yang dapat dikembangkan menjadi objek daya tarik wisata. Lokasi dari
lereng pengambilan batu terletak si sepanjang aliran sungai Aek Natas dimulai
dari lokasi Pulau Biski, Pantai Aruan, Tambatan dan Sampuran. Keberadaan dari
lereng bekas pengambilan batu tersebut dapat menambah potensi untuk
pengembangan wisata, dimana hal tersebut dapat menjadi penghubung dari
beberapa potensi lokasi dari sungai Aek Natas yang telah dibuka sebagai objek
wisata. Selain itu menjadi objek yang menarik bagi penggemar fotografi untuk
berfoto bahkan juga sebagai lokasi bagi para calon pasangan pengantin untuk
melakukan pengambilan gambar prewedding.
4.1.3 Analisa Potensi Panorama Pemandangan dan Bukit
Potensi sumber daya alam yang lain yang terdapat di Desa Simonis yaitu
adanya panorama pemandangan batu Sinallung atau juga dikenal dengan bukit
kembar yang keindahannya dapat dinikmati dari beberapa titik lokasi, salah
satunya dari lokasi Tambatan. Bukit tersebut memiliki sejarah yang banyak
dikenal oleh masyarakat Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara
pada umumnya termasuk masyarakat Desa Simonis. Keindahan dan keunikan dari
batu Sinallung serta adanya historis dari batu tersebut, sebenarnya sangat
berpeluang untuk menjadi landmark bagi daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Hal itu didukung dengan letak dari batu Sinallung yang tidak berada dalam jajaran
bukit barisan, dan terletak di tengah perkebunan karet PT. Socpindo, sehingga hal
melintas dari jalan lintas Sumatera. Panorama keindahan bukit tersebut dapat
dipandang dan dinikmati secara langsung dari Tambatan tanpa harus
[image:42.595.113.512.160.410.2]menggunakan teropong (gambar 4.10).
Gambar 4.10 Letak Batu Sinallung atau Bukit Kembar
(Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)
Dalam perencanaan pengembangan suatu daerah untuk menjadi tujuan
wisata juga memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk bekerja sama
dalam proses dan tahapan pelaksanaannya. Mayoritas masyarakat sangat
mendukung keberadaan pendatang apabila mereka mampu membangun desa
Simonis menjadi tujuan wisata (83,3%). Keterbukaan masyarakat untuk menerima
pendatang di desa, sebaiknya menjadi pertimbangan pihak perencana
pengembangan pariwisata di desa, dalam menentukan metoda pelaksanaan
pariwisata yang paling tepat untuk diterapkan. Sedangkan yang menyatakan tidak
setuju jika ada pendatang karena khawatir akan membawa dampak negatif
hal yang lumrah terjadi, namun hal tersebut berpotensi terhadap timbulnya
tantangan pada pelaksanaan program. Dalam menghasilkan kebijakan yang dapat
diterima seluruh pihak, membutuhkan keterlibatan dari berbagai disiplin ilmu
yang terkait pada program pengembangan. Perencanaan, pengembangan, serta
pemasaran suatu destinasi atau kawasan yang menjadi daerah tujuan wisata, yang
mana kawasan tersebut dapat merupakan suatu provinsi, kabupaten, kecamatan
bahkan suatu desa, memerlukan kerjasama yang erat dari pihak pemerintah,
perencana fisik, arsitek, analisis finansial, dan investor, juga dapat membutuhkan
pakar ekonomi, sosiologi, purbakala, dan banyak professional lainnya (Hadinoto,
1996). Dengan demikian, diperlukan pemahaman menyeluruh pada masyarakat
terhadap hadirnya pendatang di desa lingkungan tempat mereka tinggal. Hal
tersebut sebagai upaya agar masyarakat terbuka untuk menerima orang lain atau
pendatang yang masuk kedesa mereka, juga siap untuk bekerjasama dalam upaya
pengembangan Desa Simonis menjadi tujuan wisata.
Sebagai konsep perancangan pada objek daya tarik Batu Sinallung dapat
dibuat cable car (kereta gantung) untuk menghubungkan kedua bukit tersebut,
sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan dari atas kereta gantung.
Konsep pengembangan wisata kereta gantung yang telah ada yaitu seperti kereta
gantung yang ada di kota Rio De Janeiro, Brazil juga kereta gantung yang terdapat
di Venezuela. Sebagai potensi pengembangan pada objek daya tarik batu
Sinallung juga dapat menjadi objek pilihan wisata bagi yang menyukai kegiatan
masyarakat Labuhanbatu Utara bahwa selama ini belum ada yang mampu untuk
mencapai puncak bukit kembar atau batu Sinallung tersebut.
[image:44.595.113.512.129.277.2]Kota Rio De Janeiro, Brazil Venezuela.
Gambar 4.11 Wisata kereta gantung yang telah ada
(Sumber: http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/)
Bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan objek daya tarik
batu Sinallung yaitu khususnya bagi para muda-mudi desa dapat berperan sebagai
pemandu jalan bagi wisatawan yang tertarik untuk melakukan panjat tebing, hal
tersebut sebagai pendayagunaan potensi sumber daya manusia yang ada, yang
akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, serta menjadikan
masyarakat menjadi lebih aktif dan kreatif.
Selain panorama pemandangan Batu Sinallung ada juga bukit yang dikenal
oleh masyarakat Desa Simonis pada umumnya sebagai bukit tertinggi yang ada di
Desa Simonis, yaitu bukit Tor Simargolang, yang merupakan bagian dari jajaran
bukit barisan. Dari puncak bukit Tor Simargolang dapat memandang seluruh Desa
Simonis juga keindahan panorama Batu Sinallung. Tidak hanya itu, dari puncak
bukit Tor Simargolang juga dapat melihat desa-desa sekitar seperti Desa Meranti
Omas, Desa Sibito, Desa Perkebunan Halimbe, dan Desa Perkebunan Aek
Gambar 4.12 Letak Bukit Tor Simargolang
(Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)
Jarak bukit Tor Simargolang dengan jalan lintas Desa Simonis lebih
kurang 500 meter. Dan untuk menuju ke lokasi dapat dicapai dengan kendaraan
roda empat maupun roda dua. Bukit Tor Simargolang oleh masyarakat desa
Simonis dijadikan sebagai lahan perkebunan karet dan kelapa sawit. yang status
lahannya dimiliki oleh beberapa orang. Bukit Tor Simargolang sebagai bukit
tertinggi di Desa Simonis, memiliki potensi untuk dikembangkan dan dikelola
dengan lebih baik, tidak hanya menjadi lahan perkebunan saja bagi masyarakat,
tetapi bila potensinya direncanakan dan dikelola sebagai objek wisata, tentu akan
lebih menguntungkan bagi masyarakat serta akan memberikan keuntungan dalam
jangka panjang.
Kemudian terkait rencana pengembangan desa menjadi tujuan ekowisata
yang mengarah pada wisata berbasis masyarakat, hal tersebut tentu memiliki
hayati. Maka dari itu, dalam pengembangan kawasan menjadi tujuan wisata
penting bagi perencana pengembangan kawasan untuk memikirkan
program-program pelestarian dapat terus menjaga kelestarian lingkungan desa. Jika dilihat
dari respon masyarakat apabila program pelestarian lingkungan dilaksanakan di
desa mereka, mayoritas masyarakat menyatakan siap mendukung (86,7%),
sedangkan sebagian masyarakat tidak paham terhadap program pelestarian
lingkungan (13,3%). Dengan demikian masyarakat perlu untuk diberi penerangan
dan pengarahan untuk pengembangan ekowisata di desa mereka. Sehingga dengan
demikian dukungan dan kesiapan masyarakat untuk menjalankan program
pelestarian lingkungan semakin optimal. Hal tersebut seperti pendapat Bapak
Rahmat Syahputra, bahwa:
“untuk pelaksanaan program pelestarian lingkungan di Desa
Simonis saya rasa sangat cocok sekali, karna melihat potensi terbesar yang ada di desa ini ya potensi sumber daya alamnya, terutama dari sektor pertanian yang memang menjadi penghasilan utama mayoritas masyarakat desa ini”.
Jika disimpulkan secara keseluruhan, sebagian besar masyarakat
mendukung adanya program pelestarian lingkungan di desa mereka. Dalam
penerapan program pelestarian dengan cara pembudidayaan harus melibatkan
masyarakat. Partisipasi masyarakat akan mendorong mereka untuk bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Keterlibatan masyarakat yang berbasis
pengetahuan lokal akan memberikan keuntungan pada program pelestarian
lingkungan yang akan dijalankan. Dengan adanya keterlibatan masyarakat lokal
akan memudahkan pihak lain untuk memperoleh informasi yang tidak diketahui
masyarakat lokal dalam program pelestraian lingkungan diharapkan akan dapat
melibatkan masyarakat desa keseluruhan, sebab masyarakat yang akan menerima
manfaat dari jalannya program pelestarian lingkungan tersebut.
[image:47.595.149.472.158.390.2]
Gambar 4.13 Panorama pemandangan dari puncak bukit Tor Simargolang
(Sumber: Dokumentasi pribadi : Tahun 2016)
Saat ini, pada lokasi bukit Tor Simargolang sebagian mulai ditanami
dengan pohon buah-buahan. Potensi bukit Torsimargolang dapat dirancang
sebagai objek wisata menara pemandangan untuk memandang keindahan
panorama alam Desa Simonis dan sekitarnya, juga untuk menikmati keindahan
panorama saat matahari tenggelam maupun terbit yang di lengkapi dengan kebun
buah. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Bapak Suhendro sebagai salah
satu pemilik lahan dari lokasi Bukit Tor Simargolang:
Adanya gambaran pemikiran masyarakat untuk mengembangkan daya
tarik yang ada di desa tempat mereka tinggal, merupakan potensi yang dapat
mendukung pelaksanaan pengembangan wisata di desa. Di wilayah Indonesia
sendiri untuk objek wisata menara pandang masing sedikit dan diantara yang
sudah dikenal adalah menara pandang Tele yang berada di jalan Tele, Pangururan,
dan menara pandang Siring yang berada di kota Banjarmasin (gambar 4.14)
[image:48.595.117.511.243.391.2]Menara pandang Tele Menara pandang Siring
Gambar 4.14 Objek wisata menara pandang
(Sumber: Dokumentasi pribadi : Tahun 2016)
Sebagai upaya awal yang mulai dilakukan untuk menjadikan Desa Simonis
menjadi daerah tujuan wisata yang berbasis masyarakat dengan arah
pengembangan ekowisata, masyarakat desa setempat secara bersama-sama mulai
mencanangkan program untuk menanam pohon buah-buahan. Hal tersebut
merupakan langkah positif sebagai upaya untuk pengembangan desa sekaligus
peningkatan pendapatan masyarakat. Adanya upaya yang dilakukan untuk
pemanfaatan sumber daya alam yang ada, merupakan suatu potensi untuk dapat
4.1.4 Potensi sektor pertanian
Salah satu hasil andalan dari Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah kelapa
sawit dan karet, baik lahan yang dimiliki masyarakat maupun yang dimiliki
perusahaan swasta dan BUMN. Kondisi topografi dan tanah yang mendukung
untuk dijadikan lahan bertani atau berkebun, oleh masyarakat dikelola dan
dimanfaatkan untuk menanam komoditi tanaman kelapa sawit dan karet (gambar
[image:49.595.121.496.274.409.2]4.15).