• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis Kabupaten Labuhanbatu Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis Kabupaten Labuhanbatu Utara"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Wawancara “Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis”

Dengan ini saya meminta kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini. Adapun ini merupakan kebutuhan pengumpulan data untuk menyelesaikan tugas skripsi dan mata kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan2 di Jurusan Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Peneliti : Wika Candra Kasih

Pokok Pembahasan : Potensi Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Pengembangan Sumber Daya Potensial Desa Tujuan wawancara : Menemukan gambaran pemikiran dan daya

dukung masyarakat desa untuk terlibat dalam perencanaan pengembangan desa menjadi daerah tujuan wisata

DATA RESPONDEN

Nama : ... Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur : 18-25 tahun 26-40 tahun 41-55 tahun >55 tahun Pendidikan : SD/Sederajat SMP/Sederajat

SMA/Sederajat Diploma/Sederajat S1

Pekerjaan : Petani/Pekebun Tukang

Berdagang Tidak Bekerja

Lain-lain

(Mohon Sebutkan : ... ) Sebagai Petani/Pekebun : Kelapa Sawit Karet

Lainnya

(Sebutkan : ... ) Status Kepemilikan Lahan : Milik Pribadi Milik Orang Lain

1.Apakah anda menginginkan desa tempat tinggal anda sebagai tujuan wisata? a. Ya, saya ingin desa ini sebagai tujuan wisata

b. Saya tidak menginginkan desa ini sebagai tujuan wisata

2. Apakah anda berkenan untuk terlibat dalam meningkatkan pariwisata di desa ini?

a. Bersedia b. Tidak Bersedia

3. Apa motivasi anda ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pariwisata di desa ini?

a. Apabila potensi daerah desa dikembangkan

b. Apabila pengembangan pariwisata tersebut meningkatkan pemasukan keluarga

c. Apabila tingkat ekonomi masyarakat lokal menjadi lebih berkembang dari sebelumnya

(2)

b. Program yang memberi keuntungan untuk saya dan masyarakat desa

5. Apakah anda menginginkan pertanian/perkebunan sebagai sumber mata pencaharian anda untuk kedepannya?

a. ya, sebab pertanian/perkebunan memberikan penghasilan yang menjanjikan untuk kedepannya.

b. tidak, sebab penghasilan yang diperoleh tidak mencukupi

6. Apa yang anda yakini bila desa anda dijadikan sebagai tujuan wisata?

a. produk lokal dari desa akan banyak dijual kepada pengunjung yang datang b. terbukanya peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.

7. Apakah anda siap dengan perubahan yang akan terjadi untuk keadaan lingkungan dan sosial budaya di desa ini?

a. Tidak masalah sebatas perubahan yang terjadi secara fisik untuk lingkungan tempat tinggal

b. Setuju apabila terjadi perbaikan dalam bentuk apapun.

8. Apakah anda bersedia apabila ada pihak lain dari luar untuk memahami dan meneliti tentang daerah tempat tinggal anda sekarang?

a. Saya siap menerima pihak lain b. Saya tidak bersedia ada pihak lain

9. bagaimana pendapat anda bila desa anda dikembangkan dengan menerapkan program pelestarian lingkunga?

a. Mendukung

b. Tidak paham mengenai program pelestarian lingkungan

10. Apakah pendapatan di desa ini cukup untuk anda memenuhi seluruh kebutuhan hidup?

a. Ya, cukup b. Tidak cukup

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W., Astuti, D. W. & Syarifudin, D. (2015). Contribution of

Community-Based Development Toward Environment Improvement As an Effort of

Poverty Alleviation. Journal of Procedia – Social and Behavioral Sciences, 179, 250-257.

Damanik J. & Weber H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata, Dari Teori Keaplikasi.

Yogyakatra: Pusat Studi Pariwisata UGM dan Andi

Daim, M. S., Bakri, A. F., Kamarudin, H. & Zakaria, S. A. (2012). Being

Neighbor to A National Park: Are We Ready for Community Participation?.

Journal of Procedia Social and Behavioral Sciences, 36, pp. 214;219.

Devarani, L. & Basu, D. (2009). Participatory Wetland Management in Loktak

Lake: A Road to Sustainable Development. Journal of Crop and Weed, 5(1),

178-190

Diniz, S. R., Falleiro, S. P. & Barros, M. M. D. (2014). A Study of The Gendered

Perception of Tourism in Coastal Goa, India. Journal of Researchers World

– Journal Of Arts, Science &Commerce, 5(4), 160-171

Fandeli, C. & Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas

Kehutanan UGM

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Jakarta: UI-PRESS

(4)

Ismail, W. A. W. & Said, I. (2015). Integrating the Community in Urban Design

and Planning of Public Spaces: A review in Malaysian Cities. Journal of

Procedia Social and Behavioral Sciences, 168, pp. 363.

Muljadi, A.J. 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Rajawali Pres

Marpaung. H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta

Marpaung, H. & Bahar, H. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta

M. O. Y. Beny. 2015. Suatu Kajian Ilmiah Mengenai Strategi Komunikasi Di

Suatu Kampung. Medan: Program Studi Magister Teknik Arsitektur USU

Pendit, N.S. 2003. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT.

Pradnya Paramita

Prabhakaran, S., Nair, V. & Ramachandran, S. (2014). Community Participation

in Rural Tourism: Towards A Conceptual Framework. Journal of Procedia

Social and Behavioral Sciences, 144, 290–295.

Ross, G.F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Said, H. M. (2011). Promoting Community Based Tourism In Bajau Laut

Community In Kampung Pulau Gaya, Sabah. Ersiti Tun Abdul Razak

E-Journal, 7(2), 46-57.

Sinulingga.S.2012. Metode Penelitian. Medan: USU Press

Spillane, J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi dan Rekayasa

Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Wahab, Salah. (1975). Tourism Management (hal.55). London: Tourism

(5)

Warpani, S. P. & Warpani, I. P. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah.

Bandung: ITB

Wester, M. (2009) Cause and Consequences of Crises: How Perception Can

Influence Communication. Journal of Article In Journal Of Contingencies

And Crisis Management, 17(2), 118 -125.

WTO (1993) Sustainable Tourism Development: A Guide for Local Planners,

Madrid: World Tourism Planners

Yoeti,Oka.A.1985.Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandunng:Angkasa

Yoeti,Oka.A.1995.Tour Travel Management.Jakarta:PT Pradnya Paramita

Yoeti,Oka.A.1996. Anatomi Pariwisata. Bandung: Angkasa

Yoeti,Oka.A.2005.Perencanaan Strategi Pemasaran, Derah Tujuan Wisata.

Jakarta: PT Pradnya Paramita

Website : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Labuhanbatu_Utara.

Website : http://labuhanbatuutarakab.go.id

Website : http://mengakubackpacker.blogspot.co.id

Website : http://gunung leuser.or.id

(6)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, hal tersebut

sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan Sinulingga (2012), bahwa tujuan dari

penelitian deskriptif adalah untuk mendeskripsikan secara faktual dan akurat fakta

serta yang terjadi dalam penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini penelitian yang

dilakukan yaitu terkait sumber daya potensial yang terdapat di Desa Simonis serta

gambaran pemikiran masyarakat untuk terlibat dalam upaya pengembangan

pariwisata di desa. Selain itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif, dimana data yang akan dikumpulkan bersifat kualitatif.

Penelitian ini juga dikatagorikan sebagai penelitian survei, dimana

data-data yang diperlukan akan dikumpulkan melalui wawancara dengan pihak

pemerintahan kabupaten yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam

pembangunan daerah, pihak pemerintahan desa yang berwenang, tokoh

masyarakat, dan masyarakat desa setempat juga melakukan observasi langsung

pada kawasan kajian.

3.2 Data Penelitian

Adapun dalam melakukan identifikasi terhadap gambaran pemikiran

masyarakat dalam upaya pengembangan desa menjadi tujuan wisata, serta

(7)

1. Objek daya tarik potensial yang terdapat di Desa Simonis.

2. Gambaran pemikiran masyarakat terhadap upaya pengembangan pariwisata di

desa.

Kemudian untuk memperoleh data terkait gambaran pemikiran masyarakat

dalam upaya pengembangan objek daya tarik potensial yang terdapat di Desa

Simonis, maka peneliti akan mengajukan pertanyaan kepada responden yang

terpilih, yaitu:

1. Mengetahui status responden seperti, umur, jenis kelamin, latar belakang

budaya, pendidikan dan pekerjaan.

2. Mengetahui bagaimana persepsi dan partisipasi responden terhadap rencana

pengembangan objek daya tarik potensial yang ada di Desa Simonis untuk

menjadi tujuan wisata.

3.3 Populasi / Sampel Penelitian

Populasi merupakan batasan dari objek yang akan diteliti, mempunyai

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti, sedangkan sampel adalah

bagian dari populasi yang tidak menggunakan semua data untuk diambil

melainkan hanya perwakilan dari populasi, serta alasan penggunaan sampel untuk

mempelajari karakteristik adalah agar mengefisiensi waktu, biaya dan teknis yang

dilakukan dalam penelitian (Sinulingga, 2012). Sebagai populasi dalam penelitian

ini adalah masyarakat Desa Simonis. Berdasar data BPS (2013) diketahui bahwa

jumlah total penduduk Desa Simonis adalah sebanyak 2338 jiwa. Sedangkan

untuk sampel pada penelitian ini, berpedoman berdasarkan penelitian sejenis yang

(8)

stakeholder dan masyarakat desa setempat. Adapun metode yang digunakan

dalam pengambilan sampel yang akan menjadi responden yaitu menggunakan

metode Purposive Sampling. Selain itu, dalam penentuan karakteristik responden,

peneliti menentukan batasan yang akan menjadi responden yaitu: masyarakat

yang termasuk dalam kategori dewasa, dan mempertimbangkan masyarakat yang

mengetahui keadaan desa, memiliki gambaran pemikiran mengenai desa tempat

tinggalnya, mampu menggambarkan dan memahami potensi desa untuk kemajuan

seluruh masyarakat desa. Sedangkan untuk jumlah sampel yang diambil untuk

menjadi responden yaitu 30 responden berdasarkan penentuan ukuran sampel rule

of thum Roscoe, 1975 (Sinulingga, 2012), maka peneliti mengambil sampel

sebanyak 30 orang yang terdiri dari masyarakat desa dan stakeholder.

3.4 Metoda Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

Dalam pengumpulan data peneliti akan melakukan studi literature, wawancara,

serta observasi langsung pada kawasan kajian.

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis sumber data, yaitu:

berupa data kualitatif yaitu wawancara dan observasi langsung pada kawasan

kajian. Peneliti akan secara langsung datang pada kawasan kajian untuk

melakukan observasi, disamping itu juga peneliti akan melakukan wawancara

(9)

3.4.2 Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder merupakan data yang bersumber dari

observasi pustaka. Adapun yang menjadi referensi literatur untuk menetukan

potensi-potensi desa yang dapat digali untuk dapat dikembangkan sebagai daerah

tujuan wisata dengan basis masyarakat, diambil dari buku-buku, serta jurnal atau

karya ilmiah sejenis lainnya yang pernah diteliti mengenai pariwisata dengan

basis partisipasi masyarakat.

Berikut pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk

mengidentifikasi gambaran pemikiran masyarakat terkait rencana pengembangan

pariwisata di desa dengan potensi sumber daya potensial desa sebagai tujuan

wisata:

1. Apakah anda menginginkan desa tempat tinggal anda sebagai tujuan wisata?

2. Apakah anda berkenan untuk terlibat dalam meningkatkan pariwisata di desa

ini?

3. Apa motivasi anda ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pariwisata di desa

tempat anda tingal?

4. Program seperti apa yang membuat anda akan ikut berpartisipasi?

5. Apakah anda menginginkan pertanian/perkebunan sebagai sumber mata

pencaharian anda untuk kedepannya?

6. Apa yang anda yakini bila desa anda dijadikan sebagai tujuan wisata?

7. Apakah anda siap dengan perubahan yang akan terjadi untuk keadaan

(10)

8. Apakah anda bersedia apabila ada pihak lain dari luar untuk memahami dan

meneliti tentang daerah tempat tinggal anda sekarang?

9. Bagaimana pendapat anda bila desa anda dikembangkan dengan menerapkan

program pelestarian lingkungan?

10. Apakah pendapatan di desa ini cukup untuk anda memenuhi seluruh

kebutuhan hidup?

3.5 Kawasan Penelitian

Dalam penentuan kawasan kajian, peneliti memperhatikan tiga unsur,

yaitu adanya tempat, masyarakat dan kegiatan pada daerah tersebut. Adanya

tempat, masyarakat, dan kegiatan yang dilakukan merupakan unsur yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan

identifikasi sumber daya potensial desa Simonis yang dapat dikelola dan

dikembangkan, serta keinginan masyarakat untuk terlibat apabila desa tempat

mereka tinggal dijadikan tujuan wisata, serta pemahaman masyarakat mengenai

keadaan fisik kawasan desa yang mereka tempati.

Kawasan kajian yang dipilih pada penelitian ini adalah Desa Simonis.

Simonis merupakan desa yang terletak di Kecamatan Aek Natas, dengan luas

wilayah 6.114 Ha2 dan jumlah penduduk 2338 jiwa berdasarkan data BPS 2012.

Topologi Desa Simonis secara keseluruhan merupakan daerah yang berbukit.

Salah satu perbukitan yang terkenal di Desa Simonis yaitu bukit Tor Simargolang.

Selain berbukit, kawasan desa Simonis juga dilalui oleh dua sungai (aek), yaitu

Aek Natas dan Aek Kuo. Hal tersebut menjadi dasar penamaan dari Kecamatan

(11)

potensi sumberdaya potensial desa tersebut. Masyarakat yang menghuni tempat

tersebut memahami potensi sumber daya potensial desa. Secara fisik tempat

tersebut memiliki potensi untuk direncanakan sebagai tujuan wisata meskipun

memerlukan proses yang panjang. Unsur alamiah pada tempat tersebut, potensi

untuk dirancang sebagai tujuan wisata. Kehidupan sebagai petani dan adanya

beragam etnik merupakan suatu potensi penting untuk pengembangan pariwisata

di Desa Simonis.

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Labuhanbatu Utara

(12)

Gambaran kawasan Desa Simonis

Lokasi Kawasan Desa Simonis

Kantor kepala desa, Desa Simonis

Gambar 3.2 Gambaran letak lokasi kawasan kajian

(13)

Pemilihan kawasan kajian juga didasari oleh beberapa alasan, diantaranya

: Desa Simonis merupakan salah satu desa binaan yang berada di Kecamatan Aek

Natas. Sedangkan kecamatan Aek Natas pada tahun 2013 mendapat penghargaan sebagai Kecamatan Terbaik tingkat Provinsi Sumatera Utara, hal tersebut tentunya menjadi nilai positif yang menjadi peluang besar untuk terus mengembangkan potensi

daerah yang dimiliki. Disamping itu juga, lokasi kawasan yang cukup familiar oleh

peneliti.

3.6 Metoda Analisa Data

Untuk mengidentifikasi data-data yang telah diperoleh baik hasil

wawancara, foto-foto hasil pengamatan pada kawasan kajian serta studi literatur

yang berkaitan dengan objek penelitian, dilakukan analisis dengan

mengklasifikasikan berdasarkan sifat-sifatnya. Sedangkan untuk analisis data

verbal dikakukan dengan mencari esensinya, serta menggunakan teori sebagai alat

landasan.

Kemudian, setelah peneliti melakukan analisis terhadap seluruh data yang

diperoleh, maka ditarik suatu kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian

terhadap konsep pengembangan pariwisata yang sesuai dengan sumber daya

(14)

3.7 Kerangka Penelitian

Gambar 3.3 Kerangka Penelitian

(Sumber: Analisa Peneliti)

LATAR BELAKANG

Perencanaan dan pengembangan wisata sering kali tidak memperhatikan gambaran pemikiran masyarakat, sehingga pengembangan yang dilakukan tidak sesuai potensi pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat setempat. Dalam perencanaan pengembangan desa penting untuk mengkaji sumber daya potensial dan persepsi masyarakat setempat, guna menyesuaikan pengembangan objek daya tarik serta keinginan pasar yang potensial.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pengembangan pariwisata dengan potensi sumber daya potensial yang ada serta didukung dengan partisipasi masyarakat?

ANALISIS DATA  Potensi sumber daya alam &

sosial

 Persepsi/gambaran pemikiran

KESIMPULAN AKHIR JUDUL PENELITIAN

WISATA BERBASIS MASYARAKAT STUDI KASUS DESA SIMONIS KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

PENELITIAN

(15)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam pengembangan suatu tempat menjadi daerah tujuan wisata, penting

untuk memahami potensi-potensi sumber daya yang terdapat di daerah tersebut.

Dengan mengerti pentingnya lingkungan, hal tersebut akan memberikan

pemahaman terhadap potensi-potensi yang dapat dikembangkan pada suatu

daerah, untuk menjadi daerah tujuan wisata yang akan memberikan dampak

positif pada perkembangan daerah tersebut (Marpaung, 2015). Dari hasil

penelitian dan observasi yang dilakukan secara langsung pada kawasan kajian,

peneliti membagi potensi yang ada pada Desa Simonis menjadi dua bagian yaitu:

potensi sumber daya alam dan potensi sosial budaya masyarakat.

4.1.6 Analisa Objek Daya Tarik Potensial Desa

Hasil observasi yang dilakukan pada kawasan kajian, ditemukan beberapa

sumber daya alam desa yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek daya

tarik wisata, yaitu: sungai; air terjun; panorama pemandangan dan sektor

pertanian, serta potensi sosial budaya masyarakat setempat. Menurut Marpaung

(2002) bahwa adanya daya tarik wisata merupakan aktifitas dan fasilitas yang

saling berhubungan, serta dapat menimbulkan minat pengunjung untuk datang

pada suatu daerah tertentu, dan daya tarik yang belum dikembangkan hanya akan

menjadi sumber daya potensial dan belum dapat dikatakan sebagai objek daya

(16)

daya tarik tersebut. Diperlukan adanya rencana dan upaya untuk

pengembangan objek daya tarik yang ada, sehingga potensi yang ada dapat

terkelola dengan lebih baik dan menjadi objek daya tarik wisata yang dilengkapi

dengan aktifitas dan fasilitas yang saling berhubungan, yang akan menarik minat

wisatawan untuk datang pada objek daya tarik yang telah direncanakan dan

dikelola sesuai dengan strategi pengembangan yang ditentukan.

Masyarakat pada umumnya menginginkan adanya perkembangan pada

desa tempat mereka tinggal. Dengan adanya rencana pengembangan desa untuk

menjadi desa tujuan wisata, masyarakat menyambut baik rencana tersebut dan

menyatakan keinginannya bila Desa Simonis dapat dijadikan sebagai tujuan

wisata. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 30 orang responden,

semua memberikan jawaban bahwa mereka ingin bila Desa Simonis dijadikan

sebagai tujuan wisata (100%). Hal tersebut disimpulkan berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan masyarakat Desa Simonis yang bermata pencaharian

sebagai petani/pekebun. Seperti yang disampaikan oleh bapak Ramli Munthe

salah seorang masyarakat desa Simonis yang sudah lama tinggal di desa tersebut.

Beliau menyampaikan pendapatnya terkait pengembangan desa untuk menjadi

desa tujuan wisata.

(17)

Dalam pengertian modern pariwisata menurut E. Guyer F. (Yoeti, 1985)

timbul karena kebutuhan dan keinginan yang beraneka ragam, termasuk

menumbuhkan rasa cinta terhadap keindahan alam. Dengan besarnya keinginan

masyarakat bila desa mereka dijadikan tujuan wisata, maka untuk rencana

pengembangan Desa Simonis sebagai tujuan wisata sangat berpeluang untuk

dilakukan. Sebab masyarakat sebagai salah satu penentu dalam kebijakan telah

menyatakan keinginannya untuk menjadikan desa mereka sebagai tujuan wisata,

serta sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap potensi keindahan alam desa

tempat mereka tinggal.

Selain keinginan yang besar dari masyarakatnya untuk menjadikan desa

mereka sebagai tujuan wisata, ketika ditanya prihal kesediannya untuk terlibat

dalam upaya pengembangan pariwisata di desa. mayoritas masyarakat

memberikan jawaban bersedia untuk terlibat dalam upaya pengembangan

pariwisata di desa (90%). Masyarakat merupakan orang-orang yang memiliki

pengaruh dalam penentu kebijakan untuk berkembangnya suatu daerah (Devani

dan Basau, 2009). Dalam mengembangkan suatu perancangan, masyarakat akan

turut berpartisipasi jika mereka diikutsertakan dalam proses perancangan.

Partisipasi harus memberdayakan masyarakat sebagai penentu dalam

tahapan-tahapan proyek, sekaligus membelajarkan masyarakat untuk memiliki

tanggungjawab, komitmen dan hasil maupun resiko yang mungkin dicapai melalui

proyek (Damanik dan Weber,2006). Sehingga, semakin banyak masyarakat yang

bersedia untuk terlibat, maka peluang untuk mengembangkan desa menjadi tujuan

(18)

salah seorang masyarakat desa Simonis yang memilki lahan perkebunan kelapa

sawit dan juga merupakan tenaga pendidik pada sekolah swasta yang ada di desa,

yaitu MTs Irsyadul Islamiyah Simonis. Selain menyatakan keinginannya bila

Simonis dijadikan tujuan wisata, beliau juga bersedia untuk terlibat maupun

dilibatkan dalam program yang dijalankan sebagai upaya pengembangan

pariwisata di desa.

“ letak desa ini dapat dikatakan cukup strategis, baik dari lintasan masyarakat yang datang dari kota maupun dari desa tetangga. Dari itu, saya mendukung kalau desa ini dibangun, dan dibina untuk menjadi desa wisata, karena hal-hal yang mendukung untuk itu ada potensinya. Dan saya melihat di Simonis ini sangat agraris sekali, sangat berpotensi sekali untuk menanam palawija, holtikultura, tapi yg sekarang berkembang sawit dan karet, sehingga untuk menanam semacam kebun buah belum ada, tapi potensi untuk menanam itu ada lahannya, cuma sekarang tergantung dengan sumber daya manusianya, juga pemilik tanah yang kurang memadai untuk membudidayakan tanaman buah. Dan saya pribadi sangat setuju dan siap untuk terlibat bila memang desa ini mau dikembangkan menjadi desa wisata”.

Adapun masyarakat yang menyatakan tidak bersedia untuk terlibat (10%)

hal tersebut di karenakan faktor usia, sehingga untuk terlibat secara langsung

merasa tidak mampu. Namun meski demikian, untuk berpartisipasi dalam bentuk

pemikiran dengan memberikan pendapat terkait rencana pengembangan desa

menjadi tujuan wisata mereka menyatakan kesediaaanya.

Potensi sumber daya alam desa yang lebih mendominasi menjadikan

konsep pengembangan pariwisata desa yang paling potensial untuk dikembangkan

yaitu ekowisata, yang mengarah pada pengembangan wisata alam. Dengan

pengembangan ekowisata yang mengarah pada potensi sumber daya alam desa,

(19)

berpartisipasi pada pengembangan daerah. Pariwisata menjadi sektor prioritas

dalam pembangunan daerah-daerah di Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan

pariwisata yang cukup signifikan, menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar

bagi suatu negara (Wahab, 1975). Dengan demikian pembangunan daerah melalui

pengembangan pariwisata akan memberikan dampak dan manfaat besar yang

akan dirasakan oleh masyarakat setempat, yang akan menjadi sumber pendapatan

bagi masyarakat juga daerah. Hal tersebut didukung dengan adanya potensi

sumber daya alam yang terdapat di desa. Dari beberapa potensi objek daya tarik

yang terdapat di desa, serta gambaran pemikiran masyarakat dari hasil wawancara

yang dilakukan terhadap persepsi masyarakat pada pengembangan pariwisata di

Desa Simonis, maka peneliti kemudian melakukan analisa berdasarkan potensi

objek daya tarik yang ada, untuk menemukan konsep pengembangan yang sesuai

terhadap potensi pasar dan dapat diterima oleh masyarakat setempat.

4.1.1 Analisa Potensi Sungai

Desa Simonis dilalui dua sungai (aek) yang cukup besar bernama Aek

Natas dan Aek Kuo. Aek Natas mengalir di sebelah utara sepanjang desa, dari

Desa Poldung di sebelah barat dan mengalir ke timur melalui Kelurahan Bandar

Durian di kawasan pusat kecamatan. Keberadaan sungai ini merupakan latar

belakang dari nama Kecamatan Aek Natas. Sungai ini memiliki kekayaan

ekosistem yang berlimpah, sehingga dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan air bersih, mencari ikan dan bahkan sebagai sarana tempat wisata. Air

(20)

juga untuk keperluan masak dan air minum. Kondisi sungai Aek Natas seperti

yang terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Gambaran kondisi sungai Aek Natas

(Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Hasil tangkapan ikan yang diperoleh masyarakat dari sungai tidak hanya

dimanfaatkan secara pribadi untuk dikonsumsi, namun juga dapat mereka jual.

Masyarakat dalam menangkap ikan menggunakan cara tradisional yaitu dengan

memancing, menjaring juga menembak. Teknik yang digunakan dalam mencari

ikan merupakan cara yang aman, sehingga tidak merusak lingkungan maupun

ekosistem sungai. Selain itu, sungai Aek Natas yang dibuka sebagai tempat wisata

yang dikelola oleh masyarakat Desa Simonis, bekerjasama dengan lembaga desa

setempat, sehingga keberadaan sungai Aek Natas menjadi sangat penting, tidak

hanya bagi masyarakat Desa Simonis tetapi juga masyarakat desa lainnya yang

juga dilalui oleh sungai Aek Natas. Dengan keindahan dan kekayaan ekosistem

yang ada, sungai Aek Natas memiliki potensi sebagai objek daya tarik yang

(21)

bahwa objek wisata yang menarik adalah sesuatu yang dihubungkan dengan

keindahan alam, kebudayaan dan sejarah. Dengan potensi keindahan alam sekitar

lokasi sungai Aek Natas, hal tersebut menjadi daya tarik yang dapat

dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata.

Beberapa lokasi dari aliran sungai Aek Natas yang dibuka sebagai objek

wisata yang terdapat di Desa Simonis diantaranya yaitu: wisata Pulau Biski,

Pantai Aruan, Tambatan dan Sampuran. Pembukaan lokasi wisata Pulau Biski di

prakarsai oleh pemuda desa setempat, yang bekerja sama dengan pihak

pemerintahan desa, tokoh desa serta pemilik lahan. Kerjasama dari setiap pihak

membentuk suatu dukungan dalam mengelola lokasi tersebut menjadi tempat

wisata. Menurut penuturan bapak iwan yang merupakan salah seorang tokoh

pelopor dibukanya objek wisata Pulau Biski bahwa:

“Pada awalnya saya berinisiatif membuka lokasi Pulau Biski

sebagai objek wisata berawal dari keprihatinan saya. Banyak muda-mudi yang berasal dari desa Simonis maupun yang berasal dari desa tetangga, mengalami kecelakaan dijalan lintas sumatera saat libur perayaan hari-hari besar. Sehingga saya berinisiatif untuk membuka objek wisata di daerah sendiri agar muda-mudi desa tidak keluar kejalanan lintas sumatera. Selain itu dengan adanya objek wisata juga dapat memberikan peluang untuk masyarakat desa setempat berjualan pada lokasi wisata dan mendapat pemasukan”.

Kehadiran objek wisata di Desa Simonis menjadi referensi untuk

berwisata di daerah sendiri, sehingga hal tersebut mengurangi resiko terjadinya

kecelakaan mudi-mudi desa di jalanan lintas Sumatera pada saat libur hari-hari

besar, dikarenakan tidak adanya tempat tujuan wisata yang dapat dipilih.

Disamping itu juga kehadiran objek wisata dapat memberikan peluang usaha bagi

(22)

memiliki sesuatu yang dapat dinikmati bagi pengunjung yang datang, yang

menjadikan daya tarik bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu tempat,

merupakan salah satu aspek pembentuk pariwisata (Yoeti, 1983). Upaya yang

dilakukan masyarakat Desa Simonis untuk mengembangkan pariwisata yaitu

dengan mengadakan perlombaan dan menyediakan hiburan serta fasilitas untuk

menarik minat orang-orang berkunjung pada lokasi sungai Aek Natas yang di

buka sebagai tempat wisata. Pada hari-hari libur di akhir pekan dan perayaan

hari-hari besar seperti tahun baru, hari kemerdekaan RI, lebaran dan hari-hari

besar lainnya, lokasi-lokasi wisata tersebut ramai dikunjungi oleh pengunjung

yang datang tidak hanya dari masyarakat sekitar Desa Simonis tetapi juga

pengunjung yang datang dari luar Kabupaten Labuhanbatu Utara (gambar 4.2).

Gambar 4.2 gambaran kondisi wisata Pulau Biski saat ramai dikunjungi

(Sumber: Google Image)

Gambaran kondisi suasana lokasi Pulau Biski saat ramai dikunjungi

masyarakat seperti yang terlihat pada gambar 4.2, menunjukkan besarnya minat

masyarakat untuk datang berwisata bersama keluarga maupun teman ke lokasi

objek wisata Pulau Biski. Hal tersebut menunjukkan potensi yang besar untuk di

(23)

Namun potensi masyarakat untuk mengelola objek wisata Pulau Biski

Tambatan dan Sampuran terkendala dengan persoalan kepemilikan lahan serta

keterbatasan modal. Untuk lokasi yang digunakan sebagai area parkir dan jalan

menuju ke Pulau Biski merupakan milik masyarakat, yaitu milik Bapak H.

Suprianto dan Bapak H. Bani. Selain itu, keterbatasan modal juga menjadi salah

satu permasalahan. Dalam pengembangan lokasi menjadi tempat wisata tentu

membutuhkan modal untuk mengelola serta menata lokasi dengan baik. Pada

lokasi Pulau Biski saat ini dijadikan sebagai area pengambilan batu. Adanya

kegiatan tersebut, tentunya akan berdampak negatif terhadap kelestarian

lingkungan. Pemilik lokasi cenderung lebih mementingkan untuk memperoleh

keuntungan, sehingga tidak memperhatikan kemungkinan resiko dan kerusakan

lingkungan yang akan terjadi. Padahal jika lokasi Pulau Biski dikelola untuk

menjadi tempat wisata hal tersebut akan lebih memberikan manfaat yang besar,

baik bagi pemilik lahan maupun masyarakat desa setempat, dan hasil yang

diperoleh akan dapat dinikmati dalam jangka panjang, tanpa harus merusak

kelestarian lingkungan maupun ekosistem sungai.

Dalam perencanaan dan pengembangan suatu kawasan menjadi tujuan

ekowisata, harus berlandaskan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, agar

pelaksanaan program dapat terus berjalan berkesinambungan dalam jangka

panjang. Jika dilihat dari letak lokasi Pulau Biski, sangat strategis dan memiliki

potensi yang besar untuk dikelola dan dikembangkan menjadi objek wisata

(24)

Gambar 4.3 Letak Lokasi Pulau Biski

(Sumber: Google Image)

Lokasi Pulau Biski dari jalan lintas sumatera berjarak kurang lebih 11 km

dan dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat

dalam waktu lebih kurang 20 menit. Luas area Pulau Biski yang menjadi jalan dan

lahan area parkir lebih kurang 5 hektar. Dengan potensi sumber daya alam yang

ada, masyarakat seharusnya dapat diarahkan untuk mengembangkan lokasi Pulau

Biski sebagai objek wisata, dengan pelaksanaan program ekowisata serta

penerapan pariwisata berbasis masyarakat. Pelaksanaan konsep pariwisata

berbasis masyarakat dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi

permasalahan terkait pelestarian lingkungan dan ekonomi. Community based

tourism (wisata berbasis masyarakat) merupakan bentuk program yang dilakukan

dengan adanya kontribusi aktif dari masyarakat desa setempat (Marpaung, 2015).

Untuk menarik keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan dan mengelola

lokasi Pulau Biski dapat dilakukan dengan perencanaan dan pembagian tugas

yang jelas. Dibutuhkan pula suatu lembaga masyarakat yang dibentuk untuk

mewadahi masyarakat dengan penerapan Forum Group Discussion (FGD) dalam

(25)

desa tempat mereka tinggal. Dengan demikian masyarakat akan memiliki rasa

tanggung jawab serta komitmen untuk terlibat karena merasa memiliki peranan

dalam program yang akan dijalankan.

Selain dari pada keinginan dan kesediaan masyarakat untuk terlibat dalam

pengembangan desa menjadi desa tujuan wisata. penting untuk mengetahui

motivasi dari masyarakat desa sehingga bersedia untuk turut berpartisipasi dalam

peningkatan pariwisata di desa. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan

beberapa masyarakat yang dipilih dan bermata pencaharian sebagai

petani/pekebun, sebagian masyarakat ingin berpartisipasi untuk meningkatkan

pariwisata di desa apabila pengembangan pariwisata tersebut dapat meningkatkan

ekonomi masyarakat lokal menjadi lebih berkembang dari sebelumnya (63,3%).

Mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani/pekebun, hal tersebut

menjadikan masyarakat menggantungkan pendapatannya dari hasil panen kebun

karet dan kelapa sawit yang mereka miliki, maupun kebun orang lain yang mereka

kelola dengan sistem bagi hasil. Hal tersebut juga mendorong keinginan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pengembangan pariwisata di desa

apabila proyek tersebut dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat desa

setempat (30%). Dengan bertambahnya peluang usaha bagi masyarakat desa

setempat, akan menambah pemasukan bagi pendapatan masyarakat, sehingga

masyarakat tidak lagi harus bergantung pada pendapatan dari hasil kebun karet

dan kelapa sawit. Selain itu, 6,7% masyarakat menyatakan kesediaannya untuk

(26)

meningkatkan potensi yang terdapat di Desa Simonis. Seperti yang dikatakan

bapak Junaidi bahwa:

“antusias untuk terlibat dalam upaya pengembangan pariwisata desa, karena makin ada peluang untuk berusaha dan pekerjaan tambahan dan bisa membangkitkan perekonomian, karena kalau dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat belum mencukupi”.

Jika ditinjau sebagai bentuk industri, pariwisata merupakan salah satu jenis

industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyedia

lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta mendorong

sektor-sektor produktif lainnya. (Pendit, 2003). Keberadaan pariwisata bagi masyarakat

desa Simonis akan dapat membuka peluang usaha dan meningkatkan pendapatan

masyarakat, disamping itu juga akan mengembangkan potensi yang dimiliki desa.

Hal tersebut yang menjadi pendorong atau motivasi masyarakatnya untuk terlibat

dalam upaya pengembangan pariwisata di desa.

Keterlibatan masyarakat dapat dilakukan baik sebagai penentu kebijakan

maupun pelaksana kegiatan yang dapat dibagi sesuai dengan peranan yang

dibutuhkan. Masyarakat desa setempat dapat melakukan kerjasama, mengajak

pemilik lahan bahwa dengan mengembangkan lokasi Pulau Biski untuk menjadi

objek wisata dan dikelola secara bersama oleh masyarakat, hal tersebut akan

memberikan keuntungan yang sangat besar sekaligus sebagai upaya untuk lebih

mengembangkan desa tempat mereka tinggal melalui pengembangan pariwisata di

desa yang memberikan keuntungan yang akan diterima dalam jangka panjang

(27)

Pengelolaan objek wisata yang langsung dilakukan masyarakat mendorong

mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangan kawasan

tersebut. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dan dapat menarik partisipasi

masyarakat desa untuk turut terlibat dalam upaya pengembangan dan pengelolaan

pariwisata di desa. Dan jika dalam pengembangan suatu kawasan dilakukan oleh

masyarakat secara langsung, hal tersebut tentu akan banyak menarik partisipasi

masyarakat desa setempat, serta mendorong masyarakat untuk melakukan

kegiatan yang dapat mendukung keberlanjutan pariwisata di desa sebagai upaya

pengembangan sumber daya potensial yang ada di desa untuk menjadi tujuan

wisata. Potensi masyarakat yang memiliki motivasi untuk terlibat dalam

pengembangan pariwisata di desa, hal tersebut tentunya harus diiringi dengan

jalannya program yang dilaksanakan dalam upaya pengembangannya. Dalam

wawancara yang dilakukan peneliti dengan masyarakat Desa Simonis, diperoleh

persepsi masyarakat terkait gambaran program yang diinginkan masyarakat

sehingga akan turut berpartispasi dalam upaya pengembangan desa menjadi

tujuan wisata. Mayoritas masyarakat menginginkan program yang dijalankan

sebaiknya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat (56,7%). Masyarakat

berpendapat bahwa dengan penerapan grogram yang dapat memberikan

keuntungan bagi mereka merupakan hal yang paling penting untuk

dipertimbangkan dalam pelaksanaan program pengembangan desa yang akan

dijalankan.

Dalam pengembangan suatu daerah masyarakat akan bersedia untuk

(28)

memiliki persepsi yang berbeda-beda terkait dampak pariwisata yang akan

mereka rasakan. Persepsi masyarakat terkait program yang akan memberikan

keuntungan bagi masyarakat akan menarik keinginan masyarakat untuk turut

berpatisipasi. Selain itu, 33,3% masyarakat memberikan jawaban bahwa mereka

menginginkan program yang dapat dirasakan secara nyata oleh mereka.

Masyarakat berpendapat bahwa penerapan program yang dapat dirasakan secara

nyata akan memberikan dampak tidak hanya untuk peningkatan ekonomi, tetapi

juga akan memberikan dampak positif diluar dari aspek ekonomi, seperti

perbaikan infrastruktur pada kawasan desa yang masih memerlukan perbaikan

maupun pengadaan. Selain itu, dalam pelaksanaan program pengembangan suatu

kawasan, masyarakat menginginkan program yang dapat dirasakan secara nyata,

sehingga akan lebih mendorong masyarakat untuk terlibat langsung dalam

program yang dijalankan. Selebihnya masyarakat menginginkan program yang

mudah untuk dipahami (10%). Selain keuntungan yang akan diperoleh masyarakat

serta keuntungan yang dapat dirasakan secara nyata sehingga masyarakat akan

terdorong untuk terlibat dalam program pengembangan suatu kawasan,

masyarakat akan berinisiatif terlibat pada suatu proyek pengembangan jika

program yang dijalankan mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh masyarakat,

sehingga masyarakat dapat menerima program yang dijalankan serta tidak

menimbulkan kekhawatiran akan munculnya perbedaan pendapat terkait

kerjasama yang akan disepakati. Seperti pendapat ibu Dahniar:

(29)

dirasakan secara langsung. Selain itu, untuk program yang akan dibuat, sebaiknya harus mudah dipahami sehingga tidak akan menimbulkan perbedaan pendapat terhadap program yang akan dijalankan nantinya”. Suatu program pengembangan kawasan sebaiknya akan mampu untuk

memperbaiki kehidupan dan masa depan masyarakat melalui pengembangan

terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat. Dengan adanya program

yang baik akan memberikan pengaruh terhadap kualitas lingkungan serta hunian

masyarakat, hal tersebut juga akan tercermin pada kualitas hidup masyarakatnya

(Asturi, Astuty & Syarifudin, 2014). Melihat gambaran pemikiran masyarakat

terkait kriteria program yang sebaiknya diterapkan pada pengembangan desa

Simonis yang dapat memberikan keuntungan bagi mereka, tentunya hal tersebut

harus menjadi pertimbangan dalam penentuan program yang akan dijalankan,

dengan pertimbangan perancangan konsep-konsep yang sesuai dengan keinginan

serta kemampuan masyarakat. Dan dengan adanya program yang baik, hal

tersebut tentu akan mendorong motivasi masyarakat untuk ikut terlibat. Dengan

demikian, dalam rencana pengembangan desa menjadi tujuan wisata, untuk

rancangan program yang dibuat harus memperhatikan keinginan dan harapan

masyarakat agar memberikan keuntungan bagi masyarakat dan program yang

dirancang dapat dijalankan serta diterima oleh masyaraka desa setempat.

Sebagai konsep pengembangan lokasi Pulau Biski berdasarkan hasil

observasi pada kawasan kajian, studi literatur serta gambaran pemikiran

masyarakat, dinilai dari respon masyarakat yang menyatakan keinginannya dan

kesediaannya, serta motivasi untuk terlibat dalam pengembangan pariwisata di

(30)

menyimpulkan bahwa lokasi tersebut dapat dikembangkan dan ditata sebagai area

objek wisata pemandian keluarga yang di lengkapi dengan area camping, atau

outbond. Sebagai bentuk partisipasi maupun keterlibatan masyarakat dalam

pengembangan lokasi Pulau Biski sebagai objek wisata, maka berikut contoh

maupun bentuk partisipasi yang dapat dilakukan. Masyarakat yang merupakan

kaum ibu, dapat turut berpartisipasi untuk membuat produk jajanan yang dapat

dijual sebagai oleh-oleh yang dapat dibawa pulang bagi pengunjung yang datang.

Produk olahan tersebut dapat berupa makanan yang berbahan ubi dan pisang yang

banyak terdapat di Desa Simonis. Adapun bagi kaum bapak dapat berpartisipasi

menata lokasi Pulau Biski yang dilakukan secara bergotong royong, baik itu untuk

membenahi jalan untuk menuju lokasi maupun membuat pondok-pondok untuk

tempat duduk pengunjung yang datang, bertindak sebagai penyedia penyewaan

fasilitas seperti tikar, ban maupun pelampung, atau juga dapat berperan sebagai

juru atur parkir bagi kendaraan pengunjung yang datang. Sedangkan bagi

pemuda-pemudi desa dapat berperan sebagai pengawas bagi pengunjung yang

melakukan kegiatan mandi-mandi di sungai, berjaga-jaga apa bila ada pengunjung

yang tidak bisa berenang dan terseret arus sungai.

4.1.2 Analisa Potensi Gua, Mata Air, Dan Air Terjun

Selain dari potensi air sungai Aek Natas yang jernih dan keindahan alam

sekitarnya, pada lokasi Pulau Biski, Tambatan dan Sampuran terdapat potensi lain

yang dapat dikelola dan dikembangkan yaitu adanya gua-gua, dan mata air yang

(31)

dari lereng batu tersebut jernih dan bersih. Bahkan setelah dilakukan pengujian,

dan dibandingkan dengan air galon yang dijual oleh depot air yang ada di desa,

hasilnya lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi (gambar 4.4).

Gambar 4.4 Letak lokasi serta kondisi gua dan mata air di Pulau Biski

(Sumber: Google Image dan Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Saat ini sebagai pemanfaatan dari mata air, dibuat kolam-kolam

penampungan air yang bersumber dari lereng batu bekas pengambilan batu, serta

diisi dengan beberapa jenis ikan, seperti ikan nila, mas dan lele yang dijaga oleh

salah seorang warga masyarakat Desa Simonis (gambar 4.5).

[image:31.595.123.502.165.447.2]

Gambar 4.5Kolam ikan yang berada di Pulau Biski

[image:31.595.162.466.578.697.2]
(32)

Upaya pemanfaatan sumber mata air tersebut dengan membuat

kolam-kolam, merupakan bentuk upaya awal yang positif untuk mengembangkan potensi

sumber daya alam yang ada, sehingga dapat menjadi objek yang memiliki daya

tarik yang akan menarik pengunjung datang ketempat tersebut. Hasil ternak ikan

pada kolam-kolam yang ada di lokasi Pulau Biski, menjadi potensi tambahan

untuk mendukung pengembangan kawasan Pulau Biski menjadi lokasi wisata

yang direncanakan serta dikelola dengan tepat. Bagi pengunjung yang datang

bersama keluarga dan ingin bersantai menikmati panorama keindahan alam wisata

Pulau Biski serta menikmati segarnya air sungai Aek Natas, juga dapat

memanggang ikan segar yang dapat langsung dipilih dari kolam, sehingga tidak

perlu repot membawa banyak persiapan bekal dari rumah. Sumber daya alam

yang potensial menjadi faktor penting untuk pengembangan suatu kawasan,

disamping masyarakat bertindak sebagai pengelola dari potensi sumber daya yang

ada agar terwujudnya konsep pariwisata yang berbasis masyarakat.

Keberadaan dari gua dan mata air yang ada dilokasi Pulau Biski

menambah potensi serta daya tarik untuk dapat mengembangkan pariwisata di

Desa Simonis. Perencanaan dan pengembangan desa menjadi tujuan wisata harus

pula melihat bagaimana persepsi masyarakat desa terkait dampak yang mereka

yakini akan terjadi apabila dijadikan sebagai tujuan wisata. dari hasil wawancara

peneliti dengan responden disimpulkan bahwa 55% masyarakat meyakini bahwa

dengan dijadikannya Simonis menjadi desa tujuan wisata, akan membuka peluang

lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa setempat. Sedangkan sebahagian

(33)

tujuan wisata akan dapat membuka peluang untuk masyarakat menghasilkan

produk yang dapat dijual kepada pengunjung yang datang (45%). Masyarakat

memiliki perbedaan pendapat terkait dampak yang mereka yakini apabila pada

lingkungan tempat mereka tinggal dikembangkan menjadi tujuan wisata. Seperti

pendapat bapak Asrin Munthe bahwa:

“kalau Simonis dijadikan desa wisata, pastinya akan membuka peluang usaha untuk masyarakat, dan itu merupakan dampak yang positif untuk perkembangan desa”.

Pentingnya pandangan serta pemahaman menyeluruh masyarakat terhadap

dampak pariwisata yang akan terjadi dalam perencanaan dan pengembangan suatu

daerah untuk menjadi tujuan wisata (Said, 2011). Dari potensi yang telah diyakini

oleh masyarakat apabila pada lingkungan tempat tinggal mereka dikembangkan

menjadi daerah tujuan wisata, hal tersebut dapat menjadi dasar dalam perencanaan

dan program pengembangan desa Simonis.

Potensi pengembangan lokasi Pulau Biski dengan keberadaan gua dan

mata air, menambah potensi untuk pengembangan lokasi Pulau Biski sebagai

objek daya tarik wisata. Sebagai pengembangan lokasi Pulau Biski dapat

dijadikan sebagai area camping atau perkemahan pada area sekitar lokasi gua dan

mata air berada. Hal tersebut didukung dengan adanya Pramuka yang menjadi

kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Desa Simonis sendiri terdapat beberapa

sekolah diantaranya: SD, SMP dan MTs. Tidak hanya itu, hal tersebut juga akan

menarik sekolah-sekolah yang berasal dari desa serta kecamatan lain untuk

mengadakan kegiatan perkemahan pada lokasi Pulau Biski. Selain itu disetiap

(34)

sekolah SMA, SMK, maupun MAN yang datang ke Pulau Biski untuk sekedar

menikmati keindahan alam sekitarnya atau juga mandi-mandi di sungai, hal

tersebut dapat menjadi potensi sebagai media promosi, dimana siswa-siswi

tersebut yang aktif pada kegiatan ekstrakulikuler Pramuka di sekolah dapat

melakukan kegiatan perkemahan pada area sekitar mata air dan gua yang berada

di Pulau Biski. Banyak potensi dan peluang untuk dapat mengembangkan

pariwisata di Desa Simonis, serta membutuhkan partisipasi dari masyarakat

sekitar untuk terlibat langsung dalam pengelolaannya. Hal tersebut sekaligus

sebagai upaya untuk memberdayakan sumber daya manusia yang ada di desa,

serta menarik keterlibatan dan peran serta masyarakatnya dalam mengembangkan

desa tempat mereka tinggal.

Potensi sumber daya alam lain terdapat pada lokasi wisata Sampuran,

menyuguhkan keindahan panorama air terjun yang belum banyak dikenal oleh

masyarakat luas dan masih mayoritas masyarakat sekitar Desa Simonis yang

mengetahui lokasi air terjun tersebut. Kondisi air terjun Sampuran masih asri,

sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan konsep pengembangan yang

tepat, agar tidak merusak kelestariannya. Jika potensi sumber daya yang ada

dibiarkan namun tetap dikunjungi, hal tersebut akan berpotensi menimbulkan

dampak kerusakan pada kelestarian sumber daya alam yang ada, sebab tidak

mendapat perhatian.

Lokasi air terjun Sampuran berada pada aliran sungai Aek Natas, yang

berasal dari puncak lerengan batu pada tepi sungai. Sehingga curahan air terjun

(35)

Gambar 4.6 Kondisi & letak air terjun

Sampuran

(Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Kemungkinan kerusakan yang akan terjadi bila suatu objek daya tarik

terus di kunjungi namun tidak mendapat perhatian yaitu kelestarian sumber daya

alam yang masih asri akan tercemar dengan sampah bungkus makanan yang

dibawa oleh pengunjung yang datang. Pengunjung tidak akan merasa bersalah jika

meninggalkan sampah karena merasa tidak ada yang melarang. Oleh sebab itu,

untuk tetap menjaga kelestarian sumber daya alam yang ada, harus ada upaya

perencanaan pengembangan lokasi objek daya tarik air terjun Sampuran serta

melibatkan masyarakat desa setempat, agar kesadaran masyarakat juga timbul

untuk turut bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian sumber daya potensial

yang ada di desa tempat mereka tinggal.

Sebagai bentuk partisipasi masyarakat pada pengembangannya yaitu dapat

[image:35.595.123.505.73.357.2]
(36)

suatu ikatan remaja mesjid (IRMI) Desa Simonis, maka dapat dilibatkan dalam

program pengembangan untuk secara langsung menjadi tim yang

bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kelestarian objek daya tarik air terjun

Sampuran berada. Sehingga potensi yang ada dapat terus dikembangkan dengan

lebih memperhatikan kelestarian objek daya tariknya.

Selain potensi air terjun Sampuran, ada juga air terjun yang berada di

samping jembatan atau titi gantung yang membentang di atas sungai Aek Natas,

dan terletak dekat dengan permukiman masyarakat dusun dua Desa Simonis, yang

[image:36.595.114.514.340.527.2]

berjarak kurang lebih 150 meter dari permukiman warga (gambar 4.7).

Gambar 4.7 Letak air terjun dan titi gantung

(Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Keberadaan titi gantung tersebut menjadi sarana dan akses penting bagi

masyarakat untuk menyeberangi sungai, yang menghubungkan Desa Simonis

dengan Desa Perkebunan Halimbe, sehingga tidak harus jauh mutar melalui

jembatan Bandar Durian. Meskipun hanya kendaraan roda dua yeng dapat

melewati titi gantung tersebut, namun keberadaan titi gantung tersebut sangat

(37)

Perkebunan Halimbe dengan menggunakan kendaraan roda empat dapat ditempuh

dalam waktu kurang lebih 1 jam, maka akan dapat ditempuh dalam waktu 15

menit jika menggunakan kendaraan roda dua dengan melalui titi gantung.

Perawatan jembatan selama ini menjadi perhatian masyarakat desa setempat,

termasuk untuk perbaikan yang perlu dilakukan pada bagian jembatan yang rusak.

[image:37.595.182.443.264.453.2]

Lebar titi gantung lebih kurang 1,5 meter. Kondisi jembatan dapat dilihat pada

gambar 4.8.

Gambar 4.8Kondisi dan aktivitas di titi gantung

(Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)

Keberadaan titi gantung yang memiliki fungsi sebagai akses yang

menghubungkan dua desa, tentu perlu mendapat perhatian yang lebih, sehingga

bila keberadaan titi gantung tersebut dikembangkan untuk menjadi salah satu

objek daya tarik yang dapat dikunjungi oleh masyarakat luas, akan berdampak

positif terhadap perawatan jembatan tersebut. Pengembangan lokasi titi gantung

akan banyak menarik keterlibatan masyarakat Desa Simonis. Hal tersebut

didukung dengan lokasi titi gantung yang berada dekat dengan permukiman

(38)

yang berada dekat di samping titi gantung, menambah keindahan panorama yang

dapat dinikmati keindahan serta kesejukan airnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bila perencanaan

pengembangan desa telah berjalan, maka masyarakat harus pula siap dengan

perubahan yang akan terjadi terhadap keadaan lingkungan dan sosial budaya pada

masyarakat. Dari hasil wawancara yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa

masyarakat tidak keberatan bila terjadi perubahan secara fisik terhadap

lingkungan tempat mereka tinggal (60%). Adapun selain itu, masyarakat

memberikan jawaban bahwa mereka setuju terhadap semua perubahan yang akan

terjadi (40%). Masyarakat desa Simonis memahami bahwa dengan adanya

perubahan yang akan terjadi pada lingkungan tempat tinggal mereka, hal tersebut

akan menjadikan lingkungan tempat tinggal mereka tertata menjadi lebih baik.

Seperti pendapat bapak Samuki Munthe bahwa:

“Dalam pengembangan desa Simonis untuk menjadi tujuan wisata

seharusnya diiringi dengan perbaikan infrastruktur desa seperti jalan, untuk mendukung jalannya pariwisata, dengan kemudahan akses menuju ke lokasi wisata. Jadi, kalau pun ada perubahan yang akan terjadi hal tersebut tidak masalah asalkan tujuannya untuk pengembangan desa”. Pariwisata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga aspek, yaitu: ekonomi, fisik dan social

(Marpaung, 2002). Perubahan yang terjadi seharusnya dapat membangun

masyarakat lokal dan mempertimbangkan dampak yang akan terjadi yang sesuai

keinginan masyarakat, agar menghasilkan hal-hal positif dalam perencanaan

(39)

Jika dilihat dari potensi keberadaan titi gantung dan adanya air terjun yang

menambah daya tarik, maka hal tersebut sangat potensial untuk dikembangkan

sebagai objek daya tarik wisata. Sebagai pengembangan terhadap potensi titi

gantung dan air terjun yang berada dekat dengan permukiman warga dusun 2

Desa Simonis, maka potensi untuk mengembangkan lokasi tersebut sebagai objek

wisata dapat dilakukan menjadi objek wisata panorama sungai Aek Natas, dimana

pengunjung yang datang dapat menikmati sungai Aek Natas dan panorama air

terjun dari atas titi gantung. Selain itu, bagi para pengunjung yang memiliki

kegemaran fotografi juga akan menjadi objek yang menarik dengan keberadaan

titi gantung di dukung juga dengan adanya keindahan panorama air terjun. Tidak

hanya itu, potensi lain untuk mengembangkan lokasi titi gantung yaitu sebagai

objek wisata kuliner buah durian, hal tersebut didukung dengan telah ditanamnya

pohon durian di area dekat titi gantung berada, dimana area tersebut merupakan

perkebunan kelapa sawit milik warga masyarakat sekitar yang berada di belakang

permukiman masyarakat. Potensi partisipasi masyarakat bila objek daya tarik titi

gantung dikembangkan sebagai objek daya tarik wisata hal tersebut dapat

dilakukan dengan menarik keterlibatan masyarakat setempat untuk secara

bergotong royong mulai menata area titi gantung agar lebih menarik untuk di

kunjungi, diantaranya masyarakat khususnya kaum bapak dan muda-mudi desa

dapat membuat pondok-pondok pada tepi sungai Aek Natas sebagai tempat duduk

pengunjung yang datang, dimana dari tempat tersebut dapat menikmati panorama

alam sekitar sungai, juga menyediakan area parkir bagi kendaraan pengunjung.

(40)

jajanan yang dapat dijual sebagai oleh-oleh yang dapat dibawa pulang bagi

pengunjung yang datang. Produk olahan tersebut dapat berupa makanan yang

berbahan ubi dan pisang yang banyak terdapat di Desa Simonis. Bentuk

partisipasi masyarakat tersebut merupakan penerapan pengembangan wisata yang

berbasis masyarakat (Community based tourism), dimana masyarakat secara

langsung mengelola potensi objek wisata dan mendapatkan hasilnya.

Dari potensi sungai, mata air dan gua yang berada pada tepi aliran sungai

Aek Natas ada potensi tambahan yang sebenarnya juga memiliki daya tarik yaitu

adanya lereng-lerang bekas pengambilan batu yang terdapat di sepanjang sungai

Aek Natas (gambar 4.9).

Gambar 4.9 Lereng bekas pengambilan batu

sepanjang sungai Aek Natas

[image:40.595.117.507.350.717.2]
(41)

Adanya daya tarik dari lereng bekas pengembilan batu juga merupakan

potensi yang dapat dikembangkan menjadi objek daya tarik wisata. Lokasi dari

lereng pengambilan batu terletak si sepanjang aliran sungai Aek Natas dimulai

dari lokasi Pulau Biski, Pantai Aruan, Tambatan dan Sampuran. Keberadaan dari

lereng bekas pengambilan batu tersebut dapat menambah potensi untuk

pengembangan wisata, dimana hal tersebut dapat menjadi penghubung dari

beberapa potensi lokasi dari sungai Aek Natas yang telah dibuka sebagai objek

wisata. Selain itu menjadi objek yang menarik bagi penggemar fotografi untuk

berfoto bahkan juga sebagai lokasi bagi para calon pasangan pengantin untuk

melakukan pengambilan gambar prewedding.

4.1.3 Analisa Potensi Panorama Pemandangan dan Bukit

Potensi sumber daya alam yang lain yang terdapat di Desa Simonis yaitu

adanya panorama pemandangan batu Sinallung atau juga dikenal dengan bukit

kembar yang keindahannya dapat dinikmati dari beberapa titik lokasi, salah

satunya dari lokasi Tambatan. Bukit tersebut memiliki sejarah yang banyak

dikenal oleh masyarakat Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara

pada umumnya termasuk masyarakat Desa Simonis. Keindahan dan keunikan dari

batu Sinallung serta adanya historis dari batu tersebut, sebenarnya sangat

berpeluang untuk menjadi landmark bagi daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Hal itu didukung dengan letak dari batu Sinallung yang tidak berada dalam jajaran

bukit barisan, dan terletak di tengah perkebunan karet PT. Socpindo, sehingga hal

(42)

melintas dari jalan lintas Sumatera. Panorama keindahan bukit tersebut dapat

dipandang dan dinikmati secara langsung dari Tambatan tanpa harus

[image:42.595.113.512.160.410.2]

menggunakan teropong (gambar 4.10).

Gambar 4.10 Letak Batu Sinallung atau Bukit Kembar

(Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Dalam perencanaan pengembangan suatu daerah untuk menjadi tujuan

wisata juga memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk bekerja sama

dalam proses dan tahapan pelaksanaannya. Mayoritas masyarakat sangat

mendukung keberadaan pendatang apabila mereka mampu membangun desa

Simonis menjadi tujuan wisata (83,3%). Keterbukaan masyarakat untuk menerima

pendatang di desa, sebaiknya menjadi pertimbangan pihak perencana

pengembangan pariwisata di desa, dalam menentukan metoda pelaksanaan

pariwisata yang paling tepat untuk diterapkan. Sedangkan yang menyatakan tidak

setuju jika ada pendatang karena khawatir akan membawa dampak negatif

(43)

hal yang lumrah terjadi, namun hal tersebut berpotensi terhadap timbulnya

tantangan pada pelaksanaan program. Dalam menghasilkan kebijakan yang dapat

diterima seluruh pihak, membutuhkan keterlibatan dari berbagai disiplin ilmu

yang terkait pada program pengembangan. Perencanaan, pengembangan, serta

pemasaran suatu destinasi atau kawasan yang menjadi daerah tujuan wisata, yang

mana kawasan tersebut dapat merupakan suatu provinsi, kabupaten, kecamatan

bahkan suatu desa, memerlukan kerjasama yang erat dari pihak pemerintah,

perencana fisik, arsitek, analisis finansial, dan investor, juga dapat membutuhkan

pakar ekonomi, sosiologi, purbakala, dan banyak professional lainnya (Hadinoto,

1996). Dengan demikian, diperlukan pemahaman menyeluruh pada masyarakat

terhadap hadirnya pendatang di desa lingkungan tempat mereka tinggal. Hal

tersebut sebagai upaya agar masyarakat terbuka untuk menerima orang lain atau

pendatang yang masuk kedesa mereka, juga siap untuk bekerjasama dalam upaya

pengembangan Desa Simonis menjadi tujuan wisata.

Sebagai konsep perancangan pada objek daya tarik Batu Sinallung dapat

dibuat cable car (kereta gantung) untuk menghubungkan kedua bukit tersebut,

sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan dari atas kereta gantung.

Konsep pengembangan wisata kereta gantung yang telah ada yaitu seperti kereta

gantung yang ada di kota Rio De Janeiro, Brazil juga kereta gantung yang terdapat

di Venezuela. Sebagai potensi pengembangan pada objek daya tarik batu

Sinallung juga dapat menjadi objek pilihan wisata bagi yang menyukai kegiatan

(44)

masyarakat Labuhanbatu Utara bahwa selama ini belum ada yang mampu untuk

mencapai puncak bukit kembar atau batu Sinallung tersebut.

[image:44.595.113.512.129.277.2]

Kota Rio De Janeiro, Brazil Venezuela.

Gambar 4.11 Wisata kereta gantung yang telah ada

(Sumber: http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/)

Bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan objek daya tarik

batu Sinallung yaitu khususnya bagi para muda-mudi desa dapat berperan sebagai

pemandu jalan bagi wisatawan yang tertarik untuk melakukan panjat tebing, hal

tersebut sebagai pendayagunaan potensi sumber daya manusia yang ada, yang

akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, serta menjadikan

masyarakat menjadi lebih aktif dan kreatif.

Selain panorama pemandangan Batu Sinallung ada juga bukit yang dikenal

oleh masyarakat Desa Simonis pada umumnya sebagai bukit tertinggi yang ada di

Desa Simonis, yaitu bukit Tor Simargolang, yang merupakan bagian dari jajaran

bukit barisan. Dari puncak bukit Tor Simargolang dapat memandang seluruh Desa

Simonis juga keindahan panorama Batu Sinallung. Tidak hanya itu, dari puncak

bukit Tor Simargolang juga dapat melihat desa-desa sekitar seperti Desa Meranti

Omas, Desa Sibito, Desa Perkebunan Halimbe, dan Desa Perkebunan Aek

(45)
[image:45.595.114.511.84.294.2]

Gambar 4.12 Letak Bukit Tor Simargolang

(Sumber: Google image dan dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Jarak bukit Tor Simargolang dengan jalan lintas Desa Simonis lebih

kurang 500 meter. Dan untuk menuju ke lokasi dapat dicapai dengan kendaraan

roda empat maupun roda dua. Bukit Tor Simargolang oleh masyarakat desa

Simonis dijadikan sebagai lahan perkebunan karet dan kelapa sawit. yang status

lahannya dimiliki oleh beberapa orang. Bukit Tor Simargolang sebagai bukit

tertinggi di Desa Simonis, memiliki potensi untuk dikembangkan dan dikelola

dengan lebih baik, tidak hanya menjadi lahan perkebunan saja bagi masyarakat,

tetapi bila potensinya direncanakan dan dikelola sebagai objek wisata, tentu akan

lebih menguntungkan bagi masyarakat serta akan memberikan keuntungan dalam

jangka panjang.

Kemudian terkait rencana pengembangan desa menjadi tujuan ekowisata

yang mengarah pada wisata berbasis masyarakat, hal tersebut tentu memiliki

(46)

hayati. Maka dari itu, dalam pengembangan kawasan menjadi tujuan wisata

penting bagi perencana pengembangan kawasan untuk memikirkan

program-program pelestarian dapat terus menjaga kelestarian lingkungan desa. Jika dilihat

dari respon masyarakat apabila program pelestarian lingkungan dilaksanakan di

desa mereka, mayoritas masyarakat menyatakan siap mendukung (86,7%),

sedangkan sebagian masyarakat tidak paham terhadap program pelestarian

lingkungan (13,3%). Dengan demikian masyarakat perlu untuk diberi penerangan

dan pengarahan untuk pengembangan ekowisata di desa mereka. Sehingga dengan

demikian dukungan dan kesiapan masyarakat untuk menjalankan program

pelestarian lingkungan semakin optimal. Hal tersebut seperti pendapat Bapak

Rahmat Syahputra, bahwa:

“untuk pelaksanaan program pelestarian lingkungan di Desa

Simonis saya rasa sangat cocok sekali, karna melihat potensi terbesar yang ada di desa ini ya potensi sumber daya alamnya, terutama dari sektor pertanian yang memang menjadi penghasilan utama mayoritas masyarakat desa ini”.

Jika disimpulkan secara keseluruhan, sebagian besar masyarakat

mendukung adanya program pelestarian lingkungan di desa mereka. Dalam

penerapan program pelestarian dengan cara pembudidayaan harus melibatkan

masyarakat. Partisipasi masyarakat akan mendorong mereka untuk bekerjasama

untuk mencapai tujuan bersama. Keterlibatan masyarakat yang berbasis

pengetahuan lokal akan memberikan keuntungan pada program pelestarian

lingkungan yang akan dijalankan. Dengan adanya keterlibatan masyarakat lokal

akan memudahkan pihak lain untuk memperoleh informasi yang tidak diketahui

(47)

masyarakat lokal dalam program pelestraian lingkungan diharapkan akan dapat

melibatkan masyarakat desa keseluruhan, sebab masyarakat yang akan menerima

manfaat dari jalannya program pelestarian lingkungan tersebut.

[image:47.595.149.472.158.390.2]

Gambar 4.13 Panorama pemandangan dari puncak bukit Tor Simargolang

(Sumber: Dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Saat ini, pada lokasi bukit Tor Simargolang sebagian mulai ditanami

dengan pohon buah-buahan. Potensi bukit Torsimargolang dapat dirancang

sebagai objek wisata menara pemandangan untuk memandang keindahan

panorama alam Desa Simonis dan sekitarnya, juga untuk menikmati keindahan

panorama saat matahari tenggelam maupun terbit yang di lengkapi dengan kebun

buah. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Bapak Suhendro sebagai salah

satu pemilik lahan dari lokasi Bukit Tor Simargolang:

(48)

Adanya gambaran pemikiran masyarakat untuk mengembangkan daya

tarik yang ada di desa tempat mereka tinggal, merupakan potensi yang dapat

mendukung pelaksanaan pengembangan wisata di desa. Di wilayah Indonesia

sendiri untuk objek wisata menara pandang masing sedikit dan diantara yang

sudah dikenal adalah menara pandang Tele yang berada di jalan Tele, Pangururan,

dan menara pandang Siring yang berada di kota Banjarmasin (gambar 4.14)

[image:48.595.117.511.243.391.2]

Menara pandang Tele Menara pandang Siring

Gambar 4.14 Objek wisata menara pandang

(Sumber: Dokumentasi pribadi : Tahun 2016)

Sebagai upaya awal yang mulai dilakukan untuk menjadikan Desa Simonis

menjadi daerah tujuan wisata yang berbasis masyarakat dengan arah

pengembangan ekowisata, masyarakat desa setempat secara bersama-sama mulai

mencanangkan program untuk menanam pohon buah-buahan. Hal tersebut

merupakan langkah positif sebagai upaya untuk pengembangan desa sekaligus

peningkatan pendapatan masyarakat. Adanya upaya yang dilakukan untuk

pemanfaatan sumber daya alam yang ada, merupakan suatu potensi untuk dapat

(49)

4.1.4 Potensi sektor pertanian

Salah satu hasil andalan dari Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah kelapa

sawit dan karet, baik lahan yang dimiliki masyarakat maupun yang dimiliki

perusahaan swasta dan BUMN. Kondisi topografi dan tanah yang mendukung

untuk dijadikan lahan bertani atau berkebun, oleh masyarakat dikelola dan

dimanfaatkan untuk menanam komoditi tanaman kelapa sawit dan karet (gambar

[image:49.595.121.496.274.409.2]

4.15).

Gambar 4.15 Potensi pertanian/perkebunan kelapa sawit dan kare

Gambar

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Labuhanbatu Utara (Sumber: Google Image)
Gambaran kawasan Desa Simonis
Gambar 3.3 Kerangka Penelitian (Sumber: Analisa Peneliti)
Gambar 4.1  Gambaran kondisi sungai Aek Natas (Sumber: Dokumentasi Pribadi : Tahun 2016)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata adalah objek wisata dan daya tarik wisata, yang sekilas memilik makna yang sama namun

Hasil Penelitian ini menunjukkan (1) Fasilitas utama Objek wisata yang merupakan daya tarik pengunjung Taman Wisata Waterboom yaitu: (a) Tersedianya 1

Penelitian bertujuan mengevaluasi kegiatan dalam rangka pembenahan kualitas daya tarik wisata tracking dan mengkaji kendala-kendala yang dihadapi dalam

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 danau Prioritas.

Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata serta Alternatif Perencanaan Paket Wisata di Kabupaten Merangin Propinsi Jambi.. Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan

Pada tahap perencanaan masyarakat terlibat dalam memberikan ide untuk mengembangkan potensi objek daya tarik di desa yang memiliki nilai daya tarik bagi wisatawan

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan daya tarik wisata Pantai Pandawa untuk mengetahui tahapan dan tingkatan partisipasi masyarakat yang diterapkan pada daya tarik

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan guna menganalisis persepsi pengunjung terhadap objek daya tarik wisata Gunung Masurai sehingga nantinya dapat menjadi acuan bagi