• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Terhadap Laporan Keuangan SKPD ( Studi Kasus Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Terhadap Laporan Keuangan SKPD ( Studi Kasus Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara )"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan DaerahEdisi ke-2. Jakarta: PT Indeks.

Erlina., Omar, Sakti, Rambe., Rasdianto. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Jakarta: Salemba Empat.

Gert, Paulsson. 2006. Accrual Accounting in the Public: Experiences From The central Government in Sweden. Financial Accounting & Management, 22 (1) February 2006, 0267-4424, (http://onlinelibrary.wiley.com/, diakses 5 Juni 2016)

Halim, Abdul., Muhammad, Syam, Kusufi. 2014. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta: Salemba

Hariyanto, Agus. 2012. Pengunaan Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Skripsi, STIE Dharma Putra Semarang, Tidak Dipublikasikan.

Kusuma, Ririz. 2013.Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Kasus pada Pemerintah Kabupaten Jember). Skripsi, Universitas Jember. Tidak Dipublikasikan.

Langelo, F., Saerang, D.P.E., Alexander, S.W. 2014. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dalam Penyajian Laporan Keuangan pada Pemerintah Daerah Bitung. Jurnal EMBA Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Online), Vol.3, No.1

Oktarina, Mia., Raharjo, Kharis., Andini, Rita. 2016. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Kualitas Aparatur Pemerintah daerah dan Good Governance Terhadap Kualitas Laporan Keuangan di Kota Semarang (Studi Kasus pada Dinas Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Semarang Tahun 2014). Universitas Pandanaran Semarang. Jurnal of Accounting, Volume 2, No.2, Maret 2016.

(2)

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013. tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Jakarta.

Riyanto., Puji, Agus. 2015. Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

__________. 2016. Pengantar Akuntansi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Suwanda, Dadang., Hendri, Santosa. 2014. Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual Berpedoman pada SAP. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Harto, Tri, A. B. 2013. Sistem Akuntansi Pemerintahan Basis Akrual dengan Entri Berpasangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tanjung, Abdul Hafis. 2012. Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 17 tahun 2003. tentang Keuangan Negara. Jakarta.

Usman., Sunandar., Ida, Farida. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Akrual pada Entitas Pemerintah Daerah. Universitas Sebelas Maret. Jurnal Vol.15, No.2 (http://journal.umy.ac.id/, diakses 24 Juli 2016).

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal yang saat ini berlaku. Di dalam penelitian ini terdapat upaya mendeskripsikan dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada saat ini. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan memperoleh informasi mengenai keadaan pada saat ini dan melihat antara teori-teori yang ada.

Menurut Sugiyono (2012, hal. 13) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

3.2 Jenis Data dan Sumber Data 3.2.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan untuk memudahkan peneliti menganalisis pengaruh penerapan akuntansi berbasis akrual pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara adalah :

(4)

b. Data Kuantitatif merupakan data berbentuk angka-angka baik secara langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala interval. Seperti laporan keuangan instansi.

3.2.2 Sumber Data

Jenis data yang digunakan untuk memudahkan peneliti menganalisis pengaruh penerapan akuntansi berbasis akrual pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara adalah :

a. Data Sekunder, data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah diolah sehingga lebih komparatif jika digunakan oleh pihak yang berkepentingan. Misalnya catatan perusahaan, bahan-bahan dokumen, buku-buku yang sesuai permasalahan.

b. Data Primer, data yang didapat dari sumber-sumber pertama yang merupakan data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan pegawai Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.

3.3Metode Pengumpulan Data

(5)

yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, serta melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen yang mendukung penelitian.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2016. Adapun tempat penelitian adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Teuku Daud No. 5 Medan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian

Tahapan Penelitian

Juni Juli Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Judul

Penyelesaian Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data

Pengolahan Data

(6)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penulis telah mengikuti penelitian untuk penyusunan skripsi atau tugas akhir, maka oleh karena itu penulis mendapat tempat untuk meneliti suatu judul yang telah penulis buat, judul tersebut adalah “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual terhadap Laporan Keuangan SKPD (Studi Kasus pada Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu)”, adapun hasil penelitian yang didapat oleh penulis antara lain :

4.1.1 Gambaran UmumBLH-SU

(7)

Adapun yang menjadi landasan utama dalam pelaksanaan kegiatan di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara adalah konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, yang mengandung makna bahwa setiap orang memiliki kewajiban dan tanggungjawab dalam pemeliharaan dan kelestarian lingkungan hidup, baik untuk saat sekarang ini dan kelangsungannya dimasa yang akan datang.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini mengisyaratkan kepada keimbangan dalam Aspek Sosial, Aspek Lingkungan Hidup dan Aspek Ekonomi dalam pelaksanaan pembangunan di Sumatera Utara.

Akan tetapi pada kenyataannya penurunan kualitas lingkungan masih terus terjadi , antara lain disebabkan oleh pencemaran lingkungan hidup akibat limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, limbah domestik yang belum dikelola dengan baik serta pencemaran udara yang berasal dari sumber bergerak (kendaraan bermotor), sumber tidak bergerak dari cerobong asap pabrik dan kebakaran hutan.

Kondisi lingkungan seperti saat sekarang ini tidak dapat dipungkiri merupakan dampak dari meningkatnya kegiatan pembangunan dan eksploitasi pemanfaatan sumber daya alam karena masih banyak program-program pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan.

(8)

Perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum lingkungan hidup di Sumatera Utara relevan dengan program-program prioritas Badan Lingkungan Hidup, yaitu :

a. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

b. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup c. Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut. d. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam

dan Lingkungan Hidup.

1) Tugas, Fungsi dan Visi Misi

• Tugas

(9)

Sumatera Utara yang juga merupakan unsur penunjang Pemerintah Provinsi dengan tugas sebagai berikut:

a) Merumuskan kebijakan teknis bidang lingkungan hidup meliputi perencanaan, pengendalian, pengawasan dampak lingkungan hidup termasuk pengembangan model-model konservasi keanekaragaman hayati, strategi penegakan hukum, pengembangan instrumen ekonomi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup;

b) Melaksanakan koordinasi pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan;

c) Memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan;

d) Melakukan penegakan hukum lingkungan baik secara administrasi, perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, dengan mengembangkan sistem insentif-disinsentif dan pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian dampak lingkungan;

e) Melaksanakan pelayanan bidang lingkungan hidup dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup; f) Melakukan koordinasi dan pengawasan dalam rangka konservasi

sumber daya alam;

(10)

evaluasi dalam pengelolaan lingkungan hidup terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan;

h) Menyelenggarakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan;

i) Menyelenggarakan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pengelolaan Kualitas Sungai Deli dan Belawan;

j) Menyelenggarakan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pusat Kajian Ekologis Pesisir dan Laut;

k) Menyelenggarakan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pengelolaan Kualitas Air Danau Toba;

l) Melakukan pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan hidup;

m) Melakukan pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga non pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup;

n) Melaksanakan kegiatan tambahan yang meliputi :

 Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang lingkungan hidup.

(11)

o) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekretaris Daerah, sesuai bidang tugas dan fungsinya; p) Pemberian masukan yang perlu kepada Gubernur dan Sekretaris

Daerah sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

q) Pelaporan dan mempertangungjawabkan atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, sesuai standar yang ditetapkan.

• Fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 Provinsi Sumatera Utara, dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, BLH Provinsi Sumatera Utara mempunyai fungsi:

a) Merumuskan kebijakan lingkungan hidup, yang meliputi perencanaan, pengendalian, pengawasan dampak lingkungan hidup, termasuk pengembangan model-model konservasi keaneka ragaman hayati, strategi penegakan hukum, pengembangan instrumen ekonomi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.

b) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan meliputi :

(12)

 Pengendalian pencemaran dan atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi biomassa,

 Pengendalian pencemaran dan atau kerusakan pesisir dan laut ,  Penanggulan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat

bencana (banjir, longsor, kekeringan dan kebakaran hutan),

 Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan perlindungan atmosfir. c) Memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian

dampak lingkungan, yang meliputi :  Penerapan AMDAL,

 Penerapan instrumen baru dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan,

 Monitoring kualitas air,

 Penerapan sistem management lingkungan eko label, produksi bersih dan teknologi ramah lingkungan.

 Pengembangan perangkat ekonomi lingkungan

 Penerapan Standard Nasional Indonesia (SNI) dan standard kompetensi personil Bidang Lingkungan Hidup,

 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ,  Laboratorium Lingkungan.

(13)

disinsentif dan pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian dampak lingkungan.

e) Melaksanakan pelayanan bidang lingkungan hidup dengan mengacu pada Standard Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup.

f) Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan meliputi kegiatan pendidikan dan pelatihan.

g) Melakukan koordinasi dan pengawasan dalam rangka konservasi sumber daya alam.

h) Melakukan pengendalian tata ruang, melalui koordinasi dan peningkatan keterpaduan dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dalam pengelolaan lingkungan hidup terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan

i) Menyelenggarakan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Laboratorium Lingkungan

j) Menyelenggarakan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pusat Kajian Ekologi Pesisir dan Laut.

k) Menyelenggarakan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pengelolaan Kualitas Air Sungai Belawan-Deli

l) Menyelenggarakan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Pengelolaan Kualitas Air Danau Toba

(14)

n) Melakukan pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga non pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup.

o) Melaksanakan kegiatan-kegiatan tambahan yang meliputi :

 Pelaksanaan dana dekonsentrasi, tugas pembantuan dan dana alokasi khusus (DAK) bidang lingkungan hidup

 Pelaksanaan program strategis bidang lingkungan hiudp antara lain, Adipura, Menuju Indonesia Hijau dan Proper.

• Visi dan Misi

Visi Badan Lingkungan Hidup adalah : “Menjadi pembina dan koordinator yang handal dan profesional dalam pengendalian dampak lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.”

Misi Badan Lingkungan Hidup adalah : “Memberikan kontribusi nyata dalam pencegahan, penanggulangan pencemaran, kerusakan dan pemulihan kualitas lingkungan hidup melalui : Perumusan Kebijakan, Koordinasi pelaksanaan, Pembinaan dan Pengawasan teknis, Pengkajian dan Evaluasi, Pengembangan Kelembagaan, SDM dan Program Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan Hidup.”

(15)

yang baik dengan uraian bahwa Tupoksi Badan Lingkungan Hidup terkandung :

a) Tata Lingkungan dan AMDAL

Dengan penataan lingkungan (Tata Ruang Wilayah) dan penyediaan dokumen AMDAL / UKL-UPL sebagai dokumen perencanaan maka lingkungan hidup akan lebih baik karena didasari dengan kajian-kajian ilmiah terhadap aspek fisika, kimia dan biologi.

b) Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Limbah Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan yang dikendalikan , limbah di kelola dengan baik, maka dampak yang ditimbulkan akan dapat dihindarkan sehingga lingkungan hidup memberikan ruang “sehat” bagi masyarakat.

c) Penaatan Lingkungan dan Komunikasi Lingkungan

(16)

2) Struktur Organisasi

BerdasarkanPeraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah, maka telah ditetapkan Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut : • Kepala Badan

• Sekretariat, terdiri dari : a) Subbag Umum b) Subbag Keuangan c) Subbag Program

• Bidang Tata Lingkungan dan AMDAL, terdiri dari : a) Subbid Konservasi dan Tata Lingkungan b) Subbid Amdal

• Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Limbah, terdiri dari:

a) Subbid Pengendalian Pencemaran

b) Subbid Pengelolaan Limbah Domestik dan B3

• Bidang Pengendalian Kerusakan dan Pemulihan Lingkungan, terdiri dari :

a) Subbid Pengendalian Kerusakan Lingkungan b) Subbid Pemulihan Lingkungan

• Bidang Penaatan dan Komunikasi Lingkungan, terdiri dari : a) Subbid Penegakan Hukum Lingkungan

(17)

• Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Lingk., terdiri dari : a) Subbag Tata Usaha

b) Seksi Sistem Mutu

c) Seksi Promosi dan Pengembangan

• Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pengelolaan Kualitas Sungai Deli dan Belawan, terdiri dari :

a) Subbag Tata Usaha

• Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pengelolaan Kualitas Air Danau Toba, terdiri dari:

a) Subbag Tata Usaha

• Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pusat Kajian Ekologi Pesisir dan Laut, terdiri dari :

(18)

Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Pengelolaan Limbah Bidang

Tata Lingkungan dan Amdal

UPT labaratorium Lingkungan

UPT Pusat Kajian Ekologi Pesisir dan Laut

UPT Pengelolaan Kualitas

Air Sungai Belawan- Deli Kualitas Air Danau Toba UPT Pengelolaan

SubbagTata Usaha

Seksi Sistem Mutu

Seksi Promosi dan

Pengembangan

Subbag Tata Usaha Subbag TataUsaha Subbag Tata Usaha

Subbid AMDAL

Subbid Konservasi dan Tata Lingkungan

(19)

4.1.2 Perbandingan Laporan Keuangan Berbasis Kas dengan Laporan Keuangan Berbasis Akrual

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dengan menggunakan data kuantitatif yang didukung oleh dasar teori dan metode penelitian yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka penulis membandingkan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu pada tahun 2014 dengan tahun 2015 untuk menemukan jawaban atas rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab terdahulu yaitu Bagaimana Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah dilakukan Badan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu dalam melakukan penerapan SAP tersebut.

a. Laporan Keuangan Berbasis Kas (Tahun 2014)

(20)

Keuangan. Rincian masing-masing laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Laporan Realisasi Anggaran

Berdasarkan data penelitian dalam lampiran 1, Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2014 terdiri dari :

• Pos Pendapatan

Pada pos pendapatan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu terbagi atas Pendapatan Asli Daerah. Laporan Realisasi Anggaran Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu untuk Tahun Anggaran 2014 menunjukkan bahwa seluruh penerimaan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu bersumber dari Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada UPT. Laboratorium Lingkungan. Pendapatan retribusi tersebut ditargetkan sebesar Rp 2.000.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp 997.470.763,00 atau sebesar 49,87%.

Penjurnalan pos pendapatan yang dilakukan PPK-SKPD setelah menerima SPJ penerimaan dan lampirannya dari bendahara penerimaan adalah sebagai berikut :

Nomor

Rekening Keterangan Realisasi

1.1.1.02.01 4.1.2.02.01

Kas dibendahara Penerimaan

Retribusi pemakaian kekayaan daerah

(21)

Pendapatan yang diterima tersebut kemudian disetor kepada kas daerah. Kemudian PPK-SKPD mencatat transaksi penyetoran tersebut dengan jurnal :

Nomor

Rekening Keterangan Realisasi

1.1.1.01.0 1

1.1.1.02.0 1

Rek. Kas Daerah (PPKD) Kas dibendahara Penerimaan

997.470.763 997.470.763

• Pos Belanja

Pada pos belanja, Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu memiliki Belanja Operasi dan Belanja Modal, dimana Belanja Operasi terdiri atas Belanja Pegawai dan Belanja Barang Jasa. Total realisasi belanja tahun anggaran 2014 menunjukkan angka sebesar Rp 33.439.843.262,- dengan realisasi sebesar Rp29.249.324.796,- atau 87,47% dari jumlah yang dianggarkan, yang terdiri dari : Belanja Operasi sebesar Rp 28.855.466.841,- atau 87,37% dan Belanja Modal sebesar Rp 393.857.955,- atau 94,97%.

Jurnal untuk akuntansi belanja yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu adalah sebagai berikut :

a) Untuk tahun anggaran 2014 PPK-SKPD menerima uang atas pencairan SP2D maka PPK-SKPD membuat jurnal :

Nomor

Rekening Keterangan Realisasi

1.1.1.03.01 1.1.1.01.01

Kas dibendahara Pengeluaran Rek. Kas Daerah (PPKD)

(22)

Kemudian secara berkala, PPK-SKPD menerima SPJ dari bendahara pengeluaran. SPJ tersebut dilampiri dengan bukti transaksi atas pemakaian uang tersebut, maka berdasarkan SPJ dan bukti transaksi tersebut, PPK-SKPD menjurnal sebagai berikut :

Nomor

Rekening Keterangan Realisasi

5.2.1 5.2.2 5.2.3 1.1.1.03.01

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal

Kas dibendahara Pengeluaran

12.567.511.894 16.287.954.947 393.857.955 29.249.324.796

2) Neraca

Berdasarkan data penelitian dalam lampiran 1, Neraca Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu tahun anggaran 2014 menunjukkan bahwa :

• Asset yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Provsu sebesar Rp. 66.697.274.456,- yang terdiri dari : Asset Lancar sebesar Rp.

80.235.025,-, Asset Tetap sebesar Rp. 63.528.899.629 dan Asset Lainnya sebesar Rp. 3.088.139.802,-.

• Kewajiban yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Provsu sebesar Rp. 1.650.000,- yang berasal dari kewajiban jangka pendek, yaitu utang perhitungan pihak ketiga dimana Badan Lingkungan Hidup memiliki Utang Pemotongan Pajak Pusat sebesar Rp. 1.650.000,- • Ekuitas Dana yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Provsu

(23)

sebesar Rp.(28.173.269.008,-), Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp. 66.617.039.431,- dan Ekuitas Dana untuk Dikonsolidasikan sebesar Rp. 28.251.854.033,-

3) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Berdasarkan data penelitian dalam lampiran 1, Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Badan Lingkungan Hidup Provsu tahun anggaran 2014 menyajikan informasi mengenai :

• Maksud dan Tujuan Laporan Keuangan

• Informasi tentang Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD SKPD;

• Ikhtisar Pencapaian Target Kinerja Keuangan SKPD; • Kebijakan Akuntansi;

• Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan SKPD, dan • Penjelasan atas Informasi-informasi Non Keuangan.

b. Laporan Keuangan Berbasis Akrual (Tahun 2015)

(24)

akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada tahun 2015. Laporan Keuangan dimaksud terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Rincian masing-masing laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Laporan Realisasi Anggaran

Berdasarkan data penelitian dalam lampiran 2, Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2015 terdiri dari :

• Pos Pendapatan

Pada pos pendapatan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu terbagi atas Pendapatan Asli Daerah. Laporan Realisasi Anggaran Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu untuk Tahun Anggaran 2015 menunjukkan bahwa seluruh penerimaan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu bersumber dari Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada UPT. Laboratorium Lingkungan. Pendapatan retribusi tersebut ditargetkan sebesar Rp 800.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp 585.799.000,- atau sebesar 73,22%.

(25)

Nomor

Rekening Keterangan Debet Kredit

1.1.1.02.01 8.1.2.15.02 7.3.4.01.01 4.1.2.15.02

Kas dibendahara Penerimaan Laboratorium – LO

Perubahan SAL Laboratorium – LRA

585.799.000

585.799.000

585.799.000

585.799.000 Pendapatan yang diterima tersebut kemudian disetor kepada kas daerah. Kemudian PPK-SKPD mencatat transaksi penyetoran tersebut dengan jurnal :

Nomor

Rekening Keterangan Debet Kredit

1.1.1.01.01 1.1.1.02.01

Rek. Kas Daerah (PPKD) Kas dibendahara Penerimaan

585.799.000

585.799.000

• Pos Belanja

(26)

Jurnal untuk akuntansi belanja yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provsu pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :

a) SKPD menerima uang atas pencairan SP2D maka PPK-SKPD membuat jurnal :

Nomor

Rekening Keterangan Debet Kredit

1.1.1.03.02 1.1.1.01.01

Kas dibendahara Pengeluaran Rek. Kas Daerah (PPKD)

23.015.420.12

2 23.015.420.12 2

Kemudian secara berkala, PPK-SKPD menerima SPJ dari bendahara pengeluaran. SPJ tersebut dilampiri dengan bukti transaksi atas pemakaian uang tersebut, maka berdasarkan SPJ dan bukti transaksi tersebut, PPK-SKPD menjurnal sebagai berikut :

Nomor

Rekening Keterangan Debet Kredit

5.2.1

Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal

Kas dibendahara Pengeluaran

12.022.053.39

(27)

• Asset yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Provsu sebesar Rp. 66.697.274.456,- yang terdiri dari : Asset Lancar sebesar Rp. 248.791.248,44,-, Asset Tetap sebesar Rp. 40.724.720.084 dan Asset Lainnya sebesar Rp. 2.337.644.841,-.

• Kewajiban yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Provsu sebesar Rp. 25.581.617,- yang berasal dari kewajiban jangka pendek, yaitu utang beban yang berasal dari Biaya Listrik, Biaya Air dan Biaya telepon dengan perincian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Rincian Utang Beban (Sumber : CaLK BLH-SU, 2015)

No Uraian Rp

1. Beban Listrik 21.069.473,-

2. Beban Air 3.961.300,-

3. Beban Telepon 550.844,-

Jumlah . 25.581.617,-

• Ekuitas Dana yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Provsu sebesar Rp. 43.294.213.904,-

3) Laporan Operasional

(28)

• Pendapatan Asli Daerah, yaitu Pendapatan Retribusi Daerah sebesar Rp. 745.256.000,- dan

• Beban sebesar Rp. 23.900.801.997,86, yang terdiri dari beban pegawai sebesar Rp. 12.022.053.397,-, beban barang dan jasa sebesar Rp. 9.058.735.281,-, beban penyusutan dan amortisasi sebesar Rp. 2.818.418.746,-, dan beban penyisihan piutang sebesar Rp. 1.594.573,86.

4) Laporan Perubahan Ekuitas

Pada tahun 2015 Badan lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara juga menyajikan telah laporan perubahan ekuitas, pada lampiran 2 perincian Laporan Perubahan Ekuitas menunjukkan bahwa :

• Ekuitas Dana Awal adalah sebesar Rp. 66.690.716.508,-. Saldo ini berasal dari saldo ekuitas dana akhir pada 31 Desember 2014. • Saldo Defisit yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Provsu

sebesar Rp. 23.155.545.997,86

• Ekuitas untuk di konsolidasikan sebesar Rp. 22.429.621.122,- • Saldo atas Koreksi Ekuitas Lainnya sebesar Rp. 22.679.217.075,70

• Saldo Ekuitas Akhir per 31 Desember adalah sebesar Rp. 43,285,574,556.44

5) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

(29)

anggaran 2015 secara sistematis masih sama dengan tahun 2014, yaitu menyajikan informasi mengenai :

• Maksud dan Tujuan Laporan Keuangan

• Informasi tentang Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD SKPD;

• Ikhtisar Pencapaian Target Kinerja Keuangan SKPD; • Kebijakan Akuntansi;

• Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan SKPD, dan • Penjelasan atas Informasi-informasi Non Keuangan.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pada Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu, dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut :

4.2.1 Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Berbasis Kas dengan Laporan Keuangan Berbasis Akrual

(30)

a. Pada Tahun 2014 dalam melakukan pencatatan transaksi sebagaimana dapat dilihat pada jurnal pendapatan dan belanja Badan Lingkungan Hidup Provsu masih menggunakan metode lama yaitu single entry dan belum melakukan pencatatan menggunakan metode double entry sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Sedangkan pada tahun 2015 Badan Lingkungan Hidup Provsu telah menggunakan metode double entry dalam pencatatan transaksinya. Manfaat dari penerapan double entry accounting system menurut Standar Akuntansi Pemerintahan adalah dapat meminimalisasi tindakan korupsi, dapat dilakukannya penilaian kinerja pemerintah oleh masyarakat, pemerintah dapat mempublikasikan laporan keuangan, dapat membuka peluang bagi investor untuk penanaman modal, adanya kontrol yang lebih jelas dalam pengeluaran kas, adanya transparansi laporan keuangan, adanya persepsi baru tentang sub bagian pembukuan dan baik untuk pengawasan serta akan tercipta good governance.

(31)

mengelola Perbendaharaan Umum, pada Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara Laporan ini disusun oleh Biro Keuangan Setdaprovsu. Sedangkan Pada tahun 2015 Badan Lingkungan Hidup provsu menyusun Laporan Keuangan tahunan sesuai dengan Peraturan pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar Akuntansi Pemerintahan. Adapun laporan dimaksud adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas laporan Keuangan. Badan Lingkungan Hidup Provsu tidak menyusun Laporan Arus Kas dan Laporan Saldo Anggran Lebih sebagaimana yang tercantum pada PP Nomor 71 tahun 2010. Kedua laporan tersebut disusun oleh Biro Keuangan setdaprovsu dsebagai SKPD yang mengelola perbendaharaan umum pada Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.

Untuk memudahkan pembaca dalam melakukan perbandingan terhadap laporan keuangan berbasis kas dengan laporan keuangan berbasis akrual, penulis melakukan rekapitulasi hasil penelitian yang ditemukan pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara melalui tabel rekapitulasi berikut :

Tabel 4.2

Rekapitulasi Perbandingan Laporan Keuangan Berbasis Kas dengan Laporan Keungan Berbasis Akrual

(32)

Penerapan Pencatatan Akuntansi (Pendapatan,

Belanja dan Aset) Single Entry Double Entry Laporan Keuangan Terdiri dari 3 (tiga)

laporan, yaitu : 1. Laporan Realisasi

Anggaran (LRA) 2. Neraca

3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Terdiri dari 5 (lima) Laporan, yaitu : 1. Laporan Realisasi

Anggaran (LRA) 2. Neraca

3. Laporan Operasinal (LO)

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 5. Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK)

Dari hasil rekapitulasi perbandingan yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada tabel IV-2 maka Badan Lingkungan Hidup Provsu pada tahun anngaran 2014 masih belum melakukan Pelaporan Keuangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pada tahun 2014 Badan Lingkungan Hidup provsu masih melakukan pencatatan akuntansi dengan single entry sementara sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan menggunakan double entry, namun untuk penyusunan laporan keuangan Badan Lingkungan Hidup telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

(33)

4.2.2 Analisis Kelebihan Laporan Keuangan berbasis kas dengan laporan keuangan berbasis akrual

a. Kelebihan Laporan Keuangan Berbasis Kas

Menurut pengamatan penulis dari penelitian yang telah dilakukan kelebihan laporan Keuangan Berbasis Kas adalah sebagai berikut :

1) Relatif Sederhana;

2) Mudah dipahami dan dilaksanakan;

3) Beban belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas walaupun beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan dalam penghitungan pendapatan;

4) Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar mencerminkan posisi yang sebenanya;

5) Pembuat laporan keuangan tidak membutuhkan pengetahuan yang mendetail tentang akuntansi;

6) Pembuat laporan keuangan memakan waktu relatif lebih singkat dalam proses pengerjaannya;

7) Pihak Auditor lebih mudah dalam melakukan audit.

b. Kelebihan Laporan Keuangan Berbasis Akrual

Menurut Pengamatan penulis dari peneletitian yang dilakukan, kelebihan laporan keuangan berbasis akrual adalah sebagai beikut :

(34)

2) Informasi pengalokasian sumber daya terlihat lebih akurat; 3) Menghasilkan nilai asset, kewajiban dan ekuitas lebih terperinci; 4) Biaya suatu program/kegiatan lebih terukur;

5) Adanya penyelarasan belanja modal dengan akuntansi penyusutan; 6) Memberikan gambaran lebih detail tentang keuangan SKPD dari

sekedar gambaran kas;

7) Meminimalisir perilaku keuangan para penggunanya untuk tidak melakukan kegiatan manipulasi arus kas;

8) Menunjukkan posisi keuangan SKPD dan perubahan posisi keuangannya;

9) Menunjukkan keberhasilan SKPD dalam mengelola sumber daya yang dikelolanya;

10) Bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja SKPD dalam hal efisiensi dan efektifivitas penggunaan sumber daya.

4.2.3 Analisis Kekurangan/Kelemahan Laporan Keuangan berbasis kas dengan laporan keuangan berbasis akrual

a. Kekurangan/Kelemahan Laporan Akuntansi Berbasis Kas

Adapun kelemahan laporan berbasis kas menurut hasil penelitian penulis adalah sebagai berikut :

1) Hanya terfokus pada pembayaran kas, tidak peduli akan kondisi aset tetap

2) Rentan terhadap manipulasi arus kas

(35)

4) Asset terabaikan atau tidak digunakan secara efektif 5) tidak ada kewajiban menyelaraskanpendapatan vs beban 6) Terbatasnya informasi aset dan kewajiban dalam neraca

7) tidak menggambarkan beban keuangan yang sebenarnya seperti ; beban penyusutan, beban penyisihan piutang tak tertagih dan beban terutang lainnya.

b. Kekurangan/Kelemahan Laporan Keuangan Berbasis Akrual

Kekurangan/kelemahan laporan keuangan berbasis akrual menurut hasil penelitian penulis adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan laporan keuangan lebih detail dan terperinci sehingga memakan waktu yang relative lebih lama;

2) Membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi akuntansi memadai;

3) Pihak Auditor lebih sulit dalam melakukan audit karena laporan keuangan yang lebih kompleks.

(36)
(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera dan hasil analisis yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan serta mencoba memberikan saran atau rekomendasi berdasarkan hasil temuan yang ada di dalam kesimpulan yang dapat digunakan oleh pemangku kepentingan sebagai dasar dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau dalam proses pengambilan keputusan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai Pengaruh Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 masih menerapkan basis kas dan menggunakan sistem pencatatan single entry sedangkan pada tahun 2015 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera telah menggunakan sistem pencatatan double entry dan melakukan penerapan SAP berbasis akrual sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

(38)

terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas laporan Keuangan, dimana format dan uraian perkiraan telah diklasifikasikan secara tepat sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

c. Laporan Keuangan Berbasis Akrual yang dihasilkan Badan Lingkungan Hidup Provsu memiliki berbagai kelebihan dibandingkan laporan keuangan berbasis kas sehingga penerapan SAP berbasis akrual berpengaruh positif terhadap Laporan Keuangan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk tahun anggaran berikutnya hendaknya Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara tetap berpedoman sepenuhnya kepada peraturan-peraturan yang ada, agar pengelolaan keuangan daerah yang benar-benar efektif dapat terwujud dan Laporan Keuangan yang disajikan dapat berguna bagi para pengguna laporan keuangan tersebut.

(39)

memadai serta melakukan pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis terhadap SDM yang sudah ada.

(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Akuntansi

Akuntansi berasal dari bahasa Inggris yaitu “to account” yang artinya menghitung atau mempertanggungjawabkan sesuatu yang ada kaitannya dengan pengelolaan bidang keuangan dari suatu perusahaaan kepada pemiliknya atas kepercayaan yang telah diberikan kepada pengelola tersebut untuk menjalankan kegiatan perusahaan.

Dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda, ada beberapa defenisi dan pengertian akuntansi. Menurut American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) akuntansi didefenisikan sebagai seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.

Sujarweni (2016, hal.2) mendefenisikan akuntansi sebagai proses pengidentifikasian, pengukur dan pelaporan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian-penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

(41)

kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis.

Dari defenisi-defenisi akuntansi tersebut, maka akuntansi dapat dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu :

a. Segi Proses

Akuntansi adalah suatu keterampilan dalam mencatat, menggolongkan dan meringkas transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu lembaga atau perusahaan serta melaporkan hasil-hasilnya di dalam suatu laporan yang disebut laporan keuangan.

b. Segi Fungsi

Akuntansi merupakan suatu kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantutatif terutama yang bersifat keuangan, dari suatu lembaga atau perusahaan yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi diantara berbagai alternative tindakan.

Dengan demikian, dapat dikatakan tujuan utama akuntansi adalah untuk menyajikan informasi yang diperlukan dalam bentuk laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

2.1.2 Ruang Lingkup Akuntansi

(42)

Menurut Sujarweni (2016, hal. 6), “Timbulnya bidang-bidang khusus dilapangan akuntansi dikarenakan adanya kemajuan teknologi dan perekonomian karena kemampuan dari seseorang terhadap cabang ilmu sangat terbatas”. Adapun Bidang-bidang akuntansi tersebut adalah :

a. Akuntansi Keuangan

Akuntansi Keuangan adalah salah satu bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara untuk membeuat laporan keuangan yang berguna untuk pihak dalam dan pihak luar perusahaan. Hasil dai akuntansi keuangan berupa laporan keuangan perusahaan.

b. Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen adalah salah satu bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mengahsilkan informasi keuangan untuk pihak manajemen yang selanjutnyaakan digunakan untuk pengambilan keputusan. Umumnya informasi yang dihasilkan sifatnya lebih dalam dan tidak dipublikasikan.

c. Pemeriksaan Akuntansi

(43)

d. Akuntansi Perpajakan

Akuntansi perpajakan adalah salah satu bidang ilmu akuntansi yang mempelajari perhitungan pajak. Hasil akuntansi perpajakan adalah berupa hasil perhitungan pajak perusahaan yang disetor pada pemerintah.

e. Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi adalah salah satu bidang ilmu akuntansi yang mempelajari prosedur-prosedur akuntansi yang ada dalam perusahaan, misalnya prosedur penjualan, pembelian, penggajian dan lainnya yang menghasilkan informasi sistem-sistem yang berhubungan dengan akuntansi yang digunakan di perusahaan.

f. Anggaran Perusahaan

Bidang ini berhubungan dengan penyusunan rencana keuangan perusahaan dalam satu periode untuk jangka waktu tertentu dimasa datang serta analisa dan pengontrolannya.

g. Akuntansi Pemerintahan / Sektor Publik

(44)

2.2Akuntansi Keuangan Daerah

2.2.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi keuangan daerah adalah suatu proses untuk melakukan pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan dari entitas pemerintah daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah. Darise (2009, hal. 77), menyebutkan :

“Akuntansi keuangan daerah adalah suatu susunan yang teratur dari suatu asas atau teori untuk proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi dari entitas pemerintah daerah, pemda (kabupaten, kota atau provinsi) yang disajikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut”.

Pernyataan ini juga didukung oleh Tanjung (2012, hal. 35 ), yang mendefenisikan akuntansi keuangan daerah sebagai :

“Proses pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk pelaporan hasil-hasilnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

(45)

itu, akuntansi keuangan daerah mengacu pada penerapan teori prinsip atau standar akuntansi pada organisasi yang tidak mencari laba, khususnya unit organisasi pemerintahan.

2.2.2 Sistem Pencatatan

Sistem pencatatan merupakan proses akuntansi untuk melakukan penyusunan atau pembuatan bukti-bukti pembukuan atau bukti transaksi baik transaksi internal maupun transaksi eksternal ke dalam jurnal, baik jurnal umum maupun jurnal khusus dan mempostingnya ke buku besar, baik buku besar utama maupun buku besar pembantu.

Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam akuntansi keuangan daerah selama ini adalah pembukuan. Padahal menurut akuntansi, pengertian demikian tidaklah tepat. Hal ini disebabkan karena akuntansi menggunakan sistem pencatatan.

Salah satu yang membedakan pembukuan dan akuntansi adalah dalam penggunaan sistem pencatatan Menurut Rasdianto, Rambe dan Erlina (2015, hal. 4), “ada beberapa sistem pencatatan yang dapat digunakan yaitu sistem pencatatan single entry, double entry dan triple entry”.

a. Single Entry

(46)

bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berkaitan berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran.

Sistem pencatatan single entry ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami. Namun, sistem ini memiliki kelemahan, antara lain kurang bagus untuk pelaporan (kurang memudahkan penyusun laporan), sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit di kontrol. Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan tersebut.

b. Double Entry

Sistem pencatatan double entry sering disebut juga sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali, dalam artian, bahwa setiap transaksi minimal akan memengaruhi dua perkiraan, satu di sisi debit satu disisi kredit. Sisi debit ada di sebelah kiri, sedangkan sisi kredit di sebelah kanan. Dalam melakukan pencatatan tersebut, setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan antara sisi debit dan kredit dari persamaan dasar akuntansi. Pencatatan dengan sistem double entry sering disebut dengan istilah menjurnal.

(47)

sisi debit harus sama dengan sisi kredit. Persamaan akuntansi terbentuk sebagai berikut :

c. Triple Entry

Sistem pencatatan triple entry pada dasarnya adalah sistem pencatatan yang menggunakan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Pencatatan pada buku anggaran ini merupakan pencatatan tentang anggaran yang telah digunakan sesuai dengan pencatatan pada double entry.

Dengan adanya pencatatan triple entry ini, maka dapat dilihat sisa anggaran untuk masing-masing komponen yang ada di Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Pencatatan dengan sistem triple entry ini dilaksanakan saat pemcatatan double entry dilaksanakan, maka subbagian pembukuan (Bagian Keuangan) Pemerintah Daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran.

2.2.3 Basis Akuntansi

Basis akuntansi berhubungan dengan saat mengakui (mencatat) pendapatan dan biaya atau belanja (expenditure). Agus dan Riyanto (2015, hal. 3), menyebutkan :

“Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan”.

(48)

Secara konseptual hanya terdapat dua basis akuntansi, yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual (accrual basis). Menurut Rasdiato, Rambe dan Erlina (2015, hal. 11) “Basis akuntansi dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia dimulai dengan akuntansi berbasis kas, dilanjutkan dengan akuntansi berbasis kas menuju akrual dan akuntansi berbasis akrual”.

a. Akuntansi Berbasis Kas ( Cash Based Accounting)

Akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan (PSAP No. 1 Paragraf 8). Fokus pengukurannya pada saldo kas dan perubahan saldo kas, dengan cara membedakan antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan.

Ruang lingkup akuntasi berbasis kas ini meliputi saldo kas, penerimaan kas dan pengeluaran kas. Keterbatasan sistem akuntansi berbasis kas adalah keterbatasan informasi yang dihasilkan karena terbatas pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi tidak memperlihatkan pertanggungjawaban manajemen atas asset dan kewajiban.

b. Akuntansi Berbasis Kas menuju Akrual ( Cash Toward Accrual Based Accounting)

(49)

Basis kas menuju akrual relative tidak dikenal di Negara-negara lain, Basis ini merupakan pendekatan transisi dari kas menuju akrual yang berhasil.

Dengan basis ini, pendapatan, belanja dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas, sedangkan asset, utang dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis akrual (PP. 24 tahun 2005).

c. Akuntansi Berbasis Akrual ( Accrual Based Accounting)

Akuntansi berbasis akrual adalah akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (PSAP No. 1 Paragraf 8).

Fokus sistem akuntansi ini adalah pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan daya pada suatu entitas. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013), sistem ini merupakan sistem yang paling modest. Keberhasilan Selandia Baru menerapkan akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai perubahan dalam manajemen sektor publik.

Agus dan Riyanto (2015, hal. 13) menuliskan konsep akrual basis didasari pada 2 (dua) pilar, yaitu :

1) Pengakuan pendapatan

(50)

piutang tak tertagih, sebab pengahsilaan sudah diakui padahal kas belum diterima.

2) Pengakuan Beban

Pengakuan beban dilakukan pada saat kewajiban membayuar sudah terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnnya biaya meskipun beban tersebut belum dibayar.

2.3Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Suwanda dan Santosa (2014; hal. 55) “Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh entitas”. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi pemerintahan (SAP) bahwa “ Laporan Keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan”. Entitas pelaporan dalam pemerintah adalah unit pemerintahan yang biasa dikenal dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

(51)

yang kemudian akan dijadikan dasar dalam membuat Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukannya.

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, hasil operasi dan perubahan ekuitas suatu entitaspelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

2.3.2 Komponen Laporan Keuangan

(52)

a. Laporan Realisasi Anggaran

“Laporan Realisasi Anggaran SKPD menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiyaan yang

masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode tertentu” (PP No. 24 Tahun 2005).

Berdasarkan Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 61-62, laporan realisasi anggaran adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah yang mengambarkan perbandingan antara angaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Menurut Erlina, Rambe dan Rasdianto (2015; hal. 23) unsur yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi angaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer dan pembiayaan. Masing-masing unsur dijelaskan sebagai berikut :

1) Pendapatan–LRA

Pendapatan–LRA adalah penerimaan oleh bendahara umum Negara/bendehara umum daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

2) Belanja

(53)

lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayaranya kembali oleh pemerintah.

3) Transfer

Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

4) Pembiayaan

Pembiayaan adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara laindapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)

(54)

Berdasarkan Kerangka Konseptual PP NO. 71 Tahun 2010 Paragraf 63 dinyatakan bahwa ”Laporan perubahan saldo anggaran lebih

menyajikan informasi kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya”. Sementara PSAP No. 1 Paragraf 41 menyatakan bahwa “Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos sebagai berikut :

1) Saldo anggaran lebih awal

2) Penggunaan saldo anggaran lebih

3) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan 4) Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya 5) Lain-lain

6) Saldo anggaran lebih akhir

c. Neraca

Pada Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 64-65 dikatakan bahwa “Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan entitas pelaoran mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu”.

(55)

1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alas an sejarah budaya.

2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaianya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

3) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara asset dan kewajiban pemerintah.

PSAP No. 1 Paragraf 45-46 menyatakan bahwa “Setiap entitas pelaporan mengklasifikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang dalam neraca”.

Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos pos berikut : 1) Kas dan setara kas

2) Investasi jangka pendek 3) Piutang pajak dan bukan pajak 4) Persediaan

(56)

6) Aset tetap

7) Kewajiban jangka pendek 8) Kewajiban jangka panjang 9) Ekuitas dana.

d. Laporan Operasional

Menurut Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 78-79 “Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan pengunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelengaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan”.

Unsur yang dicakup dalam laporan operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa, dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Pendapatan-LO

Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

2) Beban

Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

3) Transfer

(57)

4) Pos luar biasa

Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.

e. Laporan Arus Kas

Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 80-81 menjelaskan “Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu”. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Penjelasan aktivitas-aktivitas tersebut adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas Operasi

(58)

satu periode akuntansi. Arus kas dari aktivitas ini diperoleh dari aktivitas seperti : penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan pajak (PNBP), penerimaan bagian laba perusahaan negara/daerah, pembayaran hibah, pembayaran subsidi, pembayaran bantuan sosial.

2) Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan asset tetap serta investasi lainya yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas dari aktivitas ini seperti : penjualan aset tetap dan aset lainnya, pembelian investasi dalam bentuk sekuritas, perolehan aset tetap, pembenyukan dana cadangan.

3) Aktivitas Pendanaan

(59)

4) Aktivitas Transitoris

Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas ini mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas ini antara lain : pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, penerimaan/pengeluaran fihak ketiga (PFK).

f. Laporan Perubahan Ekuitas

“Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan disbanding dengan tahun sebelumnya”. Suwanda dan Santosa (2014; hal. 64). Laporan perubahan ekuitas berdasarkan PSAP No. 1 Paragraf 101 dan 102 menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos sebagai berikut :

1) Ekuitas awal

2) Surplus/deficit-LO pada periode bersangkutan

3) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi keslahan mendasar, misalnya :

(60)

• Perubahan nilai asset tetap karena revaluasi asset tetap. 4) Ekuitas akhir.

g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas laporan keuangan adalah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan tujuan agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya.

Pada Kerangka Konseptual PP No. 71 tahun 2010 Paragraf 83 memuat “Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, laporan perubahan SAL, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, neraca, dan laporan arus kas”.

Secara umum, struktur CaLK mengungkapkan/menyajikan hal-hal sebagai berikut :

1) Informasi umumtentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi, 2) Informasi tentang kebijakan fiscal/keuangan dan ekonomi makro, 3) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan

berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target,

(61)

5) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada laporan keuangan lainnya,

6) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam laporan keuangan lainnya,

7) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

2.4 Penelitian Terdahulu

(62)

Agus Hariyanto pada tahun 2012 melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keuangan yang disusun dengan basis akrual akan mempermudah para pemakai untuk membandingkan secara berimbang antara alternatif dari pemakaian sumber daya, menilai kinerja, posisi keuangan, dan arus kas dari entitas pemerintah, melakukan evaluasi atas kemampuan pemerintah untuk mendanai kegiatannya.

Kusuma Tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Kasus Pada Kabupaten Jember)”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesiapan Pemda Kabupaten Jember , mengetahui kendala dalam implementasi PP No.71 Tahun 2010 dan untuk mengetahui model strategis akselerasi implementasi PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dilihat dari parameter integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap

(63)

dikarenakan kesiapan SDM, infrastruktur dan penganggaran yang masih sementara dilakukan dan belum rampung semuanya.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu (Sumber : Data yang diolah Peneliti, 2016)

No Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 Langelo,

Pemkot Bitung Belum

Sepenuhnya Siap Menerapkan Standar Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual. Hal ini dikarenakan kesiapan SDM, infrastruktur dan penganggaran yang masih sementara dilakukan dan belum rampung semuanya. 2 Kusuma

Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dilihat dari parameter integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap. 3 Hariyanto

Keuangan yang disusun dengan basis akrual akan

mempermudah para pemakai untuk membandingkan secara berimbang antara alternatif dari pemakaian sumber daya, menilai kinerja, posisi keuangan, dan arus kas dari entitas pemerintah, melakukan evaluasi atas kemampuan pemerintah untuk mendanai kegiatannya.

4 Gert Paulsson (2006)

Accrual Accounting in the Public:

Experiences From The central Government in Sweden

APBN di Swedia masih didasarkan pada prinsip kas yang dimodifikasi. Selama tahun-tahun terakhir, upaya-upaya telah dilakukan

(64)

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian dan merupakan tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.

Peneliti melakukan penelitian di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara khususnya di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. Adapun data yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini adalah Laporan Keuangan yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.

Peneliti akan membandingkan penerapan standar akuntansi pemerintahan pada pemerintah Provinsi Sumatera Utara khususnya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dengan peraturan yang telah ditetapkan sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual .

(65)

Gambar 2.1 Kerangka Alur Berfikir

SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

LAPORAN KEUANGAN SAP

(66)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pergeseran paradigma terhadap pemerintahan saat ini, mendorong kita mewujudkan suatu sistem tata kepemerintahan yang baik (good governance), dengan jalan mewujudkan lahirnya tata kepemerintahan yang demokratis dan diselenggarakan secara baik, bersih, transparan, partisipatif serta akuntabilitas sehingga memiliki kredibilitas. Perwujudan good governance memerlukan perubahan paradigma pemerintahan baru yang mendasar dan menuntut suatu sistem yang mampu memberdayakan daerah agar mampu berkompetisi secara regional, nasional maupun internasional yang bukan hanya menjadi pemerintah daerah yang terus menerus bergantung pada pemerintah pusat. Dalam mewujudkan suatu sistem tata kepemerintahan yang baik (good governance), perlu adanya perubahan dibidang akuntansi pemerintahan, karena melalui proses akuntansi dihasilkan informasi keuangan untuk berbagai pihak. Perubahan dibidang akuntansi harus didasari dengan suatu dasar yang kuat yaitu dengan adanya SAP.

(67)

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam pasal 32 yang mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Selanjutnya dalam Pasal 36 ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2003 yang berbunyi sebagai berikut: ”Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuranpendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnyadalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan danbelanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan danpengukuran berbasis kas.” Dari dasar inilah maka perlu adanya penegasan dengan diterbitkannya peraturan-peraturan yang baru mengenai basis akuntansi yang digunakan dalam akuntansi pemerintahan.

(68)

Permasalahan yang terjadi adalah masih banyaknya satuan pemerintah daerah yang belum menerapkan SAP tersebut, dengan kata lain masih banyak yang menggunakan basis kas untuk keseluruhan proses akuntansinya atau masih menggunakan basis kas menuju akrual. Hal tersebut dikarenakan berbagai macam kendala yang dihadapi dalam penerapan SAP baru, adanya kelebihan dan kekurangan, serta peluang dan tantangan dalam penerapan basis ini sehingga perlu dibuat kajian terhadap berbagai macam perubahan SAP, baik SAP yang lama ataupun SAP yang baru, serta perlu adanya pengkajian terhadap berbagai macam perspektif dari penerapan SAP yang telah diundangkan tersebut sehingga diharapkan mampu menjadi pandangan bagi para satuan kerja pemerintahan untuk menerapkan SAP dengan basis akrual secara penuh (full accrual).

(69)

Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual terutama di lingkungan pemerintah masih sangat baru dan hasil penelitian sebelumnya mengenai akuntansi akrual belum menyediakan bukti yang cukup meyakinkan mengenai keberhasilan para pengadopsi akuntansi berbasis akrual dalam meningkatkan akuntabilitas sektor publik. Dari hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Terhadap Laporan Keuangan SKPD ( Studi Kasus Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara )”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang harus dilakukan sebelum sampai pada tahap pembahasan lebih lanjut. Laporan Keuangan merupakan salah satu hal paling penting untuk diperhatikan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pada suatu instansi. Adapun perumusan masalah dari skripsi ini adalah :

a. Bagaimana Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan pada Laporan Keuangan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara?

(70)

c. Bagaimana Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual terhadap Laporan Keuangan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan antara teori dan praktek dilapangan atau dengan kata lain penulis mencoba mengetahui sejauh mana instansi menerapkan teori tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan pada Laporan Keuangan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.

b. Untuk mengetahui Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual terhadap Laporan Keuangan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.

c. Untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual terhadap Laporan Keuangan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut : a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan dan

(71)

standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

b. Bagi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam hal pencatatan dan pelaporan keuangan serta hal-hal yang berkaitan dengan penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

c. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan literature dalam pengembangan praktek akuntansi sektor publik terutama tentang standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian lain yang sejenis.

1.5 Batasan Masalah

(72)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN SKPD

( STUDI KASUS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA )”

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tingkat penerapan SAP berbasis akrual pada pemerintahan khususnya pada tingkat SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan menganalisis kesesuaian penerapan SAP dalam penyusunan laporan keuangan yang dilakukan oleh SKPD, khususnya pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara terhadap PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus. Penulis menggunakan teknik riset pustaka untuk pengumpulan data yang diperlukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara melakukan penerapan SAP dalam penyusunan laporan keuangan telah sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dan masih diperlukan peningkatan SDM untuk melakukan pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan berbasis akrual.

Gambar

Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian
Struktur OrganisasiGambar  4.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

Lampiran : Surat Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah TA5. Asli

PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA. BIDANG CIPTA KARYA DPU

ﲏﻜﺳ ﺎﻳ لﻮﻣﺄﳌا و لﺆﺴﻟا ﺔﻳﺎﻏ ﺎﻳ ﻲﺋﺎﻴﻧد و ﲏﻳد ﺎﻳ ﻲﺣور ﺶﻴﻋ ﺎﻳ. يﺮﺼﺑ ﺎﻳ و ﻲﻌﲰ ﺎﻳ

Ada pengaruh negatif yang signifikan dari variabel Debt Service Capacity terhadap Struktur Modal, dengan koefisien regresi -0,233 dan probabilitas sebesar 0,004 lebih kecil

Hal itu disebabkan oleh keyakinannya bahwa tasawuf adalah bagian dari ajaran tentang mistik yang tidak hanya terdapat dalam agama Islam, tetapi juga dalam beberapa agama

Penggunaan analisis jalur dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi kepuasan orangtua murid dan seberapa besar pengaruh langsung maupun

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa asosiasi merek mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap minat