• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran I

Persentase Kinerja Keuangan BUS & BUK

Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Tahun 2011

(2)

Tahun 2012

Bank CAR ROA LDR BOPO NPL

1. BCA 13,3% 3,6% 68,6% 62,4% 0,2%

2. BNI 16,7% 2,9% 77,5% 71,0% 0,8%

3. BRI 16,95% 5,15% 79,85% 59,93% 1,78% 4. Mandiri 15,48% 3,55% 77,66% 63,93% 0,37% 5. Mega 19,18% 2,74% 52,39% 76,73% 2,09%

Tahun 2013

Bank CAR ROA LDR BOPO NPL

1. BCA 14,8% 3,8% 75,4% 61,5% 0,2%

2. BNI 17,6% 2,9% 70,4% 72,6% 0,5%

(3)

Lampiran II

Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan

Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2011

Tahun Indikator BUS BUK

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

2011

CAR 12,01 20,75 14,74 14,57 12,03 11,6 15,1 14,96 15,34 16,63 ROA 1,52 1,29 0,20 1,95 1,58 3,8 3,4 4,93 3,37 1,14 LDR 85,18 78,60 90,55 86,03 83,08 61,7 85,3 76,20 71,65 57,41 BOPO 85,25 87,86 99,25 77,18 99,80 60,9 67,1 66,69 67,22 87,96 NPL 1,78 2,42 2,12 1,14 3,03 0,2 0,5 2,30 0,45 0,98

Skor Bobot Final Skor

BUS BUK BUS BUK

90 100 90 90 90 80 90 90 90 90 20% 18 20 18 18 18 16 18 18 18 18 100 100 80 100 100 90 90 90 90 100 10% 10 10 8 10 10 9 9 9 9 10 100 80 100 100 80 80 100 80 80 80 15% 15 12 15 15 12 12 15 12 12 12 100 100 80 90 100 90 90 90 90 100 15% 15 15 12 13,5 15 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 20% 20 20 20 20 18 20 20 20 20 20 78 77 73 76,5 73 70,5 75,5 72,5 72,5 75

377,5/5 366/5

(4)

Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2012

Tahun Indikator BUS BUK

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

2012

CAR 11,57 19,29 11,35 13,82 13,51 13,3 16,7 16,95 15,48 19,18 ROA 1,54 1,48 1,19 2,25 3,81 3,6 2,9 5,15 3,55 2,74 LDR 94,15 84,99 100,96 94,40 88,88 68,6 77,5 79,85 77,66 52,39 BOPO 84,45 85,39 99,29 80,42 77,28 62,4 71,0 59,93 63,93 76,73 NPL 1,81 1,42 1,84 0,95 2,67 0,2 0,8 1,78 0,37 2,09

Skor Bobot Final Skor

BUS BUK BUS BUK

80 90 80 90 90 90 90 90 90 90 20% 16 18 16 18 18 18 18 18 18 18 100 100 100 90 90 90 90 90 90 90 10% 10 10 8 10 10 9 9 9 9 9 100 80 100 100 100 80 80 80 80 80 15% 15 12 15 15 15 12 12 12 12 12

90 100 100 90 90 90 90 90 90 100 15% 13,5 15 15 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 20% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 74,5 75 74 76,5 76,5 72,5 72,5 72,5 72,5 74

376,5/5 364/5

(5)

Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2013

Tahun Indikator BUS BUK

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

2013

CAR 17,27 16,54 14,49 14,10 12,99 14,8 17,6 16,99 14,93 11,70 ROA 1,37 1,37 1,15 1,53 2,33 3,8 2,9 5,03 3,66 2,29 LDR 99,99 97,86 102,70 89,37 93,37 75,4 70,4 88,54 82,97 63,75 BOPO 85,12 83,94 86,63 77,18 86,09 61,5 72,6 60,58 62,41 81,84 NPL 0,78 1,13 3,26 1,29 2,98 0,2 0,5 1,55 0,37 2,18

Skor Bobot Final Skor

BUS BUK BUS BUK

90 90 90 90 90 90 90 90 90 80 20% 18 18 18 18 18 18 18 18 18 16 100 100 100 100 90 90 90 90 90 90 10% 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 100 100 100 100 100 80 80 100 80 80 15% 15 15 15 15 15 12 12 15 12 12 100 90 100 90 100 90 90 90 90 100 15% 15 13,5 15 13,5 15 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 20% 20 20 18 20 20 20 20 20 20 20 78 76,5 76 76,5 77 72,5 75,5 75,5 72,5 72

384/5 368/5

(6)

Lampiran III

Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics Rasio Jenis

Bank

N Mean Std

Deviation

Std. Error Mean CAR BUS 15 14.6020 2.78309 .71859

BUK 15 15.4137 2.08176 .53751

ROA BUS 15 1.6373 .77934 .20123 BUK 15 3.4840 1.05833 .27326

LDR BUS 15 91.3407 7.11067 1.83597 BUK 15 72.6213 10.36455 2.67612

BOPO BUS 15 85.7393 6.80402 1.75679 BUK 15 68.1860 8.41321 2.17228

NPL BUS 15 1.9080 .80886 .20885 BUK 15 .9647 .78918 .20377

KK BUS 15 75.8667 1.60876 .41538 BUK 15 73.2000 1.52128 .39279

Valid N

(7)

Lampiran IV

Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Independent T-Test Levene’s Test

For Equality of Variances

t-Test for Equality of Means

95% Confidence Equal variances not assumed -,909 25,931 ,372 -,81533 ,89738 -2,66016 1,02949

ROA Equal variances assumed 1,807 ,306 -5,442 28 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54180 -1,15153 Equal variances not assumed -5,442 25,733 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54457 -1,14876

LDR Equal variances assumed 1,932 ,175 5,768 28 ,000 18,71933 3,24536 12,07151 25,36716 Equal variances not assumed 5,768 24,789 ,000 18,71933 3,24536 12,03250 25,40617

BOPO Equal variances assumed 1,073 ,309 6,283 28 ,000 17,55333 2,79376 11,83057 23,27610 Equal variances not assumed 6,283 26,826 ,000 17,55333 2,79376 11,81927 23,28740

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Antonio S. 2007. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani Press.

Ascarya. 2008. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Booklet Perbankan Indonesia. 2011. Jakarta : Bank Indonesia

Darsono & Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta(ID): Ghalia Indonesia.

Erlina, Mulyani, Sri. 2007. Metodologi : Penelitian Bisnis untuk akuntansi dan Manajemen. USU Press.

Harahap, Sofyan S. 2006. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Trisakti.

Hasan, Zubairi. 2009. Undang-Undang Perbankan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Lubis, Irsyad. 2010. Bank & Lembaga Keuangan. Medan: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.

Lubis, Ade Fatma, dkk. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Untuk Penyusunan Skripsi & Tesis. Medan: USU Press.

Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Rivai, Veitzhal, Andria Permata Veitzhal, dan Ferry N. Idroes. 2007. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(9)

Sumitro, Warkum. 1997. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI TAKAFUL) di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Susilo, Y Sri et al., 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Skripsi

Abustan. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional. Universitas Gunadarma.

Ardiana, Marissa. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syari’ah Dan Bank Konvensional Sebelum, Selama, Dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008 Dengan Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada Pt Bank Syari’ah Mandiri Dan Pt Bank Mandiri Tbk). FE UNDIP.

Damayanti, Ria Tuzi. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional. Institute Pertanian Bogor.

Kakakhel, Shahid Jan.And Faryal Raheem, And Muhammad Tariq. 2010. A Study of Performance Comparison between Conventional and Islamic Banking in Pakistan. Proquest. Volume 6.

Ningsih, Widya Wahyu. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia. FE Universitas Hasanuddin.

Ramadhan, Tengku Apriansyah. 2012. Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia ( Suatu Studi Perbandingan). FE Universitas Sumatera Utara.

Website

www.bi.go.id diakses pada 06 Juni 2015 4.00 PM

www.syariahmandiri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.33 PM

www.bnisyariah.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.45 PM

www.brisyariah.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.54 PM

(10)

www.bankmuamalat.co.id diakses pada 06 Juni 2015 5.15 PM

www.bankmandiri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.00 PM

www.bni.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.10 PM

www.bri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.14 PM

www.bankmega.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.20 PM

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat komparatif

yaitu penelitian yang bersifat menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan

sebenarnya dari dua atau lebih objek penelitian, yang kemudian di bandingkan

guna mencari perbedaan antara kedua atau lebih objek yang diteliti.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah sekelompok orang atau objek kejadian yang

mempunyai karakteristik tertentu, dan Sampel penelitian adalah bagian yang

populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina dan

Sri Mulyani, 2007). Populasi dalam Penelitian ini adalah Bank Umum Syariah

dan Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah

mempublikasikan laporan keuangan tahun 2011-2013.

Adapun metode yang digunakan untuk menentukan sampling dalam

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive Sampling

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya

disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian) Elemen populasi yang dipilih

sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. (Rochaety Ety, 2009:66).

Kriteria untuk pemilihan sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

(12)

1. Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang terdaftar di

Bank Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangan bank dari

tahun 2011-2013.

2. Bank Umum Syariah yang telah berdiri lebih dari 4 tahun serta telah

menyajikan laporan keuangan dan rasio yang dibutuhkan dalam

penelitian ini selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari 31 Desember

2011 sampai 31 Desember 2013 dan telah disampaikan kepada Bank

Indonesia.

3. Bank Umum Konvensional yang memiliki cabang syariah dan telah go

public yang menyajikan laporan keuangan dan rasio yang dibutuhkan

dalam penelitian ini selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari 31

Desember 2011 sampai 31 Desember 2013 dan telah disampaikan kepada

Bank Indonesia.

Tabel 3.1

Daftar Bank yang memenuhi kriteria Sampel

Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional 1.Bank Muamalat 1.Bank BCA

2.Bank BNI Syariah 2.Bank BNI 3.Bank BRI Syariah 3.Bank BRI 4.Bank Mandiri Syariah 4.Bank Mega 5.Bank Mega Syariah 5.Bank Mandiri

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari berbagai sumber literatur seperti, buku, jurnal, internet dan lain-lain

yang berhubungan dengan aspek penelitian. Data-data sekunder dalam penelitian

(13)

Data yang diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang

bersangkutan dan Bank Indonesia. Jenis laporan yang digunakan penulis

menggunakan data eksternal, antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi,

dan Ikhtisar keuangan.

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan,

maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu

penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara

Rinci, Defenisi Operasional variabel dan Skala Pengukuran variabel ditunjukkan

oleh tabel berikut :

Operasional Rumus Skala

Kecukupan Modal CAR (X1)

CAR menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan operasional bank. manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara skeseluruhan (Kasmir 2011). Semakin Tinggi Rasio ROA suatu Bank semakin baik kinerja bank tersebut.

(14)

Nama Variabel

Defenisi

Operasional Rumus Skala

Likuiditas LDR (X3)

LDR digunakan digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya, (Kasmir, 2011) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Bank Indonesia Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalan penelitian ini adalah data sekunder. Data

Sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data

dan dipublikasikan kepada Masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127). Pada

dewasa ini sumber data sekunder semakin banyak jumlahnya dan tidak terbatas

kepada lembaga pemerintah saja. Data sekunder diambil dari data primer yang

telah diolah lebih lanjut dari obyeknya dan disampaikan menjadi buku-buku teks,

artikel-artikel atau laporan-laporan yang sejenis, dan literatur lainnya yang

menunjang penelitian ini. Bank Syariah dalam penelitian ini diwakili oleh Bank

(15)

Mega Syariah. Bank Konvensional yang memenuhi kriteria diwakili oleh Bank

BCA, Bank BNI, Bank BRI, Bank Mega, Bank Mandiri.

Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan

yang rutin diterbitkan oleh Bank Indonesia pada situs www.bi.go.id, situs resmi

bank-bank terkait dan berbagai literatur seperti buku, jurnal, koran, internet dan

lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini Pengolahan data untuk membandingkan kinerja

keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional

menggunakan Analisis Statistik Deskriptif dan Uji Beda dua rata-rata

(independent sample t-test). Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua

rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak

hipotesis yang telah dibuat.

3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian

dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberi informasi

mengenai variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan berupa :

frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus), dispersi (deviasi

standar, variance) dan pengukur-pengukur bentuk (measures of

shape).Selain itu Analisis deskriptif juga dapat menggambarkan pola-pola

(16)

3.6.2 Uji Beda Dua Rata-Rata (Independent sample t-test)

Uji beda dua rata-rata (independent sample t-test) digunakan untuk

menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai

rata-rata yang berbeda. Semua perhitungan untuk formulasi ini diperoleh

dengan menggunakan bantuan dari program SPSS ( Statistic Program For

Social Science) versi 17.

Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada

penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis

yang telah dibuat sebagai berikut :

Jika F hitung dengan Equal variance assumed (diasumsi kedua

varians sama) memiliki nilai sig. > 0.05 maka dinyatakan bahwa kedua

varian sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan

dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama) untuk t

hitung. Jika t hitung sig. < 0.05, dikatakan kinerja keuangan Bank Umum

Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang

signifikan, sebaliknya jika t hitung sig > 0.05 dinyatakan kinarja keuangan

Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional tidak terdapat

perbedaan yang signifikan.

Jika F hitung dengan Equal variance assumed (diasumsi kedua

varians sama) memiliki nilai sig . < 0.05, maka dinyatakan bahwa kedua

varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan

kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal

(17)

Jika t hitung dengan Equal variance not assumed memiliki sig. > 0.05,

dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan

Bank Umum Konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan,

namun jika sig. < 0.05, dapat dinyatakan bahwa kinerja keuangan Bank

Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan

(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dengan menggunakan

data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dan diinterpretasikan secara

objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai nilai

minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi

(standard deviation) data yang digunakan dalam penelitian ini.Berikut

adalah tabel hasil statistik deskriptif

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

(19)

4.1.2 Uji Beda Dua Rata-Rata (Independent sample t-test)

Uji beda dua rata-rata (independent sample t-test) digunakan untuk

menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata

yang berbeda. Uji beda dua rata-rata (Independent sample t-test) dilakukan dengan

cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standart error

dari perbedaan rata-rata dua sampel. Uji Independent sample t-Test dapat

diformulasikan dengan bantuan program aplikasi SPSS 17. Adapun hasil

pengolahan data kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum

(20)

Tabel 4.2

Hasil Uji Independent Sample t-Test Levene’s Test

For Equality of Variances

t-Test for Equality of Means

95% Confidence Equal variances not assumed -,909 25,931 ,372 -,81533 ,89738 -2,66016 1,02949

ROA Equal variances assumed 1,807 ,306 -5,442 28 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54180 -1,15153 Equal variances not assumed -5,442 25,733 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54457 -1,14876

LDR Equal variances assumed 1,932 ,175 5,768 28 ,000 18,71933 3,24536 12,07151 25,36716 Equal variances not assumed 5,768 24,789 ,000 18,71933 3,24536 12,03250 25,40617

BOPO Equal variances assumed 1,073 ,309 6,283 28 ,000 17,55333 2,79376 11,83057 23,27610 Equal variances not assumed 6,283 26,826 ,000 17,55333 2,79376 11,81927 23,28740

(21)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Rasio CAR

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat nilai rata-rata (mean) CAR

Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar dan 14.6020

sedangkan CAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar

15.4137. Dari data ini menunjukkan bahwa CAR Bank Umum

Konvensional lebih baik dibandingkan CAR Bank Umum Syariah

karena angka rasio CAR Bank Umum Konvensional (15.4137) lebih

besar dibandingkan CAR Bank Umum Syariah (14.6020) semakin

tinggi nilai CAR maka akan semakin bagus kualitas permodalan bank

tersebut. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang

menyatakan bahwa standar terbaik CAR adalah 8%, maka Bank

Umum Syariah masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai

CAR diatas ketentuan BI.

4.2.1.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk CAR

adalah 0,860 dengan nilai signifikansi 0,362. Oleh karena nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua

varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal

Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung

untuk CAR dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah

(22)

lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari

rasio CAR maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank

Umum Konvensional terdapat perbedaan yang tidak signifikan.

Dengan demikian H1 ditolak karena hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara CAR Bank

Umum Syariah dengan CAR Bank Umum Konvensional.

4.2.2 Analisis Rasio ROA

4.2.2.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) ROA

Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 1.6373 sedangkan

ROA Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 3.4840.

Dari data ini menunjukkan bahwa ROA Bank Umum Konvensional

lebih baik dibandingkan ROA Bank Umum Syariah karena angka

rasio ROA Bank Umum Konvensional (3.4840) lebih besar

dibandingkan ROA Bank Umum Syariah (1.6373), Semakin besar

Rasio ROA maka akan semakin baik kinerjanya. Akan tetapi, jika

mengacu pada standar ROA dari Bank Indonesia yaitu sebesar 1,5%,

maka Bank Umum Syariah masih berada dalam kondisi ideal.

4.2.2.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk ROA

adalah 1,807 dengan nilai signifikansi 0,306. Oleh karena nilai

(23)

varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal

Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung

untuk ROA dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah

-5,442 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari

rasio ROA maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank

Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan

demikian H2 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA Bank Umum Syariah

dengan ROA Bank Umum Konvensional.

4.2.3 Analisis Rasio LDR

4.2.3.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh Nilai rata-rata (mean) Rasio

LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013

sebesar 91.3407 sedangkan LDR Bank Umum Konvensional Tahun

2011-2013 sebesar 72.6213. Dari data ini menunjukkan bahwa LDR

Bank Umum Syariah lebih baik jika dibandingkan dengan LDR Bank

Umum Syariah karena angka rasio LDR Bank Umum Syariah

(91.3407) lebih besar dibandingkan LDR Bank Umum Konvensional

(72.6213). Bank Umum Syariah memenuhi standar LDR terbaik dari

Bank Indonesia, yaitu sebesar 85-110%. Semakin besar LDR maka

(24)

4.2.3.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk LDR

adalah 1,932 dengan nilai signifikansi 0,175. Oleh karena nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua

varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal

Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung

untuk LDR dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah

5,768 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari

rasio LDR maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank

Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan

demikian H3 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR Bank Umum Syariah

dengan LDR Bank Umum Konvensional.

4.2.4 Analisis Rasio BOPO

4.2.4.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) BOPO

Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 85.7393 sedangkan

BOPO Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 68.1860.

Dari data ini menunjukkan bahwa BOPO Bank Umum Konvensional

lebih baik dibandingkan BOPO Bank Umum Syariah karena angka

(25)

dibandingkan BOPO Bank Umum Syariah (85.7393), karena semakin

rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitasnya.

4.2.4.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk

BOPO adalah 1,073 dengan nilai signifikansi 0,309.Oleh karena nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua

varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal

Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung

untuk BOPO dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah

6,283 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari

rasio BOPO maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan

Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.

Dengan demikian H4 diterima karena hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara BOPO Bank Umum

Syariah dengan BOPO Bank Umum Konvensional.

4.2.5 Analisis Rasio NPL

4.2.5.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) NPL

Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 1.9080 sedangkan

NPL Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 0.9647.

(26)

lebih baik dibandingkan NPL Bank Umum Syariah karena angka rasio

NPL Bank Umum Konvensional (0,9647) lebih kecil dibandingkan

NPL Bank Umum Syariah (1.9080), karena semakin rendah nilai rasio

NPL (Non Performing Loan) maka semakin baik kinerja keuangan

Bank tersebut. Namun, bila dibandingkan dengan standar terbaik NPL

menurut BI yaitu < 2% maka Bank Umum Syariah masih berada pada

kinerja keuangan yang baik.

4.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk NPL

adalah 0,03 dengan nilai signifikansi 0,995. Oleh karena nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua

varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal

Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung

untuk NPL dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah

3,233 dengan signifikan sebesar 0,003.

Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka

dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPL maka kinerja

keuangan Bank Umum Syariah dengan kinerja keuangan Bank Umum

Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian

H5 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara NPL(Non Performing Loan) Bank

Umum Syariah dengan NPL (Non Performing Loan) Bank Umum

(27)

4.2.6 Analisis Kinerja Keuangan Bank Secara Keseluruhan

Dari hasil analisis rasio masing-masing bank, tahap selanjutnya

adalah menganalisa kinerja bank secara keseluruhan dengan cara skor

dari masing-masing rasio dikalikan dengan bobot persentase. Variabel

yang diberi nama “kinerja” tersebut kemudian diolah dengan SPSS

menggunakan independent sampel t-test.

4.2.6.1Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean)

kinerja keseluruhan Bank Umum Syariah (tahun 2011-2013)

sebesar 75.8667 dan mean kinerja keseluruhan Bank Umum

Konvensional (tahun 2011-2013) secara keseluruhan 73.2000. Dari

data ini menunjukkan bahwa kinerja keseluruhan, Bank Umum

Syariah lebih baik dibandingkan Bank Umum Konvensional.

Angka rasio kinerja Bank Umum Syariah secara keseluruhan

(75.8667) lebih besar dibandingkan Bank Umum Konvensional

(73.2000).

4.2.6.2Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk

Kinerja Keseluruhan adalah 0,022 dengan nilai signifikansi 0,883.

Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat

dikatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka

digunakan Equal Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama).

(28)

Variances Assumed adalah 4,665 dengan signifikan sebesar 0,000.

Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio Kinerja Keseluruhan maka

kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum

Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian

H6 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Umum

Syariah dengan Bank Umum Konvensional secara keseluruhan.

4.2.7 Analisis Tambahan

4.2.7.1Analisis Horizontal (Trend Statement)

Analisis Horizontal Trend Statement yaitu alat analisis

yang digunakan untuk membandingkan rasio – rasio keuangan

Bank dari tahun ketahun secara keseluruhan (time series). Analisis

ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada masing

– masing bank dari tahun ketahun berikutnya sehingga dapat

diketahui tendensi perubahan (fluktuasi) atau perkembangan.

Formulasi yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kinerja

bank adalah sebagai berikut :

Perkembangan =

Ta : Tahun yang dianalisis

(29)

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel analisis trend

statement untuk Bank Umum Syariah tahun 2011-2013 yaitu Dari

Segi Pendapatan Operasional Kenaikan pendapatan operasional

tertinggi ada pada Bank BRI yaitu naik 44 %, dan 63 % kemudian

disusul oleh Bank Mega yaitu naik 35% dan 62% setelah itu

disusul oleh Bank Mandiri dengan kenaikan pendapatan

operasional sebesar 27% dan 48 % kemudian disusul lagi oleh

Bank Muamalat dengan kenaikan pendapatan operasional sebesar

26% dan 71 % dan diakhiri oleh Bank BNI yang mengalami

kenaikan pendapatan operasional sebesar 22% dan 78%.

Dari Segi Beban Operasional Kenaikan beban operasional

tertinggi ada pada Bank BNI yaitu naik 73 %, dan 125 % kemudian

disusul oleh oleh Bank Mega dengan kenaikan beban operasional

sebesar 60% dan pada tahun 2013 turun sebesar 22,5% kemudian

disusul oleh Bank Muamalat sebesar 24% dan 65% kemudian

disusul lagi oleh Bank Mandiri dengan kenaikan sebesar 20% dan

56% dan diakhiri oleh Bank BRI yang mengalami kenaikan beban

operasional sebesar 12% dan 41%.

Dari Segi Laba Bersih Kenaikan Laba Bersih tertinggi ada

pada Bank BRI yaitu naik sebesar 774 %, dan 1011 % kemudian

disusul oleh Bank Mega yaitu naik 243 % dan 177% setelah itu

disusul oleh Bank BNI dengan kenaikan laba bersih sebesar 53%

(30)

kenaikan laba bersih sebesar 46% dan 18 % dan diakhiri oleh Bank

Muamalat yang mengalami kenaikan laba bersih sebesar 42% dan

73%.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel analisis trend

statement untuk Bank Umum Konvensional tahun 2011-2013 yaitu

Dari Segi Pendapatan Operaional Kenaikan pendapatan operasional

tertinggi ada pada Bank BCA yaitu naik 282 %, dan 367 %

kemudian disusul oleh Bank BRI yaitu naik 45% dan 44% setelah

itu disusul oleh Bank BNI dengan kenaikan pendapatan operasional

sebesar 11% dan 24 % kemudian disusul lagi oleh Bank Mandiri

dengan kenaikan operasional sebesar 1,1% dan 24 % dan diakhiri

oleh Bank Mega yang mengalami kenaikan pendapatan operasional

sebesar 0,38% kemudian tahun 2013 mengalami penurunan 7%.

Dari Segi Beban Operaional Kenaikan beban operasional

tertinggi ada pada Bank BCA yaitu naik 22 %, dan 52 % kemudian

disusul oleh oleh Bank Mandiri dengan kenaikan beban

operasional sebesar 15% dan 31% kemudian disusul oleh Bank

BRI dan Bank BNI yaitu naik 14% dan 30% dan diakhiri oleh Bank

Mega yang mengalami kenaikan beban operasional sebesar 14%

dan 18%.

Dari Segi Laba Bersih Kenaikan Laba Bersih tertinggi ada

pada Bank Mandiri yaitu naik sebesar 26 %, dan 48 % kemudian

(31)

sebesar 52% setelah itu disusul oleh Bank BRI dengan kenaikan

laba bersih sebesar 23% dan 41 % kemudian disusul lagi oleh Bank

BNI dengan kenaikan laba bersih sebesar 21% dan 55 % dan

diakhiri oleh Bank BCA yang mengalami kenaikan laba bersih

sebesar 8% dan 31%.

4.2.7.2Analisis Vertikal (Common-Size)

Analisis Vertikal Common-size adalah teknik analisis

yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antara suatu

elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari elemen

yang lain pada laporan keuangan yang sama. Analisis ini dilakukan

dengan cara merubah angka-angka yang ada dalam neraca menjadi

persentase berdasarkan angka tertentu.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis

common-size untuk Bank Umum Syariah. Ditinjau dari sisi Aktiva

Akun Piutang Murabahah memiliki persentase yang paling tinggi

dengan perincian Bank Mega Syariah memiliki persentase

peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 59,9% 64,1% dan

73,6% kemudian Bank BRI Syariah dengan persentase peningkatan

47,1% 50% dan 51% lalu disusul Bank Mandiri Syariah dengan

persentase peningkatan sebesar 40,6% 42,8% dan 44,9% kemudian

Bank BNI Syariah dengan persentase peningkatan 37% 45,12%

dan 55% dan Bank Muamalat dengan persentase 36,9% 35,9% dan

(32)

Ditinjau dari sisi Liabilitas Akun Simpanan Nasabah

memiliki persentase paling tinggi dengan perincian Bank Muamalat

memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013

berturut-turut 87,7% 92,2% dan 93,4% kemudian Bank Mandiri Syariah

dengan persentase 83,3% 86,9% dan 88,6% lalu Bank Mega

Syariah dengan persentase 90,2% 80,1% dan 67,6% kemudian

Bank BNI Syariah dengan persentase 89,4% 87,3% dan 60,6% dan

Bank BRI Syariah dengan persentase 85,2% 71,7% dan 70%.

Ditinjau dari sisi Ekuitas Akun Modal Saham memiliki

persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI Syariah

memiliki persentase dari tahun 2011-2013 berturut-turut 97,3%

92% dan 87% kemudian Bank BNI Syariah dengan persentase

92,7% 97,5% dan 96,05% kemudian Bank Mega Syariah dengan

persentase 73,2% 51,4% dan 80,5% kemudian Bank Muamalat

dengan persentase sebesar 39,7% 33,4% dan 25,7% dan terakhir

Bank Mandiri Syariah dengan persentase 37,9% 34,8% dan 30,6%.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis

common-size untuk Bank Umum Konvensional. Ditinjau dari sisi

Aktiva Akun Kredit yang diberikan memiliki persentase yang

paling tinggi dengan perincian Bank BNI memiliki persentase

peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 53,00% 58,16%

dan 63,04% kemudian Bank Mandiri dengan persentase

(33)

dengan persentase peningkatan sebesar 58,27% 60,96% dan

67,55% kemudian Bank Mega dengan persentase peningkatan

41,87% 44,76% dan 44,80% dan Bank BCA dengan persentase

60,96% 57,06% dan 61,79%.

Ditinjau dari sisi Liabilitas Akun Simpanan Nasabah

memiliki persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI

memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013

berturut-turut 91,00% 92,54% dan 92,21% kemudian Bank BNI dengan

persentase 88,55% 88,92% dan 86,11% lalu Bank Mandiri dengan

persentase 85,23% 85,25% dan 85,30% kemudian Bank BCA

dengan persentase 96,05% 94,93% dan 95,03% dan Bank Mega

dengan persentase 88,16% 87,26% dan 86,77%.

Ditinjau dari sisi Ekuitas Akun Saldo Laba memiliki

persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI memiliki

persentase peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 80,33%

84,67% dan 89,34% kemudian Bank BCA dengan persentase

peningkatan sebesar 85,04% 86,34% dan 87,50% kemudian Bank

Mandiri dengan persentase 53,48% 60,83% dan 67,16% kemudian

Bank BNI dengan persentase peningkatan sebesar 38,11% 46,11%

dan 956,65% dan terakhir Bank Mega dengan persentase 34,16%

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada 5 Bank Umum Syariah dan 5

Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode

2011-2013 yang menjadi sampel, yang bertujuan untuk menganalisis perbandingan

kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional, dapat

ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

a. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean CAR Bank

Umum Syariah lebih kecil dibandingkan dengan Nilai Mean CAR

Bank Umum Konvensional dengan kata lain CAR Bank Umum

Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah.

Berdasarkan hasil uji statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test)

untuk Rasio Kecukupan Modal yang diwakili CAR menunjukkan hasil

bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan diantara Bank Umum

Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.

b. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean ROA Bank

Umum Syariah lebih kecil dibandingkan dengan Nilai Mean ROA Bank

Umum Konvensional dengan kata lain ROA Bank Umum

Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah.

(35)

untuk Rasio Profitabilitas yang diwakili ROA menunjukkan hasil

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum

Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.

c. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean LDR Bank

Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean LDR Bank

Umum Konvensional dengan kata lain LDR Bank Umum Syariah lebih

baik dibandingkan Bank Umum Konvensional. Berdasarkan hasil uji

statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test) untuk Rasio

Likuiditas yang diwakili LDR menunjukkan hasil bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank

Umum Konvenisonal.

d. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean BOPO Bank

Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean BOPO

Bank Umum Konvensional dengan kata lain BOPO Bank Umum

Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah.

Berdasarkan hasil uji statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test)

untuk Rasio Efisiensi yang diwakili BOPO menunjukkan hasil bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah

dengan Bank Umum Konvenisonal.

e. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean NPL Bank

Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean NPL Bank

Umum Konvensional dengan kata lain NPL Bank Umum Konvensional

(36)

statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test) untuk Rasio Kualitas

Aktiva Produktif yang diwakili NPL menunjukkan hasil bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank

Umum Konvenisonal.

f. Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel

“kinerja” maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan

antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum

Konvensional.

5.2 Saran

1. Bagi Bank Umum Syariah

Secara umum, dari rasio likuiditas kinerja keuangan Bank Umum

syariah lebih baik dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional.

Akan tetapi, rasio lain lebih rendah dari Bank Umum Konvensional,

yaitu rasio kecukupan modal (CAR), rasio profitabilitas (ROA), rasio

efisiensi (BOPO), rasio kualitas aktiva produktif (NPL). Untuk

meningkatkan rasio-rasio tersebut, Bank Umum Syariah perlu

memperhatikan hal-hal berikut agar kinerja keuangan Bank Umum

Syariah dapat lebih baik lagi :

a. Rasio permodalan (CAR) Bank Umum Syariah dapat ditingkatkan

kualitasnya dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan

dengan lebih memperhatikan kebutuhan modal pada setiap

(37)

menghasilkan pendapatan, sehinggga tidak perlu menekan

permodalan.

b. Rasio ROA Bank Umum Syariah dapat ditingkatkan dengan

melakukan efisiensi usaha dan lebih berhati-hati dalam melakukan

ekspansi agar setiap aset yang digunakan dalam operasi dapat

menghasilkan laba seperti yang diharapkan.

c. Rasio BOPO Bank Umum Syariah dapat diperkecil dengan

melakukan efisiensi dalam setiap operasi usaha. Bank Umum

Syariah di Indonesia perlu membuat suatu sistem yang dapat

menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan

operasional khususnya dibidang pengendalian dan pengawasan

investasi.

d. Rasio NPL dapat ditingkatkan kualitasnya dengan lebih

berhati-hati dalam pemberian kredit terhadap nasabah untuk mengurangi

jumlah kredit yang macet dan bermasalah.

2. Bagi Bank Umum Konvensional

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja Bank Umum Syariah

secara umum dari rasio likuiditas lebih baik dibandingkan Bank

Umum Konvensional. Oleh karena itu, Bank Umum Konvensional

bisa mempertimbangkan untuk membuka atau menambah Unit Usaha

Syariah atau mengkonversi menjadi Bank Umum Syariah.

(38)

Karena penelitian ini hanya menggunakan lima rasio dalam mengukur

kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum

Konvensional, maka sebaiknya peneliti yang akan datang

menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya. Selain

itu, sebaiknya peneliti yang akan datang juga memperbanyak

(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBENTUKAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Ruang Lingkup Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya

didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,

meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal banknote.

Kata Bank berasal dari bahasa Italia banca yang berarti tempat penukaran

uang.

Pengertian Bank menurut Kasmir (2012:42) “ Badan Usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”.

Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam

pembangunan ekonomi seuatu negara. Hal ini disebabkan karena lembaga

keuangan bank mempunyai fungsi, asas, dan tujuan yang sangat mendukung

terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Berikut adalah fungsi, asas,

dan tujuan Menurut Pasal 2, 3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 tentang

perbankan dinyatakan bahwa :

Asas : Perbankan berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan

prinsip kehati-hatian.

Fungsi : Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan

(40)

Tujuan : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhanekonomi, dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan rakyat banyak.

Menurut Lukman dalam Marissa (2011:39), pada dasarnya terdapat

tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh bank, yaitu :

1. Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi

kewajibannya.

2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan

apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang solvable adalah bank

yang manpu menjamin seluruh hutangnya.

3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu.

2.1.2 Bank Umum Syariah

2.1.2.1 Pengertian Bank Umum Syariah

Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah

merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar

mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha

(investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu

aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak

lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,

atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai

(41)

2.1.2.2 Prinsip Dasar Bank Umum Syariah

Secara garis besar produk-produk bank syariah dapat

dikelompokkan ke dalam produk-produk pendanaan, pembiayaan,

jasa perbankan, dan kegiatan sosial dengan berbagai prinsip syariah

yang digunakan dalam akadnya, berbagai jenis akad yang diterapkan

oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu:

1. Akad Pola Titipan (Wadi’ah)

Secara umum Wadi’ah berarti titipan murni dari pihak penitip

(muwaddi’) yang mempunyai barang/asset kepada pihak

penyimpan (mustawda’) yang diberi amanah/kepercayaan, baik

individu maupun badan hukum dan harus dijaga dari

kerusakan,kerugian dan keutuhannya dan dikembalikan kapan

saja penyimpan menghendaki. Akad Wadi’ah dibagi atas 2

yaitu:

a. Titipan Wadi’ah yad Amanah adalah akad penitipan

barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak

diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan

dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau

kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan

atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam

perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

b. Titipan Wadi’ah yad Dhamanah adalah akad penitipan

(42)

mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan

barang/uang yang dititipkan tersebut untuk aktivitas

perekonomian tertentu dengan catatan bahwa pihak

penerima titipan akan mengembalikan barang/uang yang

dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki.

Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

2. Akad Pola Bagi Hasil (Profit Sharing)

Akad Pola Bagi Hasil merupakan suatu sistem yang meliputi

tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan

pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini

adalah:

a. Mudharabah, adalah akad kerja sama usaha antara pemilik

dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) untuk

melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah

bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak,

sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si

pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct,

negligence atau violation oleh pengelola dana. Akad

Mudharabah secara umum dibagi atas 3 yaitu :

1) Mudharabah Muthlaqah adalah akad kerja sama di

mana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada

pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.

(43)

2) Mudharabah Muqayyadah adalah akad kerja sama di

mana pemilik dana memberikan batasan kepada

pengelola antara lain mengenai dana, mengenai lokasi,

cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.

3) Mudharabah Musytarakah adalah akad kerja sama di

mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya

dalam kerja sama investasi.

b. Musyarakah, adalah akad kerja sama yang didasarkan atas

bagi hasil di mana para mitra berkontribusi dalam modal

maupun kerja. Keuntungan dari usaha syariah akan

dibagikan kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang

disepakati para mitra ketika akad, sedangkan kerugian akan

ditanggung para mitra sesuai dengan proporsi modal.Ada

dua jenis Musyarakah yaitu :

1) Musyarakah kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama

dua pihak atau lebih dari suatu properti;

2) Musyarakah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi

karena adanya kontrak bersama atau usaha komersial

bersama.

3. Akad Pola Jual Beli (Tijarah)

Akad Pola Jual Beli ini merupakan suatu sistem yang

menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli

(44)

nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas

nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada

nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan

(margin). Akad Jual beli dibagi atas 3 yaitu :

1) Murabahah, yaitu suatu bentuk jual beli tertentu ketika

penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga

barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk

memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan

(margin) yang diinginkan.

2) Salam, merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di

muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced

payment atau forward buying atau future sales) dengan

harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal, dan tempat

penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam

perjanjian. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau

penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak

sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain

untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam

maka hal ini disebut salam paralel.

3) Istishna, adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen

yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya

dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau

(45)

pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang

meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan

kuantitasnya.

4. Akad Pola Sewa (Ijarah)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu

asset atau jasa sementara hak kepemilikan asset tetap pada

pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau pengguna jasa

memiliki kewajiban membayar sewa atau upah. Ada dua jenis

Ijarah yaitu:

1) Ijarah Murni merupakan akad yang berhubungan dengan

sewa jasa;

2) Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan

sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk

memiliki barang pada akhir masa sewa.

5. Akad Pola Jasa (Fee-Based Services)

Prinsip Pola Jasa (Fee-Based Services) ini meliputi seluruh

layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk

yang berdasarkan prinsip Pola Jasa (Fee-Based Services) ini

antara lain:

1) Wakalah merupakan pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak

(muwakil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang

boleh diwakilkan. Islam mensyariatkan Wakalah karena

(46)

2) Kafalah merupakan Jaminan yang diberikan oleh

penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi

kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

3) Hawalah, Pengalihan utang/piutang dari orang yang

berhutang/berpiutang kepada orang lain yang wajib

menanggungnya/menerimanya.

4) Rahn, adalah menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang

yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan

demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk

dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

5) Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang

dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain

meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini

digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan

sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan

shadaqah.

2.1.2.3 Sistem Operasional Bank Umum Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana

menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan

bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana

nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang

(47)

pembagian keuntungan sesuai kesepakatan (Ema dalam Widya

Wahyuningsih,2012) . Sistem operasional Bank Umum Syariah

tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank

konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang

mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga

kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori

tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan

dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan

deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak

melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk

penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari

sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner).

Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,

perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung

menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal

juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu

disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari

modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan

(48)

pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan

melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity

participation pada saham perseroan bank.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam

memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan.

Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam

prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung

jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak

untuk mengambil setiap saat kapan saja Nasabah tersebut hendak

mengambil titipan tersebut , sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah

yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul

maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah

bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan

sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan

return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau

kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.

2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan

(49)

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang

dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini

dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan

murabahah, salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa

dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah

dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya

prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun

perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual

beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah

obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama

yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa,

dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk

pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan

pola-pola musyarakah dan mudharabah.

2.1.3 Bank Umum Konvensional

2.1.3.1 Pengertian Bank Umum Konvensional

Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 Bank

merupakan Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan

(50)

aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana yang

terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada

masyarakat juga termasuk individu.

2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

Adapun Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

berdasarkan (Booklet Perbankan Indonesia 2011) adalah sebagai

berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan hal diatas

lainnya;

2. Memberikan kredit;

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun

untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun

untuk kepentingan nasabah;

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau

meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan

menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan

wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan

(51)

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat

berharga;

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak;

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah

lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa

efek;

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan

kegiatan wali amanat;

12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain

berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia;

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh pihak bank

sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang tentang

Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia.

14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ;

15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau

perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,

modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring

penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan

(52)

16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk

mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik

kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh BI; dan

17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana

pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

2.1.4 Perbedaan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional

Hal mendasar yang membedakan Bank Umum Konvensional dengan

Bank Umum Syari’ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian

keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada bank, dan atau yang

diberikan oleh bank kepada nasabah. Hal inilah yang menyebabkan

terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil. Bagi hasil menurut terminologi

asing (inggris) dikenal dengan profit sharing. Dalam kamus ekonomi

diartikan dengan pembagian laba. Secara defenitif, profit sharing diartikan

“distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai di sebuah

perusahaan (Muhammad 2001).

Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya

memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai

(53)

investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya

mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah

aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga

tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal. Adapun Perbedaan

antara Bunga dan Bagi Hasil dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Perbandingan Antara Bunga dan Bagi Hasil

Bagi Hasil Bunga

a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

c. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan.

c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang

“booming”

e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam

(54)

Adapun Perbedaan antara Bank Umum Konvensional dengan Bank

Umum Syariah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Perbedaan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah

BUK BUS

Fungsi dan Kegiatan Bank

Intermediasi, Jasa Keuangan Intermediasi, Manager Investasi, Investor, Sosial Bagi hasil, jual beli, sewa Prioritas

Pelayanan

Kepentingan pribadi Kepentingan public

Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi islam, keuntungan

Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank

Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko

Hubungan Nasabah

Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha

Sumber Likuiditas Jangka Pendek

Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah, Bank Sentral

Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasiona

Struktur Organisasi Pengawas

Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional

(55)

2.1.5 Rasio Keuangan

2.1.5.1 Rasio Kecukupan Modal

Kecukupan modal adalah gambaran kemampuan bank

dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup

risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam

aset produktif yang mengandung risiko, serta untuk pembiayaan

dalam aset tetap dan investasi. Rasio Kecukupan Modal yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio yaitu

rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam

menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta

menampung kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank.

Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan

kembali dalam bentuk kredit. Dengan CAR yang cukup atau

memenuhi ketentuan, Bank tersebut dapat beroperasi sehingga

terciptalah laba. Besarnya modal suatu Bank juga akan

mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja

Bank. Dengan kata lain semakin tinggi CAR semakin baik kinerja

suatu bank.

CAR = x 100%

H1 : Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara kinerja Bank

Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional,

(56)

2.1.5.2 Rasio Profitabilitas

Menurut Harahap (2009:309), Rasio profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan

penjualan kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan

sebagainya.

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Return on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh

keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu

bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank

tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi

penggunaan asset hal ini juga menunjukkan semakin efektif

perusahaan tersebut karena besrnya ROA dipengaruhi oleh besarnya

laba yang dihasilkan perusahaan.

Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi

kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan

peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para

investor untuk menanamkan dananya guna mjemperluas usahanya,

sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para

investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri

profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Bank yang memenuhi kriteria Sampel
Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
Tabel 4.2 Hasil Uji Independent Sample t-Test
Tabel 2.1 Perbandingan Antara Bunga dan Bagi Hasil
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di Kota Ambon tahun 2016.. Penelitian ini berdasarkan data dari Dinas

: 1.20.16. KEUDA, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN 01. Program Peningkatan Disiplin Aparatur.. ) - PERENCANAAN PEMBANGUNAN. 21. ) - KEPEMUDAAN

In this section, we analyze image fusion method that can be used for high-resolution satellite image fusion, such as those for fusion of panchromatic and multi-spectral

Keluaran Terselenggaranya administrasi keuangan 6 Orang Hasil Meningkatnya layanan administrasi keuangan 22,25%. Kelompok Sasaran Kegiatan

In this section, we will introduce how we can exact forest height, ground phase and temporal decorrelation using Complex Least Squares method through the fusion of

Keluaran Tersedianya jasa pembersih kantor 1 Orang Hasil Meningkatnya layanan kebersihan kantor 3,07%. Kelompok Sasaran Kegiatan

Flow chart Preventive audit pada Belanja Operasional Kantor; Pemeriksaan Pengajuan Dokumen Ganti Uang Persediaan

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala Karunia dan Hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Analisis Hubungan Faktor Rumah Sakit