Lampiran I
Persentase Kinerja Keuangan BUS & BUK
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Tahun 2011
Tahun 2012
Bank CAR ROA LDR BOPO NPL
1. BCA 13,3% 3,6% 68,6% 62,4% 0,2%
2. BNI 16,7% 2,9% 77,5% 71,0% 0,8%
3. BRI 16,95% 5,15% 79,85% 59,93% 1,78% 4. Mandiri 15,48% 3,55% 77,66% 63,93% 0,37% 5. Mega 19,18% 2,74% 52,39% 76,73% 2,09%
Tahun 2013
Bank CAR ROA LDR BOPO NPL
1. BCA 14,8% 3,8% 75,4% 61,5% 0,2%
2. BNI 17,6% 2,9% 70,4% 72,6% 0,5%
Lampiran II
Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan
Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2011
Tahun Indikator BUS BUK
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2011
CAR 12,01 20,75 14,74 14,57 12,03 11,6 15,1 14,96 15,34 16,63 ROA 1,52 1,29 0,20 1,95 1,58 3,8 3,4 4,93 3,37 1,14 LDR 85,18 78,60 90,55 86,03 83,08 61,7 85,3 76,20 71,65 57,41 BOPO 85,25 87,86 99,25 77,18 99,80 60,9 67,1 66,69 67,22 87,96 NPL 1,78 2,42 2,12 1,14 3,03 0,2 0,5 2,30 0,45 0,98
Skor Bobot Final Skor
BUS BUK BUS BUK
90 100 90 90 90 80 90 90 90 90 20% 18 20 18 18 18 16 18 18 18 18 100 100 80 100 100 90 90 90 90 100 10% 10 10 8 10 10 9 9 9 9 10 100 80 100 100 80 80 100 80 80 80 15% 15 12 15 15 12 12 15 12 12 12 100 100 80 90 100 90 90 90 90 100 15% 15 15 12 13,5 15 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 20% 20 20 20 20 18 20 20 20 20 20 78 77 73 76,5 73 70,5 75,5 72,5 72,5 75
377,5/5 366/5
Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2012
Tahun Indikator BUS BUK
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2012
CAR 11,57 19,29 11,35 13,82 13,51 13,3 16,7 16,95 15,48 19,18 ROA 1,54 1,48 1,19 2,25 3,81 3,6 2,9 5,15 3,55 2,74 LDR 94,15 84,99 100,96 94,40 88,88 68,6 77,5 79,85 77,66 52,39 BOPO 84,45 85,39 99,29 80,42 77,28 62,4 71,0 59,93 63,93 76,73 NPL 1,81 1,42 1,84 0,95 2,67 0,2 0,8 1,78 0,37 2,09
Skor Bobot Final Skor
BUS BUK BUS BUK
80 90 80 90 90 90 90 90 90 90 20% 16 18 16 18 18 18 18 18 18 18 100 100 100 90 90 90 90 90 90 90 10% 10 10 8 10 10 9 9 9 9 9 100 80 100 100 100 80 80 80 80 80 15% 15 12 15 15 15 12 12 12 12 12
90 100 100 90 90 90 90 90 90 100 15% 13,5 15 15 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 20% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 74,5 75 74 76,5 76,5 72,5 72,5 72,5 72,5 74
376,5/5 364/5
Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2013
Tahun Indikator BUS BUK
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
2013
CAR 17,27 16,54 14,49 14,10 12,99 14,8 17,6 16,99 14,93 11,70 ROA 1,37 1,37 1,15 1,53 2,33 3,8 2,9 5,03 3,66 2,29 LDR 99,99 97,86 102,70 89,37 93,37 75,4 70,4 88,54 82,97 63,75 BOPO 85,12 83,94 86,63 77,18 86,09 61,5 72,6 60,58 62,41 81,84 NPL 0,78 1,13 3,26 1,29 2,98 0,2 0,5 1,55 0,37 2,18
Skor Bobot Final Skor
BUS BUK BUS BUK
90 90 90 90 90 90 90 90 90 80 20% 18 18 18 18 18 18 18 18 18 16 100 100 100 100 90 90 90 90 90 90 10% 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 100 100 100 100 100 80 80 100 80 80 15% 15 15 15 15 15 12 12 15 12 12 100 90 100 90 100 90 90 90 90 100 15% 15 13,5 15 13,5 15 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 20% 20 20 18 20 20 20 20 20 20 20 78 76,5 76 76,5 77 72,5 75,5 75,5 72,5 72
384/5 368/5
Lampiran III
Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics Rasio Jenis
Bank
N Mean Std
Deviation
Std. Error Mean CAR BUS 15 14.6020 2.78309 .71859
BUK 15 15.4137 2.08176 .53751
ROA BUS 15 1.6373 .77934 .20123 BUK 15 3.4840 1.05833 .27326
LDR BUS 15 91.3407 7.11067 1.83597 BUK 15 72.6213 10.36455 2.67612
BOPO BUS 15 85.7393 6.80402 1.75679 BUK 15 68.1860 8.41321 2.17228
NPL BUS 15 1.9080 .80886 .20885 BUK 15 .9647 .78918 .20377
KK BUS 15 75.8667 1.60876 .41538 BUK 15 73.2000 1.52128 .39279
Valid N
Lampiran IV
Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Independent T-Test Levene’s Test
For Equality of Variances
t-Test for Equality of Means
95% Confidence Equal variances not assumed -,909 25,931 ,372 -,81533 ,89738 -2,66016 1,02949
ROA Equal variances assumed 1,807 ,306 -5,442 28 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54180 -1,15153 Equal variances not assumed -5,442 25,733 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54457 -1,14876
LDR Equal variances assumed 1,932 ,175 5,768 28 ,000 18,71933 3,24536 12,07151 25,36716 Equal variances not assumed 5,768 24,789 ,000 18,71933 3,24536 12,03250 25,40617
BOPO Equal variances assumed 1,073 ,309 6,283 28 ,000 17,55333 2,79376 11,83057 23,27610 Equal variances not assumed 6,283 26,826 ,000 17,55333 2,79376 11,81927 23,28740
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Antonio S. 2007. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani Press.
Ascarya. 2008. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Booklet Perbankan Indonesia. 2011. Jakarta : Bank Indonesia
Darsono & Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta(ID): Ghalia Indonesia.
Erlina, Mulyani, Sri. 2007. Metodologi : Penelitian Bisnis untuk akuntansi dan Manajemen. USU Press.
Harahap, Sofyan S. 2006. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Trisakti.
Hasan, Zubairi. 2009. Undang-Undang Perbankan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Lubis, Irsyad. 2010. Bank & Lembaga Keuangan. Medan: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.
Lubis, Ade Fatma, dkk. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Untuk Penyusunan Skripsi & Tesis. Medan: USU Press.
Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Rivai, Veitzhal, Andria Permata Veitzhal, dan Ferry N. Idroes. 2007. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sumitro, Warkum. 1997. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI TAKAFUL) di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Susilo, Y Sri et al., 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Skripsi
Abustan. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional. Universitas Gunadarma.
Ardiana, Marissa. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syari’ah Dan Bank Konvensional Sebelum, Selama, Dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008 Dengan Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada Pt Bank Syari’ah Mandiri Dan Pt Bank Mandiri Tbk). FE UNDIP.
Damayanti, Ria Tuzi. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional. Institute Pertanian Bogor.
Kakakhel, Shahid Jan.And Faryal Raheem, And Muhammad Tariq. 2010. A Study of Performance Comparison between Conventional and Islamic Banking in Pakistan. Proquest. Volume 6.
Ningsih, Widya Wahyu. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia. FE Universitas Hasanuddin.
Ramadhan, Tengku Apriansyah. 2012. Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia ( Suatu Studi Perbandingan). FE Universitas Sumatera Utara.
Website
www.bi.go.id diakses pada 06 Juni 2015 4.00 PM
www.syariahmandiri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.33 PM
www.bnisyariah.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.45 PM
www.brisyariah.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.54 PM
www.bankmuamalat.co.id diakses pada 06 Juni 2015 5.15 PM
www.bankmandiri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.00 PM
www.bni.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.10 PM
www.bri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.14 PM
www.bankmega.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.20 PM
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat komparatif
yaitu penelitian yang bersifat menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan
sebenarnya dari dua atau lebih objek penelitian, yang kemudian di bandingkan
guna mencari perbedaan antara kedua atau lebih objek yang diteliti.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah sekelompok orang atau objek kejadian yang
mempunyai karakteristik tertentu, dan Sampel penelitian adalah bagian yang
populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina dan
Sri Mulyani, 2007). Populasi dalam Penelitian ini adalah Bank Umum Syariah
dan Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah
mempublikasikan laporan keuangan tahun 2011-2013.
Adapun metode yang digunakan untuk menentukan sampling dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive Sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya
disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian) Elemen populasi yang dipilih
sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. (Rochaety Ety, 2009:66).
Kriteria untuk pemilihan sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
1. Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang terdaftar di
Bank Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangan bank dari
tahun 2011-2013.
2. Bank Umum Syariah yang telah berdiri lebih dari 4 tahun serta telah
menyajikan laporan keuangan dan rasio yang dibutuhkan dalam
penelitian ini selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari 31 Desember
2011 sampai 31 Desember 2013 dan telah disampaikan kepada Bank
Indonesia.
3. Bank Umum Konvensional yang memiliki cabang syariah dan telah go
public yang menyajikan laporan keuangan dan rasio yang dibutuhkan
dalam penelitian ini selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari 31
Desember 2011 sampai 31 Desember 2013 dan telah disampaikan kepada
Bank Indonesia.
Tabel 3.1
Daftar Bank yang memenuhi kriteria Sampel
Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional 1.Bank Muamalat 1.Bank BCA
2.Bank BNI Syariah 2.Bank BNI 3.Bank BRI Syariah 3.Bank BRI 4.Bank Mandiri Syariah 4.Bank Mega 5.Bank Mega Syariah 5.Bank Mandiri
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari berbagai sumber literatur seperti, buku, jurnal, internet dan lain-lain
yang berhubungan dengan aspek penelitian. Data-data sekunder dalam penelitian
Data yang diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang
bersangkutan dan Bank Indonesia. Jenis laporan yang digunakan penulis
menggunakan data eksternal, antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi,
dan Ikhtisar keuangan.
3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan,
maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu
penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara
Rinci, Defenisi Operasional variabel dan Skala Pengukuran variabel ditunjukkan
oleh tabel berikut :
Operasional Rumus Skala
Kecukupan Modal CAR (X1)
CAR menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan operasional bank. manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara skeseluruhan (Kasmir 2011). Semakin Tinggi Rasio ROA suatu Bank semakin baik kinerja bank tersebut.
Nama Variabel
Defenisi
Operasional Rumus Skala
Likuiditas LDR (X3)
LDR digunakan digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya, (Kasmir, 2011) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Bank Indonesia Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalan penelitian ini adalah data sekunder. Data
Sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data
dan dipublikasikan kepada Masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127). Pada
dewasa ini sumber data sekunder semakin banyak jumlahnya dan tidak terbatas
kepada lembaga pemerintah saja. Data sekunder diambil dari data primer yang
telah diolah lebih lanjut dari obyeknya dan disampaikan menjadi buku-buku teks,
artikel-artikel atau laporan-laporan yang sejenis, dan literatur lainnya yang
menunjang penelitian ini. Bank Syariah dalam penelitian ini diwakili oleh Bank
Mega Syariah. Bank Konvensional yang memenuhi kriteria diwakili oleh Bank
BCA, Bank BNI, Bank BRI, Bank Mega, Bank Mandiri.
Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan
yang rutin diterbitkan oleh Bank Indonesia pada situs www.bi.go.id, situs resmi
bank-bank terkait dan berbagai literatur seperti buku, jurnal, koran, internet dan
lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini Pengolahan data untuk membandingkan kinerja
keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional
menggunakan Analisis Statistik Deskriptif dan Uji Beda dua rata-rata
(independent sample t-test). Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua
rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak
hipotesis yang telah dibuat.
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberi informasi
mengenai variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan berupa :
frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus), dispersi (deviasi
standar, variance) dan pengukur-pengukur bentuk (measures of
shape).Selain itu Analisis deskriptif juga dapat menggambarkan pola-pola
3.6.2 Uji Beda Dua Rata-Rata (Independent sample t-test)
Uji beda dua rata-rata (independent sample t-test) digunakan untuk
menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai
rata-rata yang berbeda. Semua perhitungan untuk formulasi ini diperoleh
dengan menggunakan bantuan dari program SPSS ( Statistic Program For
Social Science) versi 17.
Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada
penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis
yang telah dibuat sebagai berikut :
Jika F hitung dengan Equal variance assumed (diasumsi kedua
varians sama) memiliki nilai sig. > 0.05 maka dinyatakan bahwa kedua
varian sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan
dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama) untuk t
hitung. Jika t hitung sig. < 0.05, dikatakan kinerja keuangan Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang
signifikan, sebaliknya jika t hitung sig > 0.05 dinyatakan kinarja keuangan
Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Jika F hitung dengan Equal variance assumed (diasumsi kedua
varians sama) memiliki nilai sig . < 0.05, maka dinyatakan bahwa kedua
varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan
kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal
Jika t hitung dengan Equal variance not assumed memiliki sig. > 0.05,
dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan
Bank Umum Konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan,
namun jika sig. < 0.05, dapat dinyatakan bahwa kinerja keuangan Bank
Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dengan menggunakan
data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dan diinterpretasikan secara
objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai nilai
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi
(standard deviation) data yang digunakan dalam penelitian ini.Berikut
adalah tabel hasil statistik deskriptif
Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
4.1.2 Uji Beda Dua Rata-Rata (Independent sample t-test)
Uji beda dua rata-rata (independent sample t-test) digunakan untuk
menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata
yang berbeda. Uji beda dua rata-rata (Independent sample t-test) dilakukan dengan
cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standart error
dari perbedaan rata-rata dua sampel. Uji Independent sample t-Test dapat
diformulasikan dengan bantuan program aplikasi SPSS 17. Adapun hasil
pengolahan data kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum
Tabel 4.2
Hasil Uji Independent Sample t-Test Levene’s Test
For Equality of Variances
t-Test for Equality of Means
95% Confidence Equal variances not assumed -,909 25,931 ,372 -,81533 ,89738 -2,66016 1,02949
ROA Equal variances assumed 1,807 ,306 -5,442 28 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54180 -1,15153 Equal variances not assumed -5,442 25,733 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54457 -1,14876
LDR Equal variances assumed 1,932 ,175 5,768 28 ,000 18,71933 3,24536 12,07151 25,36716 Equal variances not assumed 5,768 24,789 ,000 18,71933 3,24536 12,03250 25,40617
BOPO Equal variances assumed 1,073 ,309 6,283 28 ,000 17,55333 2,79376 11,83057 23,27610 Equal variances not assumed 6,283 26,826 ,000 17,55333 2,79376 11,81927 23,28740
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Rasio CAR
4.2.1.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel
Berdasarkan tabel 4.1 didapat nilai rata-rata (mean) CAR
Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar dan 14.6020
sedangkan CAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar
15.4137. Dari data ini menunjukkan bahwa CAR Bank Umum
Konvensional lebih baik dibandingkan CAR Bank Umum Syariah
karena angka rasio CAR Bank Umum Konvensional (15.4137) lebih
besar dibandingkan CAR Bank Umum Syariah (14.6020) semakin
tinggi nilai CAR maka akan semakin bagus kualitas permodalan bank
tersebut. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang
menyatakan bahwa standar terbaik CAR adalah 8%, maka Bank
Umum Syariah masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai
CAR diatas ketentuan BI.
4.2.1.2 Pengujian Hipotesis
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk CAR
adalah 0,860 dengan nilai signifikansi 0,362. Oleh karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua
varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal
Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung
untuk CAR dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah
lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari
rasio CAR maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvensional terdapat perbedaan yang tidak signifikan.
Dengan demikian H1 ditolak karena hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara CAR Bank
Umum Syariah dengan CAR Bank Umum Konvensional.
4.2.2 Analisis Rasio ROA
4.2.2.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel
Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) ROA
Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 1.6373 sedangkan
ROA Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 3.4840.
Dari data ini menunjukkan bahwa ROA Bank Umum Konvensional
lebih baik dibandingkan ROA Bank Umum Syariah karena angka
rasio ROA Bank Umum Konvensional (3.4840) lebih besar
dibandingkan ROA Bank Umum Syariah (1.6373), Semakin besar
Rasio ROA maka akan semakin baik kinerjanya. Akan tetapi, jika
mengacu pada standar ROA dari Bank Indonesia yaitu sebesar 1,5%,
maka Bank Umum Syariah masih berada dalam kondisi ideal.
4.2.2.2 Pengujian Hipotesis
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk ROA
adalah 1,807 dengan nilai signifikansi 0,306. Oleh karena nilai
varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal
Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung
untuk ROA dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah
-5,442 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari
rasio ROA maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan
demikian H2 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA Bank Umum Syariah
dengan ROA Bank Umum Konvensional.
4.2.3 Analisis Rasio LDR
4.2.3.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh Nilai rata-rata (mean) Rasio
LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013
sebesar 91.3407 sedangkan LDR Bank Umum Konvensional Tahun
2011-2013 sebesar 72.6213. Dari data ini menunjukkan bahwa LDR
Bank Umum Syariah lebih baik jika dibandingkan dengan LDR Bank
Umum Syariah karena angka rasio LDR Bank Umum Syariah
(91.3407) lebih besar dibandingkan LDR Bank Umum Konvensional
(72.6213). Bank Umum Syariah memenuhi standar LDR terbaik dari
Bank Indonesia, yaitu sebesar 85-110%. Semakin besar LDR maka
4.2.3.2 Pengujian Hipotesis
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk LDR
adalah 1,932 dengan nilai signifikansi 0,175. Oleh karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua
varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal
Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung
untuk LDR dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah
5,768 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari
rasio LDR maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan
demikian H3 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR Bank Umum Syariah
dengan LDR Bank Umum Konvensional.
4.2.4 Analisis Rasio BOPO
4.2.4.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel
Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) BOPO
Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 85.7393 sedangkan
BOPO Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 68.1860.
Dari data ini menunjukkan bahwa BOPO Bank Umum Konvensional
lebih baik dibandingkan BOPO Bank Umum Syariah karena angka
dibandingkan BOPO Bank Umum Syariah (85.7393), karena semakin
rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitasnya.
4.2.4.2 Pengujian Hipotesis
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk
BOPO adalah 1,073 dengan nilai signifikansi 0,309.Oleh karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua
varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal
Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung
untuk BOPO dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah
6,283 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari
rasio BOPO maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan
Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
Dengan demikian H4 diterima karena hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara BOPO Bank Umum
Syariah dengan BOPO Bank Umum Konvensional.
4.2.5 Analisis Rasio NPL
4.2.5.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel
Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) NPL
Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 1.9080 sedangkan
NPL Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 0.9647.
lebih baik dibandingkan NPL Bank Umum Syariah karena angka rasio
NPL Bank Umum Konvensional (0,9647) lebih kecil dibandingkan
NPL Bank Umum Syariah (1.9080), karena semakin rendah nilai rasio
NPL (Non Performing Loan) maka semakin baik kinerja keuangan
Bank tersebut. Namun, bila dibandingkan dengan standar terbaik NPL
menurut BI yaitu < 2% maka Bank Umum Syariah masih berada pada
kinerja keuangan yang baik.
4.2.5.2 Pengujian Hipotesis
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk NPL
adalah 0,03 dengan nilai signifikansi 0,995. Oleh karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua
varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal
Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung
untuk NPL dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah
3,233 dengan signifikan sebesar 0,003.
Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPL maka kinerja
keuangan Bank Umum Syariah dengan kinerja keuangan Bank Umum
Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian
H5 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara NPL(Non Performing Loan) Bank
Umum Syariah dengan NPL (Non Performing Loan) Bank Umum
4.2.6 Analisis Kinerja Keuangan Bank Secara Keseluruhan
Dari hasil analisis rasio masing-masing bank, tahap selanjutnya
adalah menganalisa kinerja bank secara keseluruhan dengan cara skor
dari masing-masing rasio dikalikan dengan bobot persentase. Variabel
yang diberi nama “kinerja” tersebut kemudian diolah dengan SPSS
menggunakan independent sampel t-test.
4.2.6.1Analisis Deskriptif Kedua Variabel
Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean)
kinerja keseluruhan Bank Umum Syariah (tahun 2011-2013)
sebesar 75.8667 dan mean kinerja keseluruhan Bank Umum
Konvensional (tahun 2011-2013) secara keseluruhan 73.2000. Dari
data ini menunjukkan bahwa kinerja keseluruhan, Bank Umum
Syariah lebih baik dibandingkan Bank Umum Konvensional.
Angka rasio kinerja Bank Umum Syariah secara keseluruhan
(75.8667) lebih besar dibandingkan Bank Umum Konvensional
(73.2000).
4.2.6.2Pengujian Hipotesis
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk
Kinerja Keseluruhan adalah 0,022 dengan nilai signifikansi 0,883.
Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka
digunakan Equal Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama).
Variances Assumed adalah 4,665 dengan signifikan sebesar 0,000.
Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio Kinerja Keseluruhan maka
kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum
Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian
H6 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvensional secara keseluruhan.
4.2.7 Analisis Tambahan
4.2.7.1Analisis Horizontal (Trend Statement)
Analisis Horizontal Trend Statement yaitu alat analisis
yang digunakan untuk membandingkan rasio – rasio keuangan
Bank dari tahun ketahun secara keseluruhan (time series). Analisis
ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada masing
– masing bank dari tahun ketahun berikutnya sehingga dapat
diketahui tendensi perubahan (fluktuasi) atau perkembangan.
Formulasi yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kinerja
bank adalah sebagai berikut :
Perkembangan =
Ta : Tahun yang dianalisis
Kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel analisis trend
statement untuk Bank Umum Syariah tahun 2011-2013 yaitu Dari
Segi Pendapatan Operasional Kenaikan pendapatan operasional
tertinggi ada pada Bank BRI yaitu naik 44 %, dan 63 % kemudian
disusul oleh Bank Mega yaitu naik 35% dan 62% setelah itu
disusul oleh Bank Mandiri dengan kenaikan pendapatan
operasional sebesar 27% dan 48 % kemudian disusul lagi oleh
Bank Muamalat dengan kenaikan pendapatan operasional sebesar
26% dan 71 % dan diakhiri oleh Bank BNI yang mengalami
kenaikan pendapatan operasional sebesar 22% dan 78%.
Dari Segi Beban Operasional Kenaikan beban operasional
tertinggi ada pada Bank BNI yaitu naik 73 %, dan 125 % kemudian
disusul oleh oleh Bank Mega dengan kenaikan beban operasional
sebesar 60% dan pada tahun 2013 turun sebesar 22,5% kemudian
disusul oleh Bank Muamalat sebesar 24% dan 65% kemudian
disusul lagi oleh Bank Mandiri dengan kenaikan sebesar 20% dan
56% dan diakhiri oleh Bank BRI yang mengalami kenaikan beban
operasional sebesar 12% dan 41%.
Dari Segi Laba Bersih Kenaikan Laba Bersih tertinggi ada
pada Bank BRI yaitu naik sebesar 774 %, dan 1011 % kemudian
disusul oleh Bank Mega yaitu naik 243 % dan 177% setelah itu
disusul oleh Bank BNI dengan kenaikan laba bersih sebesar 53%
kenaikan laba bersih sebesar 46% dan 18 % dan diakhiri oleh Bank
Muamalat yang mengalami kenaikan laba bersih sebesar 42% dan
73%.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel analisis trend
statement untuk Bank Umum Konvensional tahun 2011-2013 yaitu
Dari Segi Pendapatan Operaional Kenaikan pendapatan operasional
tertinggi ada pada Bank BCA yaitu naik 282 %, dan 367 %
kemudian disusul oleh Bank BRI yaitu naik 45% dan 44% setelah
itu disusul oleh Bank BNI dengan kenaikan pendapatan operasional
sebesar 11% dan 24 % kemudian disusul lagi oleh Bank Mandiri
dengan kenaikan operasional sebesar 1,1% dan 24 % dan diakhiri
oleh Bank Mega yang mengalami kenaikan pendapatan operasional
sebesar 0,38% kemudian tahun 2013 mengalami penurunan 7%.
Dari Segi Beban Operaional Kenaikan beban operasional
tertinggi ada pada Bank BCA yaitu naik 22 %, dan 52 % kemudian
disusul oleh oleh Bank Mandiri dengan kenaikan beban
operasional sebesar 15% dan 31% kemudian disusul oleh Bank
BRI dan Bank BNI yaitu naik 14% dan 30% dan diakhiri oleh Bank
Mega yang mengalami kenaikan beban operasional sebesar 14%
dan 18%.
Dari Segi Laba Bersih Kenaikan Laba Bersih tertinggi ada
pada Bank Mandiri yaitu naik sebesar 26 %, dan 48 % kemudian
sebesar 52% setelah itu disusul oleh Bank BRI dengan kenaikan
laba bersih sebesar 23% dan 41 % kemudian disusul lagi oleh Bank
BNI dengan kenaikan laba bersih sebesar 21% dan 55 % dan
diakhiri oleh Bank BCA yang mengalami kenaikan laba bersih
sebesar 8% dan 31%.
4.2.7.2Analisis Vertikal (Common-Size)
Analisis Vertikal Common-size adalah teknik analisis
yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antara suatu
elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari elemen
yang lain pada laporan keuangan yang sama. Analisis ini dilakukan
dengan cara merubah angka-angka yang ada dalam neraca menjadi
persentase berdasarkan angka tertentu.
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis
common-size untuk Bank Umum Syariah. Ditinjau dari sisi Aktiva
Akun Piutang Murabahah memiliki persentase yang paling tinggi
dengan perincian Bank Mega Syariah memiliki persentase
peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 59,9% 64,1% dan
73,6% kemudian Bank BRI Syariah dengan persentase peningkatan
47,1% 50% dan 51% lalu disusul Bank Mandiri Syariah dengan
persentase peningkatan sebesar 40,6% 42,8% dan 44,9% kemudian
Bank BNI Syariah dengan persentase peningkatan 37% 45,12%
dan 55% dan Bank Muamalat dengan persentase 36,9% 35,9% dan
Ditinjau dari sisi Liabilitas Akun Simpanan Nasabah
memiliki persentase paling tinggi dengan perincian Bank Muamalat
memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013
berturut-turut 87,7% 92,2% dan 93,4% kemudian Bank Mandiri Syariah
dengan persentase 83,3% 86,9% dan 88,6% lalu Bank Mega
Syariah dengan persentase 90,2% 80,1% dan 67,6% kemudian
Bank BNI Syariah dengan persentase 89,4% 87,3% dan 60,6% dan
Bank BRI Syariah dengan persentase 85,2% 71,7% dan 70%.
Ditinjau dari sisi Ekuitas Akun Modal Saham memiliki
persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI Syariah
memiliki persentase dari tahun 2011-2013 berturut-turut 97,3%
92% dan 87% kemudian Bank BNI Syariah dengan persentase
92,7% 97,5% dan 96,05% kemudian Bank Mega Syariah dengan
persentase 73,2% 51,4% dan 80,5% kemudian Bank Muamalat
dengan persentase sebesar 39,7% 33,4% dan 25,7% dan terakhir
Bank Mandiri Syariah dengan persentase 37,9% 34,8% dan 30,6%.
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis
common-size untuk Bank Umum Konvensional. Ditinjau dari sisi
Aktiva Akun Kredit yang diberikan memiliki persentase yang
paling tinggi dengan perincian Bank BNI memiliki persentase
peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 53,00% 58,16%
dan 63,04% kemudian Bank Mandiri dengan persentase
dengan persentase peningkatan sebesar 58,27% 60,96% dan
67,55% kemudian Bank Mega dengan persentase peningkatan
41,87% 44,76% dan 44,80% dan Bank BCA dengan persentase
60,96% 57,06% dan 61,79%.
Ditinjau dari sisi Liabilitas Akun Simpanan Nasabah
memiliki persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI
memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013
berturut-turut 91,00% 92,54% dan 92,21% kemudian Bank BNI dengan
persentase 88,55% 88,92% dan 86,11% lalu Bank Mandiri dengan
persentase 85,23% 85,25% dan 85,30% kemudian Bank BCA
dengan persentase 96,05% 94,93% dan 95,03% dan Bank Mega
dengan persentase 88,16% 87,26% dan 86,77%.
Ditinjau dari sisi Ekuitas Akun Saldo Laba memiliki
persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI memiliki
persentase peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 80,33%
84,67% dan 89,34% kemudian Bank BCA dengan persentase
peningkatan sebesar 85,04% 86,34% dan 87,50% kemudian Bank
Mandiri dengan persentase 53,48% 60,83% dan 67,16% kemudian
Bank BNI dengan persentase peningkatan sebesar 38,11% 46,11%
dan 956,65% dan terakhir Bank Mega dengan persentase 34,16%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada 5 Bank Umum Syariah dan 5
Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode
2011-2013 yang menjadi sampel, yang bertujuan untuk menganalisis perbandingan
kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional, dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
a. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean CAR Bank
Umum Syariah lebih kecil dibandingkan dengan Nilai Mean CAR
Bank Umum Konvensional dengan kata lain CAR Bank Umum
Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah.
Berdasarkan hasil uji statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test)
untuk Rasio Kecukupan Modal yang diwakili CAR menunjukkan hasil
bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan diantara Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.
b. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean ROA Bank
Umum Syariah lebih kecil dibandingkan dengan Nilai Mean ROA Bank
Umum Konvensional dengan kata lain ROA Bank Umum
Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah.
untuk Rasio Profitabilitas yang diwakili ROA menunjukkan hasil
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum
Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.
c. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean LDR Bank
Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean LDR Bank
Umum Konvensional dengan kata lain LDR Bank Umum Syariah lebih
baik dibandingkan Bank Umum Konvensional. Berdasarkan hasil uji
statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test) untuk Rasio
Likuiditas yang diwakili LDR menunjukkan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvenisonal.
d. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean BOPO Bank
Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean BOPO
Bank Umum Konvensional dengan kata lain BOPO Bank Umum
Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah.
Berdasarkan hasil uji statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test)
untuk Rasio Efisiensi yang diwakili BOPO menunjukkan hasil bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah
dengan Bank Umum Konvenisonal.
e. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean NPL Bank
Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean NPL Bank
Umum Konvensional dengan kata lain NPL Bank Umum Konvensional
statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test) untuk Rasio Kualitas
Aktiva Produktif yang diwakili NPL menunjukkan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvenisonal.
f. Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel
“kinerja” maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum
Konvensional.
5.2 Saran
1. Bagi Bank Umum Syariah
Secara umum, dari rasio likuiditas kinerja keuangan Bank Umum
syariah lebih baik dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional.
Akan tetapi, rasio lain lebih rendah dari Bank Umum Konvensional,
yaitu rasio kecukupan modal (CAR), rasio profitabilitas (ROA), rasio
efisiensi (BOPO), rasio kualitas aktiva produktif (NPL). Untuk
meningkatkan rasio-rasio tersebut, Bank Umum Syariah perlu
memperhatikan hal-hal berikut agar kinerja keuangan Bank Umum
Syariah dapat lebih baik lagi :
a. Rasio permodalan (CAR) Bank Umum Syariah dapat ditingkatkan
kualitasnya dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan
dengan lebih memperhatikan kebutuhan modal pada setiap
menghasilkan pendapatan, sehinggga tidak perlu menekan
permodalan.
b. Rasio ROA Bank Umum Syariah dapat ditingkatkan dengan
melakukan efisiensi usaha dan lebih berhati-hati dalam melakukan
ekspansi agar setiap aset yang digunakan dalam operasi dapat
menghasilkan laba seperti yang diharapkan.
c. Rasio BOPO Bank Umum Syariah dapat diperkecil dengan
melakukan efisiensi dalam setiap operasi usaha. Bank Umum
Syariah di Indonesia perlu membuat suatu sistem yang dapat
menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan
operasional khususnya dibidang pengendalian dan pengawasan
investasi.
d. Rasio NPL dapat ditingkatkan kualitasnya dengan lebih
berhati-hati dalam pemberian kredit terhadap nasabah untuk mengurangi
jumlah kredit yang macet dan bermasalah.
2. Bagi Bank Umum Konvensional
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja Bank Umum Syariah
secara umum dari rasio likuiditas lebih baik dibandingkan Bank
Umum Konvensional. Oleh karena itu, Bank Umum Konvensional
bisa mempertimbangkan untuk membuka atau menambah Unit Usaha
Syariah atau mengkonversi menjadi Bank Umum Syariah.
Karena penelitian ini hanya menggunakan lima rasio dalam mengukur
kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum
Konvensional, maka sebaiknya peneliti yang akan datang
menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya. Selain
itu, sebaiknya peneliti yang akan datang juga memperbanyak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBENTUKAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Ruang Lingkup Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal banknote.
Kata Bank berasal dari bahasa Italia banca yang berarti tempat penukaran
uang.
Pengertian Bank menurut Kasmir (2012:42) “ Badan Usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”.
Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam
pembangunan ekonomi seuatu negara. Hal ini disebabkan karena lembaga
keuangan bank mempunyai fungsi, asas, dan tujuan yang sangat mendukung
terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Berikut adalah fungsi, asas,
dan tujuan Menurut Pasal 2, 3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan dinyatakan bahwa :
Asas : Perbankan berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian.
Fungsi : Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan
Tujuan : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhanekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan rakyat banyak.
Menurut Lukman dalam Marissa (2011:39), pada dasarnya terdapat
tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh bank, yaitu :
1. Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi
kewajibannya.
2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang solvable adalah bank
yang manpu menjamin seluruh hutangnya.
3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
2.1.2 Bank Umum Syariah
2.1.2.1 Pengertian Bank Umum Syariah
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah
merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha
(investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai
2.1.2.2 Prinsip Dasar Bank Umum Syariah
Secara garis besar produk-produk bank syariah dapat
dikelompokkan ke dalam produk-produk pendanaan, pembiayaan,
jasa perbankan, dan kegiatan sosial dengan berbagai prinsip syariah
yang digunakan dalam akadnya, berbagai jenis akad yang diterapkan
oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu:
1. Akad Pola Titipan (Wadi’ah)
Secara umum Wadi’ah berarti titipan murni dari pihak penitip
(muwaddi’) yang mempunyai barang/asset kepada pihak
penyimpan (mustawda’) yang diberi amanah/kepercayaan, baik
individu maupun badan hukum dan harus dijaga dari
kerusakan,kerugian dan keutuhannya dan dikembalikan kapan
saja penyimpan menghendaki. Akad Wadi’ah dibagi atas 2
yaitu:
a. Titipan Wadi’ah yad Amanah adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak
diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan
dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan
atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam
perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
b. Titipan Wadi’ah yad Dhamanah adalah akad penitipan
mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan
barang/uang yang dititipkan tersebut untuk aktivitas
perekonomian tertentu dengan catatan bahwa pihak
penerima titipan akan mengembalikan barang/uang yang
dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki.
Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.
2. Akad Pola Bagi Hasil (Profit Sharing)
Akad Pola Bagi Hasil merupakan suatu sistem yang meliputi
tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini
adalah:
a. Mudharabah, adalah akad kerja sama usaha antara pemilik
dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) untuk
melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak,
sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si
pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct,
negligence atau violation oleh pengelola dana. Akad
Mudharabah secara umum dibagi atas 3 yaitu :
1) Mudharabah Muthlaqah adalah akad kerja sama di
mana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
2) Mudharabah Muqayyadah adalah akad kerja sama di
mana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, mengenai lokasi,
cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.
3) Mudharabah Musytarakah adalah akad kerja sama di
mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya
dalam kerja sama investasi.
b. Musyarakah, adalah akad kerja sama yang didasarkan atas
bagi hasil di mana para mitra berkontribusi dalam modal
maupun kerja. Keuntungan dari usaha syariah akan
dibagikan kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang
disepakati para mitra ketika akad, sedangkan kerugian akan
ditanggung para mitra sesuai dengan proporsi modal.Ada
dua jenis Musyarakah yaitu :
1) Musyarakah kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama
dua pihak atau lebih dari suatu properti;
2) Musyarakah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi
karena adanya kontrak bersama atau usaha komersial
bersama.
3. Akad Pola Jual Beli (Tijarah)
Akad Pola Jual Beli ini merupakan suatu sistem yang
menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli
nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan
(margin). Akad Jual beli dibagi atas 3 yaitu :
1) Murabahah, yaitu suatu bentuk jual beli tertentu ketika
penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga
barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan
(margin) yang diinginkan.
2) Salam, merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di
muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced
payment atau forward buying atau future sales) dengan
harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal, dan tempat
penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam
perjanjian. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau
penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam
maka hal ini disebut salam paralel.
3) Istishna, adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen
yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya
dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau
pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang
meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya.
4. Akad Pola Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
asset atau jasa sementara hak kepemilikan asset tetap pada
pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau pengguna jasa
memiliki kewajiban membayar sewa atau upah. Ada dua jenis
Ijarah yaitu:
1) Ijarah Murni merupakan akad yang berhubungan dengan
sewa jasa;
2) Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan
sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk
memiliki barang pada akhir masa sewa.
5. Akad Pola Jasa (Fee-Based Services)
Prinsip Pola Jasa (Fee-Based Services) ini meliputi seluruh
layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk
yang berdasarkan prinsip Pola Jasa (Fee-Based Services) ini
antara lain:
1) Wakalah merupakan pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
(muwakil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang
boleh diwakilkan. Islam mensyariatkan Wakalah karena
2) Kafalah merupakan Jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
3) Hawalah, Pengalihan utang/piutang dari orang yang
berhutang/berpiutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya/menerimanya.
4) Rahn, adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan
demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
5) Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini
digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan
sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan
shadaqah.
2.1.2.3 Sistem Operasional Bank Umum Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana
menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan
bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana
nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan (Ema dalam Widya
Wahyuningsih,2012) . Sistem operasional Bank Umum Syariah
tersebut meliputi:
1. Sistem Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank
konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang
mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga
kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori
tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan
dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan
deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak
melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk
penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari
sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:
a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner).
Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,
perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung
menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal
juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari
modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan
pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan
melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity
participation pada saham perseroan bank.
b. Titipan (Wadi’ah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam
memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan.
Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam
prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung
jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak
untuk mengambil setiap saat kapan saja Nasabah tersebut hendak
mengambil titipan tersebut , sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Investasi (Mudharabah)
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah
yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul
maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah
bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan
sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan
return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau
kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.
2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini
dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan
murabahah, salam dan istishna’.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah
dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual
beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah
obyek transaksinya jasa.
c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama
yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa,
dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk
pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan
pola-pola musyarakah dan mudharabah.
2.1.3 Bank Umum Konvensional
2.1.3.1 Pengertian Bank Umum Konvensional
Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 Bank
merupakan Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan
aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana yang
terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada
masyarakat juga termasuk individu.
2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Adapun Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
berdasarkan (Booklet Perbankan Indonesia 2011) adalah sebagai
berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan hal diatas
lainnya;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga;
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak;
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa
efek;
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat;
12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh pihak bank
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang tentang
Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ;
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau
perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh BI; dan
17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
2.1.4 Perbedaan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional
Hal mendasar yang membedakan Bank Umum Konvensional dengan
Bank Umum Syari’ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian
keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada bank, dan atau yang
diberikan oleh bank kepada nasabah. Hal inilah yang menyebabkan
terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil. Bagi hasil menurut terminologi
asing (inggris) dikenal dengan profit sharing. Dalam kamus ekonomi
diartikan dengan pembagian laba. Secara defenitif, profit sharing diartikan
“distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai di sebuah
perusahaan (Muhammad 2001).
Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya
memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai
investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya
mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah
aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga
tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal. Adapun Perbedaan
antara Bunga dan Bagi Hasil dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Perbandingan Antara Bunga dan Bagi Hasil
Bagi Hasil Bunga
a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
c. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan.
c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang
“booming”
e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam
Adapun Perbedaan antara Bank Umum Konvensional dengan Bank
Umum Syariah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Perbedaan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah
BUK BUS
Fungsi dan Kegiatan Bank
Intermediasi, Jasa Keuangan Intermediasi, Manager Investasi, Investor, Sosial Bagi hasil, jual beli, sewa Prioritas
Pelayanan
Kepentingan pribadi Kepentingan public
Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi islam, keuntungan
Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank
Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko
Hubungan Nasabah
Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha
Sumber Likuiditas Jangka Pendek
Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah, Bank Sentral
Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasiona
Struktur Organisasi Pengawas
Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional
2.1.5 Rasio Keuangan
2.1.5.1 Rasio Kecukupan Modal
Kecukupan modal adalah gambaran kemampuan bank
dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup
risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam
aset produktif yang mengandung risiko, serta untuk pembiayaan
dalam aset tetap dan investasi. Rasio Kecukupan Modal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio yaitu
rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta
menampung kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank.
Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan
kembali dalam bentuk kredit. Dengan CAR yang cukup atau
memenuhi ketentuan, Bank tersebut dapat beroperasi sehingga
terciptalah laba. Besarnya modal suatu Bank juga akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
Bank. Dengan kata lain semakin tinggi CAR semakin baik kinerja
suatu bank.
CAR = x 100%
H1 : Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara kinerja Bank
Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional,
2.1.5.2 Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:309), Rasio profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan asset hal ini juga menunjukkan semakin efektif
perusahaan tersebut karena besrnya ROA dipengaruhi oleh besarnya
laba yang dihasilkan perusahaan.
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan
peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para
investor untuk menanamkan dananya guna mjemperluas usahanya,
sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para
investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri
profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas