• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK 7 Re

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKALAH TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK 7 Re"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN TEORI DAN MODEL KOMUNIKASI KELOMPOK

Disusun Oleh :

DEWI WULANDARI 44215120027

PUTRI CHAIRUNNISA 44215110178

SAMIADJIE 44215120012

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT

(2)

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak berkomunikasi. Begitupun halnya saat kita berkelompok. Komunikasi seakan menjadi ruh dalam jasad sebuah kelompok. Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya suatu kelompok bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan efektif suatu komunikasi dapat dibangun.

Dalam komunikasi kelompok sering kali ada kegiatan penting yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut, diskusi contohnya. Namun saat ini, banyak permasalahan yang terjadi di kalangan sebuah kelompok dan inti masalahnya adalah kurangnya komunikasi. Permasalahan komunikasi yang terjadi pun tak hanya intern saja tapi juga eksternalnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, penting kiranya agar kita memahami arti Komunikasi Kelompok. Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami akan membahas hal-hal mengenai komunikasi kelompok

1.2. Tujuan

Pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Nono Sungkono selaku dosen Teori Komunikasi dengan materi Penggunaan Teori dan Model Komunikasi Kelompok.

1.3. Manfaat

Adapaun manfaat dari tugas ini adalah untuk mengetahui penggunaan teori dan model komunikasi kelompok.

(3)

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, berupa ide, gagasan, atau pesan dari satu pihak ke pihak lain. Penyampaian informasi tersebut bisa secara lisan (verbal) atau berupa tulisan. Atau bisa juga melalui gerak/bahasa tubuh (non verbal). 2.2. Pengertian Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

2.3. Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Sekelompok oarang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah oarang yang dalam kelompok itu sedikit, berarti kelompok itu kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil, jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan komunikasi kelompok besar.

2.3.1. Bentuk Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok terdiri atas dua bentuk, yaitu : a. Komunikasi Kelompok Deskriptif

Dalam komunikasi kelompok deskriptif, pengelompokkan sejumlah orang terdiri atas kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar. b. Komunikasi Kelompok Perspektif

(4)

Dalam komunikasi kelompok perspektif akan dijelaskan bagaimana suatu kelompok dapat menyelesaikan suatu persoalan, menyelesaikan tugas, menyampaikan gagasan, dan hal-hal lain yang dapat dikomunikasikan antara sejumlah orang yang terlibat dalam kelompok tersebut. Berikut ini adalah format yang biasa dilakukan pada komunikasi kelompok perspektif, antara lain:

 Diskusi meja bundar adalah format berdiskusi dengan cara melingkar dimana tidak ada seorang moderator yang ditunjuk secara khusus.

 Forum ceramah adalah format diskusi yang dilakukan terutama sekali untuk saling berbagi informasi.

 Prosedur parlementer adalah format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat.

 Seminar adalah seorang /kelompok ahli yang bertugas menjawab pertanyaan-pertanyaan hadirin/pers.

2.3.2. Tipe Komunikasi Kelompok

1) Kelompok Belajar (Learning Group)

Ketika kita mendengar kata “belajar” atau learning, perhatian dan pikiran kita hampir selalu tertuju pada suatu lembaga pendidikan ataupun sekolah. Meskipun institusi pendidikan tersebut termasuk dalam klasifikasi learning group, namun itu bukan satu-satunya. Kelompok yang memberi keterampilan berenang ataupun kelompok yang mengkhususkan kegiatannya pada digolongkan ke dalam kelompok belajar tersebut. Jadi, apa pun bentuknya, tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan pengetahuan atau kemampuan para anggotanya. Satu ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah, artinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerirna pengetahuan.

2) Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)

(5)

consciousness raising group. Karakteristik yang terlibat dalam tipe kelompok growth group ini adalah tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha untuk membantu para anggotanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi.

3) Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)

Orang-orang yang terlibat dalam kelompok pemecahan masalah, bekerja bersama-sama untuk mengatasi persoalan bersama yang mereka hadapi. Dalam sebuah keluarga misalnya, bagaimana seluruh anggota keluarga memecahkan persoalan tentang cara-cara pembagian kerja yang memungkinkan mereka terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, seperti tugas apa yang harus dilakukan seorang suami, apa yang menjadi tanggung jawab istri, dan pekerjaan-pekerjaan apa yang dibebankan kepada anak-anaknya. Atau dalam contoh lain, bagaimana para warga yang tergabung dalam satu Rukun Tetangga (RT) berusaha mengorganisasi diri mereka sendiri guna mencegah tindak pencurian melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan atau lebih dikenal dengan siskamling. Problem solving dalam operasionalnya, melibatkan da aktivitas penting. Pertama, pengumpulan informasi (gathering information) : bagaimana suatu kelompok sebelum membuat keputusan, berusaha mengumpulkan informasi yang penting dan berguna untuk landasan pengambilan keputusan tersebut. Dan kedua adalah pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil pengumpulan informasi.

2.3.3. Tujuan Komunikasi Kelompok

1. Menanamkan Pengetahuan (To Import Knowledge)

Dengan adanya interaksi tatap muka interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang

terlibat dalam interaksi (minimal 3 orang, maksimal 20 orang), maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya. Terlebih komunikasi kelompok sangat menjunjung tinggi terminologi tatap muka (face to face). Karena hal tersebut pastinya akan mestimulus pelaku komunikasi dang menghasilkan feedback yang cepat dalam proses komunikasi.

(6)

Biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri.

3. Sarana Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

2.3.4. Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri.

Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahun.

Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.

Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan keputusan.

(7)

anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, dan sebagainya.

2.4. Teori Komunikasi Kelompok a. Pengertian Teori

Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian social. Teori adalah seperangkat konsep atau konstruk, definisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.

Teori juga merupakan hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, memprediksi, dan kontrol fenomena tertentu (misalnya, benda mati, kejadian di alam, atau perilaku hewan). Seringkali, teori dipandang sebagai model realitas (misalnya: jika seekor kucing mengeong sarana untuk makanan). Sebuah teori membentuk generalisasi pada banyak pengamatan dan terdiri dari kumpulan ide yang koheren dan saling terkait.

b. Teori Komunikasi Kelompok

 TEORI PERBANDINGAN SOSIAL ( Social Comparison Theory)

(8)

Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya perbedaan tujuan disebuah kantor ada sebuah perbedaan sosial yaitu antara atasan dan bawahan, manajer dan karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik atau masalah dan juga kerjaan yang menumpuk , karyawan yang tidak disiplin dan adanya perbedaan gaji ini dapat menjadi suatu konflik perbandingan sosial dan dimana ada juga sama-sama karyawan tapi dibedakan gaji dan fasilitas ini juga salah satu perbandingan sosial yang jelas akan menimbulkan suatu konflik.

 TEORI PENCAPAIAN KELOMPOK (Group Achievment Theory)

Teori pencapaian kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukandari anggota (member inputs ), variabel - variabel perantara (mediating variables),dan keluaran dari kelompok (group output).Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapatdiidentifikasikan sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan (expectations ) yang bersifat individual. Sedangkan variabel-variabel perantara merujuk padastruktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status dan tujuan-tujuan kelompok. Dan yang dirnaksud dengan keluaran atau output kelompokadalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok.Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensiperilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan katalain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables ) mengarah padastruktur formal dan struktur peran (mediating variables ) yang sebaliknya variabelini mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan (groupachievement)

(9)

akan menimbulkan seperti suatu emosi dan dengan kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini dapat menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia.

 TEORI PERTUKARAN SOSIAL (SOCIAL EXCHANGE THEORY)

Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorangdapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok denganmengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic relationship). Suatu kelompokdipertimbangkan untuk menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antara duapartisipan tersebut.Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi manusia melibatkanpertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost ) dan imbalan (reward ) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respons dariindividu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup ataulebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri, atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalanapa pun yang mereka cari.Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskanfenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilakumengenai biayanya dan imbalan.

(10)

dipandang sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama yang baik. Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Masing-masing pasangan juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya. Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.

2.5. Model Komunikasi Kelompok

Model adalah representasi simbolik dari suatu benda, proses, sistem, atau gagasan. Model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau matematikal. Perbedaan pokok antara teori dan model adalah: teori merupakan penjelasan, sementara model hanya merupakan representasi. Yang dimaksud model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.

Struktur jaringan komunikasi kelompok merupakan suatu struktur saluran dimana informasi melewatinya dari individu yang satu ke individu lainnya. Jaringan tersebut mangandung alur informasi, dan ia mencerminkan interaksi formal antar anggota kelompok.

Menurut Devito, ada 5 struktur jaringan komunikasi kelompok, diantaranya: 1. Jaringan Komunikasi Lingkaran

(11)

model ini sebuah organisasi tidak memiliki pemimpin, semua anggota posisinya sama, mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Model jaringan komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota bisa terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarkinya tetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkat yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap level, pada intinya setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.

2. Jaringan Komunikasi Roda

Dalam struktur roda, sebuah kelompok atau organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya dipusat. Struktur ini memasukkan satu orang yang berkomunikasi dengan masing-masing orang dari sejumlah orang lainnya, satu orang tersebut adalah pemimpin. Orang (pemimpin) ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota.

Oleh karena itu, jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota lain maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam stuktur roda bisa dibilang cukup efektif tapi keefektifan itu hanya mencakup masalah yang sederhana saja.

(12)

Struktur Y relatif kurang tersentralasasi dibanding karakteristik individu dan perilaku komunikasi dalam struktur roda. Tetapi lebih tersentralasasi dibanding dengan pola lainnya.

Jaringan Y memasukkan dua orag sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.

Dalam struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas, tetapi semua aggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirim dan menerima pesan dari dua orang lainnya, sedangkan ketiga anggota lainnya terbatas hanya dengan satu orang saja.

4. Jaringan Komunikasi Rantai

Dalam struktur rantai dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan ke bawah (downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan.

Sistem komunikasi dalam struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terjadi disini. Orang yang berada ditengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada diposisi lain. Dalam struktur ini, Sejumlah saluran terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi degan orang-orang tertentu saja.

(13)

Struktur ini juga hampir sama dengan struktur limgkaran. Dalam arti semua amggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Pada jaringan pinwheel seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi sengan setiap orang lainnya. Jaringan pinwheel ini memberikan contoh suatu struktur komunikasi yang desentralisasi.

Jaringan terpusat/sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat.

Dari kelima struktur jaringan komunikasi tersebut, struktur jaringan manakah yang paling baik atau paling buruk? Maka jawabannya adalah tidak ada, karena tidak ada struktur jaringan komunikasi yang paling baik dan paling buruk, baik buruknya struktur jaringan komunikasi tidak bisa dinilai dari segi definisinya, melainkan bagaimana struktur jaringan tersebut digunakan dan dijalankan dalam sebuah kelompok atau organisasi. Bila struktur jaringan komunikasi digunakan dalam sistem organisasi yang baik dan sesuai dengan kinerja organisasi baik dalam kepemimpinan maupun aktifitas anggota lainnya maka struktur jaringan komunikasi tersebut akan dinilai baik, begitu pula sebaliknya.

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Komunikasi Kelompok 1. Faktor situasional karakteristik kelompok:

a. Ukuran kelompok.

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.

(14)

konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.

Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.

b. Jaringan komunikasi.

Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir. c. Kohesi kelompok.

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.

d. Kepemimpinan

(15)

yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.

2. Faktor personal

a. Kebutuhan interpersonal

William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:

1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).

2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).

3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain. b. Tindak komunikasi

Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal).

c. Peranan

Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:

1. Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.

(16)

3. Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas kelompok.

2.7. Hambatan dan Solusi Komunikasi Kelompok

Terdapat hambatan dalam komunikasi kelompok yang mengakibatkan pesan atau informasi yang disampaikan tidak diterima dengan baik oleh anggota. Hambatan-hambatan tersebut ialah :

a) Masalah dalam Mengembangkan pesan

Sumber masalah dalam mengembangkan suatu pesan adalah dalam memformulasikan suatu pesan. Masalah dalam mengembangkan suatu pesan seperti munculnya keraguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau masih asing dengan audiens, adanya pertentangan emosional atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan. Jika sesorang menglami keraguan dalam menyampaikan suatu pesan maka ada keendrungan seseorang akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan pesan lebih lanjut. Jika seseorang gagal dalam mengembangkan pesan, proses komunikasi akan dimulai dengan sesuatu yang salah, yang pada akhirnya akan membawa kegagalan yang berkelanjutan.

b) Masalah dalam Menyampaikan Pesan

Masalah yang paling jelas disini adalah faktor fisik seperti kesalahan pada sambungan kabel pada sound system, kualitas suara yang kurang baik, lampu yang tiba-tiba padam, salinan surat yang tak terbaca dan lain-lain. Masalah lain dalam menyampaikan suatu pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang saling berlawanan atau bermakna ganda. Masalah serupa juga akan muncul jika pesan disampaikan melalui saluran penghubung yang cukup panjang.

c) Masalah dalam Menerima Pesan

Masalah yang muncul dalam menerima suatu pesan antara lain adanya persaingan antara penglihatan dengan suara, kursi yang tidak nyaman, lamou yang kurang terang, dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima. Masalah lain juga bisa muncul akibat kondisi kesehatan yang kurang baik.

(17)

Masalah yang muncul dalam menafsirkan isi pesan disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

 Perbedaan Latar Belakang

Bila pengalaman hidup penerima secara mendasar berbeda dengan pengirim pesan, komunikasi menjadi semakin sulit. Perbedaan usia, pendidikan, jenis kelamin, status sosial, kondisi ekonomi, latar belakang budaya, tempramen, kesehatan, popularitas ataupun agama dapat mempersulit atau mengganggu proses komunikasi.

 Perbedaan Penafsiran Kata

Perbedaan penafsiran kata sering terjadi karena majemuknya latar belakang budaya yang ada.

 Perbedaan Reaksi Emosional

(18)
(19)

Dari makalah yang kami buat, terdapat beberapa point yang dapat kami simpulkan, yaitu : 1. Komunikasi Kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan

sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari 2 orang.

2. Perbedaan pokok antara teori dan model adalah: teori merupakan penjelasan, sementara model hanya merupakan representasi.

3. Teori Komunikasi Kelompok ada 3 yaitu Teori Perbandingan Sosial ( Social Comparison Theory), Teori Pencapaian Kelompok (Group Achievment Theory) Dan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)

4. Model Komunikasi kelompok memiliki 5 macam, yaitu model Roda, Rantai, Y, Lingkaran dan Bintang

(20)

Arifin, Anwar, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung: Armico.

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya http://www.academia.edu/7716498/Teori_Komunikasi_Kelompok_Teori_Komunikasi_Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Buku pedoman Asuhan Antenatal Terintegrasi tidak terpisahkan dengan pedoman lain yang telah diterbitkan oleh Departemen Kesehatan seperti ; Pedoman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Program kerja kepala madrasah dalam kegiatan pendidika n difungsikan dengan baik dan benar, hanya saja dalam aspek

 Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa : Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang  Konsep

Si selaku dekan Fakultas Psikologi dan selaku pembimbing I Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

gangguan metabolik lik karbohi'rat, %rotein ' karbohi'rat, %rotein 'an lemak 'an % an lemak 'an %erkembangan kom%lik erkembangan kom%likasi asi se9ara mi9roaskuler,

Melihat syi‟iran amin-amin yang dilakukan Jama‟ah Al-Khidmah Desa Morodemak Kecamatan Bonang Kabupaten Demak dalam dzikir Iklil mengidentifikasikan bahwa kegiatan dzikir

Raya Babat – Jombang KM 11, Desa Dradahblumbang

4) Tidak terikat, kecuali untuk kategori di komitmen horisontal. Jasa penasihat, intermediasi dan jasa keuangan pendukung lainnya pada semua aktivitas yang terdaftar di subsektor