• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA ANTARA PENGGUNAAN SIMULASI DAN EKSPERIMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA ANTARA PENGGUNAAN SIMULASI DAN EKSPERIMEN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA ANTARA PENGGUNAAN SIMULASI DAN

EKSPERIMEN

Oleh

LINDA RETNOWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA ANTARA PENGGUNAAN SIMULASI DAN

EKSPERIMEN Oleh Linda Retnowati

(3)

Linda Retnowati belajar fisika siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen yaitu rata-rata nilai hasil belajar pada kelas eksperimen sebesar 80,5 sedangkan pada kelas simulasi sebesar70 (2) Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep fisika siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen yaitu rata-rata nilai penguasaan konsep pada kelas eksperimen sebesar 72,38 sedangkan pada kelas simulasi sebesar 68,10. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar dan penguasaan konsep fisika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan simulasi.

(4)
(5)
(6)
(7)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoritis ... 6

1. Simulasi ... 6

2. Eksperimen ... 10

3. Hasil Belajar ... 14

4. Penguasaan Konsep ... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 21

D. Hipotesis Tindakan ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 24

B. Sampel Penelitian ... 24

C.Desain Penelitian ... 24

D.Variabel Penelitian ... 25

E. Instrumen Penelitian ... .. 25

(8)

xiii

G.Teknik Pengumpulan Data ... 30

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 31

1. Analisis Data ... 31

2. Pengujian Hipotesis ... 32

a. Uji Normalitas ... 32

b. Uji Hipotesis ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan Metode Simulasi ... 63

2. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan Metode Eksperimen ... 65

3. Silabus Listrik Dinamis dengan Metode Simulasi ... 67

4. Silabus Listrik Dinamis dengan Metode Eksperimen ... 76

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Metode Simulasi.. ... 85

(9)

xiv

7. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar ... 109

8. Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep ... 114

9. Rubrikasi Tes Akhir Penguasaan Konsep Listrik Dinamis ... 122

10.Lembar Hasil Belajar Siswa ... 123

11.Lembar Penguasaan Konsep ... 126

12.Lembar Kerja Kelompok (LKK) Hukum Ohm dengan Metode Simulasi ... 134

13.Lembar Kerja Kelompok (LKK) Hukum Ohm dengan Metode Eksperimen ... 140

14.Lembar Kerja Kelompok (LKK) Rangkaian Hambatan Seri dengan Metode Simulasi ... 146

15.Lembar Kerja Kelompok (LKK) Rangkaian Hambatan Seri dengan Metode Eksperimen ... 151

16.Lembar Kerja Kelompok (LKK) Rangkaian Hambatan Paralel dengan Metode Simulasi ... 157

17.Lembar Kerja Kelompok (LKK) Rangkaian Hambatan Paralel dengan Metode Eksperimen ... 162

18.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 168

19.Uji Normalitas ... 180

20.Uji Independent Sample T-Test ... 181

(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran, guru merupakan fasilitator yang penting. Cara guru menyampaikan sampai pemilihan metode pembelajaran yang tepat berpengaruh pada hasil yang diperoleh siswa. Selain itu, untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas, misalnya alat-alat percobaan jika akan diadakan praktikum.

Di SMPN 1 Kotagajah guru fisika cenderung menggunakan metode

konvensional atau ceramah. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi seperti ini mengakibatkan minat belajar fisika kurang, tingkat berpikir siswa rendah, penguasaan konsep siswa kurang dan sikap siswa menjadi pasif. Oleh karena itu, siswa menganggap pelajaran fisika sulit dan membosankan. Hal ini terlihat pada nilai ulangan fisika siswa yang rendah.

Oleh karena itu, guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan perlu memilih metode pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu untuk

meningkatkan penguasaan konsep siswa maka perlu untuk mengubah proses belajar mengajar dan merubah komponen-komponen yang dapat

(11)

2 Untuk mengatasi kendala tersebut maka digunakan suatu metode

pembelajaran yang sesuai dan diharapkan mampu membantu siswa memahami materi pelajaran sehingga hasil belajar dan penguasaan konsepnya akan meningkat. Berbagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran dapat membuat siswa belajar lebih efektif sehingga memberikan hasil yang berbeda, khususnya terhadap penguasaan konsep siswa.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika untuk membantu siswa dalam penguasaan konsep adalah simulasi. Simulasi memungkinkan siswa dapat melakukan praktikum menggunakan virtual lab dengan media komputer. Di SMPN 1 Kotagajah terdapat laboratorium komputer dengan jumlah komputer yang memadai sehingga memungkinkan pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi. Namun, guru belum memanfaatkan komputer-komputer yang ada untuk pembelajaran fisika. Metode dengan menggunakan simulasi pembelajaran dikemas sehingga mengurangi keabstrakan dan verbalisme dalam pendidikan di sekolah, khususnya pelajaran fisika. Siswa dapat lebih aktif selama proses

pembelajaran karena penggunaan simulasi lebih menyenangkan. Guru dapat lebih mengembangkan kreativitas siswa. Penggunaan simulasi ini

(12)

3 Selain simulasi juga terdapat metode lain yang dapat meningkatkan

penguasaan konsep siswa yaitu eksperimen. Di SMPN 1 Kotagajah terdapat laboratorium IPA dengan jumlah alat praktikum yang memadai.

Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dilakukan di dalam kelas dan alat-alat laboratorium dibawa ke kelas untuk melaksanakan eksperimen dikarenakan jumlah kelas yang kurang sehingga untuk

sementara laboratorium IPA digunakan sebagai ruang kelas. Guru di SMPN 1 Kotagajah belum semuanya mampu menggunakan KIT percobaan yang ada. Hanya beberapa guru yang mampu menggunakannya. Pada metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep dalam struktur kognitifnya melalui kemampuan berpikir dan kreativitasnya yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Penggunaan metode eksperimen, siswa tidak hanya menerima ceramah dari guru tetapi dapat belajar secara langsung sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa dan akan lebih mudah dalam menguasai konsep suatu materi sehingga memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melakukan percobaan melalui alat-alat praktikum membuat siswa dapat menyusun konsep tentang suatu teori dengan membuktikan sendiri kebenarannya, sehingga konsep yang diperoleh siswa bersifat lebih menetap dibandingkan dengan membaca atau penjelasan yang bersifat verbalisme dari guru.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan dilakukan

penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar dan Penguasaan

(13)

4 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara penggunaan simulasi dengan eksperimen?

2. Adakah perbedaan rata-rata penguasaan konsep fisika siswa antara penggunaan simulasi dengan eksperimen?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen.

2. Perbedaan rata-rata penguasaan konsep fisika siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan:

1. Menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar dan penguasaan konsep fisika siswa.

(14)

5 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis. Hasil belajar dibatasi pada ranah kognitif yang berupa soal pilihan jamak.

2. Penguasaan konsep mencakup pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis. Penguasaan konsep dibatasi pada ranah kognitif yang berupa soal pilihan jamak beralasan.

3. Simulasi adalah suatu metode yang memanfaatkan komputer dalam proses pembelajaran meliputi melakukan kerja, mengamati suatu objek, menganalisis, dan membuktikan dengan media komputer, serta menarik kesimpulan.

4. Eksperimen adalah suatu metode yang memanfaatkan alat-alat percobaan dalam proses pembelajaran meliputi melakukan kerja, mengamati suatu objek, menganalisis, dan membuktikan melalui alat-alat percobaan, serta menarik kesimpulan.

5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 1 Kotagajah tahun ajaran 2012/2013

(15)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretis

1. Simulasi

Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran perlu adanya usaha peningkatan lingkungan belajar bagi siswa. Agar proses belajar mengajar terlaksana dengan baik, maka guru sebagai fasilitator harus mengupayakan media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan media virtual lab.

Saat ini banyak pembelajaran yang menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran, khususnya penggunaan komputer. Tidak hanya di kota saja, bahkan di beberapa desa pun sudah terdapat komputer di sekolah. Terdapat beberapa tujuan pemakaian komputer dalam

pembelajaran. Kumaat (2008: 213) mengungkapkan tujuan pemakaian komputer di dalam pembelajaran sebagai berikut.

a. Untuk tujuan kognitif, komputer dapat dipakai untuk mengajarkan konsep-konsep, aturan, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Konsep-konsep tersebut dijelaskan secara sederhana dengan

(16)

7

b. Untuk tujuan psikomotor, komputer digunakan dengan menggunakan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan dan simulasi.

c. Untuk tujuan afektif, komputer dapat digunakan dengan membuat pembelajaran sikap yang memberikan potongan clip suara atau video yang isinya menggugah perasaan.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu pemanfaatan komputer dalam pembelajaran dapat dikemas dalam bentuk simulasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi verbalisme dalam pembelajaran dan siswa dapat berinteraksi selama pembelajaran berlangsung terutama untuk materi yang bersifat abstrak. Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura. Simulasi pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana sebenarnya. Hal ini didukung oleh pendapat Arsyad dalam Rusman (2012: 145) “Program simulasi dengan bantuan komputer mencoba untuk menyamai proses dinamis yang terjadi di

dunia nyata”. Sridadi dalam Rusman (2012: 145) juga

mengungkapkan “Simulasi adalah program (software) komputer yang berfungsi untuk menirukan perilaku sistem nyata (realitas) tertentu”.

Madlazim (2008: 31) mengungkapkan

Media simulasi virtual atau sering disebut dengan virtual lab adalah sebuah media simulasi yang menggunakan komputer yang dapat menyajikan fenomena alam yang sangat berperan penting di dalam pembelajaran sains.

(17)

8

penggunaan komputer tersebut untuk penguasaan yang lebih mendalam tentang suatu konsep. Virtual lab adalah suatu software yang di dalamnya terdapat simulasi dan memungkinkan praktikum terlaksana tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya. Simulasi adalah metode yang menampilkan materi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk animasi-animasi. Animasi tersebut dibuat mendekati keadaan sebenarnya. Animasi yang dibuat menjelaskan konten secara menarik, hidup, dan memadukan unsur teks, gambar, audio, gerak, dan paduan warna yang serasi dan harmonis.

Software simulasi elektronika merupakan software yang berdasar pada konsep pembelajaran elektronika, dimana software komputer ini ditujukan sebagai media dalam pembelajaran fisika, melalui

kemampuan simulasi interaktif untuk konsep-konsep listrik dinamis. Dengan software ini siswa diharapkan mampu menguasai konsep-konsep listrik dinamis. Siswa seolah-olah sedang melakukan eksperimen nyata di laboratorium. Komponen-komponen yang ditampilkan menyerupai bentuk aslinya, misalkan amperemeter, voltmeter, baterai dan sebagainya. Siswa dapat mengamati nilai arus dari rangkaian yang dibuat, visualisasi perjalanan arus dan nilai tegangan tiap komponen, seolah-olah siswa itu sedang mengukur menggunakan amperemeter dan voltmeter.

(18)

9

Keunggulan metode simulasi a. Menyenangkan bagi siswa.

b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa.

c. Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya. d. Mengurangi hal-hal yang verbalis atau abstrak.

e. Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam. f. Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang

memberi kemungkinan timbulnya keutuhan dan kegotong-royongan serta kekeluargaan.

g. Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban. h. Menemukan cara berpikir yang kritis.

Berdasarkan uraian di atas, metode simulasi memiliki banyak

keunggulan. Beberapa di antaranya adalah menyenangkan bagi siswa, memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan

(19)

10

2. Eksperimen

Proses belajar mengajar yang efektif memerlukan penggunaan strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Salah satu metode pembelajaran IPA fisika adalah metode eksperimen. Schonher dalam Palendeng (2003 :81) menyatakan

Metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk

pembelajaran IPA (SAINS), karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang tepat, mengembangkan kemampuan berpikir, dan kreativitas secara optimal.

Berdasarkan uraian di atas, dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep dalam struktur

kognitifnya melalui kemampuan berpikir dan kreativitasnya yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

(20)

11

proses yang dialaminya. Suryosubroto (2002: 201) juga mengungkapkan

Metode eksperimen memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri yang menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar dan dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan metode eksperimen adalah proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara langsung dengan bantuan alat-alat untuk mengetahui kemampuan proses siswa dalam penguasaan konsep pada materi tertentu.

Roestiyah (2008 : 80) mengungkapkan

Eksperimen adalah salah satu cara mengajar, siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil perobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Berdasarkan uraian itu terlihat bahwa penggunaan eksperimen mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya.

(21)

12

a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

c. Dalam eksperimen, siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari.

d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas sebab mereka selain memperoleh pengetahuan, pengalaman, serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.

e. Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak dapat dieksperimenkan karena alatnya belum ada.

Berdasarkan uraian di atas, perlu diperhatikan beberapa hal agar eksperimen yang dilakukan berhasil. Selain alat-alat praktikum yang digunakan, ketelitian dan konsentrasi siswa, serta petunjuk dari guru juga termasuk penting. Guru harus mengetahui materi yang dapat dieksperimenkan atau tidak.

Dalam melaksanakan eksperimen terdapat hal-hak yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan agar eksperimen berjalan dengan efektif dan efisien seperti alat, bahan, petunjuk serta waktu dalam pelaksaannya. Prosedur yang perlu diperhatikan bila siswa akan melaksanakan suatu eksperimen menurut Roestiyah (2008 : 81-82) :

a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang harus dibuktikan melalui eksperimen.

(22)

13

1) Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan.

2) Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui variabel-variabel yang harus dikontrol dengan ketat.

3) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.

4) Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.

5) Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan, grafik, dan sebagainya.

c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil

penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan yang dapat membantu dalam mempermudah siswa memahami konsep dan membuktikan kebenaran dari suatu teori karena dalam penerapannya siswa dituntut aktif dan menyusun konsep berdasarkan data yang ditemukan. Hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah (2008 : 82 )

a. Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti

kebenarannya, dan tidak mudah percaya kata orang sebelum ia membuktikan kebenarannya.

b. Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

c. Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen selain memperoleh ilmu pengetahuan juga menemukan

pengalaman praktis serta ketrampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.

(23)

14

Melihat kelebihan-kelebihan eksperimen menurut pendapat di atas, penerapan metode eksperimen yang baik akan menunjang tercapainya tujuan pengajaran IPA khususnya fisika, salah satunya mampu

bersikap ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Peran guru dalam eksperimen sangat mempengaruhi efektifnya suatu eksperimen terutama dalam menjelaskan tujuan eksperimen, menerangkan alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan, serta dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa ketrampilan dan perilaku baru akibat latihan atau pengalaman. Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai hasil dari proses belajar. Dalam hal ini belajar didefinisikan sebagai tingkat penguasaan suatu

pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Hamalik (2003 : 30) menyatakan “Seseorang yang telah belajar pasti

mengalami perubahan tingkah laku, misalnya dari yang tidak tahu

menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti”.

(24)

15

mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat pra-belajar. Tingkat

perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari sisi guru, belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati (2002: 26)

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima, merespon, menghargai, mengorganisasikan dan

karakterisasi menurut nilai. c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

(25)

16

yang berbeda. Hasil belajar pada penelitian ini hanya dibatasi pada ranah kognitif.

Dimensi proses kognitif menurut Widodo dalam Kamrianti (2006: 1), mencakup:

a. Mengingat (remember)

Merupakan proses kognitif yang paling rendah

tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat”

bisa menjadi bagian belajar bermakna. Tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses macam kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat. Terdiri dari kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, memandai, menamai dan sebagainya. b. Memahami (understand)

Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyususn materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak terbatas hanya mengingat namun dapat menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu menafsirkan, meringkas, mengklasifikasi, membandingkan, menjelaskan dan sebagainya.

c. Mengaplikasi (apply)

Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasi berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural, namun kategori ini juga mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan

mengimplementasi. Kata operasionalnya adalah

melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekkan, memilih, menyusun, memulai, dan sebagainya.

d. Menganalisis (analyze)

(26)

17

operasionalnya yaitu menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengintegrasikan, membedakan dan sebagainya.

e. Mengevalusi (evaluate)

Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini yaitu memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesi, memprediksi, menilai, membenarkan, dan sebagainya.

f. Membuat (create)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata operasionalnya adalah merancang, membangun, menemukan, memperkuat, dan sebagainya.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006 : 121)

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

(27)

18

4. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan prinsip dasar dalam proses belajar dan

memecahkan suatu masalah baik pada saat proses pembelajaran itu sendiri maupun di lingkungan nyata. Kemampuan menguasai konsep menjadi landasan dalam memecahkan permasalahan. Banyak para ahli yang telah mendefinisikan konsep. Menurut Rosser dalam Dahar (1989: 80)

Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.

Menurut Dahar (1989 :81)

a. Konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi yang

berdasarkan pengalaman-pengalaman. Suatu konsep telah dipelajari, bila yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu.

b. Konsep merupakan dasar-dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.

Berdasarkan uraian itu konsep merupakan suatu buah pemikiran seseorang yang berbentuk abstraksi-abstraksi yang dapat terbentuk melalui suatu proses yang bermakna sehingga peserta didik mendapat suatu pengalaman-pengalaman berarti yang selanjutnya ditampilkan dalam perilakunya.

(28)

19

yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari.

Penguasaan konsep bukan sekedar dapat mengingat kembali. Hal ini didukung oleh pendapat Sudjana (2001: 24) yang mengemukakan pengertian penguasaan konsep dalam tiga hal yaitu penguasaan konsep yang berarti kemampuan menerjemahkan, kemampuan menafsirkan dan kemampuan ekstrapolasi.

Maksud dari kemampuan menerjemahkan apabila seseorang mampu memberikan ide tentang suatu persoalan. Pengertian yang kedua, seseorang dikatakan memiliki kemampuan menafsirkan apabila dapat menggunakannya dalam berbagai tujuan, misalnya penggaris yang digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Sedangkan maksud yang ketiga, seseorang dikatakan memiliki kemampuan ekstrapolasi apabila orang itu mampu menggeneralisasi fakta-fakta yang ada dan melihat tujuan yang ada dalam berbagai situasi.

Sesuai dengan uraian pendapat di atas, maka penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk tidak hanya sekedar menyebutkan atau menghafal objek-objek yang dipelajari. Melainkan juga mampu memahami, menganalisis, menyederhanakan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi dan persoalan. Sehingga dalam hal ini yang dimaksud dengan penguasaan konsep fisika adalah

(29)

20

dalam menyelesaikan persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri, maupun dalam kehidupan kesehariannya.

Menurut Abdurahman (2003: 254):

Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu

mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.

Jika seorang siswa telah memahami konsep secara keseluruhan maka ia akan mampu menguasai konsep. Dalam mempelajari fisika,

diperlukan penguasaan konsep sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks, karena antara konsep yang satu dengan konsep yang lain saling berkaitan.

Yusuf dalam Slameto (2010: 16) :

Jika sebuah konsep telah dikuasai siswa, maka ada dua kemungkinan untuk menggunakannya, yaitu (1) siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah, (2) penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep– konsep yang lain.

Untuk mengetahui seberapa besar penguasaan seorang siswa terhadap sebuah konsep, maka harus dilakukan pengukuran penguasaan konsep mereka. Menurut Eggen (2012: 220-221) ada empat cara pengukuran penguasaan konsep :

a. Mengidentifikasi konsep.

(30)

21

d. Mengidentifikasi atau memberikan contoh dari konsep yang belum pernah dijumpai sebelumnya.

Untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa, digunakan pedoman menurut Arikunto (2011: 245):

Bila nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 ≤ nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup baik.

Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini digunakan 2 kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan 2 yang akan diberi perlakuan berbeda, yaitu metode simulasi dan eksperimen. Kemudian akan diukur hasil belajar dan penguasaan konsepnya pada ranah kognitifnya. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram kerangka pemikiran

dibandingkan dibandingkan

X

1

X

2

(31)

22

Keterangan :

X1 = metode simulasi X2 = metode eksperimen

Y1A = penguasaan konsep akibat penggunaan metode simulasi Y1B = hasil belajar akibat penggunaan metode simulasi

Y2A = penguasaan konsep akibat penggunaan metode eksperimen Y2B = hasil belajar akibat penggunaan metode eksperimen

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode simulasi (X1) dan eksperimen (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep (Y1) dan hasil belajar (Y2). Dalam penelitian ini ada dua penguasaan konsep dan dua hasil belajar yang diukur yaitu penguasaan konsep dengan menggunakan metode simulasi (Y1A) dan penguasaan konsep dengan menggunakan metode eksperimen (Y2A), serta hasil belajar dengan menggunakan metode simuasi (Y1B) dan hasil belajar dengan menggunakan metode eksperimen (Y2B), kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar dan penguasaan konsep siswa dengan menggunakan metode simulasi dan eksperimen.

(32)

23

alat-alat percobaan bekerja dalam kelompok melakukan percobaan tentang listrik dinamis. Sedangkan kelas IXF dengan bantuan komputer bekerja dalam kelompok juga melakukan percobaan tentang listrik dinamis. Dari kedua metode yang digunakan akan dilakukan perbandingan rata-rata hasil belajar dan penguasaan konsep fisika siswa materi listrik dinamis antara penggunaan simulasi dan eksperimen.

C. Hipotesis Tindakan

1. Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara

penggunaan simulasi dengan eksperimen.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara penggunaan

simulasi dengan eksperimen.

2. Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep fisika siswa

antara penggunaan simulasi dengan eksperimen.

1

H : Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep fisika siswa antara

(33)

24

III. MODEL PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 1

Kotagajah pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 8 kelas dengan jumlah siswa 172 orang.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling karena rata-rata kemampuan siswa tiap kelas yang hampir sama. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 8 kelas diambil 2 kelas secara acak sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas IXB kelompok eksperimen 1 dan kelas IXF sebagai kelompok eksperimen 2.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Pada desain ini, diberi perlakuan pada siswa kemudian

(34)

25

X1 O1

X2 O1

Keterangan:

1

O : nilai hasil belajar dan penguasaan konsep

1

X : metode simulasi

2

X : metode eksperimen

Desain ini ditampilkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot Case Study

(Sugiyono, 2010: 110-111)

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode simulasi (X1) dan metode eksperimen (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep (Y1) dan hasil belajar (Y2).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penguasaan konsep menggunakan instrumen berbentuk pilihan jamak beralasan. Tes ini digunakan saat akhir materi dengan 10 soal pilihan jamak beralasan.

(35)

26 F. Analisis Instrumen

Dalam menganalisis instumen digunakan validitas sebagai acuannya, validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. Salah saatu macam dari validitas tes yang menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur adalah validitas isi (content validity) yaitu tingkat validitas isi juga diketahui dengan analisis rasional. Pada prinsipnya dilakukan pemeriksaan terhadap tiap butir soal, apakah soal sudah sesuai dengan Tujuan Pembelajaran Khusus atau dengan kompetensi yang hendak diukur atau dengan indikator keberhasilan siswa.

Instrumen yang akan digunakan dalam sampel, harus diuji terlebih dahulu menggunakan anates, Menurut pendapat Rosidin (2011: 5 – 9). Anates adalah program aplikasi yang khusus digunakan untuk menganalisa tes pilihan ganda dan uraian yang dikembangkan oleh Drs. Karnoto, M.Pd dan Yudi Wibisono, ST. Anates versi 4.0.5 memiliki kemampuan untuk

menganalisa soal tes seperti :

a) Menghitung skor (asli maupun dibobot) b) Menghitung reliabilitas tes

c) Mengelompokan subjek kedalam kelompok atas atau bawah d) Menghitung daya pembeda

e) Menghitung tingkat kesukaran soal

(36)

27 Keunggulan software ini sebagai program analisis butir soal daripada

Program Iteman yang hanya dapat digunakan untuk analisis butir soal bentuk uraian dan analisis soal bentuk pilihan ganda. Penggunaan bahasa Indonesia dalam program anates ini, juga merupakan salah satu sisi kemudahan dalam penggunaannya daripada program lain yang menggunakan bahasa Inggris.

Untuk menguji soal, peneliti menggunakan bentuk uji anates pada soal pilihan jamak dan soal uraian, setelah soal diperiksa dengan anates, kita bisa melakukan penyekoran dan pemberian bobot untuk jawaban butir soal yang benar dan butir soal yang salah. Selain itu, data soal akan langsung diolah otomatis sehingga kita bisa langsung mengetahui:

1) Uji Reliabilitas

2) Pengelompokkan Unggulan dan Asor 3) Analisis Daya Beda

4) Analisis Tingkat Kesukaran

5) Korelasi skor tiap butir dengan skor total 6) Rekap Analisi Butir

Perbedaan pada data soal hasil uji anates antara soal pilihan jamak dan soal uraian terletak pada kualitas pengecohnya, dimana pada soal berbentuk uraian tidak terdapat hasil data analisis kualitas pengecoh.

(37)

28 dan soal bentuk uraian dapat dihitung dengan persamaan: (Arikunto, 2011: 208),

P =

��

Keterangan :

P = indeks Kesukaran

B = jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir soal JS = jumlah skor ideal/maksimum pada butir soal tersebut.

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto; 2011: 211). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D) berkisar antara 0,300 sampai dengan 1,000 (Rosidin, 2011: 5 – 9). Untuk menentukan diskriminasi soal pilihan ganda dan soal bentuk uraian digunakan persamaan (Arikunto; 2011: 213 - 214),

D =

� - � = � - �

Keterangan :

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

J = jumlah peserta tes

� = banyaknya peserta kelompok atas

� = banyaknya peserta kelompok bawah

� = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

� = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(38)

29 Untuk menentukan indeks diskriminasi (D) soal bentuk uraian digunakan persamaan :

D = � −�

Keterangan :

� = indeks diskriminasi

� = jumlah skor siswa kelompok atas

� = jumlah skor siswa kelompok bawah

� = jumlah skor ideal suatu kelompok

Pablo (2011: 1) mendefinisikan bahwa :

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang

ajeg/konsisten tidak berubah-ubah ). Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah

walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.

Daya pembeda menunjukkan sejauh mana tiap butir soal mampu

membedakan siswa yang menguasai bahan dan siswa yang tidak menguasai bahan. Butir soal yang daya pembedanya rendah, tidak ada manfaatnya, malahan dapat merugikan siswa yang belajar sungguh-sungguh.

Tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Tes yang baik memuat kira-kira 25 % soal mudah, 50 % sedang dan 25 % sukar. Butir soal yang terlalu sukar sehingga hamper tidak

(39)

30 Untuk dapat mengetahui data berdasarkan kriteria pengujian dari ketujuh data pada anates soal, maka dapat dilihat dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan Butir Soal

Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsiran

Tingkat

G. Teknik Pengumpulan Data

(40)

31 Data mengenai penguasaan konsep dan hasil belajar ditampilkan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Rencana data penguasaan konsep (test) No

. Nama Siswa

Soal ke- Jumlah Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Siswa 1

2 Siswa 2

3 Siswa 3

Tabel 3.3 Rencana data hasil belajar (test) No

. Nama Siswa

Soal ke- Jumlah Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Siswa 1

2 Siswa 2

3 Siswa 3

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

(41)

32 2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

b. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test)

(42)

33 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep

fisika siswa antara pengguanaan simulasi dan eksperimen.

1

H : Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep fisika

siswa antara pengguanaan simulasi dan eksperimen.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05

maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05

maka HO ditolak.

Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika

siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa

(43)

34

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

a) HO diterima jika -t tabel  t hitung  t tabel

b) HO ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t

tabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05

maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05

maka HO ditolak.

(44)

35

2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independent)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan menggunakan Uji Mann-Whitney.

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep

fisika siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen.

1

H : Ada ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep

fisika siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05

maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05

maka HO ditolak.

Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika

(45)

36

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa

antara penggunaan simulasi dan eksperimen.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05

maka HO diterima.

b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05

(46)

58

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen, yaitu sebesar 80,5 pada kelas eksperimen dan 70 pada kelas simulasi

2. Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep fisika siswa antara penggunaan simulasi dan eksperimen, yaitu sebesar 72,38 pada kelas eksperimen dan 68,10 pada kelas simulasi

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil belajar dan penguasaan konsep fisika siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan penguasaan konsep fisika siswa.

(47)

59

mental guru dan pengetahuan, serta siswa yang harus berada dalam kondisi yang kondusif. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.

3. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu memberikan kontribusi yang positif bagi proses kegiatan belajar

mengajar, sehingga baik hasil belajar maupun penguasaan konsep siswa dapat tercapai dengan baik.

(48)

60

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Apriliyawati, Rita., & Payudi. 2003. Limitation of representation mode in learning gravitational concept and its influence toward student skill problem solving. The 2nd International seminar on science Education. PHY-31: 373 – 377

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar,Ratna Wilis.1989.Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Eggen, Paul.2012.Strategi Pembelajaran Mengajar Konten dan Ketrampilan

Berpikir edisi 6. Jakarta: PT Indeks.

Kumaat, Joy.2008.Media Pembelajaran Kontekstual Berbasis Informasi Teknologi. [Online]. Diakses 15 Desember 2012 dari

http://jchkumaat.wordpress.com/2007/02/18/cai-media-pembelajaran-kontekstual-berbaris-informasi-teknologi/

Madlazim.2008.Metode Praktis Mendesain Lab Virtual Fisika menggunakan Softwere Open Source. [Online]. Diakses 15 Desember 2012 dari http://www.dikti.depdiknas.go.id/?q=node/37

Palendeng.2003.Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta.

Ramli, Kamrianti. 2011. Revisi Taksonomi Bloom Ranah Kognitif. [On line] tersedia: http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/04/21/revisi-taksonomi-bloom-ranah-kognitif/. 27 Oktober 2012. Pukul 11.58 WIB. Roestiyah.2008.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rosidin, Undang. 2011. Dasar-dasar dan Evaluasi Pembelajaran. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Rusman.2012.Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

(49)

61

Sudjana, Nana.2001.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 2.1 Diagram kerangka pemikiran
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot Case Study
Tabel 3.1 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan Butir Soal
Tabel 3.3 Rencana data hasil belajar (test)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sampel data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 perusahaan dari populasi sebanyak 142 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan

Untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor perlambatan tersebut terhadap stop yang tidak diizinkan ( unscheduled downtime ) kembali dilakukan analisis diagram

Pada dasarnya setiap kecelakaan kerja yang menimbulkan cedera, bahkan kematian disebabkan oleh beberapa faktor penyebab diantaranya adalah factor teknis, factor

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang berkenaan dengan desain dan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Sedangkan metode analitis adalah mengungkapkan karakteristik obyek dengan cara menguraikan dan menafsirkan fakta-fakta tentang konvensi bahasa dan pokok persoalan

Pengaruh komunikasi orang tua terhadap pola perilaku remaja warga rt/rw 08/09 penancangan baru kota serang. Windi Tresnanda 6662102226 Jakarta, 14 Maret

Maka Pejabat Pengadaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bone Bolango Tahun Anggaran 2013 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut :.