• Tidak ada hasil yang ditemukan

PHYSIOLOGY CHARACTERISTICS OF MANGOSTEEN (Garcinia Mangostana L.) AT MODIFIED ATMOSPHERE CONDITION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PHYSIOLOGY CHARACTERISTICS OF MANGOSTEEN (Garcinia Mangostana L.) AT MODIFIED ATMOSPHERE CONDITION"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KARAKTERISTIK FISIOLOGI MANGGIS

(Garcinia Mangostana L.) DALAM PENYIMPANAN

ATMOSFER TERMODIFIKASI

(Skrpsi)

Oleh

ANDRE FRANSISKA

0814071002

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon dari daerah tropika yang

diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara. Tumbuh hingga mencapai 7 sampai

25 meter. Buahnya disebut juga manggis, berwarna merah keunguan ketika

matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Buah manggis

dalam perdagangan dikenal sebagai "ratu buah". Buah ini mengandung xanthone

yang dapat digunakan sebagai pewarna alami dan juga sebagai obat (Soedibyo,

1998).

Manggis merupakan salah satu ciri khas buah Asia Tenggara, dan buah unggulan

Indonesia yang memiliki peluang ekspor yang cukup menjanjikan. Dari tahun ke

tahun permintaan manggis meningkat seiring dengan kebutuhan konsumen, baik

konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Produksi buah manggis segar dalam

10 (sepuluh) tahun terakhir bervariasi, dengan kecenderungan meningkat. Pada

tahun 2000, produksi buah manggis sebesar 2.640,3 ton dan meningkat pada tahun

2010 menjadi 8.453,8 ton. Peningkatan rerata selama periode 2000-2010 adalah

(16)

2

Tabel 1. Produksi buah-buahan di Indonesia

Ta

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010.

Manggis sebagaimana hasil pertanian pada umumnya, mudah mengalami

kerusakan kimia maupun fisik. Hal ini disebabkan karena komoditas tersebut

masih melakukan proses kehidupan, meskipun sudah dipetik dari pohon induknya.

Buah manggis tersebut masih melakukan aktivitas pernapasan (respirasi) untuk

kelangsungan kehidupannya dengan mengandalkan sumber energi yang tersedia

di dalam buah itu sendiri dengan tidak ada lagi suplai dari luar seperti saat pada

pohon induknya. Adanya respirasi menyebabkan buah tersebut mengalami

perubahan seperti pelayuan, penyusutan dan pembusukan sehingga umur simpan

buah pun menjadi singkat. Respirasi merupakan perombakan bahan organik yang

(17)

3

bantuan oksigen. Aktivitas respirasi penting untuk mempertahankan sel hidup

pada produk. Produk dengan laju respirasi tinggi cenderung cepat mengalami

kerusakan. Pengurangan laju respirasi sampai batas tertentu dapat

memperpanjang daya simpan produk segar. Prinsip dasar ini digunakan sebagai

suatu metode penyimpanan yakni dengan mengatur laju respirasi produk di dalam

ruang penyimpanan.

Mutu buah manggis segar sangat ditentukan oleh penanganan pascapanennya,

mulai dari pemilihan tingkat ketuaan buah, pengemasan sampai penyimpanannya.

Buah manggis merupakan buah klimakterik sehingga buah dapat matang selama

masa penyimpanannya. Enam hari setelah dipanen warna kulit buah menjadi

ungu tua (Suyanti, 1999). Buah yang dipanen saat buah berwarna merah tua

menyebabkan daya simpannya lebih singkat dan tidak dapat memenuhi

persyaratan mutu manggis untuk ekspor. Buah yang muda berwarna hijau dan

mengandung banyak getah yang berwarna kuning. Semakin tua umur buah

dipanen menyebabkan semakin berkurang getahnya. Terdapatnya getah pada

buah manggismengakibatkanbuah kotor dan tidak menarik sedangkan terdapat

getah kuning pada daging buah membuat buah sulit dipisahkan dari kulit buah dan

dapat merusak daging buah (Syaifullah, 1999).

Oleh karena itu, buah manggis sangat memerlukan teknologi penanganan pasca

panen. Setelah pemanenan sedapat mungkin buah manggis dihindarkan dari

kerusakan fisik, baik dari kegiatan sebelum panen, pemanenan, penanganan,

grading, pengemasan, transportasi, penyimpanan dan akhirnya sampai ke tangan

(18)

4

Dari permasalahan di atas, maka perlu diupayakan suatu penanganan pascapanen

yang tepat agar umur simpan buah menjadi optimal. Untuk menjadi manggis

yang berdaya saing dan berdaya jual tinggi dibutuhkan suatu hasil produk yang

berkualitas dan tidak mudah rusak. Salah satu cara untuk menghambat proses

kerusakan buah adalah penyimpanan pada suhu rendah yang dikombinasikan

dengan teknik penyimpanan atmosfer termodifikasi. Teknik penyimpanan

atmosfer termodifikasi ini merupakan salah satu cara untuk menghambat kegiatan

respirasi dan dapat menunda pelunakan, penguningan, dan perubahan mutu

dengan memodifikasi atmosfer yang mengandung banyak CO2 dengan lebih

sedikit O2 dari udara biasa. Dalam teknik penyimpanan ini dilakukan manipulasi

komposisi (O2, N2) dan (CO2) yang dibuat berbeda dari atmosfer normal untuk

penyimpanan produk.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi gas-gas penyusun

atmosfer mikro penyimpanan atmosfer termodifikasi terhadap laju respirasi, total

padatan terlarut, total asam, tingkat kekerasan, dan lama simpan manggis yang

terjadi selama penyimpanan dalam suhu dingin (10oC) dan suhu ruang (29oC)

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah tentang

laju respirasi, perubahan total padatan terlarut, total asam, tingkat kekerasan, dan

lama simpan buah manggis dalam sistem penyimpanan atmosfer termodifikasi,

(19)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.)merupakan tanaman buah berupa pohon yang

berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan

belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke

daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi,

Karibia, Hawai dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan

berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung),

manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatra Barat) (BAPENAS, 2000).

Tanaman manggis dalam tatanama tumbuhan atau sistematika (taksonomi)

tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Guttiferanales

Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

(20)

6

Tanaman manggis tergolong tanaman tahunan, umurnya dapat mencapai puluhan

tahun dan pohonya dapat tumbuh besar. Buah manggis merupakan produk utama

dari tanaman manggis. Buah manggis berbentuk bulat dan bercupat. Kulit buah

yang telah matang (tua) berwarna merah atau ungu kemerah-merahan (Gambar 1).

Cupat yang terdapat pada bagian ujung buah berbentuk seperti bintang.

Gambar 1. Manggis

Daging buah manggis bersegmen-segmen yang jumlahnya berkisar antara 5-8

segmen. Daging buah manggis berwarna putih dan bertekstur halus seperti buah

plum yang ranum. Setiap segmen daging buah mengandung biji yang berukuran

besar. Buah manggis memiliki kulit buah tebal, yakni sekitar 0,5 cm atau lebih.

Di dalam kulit buah terdapat zat pektin, tannin, katechin, rosin, zat warna, dan

getah berwarna kuning (Cahyono, 2011).

Sebagai buah segar, manggis merupakaan sumber mineral dan vitamin yang

sangat dibutuhkan oleh manusia dan bermanfaat untuk kesehatan. Selain

kandungan mineral dan vitamin, manggis mengandung komponen kimia bersifat

sebagai anti oksidan yang kuat yakni xanthone. Anti oksidan pada manggis

(21)

7

Tabel 2. Tingkat kematangan manggis berdasarkan indek/tahapan

Gambar Ciri-Ciri

Warna buah kuning kehijauan. Kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik.

Warna kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen.

Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging.

Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit. Buah disarankan dapat dipetik untuk tujuan ekspor.

Warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor.

Warna kulit buah ungu kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi. Getah telah hilang dan isi buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik.

Warna kulit buah ungu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestik dan siap saji.

Sumber : Departemen Pertanian (2004).

Pertumbuhan dan perkembangan karakter fisik dapat dijadikan variabel untuk

(22)

8

buah, meliputi bentuk, ukuran, volume, bobot dan warna. Komponen buah

berdaging seperti kulit daging dan biji dapat dijadikan sebagai parameter sifat

fisik buah. Pertumbuhan dan perkembangan karakter fisik diatur oleh dua faktor

yaitu internal dan eksternal. Salah satu faktor internal adalah perkembangan biji,

sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan dan budidaya (Hidayat, 2000).

Buah manggis merupakan buah yang eksotik karena memiliki warna yang

menarik dan kandungan gizi yang tinggi, karena itu buah manggis memiliki

prospek yang cukup baik untuk dikembangkan (Wijaya, 2004). Potensi manggis

tidak hanya terbatas pada buahnya saja, tetapi juga hampir seluruh bagian

tumbuhan manggis menyimpan potensi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan

manusia.

Penggunaan tumbuhan manggis diyakini dapat menyembuhkan penyakit,

beberapa diantaranya adalah peluruh kanker, anti oksidan, hipertensi, obat

sariawan, penurun panas, pengelat (adstringen), disentri dan lain-lain (Heyne,

1987). Kandungan kimia kulit manggis adalah xanton, mangostin, garsinon,

flavonoid dan tanin (Heyne, 1997; Soedibyo, 1998). Menurut hasil penelitian

kulit buah manggis memiliki aktivitas HIV tipe I, antibakteri, antioksidan dan anti

metastasis pada kanker usus (Tambunan, 1998).

2.2. Respirasi

Selama penyimpanan, hasil pertanian masih melakukan respirasi yakni proses

penguraian zat pati atau gula dengan mengambil oksigen dan menghasilkan

karbondioksida, air serta energi yang diekspresikan dengan persamaan reaksi

(23)

9

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 677 kkal………...……...(1)

Pengetahuan tentang laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk

mengetahui daya simpan buah sesudah panen. Laju respirasi yang tinggi biasanya

disertai umur simpan yang pendek. Adanya perbedaan laju respirasi setiap buah

dan sayur disebabkan oleh adanya perbedaan dalam fungsi botanis dari jaringan

buah tersebut. Laju respirasi tergantung pada konsentrasi CO2 dan O2 yang ada

dalam udara (Pantastico, 1986). Aktivitas respirasi dengan menggunakan oksigen

pada proses respirasi berbeda-beda, semakin banyak oksigen yang digunakan akan

semakin aktif.

Berdasarkan aktivitas respirasi tersebut, sifat hasil tanaman diklarifikasikan

menjadi yang bersifat klimaterik dan non klimaterik. Buah klimakterik adalah

buah yang mengalami lonjakan respirasi dan produksi etilen setelah dipanen.

Sedangkan buah non klimakterik adalah buah yang tidak mengalami lonjakan

respirasi maupun etilen setelah dipanen (Suhardiman,1997). Pada buah klimaterik

terjadi kenaikan respirasi dan kenaikan kadar etilen selama proses pematangan.

Sedangkan pada buah non klimaterik, proses pematangan tidak berkaitan dengan

kenaikan respirasi dan kenaikan kadar etilen. Perbedaan antara buah klimaterik

dan nonklimaterik yaitu adanya perlakuan etilen terhadap buah klimaterik yang

akan menstimulir baik pada proses respirasi maupun pembentukan etilen,

sedangkan pada buah nonklimaterik hanya terdapat perlakuan yang akan

menstimulir proses respirasi saja.

Aplikasi C2H2 (Ethylene) berpengaruh pada buah-buahan klimakterik, makin

(24)

10

Ethylene tersebut bekerja paling efektif pada waktu tahap klimakerik, sedangkan

penggunaan C2H2 pada tahap post klimakerik tidak merubah laju respirasi. Pada

buah-buahan non klimakterik respon terhadap penambahan ethylene baik pada

buah pra panen maupun pasca panen rendah, karena produksi ethylene pada buah

non klimakterik hanya sedikit. Menurut Winarno (2002) dikatakan bahwa

buah-buahan non klimakterik akan mengalami klimakterik setelah ditambahkan etilen

dalam jumlah yang besar. Dari penelitian Tongdee (1992), juga dapat diketahui

bahwa etilen merangsang pemasakan klimakerik.

Respirasi sangat mempengaruhi kegiatan metabolisme di dalam suatu jaringan

hidup, hal ini sejalan dengan pendapat Pantastico (1986) yang mengatakan bahwa

respirasi merupakan suatu ukuran laju jalanya metabolisme, sehingga laju

respirasi suatu produk setelah dipanen dapat menjadi suatu petunjuk seberpa lama

suatu produk hasil panen dapat bertahan setelah proses pemenanan. Penyimpanan

manggis yang dilakukan dengan cara mengatur suhu penyimpanan dan jumlah

O2-CO2 di dalam media penyimpanan terbukti dapat memperlambat tingkat laju

respirasi manggis. Laju respirasi setiap buah berbeda-beda, tergantung dari

seberapa besar buah dapat bereaksi dengan suhu lingkungannya dan besar

kecilnya jumlah etilen yang diproduksi buah setelah dipanen.

Iwata et al. dalam Pantastico (1986) mengungkapkan klasifikasi tiga tipe pola

respirasi yang mengenai hubungan antara pematangan dengan arus produksi CO2

oleh buah dan sayuran, yaitu :

a. Tipe “menurun dengan lambat” (gradually decrease type) dimana kecepatan

(25)

11

b. Tipe “meningkat sementara” (late peak type) dimana laju respirasinya

meningkat sementara saja dan kematangan penuh dicapai setelah puncak

respirasi.

c. Tipe “puncak kasip” (temporary rise type) dimana laju respirasi

maksimumnya terdapat setelah matang penuh hingga keranuman.

2.3. Metode Penyimpanan

2.3.1. Modified Atmosphere Storage (MAS)

Penyimpanan dalam atmosfir termodifikasi (MA= Modified Atmosphere)

diperoleh dari udara dan CO2 adalah penyimpanan tingkat konsentrasi O2

dikurangi dan CO2 ditambah melalui pengaturan pengemasan yang menghasilkan

komposisi tertentu. Komposisi ini dapat dicapai melalui interaksi penyerapan dan

pernapasan produk yang disimpan atau perbedaan komposisi udara berakibat

kegiatan respirasi atau metabolisme bahan disimpan.

Menurut Kartasapoetra (1999), atmosfir termodifikasi merupakan cara

penyimpanan statis dimana tidak ada pemantauan gas selama penyimpanan. Jadi,

komposisi di dalam ruang penyimpanan ditentukan oleh komposisi gas yang

terbentuk di dalam kemasan. Dalam penggunaan atmosfer termodifikasi suhu

harus ditentukan terlebih dahulu seperti yang dikatakan Kader (1997), dimana

akan lebih efektif bila dilakukan bersamaan dengan penyimpanan dingin dengan

suhu yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Penyimpanan dalam udara termodifikasi terdapat pengaruh gabungan antara CO2,

(26)

12

salah satu faktor itu dikombinasikan dengan yang lain dapat menambah

keefektifan penyimpanan. Akan tetapi pemberian perlakuan yang melebihi batas

akan menyebabkan terjadinya kondisi anaerob, sehingga dihasilkan aroma yang

tidak dikehendaki yang disebabkan oleh penimbunan etanol dan etanal, yang

bersamaan dengan itu juga timbul warna yang tidak dikehendaki. Menurut

Salunke dalam Pantastico (1986), penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi

adalah penyimpanan dengan mengatur komposisi gas di dalam ruang penyimpan

dimana kandungan oksigennya dibuat rendah dan karbondioksidanya dibuat tinggi

dengan perbandingan tertentu sehingga berpengaruh terhadap interaksi

penyerapan dan pernafasan buah yang disimpan.

2.3.2. Controlled Atmosphere Storage (CAS)

Suhu udara dalam sistem pengendalian atmosfer dapat diatur dan dipertahankan

dengan berbagai cara. Salah satu cara sederhana yaitu dengan menempatkan

komoditi tersebut dalam ruangan yang kedap udara. Karena terjadi pernafasan

dari komoditi tersebut, maka konsentrasi CO2 meningkat dan konsentrasi O2

menurun. Kadar CO2 juga dapat diatur menurut dosis yang dikehendaki dengan

cara penggunaan senyawa penyerap CO2 pada sistem pengendalian atmosfer,

khususnya jika senyawa CO2 meningkat tinggi sekali. Cara lain adalah udara

yang konsentrasi gas-gasnya telah diatur khususnya CO2, N2 dan O2 dihembuskan

ke dalam ruangan penyimpanan (Wardhanu, 2009).

Penyimpanan dengan atmosfer terkendali maupun atmosfer terkontrol dikenal

efektif dalam memperpanjang masa simpan buah, yang membedakan keduanya

(27)

13

perubahan komposisi udaranya disebabkan oleh aktivitas respirasi dari produk

yang dikemas itu sendiri dikarenakan pemberian komposisi gasnya hanya sekali

saja pada saat pertama pengemasan. Sedangkan penyimpanan atmosfer terkontrol

ini dilakukan dengan pengendalian konsentrasi oksigen dan karbondioksida secara

dinamik selama penyimpanan sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan.

Pengendalian atmosfer adalah metode penyimpanan dengan pengendalian

konsentrasi oksigen dan karbondioksida secara dinamik sesuai dengan konsentrasi

yang diinginkan. Untuk mendapatkan jangka waktu kesegaran yang paling lama,

penyimpanan dengan pengendalian atmosfer adalah yang terbaik. Konsentrasi O2

dan CO2 dalam ruang penyimpanan buah terbukti dapat menghambat laju

pematangan. Semakin rendah konsentrasi O2 dan semakin tinggi CO2 dalam

ruang penyimpanan, maka semakin lambat terjadinya proses pematangan buah

(Hermiati, 1999).

2.4. Kandungan Gizi Manggis

Sebagai buah segar, manggis merupakaan sumber mineral dan vitamin yang

sangat dibutuhkan oleh manusia dan bermanfaat untuk kesehatan. Setiap 100 g

daging buah manggis mengandung 0,6 g protein, 0,6 g lemak, 15,6 g karbohidrat,

8 mg kalsium, 12 mg fosfor, 0,8 mg besi, 78 g air dan 62 kalori. Selain

kandungan mineral dan vitamin, manggis mengandung komponen kimia bersifat

sebagai anti oksidan yang kuat yakni xanthone. Anti oksidan pada

manggis memiliki aktivitas anti kanker, anti bakteri, dan anti inflamasi (Jung,

(28)

14

Tabel 3. Kandungan dan komposisi gizi manggis dalam tiap 100 gr bahan

Komposisi Gizi Kandungan Gizi Kalori 34 kal

Sumber : Aryanto, Forum Detik (2010).

2.5. Fisiologi Pasca Panen

Buah yang telah dipanen memang dapat secara langsung dipasarkan. Namun,

tidak sedikit buah yang setelah dipanen akan mengalami proses penyimpanan

terlebih dahulu selama waktu tertentu. Untuk kebutuhan pasar biasanya buah

yang telah dipanen sebagian besar disimpan di dalam suhu kamar, sehingga buah

cenderung memiliki umur simpan yang singkat, karena buah akan cepat

mengalami kerusakan fisiologi seperti meningkatnya respirasi buah akibat

penyimpanan pada suhu kamar (Apandi, 1986).

Manggis yang telah dipanen tidak semuanya dalam kondisi yang baik. Kerusakan

fisik dan kerusakan mekanis sering terjadi setelah manggis dipanen. Kerusakan

fisik biasanya diakibatkan oleh pengelola dan penanganan pasca panen yang

(29)

15

terdapat manggis yang terjatuh langsung ke tanah sehingga manggis mengalami

benturan yang keras dan membuat teksturnya tergores ataupun retak. Kerusakan

mekanis sendiri sering terjadi ketika proses pengangkutan manggis ke pasar

ataupun ke tempat penyimpanan.

Seperti hasil hortikultura lainnya, manggis juga memiliki umur simpan yang

singkat. Kerusakan buah seperti tangkai buah yang tidak segar, mengerasnya

buah, getah kuning, dan jaringan buah yang susah dipisahkan dari kulitnya.

Kerusakan tersebut seing terjadi pada manggis setelah proses pengangkutan dan

penyimpanan (Syaifullah, 1999).

2.6. Perubahan Buah Selama Penyimpanan

Kerja enzim di dalam jaringan buah mengakibatkan perubahan kimia yang dapat

menyebabkan berubahnya penampilan, citarasa, dan kualitas buah selama proses

penyimpanan. Buah yang dipanen dalam kondisi yang belum terlalu tua

mengalami proses kerja enzim yang lebih lambat, sebab buah belum banyak

mengandung gula dan banyak mengandung zat tepung. Perubahan warna buah

selama penyimpanan disebabkan oleh enzim polifenolaksidase menjadi

melanoidin sehingga terbentuk warna coklat kehitaman. Kerja enzim juga dapat

dipengaruhi oleh suhu penyimpanan, sebab semakin tinggi suhu penyimpanan

maka kerja enzim akan semakin cepat. Selain itu, suhu tinggi juga dapat

menimbulkan bercak pada buah (Azudin, 2004).

Hasil pertanian akan tetap melakukan proses kimiawi, fisika, biokimia, dan

(30)

16

pengemasan merupakan salah satu cara untuk memperlambat proses tersebut.

Dengan memberikan suhu penyimpanan yang rendah maka laju respirasi buah

yang disimpan dapat diperlambat sehingga buah dapat bertahan lebih lama. Sebab

proses respirasi dapat menyebakan kehilangan kadar air dan membuat buah

menjadi tidak segar (Shakty, 2008).

Ketika buah masih terdapat pada tanaman hidup, kehilangan karena transpirasi

dapat diganti oleh cairan tanaman yang mengandung air, mineral-mineral, dan

bahan-bahan hasil fotosintesis. Sesudah panen maka kehilangan substrat dan air

tidak dapat diganti dan mulailah proses kemunduran komposisi dan mutu buah.

Proses kemunduran ini terjadi karena berlanjutnya kegiatan metabolisme setelah

panen (Apandi, 1986).

2.7. Umur Simpan Manggis

Menurut Martin (1999), pada suhu kamar buah manggis dapat disimpan selama

8-10 hari penyimpanan, sedangkan pada suhu rendah (9-12oC) masih dalam kondisi

baik sampai 15 hari penyimpanan. Kesegaran buah dapat dipertahankan bila

dilakukan penyimpanan pada suhu dingin dengan kombinasi pengemasan atau

tanpa pengemasan. Penyimpanan buah pada suhu ruang diupayakan suhu tidak

boleh terlalu tinggi dan terlalu rendah. Suhu tinggi dapat mempercepat reaksi

biokimia sehingga pematangan dan proses senesen akan berjalan lebih cepat.

Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan buah akibat

suhu dingin (chilling injury). Penyimpanan pada suhu 10-14 oC mampu

memperpanjang daya simpan buah sampai 15-25 hari tanpa chilling injury.

(31)

17

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012 di

Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian,

Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

Negeri Lampung.

3.2. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol penyimpanan (toples

kaca), tabung gas CO2 dan O2, kompresor, selang, pompa vakum, pisau

stainless steel, lemari pendingin, semprit atau suntikan, tabung reaksi, pipet

ukur, buret, gelas ukur, venojack,wax, spektrofotometer (BOECO Germany

S-22 UV/Vls), refraktometer atago model IPR 201 dengan skala pengukuran

0-60 °Brix, Fruit Hardnesss Tester (5 kg KM Tokyo) labu takar, timbangan

analitik (OHAUS Adventurer AR 2140), thermometer (air raksa), dan karet

penghisap.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah manggis dengan

tingkat kematangan tahap 5 yang diperoleh dari petani di Desa Babatan

(32)

18

digunakan adalah air, aquades, benlate untuk menghindari tumbuhnya jamur,

indikator bromthymol blue yang berfungsi sebagai indikator untuk menunjukan

kandungan CO2 dalam suatu larutan, Natrium hidroksida (NaOH),

Phenolftalein (Indikator PP) dan Sodium bikarbonat (NaHCO3).

3.3. Prosedur Penelitian

1. Cara Penyimpanan dalam Atmosfer Termodifikasi

a. Buah manggis disortasi yang baik dengan tingkat kematangan dan ukuran

yang seragam serta tidak mengalami kerusakan. Kemudian dicuci dengan air

dan dikeringkan, lalu dicelupkan dalam larutan benlet (2 gram benlet dalam 1

liter air) untuk menghindari tumbuhnya jamur. Setelah larutan benlet kering,

kemudian buah manggis ditimbang bobotnya dan dihitung volumenya sebagai

data awal untuk mengetahui besarnya freespace kemasan kaca. Kemudian

buah disimpan dalam toples penyimpanan masing-masing berisi 12 buah.

Pada atas permukaan tutup botol yang terbuat dari plastik diberi lubang dan

dilapisi karet untuk memasukkan gas dan mengambil sampel gas.

b. Setelah itu, toples penyimpanan ditutup rapat dengan menambahkan wax

pada leher toples untuk mencegah kebocoran. Kemudian gas biasa dalam

toples dikeluarkan dengan cara dihisap melalui lubang pada permukaan tutup

toples menggunakan pompa vakum sampai keadaan hampa udara. Campuran

gas dimasukkan ke dalam toples yang berisi sampel secara bersamaan

langsung dari kompresor dan tabung CO2 selama 10 detik.

c. Toples penyimpanan yang telah berisi sampel buah manggis dengan

(33)

19

udara tertentu disimpan dalam suhu dingin (10 oC) dan suhu ruang.

d. Komposisi udara penyimpanan dikembalikan pada kondisi semula setiap dua

hari sekali dan sampel gas diambil dari toples penyimpanan untuk

menganalisis gas karbondioksida.

e. Komposisigas dan temperatur perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi gas dan temperatur dalam penyimpanan

No Komposisi Gas*)

*) Perbandingan dalam persen (%) volume

Kader (1997) menyatakan bahwa batas penggunaan maksimum jumlah gas CO2 di

dalam penyimpanan atmosfer termodifikasi tidak boleh lebih dari 10 %. Bila

melebihi batas tersebut akan terjadi toxic pada buah atau sayuran. Jumlah gas O2

-CO2 yang dialirkan ke dalam toples dapat dilihat pada Tabel 5. Perhitungan

untuk mendapatkan komposisi gas dan besarnya aliran gas dapat dilihat pada

(34)

20

Tabel 5. Aliran udara

O2 (skala) CO2 (skala)

5 1

10 1

5 2

10 2

Gambar 2. Diagram Alir Metode Penelitian

Pengukuran kandungan asam, total padatan terlarut, laju respirasi, dan tingkat kekerasan buah setiap 2 hari sekali

Disimpan dalam suhu : T1 = 29°C dan T2 = 10°C

Modified atmosfer (MA) buah manggis

Penguapan untuk menghilangkan air yang menempel di kulit manggis Pencucian dan pencelupan dalam

larutan benlet (2 gr/1 ltr air) Penimbangan Sortasi

(35)

21

2. Analisis Gas CO2 dan O2

a. Pembuatan larutan standar

Larutan standar dibuat dengan menggunakan bromthymol blue (BTB) dan

sodium bikarbonat yang dilarutkan dengan aquades dengan perbandingan

campuran yaitu 0,01 gram bromthymol blue dengan 0,2 gram sodium

bikarbonat dilarutkan dalam 1 liter air (aquades).

Larutan standar dimasukkan ke dalam 5 buah venojack masing-masing

sebanyak 4 ml dan ditutup dengan menggunakan karet penyumbat.

Masing-masing venojack yang berisi larutan standar, diinjeksikan gas CO2 murni

dengan variasi volume 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ml. Larutan tersebut

kemudian diukur nilai absorbansi CO2 dengan menggunakan spektrofotometer

dengan panjang gelombang 615 nm. Hasil pembacaan dengan satuan

absorbansi dari CO2 diplotkan dalam bentuk grafik dan dihasilkan kurva

standar.

b. Penentuan konsentrasi CO2 selama penyimpanan

Gas yang dihasilkan selama penyimpanan diambil sebanyak 1,5 ml dengan

menggunakan suntikan kemudian diinjeksikan ke dalam venojack berisi 4 ml

larutan standar yang telah divakumkan dan ditutup rapat dengan karet

penyumbat. Absorbansi gas diukur dengan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 615 nm dan banyaknya gas CO2 diketahui berdasarkan nilai

absorbansi sampel gas setelah dikonversi dengan kurva standar. Pengambilan

(36)

22

3.4. Parameter

1. Laju Respirasi Manggis

Pengukuran produksi gas CO2 buah manggis yang disimpan dalam atmosfer

termodifikasi pada suhu ruang dan suhu rendah dilakukan dengan

menggunakan alat spektrofotometer (BOECO Germany S-22 UV/Vls) untuk

memperoleh kurva standar yang nantinya digunakan untuk menghitung laju

respirasi manggis.

2. Total Padatan Terlarut (TPT)

Pengukuran nilai kandungan total padatan terlarut (TPT) buah manggis

dilakukan dengan menggunakan refraktometer Atago PR 201 α. Buah manggis

diambil kemudian diambil sedikit daging buah dan diperas sarinya untuk

diteteskan pada alat refraktrometer. Hasil pengukuran nilai total padatan

terlarut (TPT) diperoleh dengan satuan obrix. Untuk menjaga keakuratan

pembacaan dari refraktometer ini maka kita harus mengenal tiap

bagian dari alat ini. Satuan obrix merupakan satuan yang digunakan untuk

menunjukan kadar gula yang terlarut dalam suatu larutan. Semakin tinggi

o

brixnya maka semakin manis larutan tersebut (Risvan, 2009).

3. Total asam (acidity)

Pengukuran tingkat keasaman manggis selama penyimpanan dilakukan dengan

metode titrasi. Langkah kerjanya sebagai berikut :

a) Bahan ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian diekstrak. Ekstrak dari

(37)

23

kemudian dihomogenkan.

b) Sampel diambil 50 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

c) Sampel ditambahkan indikator Phenolftalein untuk uji total asam sebanyak

2 hingga 3 tetes.

d) Sampel kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N untuk uji total asam

hingga terjadi perubahan warna merah muda.

% = � � � %...(2)

dimana:

NaOH = NaOH yang terpakai (ml)

N NaOH = Normalitas NaOH (0,1 N)

Fp = faktor pengenceran

4. Tingkat Kekerasan

Tingkat kekerasan manggis dihitung dengan menggunakan Fruit Hardness

Tester (5 kg KM Tokyo). Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada

bagian yang berbeda untuk setiap buah (bawah, tengah, dan atas). Ketika

akan menggunakan alat ini terlebih dahulu kita harus memperhatikan bahwa

skala menunjukan posisi nol, kemudian letakan buah yang akan diukur

kekerasannya tepat menempel pada ujung jarum. Setelah buah berada pada

posisi yang tepat turunkan tuas tahan hingga beberapa detik kemudian

turunkan jarum skala ukur sampai menempel pada bagian paling atas jarum

yang menancap pada buah kemudian lihat besar nilai kekerasan pada skala

(38)

24

3.5. Analisis Data

1. Perhitungan laju respirasi manggis selama penyimpanan.

Hasil absorbansi CO2 murni kemudian dibuat kurva standar untuk memperoleh

persamaan kurva standar. Persamaan digunakan untuk menghitung produksi

CO2 manggis selama penyimpanan.

Diperoleh persamaan kurva standar : �= −2,3086�+ 0,6177

a. Volume produksi CO2 manggis = �= −2,3086�+ 0,6177

b. Nilai konsentrasi CO2 (% volume) =

,� x 100%...(3)

c. Laju produksi CO2 buah manggis mg/kg/jam =

% − % � � )

/ ...(4)

dimandimana :

m = massa bahan (kg)

bj CO2 = 1,975 (mg/ml)

t = waktu simpan (jam)

freespace = volume toples – volume buah manggis (ml)

x = nilai absorbansi dari spektrofotometer

Data-data hasil pengukuran parameter perubahan kandungan asam, laju respirasi

manggis, dan total padatan terlarut (TPT) serta tingkat kekerasan disajikan dalam

(39)

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Pengaturan suhu dan jumlah komposisi udara dan CO2 dapat memberikan

perubahan pada nilai laju respirasi manggis selama proses penyimpanan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi suhu dan modifikasi atmosfer

mampu menekan laju respirasi manggis. Pada suhu penyimpanan 10 oC

manggis memiliki umur simpan hingga 20 hari dan pada suhu penyimpanan

29 oC umur simpan manggis mencapai 16 hari.

2. Nilai TPT (total padatan terlarut), total asam serta tingkat kekerasan manggis

dapat dipengaruhi oleh suhu dan komposisi gas selama penyimpanan. TPT

manggis terendah pada suhu dingin (10 oC) adalah 16,6 obrix dan suhu ruang

(29 oC) 16,7 obrix. TPT meningkat pada waktu tertentu kemudian menurun

hingga akhir penyimpanan. Nilai total asam pada suhu dingin (10 oC) lebih

stabil dibandingkan dengan suhu ruang. Tingkat kekerasan manggis dalam

suhu dingin maupun suhu ruang terus mengalami peningkatan selama

penyimpanan dengan tingkat kekerasan tertinggi pada suhu dingin dan suhu

(40)

44

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan untuk dilakukannya

penelitian lanjutan tentang penyimpanan buah dalam atmosfer termodifikasi

dengan komposisi gas yang lebih variatif dengan menggunakan media

(41)

45

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 2005. Pengaruh Pektin Terhadap Jaringan Buah Lepas Panen. Armico Press. Bandung. 157 hlm.

Aminullah, M. 2009. Pasca Panen Jeruk. Transmedia. Jakarta. 85 hlm.

Apandi, M. 1986. Teknologi Buah dan Sayuran. Alumni. Bandung. 105 hlm.

Aryanto, A. 2010. Kandungan Gizi Pada 100 gram Buah Manggis. Publikasi : 14 November 2010. Akses : 23 Juni 2012. http://forum.detik.com /kandungan-gizi-pada-100-gram-buah-manggis-t.html.

Azudin, M.N. 2004. Storage of Mangosteen (Garcinia Mangostana L.). J. Asean Food. 2(2) : 70-80.

.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Produksi Buah-Buahan di Indonesia.

Publikasi : 14 November 2010. Akses : 23 Juni 2012. http//BPS.co.id. Bag. Hasil Panen Hortikultura.

BAPENAS. 2000. Manggis Indonesia. Publikasi : 3 Maret 2000. Akses : 23 Juni 2012. http//BAPENAS.co.id. Bag.Hortikultura.

Cahyono, F. 2011. Budidaya Manggis. Grafindo. Surabaya. 112 hlm.

Departemen Pertanian. 2004. Indek Kematangan Manggis. Publikasi :

15 Desember 2004. Akses : 23 Juni 2012. http//DEPTAN.co.id. Add. Produksi Manggis Indonesia.

Glasson, Mc. 1981. Effect of Temperature on the Respiration Rate. Department of Pomology. University of California. pp.279-283.

Hermiati, R. 1999. The Miraculous mangosteen. (Theses). Udayana University. Denpasar.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III, Penerjemah : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Yayasan Sarana Wahajaya, Jakarta, pp. 187-203.

(42)

46

Ihcwan, B. 2004. Indeks Kematangan Manggis Publikasi : 17 Desember 2004. Akses : 23 Juni 2012. http//Deptan.co.id.

Jung, H.A. 2006. Antioidantxanthones From Pericarp of Garcinia. J.Agric Food Chem. Mar 22:54(6):2277-82.

Kader, A.A. 1997. Physiologi and Biochemical Effects of Carbon Monoxide on Fruits and Vegetables. Department of Pomology University of

California. pp.279-283.

Kartasapoetra, A.G. 1999. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Martin,W. 1980. Durian and Mangosteen. In S.Nagi and P.E.Shaw (Eds) Tropical and Subtropical Fruit Composisitin Properties and Uses. pp 407-414.

Pantastico, ER.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan, Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Qanytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis Dengan Perlakuan Precooling Dan Penggunaan Giberelin Selama Penyimpanan. (Skripsi). IPB. Bogor. 95 pp.

Risvan, M. 2009. Total Padatan Terlarut Biologi dan Kimia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Rubatzky,V.E. dan Yamaguchi, M. 1999. Sayuran Dunia 3: Prinsip, Produksi dan Gizi. ITB. Bandung.

Shakty, K. 2008. Pengaruh Suhu dan Jenis Kemasan Terhadap Umur Simpan Apel Malang. (Skripsi). Universitas Yogyakarta. Jogjakarta.

Soedibyo, M. 1998. Alam Sumber Kesehatan. Balai Pustaka. Jakarta. pp 257- 258.

Suhardiman. 1997. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suyanti, R. 1999. Pengaruh Tingkat Ketuaan Terhadap Mutu Pasca Panen Buah Manggis Selama Penyimpanan. Media Pustaka. Bogor. 112 hlm.

(43)

47

Tambunan, S. 1998. Manggis Untuk Kesehatan. Butara Mindo. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Tongdee, S.C. 1992. Postharvest Handling and Technology of Tropical Fruit. Media Arfindo. Bogor. Acta bul.321:713-717.

Wardhanu, M. 2009. Teknologi Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayur. Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.

Wijaya, H. 2004. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Impor. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Produksi buah-buahan di Indonesia
Gambar 1. Manggis
Tabel  3. Kandungan dan komposisi gizi manggis dalam tiap 100 gr bahan
Tabel  4. Komposisi gas dan temperatur dalam penyimpanan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Aktivitas Antioksidan, Tekstur dan

[r]

Komponen ini terbentuk dari variabel yang penting dalam mempengaruhi keputusan konsumen membeli beras organik, tetapi sering dihiaraukan oleh konsumen dan pelaku

Penulis berharap dengan adanya Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) ini mampu menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Perangkat Daerah, Kepegawaian Organisasi : 1. 22

Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada.. karakter umur berbunga (0,89), jumlah cabang produktif (0,72),

Nilai R 2 yang diperoleh sebesar 0,365 berarti sumbangan pengaruh variabel keadilan organisasi dan keterikatan karyawan pada kepuasan kerja adalah sebesar 36,5%..

Tugas Akhir berjudul : “ Sifat Fisis dan Mekanik Baja Karbonisasi dengan Bahan Arang Kayu BK ” , telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan telah dinyatakan