I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja, akan tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan keingintahuan, keteguhan hati, dan juga keterampilan dalam hal melakukan penyelidikan ilmiah. Para Ilmuwan IPA dalam mempelajari gejala alam menggunakan proses dan sikap ilmiah. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu, saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip dan teori.
IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikir-an dalam mempelajari gejala-gejala alam ypikir-ang belum dapat direnungkpikir-an. IPA menggunakan apa yang telah diketahui sebagai batu loncatan untuk memahami apa yang belum diketahui sehingga kumpulan pengetahuan sebagai produk akan bertambah (Carin, 1993).
oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia. Ke-terampilan-keterampilan tersebut merupakan keterampilan proses sedangkan sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan dikenal sebagai sikap ilmiah (BSNP, 2006). Oleh karena itu, dalam pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai produk dan proses.
Namun, kecenderungan pembelajaran kimia yang terjadi di lapangan adalah pe-serta didik hanya mempelajari kimia sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Siswa kurang dilatih bagaimana proses ditemukannya fakta, konsep, teori dan hukum sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Hal ini dapat diperkuat berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 7 Bandarlampung sebelum penelitian dilakukan, diketahui bahwa pembelajaran kimia di kelas masih berpusat pada guru (teacher centered) dan kurang memberi-kan kesempatan bagi siswa untuk mengembangmemberi-kan kemampuan berpikirnya dan siswa hanya menjadi pencatat serta penghafal yang fasih. Seperti halnya pada materi kelarutan dan hasilkali kelarutan, sebagian besar siswa menyerap materi pembelajaran dengan cara belajar hafalan tanpa disertai dengan pemahaman yang baik. Siswa hanya mencoba-coba menghafalkan materi tanpa menghubungkannya dengan konsep yang telah dimiliki. Akibatnya, pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut akan cepat mudah dilupakan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran, dimana pembelajaran akan menjadi tidak bermakna.
dibe-rikan dengan informasi yang telah ada sebelumnya. Siswa merasa sulit dalam menerima materi baru dan menghubungkannya dengan materi lama yang telah dimiliki. Pembelajaran yang kurang menekankan pada belajar bermakna tersebut menyebabkan siswa kurang mampu mengembangkan keterampilan berpikirnya.
Keterampilan berpikir perlu dikembangkan pada diri siswa terutama keterampilan berpikir krits. Keterampilan berpikir kritis perlu dikuasai semua orang karena dapat digunakan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain untuk pengambilan keputusaa yang bijaksana dalam kehidupan sehari-hari (Liliasari, 2009). Selain itu, menurut Fisher (2009) keterampilan berpikir kritis dapat meningkatkan pema-haman dalam banyak konteks. Dengan mengembanagkan keterampilan berpikir kritis pada proses pembelajaran di kelas, dapat mengarahkan pola berpikir dan pola bertindak siswa dalam masyarakatnya kelak. Dengan demikian, guru-guru sebagai pendidik berkewajiban untuk mengkondisikan pembelajaran agar siswa mampu mengembangkan kecerdasan dan kemampuan berpikir kritisnya. Untuk itu, guru-guru seharusnya mengajar siswa “how to think”, bukan mengajar siswa “what to think” (Notar dkk dalam Redhana dan Liliasari, 2008).
Untuk memenuhi harapan tersebut diperlukan suatu inovasi guru dalam meran-cang pembelajaran di kelas agar pembelajaran kimia menjadi pembelajaran yang menarik dan bermakna. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan menerapkan model pembelajaran Advance
Organizer. Model advance organizer dalam pembelajaran yang mengacu kepada
baru dapat dipelajari secara bermakna dan tidak mudah dilupakan asalkan inform-asi baru tersebut dapat dihubungkan dan dikaitkan dengan konsep yang sudah ada. Jika materi yang baru sangat bertentangan dengan struktur kognitif yang ada atau tidak dapat dikaitkan dengan konsep yang sudah ada, maka materi baru tersebut tidak dapat dipahami dan disimpan lama.
Materi kelarutan dan hasilkali kelarutan adalah salah satu materi yang masih erat hubungannya dengan materi sebelumnya yakni kesetimbangan. Dalam hal ini siswa dapat diarahkan untuk memahami materi kelarutan dan hasilkali kelarutan dengan menghubungkannya dengan materi kesetimbangan. Melalui kegiatan eks-perimen diharapkan siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan praktikum dan pengamatan yang mereka lakukan sendiri, sehingga siswa tidak hanya cenderung menghafal semua materi yang telah diajarkan, tetapi lebih dari itu siswa dapat memahaminya dengan baik. Materi yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaat-kan dan dijadidimanfaat-kan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasidimanfaat-kan materi baru dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari.
organizer dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi kela-rutan dan hasilkali kelakela-rutan pada siswa kelas XI SMAN 1 Sungai Ambawang.
Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu mengadakan penelitian guna melihat efektivitas model pembelajaran ini. Oleh karena itu, diadakan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Model Pembelajaran Advance Organizer dalam Meningkatkan Keterampilan Melaporkan Hasil Observasi dan Memberikan Alasan pada Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar balakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran advance organizer pada materi kelarutan dan hasilkali kelarutan dalam meningkatkan keterampilan
melaporkan hasil observasi?
2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran advance organizer pada materi kelarutan dan hasilkali kelarutan dalam meningkatkan keterampilan
memberikan alasan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
2. Efektivitas model pembelajaran advance organizer pada materi kelarutan dan hasilkali kelarutan dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa:
Model pembelajaran advance organizer memberikan pengalaman siswa untuk memahami dan menghasilkan pengetahuan yang bermakna serta dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa khususnya pada materi kelarutan dan hasilkali kelarutan.
2. Bagi guru dan calon guru:
Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung bagi guru dalam kegiatan pembelajaran kimia dengan menerapkan model pembelajaran advance
organizer sebagai model alternatif baik pada materi kelarutan dan hasilkali kelarutan maupun materi lain yang memiliki karakteristik yang sama. 3. Bagi sekolah:
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Lokasi penelitian di SMA Negeri 7 Bandarlampung .
3. Model pembelajaran advance organizer adalah suatu model pembelajaran yang diperkenalkan oleh David Ausubel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala (2007), konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kon-tekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Landasan ber-fikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa bahan pelajaran yang dipelajari harus bermakna (meaningfull). Pembelajaran ber-makna merupakan suaru proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa. Pembelajaran bermakna ini erat kaitannya dengan teori konstruktivisme pemikiran Vygotsky (Social and
Emanci-pator Construktivism). Paham ini berpendapat bahwa siswa
Psychological Construktivism) yang menyatakan bahwa setiap individu mencipta-kan makna dan pengertian baru berdasarmencipta-kan interaksi antara apa yang telah dimili-ki, diketahui dan dipercayai dengan fenomena, ide atau informasi baru yang di-pelajari. Piaget menjelaskan bahwa setiap siswa membawa pengertian dan penge-tahuan awal yang sudah dimilikinya ke dalam setiap proses belajar yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi dan diubah oleh informasi yang dijumpai dalam proses belajar. Itulah sebabnya Vygotsky menyatakan bahwa proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran individu dalam suatu kon-teks sosial.
B. Model Pembelajaran Advance Organizer
Menurut Ausubel (Dahar, 1996) belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu belajar hafalan dan belajar bermakna. Belajar hafalan terjadi apabila dalam struktur kognitif siswa tidak terdapat konsep-konsep yang relevan. Siswa hanya mencoba-coba menghafalkan informasi-informasi baru tanpa menghubungkannya pada konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya. Sedangkan belajar bermak-na bagi Ausubel merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Advance organizer adalah sebuah konsep pembelajaran yang dikembangkan dan
kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Namun sering terjadi siswa tidak mampu melakukannya. Dalam kegiatan seperti inilah sangat diperlukan adanya alat penghubung yang dapat menjembatani infor-masi atau ide baru dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung yang dimaksud oleh Ausubel dalam teori belajar bermaknanya adalah “advance organizer”.
Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk mem-peroleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada, yang artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang mem-bentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) itu. Menurut David Ausubel, model pembelajaran advance organizer yaitu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajar dan setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pem-prosesan informasi yang dikembangkan dalam ilmu itu. Tujuan model pembelaja-ran advance organizer ini adalah untuk memperkuat struktur kognitif dan menam-bah daya ingat informasi baru.
menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya.
Terdapat dua macam advance organizer, “Expository Advance Organizer” dan “Comparative Advance Organizer”. Menurut Prikasih (2003) expository organi-zer digunakan jika akan menjelaskan suatu gagasan umum yang memiliki bebera-pa bagain yang saling berhubungan. Expository organizer juga akan membantu memperluas pemahaman konsep dasar bagi siswa. Tipe ini menggambarkan ting-katan intelektual dimana siswa akan menemukan informasi baru. Sedangkan
comparative organizer dirancang untuk mengintegrasikan konsep baru dengan
konsep lama yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan tujuan untuk memper-tajam dan memperluas pemahaman konsep. Berikut ini merupakan tabel sintak advance organizer.
Tahap Kegiatan
Fase-I Presentasi Advance
Organizer
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 2. Presentasi PA:
Mengidentifikasi ciri khusus Memberikan contoh
Menghubungkan dengan materi/konteks mengulang
3. Mengingatkan kembali pengetahuan/pengalaman siswa yang relevan.
Fase-II 3. Pengorganisasian yang sistematik 4. Urutan pembelajaran yang sistematik
Fase-III Memperkuat organisasi kognitif
1. Menggunakan prinsip rekonsiliasi integratif 2. Menggerakkan “reception learning” aktif
3. Memberi kesempatan pendekatan materi bidang studi secara kritis
4. Menjelaskan
Lebih lanjut Ausubel (Kardi, 2003) merinci langkah-langkah yang diperlukan untuk mengimplementasikan advance organizer dalam pembelajaran sebagai berikut:
Fase-I. Presentasi Advance Organizer
Fase 1 terdiri atas tiga kegiatan yakni menjelaskan tujuan pembelajaran, mempre-sentasikan advance organizer dan mengingatkan kembali pengetahuan yang rele-van. Menjelaskan tujuan pembelajaran adalah salah satu cara menarik perhatian siswa dan mengarahkannya pada tujuan belajar, yang keduanya diperlukan untuk menunjang berlangsungnya belajar bermakna. Pengorganisasi yang sebenarnya ialah yang dikembangkan berdasarkan konsep/prinsip/proposisi suatu bidang studi atau disiplin ilmu. Pertama, pengorganisasi harus disusun sehingga siswa dapat menangkap maknanya. Ciri pokok suatu pengorganisasi ialah tingkat abstraksi dan generalitasnya yang lebih tinggi daripada materi pembelajarannya sendiri. Tingkat abstraksinya yang lebih tinggi itulah yang membedakannya dengan materi pengantar, yang ditulis atau dikomunikasikan pada tingkat abstraksi yang sama seperti materi pembelajaran, karena sebenarnya merupakan garis besar materi pembelajaran.
berkepanjangan, tetapi harus ditanggapi oleh siswa, dipahami benar dan dihu-bungkan terus-menerus dengan materi yang diorganisasikannya. Ini berarti siswa harus sudah mengenal bahasa dan pengertian yang tercantum pada pengorganisa-si. Akan juga bermanfaat menggambarkan pengorganisasi dalam konteks yang banyak (berulangkali dalam konteks yang berbeda), khususnya yang berkaitan dengan istilah baru/khusus. Akhirnya, penting sekali mengingatkan kembali pengetahuan/ pengalaman siswa yang mungkin terkait dengan tugas pembelajaran dan pengorganisasian.
Fase-II. Presentasi Tugas/Materi Pembelajaran
Pada fase II, setelah presentasi pengorganisasian awal, materi pembelajaran di-sampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi, film, eksperimen, atau membaca. Selama presentasi, pengorganisasian materi pembelajaran perlu jelas bagi siswa, sehingga mereka mengetahui arah dan dapat melihat urutan materi yang logis dan bagaimana hubungannya dengan pengorganisasian awal.
Fase-III. Memperkuat Organisasi Kognitif
terjadinya “active reception learning”, (3) mendorong pendekatan materi bidang studi secara kritis, dan (4) penjelasan.
Ada beberapa cara yang memungkinkan terjadinya rekonsilasi antara materi baru dengan struktur kognitif yang telah ada. Guru dapat (1) mengingatkan siswa akan pengertian-pengertian yang ada, (2) minta kepada siswa membuat rangkuman ciri-ciri pokok materi baru, (3) mengulang definisi seperti apa adanya, (4) menanya-kan perbedaan aspek-aspek dan materi, dan (5) minta kepada siswa menjelasmenanya-kan bagaimana peran materi pembelajaran dalam menunjang konsep atau proporsisi yang digunakan sebagai pengorganisasi.
Belajar aktif dapat ditunjang dengan (1) meminta kepada siswa untuk menjelaskan bagaimana hubungan materi baru dengan pengorganisasi, (2) minta kepada siswa memberikan contoh-contoh tambahan tentang konsep dan poposisi yang ada di dalam materi pembelajaran, (3) minta kepada siswa menjelaskan inti materi, menggunakan istilah dan rumusannya sendiri, dan (4) minta kepada siswa menje-laskan materi dari sudut pandang yang berbeda.
Seperti model pembelajaran yang lain, model pembelajaran advance organizer juga memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan model pembelajaran ini yaitu diantaranya: memakan waktu yang lama, tidak semua model pembelajaran dapat digabungkan dengan advance organizer. Sedangkan kelebihan model pembelaja-ran ini yaitu dapat membantu pemahaman siswa, membantu mempertajam daya ingat siswa.
Menurut Nur dan Wikandri (1999), kelebihan adcance organizer adalah sebagai berikut:
1. Siswa dapat berinteraksi dengan memecahkan masalah untuk menemukan konsep-konsep yang dikembangkan.
2. Dapat membangkitkan perolehan materi akademik dan keterampilan sosial siswa
3. Dapat mendorong siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan (siswa semakin aktif)
4. Dapat melatih siswa meningkatkan keterampilan siswa melalui diskusi kelompok
5. Meningkatkan berpikir siswa secara individu maupun kelompok 6. Menambah kompetensi siswa dalam keals
C. Keterampilan Berpikir Kritis
dimiliki. Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan.
Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf tinggi yang dapat dicapai dan di-miliki oleh manusia. Adanya kemampuan berpikir pada manusia merupakan pem-beda yang khas antara manusia dengan binatang. Melalui berpikir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan. Berpikir dianggap suatu proses kognitif, suatu proses mental untuk memperoleh pengetahuan (Presseisen dalam Costa, 1985). Walaupun demikian, aspek kognitif berkaitan dengan cara-cara bagaimana mengenal sesuatu seperti persepsi, penalaran, dan intuisi. Kemampuan berpikir menitikberatkan pada pena-laran sebagai fokus utama dalam aspek kognitif. Costa (dalam Liliasari,2007) membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi.
Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan. Presseisen (dalam Costa, 1985) mengatakan bahwa berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.
Ennis (dalam Fisher, 2009) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan.
Seorang siswa tidak akan dapat mengembangkan berpikir kritis dengan baik, tanpa ditantang untuk berlatih menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi yang dipelajarinya (Mayers, 1986). Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Terdapat enam komponen/unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 2.
No Unsur Keterangan
1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.
2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat
mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.
4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial). 5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau
pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan 6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang
telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.
Tabel 2. Unsur-unsur kemampuan berpikir kritis
Moore dan Parker (dalam Liliasari, 2011) menyatakan bahwa berpikir kritis me-miliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat. 2. Membedakan klaim yang rasional dan emosional. 3. Memisahkan fakta dari pendapat.
4. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.
5. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain. 6. Menunjukkan analisis data atau informasi.
7. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.
8. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan Informasi.
9. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermakna ganda.
10.Membangun argumen yang meyakinkan. 11.Memilih data penunjang yang paling kuat. 12.Menghindari kesimpulan yang berlebihan.
13.Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan.
14.Menyadari ketidakjelasan.
15.Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan.
16.Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam pengambilan keputusan.
17.Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu. 18.Menggunakan bukti secara benar.
19.Menyusun argumen secara logis dan kohesif.
20.Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.
Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelom-pok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta stra-tegi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:
1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10.Mengidentifikasi asumsi.
11.Memutuskan suatu tindakan. 12.Berinteraksi dengan orang lain.
Pada penelitian ini, indikator yang dikembangkan adalah mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi yang berfokus pada sub indikator melaporkan hasil observasi dan mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak yang berfokus pada sub indikator memberikan alasan.
D. Kerangka Berpikir
pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Pada tahap per-tama, siswa diminta untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah dipela-jari ataupun pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penyajian organizer agar siswa membangun struktur kognitifnya. Dengan membuat pesan logis dari materi yang dipelajari secara eksplisit diharapkan siswa dapat menguraikan masalah pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus.
Pada tahap kedua, disajikan materi pembelajaran yang terorganisasi sehingga mereka mengetahui arah dan dapat melihat urutan materi yang logis dan bagai-mana hubungannya dengan pengorganisasian awal yakni materi yang telah dipela-jari siswa. Pada tahap ini, dapat dilakukan dengan eksperimen, observasi, diskusi dan lain-lain. Siswa melakukan eksperimen yang berhubungan dengan materi baru agar siswa menemukan sendiri konsep baru kemudian dihubungkan dengan struk-tur kognitif siswa sehingga tejadi diskusi antara kelompoknya dan teman-teman sekelasnya. Dari pengamatan yang dilakukan, diharapkan siswa dapat mempre-sentasikan hasil pengamatannya. Dengan bimbingan dan arahan dari guru, di-harapkan pula siswa dapat memberikan alasan terhadap jawaban yang dibuat atas suatu pernyataan tertentu.
akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pem-belajaran advance organizer dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa yakni melaporkan hasil observasi dan memberikan alasan.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas XI IPA3 semester genap SMA Negeri 7 Bandarlampung tahun
ajaran 2011-2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam keterampilan berpikir kritis.
2. Tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama. 3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan
melaporkan hasil observasi dan memberikan alasan pada siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 7 Bandarlampung tahun ajaran 2011-2012 diabaikan.
F. Hipotesis Umum
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada akhir bulan Maret 2012 sampai awal bulan Mei 2012. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 7
Bandar-lampung tahun ajaran 2011-2012 yang berjumlah 40 siswa.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest). Sedangkan sumber data adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 7 Bandarlampung.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan menggu-nakan One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2002). Desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Pretest Perlakuan Posttest
Kelas Eksperimen O1 X1 O2
Dengan keterangan O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan,
O2 adalah posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X1 adalah model
pembelajaran Advance Organizer.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Advance Orga-nizer pada materi kelarutan dan hasilkali kelarutan terhadap keterampilan melapor-kan hasil observasi dan memberimelapor-kan alasan dari siswa. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pem-belajaran yang digunakan, yaitu Advance Organizer. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan melaporkan hasil observasi dan memberikan alasan.
E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya
Alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian (Sugiyono, 2009). Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk me-laksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Adapun instrumen pe-nelitian yang digunakan adalah LKS, RPP, silabus dan soal pretest dan posttest.
Pendidikan (KTSP). Soal pretest dan posttest yang digunakan semuanya merupakan soal uraian 5 soal. Terdiri dari 2 soal indikator keterampilan melaporkan hasil obser-vasi dan 3 soal indikator memberikan alasan.
Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang diguna-kan harus valid. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukdiguna-kan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pene-litian ini digunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakuakan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi butir soal, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir soalnya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian untuk memvalidisinya.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan
a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 7 Bandarlampung untuk melaksanakan penelitian.
prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendu-kung pelaksanaan penelitian.
c. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan karakteris-tik materi yang cocok untuk diterapkannya pembelajaran advance organizer. d. Peneliti menentukan populasi dan mengambil satu kelas sebagai sampel
penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan
Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, antara lain silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen tes. b. Tahap Penelitian
Pada tahap pelaksanaannya, penelitian hanya dilakukan dalam satu kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran Advance Organizer.
Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut : a) Melakukan pretest pada kelas yang diuji.
b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi kalarutan dan
hasilkali kelarutan sesuai dengan model pembelajaran Advance Organizer. c) Memberikan postest dengan soal-soal yang sama dengan pretest pada
kelas yang diuji.
G. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk melaporkan hasil observasi dan memberikan alasan atas jawaban yang dibuat.
Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa = ………...……….(1)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-gain. Untuk menge-tahui efektivitas pembelajaran advance organizer dalam meningkatkan keterampilan melaporkan hasil observasi dan memberikan alasan, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest dari kelas eksperimen. Rumus n-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut :
……….……….…….…...(2)
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada Tabel 4 seperti berikut:
Tabel 4. Klasifikasi gain (g)
Besarnya g Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model advance organizer efektif dalam meningkatkan keterampilan
melaporkan hasil observasi dalam kategori sedang.
2. Model advance organizer efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan dalam kategori sedang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disarankan bahwa:
1. Indeks gain pada penelitian ini masih tergolong sedang, harapannya nanti ada penelitian serupa sehingga indeks gain yang dicapai bisa lebih maksimal. 2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian ini, hendaknya
DAFTAR PUSTAKA
Abiansyah, T. 2007. Advance Organizer untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Topik Hidrokarbon. Tesis PPS UPI Bandung. Diakses Tanggal 25 November 2011 dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_053893_chapter2.pdf Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.
Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan
Silabus dan Model Silabus SMA/MA. BSNP. Jakarta.
Carin. 1993. Hakikat Pembelajaran IPA. Diakses 02 Oktober 2012 dari http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html. Costa, A. L. 1985. Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking.
Virginia : Association for Supervision and Curriculum Development. Dahar, R.W. 1986. Teori–Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Depdiknas. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian
kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Erlangga. Jakarta. Kardi, S. 2003. Advance Organizer. PPs Unesa. Surabaya.
Liliasari. 2007. Model-Model Pembelajaran Berbasis IT Untuk mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Topik
Hidrolisis Garam. (Penelitian HPTP). Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung.
Melati, H. A. 2011. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Sungai Ambawang Melalui Pembelajaran Model Advance Organizer Berlatar Numbered Heads Together (NHT) Pada Materi Kelarutan dan
Hasilkali Kelarutan. Skripsi. FKIP UNTAN Pontianak. Diakses tanggal 02
Oktober 2012.
Nur, M., P. R. Wikandri, dan B. Sugiarto. (1999). Teori Belajar. University Press Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_053893_chapter2.pdf Purba, M. 2006. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Ratnaningsih, L. 2009. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Melalui Model Advance organizer Dengan Metode Eksperimen pada Pokok Bahasan
Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di SMA Negeri 6 Kota Bengkulu. Diakses
dari http://library.unib.ac.id/Koleksi/Lenni Ratnaningsih-FKIP-Kim-Juli2009.pdf pada tanggal 02 Oktober 2012
Redhana, I.W. dan Liliasari. 2008. Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis pada Topok Laju Reaksi Untuk Siswa SMA. Diakses tanggal 25 Maret
2012.
Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Slavin, R. E. 1994. Cooperatif Learning, Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung.
Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.
MATERI KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN
(Skripsi)
Oleh
DENA MARISTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MATERI KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN
Oleh
DENA MARISTA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ______________
Sekretaris : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ______________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dena Marista
NPM : 0813023021
Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan penulis diatas, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandarlampung, 05 November 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karang Anyar, Wonosobo, Tanggamus pada tanggal 23 Maret 1990, sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak Rustam Zailani dan Ibu Surtini.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Muhammadiyah 1 Wonosobo Tanggamus pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Muhammadiyah 1 Wonosobo Tanggamus diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 4 Bandarlampung diselesaikan pada tahun 2008.
MOTTO
Give the Best, and Get The Best...
(Dena Marista)
“Terlalu Bersemangat Dalam Sesuatu Hal Bukanlah Hal yang Baik,
Tapi Konsisten Dalam Semangat Itulah yang Terbaik”.
i
PERSEMBAHAN
Kepada ayah dan ibu tercinta, untuk setiap doa yang tak henti terucap, untuk setiap senyuman yang tak pernah sirna, untuk setiap kasih sayang yang tak lekang oleh waktu
ii SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Advance Organizer Dalam Meningkatkan
Keterampilan Melaporkan Hasil Observasi dan Memberikan Alasan Pada Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Dalam kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M. Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, sekaligus sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas keikhlasan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.
iii 5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., sebagai dosen pembahas yang telah
memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia Unila atas bantuan dan curahan ilmunya.
7. Bapak Drs. Suharto, M.Pd. sebagai Kepala SMA N 7 Bandarlampung yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Ibu Telsi Sadijani, S.Pd., sebagai guru mitra atas kerja sama dan bantuannya. 10. Teristimewa untuk Bapak, Ibu dan saudara-saudara tercinta (Mas Ari, Sunaku,
dan Day).
12. Teman-teman seperjuangan P. Kimia’08. Semoga persahabatan ini selalu terjalin. 14. Saudara-saudari tercinta di keluarga besar Rohis SMA N 4 Bandarlampung, serta
di DARA (Arida, Sunaku, Evi, Mila, Devi, Dewi, Dian, Titi, Mpit, Yessy) terimakasih atas motivasi dan perhatian kalian semua.
16. Kakak dan adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu.
Akhir kata, diharapkan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandarlampung, November 2012 Penulis
iv DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8
B. Model Pembelajaran Advance Organizer ... 9
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 15
D. Kerangka Berpikir ... 19
E. Anggapan Dasar ... 21
F. Hipotesis Umum ... 21
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 22
B. Jenis dan Sumber Data ... 22
v
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 24
G. Teknik Analisis Data ... 26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 27
B. Pembahasan ... 30
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 38
B. Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 39
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 46
3. Lembar Kerja Siswa ... 69
4. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 100
5. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretest dan Postest ... 103
6. Soal Pretest dan Posttest ... 109
7. Perolehan Skor Pretes, Skor Postes dan N-gain Keterampilan Melaporkan Hasil Observasi dan Memberikan Alasan ... 111
8. Perhitungan ... 113
9. Daftar Nama Kelompok ... 115
10. Surat Izin Penelitian ... 116
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram rerata perolehan skor pretest dan posttest melaporkan
hasil observasi dan memberikan alasan. ... 28
2. Diagram n-gain keterampilan melaporkan hasil observasi dan
vi DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintak Advance Organizer ... 11
2. Unsur-unsur kemampuan berpikir kritis ... 17
3. Desain penelitian ... 22
4. Klasifikasi gain ... 26
5. Rerata skor pretest dan posttest keterampilan melaporkan hasil obser- vasi dan memberikan alasan ... 27