• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

DEDE SUGANDA

Masalah penelitian ini adalah masih kurang optimalnya disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara terkait dengan pelaksanaan kinerja yaitu belum tercapainya target kinerja, dilihat dari tingkat kehadiran pegawai hanya 85%, penyelesaian program hanya 85% dan penyediaan sarana dan prasarana hanya 80%. Secara optimal, tingkat kehadiran pegawai, penyelesaian program dan penyediaan sarana prasarana idealnya adalah 100%. Dalam kaitannya dengan masalah ini disiplin PNS merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban mereka sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

(2)
(3)

CIVIL SERVANT DICIPLINE AT OFFICE OF LOCAL GOVERNMENT ADMINISTRATOR OF NORTH LAMPUNG REGENCY

By

DEDE SUGANDA

The problem of this research is still less optimal labor discipline civil servant in Office of Local Government Administrator related to the implementation of performance that is not the achievement of performance targets, judging from the level of employee attendance is only 85%, only 85% completion of the program and the provision of facilities and infrastructure of just 80%. Optimally, level of employee attendance, of the program and the provision of facilities and infrastructure is 100%. In relation to this matter of discipline civil servants are a very important aspect in the execution of their duties and obligations as civil servants and civil servant.

(4)
(5)

A. Latar Belakang Masalah

Peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai penyelenggara tugas pemerintah dan pembangunan sangat menentukan guna mencapai tujuan suatu pemerintahan. PNS pada suatu instansi pemerintah yang merupakan suatu masyarakat dalam bentuk suatu usaha kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam bidang kenegaraan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, maka kerjasama yang demikian dilakukan oleh penguasa atau aparatur negara yang terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.

(6)

Bergulirnya era otonomi daerah di Indonesia membawa perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, yaitu dengan beralihnya sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Perubahan ini berimplikasi pada kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola dan memberdayakan serta mewujudkan kemandirian daerah. Oleh karena itu, dinas-dinas daerah dibentuk dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka urusan-urusan yang diselenggarakan adalah urusan-urusan yang telah menjadi urusan rumah tangga daerah.

Otonomi Daerah yang dalam realisasinya mempunyai hak, wewenang dan kewajiban mengurus rumah tangganya sendiri, tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ditunjang oleh pegawai negeri yang baik sebagai aparatur negara. Pemaknaan otonomi daerah bukan hanya sekedar upaya pengaturan rumah tangga daerah sendiri secara mutlak terpisah dengan daerah lain, namun lebih luas dari itu adalah bagaimana mengembangkan daerah sendiri menggunakan segala potensi yang ada dengan kerjasama dan peran daerah lain dan atau pemerintah pusat.

(7)

Pengembangan PNS erat kaitannya dengan kesempatan untuk mengaktualisasi diri melalui peningkatan kemampuan intelektual atau skill maupun kemampuan manajerial.

Sosok PNS yang ideal dalam upaya perjuangan dalam mencapai tujuan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah PNS yang profesional, berbudi pekerti yang luhur, berdaya guna dan berhasil guna. PNS juga diharapkan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur pegawai negara, abdi masyarakat dan abdi negara dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan permasalahan yang penting dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini.

(8)

Uraian di atas menunjukkan bahwa sumber daya manusia menjadi satu hal yang sangat penting pada instansi pemerintahan, sebab sumber daya manusia ini tercermin pada PNS sebagai aparat atau administrator pelaksana pemerintahan. Pemberdayaan PNS juga menjadi hal yang penting untuk meningkatkan kemampuan disiplin kerja mereka. Kinerja pegawai pada instansi pemerintah merupakan alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilatas dalam rangka menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan/kegagalan instansi pemerintah, maka seluruh aktivitas dari instansi tersebut harus dapat diukur. Pengukuran aktivitas tersebut tidak hanya pada masukan dari program instansi, tetapi lebih ditentukan kepada keluaran, manfaat, dan dampak dari program instansi pemerintah tersebut bagi kesejahteraan masyarakat.

Upaya agar keluaran, manfaat, dan dampak dari program instansi pemerintah dapat meningkatkan kesejahtaraan masyarakat akan dapat dicapai apabila PNS sebagai pelaksana organisasi pemerintahan bekerja dengan penuh disiplin. Pegawai yang disiplin bekerja ditunjukkan oleh tingginya tingkat kehadiran mereka dalam menaati jadwal datang dan pulang dari kantor untuk melaksanakan tugasnya.

(9)

Lampung Utara Tahun 2010, maka diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan terkait dengan kinerja organisasi sebagaimana disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Permasalahan-Permasalahan pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010

No Masalah Pencapaian

(%)

Target (%)

1 Kehadiran pegawai 85 100

2 Penyelesaian program 85 100

3 Penyediaan sarana dan prasarana 80 100 Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2010 terkait dengan pelaksanaan kinerja adalah belum tercapainya target kinerja, yang dilihat dari tingkat kehadiran pegawai hanya 85%, penyelesaian program hanya 85% dan penyediaan sarana dan prasarana hanya 80%. Berbagai permasalahan tersebut dapat berkaitan dengan kurang optimalnya disiplin kerja pegawai.

(10)

Upaya kongkrit yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan PNS yang memiliki kinerja optimal tesebut adalah dengan memberlakukan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian yang mengatur kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan PNS. Produk hukum terbaru yang mengatur masalah ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Hal ini bermakna bahwa upaya untuk mencapai kinerja pegawai yang optimal harus didukung oleh disiplin PNS dalam bekerja. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin

(11)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian mengenai disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Disiplin Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Disiplin Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian terdiri dari kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

(12)

2. Secara Praktis

(13)

A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemerintahan

Menurut Sedarmayanti (2002: 42):

Sumber daya manusia merupakan aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam suatu organisasi sehingga tidak seperti mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi.

(14)

Perbaikan kualitas aparatur pemerintah, harus dimulai sejak rekruitmen dengan menggunakan sistem yang menjamin diperolehnya sumber daya yang memang mempunyai kualitas dasar yang baik, pembinaan melalui penugasan yang mendidik, pengembangan program pelatihan yang memungkinkan tersedianya tenaga siap pakai, peningkatan kesejahteraan yang memadai, dan pemberian jaminan hari tua.

Dalam hubungan ini Rasyid (2000: 41) menyatakan:

Aspek substansial kebijakan penyiapan sumber daya aparatur yang profesional memerlukan definisi yang jelas tentang kualifikasi profesionalisme yang ingin dicapai pada berbagai bidang tugas. Otonomi daerah pada dasarnya akan terselenggara dengan baik apabila didukung oleh faktor-faktor seperti tersedianya sumber daya-sumber daya yang berkuatitas baik itu sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam pelaksanaan otonomi daerah.

(15)

Aspek pengembangan sumber daya manusia menjadi bagian penting dalam upaya mengelola sumber daya manusia secara keseluruhan. Pada hakekatnya pengembangan sumber daya manusia mempunyai dimensi luas yang bertujuan meningkatkan potensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia, sebagai upaya meningkatkan profesionalisme dalam organisasi

Menurut Siagian (2003: 182):

Pengembangan sumber daya manusia yang terarah dan terencana disertai pengelolaan yang baik akan dapat menghemat sumber daya lainnya atau setidak-tidaknya pengolahan dan pemakaian sumber daya organisasi dapat secara berdaya guna dan berhasil guna. Pengembangan sumber daya manusia merupakan keharusan mutlak bagi suatu organisasi dalam menghadapi tuntutan tugas sekarang maupun dan terutama untuk mencapai tujuan organisasi

Pencapaian tujuan organisasi tentunya harus ditempuh melalui suatu proses tahapan panjang yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pengelolaan dan pemeliharaan potensi sumber daya manusia. Karena pengembangan sumber daya manusia (human resourses development) merupakan suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia, yaitu mencakup perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia Dalam hal ini pengembangan sumber daya manusia mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian, sehingga dapat memegang tanggung jawab di masa yang akan datang.

(16)

pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang berkembang untuk bekerja dengan baik dalam suksesi posisi yang ditemui selama karier. Dalam hal ini merupakan persiapan karier jangka panjang sumber daya manusia tersebut.

B. Disiplin Pegawai Negeri Sipil

1. Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan perilaku yang terbentuk dari hasil latihan untuk selalu mematuhi aturan tata tertib yang telah ditentukan. Menurut Admodiwirjo (2000:235), disiplin adalah setiap usaha mengkoordinasikan perilaku seseorang pada masa mendatang dengan menggunakan hukum dan ganjaran.

Menurut Nawawi (2001: 182) :

Disiplin dalam hubungannya dengan moral kerja diartikan sebagai usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disetujui bersama agar pemberian hukuman dapat dihindari. Disiplin merupakan sikap yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan terhadap berbagai peraturandan ketentuan yang ditentukan pemerintah atau etik, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

Pengertian disiplin di atas pada dasarnya mencakup adanya kepatuhan, ketaatan, kesetiaan dan terhormat atau patuh kepada ketentuan, peraturan atau norma yang beraku.

Menurut Kusumaningrum (2005: 44):

(17)

Pengertian disiplin di atas pada dasarnya mencakup perilaku pegawai dalam melaksanakan peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan organisasi atau pemerintah dan menghindari pelanggaran atas peraturan tersebut.

Menurut Suradinata (2003: 150):

Dalam hubungannya dengan semangat kerja, disiplin merupakan unsur pengikat, unsur integrasi dan merupakan unsur yang dapat menggairahkan kerja Disiplin menjadi pengikat dan integrasi, yaitu merupakan kakuatan yang dapat memaksa pegawai untuk mematuhi peraturan serta prosedur kerja yang ditetapkan.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa disiplin kerja dapat dipandang sebagai suatu standar norma perilaku yang dimiliki oleh organisasi dalam hubungannya dengan pekerjaan, baik tertulis, dan mengharuskan pegawai mematuhinya, sebagai upaya meningkatkan produktivitas. Tetapi, dalam praktek manajemen, pegawai sebagai manusia sering memiliki sifat atau kelemahan yaitu tidak semangat.

Menurut Hariandja (2002:300):

Terdapat beberapa pendekatan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai, yaitu disiplin preventif, korektif, dan progresif. Disiplin preventif merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai mentaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran, atau bersifat mencegah tanpa ada pemaksaan sehingga mencaiptakan disiplin diri.

(18)

untuk memperbaiki kesalahan atau pelanggaran, sehingga pengulangan terhadap kesalahan yang sama akan mendapat sanksi yang lebih berat.

2. Unsur-Unsur Disiplin

Menurut Nawawi (2001: 183), unsur-unsur disiplin meliputi;

a. Sikap mental, artinya adalah adanya sikap mental yang tercermin dari perbuatan seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya serta menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan peraturan yang telah ditetapkan.

b. Alat ukur, artinya adalah adanya alat ukur seperti waktu, tugas, pekerjaan dan larangan-larangan yang dituangkan dalam peraturan. c. Sangsi atau hukuman, artinya adanya sangsi atau hukuman yang

diberikan kepada pelanggar peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan.

Unsur-unsur disiplin di atas menunjukkan adanya hubungan antara pegawai dengan organisasi yang bersifat dinamis. Keduanya memiliki hubungan timbal balik, di mana terjadi saling pertukaran antara kontribusi dan penggantian yang diterima. Tindakan disiplin dipakai oleh organisasi untuk menghukum pegawai yang melanggar aturan-aturan kerja atau harapan-harapan organisasi.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan disiplin kerja menurut Edy Sarwoto (2007: 94), meliputi:

a. Tujuan, yakni adanya tujuan yang hendak dicapai dalam suatu organisasi

b. Kemampuan, yakni adanya kemampuan dari setiap subsistem dalam organisasi yang akan melaksanakannya

c. Teladan pemimpin, yakni adanya teladan atau contoh dari pimpinan organisasi

d. Balas jasa, yakni adanya jaminan akan imbalan materi dari apa yang dikerjakan

(19)

f. Sanksi hukuman, adanya seperangkat sanksi atau hukuman yang akan diberikan pada orang yang melanggar peraturan

g. Ketegasan, yakni adanya sikap tegas dari pimpinan dalam melaksanakan disiplin dalam organisasi

h. Komunikasi, yakni adanya proses komunikasi dan hubungan yang baik antar sesama subsitem yang berinteraksi di dalam organisasi.

3. Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu perundang-undangan dan digaji menurut perundang-undangan yang berlaku.

PNS berkedudukan sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Kesetiaan dan ketaatan yang penuh tersebut mengandung pengertian bahwa PNS berada sepenuhnya di bawah pemerintah

(20)

Disiplin PNS terdiri atas kewajiban dan larangan bagi PNS. Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Kewajiban PNS adalah:

(1) Mengucapkan sumpah/janji PNS; (2) Mengucapkan sumpah/janji jabatan;

(3) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;

(4) Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;

(5) Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab

(6) Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;

(7) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan;

(8) Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;

(9) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

(10) Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil; (11) Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

(12) Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

(13) Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;

(14) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat (15) Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

(16) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;

(17) Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Larangan bagi PNS menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Kewajiban PNS adalah:

(1) Menyalahgunakan wewenang;

(2) Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain

(3) Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

(21)

(5) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

(6) Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak merugikan negara;

(7) Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

(8) Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

(9) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

(10) Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

(11) Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

(12) Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, atau dewan perwakilan rakyat daerah dengan cara: (a) ikut serta sebagai pelaksana kampanye; (b) menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS (c) sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau (d) sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

(13) memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden dengan cara: (a) membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau (b) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat

(14) Memberikan dukungan kepada calon anggota dewan perwakilan daerah atau calon kepala daerah/wakil kepala daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi kartu tanda penduduk atau surat keterangan tanda penduduk sesuai peraturan perundangundangan;

(22)

pemilu sebelum, selama, dan sesudah kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

4. Hukuman Disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil

PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi hukuman disiplin.Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010: (1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

a. Hukuman disiplin ringan; b. Hukuman disiplin sedang; dan c. Hukuman disiplin berat.

(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. Teguran lisan; b. Teguran tertulis; dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. (4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c terdiri dari:

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih

rendah;

c. Pembebasan dari jabatan;

d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan

(23)

Berdasarkan uraian di atas maka beberapa unsur disiplin Pegawai Negeri Sipil yang dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal

2) Pegawai mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu 3) Pegawai mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran 4) Pegawai memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, 5) Pegawai menaati tata tertib kantor dan aturan dinas

6) Pegawai menggunakan peralatan kantor dengan baik 7) Pegawai memelihara barang-barang milik negara 8) Pegawai melayani masyarakat dengan ramah

9) Pegawai menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan atasan

10) Pegawai menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama pegawai

Dasar pemilihan beberapa indikator tersebut disesuaikan dengan kenyataaan disiplin kerja PNS pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara, selain itu setiap indikator dikembangkan menjadi tiga pertanyaan sehingga pembahasan mengenai disiplin kerja menjadi lebih mendalam.

C. Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah Menurut Mardiasmo (2003: 43):

(24)

dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa otonomi daerah mengandung konsep kebebasan untuk berprakarsa dalam mengambil keputusan atas dasar aspirasi masyarakat yang memiliki status demikian tanpa kontrol langsung oleh pemerintah pusat.

Menurut Kaho (2006: 134):

Otonomi daerah adalah suatu peluang(opportunity)dan tantangan(threat) bagi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik dan melaksanakan pembangunan. Otonomi daerah dipandang sebagai cara untuk mewujudkan secara nyata penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien dan berwibawa guna mewujudkan pemberian pelayanan kepada masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa pemberlakuan otonomi daerah bukan hanya bertujuan untuk pendewasaan politik rakyat melainkan juga sekaligus bermakna mensejahterakan rakyat demi terwujudnya peran serta dalam pemberdayaan masyarakat yang menjadi harapan rakyat.

Menurut Soemitro (2005: 11):

(25)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa wewenang yang dimiliki oleh daerah otonom menjadikan daerah tersebut dapat memanfaatkan hak-hak yang dimilikinya, dan salah satu wewenang yang dimiliki daerah otonom adalah wewenang untuk menyusun suatu kebijaksanaan daerah dalam mengelola rumah tangganya dan mengatur kepentingan masyarakat.

Otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang merupakan penerapan konsep teori areal division of power yang membagi kekuasaan secara vertikal. Otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dengan hakekat yang demikian otonomi daerah memberikan keleluasaan bagi terbukanya potensi-potensi yang ada di daerah tersebut. Otonomi daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan. Dengan otonomi daerah pengambilan keputusan lebih dekat kepada rakyat yang dilayani. Rentang kendali pemerintahan menjadi lebih dekat, sehingga pemerintahan dapat lebih responsif terhadap kebutuhan, potensi dan kapasitas daerah yang spesifik, dengan begitu diharapkan pelayanan masyarakat akan lebih baik karena dengan otonomi daerah, daerah dapat lebih mengetahui kebutuhan dan keinginan rakyat di daerahnya.

2. Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan di Era Otonomi Daerah

Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi: a. Asas Desentralisasi

(26)

pemerintah pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan desentralisasi adalah pemberian otonomi kepada daerah untuk meningkatkan daya guna penyelenggaraaan pemerintahan daerah, terutama pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat serta melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri.

Menurut Rozali Abdullah (1999: 81):

Negara kesatuan adalah bentuk negara di mana wewenang legislatif tertinggi dipusatkan pada satu badan legislatif nasional/pusat kekuasaan terletak pada pemerintah pusat dan tidak pada pemerintah daerah. Pemerintah pusat berwenang menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah otonom atau negara kesatuan dengan sistem desentralisasi

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kedaulatan negara dalam negara kesatuan tersebut, baik keluar maupun ke dalam, sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat, hanya saja pemerintah pusat dapat menyerahkan sebagian kewenangan yang dimilikinya kepada daerah sesuai dengan dengan asas desentralisasi. Berapa banyak kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah akan menentukan berapa luas otonomi yang dimiliki daerah yang bersangkutan.

(27)

Hal ini tertuang dalam Ketentuan Umum Pasal 1 Butir (2) dan dipertegas dalam Pasal 10 Pasal 1 butir (7) UU 32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan:

(1) Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah pusat.

(2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daaerah sebagaimana pada ayat (1), pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembagian.

(3) Urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintah pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: politik luar negeri, pertahanan , keamanan, yustisia, moneter dan fiskal dan agama

b. Asas Dekonsentrasi

Asas dekonsentrasi sebenarnya hampir sama dengan asas desentralisasi. Dalam Pasal 1 Butir (8) disebutkan asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ atau pada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Perbedaannya terletak pada titik laju menjauhi titik pusat atau sentral. Desentralisasi memiliki gerak menjauhi berupa penyerahan urusan pemerintahan yang diberikan kepada pemerintah di bawahnya yang selanjutnya urusan yang diberikan akan menjadi urusan rumah tangga daerah, jadi bukan pada perorangan seperti dalam asas dekonsentrasi.

c. Tugas Perbantuan

(28)

besar. Pasal 1 Butir (9) menyebutkan bahwa tugas perbantuan yaitu penugasan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi pada pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam hal penyelenggaraan asas tugas perbantuan tidak beralih menjadi urusan rumah tangga daerah yang dimintakan bantuannya. Selanjutnya tugas perbantuan bukanlah sebagai asas pengganti dari asas desentralisasi dari urusan pemerintah pusat yang ditugaskan pada pemerintah daerah.

D. Kerangka Pikir

Disiplin kerja pegawai merupakan hal yang sangat penting dalam rangka menciptakan pegawai yang profesional dan mampu mewujudkan diri sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Upaya kongkrit yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan PNS yang memiliki kinerja optimal tesebut adalah dengan memberlakukan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian yang mengatur kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan PNS. Produk hukum terbaru yang mengatur masalah ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

(29)

perundang undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Kerangka pikir penelitian mengenai disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara, dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Gambar 1

Bagan Kerangka Pikir Penelitian

 Datang ke kantor sesuai dengan jadwal

 Mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu

 Mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran

 Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik,

 Menaati tata tertib kantor dan aturan dinas

 Menggunakan peralatan kantor dengan baik

 Memelihara barang-barang milik negara

 Melayani masyarakat dengan ramah

 Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan atasan

 Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama pegawai.

DISIPLIN KERJA

(30)

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Menurut M. Nazir (2004: 63):

Tipe penelitian deskriptif adalah penelitian status sekelompok manusia, suatu objek, set kondisi, sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai berbagai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang analisis datanya dilakukan dengan menggunakan perhitungan atau statistika.

Berdasarkan pengertian di atas maka tipe penelitian deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan disiplin pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara dengan berdasarkan pada data dan fakta yang diperoleh pada saat pelaksanaan penelitian.

B. Definisi Konseptual

(31)

Berdasarkan definisi tersebut maka definisi konsep penelitian ini adalah:

1. Pegawai Negeri Sipil adalah seseorang yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu undangan dan digaji menurut perundang-undangan yang berlaku dan berkedudukan sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat.

2. Disiplin pegawai adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan atau peraturan kedinasan yang bila tidak ditaati/dilanggar maka akan dijatuhi hukuman disiplin.

C. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendy (2004:123), definisi operasional adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka diketahui baik buruknya variabel tersebut.

(32)

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

1) Pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

2) Pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan

3) Jika Pegawai tidak masuk bekerja maka Pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor

4) Pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

5) Pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

6) Pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan Atasan sebelum Atasan memintanya

7) Pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan

8) Pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas pada jabtan Pegawai

9) Pegawai mampu menyelesaikan tugas tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok

10) Pegawai mampu memberikan

pelayanan kepada masyarakat dengan baik

11) Pegawai selalu berusaha untuk

mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi

12) Pegawai selalu berusaha untuk

(33)

5) Pegawai menaati tata

13) Pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal

14) Pegawai selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal

15) Jika Pegawai terbukti melakukan kesalahan/pelanggaran maka Pegawai bersedia untuk menerima sanksi sesuai ketentuan

16) Pegawai selalu menggunakan peralatan kantor dengan baik

17) Pegawai menggunakan peralatan kantor hanya untuk kepentingan pekerjaan di kantor (tidak untuk kepentingan pribadi)

18) Pegawai menggunakan peralatan kantor dengan penuh tanggungjawab

19) Pegawai selalu memelihara barang-barang milik negara dengan baik

20) Pegawai tidak meminjamkan barang-barang milik negara (inventaris) kepada orang lain atau keluarga

21) Jika terjadi kerusakan barang-barang milik negara maka Pegawai bersedia menggantinya

22) Pegawai mampu melayani masyarakat dengan ramah

23) Pegawai mampu melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh

24) Pegawai selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat

(34)

10) Pegawai menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama pegawai

26) Pegawai berusaha untuk terus memelihara suasana kerja yang baik dengan atasan

27) Jika terjadi ketidakharmonisan dalam suasana kerja dengan Atasan maka Pegawai bersedia untuk mencari solusi terbaik

28) Pegawai mampu menciptakan suasana kerja yang baik dengan sesama rekan kerja

29) Pegawai berusaha untuk terus memelihara suasana kerja yang baik dengan sesama rekan kerja

30) Jika terjadi ketidakharmonisan dalam suasana kerja dengan sesama rekan kerja maka Pegawai bersedia untuk mencari solusi terbaik

D. Populasi dan Sampel

(35)

Tabel 3. Jumlah Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara

No Bidang SUB Bidang Jumlah

1. Bidang Diklat Kabid Pendidikan dan Pelatihan Kasubbid Funsional

Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011

(36)

E. Skala Data dan Penentuan Skor

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, yaitu skala yang terdiri dari lima alternatif jawaban dan dapat diberi skor berdasarkan kategori jawaban pada kuesioner penelitian (Singarimbun dan Effendi, 2004: 111). penentuan skor dengan menggunakan skala likert adalah sebagai berikut: 1) Jawaban (a) Sangat Setuju diberi skor 5

2) Jawaban (b) Setuju diberi skor 4 3) Jawaban (c) Ragu-Ragu diberi skor 3 4) Jawaban (d) Tidak Setuju diberi skor 2 5) Jawaban (e) Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

F. Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi :

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian atau lokasi penelitian.

2. Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber atau referensi yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, atau literatur lain.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

(37)

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah menyebarkan kuisioner kepada para 89 PNS Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara dan selanjutnya menarik kembali kuisioner tersebut untuk dilakukan tahap pengolahan data.

2. Dokumentasi, dilakukan untukmengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, seperti buku atau literatur, arsip atau dokumen yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah mengambil data dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara yang terdiri dari tugas pokok dan fungsi, visi dan misi, tujuan dan sasaran, strategi, program dan uraian tugas. Selanjutnya tersebut disajikan pada Bab IV mengenai Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

A. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh dari lapangan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah dengan mengolah data yang ada tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data pada penelitian ini adalah:

1. Editing, adalah memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan.

(38)

2. Koding, adalah memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar pertanyaan untuk memudahkan pengolahan data.

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah memberikan kode pada jawaban responden, yaitu Jawaban A diberi kode 5, Jawaban B diberi kode 4, Jawaban C diberi kode 3, Jawaban D diberi kode 2 dan Jawaban E diberi kode 1. Selanjutnya hasilkodingdisajikan pada Lampiran 2 skripsi.

3. Tabulating, adalah merumuskan data dalam tabel setelah diklasifikasikan berdasarkan kategori yang sama, lalu disederhanakan dalam tabel tunggal.

Kegiatan yang penulis lakukan selama penelitian adalah menyajikan data jawaban responden pada kuisioner ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagaimana terdapat pada Bab V mengenai Hasil Penelitian dan Pembahasan.

B. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisa secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan tabel tunggal, yaitu metode yang dilakukan dengan memasukan data dari kuisioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung frekuensi dan membuat persentase, dengan rumus:

P = F x 100% N

Keterangan: P = Presentase

F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Responden

(39)

Kegiatan yang dilakukan adalah merekap jawaban responden dari kuisioner ke dalam tabel jawaban, selanjutnya melakukan perhitungan dengan rumus di atas dan menyajikan hasil perhitungan ke dalam tabel tunggal sebagaimana disajikan pada Bab V dalam penelitian ini.

Selanjutnya untuk mengkategorikan disiplin kerja PNS ke dalam lima kelompok yaitu sangat disiplin, disiplin, cukup disiplin, tidak disiplin dan sangat tidak disiplin, digunakan rumus:

I = K

NR NT

Keterangan: I = interval

NT = Nilai Tertinggi NT = Nilai Terendah K = Kategori Jawaban (Suharsimi Arikunto, 2005: 221)

(40)

A. Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah para pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara yang berjumlah 89 orang. Deskripsi identitas respinden menurut menurut jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan terakhir serta jabatan, adalah sebagai berikut:

1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui identitas responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada berikut:

Tabel 5. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 58 65,17

2 Perempuan 31 34,83

Jumlah 89 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011

(41)

2. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

Untuk mengetahui identitas responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1 40 Tahun atau lebih 18 20.22

2 3039 Tahun 39 43.82

3 2029 Tahun 32 35.96

Jumlah 89 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 18 (20,22%) responden berusia 40 tahun atau lebih, sebanyak 39 (43,82%) responden berusia antara 30 -39 tahun dan sebanyak 32 (35,96%) responden berusia antara 20 -29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia yang produktif, sehingga mereka dapat bekerja secara maksimal sesuai dengan bidang pekerjaan pada instansi masing-masing dan melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat

3. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir

(42)

Tabel 7. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

1 Sarjana Strata II (S2) 8 8.99

2 Sarjana Strata I (S1) 59 66.29

3 Diploma III (D3) 15 16.85

4 SMA/Sederajat 7 7.87

Jumlah 89 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 8 (8,99%) responden berpendidikan S2, sebanyak 59 (66,29%) responden berpendidikan S1, sebanyak 15 (16,85%) responden berpendidikan Diploma III dan sebanyak 7 (7,87%) responden berpendidikan SMA/Sederajat. Dengan demikian maka sebagian besar responden berpendidikan Sarjana Strata I atau berpendidikan tinggi. Tingginya jenjang pendidikan ini dimaksudkan agar para pegawai dapat bekerja secara profesional dan maksimal sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing. Selain itu diharapkan mereka mampu mengaplikasikan atau menerapkan disipilin ilmu yang didapatkan selama kuliah pada pekerjaannya masing-masing

4. Identitas Responden Menurut Jabatan

(43)

Tabel 8. Identitas Responden Menurut Bidang Tugas

No Jabatan Frekuensi Persentase

1 Bidang Diklat 22 24.72

2 Bidang Administrasi dan Kesejahtaraan 15 16.85 3 Bidang Pengembangan

dan Kepangkatan 16 17.98

4 Bidang Pengadaan dan Mutasi 16 17.98

5 Bidang PU 20 22.47

Jumlah 89 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 22 (24,72%) responden bekerja pada bidang diklat, sebanyak 15 (16,85%) responden bekerja pada bidang administrasi dan kesejahteraan, sebanyak 16 (17,98%) responden bekerja pada bidang pengembangan dan kepangkatan, sebanyak 16 (17,98%) responden bekerja pada bidang pengadaan dan mutasi dan sebanyak 20 (22,47%) responden bekerja pada bidang PU. Pembagian pegawai dalam bidang kerjanya masing-masing tersebut bertujuan agar para pegawai dapat bekerja secara optimal sesuai tugas dan fungsinya.

5. Identitas Responden Menurut Golongan

Untuk mengetahui identitas responden menurut golongan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Identitas Responden Menurut Golongan

No Golongan Jumlah Pegawai

(44)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 5 (5,62%) responden adalah PNS Golongan IV/a, sebanyak 12 (13,48%) responden adalah PNS Golongan III/d, sebanyak 15 (16,85%) responden adalah PNS Golongan III/c, sebanyak 34 (38,20%) responden adalah PNS Golongan III/b, sebanyak 12 (13,48%) responden adalah PNS Golongan III/a, sebanyak 6 (6,74%) responden adalah PNS Golongan II/d dan sebanyak 5 (5,62%) responden adalah PNS Golongan II/c. Dengan demikian maka sebagian besar responden adalah PNS Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara Golongan III/b.

B. Disiplin Kerja Pegawai

Disiplin pegawai adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan atau peraturan kedinasan yang bila tidak ditaati/dilanggar maka akan dijatuhi hukuman disiplin. Deskripsi mengenai disiplin kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara adalah sebagai berikut:

1. Datang ke Kantor Sesuai Dengan Jadwal

(45)

a. Pegawai Datang Ke Kantor Sesuai dengan Jadwal yang Telah Ditentukan Untuk mengetahui bahwa pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Pegawai Datang Ke Kantor Sesuai dengan Jadwal yang Telah Ditentukan

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 55 (61.80%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sebanyak 27 (30.34%) menyatakan setuju bahwa pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sebanyak 7 (7.87%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai datang ke kantor sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai berupaya menaati jadwal masuk kerja yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

b. Pegawai Pulang Dari Kantor Sesuai dengan Jam Pulang PNS yang Telah Ditetapkan

(46)

Tabel 11. Pegawai Pulang Dari Kantor Sesuai dengan Jam Pulang PNS yang Telah Ditetapkan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 59 66,29

Setuju 20 22,47

Cukup Setuju 10 11,24

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 59 (66.29%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan. Sebanyak 20 (22.47%) menyatakan setuju bahwa pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan. Sebanyak 10 (11.24%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai pulang dari kantor sesuai dengan jam pulang PNS yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai berupaya menaati jadwal pulang kerja yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

c. Jika Tidak Masuk Bekerja Maka Pegawai Menyampaikan Izin Secara Resmi Kepada Atasan di Kantor

(47)

Tabel 12. Jika Tidak Masuk Bekerja Maka Pegawai Menyampaikan Izin Secara Resmi Kepada Atasan di Kantor

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 53 59,55

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 9 10,11

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 53 (59.55%) menyatakan sangat setuju bahwa jika tidak masuk bekerja maka pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor. Sebanyak 27 (30.34%) menyatakan setuju bahwa jika tidak masuk bekerja maka pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor. Sebanyak 9 (10.11%) responden menyatakan cukup setuju bahwa jika tidak masuk bekerja maka pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai menyampaikan izin secara resmi kepada atasan di kantor jika tidak masuk bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki etika kerja yang baik, yaitu mengajukan izin secara resmi jika tidak masuk bekerja pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

2. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu

(48)

a. Pegawai Mampu Mengerjakan Tugas Sesuai dengan Waktu yang Telah Ditetapkan

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Pegawai Mampu Mengerjakan Tugas Sesuai dengan Waktu yang Telah Ditetapkan

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 53 (59.55%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Sebanyak 28 (31.46%) menyatakan setuju bahwa pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Sebanyak 8 (8.99%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai mampu mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai mampu bekerja secara optimal sesuai dengan batasan waktu penyelesaian pekerjaan yang telah ditetapkan.

b. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Waktu yang Telah Ditetapkan

(49)

Tabel 14. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Waktu yang Telah Ditetapkan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 54 60,67

Setuju 25 28,09

Cukup Setuju 10 11,24

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 54 (60.67%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Sebanyak 25 (28.09%) menyatakan setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Sebanyak 10 (11.24%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai mampu bekerja secara optimal sesuai dengan batasan waktu penyelesaian pekerjaan yang telah ditetapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara

c. Pegawai Menyerahkan Tugas/Pekerjaan yang Diberikan sebelum atasan memintanya

(50)

Tabel 15. Pegawai Menyerahkan Tugas/Pekerjaan yang Diberikan sebelum atasan memintanya

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 58 65,17

Setuju 22 24,72

Cukup Setuju 9 10,11

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 58 (65.17%) menyatakan sangat setuju bahwa menyerahkan pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya. Sebanyak 22 (24.72%) menyatakan setuju bahwa pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya. Sebanyak 9 (10.11%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai menyerahkan tugas/pekerjaan yang diberikan sebelum atasan memintanya. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki tanggungjawab yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka oleh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

3. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran

(51)

a. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Sasaran yang Telah Ditetapkan

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Sasaran yang Telah Ditetapkan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 57 64,04

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 5 5,62

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(52)

b. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Uraian Tugas Pada Jabatannya

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan uraian tugas pada jabatannya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Sesuai dengan Uraian Tugas Pada Jabatannya

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 54 60,67

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 8 8,99

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(53)

c. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Tugas Sesuai dengan Sasaran Baik Secara Pribadi Maupun Kelompok

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas tugas sesuai dengan sasaran baik secara pribadi maupun kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Tugas Sesuai dengan Sasaran Baik Secara Pribadi Maupun Kelompok

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 54 60,67

Setuju 26 29,21

Cukup Setuju 9 10,11

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(54)

4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh kemampuan pegawai memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok.

a. Pegawai Mampu Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat dengan Baik

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Pegawai Mampu Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat dengan Baik

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(55)

mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai mampu mewujudkan diri sebagai abdi masyarakat yang memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat.

b. Pegawai Selalu Berusaha untuk Mengutamakan Kepentingan Masyarakat di Atas Kepentingan Pribadi

Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 20. Pegawai Selalu Berusaha untuk Mengutamakan Kepentingan Masyarakat di Atas Kepentingan Pribadi

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 53 59,55

Setuju 26 29,21

Cukup Setuju 10 11,24

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(56)

pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki pemahaman dan kemampuan yang baik dalam mewujudkan diri sebagai aparatur pemerintahan yang mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan.

c. Pegawai Selalu Berusaha untuk Mengutamakan Kepentingan Masyarakat di Atas Kepentingan Kelompok

Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 21. Pegawai Selalu Berusaha untuk Mengutamakan Kepentingan Masyarakat di Atas Kepentingan Kelompok

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 59 66,29

Setuju 24 26,97

Cukup Setuju 6 6,74

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(57)

berusaha untuk mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai memiliki kemampuan untuk mendahulukan kepentingan bersama dalam mencapai tujuan organisasi.

5. Menaati tata tertib kantor dan aturan dinas

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal, selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal dan jika terbukti melakukan kesalahan/pelanggaran maka Pegawai bersedia untuk menerima sanksi sesuai ketentuan.

a. Pegawai Selalu Berusaha Menaati Tata Tertib Kantor dengan Optimal

Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 22. Pegawai Selalu Berusaha Menaati Tata Tertib Kantor dengan Optimal

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 53 59,55

Setuju 28 31,46

Cukup Setuju 8 8,99

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(58)

pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai selalu berusaha menaati tata tertib kantor dengan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai berupaya maksimal dalam mematuhi peraturan kerja yang telah ditetapkan pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Utara.

b. Pegawai Selalu Berusaha Menaati Aturan Kedinasan dengan Optimal

Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu berusaha menaati aturan kedinasan dengan optimal, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23. Pegawai Selalu Berusaha Menaati Aturan Kedinasan dengan Optimal

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(59)

c. Jika Terbukti Melakukan Kesalahan/Pelanggaran Maka Pegawai Bersedia untuk Menerima Sanksi Sesuai Ketentuan

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa jika terbukti melakukan kesalahan/pelanggaran maka pegawai bersedia untuk menerima sanksi sesuai ketentuan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 24. Jika Terbukti Melakukan Kesalahan/Pelanggaran Maka Pegawai Bersedia untuk Menerima Sanksi Sesuai Ketentuan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 56 62,92

Setuju 24 26,97

Cukup Setuju 9 10,11

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(60)

6. Menggunakan peralatan kantor dengan baik

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh pegawai selalu menggunakan peralatan kantor dengan baik, menggunakan peralatan kantor hanya untuk kepentingan pekerjaan di kantor (tidak untuk kepentingan pribadi) dan menggunakan peralatan kantor dengan penuh tanggung jawab.

a. Pegawai Selalu Menggunakan Peralatan Kantor dengan Baik

Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu menggunakan peralatan kantor dengan baik, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 25. Pegawai Selalu Menggunakan Peralatan Kantor dengan Baik

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 57 64,04

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 5 5,62

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(61)

b. Pegawai Menggunakan Peralatan Kantor Hanya untuk Kepentingan Pekerjaan di Kantor (Tidak Untuk Kepentingan Pribadi)

Untuk mengetahui bahwa pegawai menggunakan peralatan kantor hanya untuk kepentingan pekerjaan di kantor (tidak untuk kepentingan pribadi), dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 26. Pegawai Menggunakan Peralatan Kantor Hanya untuk Kepentingan Pekerjaan di Kantor (Tidak Untuk Kepentingan Pribadi)

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(62)

c. Pegawai Menggunakan Peralatan Kantor dengan Penuh Tanggung jawab

Untuk mengetahui bahwa pegawai menggunakan peralatan kantor dengan penuh tanggung jawab, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 27. Pegawai Menggunakan Peralatan Kantor dengan Penuh Tanggung jawab

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 59 66,29

Setuju 23 25,84

Cukup Setuju 7 7,87

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 59 (66.29%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai menggunakan peralatan kantor dengan penuh tanggung jawab. Sebanyak 23 (25.84%) menyatakan setuju bahwa pegawai menggunakan peralatan kantor dengan penuh tanggung jawab. Sebanyak 7 (7.87%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai menggunakan peralatan kantor dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai menggunakan peralatan kantor dengan penuh tanggung jawab. Hal ini menunjukkan adanya tanggung jawab pegawai yang tinggi dalam memelihara dan memanfaatkan peralatan kantor sebagai sarana penunjang pelaksnaaan kerja.

7. Memelihara barang-barang milik negara

(63)

negara (inventaris) kepada orang lain atau keluarga dan jika terjadi kerusakan barang-barang milik negara maka Pegawai bersedia menggantinya.

a. Pegawai Selalu Memelihara Barang-Barang Milik Negara dengan Baik

Untuk mengetahui bahwa pegawai selalu memelihara barang-barang milik negara dengan baik, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 28. Pegawai Selalu Memelihara Barang-Barang Milik Negara dengan Baik

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 58 65,17

Setuju 26 29,21

Cukup Setuju 5 5,62

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(64)

b. Pegawai Tidak Meminjamkan Barang-Barang Milik Negara (Inventaris) Kepada Orang Lain Atau Keluarga

Untuk mengetahui bahwa pegawai tidak meminjamkan barang-barang milik negara (inventaris) kepada orang lain atau keluarga, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 29. Pegawai Tidak Meminjamkan Barang-Barang Milik Negara (Inventaris) Kepada Orang Lain Atau Keluarga

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 56 62,92

Setuju 24 26,97

Cukup Setuju 9 10,11

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(65)

c. Jika Terjadi Kerusakan Barang-Barang Milik Negara Maka Pegawai Bersedia Menggantinya

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa jika terjadi kerusakan barang-barang milik negara maka pegawai bersedia menggantinya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 30. Jika Terjadi Kerusakan Barang-Barang Milik Negara Maka Pegawai Bersedia Menggantinya

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(66)

8. Melayani masyarakat dengan ramah

Disiplin pegawai pada aspek ini ditunjukkan oleh kemampuan pegawai melayani masyarakat dengan ramah, melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat. a. Pegawai Mampu Melayani Masyarakat dengan Ramah

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam melayani masyarakat dengan ramah, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 31. Pegawai Mampu Melayani Masyarakat dengan Ramah

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 59 66,29

Setuju 27 30,34

Cukup Setuju 3 3,37

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(67)

b. Pegawai Mampu Melayani Masyarakat dengan Sungguh-Sungguh

Untuk mengetahui kemampuan pegawai dalam melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 32. Pegawai Mampu Melayani Masyarakat dengan Sungguh-Sungguh

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 59 66,29

Setuju 22 24,72

Cukup Setuju 8 8,99

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 59 (66.29%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai mampu melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh. Sebanyak 22 (24.72%) menyatakan setuju bahwa pegawai mampu melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh. Sebanyak 8 (8.99%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai mampu melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai mampu melayani masyarakat dengan sungguh-sungguh. Pelayanan pada masyarakat dengan sungguh-sungguh ini menunjukkan bahwa pegawai mampu memberikan keteladan dalam bekerja sehingga akan mampu menciptakan citra instansi yang baik di mata masyarakat yang mendapat pelayanan.

c. Pegawai Selalu Berusaha Untuk Memberikan Pelayanan yang Dapat Memuaskan Masyarakat

(68)

Tabel 33. Pegawai Selalu Berusaha Untuk Memberikan Pelayanan yang

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 89 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 89 responden: sebanyak 52 (58.43%) menyatakan sangat setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat. Sebanyak 29 (32.58%) menyatakan setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat. Sebanyak 8 (8.99%) responden menyatakan cukup setuju bahwa pegawai selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat. Dengan demikian maka sebagian besar pegawai selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat. Kepuasan masyarakat ini merupakan tujuan dari pelayanan, sebab masyarakat yang puas akan memberikan penghargaan kepada pegawai dan instansi yang memberikan pelayanan pada masyarakat.

9. Menciptakan dan Memelihara Suasana Kerja Yang Baik dengan Atasan

Gambar

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
tabel berikut:
Tabel 3.Jumlah Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

diangkat dalam penelitian ini adalah : Efektivitas Badan Kepegawaian Daerah dalam Penempatan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya disiplin kerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang ditandai dengan fluktuasi

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui gambaran yang jelas terkait besaran pengaruh iklim kerja organisasi terhadap disiplin kerja pegawai di Badan Kepegawaian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Komunikasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota

Pengaruh pemberian penghargaan terhadap disiplin kerja pegawai di Badan Kepegawaian Pengembangan Aparatur Daerah Provinsi Gorontalo memberikan pengaruh yang sangat

Kendala yang dihadapi oleh seorang Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Malang dalam Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Kurangnya profesionalisme

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan, maka disimpulkan bahwa besarnya pengaruh motivasi secara parsial terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian dan Diklat

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan, maka disimpulkan bahwa besarnya pengaruh motivasi secara parsial terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian dan Diklat