• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA TINGKAT PENDIDIKAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK (PRTA) DI KELURAHAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA TINGKAT PENDIDIKAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK (PRTA) DI KELURAHAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA TINGKAT PENDIDIKAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK (PRTA) DI KELURAHAN NEGERI

BESAR KABUPATEN WAY KANAN Oleh

ELY ERMAWATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak dalam mendapatkan pendidikan sehingga menyebabkan anak terpaksa memilih bekerja di sektor informal yaitu pekerja rumah tangga. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal yaitu kemauan untuk sekolah dan persepsi anak mengenai pendidikan, kemudian faktor eksternal terdiri dari faktor kemiskinan dan faktor lingkungan. Penelitian ini di kelurahan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian survei, dengan teknik pengumpulan data berupa data primer yang dilakukan melalui kuesioner dan data sekunder untuk menunjang penelitian. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor internal bukanlah faktor yang menjadi penyebab informan untuk mendapatkan pendidikan. Dan yang menjadi faktor utama sebagai penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak, terdapat pada faktor eksternal yaitu (1) faktor kemiskinan yang terkait pada mata pencaharian orangtua sebagai petani dan buruh bangunan sehingga penghasilan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan hidup, (2) faktor lingkungan budaya dimana masyarakat sekitar masih percaya terhadap budaya patriarkhi sehingga mendiskriminasikan keberadaan perempuan pada dunia pendidikan dan (3) faktor lingkungan fisik seperti jauhnya jarak tempuh antara sekolah dengan rumah serta minimnya sarana transportasi sehingga anak membutuhkan pengorbanan yang banyak untuk mencapai kesekolah seperti kelelahan, keletihan dan keselamatan.

(2)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA TINGKAT

PENDIDIKAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK (PRTA) DI

KELURAHAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

ELY ERMAWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosiologi

pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)

DAFTAR BAGAN

(5)

DAFTAR ISI

A. Konsep Pekrja Rumah Tangga Anak ...14

B. Konsep Pendidikan Dan Tingkat pendidikan ...19

C. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan Pekerja Rumah Tangga Anak...25

D. Kerangka Pemikiran ...41

III. METODE PENELITIAN ...44

A. Tipe Penelitian………...44

(6)

C. Penentuan Responden...46

D. Lokasi Penelitian………47

E. Teknik Pengumpulan Data………. 47

F. Teknik Pengolahan Data ...49

G. Teknik Analisis Data ...50

IV. GAMBARAN UMUM ...52

A. Sejarah Kelurahan Negeri Besar………. 52

B. Keadaan Umum Kelurahan Negeri Besar ...53

C. Keadaan Penduduk Kelurahan Negeri Besar ...54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...59

A. Identitas Responden ...59

B. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan Pekerja Rumah Tangga Anak...62

1..Faktor Internal Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan Pekerja Rumah Tangga Anak ...62

2..Faktor Internal Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan Pekerja Rumah Tangga Anak ...68

VI. SIMPULAN DAN SARAN ...75

A. Simpulan………...75

B. Saran……….76

DAFTAR PUSTAKA ...77

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Dan Penduduk Usia Sekolah Provinsi Lampung

Tahun 2008-2009 ... 4

Tabel 2. Jumlah Putus Sekolah AtauDroup OutTingkat SD Dan SLTP Provinsi Lampung Tahun 2008-2009 ... 5

Tabel 3. HasilInternational Labour Organization(ILO) Jumlah PRT Di Sumatera ... 9

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kelurahan Negeri Besar Tahun 2008-2009... 10

Tabel 5. Hasil Observasi PKPA (2008) Jumlah PRTA di Negeri Besar ... 11

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kelurahan Negeri Besar Menurut Jenis Kelamin... 53

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang Di Anut Tahun 2011 ... 54

Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2011... 55

Tabel 9. Jumlah Penduduk Kelurahan Negeri Besar Berdasarkan Mata Pencaharian... 55

Tabel 10. Jumlah Sarana dan Prasarana Di Kelurahan Negeri Besar Tahun 2011 ... 56

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia... 59

Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 60

Tabel 14. Distribusi Kemauan Untuk Sekolah Pekerja Rumah Tangga Anak Di Kelurahan Negeri Besar ... 62

Tabel 15. Distribusi Persepsi Mengenai Pendidikan Pekerja Rumah Tangga Anak Di Kelurahan Negeri Besar ... 65

Tabel 16. Deskripsi Pekerjaan Orangtua Responden Di Kelurahan Negeri Besar ... 69

Tabel 17. Deskripsi Pendapatan Orangtua Responden Di Kelurahan Negeri Besar ... 70

Tabel 18. Deskripsi Jumlah Anggota Keluarga Responden Di Kelurahan Negeri Besar ... 71

(8)

DAFTAR BAGAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Dan Penduduk Usia Sekolah Provinsi Lampung

Tahun 2008-2009 ... 4

Tabel 2. Jumlah Putus Sekolah AtauDroup OutTingkat SD Dan SLTP Provinsi Lampung Tahun 2008-2009 ... 5

Tabel 3. HasilInternational Labour Organization(ILO) Jumlah PRT Di Sumatera ... 9

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kelurahan Negeri Besar Tahun 2008-2009... 10

Tabel 5. Hasil Observasi PKPA (2008) Jumlah PRTA di Negeri Besar ... 11

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kelurahan Negeri Besar Menurut Jenis Kelamin... 53

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang Di Anut Tahun 2011 ... 54

Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2011... 55

Tabel 9. Jumlah Penduduk Kelurahan Negeri Besar Berdasarkan Mata Pencaharian... 55

Tabel 10. Jumlah Sarana dan Prasarana Di Kelurahan Negeri Besar Tahun 2011 ... 56

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia ... 59

Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 60

Tabel 14. Distribusi Kemauan Untuk Sekolah Pekerja Rumah Tangga Anak Di Kelurahan Negeri Besar ... 62

Tabel 15. Distribusi Persepsi Mengenai Pendidikan Pekerja Rumah Tangga Anak Di Kelurahan Negeri Besar ... 65

Tabel 16. Deskripsi Pekerjaan Orangtua Responden Di Kelurahan Negeri Besar ... 69

Tabel 17. Deskripsi Pendapatan Orangtua Responden Di Kelurahan Negeri Besar ... 70

Tabel 18. Deskripsi Jumlah Anggota Keluarga Responden Di Kelurahan Negeri Besar ... 71

(10)

I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor internal yang terdiri dari kemauan atau minat anak untuk sekolah dan persepsi anak mengenai pendidikan merupakan faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan karena setiap responden memiliki kemauan yang sangat renda untuk bersekolah begitupun mengenai persepsi positif terhadap pendidikan, dimana mereka menilai bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia terutama dalam hal mendapatkan pekerjaan.

Adapun yang menjadi faktor utama penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak adalah:

1. Faktor kemiskinan, kondisi ini terkait pada jenis mata pencaharian orangtua responden yang berprofesi sebagai petani dan buruh bangunan serta banyaknya jumlah angota keluarga. Hal ini menyebabkan besarnya pengeluaran keluarga tiap bulannya lebih besar dibandingkan pendapatan sehingga keluarga lebih mendahulukan mencukupikebutuhan primer dibandingkan kebutuhan anak akan pendidikan.

(11)

pada lingkungan domestik saja seperti memasak, mencuci dan mengurusi anak dan suami.

3. Faktor lingkungan fisik, yaitu masih minimnya sarana transportasi di lingkungan daerah tempat tinggal informan padahal jarak tempuh antara bangunan sekolah dengan rumah cukup jauh sehingga membutuhkan pengorbanan yang lebih seperti perhitungan biaya transportasi, keselamatan dan keletihan.

B. Saran

Berdasarkan dari simpulan yang dipaparkan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi referensi pemikiran terkait dengan rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak:

1. Keluarga sebagai salah satu unit terpenting dalam kehidupan anak harusnya mampu menjalankan fungsi ekonominya dengan baik. Harapannya kebutuhan anak akan pendidikan dapat terpenuhi.

2. Pemerintah sebagai lembaga yang berwenang terutama dinas pendidikan nasional hendaknya lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia sehingga mampu mengubah pola pikir masyarakat terhadap budaya patriakhi.

(12)
(13)
(14)

Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan Pekerja Rumah Tangga Anaka (PRTA) Di Kelurahan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan

A. Identitas Responden

B. Faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak (PRTA)

d. Lain-lain (TK, tidak bersekolah sama sekali, putus sekolah)

10. Apakah saudara/i merasa pendidikan yang rendah itu atas faktor-faktor apa saja? a. Kemauan untuk sekolah rendah

b. Sekolah itu tidak ada guna

(15)

11. Bagaimana persepsi pendidikan menurut anda? a. Baik

b. Cukup baik c. Kurang baik d. Tidak tahu

(2) Faktor Eksternal

12. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab rendahnya tingkat pendidikan a. Kemalasan

b. Kemiskinan c. Orang tua d. Lain-lain

13. Apakah faktor lingkungan yang menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan?

a. Ya b. Tidak

c. Mungkin saja d. Tidak tahu

14. Mata pencaharian orangtua anda apa? a. Petani

(16)

15. Berapakah pendapatan orangtua anda dalam sehari? a. 10.00020.000

b. 30.00040.000 c. 50.00060.000 d. 70.000 keatas

16. Berapakah jumlah anggota keluarga anda? a. 2-5

(17)

I. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian survei, merupakan penelitian yang tidak memberikan perlakuan apapun kepada responden, hanya mengumpulkan data menggunakan instrumen yang telah dibakukan, seperti angket, tes dan lain sebagainya.

Penelitian survei, secara umum dibagi menjadi 2 pula, yaitu :

1. Survei murni, adalah proses penelitian yang mengambil data dari responden tanpa memberikan perlakuan dan variabel yang diteliti masih dapat diubah (berubah seiring perlakuan yang dialami selanjutnya), serta data yang dihasilkan merupakan data dengan tipe rasio/interval dan diambil dengan menggunakan angket.

2. Survei Ex Post Facto, adalah proses penelitian tanpa memberikan perlakuan, akan tetapi variabel yang diteliti biasanya merupakan "karunia" dan tidak bisa (sangat sulit) diubah/direkayasa dan data yang dihasilkan merupakan data dengan tipe nominal/ordinal yang diambil menggunakan form isian.

(18)

untuk mengatur atau menguasai situasi. Jadi perubahan dalam variabel adalah hasil dari peristiwa yang terjadi dengan sendirinya.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian survei, fokus penelitian sangatlah penting untuk membatasi masalah-masalah yang akan diteliti agar tidak melimpah ruah walaupun sifatnya masih sementara dan masih terus berkembang sewaktu penelitian.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Licoln dan Duba dalam Iskandar (2008:195) bahwa masalah penelitian survei perlu dibatasi melalui fokus penelitian karena : suatu penelitian tidak dimulai dari suatu yang vakum atau kosong tetapi berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya masalah, penetapan fokus penelitian dapat membatasi apa yang ingin diteliti karena fenomena-fenomena yang terjadi bersifat holistik, fokus penelitian berfungsi untuk memenuhi kriteria suatu responden yang diperoleh di lapangan, fokus penelitian masih bersifat tentative atau sementara.

Adapun yang menjadi faktor penelitian dalam penelitian ini antara lain:

Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan PRTA

a. Faktor Internal

• Kemauan untuk sekolah

• Persepsi mengenai pendidikan b. Faktor Eksternal

(19)

• Lingkungan (lingkungan budaya dan lingkungan fisik)

C. Penentuan Responden

Menurut Suharsimi Arikunto (Manajemen Penelitian) Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.

Responden dalam kamus bahasa Indonesia adalah yang dituntut; juru jawab; perhatian jadi responden penelitian dapat di defenisikan yaitu Responden penelitian adalah seseorang (karena lazimnya berupa orang) yang diminta untuk memberikan respon (jawaban) terhadap pertanyaan-pertanyaan (langsung atau tidak langsung, lisan atau tertulis ataupun berupa perbuatan) yang diajukan oleh peneliti.

Dalam hal penelitian dilakukan dengan menggunakan tes, maka “responden” penelitian ini menjadi “testee” (yang dites). Responden penelitian bisa subjek penelitian, bisa orang lain.

Responden dari kata asal ”respon” atau penanggap, yaitu orang yang menanggapi. Dalam penelitian, responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket, atau lisan, ketika menjawab wawancara

(20)

pekerja rumah tangga anak (PRTA) di Kelurahan Negeri Besar. Yang berjumlah 64 orang.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menurut Iskandar (2008:219) adalah situasi dan kondisi lingkungan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Moeleong (2000:86) menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantive dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

Adapun alasan peneliti memilih desa Negeri Besar Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan sebagai lokasi penelitian dikarenakan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu pada wilayah tersebut terdapat pekerja rumah tangga sesuai kriteria penentuan responden pekerja rumah tangga yang berusia di bawah 18 tahun yang pernah mengikuti pendidikan dan terpaksa putus sekolah.

E. Tehnik Pengumpulan Data

(21)

1. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, prilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

Dengan menggunakan kuesioner, analisis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawncara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.

Penggunaan kuesioner tepat bila :

1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan

2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.

3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.

4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.

2. Studi dokumentasi

(22)

untuk mengambil gambar informan dan rekaman kaset saat melakukan wawancara dengan Kasi Kesetaraan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.

F. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang akan digunakan dalam melakukan pengolahan data adalah :

1. Editing

Apabila para pencari data (pewawancara ataupun pengobservasi) telah memperoleh data-data, maka berkas-berkas catatan informasi akan diserahkan kepada pengolah data. Kewajiban pengolah data yang pertama adalah meneliti catatan para pencari data itu untuk mengetahui apakah catatan-catatan itu sudah cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Aktivitas ini dikenal dengan proses editing.

Lazimnya editing dilakukan terhadap kuesioner-kuesioner yang disusun terstruktur, dan yang pengisiannya melalui wawancara formal. Para editor bertugas mengorek isinya kembali. Dengan cara ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kebaikan data yang hendak diolah dan dianalisis. Dalam editing ini, yang dikoreksi kembali adalah meliputi hal-hal : (1) lengkapnya pengisian kuesioner; (2) keterbacaan tulisan atau catatan petugas pengumpul data, (3) kejelasan makna jawaban; (4) keajegan dan atau kesesuaian jawaban satu dengan yang lainnya; (5) relevansi jawaban; dan (6) keseragaman satuan data.

2. Koding

(23)

menurut kriteria atau macam yang ditetapkan.3Klasifikasi itu dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban itu dengan tanda kode tertentu, lazimnya dalam bentuk angka. Di sini setiap macam jawaban (atau secara teknisnya disebut “setiap kategori jawaban”) mempunyai angka kode tersendiri. Dengan demikian, membubuhkan kode pada suatu jawaban tertentu (ialah “melakukan Koding”) pada dasarnya berarti menetapkan kategori mana yang sebenarnya tepat bagi sesuatu jawaban tertentu itu.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono dalam Iskandar (2008:221), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi dengan cara mengotanisasikan data ke sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

(24)

ditarik dan diverivikasi (Miles dan Huberman, 1992:15). Setelah mengklasifikasikan data atas dasar tema kemudian peneliti melakukan abstraksi data kasar tersebut menjadi uraian singkat.

2. Tahap Penyajian Data (Display)

Menurut Miles dan Huberman (1992:14) data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam terhadap masyarakat dikumpulkan untuk diambil kesimpulan sehingga bisa dijadikan dalam bentuk narasi deskriptif. Menurut Iskandar (2008:223), dalam penyajian data, peneliti harus mampu menyusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti, untuk itu peneliti harus tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan (Verivikasi)

Pengambilan kesimpulan juga merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan display dat sehingga data dapat disimpulkan dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan (Iskandar, 2008:223).

(25)
(26)

MOTTO

Kegagalan merupakan awal dari keberhasilan.

()

Aktivitas adalah jembatan yang menghubungkan antara apa yang anda inginkan terjadi dengan keinginan yang belum terjadi. Bangunlah jembatan

di atas pondasi pengetahuan dan pengalaman, agar anda mampu menciptakan keputusan yang bermanfaat. Pengalaman tanpa pengetahuan adalah sesat, sementara pengetauan tanpa pengalaman adalah rusak. Yang

diperoleh dengan cara yang tidak baik tidak akan bisa dinikmati dengan baik, karena ia akan bisa dinikmati dengan baik, karena ia akan lepas dari

tangan kita dengan cara sama mudahnya seperti tatkala diperoleh.

_Thomas Hendy_

(27)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk individu, sosial dan religius sehingga dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Dengan demikian, dalam ruang pembangunan manusia dianggap sebagai objek atau sasaran pembangunan.

Sebagai sasaran pembangunan, manusia harus mampu memanfaatkan, mengembangkan, menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi guna mewujudkan pembangunan kearah yang lebih maju. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif.

Melalui pendidikan seseorang diberikan pengetahuan agar dapat memahami gejala-gejala yang terjadi dan juga diberikan keahlian yang berguna untuk kemajuan manusia. Selain itu, pendidikan juga diarahkan untuk mengarahkan, mendidik, mengembangkan dan menggali potensi dari calon-calon dari generasi penerus bangsa sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan dapat berkembang sesuai tuntutan zaman.

(28)

“pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan yang telah berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang”.

Dari uraian di atas, pendidikan merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan manusia. Untuk itu, selain keluarga dan masyarakat, pemerintah juga dituntut berperan aktif dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang cerdas, yang nantinya akan berguna bagi pembangunan pada masa yang akan datang sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.

Di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah mengusahakan pelayanan pendidikan secara merata bagi warga masyarakat Indonesia baik itu melalui jenjang pendidikan formal dan non formal.

Pelayanan pemerintah mengenai pendidikan secara merata pada jenjang pendidikan formal terlihat dari upaya pemerintah dalam merumuskan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar, yang menetapkan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun yang diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar dan 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

(29)

INPRES), program bantuan beasiswa, bantuan operasional sekolah, dan juga pengadaan buku-buku sekolah secara gratis.

Dalam kenyataannya, program pemerintah untuk mensukseskan pendidikan formal di Indonesia belum dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan, karena sampai saat ini fenomena-fenomena anak yang mengalami putus sekolah atau droup out dari tingkat Sekolah Dasar ke tingkat SLTP masih saja ada. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal.

Selain itu, keadaan krisis ekonomi yang melanda Indonesia selama sepuluh tahun belakangan ini juga ikut berperan penting terhadap terpuruknya sosial ekonomi di dalam keluarga terutama pada keluarga yang keadaan ekonominya di bawah standar karena krisis tersebut berdampak pada pemenuhan kebutuhan anak akan pendidikan, baik itu berupa anggaran biaya pendidikan maupun fasilitas-fasilitas pendukung yang menunjang keberhasilan anak dalam melaksanakan pendidikan seperti makanan yang bergizi dan suasana belajar yang kondusif.

Dalam situs http://hizbut-tahrir.or.id,di ungkapkan bahwa “dari aspek pendidikan 1,8 juta anak SD berusia 7-12 tahun dan 4,8 juta anak usia 13-15 tahun tidak bersekolah, dan sebanyak 26 juta anak usia SD putus sekolah, selain itu 16 juta anak diatas usia 10 tahun tergolong buta huruf”.

(30)

kabupaten yang ada di provinsi Lampung, akan dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah penduduk dan penduduk usia sekolah provinsi lampung tahun 2008-2009

1 Bandar Lampung 822.880 98.880 39.120

2 Lampung Selatan 1.089.358 112.076 56.062

3 Lampung Tengah 1.177.967 142.830 70.340

4 Lampung Utara 567.164 80.437 39.131

5 Lampung Barat 383.818 51.415 23.675

6 Tulang Bawang 787.673 110.391 47.607

7 Tanggamus 830.777 109.218 54.347

8 Lampung Timur 947.193 117.768 55.934

9 Metro 134.162 14.602 8.489

10 Way Kanan 364.778 51.403 25.828

11 Pesawaran 285.358 56.472 22.591

Jumlah 7.391.128 945.492 443.124

Sumber:Rangkuman Data Penduduk Usia Sekolah Tahun 2008(RPdd-04) atau data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

(31)

Tabel 2. Jumlah Putus Sekolah atau Droup Out Tingkat SD dan SLTP Provinsi Lampung tahun 2008-2009

No Kabupaten/Kota Putus Sekolah SD Putus Sekolah SLTP

SD MI Jumlah SLTP MTS Jumlah

1 Bandar Lampung 82 18 100 292 5 297

2 Lampung Selatan 273 215 488 354 73 427

3 Lampung Tengah 275 35 310 275 518 793

4 Lampung Utara 38 14 52 156 169 325

5 Lampung Barat 190 17 207 154 57 211

6 Tulang Bawang 932 42 974 309 126 435

7 Tanggamus 212 75 287 213 26 239

8 Lampung Timur 263 109 372 389 197 586

9 Metro 5 5 10 26 3 29

10 Way Kanan 290 39 329 52 87 139

11 Pesawaran 185 34 219 22 16 38

Jumlah 2.745 603 3.348 2.242 1.277 3.519

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Berdasarkan kedua tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 11 Kabupaten yang ada di Provinsi Lampung, jumlah penduduk usia sekolah antara usia 7-12 tahun yang harus mengalami droup out sebesar 3.348 jiwa atau 0,4% dan pada usia 13-15 tahun sebesar 3.519 atau 0,8% dari jumlah penduduk usia sekolah pada usia tersebut. Dari persentase tersebut jumlah anak putus sekolah di Provinsi Lampung memang masi cenderung sedikit namun tetap dibutuhkan perhatian yang kompleks dalam menangani permasalahan tersebut.

(32)

informal, dengan menyelenggarakan program kesetaraan paket A (setara dengan Sekolah Dasar), paket B (setara dengan SLTP), dan paket C (setara dengan SLTA). Program kesetaraan merupakan langkah yang sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan dan program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dimana penyelenggaraan program ini ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah besncana, dan derah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memmadai bahkan juga bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dan calon TKI.

Meskipun pemerintah telah memberikan jalan keluar dengan diadakannya program kesetaraan, permasalahan muncul dari sikap orangtua yang kurang memiliki kesadaran untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah padahal mereka merupakan pihak yang paling bertanggungjawab atas perkembangan anak baik fisik maupun psikis.

(33)

Bagi keluarga yang ekonominya di bawah standar, ketika mereka memiliki uang maka mereka akan lebih mendahulukan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dibandingkan harus menyekolahkan anaknya karena dalam implementasinya, meskipun program pemerintah telah memihak bagi keluarga miskin, ternyata pendidikan selalu saja berkaitan dengan uang.

Ketika sosial ekonomi menjadi faktor utama anak tidak memiliki kesempatan dalam memperoleh pendidikan, maka anak dipandang sebagai faktor produksi yang harus berperan aktif untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga dengan cara masuk angkatan kerja, sebagaiman yang diungkapkan Bellamy dalam Ananta (2004:149) bahwa “kekuatan yang paling kuat mendorong anak-anak ke dalam lingkungan pekerjaan yang membahayakan dan melemahkan adalah eksploitasi terhadap kemiskinan”. Dengan adanya faktor ini, mau tidak mau anak terpaksa ikut serta bekerja.

Salah satu kesempatan untuk menambah penghasilan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, modal, keahlian, dan keterampilan yang terbatas adalah bekerja di sektor informal. Pekerjaan ini tidak hanya dilakukan oleh penduduk usia kerja saja melainkan anak-anak di bawah usia kerja yang terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(34)

mudah bagi anak untuk keluar dari kemiskinan. Pekerja anak yang bekerja di sektor rumah tangga disebut pekerja rumah tangga anak (PRTA).

Bekerja sebagai pekerja rumah tangga merupakan jenis pekerjaan yang tidak terlalu mudah untuk dikerjakan pada usia anak karena membutuhkan energi yang cukup untuk mengerjakan kegiatannya. Biasanya pekerjaan sehari-hari yang dilakukan PRTA adalah melakukan pekerjan domestik, seperti mencuci, mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah. Kehadiran pekerja rumah tangga anak biasanya direkrut melalui jalur resmi seperti agen dan yayasan atau melalui jalur informal seperti melalui keluarga, kerabat, tetangga dan lain-lain.

(35)

Tabel 3. Hasil International Labour Organization (ILO) Jumlah PRT di

Sumatera Utara 2.480.267 36.129 1.46 4.202 15.27

Sumatera Barat 949.721 22.911 2.42 9.471 54.29

Riau 1.066.060 37.819 3.55 9.756 33.88

Jambi 553.470 4.040 0.73 692 22.50

Sumatera Selatan 1.516.105 38.416 2.53 14.293 48.87

Bengkulu 321.591 17.559 5.46 9.185 68.70

Lampung 1.518.256 60.491 3.98 16.968 36.86

Bangka Belitung 215.012 783 0.36 0 0.00

Jumlah 8.620.482 218.148 2.56 64.567 35.04

Sumber: Survei ILO IPEC tahun 2003

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Provinsi Lampung termasuk pada urutan pertama di Wilayah Sumatera yang memiliki jumlah pekerja rumah tangga terbanyak, dimana terdapat 60.491 jiwa pekerja rumah tangga usia dewasa dan 16.968 jiwa pekerja rumah tangga usia anak.

(36)

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh human right watch dari 44 pekerja anak di Indonesia yang diwawancarai mengenai kesempatan pendidikan, hanya satu yang diperbolehkan menghadiri sekolah formal oleh majikannya (http://hrw.org/Indonesian/docs/2005/).

Dari uarian ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang menghambat kesempatan pendidikan pekerja rumah tangga anak mengingat Pemerintah telah menyelenggarakan program kesetaraan paket A, paket B, dan paket C yang difokuskan pada masyarakat yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan formal.

Tabel. 4 Jumlah Penduduk Dan Penduduk Usia Sekolah Kelurahan Negeri Besar Tahun 2008-2009

1 Negeri Besar 2335 368 163

2 Tiuh Baru 1942 347 171

3 Kiling-Kiling 1554 352 159

4 Kali Awi 1201 312 184

Jumlah 7.032 1379 677

Sumber: Rangkuman Data Penduduk Usia Sekolah Tahun 2008 Atau Data Dari Kelurahan Negeri Besar

(37)

Tabel. 5 Hasil Observasi PKPA (2008) Jumlah PRTA Di Negeri Besar

2 Tidak Bersekolah 43 10 33 83%

3 Tidak Tamat SD 10 4 6 8%

Jumlah 64 17 47 100%

Sumber: hasil observasi PKPA 2008

Berdasarkan hasil observasi PKPA (2008) dapat disimpulkan bahwa:

1. Adanya anak-anak perempuan dari berbagai Kecamatan Negeri Besar maupun dari luar Kecamtan Negeri Besar seperti dari Lampung Utara, bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak (PRTA) untuk pekerjaan kerumah-tanggaan maupun mengasuh anak.

2. Selama 26 hari observasi, ditemukan 64 orang PRTA dengan variasi umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun.

3. Sebanyak 11 orang (9 persen) masih sekolah dan 43 orang (83 persen) tidak bersekolah, diantaranya 10 (8 persen) orang tidak menamatkan sekolah dasar. 4. Hanya sembilan orang dalam observasi yang ditemukan berasal dari

(38)

Dari fenomena diatas masih banyaknya pekerja rumah tangga anak (PRTA) yang memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Apa saja faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak di kelurahan Negeri Besar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak di kelurahan Negeri Besar .

D. Kegunaan Penelitian

(39)
(40)

Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA TINGKAT PENDIDIKAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK (PRTA) DI KELURAHAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN Nama Mahasiswa : ELY ERMAWATI

No. Pokok Mahasiswa : 0856011010

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

1. KOMISI PEMBIMBING

Drs. Suwarno, M.H

NIP. 19650616 199103 1 003

2. KETUA JURUSAN SOSIOLOGI

Drs. Susetyo, M.Si

(41)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Suwarno, M.H ...

Penguji Utama : Drs. Pairulsyah, M.H ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002

(42)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku panjatkan kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam ku curahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW atas segala rahmat, nikmat dan berkah-Nya kepadaku dan keluargaku hingga saat ini kami masih diberi kesehatan, serta kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Segala puji hanya untuk Allah SWT, ku persembahkan skripsi ini kepada :

Sang Pencipta Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga penulis berhasil membuat skripsi ini dengan baik.

Papa dan Mama

Terima kasih untuk Mama dan Papaku tersayang yang telah memberikan aku dukungan, atas kasih sayang, kehidupan yang layak, selalu sabar dan tidak pernah mengatakan lelah untuk memberikan yang terbaik dari kecil hingga saat ini.

Adik-Adikku

(43)
(44)

SANWACANA

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb…..

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan syarat mencapai gelar sarjana Sosiologi. Skripsi ini berjudul “Faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak (PRTA) di Kelurahan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan.”

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan maupun saran dan kritik dari berbagai pihak dan sebagai rasa syukur penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan selaku Dekan FISIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP

Universitas Lampung.

3. Bapak Dra. Anita Damayantie, M.H selaku Sekretariat Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Suwarno, M.H selaku Pembimbing terima kasih atas kesediaan dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini.

(45)

6. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dengan segala ketulusannya.

7. Seluruh staf pengajar dan akademik di Jurusan Sosiologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

8. Dosen terbaik di Sosiologi Bu Erna, Bu Vivit Bartoven, Bu Endry, Bu Paras, Pak Sus, Pak Ikram, Pak Pairulsyah, Pak Syani, Pak Warno, Pak Gunawan, terima kasih jasamu tiada tara.

9. Kedua orang tua Papa dan Mama atas doa dan kasih sayang serta bantuan moril dan materiil yang diberikan kepada penulis.

10. Adik-adikku tersayang Yeni Suparina, Netti Handayani, Renda Fitri Yani, Dian Agustina, Agung Lihin Perwira, Agus Mas Putra atas doa, kasih sayangnya, dukungannya dan kesabarannya menanti kelulusanku.

11. My Husband thank you very much, untuk selalu menyemangatiku, mendoakanku, terima kasih untuk kesabarannya dan kesetiaannya serta tidak berhenti memberikanku kebahagiaan..Amien.

12. Adik kostan ku Linda terima kasih atas semua kebaikanmu, semoga yang kuasa membalasnya. Jaga MIRU ya dan jangan nangis melulu malu tau dengan umur. Sabar aja semuanya pasti ada jalan keluarnya. Semangat ya dalam memimpin genk Kriwil-kriwil.

(46)

14. Teman-teman Sos Reguler’07 Geng D’vertida terima kasih untuk kebersamaan dan bantuannya.

15. Guru SMANSA Negeri Besar Bu Syahroni, Bu Rahma, Bu Anita, Bu Riyanti, Pak Iskandar, Pak Supri semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih jasamu tiada tara.

16. Sahabat ku tersayang Nur Hayati, Teman-teman SMANSA Negeri Besar kls XII IPS 1 Yurnida, Wina, semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

17. Terima kasih kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat kepada kalian semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini basih terdapat kekurangan, namun Penulis berharap semoga skripsi ini yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb…………..

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis

(47)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi saya asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Megister/Sarjana/Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Pembahas.

3. Dalam karya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini. Maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Fabruari 2012 Yang Membuat Pernyataan

(48)
(49)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pekerja Rumah Tangga Anak

Anak merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai bentuk kehidupan tersendiri yang berbeda dengan kehidupan orang dewasa. Mereka membutuhkan perlindungan serta terpenuhinya hak-hak dasar anak yang sudah seharusnya mereka dapatkan.

Hak dasar anak atas anak yang paling utama adalah:

1. Hak pangan dan hak sandang, mulai dari bayi mendapatkan ASI dan mendapatkan makanan yang memiliki kandungan gizi minimal tiga kali sehari serta mendapatkan pakaian yang sopan dan pantas.

2. Hak untuk mendapatkan tempat tinggal. Dengan adanya tempat tinggal, anak dapat terlindungi keselamatannya dari bahaya yang akan mengancam dirinya. 3. Hak mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap anak berhak mendapatkan

prioritas dalam pelayanan kesehatan dan memperoleh standar pelayanan medis berupa imunisasi untuk mencegah dan rehabilitasi untuk pengobatan atau penyembuhan.

(50)

5. Hak untuk bermain, bersosialisasi, dan berkretifitas. Setiap anak berhak bermain, dan menikmati leisure time-nya karena dengan hal itu tidak hanya menyenangkan anak tetapi juga mengembangkan sosialisasi, kreativitas, dan potensinya.

6. Hak untuk berpartisipasi. Setiap anak berhak untuk memilih hal-hal yang disukainya dan aktivitas yang akan dilakukannya.

(http://www.menegpp.go.id)

Selain itu juga UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menekankan bahwa anak memiliki hak-hak, yaitu:

1. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial (pasal 9:1).

2. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul, bermain, berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri (pasal 11).

3. Selama dalam pengasuhan orangtua, wali atau pihak lain maupun yang bertanggungjawab atas perlakuan diskriminasi, ekploitasi, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya (pasal 12).

4. Hak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi (pasal 16:1).

(51)

keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum (pasal 17:1).

Dari penjelasan akan hak-hak dasar anak, dapat dinyatakan bahwa dalam mengawali masa kehidupan anak, sudah seharusnya kehidupan mereka dilindungi oleh hak-hak dasar tersebut supaya mereka tidak diperlakukan secara sewenang-wenang oleh orang dewasa.

Anak-anak harus diberi kesempatan untuk memandang dunia dengan mata berbinar, dengan keceriaan, hidup aman dan tentram di bawah perlindungan dipupuk daya kreatifitasnya, dikembangkan daya imajinasinya dan dibimbing membangun masa depannya.

Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak terjadi suatu fakta bahwa masa kecil dan bahkan masa depan mereka yang sudah seharusnya menjadi hak mereka, terenggut karena pihak-pihak tertentu atau karena kondisi lingkungannya. Masa kecil mereka pada akhirnya harus diisi dengan berkerja, dimana seharusnya masa kecil dipakai untuk bermain bukan untuk bekerja. Salah satu jenis pekerjaan yang biasanya digeluti anak adalah bekerja sebagai pekerja rumah tangga.

(52)

diartikan sebagai orang yang termasuk anggota keluarga yang bekerja pada seseorang atau beberapa orang dalam rumah tangga untuk melakukan pekerjaan kerumahtanggaan dengan memperoleh upah.

Berdasarkan definisi diatas, dapat digambarkan bahwa terdapat 4 elemen pokok yang terdapat dalam pengertian pekerja rumah tangga yaitu (1) orang yang bekerja, dalam hal ini adalah PRT, (2) orang yang memperkerjakan atau yang kemudian disebut sebagai majikan, (3) melakukan pekerjaan kerumahtanggaan, (4) mendapatkan upah.

Sedangkan Pengertian Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA) yang dikutip langsung Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Tahun 2006 (http://209.85.175.132/search?q=cache), adalah bentuk pekerjaan di rumah tangga yang dilakukan oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun yang melakukan pekerjaan rumah tangga bagi orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan gaji. Biasanya mereka direkrut melalui Jalur Informal (seperti melalui agen atau calo-calo dengan menawarkan pekerjaan di desa-desa).

Begitupun dalam situs http://www.lbh.apik.or.id, mendefinisikan pekerja rumah tangga anak yaitu setiap laki-laki dan perempuan yang umurnya di bawah 18 tahun masih disebut anak atau belum dewasa dan bekerja di dalam wilayah rumah tangga tertentu dengan imbalan upah atau bentuk lainnya.

Dari kedua definisi diatas terdapat kesamaan bahwa usia anak yang di maksud dalam pekerja rumah tangga anak adalah untuk mendapatkan upah atau gaji.

(53)

diselenggarakan oleh komnas perempuan pada tahun 2002, menyebutkan bahwa pembantu yaitu orang yang bekerja di rumah tangga untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga seperti mencuci, mengasuh anak, memasak dan membersihkan rumah.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1990:79), pembantu merupakan orang yang membantu bekerja; penolong. Dengan kata lain mereka bekerja di lingkungan rumah tangga seseorang yang membutuhkan mereka atau lebih dikenal dengan majikan yaitu orang yang memberikan pekerjaan.

Selanjutnya, Bellamy dalam Ananta (2004:104), mengungkapkan bahwa pekerja rumah tangga anak adalah salah satu bagian dari jenis pekerjaan anak dimana pekerjaan tersebut banyak terdapat di daerah perkotaan dan merupakan jenis pekerjaan yang sulit untuk dideteksi.

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pekerjaan rumah tangga anak adalah seorang anak yang usianya di bawah 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan kegiatan pekerjaan rumah tangga (seperti mencuci, memasak, mengasuh anak, dan membersihkan rumah) dengan tujuan mendapatkan penghasilan berupa upah atau gaji.

(54)

1. Definisi Pendidikan

Secara sederhana pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Seiring dengan perkembangannya, Hasbullah (1999:1) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi dewasa. Maksudnya, dengan pendidikan dapat menjadikan seseorang agar mampu bertanggungjawab terhadap diri sendiri secara biologis, psikologis dan sosiologis.

Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (1999:4), juga mendefinisikan pendidikan sebagai suatu tuntutan di dalam hidup tumbuh kembangnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yang menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

(55)

lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar intelektual emosional dan kemauan dari manusia

Menurut M.J Langeveld , Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak dan merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1991, Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

Menurut Wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

(56)

Selanjutnya dalam Undan-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan diartikan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Proses pendidikan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan dan dilaksanakan dengan upaya menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian bangsa serta mencapai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan baik dalam bidang ekonomi, sosial politik dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selanjutnya menurut H. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991), lembaga pendidikan dibagi dalam tiga kelompok:

1. Pendidikan formal, yaitu lembaga yang diadakan di sekolah/tempat tertentu secara teratur dan sistematis, mempunyai jenjang dan dalam ukuran waktu tertentu serta berlangsung mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT), berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan. Pada umumnya lembaga formal ialah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan dan yang paling mudah membina generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat.

2. Pendidikan non formal atau lembaga pendidikan luar sekolah (PLS), ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib dan berencana di luar sekolah.

(57)

Dari beberapa definisi diatas, terdapat perbedaan secara redaksional namun memiliki kesamaan unsur di dalamnya yaitu adanya proses bimbingan dan tuntunan terhadap anak atau peserta didik agar dapat berguna bagi dirinya sendiri atau lingkungannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak atau peserta didik secara aktif mengembangkan potensis dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas maka dalam penelitian ini, penelitian lebih memfokuskan pada pendidikan formal karena pendidikan formal mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Pendidikan juga menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dalam menghadapi perubahan di lingkungan sekitarnya terutama di lingkungan kerja.

(58)

Dengan adanya pendidikan yang rendah maka mereka akan tetap berada pada status yang sama dan meskipun sudah bekerja hanya mampu menghasilkan gaji yang kecil.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan

yang dikembangkan.

Menurut Hasbullah (2005) tingkat pendidikan terdiri atas:

1. Pendidikan Dasar, terdiri dari: Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dan SMP/ MTs.

2. Pendidikan Menengah, terdiri dari: SMA/ MA dan SMK/ MAK

3. Pendidikan Tinggi, terdiri dari: Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas.

Menurut Tirtarahardja (2005), tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5).

(59)

kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah.

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan ketrampilan dasar. Disamping itu, juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Terdiri dari Sekolah Dasar (SD), MTS.

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. Terdiri dari pendidikan mengengah umum, kejuruan, luar biasa, kedinasan dan keagamaan.

3) Pendidikan Tinggi

(60)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu tahap pendiidkan yang berkelanjutan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik. Tingkat pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas tingkat pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dan SMP/ MTs, pendidikan menengah yaitu SMA/ MA dan SMK/ MAK, dan pendidikan tinggi yaitu Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas.

C. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan Pekerja Rumah Tangga Anak

Faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pekerja rumah tangga anak dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Menurut Mar’at (1982), faktor internal adalah hasil dari penerimaan persepsi dan keputusan tindakan yang akan dilakukan oleh manusia yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, sehingga keputusan tindakan itu berdasarkan pemahaman pribadinya mengenai suatu hal. Faktor internal dalam penelitian ini mencakup kemauan untuk sekolah, persepsi mengenai pendidikan.

(61)

kemauan merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia. Dengan kemauan, manusia dapat berusaha aktif untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan untuk hidupnya.

“Dalam buku Psikologi Umum karya Abu Ahmadi tahun 1998”, kemauan

diartikan sebagai dorongan dari dalam yang sadar, berdasar pertimbangan pikir dan perasaan serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan yang terarah pada tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidup pribadinya.

Selain itu, kemauan dapat dilihat dari (1) dorongan dari dalam yang dimiliki oleh manusia karena kemauan merupakan dorongan yang disadari dan dipertimbangkan, (2) kemauan mendorong timbulnya gerak aktivitas kearah tercapainya suatu tujuan, (3) kemauan didasarkan atas berbagai pertimbangan baik pertimbangan akal maupunpertimbangan perasaan, (4) kemauan juga didasarkan atas pertimbangan seluruh pribadi yang dapat memberikan pertimbangan pengaruh, (5) kemauan mendorong seseorang bersifat aktif atau giat untuk melakukan aktivitas agar tujuan tercapai. Jadi kemauan merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang timbul dari pertimbangan perasaan dan pikiran sehingga membentuk suatu aktivitas agar dapat tercapainya suatu tujuan.

(62)

berusaha meskipun dengan cara bekerja agar mereka dapat membiayai pendidikan tersebut.

Sedangkan tidak adanya kemauan dalam diri anak dapat menghambat mereka untuk mendapatkan kesempatan pendidikan seperti bersekolah. Untuk mengisi keseharian mereka biasanya dengan bekerja dan bila seseorang anak yang telah bekerja dan merasa sudah mampu untuk menghasilkan uang meskipun hasilnya sedikit dikarenakan keterbatasan pendidikan, memiliki kecenderungan tidak memiliki kemauan untuk bersekolah. Karena dengan bekerja mereka akan mendapatkan penghasilan yang dapat berguna untuk membiayai hidupnya sendiri bahkan membantu perekonomian orangtuanya.

b. Persepsi Mengenai Pendidikan

Menurut Mar’at (1982:22) sebagaimana yang dikutip Umi Salamah (2004:7)

dalam skripsi “Persepsi Nasabah terhadap Asuransi Jiwa” menafsirkan bahwa

persepsi merupakan pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisinya, persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman, proses belajar cakrawala, dan pengetahuan.

Selanjutnya, Jack Plano dalam Mar’at (1982:148) mengatakan bahwa persepsi

(63)

Menurut Maar’at ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

1. Pengetahuan, yaitu kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera yang berbeda sekali dengan kepercayaan, tahayul dan penerangan-penerangan yang keliru.

2. Pengalaman, suatu keadaan atau aktivitas yang pernah dilewati dalam hidupnya yang jadi pengalaman, pelajaran serta dapat mempengaruhi hidupnya.

3. Cakrawala, merupakan pandangan yang memiliki wawasan mengenai objek.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa persepsi adalah pandangan yang merupakan penafsiran atas suatu objek tertentu yang timbul sebagai sebagai akibat dari adanya proses seseorang untuk mengetahui suatu objek melalui panca inderanya yang dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman dan cakrawala berpikir seseorang.

Bila ditinjau dalam penelitian ini, maka persepsi tentang pendidikan dapat diartikan sebagai pandangan seseorang (PRTA) terhadap pendidikan yang dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman dan cakrawala berpikir sehingga akan mempengaruhi sikap seseorang untuk menerima (melaksanakan pendidikan dengan cara sekolah) atau menolak (tidak bersekolah).

(64)

Hal ini Menurut Krech dkk, karena setiap individu dalam menghayati atau mengamati sesuatu obyek sesuai dengan berbagai faktor yang determinan yang berkaitan dengan individu tersebut. Ada empat faktor determinan yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu yaitu, lingkungan fisik dan sosial, struktural jasmaniah,kebutuhan dan tujuan hidup, pengalaman masa lampau.

Menurut Desideranto dalam Psikologi Komunikasi Jalaluddin Rahmat(2003 : 16) persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yangdilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu.

Menurut Muhyadi (1991:233) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses stimulus dari lingkungannya dan kemudian mengorganisasikan serta menafsirkan atau suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikankesan atau ungkapan indranya agar memilih makna dalam konteks lingkungannya.

Menurut Sarwono (1993:238) mengartikan persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk menilai keangkuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat-pendapat dan kemampuan orang lain.

(65)

Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa persepi adalah kecakapan untuk melihat, memahami kemudian menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menghasilkan penafsiran. Selain itupersepsi merupakan pengalaman terdahulu yang sering muncul dan menjadi suatukebiasaan.

Hal tersebut dibarengi adanya pernyataan populer bahwa “manusia adalah korban

kebiasaan“ karena 90 % dari pengalaman sensoris merupakan halyang sehari-hari

dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan pada pengalaman terdahulu yang diulang-ulang. Sehingga mempersepsi situasi sekarang tidak lepas dari adanya stimulus terdahulu.

Berbagai batasan tentang persepsi di atas, dapat dijelaskan bahwa persepsi adalah sebagai proses mental pada individu dalam usahanya mengenal sesuatuyang meliputi aktifitas mengolah suatu stimulus yang ditangkap indera dari suatuobyek, sehingga didapat pengertian dan pemahaman tentang stimulus tersebut.Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri individu disaat ia menerima stimulus dari lingkungannnya. (http://www.scribd.com/doc/34329974/7/Pengertian-Persepsi)

2. Faktor Eksternal

(66)

a. Kemiskinan

Definisi kemiskinan telah banyak dikemukakan oleh pakar dan lembaga yang terkait dengan permasalahan kemiskinan. Specker (1993) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup (1) kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal, (2) gangguan dan tingginya risiko kesehatan, (3) risiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan lingkungannya, (4) kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak, dan (5) kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan sosial, ketersisihan dalam proses politik, dan kualitas pendidik yang rendah.

Konferensi Dunia untuk Pembangunan Sosial telah mendefinisikan kemiskinan sebagai berikut: Kemiskinan memiliki wujud yang majemuk, termasuk rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya, kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; serta diskriminasi dan keterasingan sosial. Kemiskinan juga dicirikan oleh rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dalam kehidupan sipil, sosial dan budaya.

(67)

menghadapi perubahan politik dan ekonomi), tiadanya keberlanjutan sumber kehidupan, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, dan adanya perampasan relatif (relative deprivation).

Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan; ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif; ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan.

(68)

(1986) mengartikan kemiskinan ekonomi sebagai keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk mempertahankan kehidupan yang layak. Fenomena kemiskinan umumnya dikaitkan dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.

Menurut Basri (1995) bahwa kemiskinan pada dasarnya mengacu pada keadaan serba kekurangan dalam pemenuhan sejumlah kebutuhan, seperti sandang, pangan, papan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, dan lain sebagainya. Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di daerah perkotaan. (http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2177548-konsep-dan-definisi-kemiskinan/#ixzz1k3u61gY1)

Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987:97), mendefinisikan kemiskinan menjadi dua bagian yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif dinyatakan dengan berapa persen dari pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya.

(69)

Hal ini diperkuat oleh Bank Dunia dan Prayitno dan Arsyad (1987:36) bahwa aspek dari kemiskinan yaitu pendapatan yang rendah, kekurangan gizi, keadaan kesehatan yang buruk dan pendidikan yang rendah.

Selain itu, menurut Sanjoygo (1987:98), kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat berdasar atas kebutuhan berasdan kebutuhan gizi.

Dengan kata lain seseorang yang tidak mampu mencukupi hidupnya untuk makan dan kandungan gizi yang diperlukan tidak mencukupi, maka mereka termasuk pada golongan orang miskin.

Dari beberapa definisi di atas,dapat dinyatakan bahwa kemiskinan adalah seseorang yang penghasilan dari pekerjaan yang digelutinya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan akan gizi, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan tempat tinggal.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Prayitno dan Arsyad, ciri-ciri dari kemiskinan adalah (1) mereka tidak memiliki faktor produksi sendiri meskipun ada hanya sedikit. (2) pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi. (3) tingkat pendidikan pada umumnya rendah. (4) tidak mempunyai keterampilan.

(70)

Sebagaimana pada keluarga pekerja rumah tangga anak, sebagian pada diri orangtua hanya mampu mengirimkan anaknya untuk menyelesaikan pendidikan pada taraf Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sedangkan untuk melanjutkan pendidikan ke taraf yang lebih tinggi, mereka memiliki keterbatasan ekonomi.

Kebanyakan juga dari keluarga miskin, meskipun mereka memiliki uang, mereka lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan primer dibandingkan dengan mengirimkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan sekolah.

Ananta (2004:153) mengemukakan bahwa kemiskinan merupakan faktor penyebab utama anak kehilangan akan kesempatan pendidikan sehingga orangtua lebih memilih mengirimkan anaknya untuk bekerja sebagai pengganti sekolah. Jadi faktor kemiskinan sangat mempengaruhi seorang anak terhambat untuk mendapatkan kesempatan pendidikan dan memberikan peluang bagi anak untuk terjun ke dunia kerja.

b. Lingkungan

Menurut Bintarto (1989:65), mendefinisikan lingkungan atauenvironment sebagai sesuatu disekitar kita baik berupa benda maupun nonbenda yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi sikap dan tindakan manusia.

(71)

dari faktor-faktor non genetik yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi pohon. Ini mencakup hal yang sangat luas, seperti tanah, kelembaban, cuaca, pengaruh hama dan penyakit, dan kadang-kadang intervensi manusia.

Kepentingan atau pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap masyakat tumbuhan berbeda-beda pada saat yang berlainan. Suatu faktor atau beberapa faktor dikatakan penting apabila pada suatu waktu tertentu faktor atau faktor-faktor itu sangat mempengaruhi hidup dan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, karena dapat pada taraf minimal, maximal atau optimal, menurut batas-batas toleransi dari tumbuh-tumbuhan atau masyarakat masing-masing.

Lingkungan terbagi 2 yaitu Biotik dan Abiotik dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tetumbuhan, dan mikroba.

2. Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan energi.

Berdasarkan segi trofik atau nutrisi, maka komponen biotik dalam ekosistem terdiri atas dua jenis sebagai berikut.

(72)

golongan autotrof dan pnda umumnya adalah golongan tetumbuhan. Pada komponen nutrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis Imhan anorganik menjadi bahan organik kompleks.

2. Komponen heterotrofik (heterotrofhic). Kata heterotrof berasal dari kata hetero artinya berbeda atau lain, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen heterotrofik, yaitu organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain. Jadi, komponen heterotrofit memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik, kemudian sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana dengan demikian, binatang, jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik.

Prof Dr. Ir. Otto Soemarwoto, Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.

S.J Mcnaughton & Larry L. Wolf, Lingkungan hidup adalah semua faktor ekstrenal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengarui kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme

Michael Allaby, Lingkungan hidup diartikan sebagai: the physical, chemical and biotic condition surrounding and organism.

(73)

terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

Sri Hayati, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahluk hidup. termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Jonny Purba, Lingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai.

Bintarto juga mengemukakan bahwa lingkungan terdiri dari:

1. Lingkungan nonfisik, yaitu sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. 2. Lingkungan fisik, yaitu air, tanah, iklim, vegetasi, dan sebagainya.

Sedangkan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan atau yang lebih dikenal dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Berdasarkan pengertian di atas, maka lingkungan adalah suatu kesatuan ruang yang terdiri komponen biotik (terdiri dari makhluk hidup) dan komponen abiotik (terdiri dari benda-benda mati) yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi kelangsungan hidup atau tindakan manusia atau makhluk hidup lainnya.

Gambar

Tabel 1. Jumlah penduduk dan penduduk usia sekolah provinsi lampungtahun 2008-2009
Tabel 2. Jumlah Putus Sekolah atau Droup Out Tingkat SD dan SLTPProvinsi Lampung tahun 2008-2009
Tabel 3. Hasil International Labour Organization (ILO) Jumlah PRT di
Tabel. 4 Jumlah Penduduk Dan Penduduk Usia Sekolah Kelurahan NegeriBesar Tahun 2008-2009
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan: (1) Faktor penyebab seseorang melakukan tindak pidana persetubuhan terhadap anak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor intelegensi terhadap anak putus sekolah, pengaruh faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah, pengaruh

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor penyebab anak putus sekolah pada tingkat SMA, dengan titik kajiannya pada pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan disebabkan oleh kurangnya minat

Dari paparan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mendukung peran wanita dalam pendididikan agama Islam anak adalah lingkungan masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat mahasiswa berinvestasi di pasar

Berdasarkan hasil analisis maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa: Faktor- faktor internal yang mempengaruhi minat mahasiswa menjadi guru pada program studi Pendidikan Ekonomi

Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa: Menurunya minat anak dalam belajar al-qur’an pada usia 7-12 tahun di TPQ