• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

di RSUP. Haji Adam Malik Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Nurul Ma’nun

102500098

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat

dan Rahmat-Nya yang telah memberi nikmat kesehatan, kekuatan, keterbukaan

hati dan fikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri di RSUP. Haji Adam Malik

Medan yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

program studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

mandapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNs. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNs selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNs. selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Ikram, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

memberi bimbingan, petunjuk, masukan serta nasehat mulai dari awal

sampai akhir Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Asrizal, S.Kep, Ns, WOC (ET) N, RN selaku dosen penguji yang

telah memberikan bimbingan, petunjuk, masukan serta nasehat dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh staf dosen Keperawatan DIII Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak memberikan ilmu dan masukan kepada penulis selama mengikuti

(4)

9. Terlebih dahulu penulis mengucapkan terima kasih yang paling dalam dan

penghargaan dengan setulus hati dan cinta kasih kepada kedua orang tua

tercinta. Ayahanda Supriyono dan Ibunda Hamidah yang telah bersusah

payah melahirkan dan membesarkan serta mendidik penulis dalam do’a,

materi, kasih sayang dan kesabaran sehingga penulis dapat menjadi orang

yang berguna nantinya, Insyaallah.

10. Saudara-saudaraku, Adikku Fajar Arighi dan Dinda Aulia, abangda Asbad

Hamdani, serta orang yang penulis sayangi Muhammad Irham Fadillah yang

telah banyak membantu penulis dan meluangkan waktu untuk menemani

penulis serta memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Sahabat-sahabat terbaik Tria Koeswardani, Pertiwi Hartanti Sembiring, Evi

Yuliana, Ulfa Anggraini, Chaera Alhani, yang selalu memberikan do’a dan

banyak memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Seluruh teman-teman mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Sumatera

Utara seperjuangan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna, maka untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat

bagi pembaca dan semua pihak serta bagi penulis khususnya. Semoga Allah

SWT selalu melindungi kita semua. Amin ya Robb al ‘alamin.

Medan, Juli 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4

A. KONSEP DASAR 1. Konsep Dasar Fraktur 1.1 Defenisi Fraktur ... 4

1.2. Klasifikasi fraktur ... 4

1.3. Penyebab Fraktur ... 6

1.4. Faktor yang Mempengaruhi fraktur ... 7

2. Konsep Dasar Nyeri 2.1. Defenisi Nyeri ... 7

2.2. Pengalaman Nyeri ... 7

2.3. Klasifikasi Nyeri ... 9

3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian ... 9

2. Analisa Data ... 16

3. Rumusan Masalah ... 16

4. Perencanaan ... 17

(6)

B. Analisa Data ... 35

C. Masalah Keperawatan ... 36

D. Diagnosa Keperawatan ... 36

E. Perencanaan Keperawatan ... 37

F. Implementasi dan Evaluasi ... 41

BAB III PENUTUP ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut

Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation

menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang

disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and

Sorensen’s Medical Surgical Nursing.

Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas

seseorang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang

dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan

subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal

maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi,

tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri

dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk

beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1999).

Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak

menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari

rasa nyeri itu merupakan suatu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan

diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien dirumah sakit.

Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu

manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Salah satu cara

untuk menurunkan nyeri pada pasien fraktur secara non farmakologi adalah

(8)

tindakan mengatasi nyeri dengan kompres dingin dilakukan dengan cara yang

aman (Potter & Perry, 2005).

Seorang pasien yang sedang dirawat dirumah sakit tidak bisa dipisahkan

dari fenomena nyeri. Tugas dari seorang perawat adalah mengkaji keberadaan

nyeri tersebut, menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan keperawatan

untuk mengatasi nyeri tersebut, melakukan implementasi serta mengevaluasi

dari tindakan yang telah diberikan.

Pasien yang dirawat di Rumah Sakit dengan fraktur humerus

mengeluhkan dirinya mengalami nyeri yang sangat hebat di lokasi tangan

yang patah. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan apa-apa karena nyeri

tersebut. Nyeri tersebut juga sangat mengganggu tidur pasien jika dialami di

malam hari. Pasien nyaris tidak berani bergerak karna takut tangannya sakit.

Untuk perawatan diri dan pemenuhan kebutuhan akan nutrisi pasien dibantu

oleh keluarganya. Nyeri yang dirasakannya sangat membuatnya merasa tidak

nyaman.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menyusun Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Prioritas

Masalah Gangguan Rasa Nyaman Nyeri di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

B.TUJUAN

Tujuan dibuatnya Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Tujuan Umum :

Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan

diagnosa keperawatan nyeri sehingga dapat meningkatkan keterampilan

mahasiswa dalam asuhan keperawatan pada nyeri.

2. Tujuan Khusus :

a. Mampu memahami defenisi nyeri.

b. Mampu memahami klasifikasi nyeri.

c. Mampu memahami penyebab nyeri.

d. Mampu memahami pengkajian pada pasien dengan nyeri.

(9)

f. Mampu memahami intervensi yang dilakukan pada pasien dengan

nyeri.

g. Mampu melakukan implementasi kepada pasien dengan masalah

nyeri.

h. Mampu melakukan evaluasi terhadap pasien yang telah ditangani.

C.MANFAAT

Adapun manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Memberi informasi tentang Asuhan Keperawatan pada pasien fraktur,

khususnya Fraktur Humerus, untuk meningkatkan kualitas Pendidikan

Keperawatan.

2. Bagi Praktik Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi praktik keperawatan untuk

mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien dengan diagnosa Fraktur

Humerus, khususnya pada manajemen nyeri.

(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri.

1. Konsep Fraktur

1.1. Defenisi Fraktur.

Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut

Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan

bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan

eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s

Medical Surgical Nursing. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang

lebih besar dari yang dapat diabsorbsi.

1.2. Klasifikasi Fraktur

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang

praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

a. Berdasarkan sifat fraktur.

1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa

komplikasi.

2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan

antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.

(11)

2). Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

seperti:

a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan

kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks

lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme

trauma.

1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan

merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap

sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi.

4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi

otot pada insersinya pada tulang.

d. Berdasarkan jumlah garis patah.

1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada

tulang yang sama.

e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua

(12)

2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga

disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

a) Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu

dan overlapping).

b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

f. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

g. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis

tulang.

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan

jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak

sekitarnya.

b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan

subkutan.

c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian

dalam dan pembengkakan.

d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan

ancaman sindroma kompartement.

1.3. Penyebab fraktur.

1) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintang atau miring.

2) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh

dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

(13)

3) Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, dan penarikan.

(Oswari E, 1993)

1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

1) Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung

terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2) Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan

untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,

kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang. ( Ignatavicius, Donna D, 1995 )

2. Konsep Dasar Nyeri

2.1 Defenisi Nyeri

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan

hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi

perasaan tersebut (Long, 1996). Secara umum, nyeri dapat didefenisikan sebagai

perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992).

2.2. Pengalaman Nyeri

Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni :

1. Arti nyeri bagi individu.

Nyeri memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang, juga untuk orang

yang sama di saat yang berbeda. Umumnya, manusia memandang nyeri sebagai

pengalaman yang negatif, walaupun nyeri juga mempunyai aspek positif.

(14)

komplikasi (mis. Infeksi), memerlukan penyembuhan, menyebabkan

ketidakmampuan, merupakan hukuman akibat dosa, merupakan sesuatu yang

harus ditoleransi. Faktor yang mempengaruhi makna nyeri bagi individu antara

lain usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, pengalaman

nyeri sekarang dan masa lalu.

2. Persepsi Nyeri.

Pada dasarnya, nyeri merupakan salah satu bentuk refleks guna menghindar

rangsangan dari luar tubuh, atau melindungi tubuh dari segala bentuk bahaya.

Akan tetapi, jika nyeri itu terlalu berat atau berlangsung lama dapay berakibat

tidak baik bagi tubuh, dan hal ini akan menyebabkan penderita menjadi tidak

tenang dan putus asa. Bila nyeri cenderung tidak tertahankan, penderita bisa

sampai melakukan bunuh diri. (Setyanegara, 1978).

3. Toleransi Terhadap Nyeri.

Toleransi terhadap nyeri terkait intensitas nyeri yang membuat seseorang

sanggup menahan nyeri sebelum mencapai pertolongan. Tingkat toleransi yang

tinggi berarti bahwa individu mampu menahan nyeri yang berat sebelum ia

mencari pertolongan. Meskipun setiap orang memiliki pola penahanan nyeri

yang relatif stabil, namun tingkat toleransi berbeda tergantung pada situasi yang

ada. Toleransi terhadap nyeri tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

kelelahan, atau sedikit perubahan sikap.

4. Reaksi Terhadap Nyeri.

Setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap nyeri. Ada orang yang

menanggapinya dengan perasaan takut, gelisah, dan cemas, ada pula yang

(15)

2.3 Klasifikasi Nyeri.

Secara umum, bentuk nyeri terbagi 2:

1. Nyeri akut.

Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 6 bulan. Awitan gejala

mendadak, dan biasanya penyebab dan lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri

akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang

keduanya meningkatkan persepsi nyeri.

2. Nyeri Kronis.

Nyeri ini berlangsung lebih dari 6 bulan. Sumber nyeri bisa diketahui

atau tidak. Nyeri cendrung hilang timbul dan biasanya tidak dapat

disembuhkan.

3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan. 1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang

masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap

ini. Tahap ini terbagi atas:

a. Pengumpulan Data

1) Anamnesa

a) Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,

status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.

register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.

Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk

(16)

(1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi

faktor presipitasi nyeri.

(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,

bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa

sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

pada malam hari atau siang hari.

(Ignatavicius, Donna D, 1995)

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap

klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga

nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang

terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan Penyakit-penyakit paget’s yang

menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain

itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya

osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses

(17)

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,

osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang

yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).

f) Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya

dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun

dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya

kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan

untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga

meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa

mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau

tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan

sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk

membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi

klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan

mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama

kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan

faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain

(18)

(3) Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola

eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi,

warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola

eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada

kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna,

1991)

(4) Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga

hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,

pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,

kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos.

Marilynn E, 1999).

(5) Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk

kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak

dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas

klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan

beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

(6) Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

(7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan

(19)

melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang

salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).

(8) Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian

distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu

juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul

rasa nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).

(9) Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan

hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan

gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status

perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

10) Pola Penanggulangan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu

ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme

koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D,

1995).

11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah

dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan

karena nyeri dan keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, Donna D, 1995).

2) Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk

mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu

(20)

spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih

mendalam.

a) Gambaran Umum

Perlu menyebutkan:

(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:

(a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis

tergantung pada keadaan klien.

(b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan

pada kasus fraktur biasanya akut.

(c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi

maupun bentuk.

(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

(a) Sistem Integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,

oedema, nyeri tekan.

(b) Kepala

Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada

penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

(c) Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek

menelan ada.

(d) Muka

Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi

maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

(e) Mata

Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak

(21)

(f) Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau

nyeri tekan.

(g) Hidung

Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

(h) Mulut dan Faring

Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut

tidak pucat.

(i) Thoraks

Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

(j) Paru :

(1) Inspeksi

Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat

penyakit klien yang berhubungan dengan paru.

(2) Palpasi

Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

(3) Perkusi

Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

(4) Auskultasi

Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya

seperti stridor dan ronchi.

(k) Jantung

(1) Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung.

(2) Palpasi: Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

(3) Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

(l) Abdomen

(1) Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

(2) Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

(3) Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

(4) Auskultasi : Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.

(m) Inguinal-Genetalia-Anus

(22)

2. Analisa Data.

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian

dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk

mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif yaitu data yang

di dapat dari pasien langsung, dan data objektif yaitu data yang didapat dari

observasi perawat langsung kepada pasien, dan kemudian ditentukan masalah

keperawatan yang timbul.

3. Rumusan Masalah.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan fraktur

adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen

tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan,

ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status

metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat

luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat

jaringan nekrotik.

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,

kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan

kekuatan/tahanan.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi

tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi

pembedahan.

6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah

(23)

4. Perencanaan.

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang di

laksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnose keperawatan yang

telah di tentukan dengan tujuan terpenuhi kebutuhan klien (Zaidin, 2001).

Intervensi keperawatan yang muncul pada pasien dengan fraktur menurut

Doenges et al (1999) meliputi :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan, gerakan fragmen tulang,

edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/imobilisasi, stress ansietas.

a. Tujuan : Nyeri dapat berkurang atau hilang

b. Kriteria hasil :

- Pasien tampak tenang

- Pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang

c. Intervensi

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

Mandiri

Pertahankan immobilisasi bagian

yang sakit dengan tirah baring,

gips, pembebat, atau traksi.

Tinggikan dan dukung ekstremitas

yang terkena.

Hindari penggunaan sprei/bantal

plastik dibawah ekstremitas dalam

gips.

Tinggikan penutup tempat tidur,

pertahankan linen terbuka pada ibu

Menghilangkan nyeri dan mencegah

kesalahan posisi tulang yang cedera.

Meningkatkan aliran balik vena,

menurunkan edema, dan

menurunkan nyeri.

Dapat meningkatkan ketidak

nyamanan karena peningkatan

produksi panas dalam gips yang

kering.

Mempertahankan kehangatan tubuh

(24)

5.

Evaluasi keluhan nyeri/ketidak

nyamanan, perhatikan lokasi dan

karakteristik, termasuk intensitas

(skala 1-10). Perhatikan petunjuk

nyeri non verbal (perubahan pada

tanda vital dan emosi/prilaku)

Dorong pasien untuk

mendiskusikan masalah

sehubungan dengan cedera.

Jelaskan prosedur sebelum

memulai.

Lakukan dan awasi latihan rentang

gerak pasif/aktif.

Berikan alternatif tindakan

kenyamanan, contoh pijatan

punggung, perubahan posisi.

Dorong menggunakan teknik

manajemen stress contoh relaksasi

tekanan selimut pada bagian yang

sakit.

Mempengaruhi pilihan/pengawasan

keaktifan intervensi. Tingkat ansietas

dapat mempengaruhi persepsi/reaksi

terhadap nyeri.

Membantu untuk menghilangkan

ansietas. Pasien dapat merassakan

kebutuhan untuk menghilangkan

pengalaman kecelakaan.

Memungkinkan pasien untuk siap

secara mental untuk aktivitas juga

berpartisipasi dalam mengontrol

tingkat ketidaknyamanan.

Mempertahankan kekuatan/mobilitas

otot yang sakit dan memudahkan

resolusi inflamasi pada jaringan yang

cedera.

Meningkatkan sirkulasi umum;

menurunkan area tekanan lokal dan

kelelahan otot.

Memfokuskan kembali perhatian,

(25)

11

12

13

14

imajinasi visualisasi.

Identifikasi aktifitas terapeutik

yang tepat untuk usia pasien,

kemampuan fisik, dan penampilan

pribadi.

Selidiki adanya keluhan nyeri yang

tak biasa/tiba-tiba dalam, lokasi

progresif/buruk tidak hilang dngan

analgesik.

Kolaborasi

Lakukan kompres dingin es sesuai

kebutuhan

Berikan obat sesuai indikasi.

dalam manajemen nyeri, yang

mungkin menetap untuk periode

lebih lama.

Mencegah kebosanan, menurunkan

tegangan, dan dapat meningkatkan

kemampuan otot; dapat

meningkatkan harga diri dan

kemampuan koping.

Dapat menandakan terjadinya

komplikasi

Menurunkan edema/pembentukan

hematoma, emnurunkan sensasi

nyeri.

Diberikan untuk menurunkan nyeri

dan/atau spasme otot .

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup

mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi

kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.

a. Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

b. Kriteria hasil :

- perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa

(26)

- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

c. Intervensi

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

Rencanakan periode istirahat yang cukup.

Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.

tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.

a. Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. b. Kriteria Hasil :

- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. c. Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.

mengetahui sejauh mana

(27)

3

4

5

6

7

serta jumlah dan tipe cairan luka.

Pantau peningkatan suhu tubuh.

Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.

Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.

Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

luka akan mempermudah intervensi.

suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.

tehnik aseptik membantu

mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.

agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.

balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.

antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. a. Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

b. Kriteria hasil :

- penampilan yang seimbang..

- melakukan pergerakkan dan perpindahan.

- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik:

0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat Bantu

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran

(28)

c. Intervensi

No Intervensi Rasional

1

Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera dan

perhatikan pesepsi pasien terhadap imobilisasi.

Dorong partisipasi pada aktifitas teraupetik/rekreasi. Pertahankan rangsang lingkunan, contoh radio, TV, koran, kunjungan

keluarga/teman dll.

Isntruksikan paien untuk/ bantu pasien dalam rentang gerak

pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit atau tidak sakit.

Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur)

Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas.

Awasi TD dengan melakukn aktifitas. Perhatikan keluhan pusing.

Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.

Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual,

memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan

Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.

Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untu meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena jarang digunakan.

Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, menigkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan kesehatan diri langsung.

Mobilisasi dini menurunkan resiko tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.

Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus (contoh kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai pada posisi tegak.

(29)

8

 

Auskultasi bising usus. Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin.

Tirah baring, penggunaan analgesik, dan perubahan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltik dan menyebabkan konstipasi. Tindakan keperawatan yang memudahkan eliminasi dapat

mencegah/membatasi komplikasi. 

 

5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

a. Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol. b. Kriteria hasil :

- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

c. Intervensi

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

5

Pantau tanda-tanda vital.

Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.

Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.

Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.

mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.

(30)

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

a. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

b. Kriteria Hasil :

- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

c. Intervensi

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.

Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

mengetahui seberapa jauh

pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

(31)

B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. H

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 73 tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Katolik

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jln. Mejid suhada psr VI

Tanggal Masuk RS : 13-06-2013

No. Register : 00.56.28.24

Ruangan/kamar : RB 2 B / III 5

Golongan Darah : O

Tanggal pengkajian : 17/06 - 2013

Tanggal operasi : -

Diagnose Medis : close (R) humerus fx

II. KELUHAN UTAMA :

(32)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :

Klien mengatakan 5 hari yang lalu ia mengalami kecelakaan / terserempet

sepeda motor, dan dirinya terlempar ke kanan dengan posisi jatuh miring

kanan.

2. Hal-hal yang perbaiki keadaan : -

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan :

Pasien merasa nyeri pada daerah lengan kanan atas dengan skala 8 ketika

baru masuk rumah sakit, dan sekarang nyeri yang dirasakan klien berskala 5

dan tangan sulit di gerakkan.

2. Bagaimana dilihat :

Pasien tampak meringis kesakitan.

C. Region

1. Dimana lokasinya :

Lokasi nyeri berada di lengan kanan atas.

2. Apakah menyebar :

Nyeri yang dirasakan tidak menyebar.

D. Severity

Pesien merasa sangat terganggu dalam melakukan aktifitas karena nyeri.

E. Time

Nyeri yang dirasakan bisa datang sewaktu-waktu, terutama jika tangan

yang patah di sentuh, bergerak, terangkat, dll.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang berarti, hanya demam.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Jika pasien demam, pasien hanya membeli obat yang dijual eceran di

(33)

C. Pernah dirawat/dioperasi

Pasien tidak pernah di rawat, atau dioperasi sebelumnya.

D. Lama dirawat -

E. Alergi

pasien tidak ada alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.

F. Imunisasi -

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang Tua

Orang tua pasien sudah lama meninggal dunia.

B. Saudara Kandung

Saudara kandung pasien tidak ada yang pernah sakit serius.

C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak ada penyakit keturunan pada pasien.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Saat ini belum ada anggota keluarga yang meninggal.

F. Penyebab meninggal -

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan penyakitnya sangat mengganggu karena dia tidak bisa

melakukan aktifitas seperti biasa.

B. Konsep Diri :

a. Gambaran diri : Pasien merasa terganggu karena susah bergerak

b. Ideal diri : pasien ingin cepat sembuh dan bisa beraktifitas kembali

c. Harga diri : pasien marasa sedih karena tidak bisa melakukan apa-

(34)

d. Peran diri : Pasien bertugas sebagai ibu rumah tangga

e. Identitas : Pasien adalah seorang istri dan ibu dari 6 anak

C. Keadaan emosi :

Perasaan emosi pasien saat ini cukup stabil

D. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti : orang yang berarti bagi pasien adalah

suami dan anak-anaknya.

b. Hubungan dengan keluarga : hubungan pasien dengan kaluarga

baik-baik saja.

c. Hubungan dengan orang lain : hubungan pasien dengan orang lain

baik-baik saja.

d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada hambatan

dalam berhubungan dengan orang lain.

E. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan penyakitnya akan

disembuhkan Tuhan & pasien menganut agama katolik.

b. Kegiatan ibadah : pasien sering beribadah setiap minggu dan selalu

mengikuti perayaan agama di gereja.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum

Keadaan umum pasien saat ini, pasien terlihat lemah dan kesakitan. Pasien

tidak berani menggerakkan tangannya.

B. Tanda-tanda Vital

a. Suhu Tubuh : 37,8 o c

b. Tekanan Darah : 130 / 80 mm Hg

c. Nadi : 92 x/i

d. Penapasan : 28 x/i

e. Skala nyeri : 5

f. TB : 157 cm

(35)

C. Pemeriksaan Head to toe

1. Kepala dan Rambut

a. Bentuk : bulat dan simetris.

b. Ubun-ubun : tertutup dan tidak ada kelainan

c. Kulit kepala : bersih

2. Rambut

a. Penyebaran dan keadaan rambut : tipis, beruban dan menyebar merata.

b. Bau : tidak berbau

c. Warna kulit : coklat

3. Wajah

a. Warna kulit : coklat

b. Struktur wajah : lonjong

4. Mata

a. Kelengkapan & kesimetrisan : kedua mata lengkap dan keduanya

simetris.

b. Palpebra : Normal dan tidak ada pembengkakkan

c. Konjungtivadan sclera : Konjungtiva tidak anemis, sklera (-)

ikterus

d. Pupil : Isokor, kanan dan kiri

e. Cornea dan iris : Reflex terhadap cahaya (+)

f. Visus : Tidak dilakukan visus mata

g. Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan bola mata

5. Hidung

a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tulang hidung dan posisi

septumnasi normal dan simetris.

b. Lubang hidung : Lubang hidung bersih, simetris dan

normal

(36)

6. Telinga

a. Bentuk telinga : Kedua bentuknya normal dan simetris

b. Ukuran telinga : Normal

c. Lubang telinga : Normal dan bersih

d. Ketajaman pendengaran : Normal & pasien dapat mendengar

dengan baik

7. Mulut dan faring

a. Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab dan simetris

b. Keadaan gusi dan gigi : Gusi berwarna pink dan tidak ada

pembengkakkan

c. Keadaan lidah : sangat dijulurkan, medial dan berwarna pink.

d. Orofaring : normal

8. Leher

a. Posisi trachea : Medial

b. Thyroid : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

c. Suara : Normal, jelas dan tidak serak

d. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

e. Vena jugularis : Normal

f. Denyut nadi karotis : Teraba kuat dan regular

9. Pemeriksaan integument

a. Kebersihan : Kulit pasien bersih

b. Kehangatan : Kulit terasa hangat

c. Warna : coklat

d. Turgor : Turgor kulit kembali < 2 detik

e. Kelembaban : Kulit pasien agak kering

(37)

10. Pemeriksaan payudara dan ketiak

a. Ukuran dan bentuk : Normal dan simetris

b. Warna payudara dan aerola : tidak dilakukan pemeriksaan.

c. Kondisi payudara dan putting : Tidak ada pembengkakkan

d. Produksi ASI : pasien tidak menyusui.

e. Aksilla dan clavicula : Normal, tidak ada pembesaran

kelenjar pada aksila & clavicula

11. Pemeriksaan thoraks/dada

a. Inspeksi thoraks : Bentuk thoraks normal

b. Pernapasan (frekuensi,irama) : Frekuensi pernafasan 28x/I, irama

teratur

12. Tanda kesulitan bernapas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas

13. Pemeriksaan paru

a. Palpasi getaran suara : Normal dan getaran suara teraba

b. Perkusi : Paru-paru kanan resonan dan paru-paru

kiri redup

c. Auskultasi : Suara nafas normal, suara ucapan jelas,

tidak ada suara tambahan.

14. Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : Tidak ada pembengkakkan

b. Palpasi : tidak dilakukan.

c. Perkusi : Dullness

d. Auskultasi : Normal, tidak ada bunyi tambahan, tidak ada

murmur.

15. Pemeriksaan abdomen

a. Inspeksi (bentuk,benjolan) : Simetris, tidak ada benjolan

(38)

c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,benjolan (-),

ascites (-), tidak ada tanda pembengkakkan

d. Perkusi : Dullness

16. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

a. Genitalia : Menurut pengakuan pasien, rambut pubis

(+) & lubang uretra normal

b. Anus dan perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan.

17. Pemeriksaan muskuloskletal/ekstremitas

a. Pain : pasien merasakan nyeri di bagian lengan atas

yang patah dengan skala nyeri 5.

b. Pallor : tidak ditemukan kepucatan pada kulit di area

lengan yang patah, ujung jari tidak cyanosis.

c. Parathesia : pasien mengatakan merasa kesemutan pada

lengan yang dibidai.

d. Paralysis : bagian ekstremitas kanan atas tidak dapat

digerakkan karna mengalami fraktur. Ekstremitas lain berfungsi dengan

baik.

e. Pulseless : nadi 92x /i. Tidak ada kelainan.

f. Poikilothermia : suhu tubuh pasien normal, 37,8°C.

18. Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis)

GCS = 15

E= 4 M= 6 V= 5

Nervus cranial:

N. I (olfaktorius) : pasien memiliki penciuman yang baik.

N. II (optikus) : pasien memiliki penglihatan yang baik

N. III (okulomotorius) : pasien dapat menggerakkan kelopak mata keatas,

(39)

N. IV (trochlearis) : pasien dapat menggerakkan mata ke bawah dan

ke atas.

N. V (trigeminus) : pasien dapat membuka dan menutup mulut, dapat

mengunyah.

N. VI (abducent) : pasien dapat menggerakkan mata ke lateral.

N. VII (facialis) : pasien dapat menggerakkan mulutnya.

N. VIII (vestibulocochlearis) : pasien memiliki pendengaran yang

normal.

N. IX (glosofaringeus) : pasien dapat merasa dengan baik.

N. X (vagus) : refleks menelan pasien baik.

N. XI (accesorius) : pasien dapat mengangkat bahu dengan baik

kecuali bahu kanan.

N. XII (hipoglosus) : pasien dapat menjulurkan lidah.

19. Fungsi motorik

Kekuatan otot ekstremitas kanan atas pasien berskala 1. Sementara

ekstremitas lain berskala 5.

20. Fungsi sensorik

Pasien dapat mengidentifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin dan

getaran

21. Refleks

Seluruh reflex kacuali lengan kanan dapat berkontraksi dengan baik.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

a. Frekuensi makan/hari : 3 kali perhari

b. Nafsu/selera makan : Nafsu makan pasien baik

(40)

d. Alergi : Tidak ada alergi terhadap makanan

tertentu

e. Mual dan muntah : Pasien tidak merasa mual dan muntah

f. Tampak makan memisahkan diri :

-g. Waktu pemberian makan : Pagi 07.00, siang 12.00, malam

19.00 wib

h. Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis makanan seperti

biasa

i. Waktu pemberian cairan/minum : sesuai kebutuhan pasien

j. Masalah makan dan minum : pasien tidak mengalami kesulitan

dalam menelan dan mengunyah

II. Perawatan diri/personal hygiene

a. Kebersihan tubuh : Dibantu oleh anak pasien

b. Kebersihan gigi dan mulut : Oral hygiene di bantu oleh anak pasien

c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : kebersihan kuku kaki dan tangan di

bantu keluarga

III. Pola kegiatan/Aktivitas

a. Seluruh aktifitas pasien dilakukan dengan bantuan keluarga.

b. Aktifitas ibadah pasien berjalan dengan baik. Pasien selalu berdoa kepada

Tuhan.

IV. Pola eliminasi 1. BAB

a. Pola BAB : Pasien BAB 1 x sehari

b. Karakter feses : kuning kecoklatan

c. Riwayat perdarahan :

-d. BAB terakhir : 1 hari yang lalu

e. Diare : Tidak ada diare

(41)

2. BAK

a. Pola BAK : Pasien memakai kateter

b. Karakter urine : kekuningan

c. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada kesulitan BAK

d. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit

ginjal

e. Penggunaan diuretic :Tidak ada.

f. Upaya mengatasi masalah : -

B. ANALISA DATA

No. DATA Masalah Keperawatan

1

2

3

DS:

- Pesien mengatakan tangannya

sangat sakit.

DO:

- Pasien tampak kesakitan

- Skala nyeri 5.

DS:

- Pasien mengatakan tidak

dapat menggerakkan tangan

kanannya.

DO:

- Pasien tampak lemah & takut

menggerakkan tangannya.

- Seluruh kebutuhan pasien

dibantu oleh keluarganya.

DS:

- Pasien bertanya apakah

penyakitnya dapat di

Nyeri

gangguan mobilisasi

(42)

sembuhkan, apakah dirinya

tidak akan cacad

DO:

- Pasien terlihat cemas dan

banyak bertanya tentang

penyakitnya

C. MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri

2. Gangguan mobilisasi

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d terputusnya jaringan tulang d/d pasien mengatakan tangan kanan

atasnya sangat sakit dan wajah pasien yang tampak meringis menahan sakit.

2. Immobilisasi b/d fraktur yang dialami d/d pasien tidak dapat menggerakkan

tangannya yang patah dan pasien mengatakan tidak berani banyak bergerak.

Karna jika bergerak, pasien akan mengalami sakit / nyeri di tangan kanan

atasnya.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi & kebutuhan pengobatan b/d keterbatasan

pengetahuan d/d pasien sering bertanya kepada para medis tntang

pennyakitnya. Apakah bisa disembuhkan atau tidak dan apakah dapat

(43)

E. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL BERDASARKAN MASALAH PRIORITAS (NYERI)

Hari/ Tanggal

No. Dx Perencanaan Keperawatan

Senin/ 17/6/13

1 Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan : nyeri dapat berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

- nyeri berkurang atau hilang.

- klien tampak tenang.

-skala nyeri 1.

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri

1. mempertahankan immobilisasi

bagian yang sakit dengan tirah

baring, gips, pembebat, atau traksi.

2. Tinggikan dan dukung

ekstremitas yang terkena.

3. Hindari penggunaan sprei/bantal

plastik dibawah ekstremitas dalam

gips.

4. Tinggikan penutup tempat tidur,

pertahankan linen terbuka pada ibu

Menghilangkan

nyeri dan mencegah

kesalahan posisi

tulang yang cedera.

Meningkatkan aliran

dalam gips yang

kering.

Mempertahankan

(44)

jari.

5. Evaluasi keluhan nyeri/ketidak

nyamanan, perhatikan lokasi dan

karakteristik, termasuk intensitas

(skala 1-10). Perhatikan petunjuk

nyeri non verbal (perubahan pada

tanda vital dan emosi/prilaku)

6. Dorong pasien untuk

mendiskusikan masalah

sehubungan dengan cedera.

7. Jelaskan prosedur sebelum

memulai.

tanpa

ketidaknyamanan

karena tekanan

selimut pada bagian

yang sakit.

pasien untuk siap

secara mental untuk

aktivitas juga

berpartisipasi dalam

mengontrol tingkat

(45)

8. Lakukan dan awasi latihan

rentang gerak pasif/aktif.

9. Berikan alternatif tindakan

kenyamanan, contoh pijatan

punggung, perubahan posisi.

10. Dorong menggunakan teknik

manajemen stress contoh relaksasi

progresif, latihan nafas dalam,

imajinasi visualisasi.

11. Identifikasi aktifitas terapeutik

yang tepat untuk usia pasien,

kemampuan fisik, dan penampilan

pribadi.

Mempertahankan

kekuatan/mobilitas

otot yang sakit dan

memudahkan

resolusi inflamasi

pada jaringan yang

cedera.

Meningkatkan

sirkulasi umum;

menurunkan area

tekanan lokal dan

kelelahan otot.

Memfokuskan

kembali perhatian,

meningkatkan rasa

kontrol, dan dapat

meningkatkan

kemampuan koping

dalam manajemen

nyeri, yang mungkin

menetap untuk

periode lebih lama.

Mencegah

kebosanan,

menurunkan

tegangan, dan dapat

meningkatkan

kemampuan otot;

(46)

12. Selidiki adanya keluhan nyeri

yang tak biasa/tiba-tiba dalam,

lokasi progresif/buruk tidak hilang

dngan analgesik.

Kolaborasi

13. Lakukan kompres dingin es

sesuai kebutuhan

14. Berikan obat sesuai indikasi.

harga diri dan

kemampuan koping.

Dapat menandakan

terjadinya

komplikasi

Menurunkan

edema/pembentukan

hematoma,

emnurunkan sensasi

nyeri.

Diberikan untuk

menurunkan nyeri

dan/atau spasme otot

(47)

F. PELAKSANAAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)

1. Mengkaji keadaan

umum klien

2. Mengukur vital sign.

3. Mengkaji skala nyeri

yang dialami pasien.

1. Mengkaji keadaan

umum pasien

2.mempertahankan

imobilisasi pasien pada

bagian yang sakit

dengan tirah baring.

3. menganjurkan keluarga

untuk meninggikan

selimut ketika pasien

tidur dan

mepertahankan linen

terbuka pada ibu jari

S : klien mengeluh

S : klien mengatakan

mengerti dan akan

mencoba teknik

relaksasi nyeri

dengan tarik nafas

(48)

Rabu / 19-6-2012

kaki.

4. dorong dan mengajarkan

klien untuk menggu-

Nakan teknik manajemen

stress/nyeri dengan

latihan tarik nafas

dalam.

1. Mengkaji keadaan

umum pasien

2. Mengevaluasi respon

klien terhadap

manajemen nyeri : tarik

nafas dalam.

3. Mengajarkan kepada

klien manajemen nyeri

dengan mengalihkan

perhatian / imajinasi

visualisasi.

4. Membantu mengubah

posisi klien dengan

menyangga bagian

yang sakit dengan

bantal dengan dibantu

keluarga pasien.

5. Meganjurkan keluarga

untuk melakukan

kompres dingin di

bagian yang sakit untuk

meredakan nyeri.

-Skala nyeri : 5

A : masalah teratasi

sebagian

tarik nafas dalam

karena pasien

- klien masih tampak

(49)

Kamis / 20-6-2013

Jum’at / 21

-6-2013

1. Mengevaluasi keadaan

umum pasien

2. Mengevaluasi respon

klien terhadap metode

manajemen nyeri

pengalihan perhatian

3. Evaluasi respon klien

terhadap metode

kompres dingin.

4. Evaluasi keluhan nyeri.

5. Anjurkan keluarga

untuk memberikan

alternatif kenyamanan;

pijatan lembut.

1. Observasi keadaan

umum pasien

2. Berikan pasien posisi

yang nyaman.

3. Evaluasi terhadap

seluruh tindakan

keperawatan yang telah

diberikan.

S : klien mengatakan

kompres dingin

A : masalah teratasi

sebagian

P : intervensi

dilanjutkan.

S : pasien mengatakan

nyerinya sudah

‐ Raut wajah pasien tampak tenang.

(50)

sebagian

P : intervensi

(51)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan

hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan

mengevaluasi perasaan tersebut (Long, 1996). Secara umum, nyeri dapat

didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat

(Priharjo, 1992).

Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni

arti nyeri bagi individu, persepsi nyeri individu, toleransi nyeri, dan

reaksi individu terhadap nyeri.

Secara umum, bentuk nyeri dibedakan atas nyeri akut dan nyeri

kronik yang dapat dibedakan dari lama terjadinya nyeri dan

penyebabnya.

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan

nyeri yang efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif

yang dirasakan secara berbeda-beda pada masing-masing individu, maka

perawat perlu mengkaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti

faktor psikologis, fisiolovis, prilaku, sosial, dan sosiokultural.

B. SARAN

Dalam penatalaksanaan nyeri, hendaklah perawat melakukan

perawatan teraupetik yang benar-benar berfokus pada pasien. Melibatkan

anggota keluarga dalam melakukan perawatan akan sangat

membantu untuk meredakan nyeri yang dialami pasien. Kolaborasi

pemberian analgetik dengan dokter akan sangat membantu dalam upaya

perawatan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi rasa nyeri

pada pasien, perawat harus selalu berusaha untuk mengembangkan

(52)

obat-obatan analgesik. Dengan memahami konsep nyeri secara holistik,

diharapkan perawat mampu mengembangkan strategi-strategi yang dapat

mengatasi nyeri yang dirasakan seorang pasien.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.

E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta Hidayat A. A, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi

Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: salemba Medika. Patriani, Amd. Kep, (2008). Jurnal AsuhanKeperawatan : Askep

Fraktur.

Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Prasetyo, Sigit Nian, (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.

Yogyakarta. Graha Ilmu.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

(54)

LAMPIRAN.

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

No Dx

Hari / tanggal

Pukul Tindakan keperawatan

1 senin /

17-6-4. Mengkaji keadaan umum klien

5. Mengukur vital sign.

6. Mengkaji skala nyeri yang dialami

pasien.

4. evaluasi respon klien

No Dx

Hari / tanggal

Pukul Tindakan Keperawatan

1 Selasa /

18-2. Mengkaji keadaan umum pasien

2.mempertahankan imobilisasi pasien pada

bagian yang sakit dengan tirah baring.

3. menganjurkan keluarga untuk

meninggikan selimut ketika pasien tidur

dan mepertahankan linen terbuka pada

ibu jari kaki.

4. dorong dan mengajarkan klien untuk

menggu-

Nakan teknik manajemen stress/nyeri

dengan latihan tarik nafas dalam.

(55)

No Dx

Hari / Tanggal

pukul Tindakan Keperawatan

1 Rabu /

19-6-2013

20.20

20.30

20.35

20.40

20.45

07.00

6. Mengkaji keadaan umum pasien

7. Mengevaluasi respon klien terhadap

manajemen nyeri : tarik nafas dalam.

8. Mengajarkan kepada klien manajemen

nyeri dengan mengalihkan perhatian /

imajinasi visualisasi.

9. Membantu mengubah posisi klien

dengan menyangga bagian yang sakit

dengan bantal dengan dibantu keluarga

pasien.

10.Meganjurkan keluarga untuk melakukan

kompres dingin di sekitar bagian yang

sakit untuk meredakan nyeri.

6. evaluasi perasaan pasien.

No Dx

Hari / Tanggal

(56)

1 Kamis /

20-6-2013

14.30

14.35

14.40

15.00

15.10

6. Mengevaluasi keadaan umum pasien

7. Mengevaluasi respon klien terhadap

metode manajemen nyeri pengalihan

perhatian

8. Evaluasi respon klien terhadap metode

kompres dingin.

9. Evaluasi keluhan nyeri.

10.Anjurkan keluarga untuk memberikan

alternatif kenyamanan; pijatan lembut.

No Dx

Hari / Tanggal

Pukul Tindakan Keperawatan

Jum’at /

21-6-2013

15.00

15.05

15.20

- Observasi keadaan umum pasien

- Berikan pasien posisi yang nyaman.

- Evaluasi terhadap seluruh tindakan

keperawatan yang telah diberikan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosi pada guru Tk di kecamatan Laweyan memiliki kategorisasi yang dikelompokan dalam

Diet rendah serat atau asupan cairan yang tidak memadai dapat menyebabkan konstipasi, yang dapat berkontribusi untuk menjadi hemoroid dalam dua cara: Hal ini

Effect of month, regrowth age and time of day on sward height and on the vertical distribution of biomass, bulk density, DM and OM contents in a perennial ryegrass sward..

The knowledge base developed for public healthcare using the present approach supports spatial and non-spatial semantic queries enabling public health care system

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SatuanPendidikan

In the light of the decentralised planning process in Kerala, AMCHSS got into a pack with the Athiyannur Block Panchayat in 2004 to support the local body in their

Tujuan mulia untuk menjamin kelesatarian sumber daya hutan serta ikut pula meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada di sekitar wilayah hutan perlu

Integrated groundwater quality map shows the groundwater quality w.r.to the pre and post monsoon season for drinking water purpose.. The status of pH, Total Hardness,